• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

33 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Analisis Ikon, Indeks, dan Simbol, Semiotik Novel Seribu Wajah Ayah Karya Nurun Ala

Penelitian ini mengkaji tentang tinjauan semiotik pada novel Seribu Wajah Ayah karya Nurun Ala. Peneliti meninjau unsur-unsur semiotik yang terdapat dalam novel Seribu Wajah Ayah dengan menggunakan teori semiotik Pearce. Peirce (dalam Nurgiantoro, 2015) menyatakan sesuatu dapat disebut sebagai tanda jika ia mewakili sesuatu yang lain. Peirce membedakan hubungan antara tanda beserta acuannya menjadi tiga jenis hubungan, yaitu (1) ikon, jika ia berupa hubungan kemiripan. (2) indeks, jika ia berhubungan kedekatan eksistensi, dan (3) simbol, jika ia berupa hubungan yang sudah terbentuk secara konvensi atau sudah disepakati bersama di dalam masyarakat.

a. Hasil Analisis Ikon dalam Novel Seribu Wajah Ayah Karya Nurun Ala

1) “Tak banyak yang berubah. Letak jam dinding, lemari tua berbahan kayu jati yang sudah terlalu penuh oleh buku, foto ibumu ketika muda- ah, ia memang tak sempat tua. (Ala, 2020:3). Foto merupakan gambar yang dihasilkan oleh alat yang bernama kamera. Gambar yang dihasilkan sesuai dengan objek yang dituju. Foto merupakan suatu gambaran objek atau suatu kejadian dalam waltu tertentu. Hal inilah yang menjadikan foto identik dengan sebuah kenangan. Foto ibumu dalam kutipan novel merupakan suatu gambar yang menggambarkan objek yaitu ibu ketika masih muda dulu. Foto ibu merupakan ikon metaforis karena memiliki kemiripan bentuk. Hal ini sesuai dengan pernyataan Zaimar (Kusnadi dan Sutejo, 2010:89) yaitu ikon yang memiliki kemiripan sebagian dari sifat objek.

2) “Bulan-bulan ibumu mengandungmu adalah bulan-bulan yang penuh bunga dan kelembutan.” (Ala, 2020: 9). Bunga merupakan salah satu

(2)

jenis tumbuhan yang elok rupanya. Bunga digambarkan suatu yang menyenangkan dan sesuatu yang memiliki keindahan. Bunga biasanya digunakan untuk menggambarkan perasaan kebahagiaan dan juga kedamaian.

Pengibaratan “bunga-bunga” dalam kutipan novel di atas adalah gambaran perasaan bahagia. Hal ini dikarenakan pernyataan tokoh kamu yang menceritakan kebahagiaan sang ibu ketika berbulan-bulan mengandung setelah penantian lima tahun lamanya.

Pernyataan tokoh Kamu dalam cerita tersebut diibaratkan dengan bunga-bunga yang berarti sesuatu yang indah dan suatu yang membahagiakan. Tanda ini merupakan ikon metaforis karena adanya kemiripan mengenai suatu yang indah dan menyenangkan. Dapat dikategorikan sebagai ikon metafotis karena ikon yang memiliki kemiripan sebagian dari sifat objek menurut Zaimar (Kusnadi dan Sutejo, 2010:89).

3) “Bekerja adalah sebuah pengabdian dan menjadi guru adalah jalan yang mereka pilih. Terdengar naif memang, tetapi keduanya lebih suka dicap naif.” (Ala, 2020: 8). Cap menurut KBBI memiliki arti alat untuk membuat rekaman (gambar, tanda tangan) dengan menekankan pada kertas (surat dan sebagainya). Cap biasanya berbentuk stempel. Dicap berarti memberikan cap dalam konteks tertentu. Naif bisa diartikan sifat sederhana, lugu, dan tidak banyak tingkah. Sifat naif ini menjadikan individu mempunyai pandangan hidup yang lurus dan menganggap semua hal baik. Dicap naif merupakan suatu pemberian tanda bahwa individual mempunyai sifat sederhana dan menjalani hidup dengan pandangan hidup yang lurus sehingga percaya bahwa semua hal di dunia ini baik.

Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa tokoh Ayah dan Ibu dicap naif karena memiliki keinginan yang sederhana menjadi seorang guru SD dan beranggapan bahwa pilihan tersebut merupakan bentuk dari sebuah pengabdian. Menjadi guru SD, berarti tokoh Ayah dan Ibu

(3)

sudah siap menanggung risiko bahwa tidak akan membawa perubahan pada status ekonomi mereka. Menurut Van Zoest dalam Ratna (2012:

86) bahwa ikon ditandai dengan dengan melihat persamaan ciri struktur, sebagai homologi struktural dengan salah satu ciri denotatum yang ditunjukannya. Ikon memiliki ciri-ciri kemiripan itu sendiri berfungsi sebagai proses interpretasi dimungkinkan secara terus menerus persamaannnya.

4) “Bahkan jantung kita yang amat canggih ini pun,” pamanmu menunjuk dadanya, “hanya akan berdetak atas izin-Nya”. (Ala, 2020: 15).

Tindakan menunjuk dada dalam potongan novel tersebut merupakan suatu bahasa nonverbal yang mewakili suatu tanda. Hal ini dilakukan tokoh paman yang mengatakan “ini” yang biasa digunakan untuk menunjukan suatu letak. Tokoh paman ingin menunjukan bahwa di dalam dadanya terdapat jantung yang berdetak sangat canggih karena atas izin Allah. Kutipan dalam kalimat tersebut merupakan ikon berdasarkan penuturan Zaimar (Kusnadi dan Sutejo, 2010:89) yang menyatakan bahwa ikon merupakan tanda yang bermakna akibat kemiripan represantamen dengan objek yang diwakilinya.

5) “Pamanmu mengangguk, lalu beranjak keluar ruangan. Tak lama ia datang lagi ke menyerahkanmu ke pangkuan ayahmu yang dengan susah payah mengusap air mata yang deras dengan lengan baju.” (Ala, 2020: 16). Mengangguk adalah suatu tindakan menggerakan kepala ke arah bawah. Tindakan itu merupakan bahasa nonverbal. Mengangguk merupakan bahasa tubuh untuk menyatakan tanda kesetujuan.

Mengangguk bertujuan untuk menyetujui apa yang dikatakan oleh lawan bicara. Seperti halnya tokoh Paman dalam kutipan cerita novel tersebut, “ paman menggangguk” yang berarti menyetujui perkataan tokoh Ayah untuk membawakan sang buah hati yang baru lahir ke dalam pangkuannya. Menurut Van Zoest dalam Ratna (2012: 86) bahwa ikon ditandai dengan dengan melihat persamaan ciri struktur, sebagai homologi struktural dengan salah satu ciri denotatum yang

(4)

ditunjukannya. Ikon memiliki ciri-ciri kemiripan itu sendiri berfungsi sebagai proses interpretasi dimungkinkan secara terus menerus persamaannnya. Berbeda dengan komunikasi langsung, dimana nonverbal dapat difungsikan secara maksimal, secara indeksial, dalam sastra dimana penulisnya tidak hadir maka tanda ikon lah yang memiliki perananan paling penting.

6) “Meratapi apa yang telah terjadi dengan kata „seandainnya‟, hanyalah upaya menggarami luka yang membuatnya kian menganga.” (Ala, 2020: 17). Menggarami adalah upaya dalam menambahkan garam.

Penambahan garam dapat menimbulkan rasa perih apabila dibubuhkan pada luka yang masih basah. Berdasarkan kutipan novel Seribu Wajah Ayah tersebut “menggarami luka” mempunyai arti menambahkan rasa perih dan sakit yang membuat luka semakin parah. Dengan meratapi apa yang telah terjadi dengan kata „seandainya‟ maka hal itu hanya akan menambah rasa sakit dan membuat kesedihan yang tak kunjung henti. Menurut Van Zoest dalam Ratna (2012: 86) bahwa ikon ditandai dengan dengan melihat persamaan ciri struktur, sebagai homologi struktural dengan salah satu ciri denotatum yang ditunjukannya. Ikon memiliki ciri-ciri kemiripan itu sendiri berfungsi sebagai proses interpretasi dimungkinkan secara terus menerus persamaannnya.

7) ”Bila malam datang, ayahmu menggendongmu hingga terlelap.

Kadang, jika sudah benar-benar lelah, ia hanya menggoyang- goyangkan tubuhmu sambil duduk berselonjor.” (Ala, 2020: 22).

Menggoyang dapat diartikan sebagai kegiatan menggerakan, mengayun atau mengguncang. Menggoyang-goyangkan merupakan kegiatan menggerakan atau mengayun yang dilakukan dengan berulang dalam waktu bertahap. Dalam kutipan novel tersebut, merupakan tanda bahwa tokoh Ayah menggoyang-goyangkan sang anak dipangkuannya bertujuan supaya anak tertidur terlelap. Menurut Pradopo (2003: 120) ikon adalah tanda yang menunjukan adalah hubungan yang bersifat alamiah antara penanda dan pertanda.

(5)

8) “Orang bijak bekata “selalu ada tempat untuk pulang.” Namun, kalimat manis itu tak berlaku bagimu setidaknya sejak saat ini.” (Ala, 2020: 22). Kalimat merupakan rangkaian-rangkaian kata. Sedangkan manis merupakan salah satu rasa yang dapat kita rasakan melaui indra pengecap. Manis dapat didefinisikan sebagai suatu yang enak, banyak disukai, ataupun menyengkan. “Kalimat manis” dalam kutipan novel tersebut merupakan tanda bahwa kalimat tersebut adalah rangkaian kata yang enak didengar dan bisa membuat pendengarnya merasa senang. “selalu ada tempat untuk pulang” merupakan kalimat manis yang diucapkan oleh orang bijak. Pradopo (2003: 120) ikon adalah tanda yang menunjukan adalah hubungan yang bersifat alamiah antara penanda dan pertanda.

9) “Untunglah, meski hanya ditinggali oleh ayah dan anak, rumahmu senantiasa hidup.” (Ala, 2020: 29). Rumah merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Rumah adalah bangunan yang dijadikan tempat tinggal manusia baik menetap untuk waktu yang lama ataupun sementara. Hidup berarti bisa bergerak, bernafas, ataupun masih bisa melakukan berbagai kegiatan. Dalam kutipan novel di atas “rumahmu senantiasa hidup” merupakan tanda bahwa di dalam rumah masih terdapat aktivitas kegiatan manusia seperti masih adanya berbagai kegiatan dan obroalan tokoh Ayah dan Kamu dalam keseharian mereka di rumah. Menurut Van Zoest dalam Ratna (2012: 86) bahwa ikon ditandai dengan dengan melihat persamaan ciri struktur, sebagai homologi struktural dengan salah satu ciri denotatum yang ditunjukannya. Ikon memiliki ciri-ciri kemiripan itu sendiri berfungsi sebagai proses interpretasi dimungkinkan secara terus menerus persamaannnya.

10) ”Kini rumah hanyalah bangunan mati yang bisu dan dingin tanpa cinta di dalamnya.” (hal. 29). Bisu merupakan suatu gangguan pada mahluk hidup yang mengakibatkan ketidakmampuan berbicara dan mendengar pada penderita. Biasanya penyandang bisu tidak bisa

(6)

mengeluarkan suara selayaknya orang normal. Dengan demikian dalam kutipan novel tersebut bisu merupakan tanda bahwa suasana rumah yang kini berubah menjadi sunyi karena kepergian tokoh Ayah yang telah meninggal dunia. Menurut Van Zoest dalam Ratna (2012:

86) bahwa ikon ditandai dengan dengan melihat persamaan ciri struktur, sebagai homologi struktural dengan salah satu ciri denotatum yang ditunjukannya. Ikon memiliki ciri-ciri kemiripan itu sendiri berfungsi sebagai proses interpretasi dimungkinkan secara terus menerus persamaannnya.

11) “Saat itu, ayahmu ikut membentuk rumah-rumahan tetapi sekadarnya saja.” (Ala, 2020: 34). Rumah merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Rumah adalah suatu bangunan yang dijadikan tempat tinggal manusia baik menetap untuk waktu yang lama ataupun sementara.

“rumah-rumahan” dalam kutipan novel di atas bukanlah rumah sebagaimana mestinya. “rumah-rumahan” merupakan mainan yang dibentuk menyerupai rumah sungguhan. Ikon dalam kutipan novel tersebut merupakan ikon tipologis karena memiliki kemiripan bentuk.

Menurut Zaimar (Kusnadi dan Sutejo, 2010:89) ikon tipologis adalah ikon yang memiliki persamaan bentuk.

12) “Ia merenung, dan mengingat-ingat nasihat gurunya, kemudian lampu ide di dalam kepalanya menyala.” (Ala, 2020: 40). Lampu adalah benda yang dapat menghasilkan cahaya. Lampu digunakan sebagai penerang dalam kegelapan. Lampu ide menandakaan bahwa adanya titik terang dan kejelasan dalam proses menemukan jawaban. Menurut Van Zoest dalam Ratna (2012: 86) bahwa ikon ditandai dengan dengan melihat persamaan ciri struktur, sebagai homologi struktural dengan salah satu ciri denotatum yang ditunjukannya. Ikon memiliki ciri-ciri kemiripan itu sendiri berfungsi sebagai proses interpretasi dimungkinkan secara terus menerus persamaannnya.

13) “Tak lama setelah percakapan itu, kamu melempar pandangan keluar jendela bus.” (Ala, 2020: 48). Melempar merupakan suatu tindakan

(7)

yang dilakukan dalam rangka memindahkan sesuatu ke tempat lain.

Melempar pandangan berarti memfokuskan pandangan terhadap suatu objek yang sebelumnya tidak diperhatikan. Pada novel ini, tokoh Kamu memalingkan pandangannya ke luar jendela bus setelah menyudahi percakapan dengan tokoh Ayah yang kurang dimengertinya. Menurut Van Zoest dalam Ratna (2012: 86) bahwa ikon ditandai dengan dengan melihat persamaan ciri struktur, sebagai homologi struktural dengan salah satu ciri denotatum yang ditunjukannya. Ikon memiliki ciri-ciri kemiripan itu sendiri berfungsi sebagai proses interpretasi dimungkinkan secara terus menerus persamaannnya.

14) ”Sambil mengadahkan kedua tangannya, ayahmu berdoa. (Ala, 2020:

59). Mengadah kedua tangan adalah kegiatan menghadapkan kedua tangan sejajar dengan muka. Hal ini biasanya dilakukan oleh orang yang sedang berdoa. Ikon dalam kutipan novel ini merupakan ikon religius yang merupakan kegiatan berdoa oleh tokoh Ayah. Menurut Van Zoest dalam Ratna (2012: 86) bahwa ikon ditandai dengan dengan melihat persamaan ciri struktur, sebagai homologi struktural dengan salah satu ciri denotatum yang ditunjukannya. Ikon memiliki ciri-ciri kemiripan itu sendiri berfungsi sebagai proses interpretasi dimungkinkan secara terus menerus persamaannnya.

15) “Kamu tampak gagah di sana, dengan seragam putih-putih, ditambah peci hitam di sisinya terpasang sebuah lencana berbentuk garuda pancasila.” (Ala, 2020: 78). Menurut KBBI lencana adalah tanda yang berbentuk medali. Lencana dipasang sebagai tanda keanggotaan, kepanitiaan dan lainnya. Bahan yang digunakan untuk membuat lencana biasanya berupa logam, plastik, ataupun karet. Garuda pancasila merupakan lambang negara Indonesia. Lencana berbentuk garuda pancasila merupakan ikon tipologis karena memiliki bentuk yang mirip. Menurut Zaimar (Kusnadi dan Sutejo, 2010:89) ikon tipologis adalah ikon yang memiliki persamaan bentuk. Tokoh Kamu

(8)

menggunakan lencana berbentuk garuda pancasila yang terpasang di sisi pecinya karena merupakan salah satu anggota paskibraka.

16) “Tentu kamu masih ingat kejadiaan beberapa tahun lalu di bangku SMA, ketika kamu mulai jatuh cinta. Ketika hidupmu adalah taman bunga.” (Ala, 2020: 83). Taman bunga adalah taman yang ditanami berbagai jenis bunga. Biasanya taman ini dijadikan sebagai objek wisata karena keindahannya. Pada taman bunga kita akan menemukan beragam bunga dengan corak warna yang indah dan juga wangi yang semerbak baunya. . Menurut Van Zoest dalam Ratna (2012: 86) bahwa ikon ditandai dengan dengan melihat persamaan ciri struktur, sebagai homologi struktural dengan salah satu ciri denotatum yang ditunjukannya. Ikon memiliki ciri-ciri kemiripan itu sendiri berfungsi sebagai proses interpretasi dimungkinkan secara terus menerus persamaannnya.

17) Pengibaratan taman bunga dalam kutipan novel tersebut adalah gambaran tentang sesuatu yang indah. kehidupan tokoh Kamu digambarkan dengan taman bunga yang berarti indah dan bahagia ketika merasakan jatuh cinta. Hal ini sesuai dengan pernyataan Zaimar (Kusnadi dan Sutejo, 2010: 89) yaitu ikon yang memiliki kemiripan sebagian dari sifat objek. Tanda ini termasuk ikon metaforis karena adanya kemiripan mengenai keindahan.

18) “Di mata sebagaian orang, boleh jadi kamu orang yang hebat; muda, berprestasi dan membanggakan.” (Ala, 2020: 88).“Di mata sebagian orang” bukan menunjukan suatu tempat. Hal ini didasari “di‟

merupakan kata depan yang biasanya digunakan untuk menunjukan suatu lokasi atau tempat. “di” dalam kutipan novel ini menunjuk pada sudut pandang orang terhadap suatu objek tertentu. . Menurut Van Zoest dalam Ratna (2012: 86) bahwa ikon ditandai dengan dengan melihat persamaan ciri struktur, sebagai homologi struktural dengan salah satu ciri denotatum yang ditunjukannya. Ikon memiliki ciri-ciri

(9)

kemiripan itu sendiri berfungsi sebagai proses interpretasi dimungkinkan secara terus menerus persamaannnya.

b. Hasil Analisis Indeks dalam Novel Seribu Wajah Ayah Karya Nurun Ala

1) “Jika gaji terlambat turun, ayah dan ibumu harus makan dengan menu nasi dan ikan asin.” (Ala, 2020: 11). Gaji adalah bentuk bembayaran berupa uang terhadap jasa yang telah diberikan karyawan oleh atasan.

Gaji biasanya diberikan sesuai dengan kontrak kerja yang telah disetujui antar kedua belah pihak. Bisa diberikan per hari, per minggu atau per bulan. Gaji terlambat turun artinya gaji yang masih tertahan sehingga tidak ada penghasilan atau pemasukan dalam waktu yang sudah disepakati. Hal ini dialami oleh tokoh ayah ketika gaji yang seharusnya dibayar sesuai waktu kesepakatan tidak cair maka tokoh Ayah dan ibu harus rela makan ala kadarnya yaitu nasi dan ikan asin karena belum ada pemasukan. Hal ini didukung dengan pendapat dari Pradopo (2003: 120) yang menyatakan bahwa indeks adalah hubungan tanda yang menunjukan hubungan kausal (sebab-akibat).

2) “Seorang dokter keluar dengan bayi mungil ditangannya. Ia dengan ekspresi penuh rasa bersalah menyerahkan bayi itu ke pangkuan ayahmu.” (Ala, 2020: 11). Ekspresi merupakan ungkapan maksud, emosi atau perasaan yang dipikirkan dan dirasakan oleh individu.

Sedih, senang, kecewa, bersalah, menangis adalah sebagian contoh bentuk ekspresi. Ekspresi penuh rasa bersalah yang terdapat dalam kutipan novel tersebut adalah ekspresi ungkapan perasaan bersalah sang dokter karena tidak bisa menyelamatkan hidup sang ibu saat proses melahirkan. Menurut Van Zoest dalam Ratna (2012:86), indeks adalah tanda yang mempunyai hubungan eksistensial. Dalam kehidupan sehari-hari perilaku seseorang merupakan indeks dari sifat- sifatnya.

3) “Beberapa kalimatmu sukses membuat ayahmu terkejut dan tertawa.”

(Ala, 2020: 47). Terkejut merupakan emosi sesaat karena suatu

(10)

peristiwa yang tidak diduga-duga sebelumnya. Respon alami pada tubuh ketika mengalami suatu kejadian yang tak terduga. Mata sedikit melebar dan mulut menganga merupakan ekspresi dari keterkejutan.

Tertawa adalah bentuk dari kebahagiaan. Tertawa merupakan respon dari perasaan bahagia, senang, dan bentuk respon dari suatu hal yang lucu. Tersenyum dan tertawa dalam kutipan novel seribu wajah ayah tersebut merupakan indeks dari kalimat pertanyaan tokoh Kamu yang menanyakan berbagai pertanyaan yang lucu khas anak-anak yang ingin serba tau tentang semua hal kepada tokoh Ayah. Hal ini terlihat dari kutipan novel sebagai berikut “Ayah, aku mau pelihara kuda nil di rumah.” kamu juga bertanya, “Ayah, cicak itu kalau sudah besar apa bisa jadi buaya?”. (Ala, 2020: 42). Hal ini didukung dengan pendapat dari Pradopo (2003: 120) yang menyatakan bahwa indeks adalah hubungan tanda yang menunjukan hubungan kausal (sebab-akibat).

4) Ayahmu mengerem sepedanya, lantas menengok ke arahmu. (Ala, 2020: 50).

Rem menurut KBBI adalah suatu alat untuk menahan dengan jalan gesekan, alat untuk memperlambat atau menghentikan gerakan atau putaran. Biasanya rem dipasang pada kendaraan, seperti sepeda, motor, mobil, dan lainnya. Mengerem merupakan tindakan menggunakan rem supaya memperlambat atau berhenti. Mengerem sepeda berarti menghentikan putaran roda pada sepeda. Mengerem sepeda merupakan indeks. Hal ini terlihat dari tokoh ayah yang mengerem sepedanya mendadak karena terkejut dengan pertanyaan tokoh Kamu tentang sosok Ibu guru. Tokoh Ayah mulai menyadari bahwa sang anak mulai menyukai Ibu guru karena memperlakukan sang anak lebih spesial dari siswa-siswa lainnya. Hal ini didukung dengan pendapat dari Pradopo (2003: 120) yang menyatakan bahwa indeks adalah hubungan tanda yang menunjukan hubungan kausal (sebab-akibat).

5) “Lelaki itu tersenyum, pikirannya menerawang menembus waktu mengenang masa-masa indah yang dilaluinya bersama ibunya.” (Ala,

(11)

2020: 59). Tersenyum merupakan ekspresi yang mengakibatkan gerakan pada kedua bibir. Tersenyum merupakan ekspresi yang disebabkan karena merasa senang dan bahagia. Dalam kutipan novel Seribu Wajah Ayah tersebut tokoh Ayah tersenyum sebagai bentuk ekspresi karena mengenang masa-masa bahagia bersama istrinya dulu ketika masih hidup. Hal ini didukung dengan pendapat dari Pradopo (2003: 120) yang menyatakan bahwa indeks adalah hubungan tanda yang menunjukan hubungan kausal (sebab-akibat).

6) “Guru-guru yang berbaris di barisan pertama tepat di depan panggung bertepuk tangan.” (Ala, 2020: 63). Tepuk tangan adalah gerakan menepuk kedua tangan sehingga menimbulkan bunyi. Tepuk tangan merupakan tanda ungkapan apresiasi atau sebagai suatu tindakan penghargaan terhadap hal-hal tertentu. Tepuk tangan merupakan salah satu bentuk komunikasi nonverbal. Dalam kutipan novel Seribu Wajah Ayah tersebut bertepuk tangan merupakan sebuah ungkapan apresiasi kepada tokoh Kamu yang telah tampil membacakan sebuah puisi bertema ayah dengan baik dan penuh penghayatan sehingga menjadikan suasana menjadi haru. Hal ini didukung dengan pendapat dari Pradopo (2003: 120) yang menyatakan bahwa indeks adalah hubungan tanda yang menunjukan hubungan kausal (sebab-akibat).

7) “Ayahmu, masih dengan ekspresi yang sama, kembali bicara dengan nada meninggi, “mandi! Ayah tunggu di ruang tamu!”. Ia beranjak, meninggalkanmu yang masih saja membisu. Detak jantuk berdebar kencang, buru-buru kamu mengambil handuk lalu masuk ke dalam kamar mandi.” (Ala, 2020: 71)

Bicara dengan nada meninggi merupakan suatu tanda bahwa orang sedang dalam emosi atau merasa khawatir. Dalam kutipan novel di atas tokoh Ayah berbicara dengan nada tinggi karena marah kepada tokoh Kamu yang melakukan konvoi kelulusan dengan mencoret-coret baju dengan kata-kata tidak pantas. Selain itu, tokoh Kamu pulang larut malam sehingga membuat tokoh Ayah khawatir menunggu di

(12)

rumah. Hal ini didukung dengan pendapat dari Pradopo (2003: 120) yang menyatakan bahwa indeks adalah hubungan tanda yang menunjukan hubungan kausal (sebab-akibat).

8) “Ayahmu membuka obrolan, menatap tajam ke arahmu yang duduk dihadapannya. Kamu menunduk, jangankan menatap matanya, menegakan kepala saja sudah merasa tak pantas.” (Ala, 2020: 71).

Menunduk adalah mencondongkan kepala ke arah bawah. Tokoh Kamu menundukan kepalanya karena merasa takut akan tatapan sang tajam sang ayah. Selain itu ia juga merasa bersalah karena telah melakukan perbuatan yang tidak pantas. konvoi perayaan kelulusan dengan mencoret-coret baju dengan kata-kata tidak pantas serta pulang larut malam dengan mengendap-endap lewat jendela. Hal ini diperkuat dengan pernyataan ayah yaitu, “kalau kamu diam, artinya kamu sadar perbuatan kamu itu enggak bener. Baguslah!”. (Ala, 2020: 71). Hal ini didukung dengan pendapat dari Pradopo (2003: 120) yang menyatakan bahwa indeks adalah hubungan tanda yang menunjukan hubungan kausal (sebab-akibat).

9) “Perasaan takut itu mulai hilang waktu kamu balita, TK, SD, dan seterusnya makin pudar. Ayah senang sekali kamu enggak pernah melakukan hal yang aneh-aneh.” (Ala, 2020: 72). Perasaan takut timbul karena adanya reaksi emosi pada individu sehingga individu tersebut menjadi lebih waspada. Rasa takut dalam mendidik tokoh Kamu yang dirasakan oleh tokoh Ayah mulai memudar ketika tokoh Kamu masih berusia balita, hingga beranjak remaja karena pada masa- masa tersebut tokoh Kamu tidak melakukan hal yang aneh-aneh.

Sehinggga tokoh Ayah merasa senang karena berhasil mendidik tokoh Kamu dengan baik. Menurut Van Zoest dalam Ratna (2012:86), indeks adalah tanda yang mempunyai hubungan eksistensial. Dalam kehidupan sehari-hari perilaku seseorang merupakan indeks dari sifat- sifatnya.

(13)

10) “Ayahmu beranjak dan masuk ke dalam kamarnya., meninggalkanmu dengan perasaan bersalah yang telah berhasil membuat air matamu diam-diam menetes.” (Ala, 2020: 74). Perasaan bersalah yang dirasakan tokoh Kamu karena telah membuat sang ayah merasa gagal mendidik sang anak membuat tokoh Kamu menangis sebagai ekspresi dari rasa bersalah. Hal ini didukung dengan pendapat dari Pradopo (2003: 120) yang menyatakan bahwa indeks adalah hubungan tanda yang menunjukan hubungan kausal (sebab-akibat).

11) “Berminggu-minggu kamu habiskan waktu dan tenaga untuk latihan, akhirnya sukses juga tugasmu sebagai bagian dari pasukan pengibar bendera di tingkat kabupaten.” (Ala, 2020: 78). Kutipan novel di atas adalah termasuk indek, karena menyatakan sebab akibat. Tokoh Kamu menghabiskan banyak waktu dan tenaganya untuk berlatih dalam beberapa minggu terakhir supaya dalam pengibaran bendera tanggal 17 Agustus nanti bisa berjalan dengan baik. Hal itu terbukti pada hari dilaksanakannya pengibaran bendera tokoh Kamu yang bertugas sebagai paskibraka dapat melaksanakan pengibaran bendera 17 Agustus dengan baik. Hal ini didukung dengan pendapat dari Pradopo (2003: 120) yang menyatakan bahwa indeks adalah hubungan tanda yang menunjukan hubungan kausal (sebab-akibat).

12) “Tak ada perdebatan, tak ada protes tarik-menarik yang terjadi antara kamu dan ayahmu. Meski sebenarnya, dalam beberapa kesempatan, ayahmu menitihkan air mata tiap mengenang cita-citamu saat kecil,

“Aku mau jadi guru, biar kayak Ayah,” katamu dengan polosnya waktu itu.” (Ala, 2020: 79). Hal ini didukung dengan pendapat dari Pradopo (2003: 120) yang menyatakan bahwa indeks adalah hubungan tanda yang menunjukan hubungan kausal (sebab-akibat).

13) Menitihkan air mata merupakan bentuk ekspresi dari rasa sedih atau kecewa. Hal ini dirasakan tokoh Ayah dalam kutipan novel di atas yang menitihkan air mata karena kembali mengenang cita-cita sang anak yang ingin menjadi seorang guru sepertinya. Namun, ketika

(14)

beranjak besar dan memasuki masa-masa kuliah sang anak berubah pikiran dan mengubah cita-citanya untuk masuk ke fakultas ekonomi.

Menurut Van Zoest dalam Ratna (2012:86), indeks adalah tanda yang mempunyai hubungan eksistensial. Dalam kehidupan sehari-hari perilaku seseorang merupakan indeks dari sifat-sifatnya.

14) “Wah, hebat. Kelihatannya dia orang punya. Nanti kamu sama dia berpisah beberapa tahun berarti, ya, sebelum nikah?”. Mendengar penyataan itu kamu tersenyum. “aku nemenin dia yah”. Kening ayahmu berkerut”. “maksudnya ikut mengantar ke inggris?” nada bicaranya terdengan semakin tergesa-gesa.” (Ala, 2020: 102).

15) Dalam kutipan novel di atas menunjukan bahwa kata “berkerut”

mempunyai arti lipatan kulit pada dahi.kerutan pada kening merupakan tanda bahwa seseorang mengalami kebingungan atau tidak mengerti terhadap suatu hal tertentu.“kening ayahmu berkerut” dalam kutipan novel tersebut menandakan bahwa tokoh Ayah merasa bingung dengan pernyataan tokoh Kamu. Hal ini didukung dengan pendapat dari Pradopo (2003: 120) yang menyatakan bahwa indeks adalah hubungan tanda yang menunjukan hubungan kausal (sebab-akibat).

16) “Nada bicaramu juga turut meninggi. Ini pertama kalinya kamu bersikap sekeras itu pada ayahmu.” (Ala, 2020: 104). Tinggi merujuk pada suatu ukuran. Biasanya ukuran diurutkan dari yang paling rendah ke paling tinggi. Tinggi merpakan ukuran paling atas. Meninggi berarti menjadi lebih tinggi. Berdasarkan kutipan novel di atas, nada bicaramu meninggi merupakan tanda bahwa tokoh Kamu mulai jengkel atau marah karena tokoh Ayah tidak suka dengan keputusan sang anak yang akan melanjutkan kuliah S2 di luar negeri. Tokoh Ayah hanya ingin sang anak segera pulang dan selalu berada disampingnya. Hal ini didukung dengan pendapat dari Pradopo (2003: 120) yang menyatakan bahwa indeks adalah hubungan tanda yang menunjukan hubungan kausal (sebab-akibat).

(15)

17) “Detik-detik sebelum protokol memulai upacara, seseorang dibagian belakang para guru melambaikan tangannya. Wajahnya tak terlalu jelas terlihat, tetapi dari postur tubuh dan caranya mengangkat tangan, kamu tahu betul kalau itun ayahmu.” (Ala, 2020: 82). Melambaikan tangan adalah suatu tindakan menggerak-gerakan tangan turun naik atau ke arah kanan dan kiri. Tindakan ini merupakan bahasa nonverbal. Gestur ini biasanya digunakan untuk menyapa seseorang dari kejauhan agar mudah ditemukan. Dalam kutipan novel di atas, tokoh Ayah melambaikan tangannya bertujuan untuk menyapa sang anak dari barisan belakang para guru agar sang anak dengan mudah menemukan keberadaannya. Menurut Van Zoest dalam Ratna (2012:86), indeks adalah tanda yang mempunyai hubungan eksistensial. Dalam kehidupan sehari-hari perilaku seseorang merupakan indeks dari sifat- sifatnya.

18) “Para mahasiswi bersliweran dengan kebaya plus dempul tebal di pipi.

Sebagian jalan berubah jadi parkiran.” (Ala, 2020: 99). Kebaya adalah baju tradisional wanita Indonesia. Kebaya biasanya dipakai untuk perayaan pesta tertentu. Dempul tebal di pipi merupakan tanda bahwa telah melakukan kegiatan berdandan. Berdandan sering kali dilakukan oleh seorang ketika akan menghadiri pesta atau acara penting lainnya.

Dalam kutipan novel di atas, kebaya plus dempul tebal di pipi menandakan bahwa para mahasiswi tersebut merupakan mahasiswi yang akan melaksanakan upacara wisuda. Hal ini didukung dengan pendapat dari Pradopo (2003: 120) yang menyatakan bahwa indeks adalah hubungan tanda yang menunjukan hubungan kausal (sebab- akibat).

19) “Asap mengepul dari secangkir teh manis panas di meja ruangan tamu.” (Ala, 2020: 71). Asap adalah uap yang dapat terlihat dari hasil pembakaran. konsentrasi uap dan embun yang tinggi akan tampak seperti asap. Dalam kutipan novel di atas asap yang mengepul dari cangkir merupakan akibat dari teh manis panas yang dibuat oleh tokoh

(16)

Ayah. Hal ini didukung dengan pendapat dari Pradopo (2003: 120) yang menyatakan bahwa indeks adalah hubungan tanda yang menunjukan hubungan kausal (sebab-akibat).

20) “Jatuh cinta itu fitrah,” katanya di suatu malam, “kalau kamu enggak jatuh cinta, ayah malah khawatir.” Ia mengatakan secara tiba-tiba, ketika kamu sedang tersenyum sendiri sambil menatap layar ponsel.”

(Ala, 2020: 84). Tersenyum adalah gerakan bibir naik ke atas karena dipicu oleh suatu hal. Tersenyum merupakan suatu ekspresi senang atau bahagia yang dirasakan oleh individu. Tokoh Kamu tersenyum ketika menatap layar ponsel. Di sisi lain sang Ayah sedang menasihati tokoh Kamu bahwa jatuh cinta itu merupakan sesuatu yang fitrah. Tersenyum merupakan indeks yang terjadi pada tokoh Kamu yang disebabkan karena terdapat pesan masuk ke ponsel tokoh Kamu dari orang yang disukai. Menurut Van Zoest dalam Ratna (2012:86), indeks adalah tanda yang mempunyai hubungan eksistensial. Dalam kehidupan sehari-hari perilaku seseorang merupakan indeks dari sifat- sifatnya.

c. Makna Simbol dalam Novel Seribu Wajah Ayah Karya Nurun Ala 1) “Setelah menyerahkan kembali dirimu ke pelukan dokter, seketika

ayahmu berlari ke ruangan dan memeluk tubuh ibumu yang sudah tak bernyawa.” (Ala, 2020: 12). Nyawa adalah suatu zat yang menjadikan mahluk ciptaan tuhan hidup. Sebagai contoh adalah hewan dan manusia ketika di beri nyawa maka mereka bisa hidup. “tak bernyawa”

mempunyai tanda bahwa sudah tidak hidup, sudah mati, atau sudah meninggal. Dalam novel tersebut diceritakan sang ayah memeluk tubuh ibu yang telah meninggal karena tidak bisa diselamatkan saat melakukan persalinan. Menurut Pradopo (2003: 120) simbol adalah tanda yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan ilmiah antara penanda dan petanda, hubungannya bersifat abriter.

2) “Kamu memang semakin mirip ayahmu, melankolis.” (Ala, 2020: 17).

Menurut KBBI melankolis diartikan dalam keadaan lamban, pendiam,

(17)

murung, sayu, sedih, atau muram. Dalam potongan novel tersebut digambarkan bahwa tokoh kamu memiliki sifat yang mirip dengan sang ayah yaitu melankolis. Melankolis yang dimaksud dalam novel ini adalah suatu perasaan sedih dan muram. Hal ini terlihat dalam tokoh Kamu yang menagis meratapi nasibnya yang telah ditinggal mati oleh sang ayah dengan rasa penyesalan mendalam. Menurut Pradopo (2003: 120) mbol adalah tanda yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan ilmiah antara penanda dan petanda, hubungannya bersifat abriter.

3) “Tangan kanannya menggenggam botol susu ukuran sedang.” (Ala, 2020: 19). Ukuran dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu pengukuran. Biasanya hasil dari pengukuran itu berupa suatu nominal yang menunjukan massa suatu benda. Sedang biasanya digunakan untuk menunjukan suatu ukuran yang ideal, tidak besar maupun tidak kecil, cukup. Dalam kutipan novel tersebut “ukuran sedang” bisa diartikan ukuran yang ideal. Tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.

Menurut Pradopo (2003: 120) simbol adalah tanda yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan ilmiah antara penanda dan petanda, hubungannya bersifat abriter.

4) “Tak sampai sebulan setelah kelahiranmu, akikah digelar.” (Ala, 2020: 20). Akikah adalah suatu kegiatan menyembelih hewan kurban sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. Hewan yang disembelih dalam pelaksanakan akikah berupa kambing. Satu ekor kambing untuk anak laki-laki, dua ekor kambing untuk anak perempuan. Dalam kutipan novel tersebut akikah dilakukan sebagai bentuk rasa syukur sang ayah atas kelahiran tokoh Kamu ke dunia ini.

5) “Padahal, kata Emha Ainun Nadjib, “kalau manusia hanya maumelakukan sesuatu hanya karena ia senang melakukannya, kesadarannya masih setingkat bayi.” (Ala, 2020: 34). Tingkat diidentifikasikan sebagai suatu susunan dari yang paling rendah ke yang paling tinggi. Tingkat bisa juga digunakan untuk menyatakan

(18)

suatu ukuran. Setingkat mempunyai arti setara atau mirip. Bayi adalah anak manusia yang masih sangat belia. Umur pada bayi sekitar nol sampai 12 bulan. Biasanya bayi belum mampu menggunakan otaknya secara sempurna. Setingkat bayi dapat diartikan setara atau mirip dengan bayi. Kesadaran manusia masih setingkat bayi berarti tingkat rasa kesadarannya masih rendah. Menurut Van Zoest dalam Ratna (2012: 86) simbol merupakan tanda yang paling canggih, karena sudah merupakan perwujudan dari persetujuan masyarakat secara konvensional.

6) “Usiamu hampir tiga tahun, dan kamu sedang asyik bermain lego berwarna-warni yang tak pernah lekang oleh waktu.” (Ala, 2020: 34).

Lego adalah suatu jenis mainan anak-anak yang terbuat dari bahan plastik. Lego merupakan bongkahan plastik yang terdapat dalam macam-macam bentuk baik pesegi, segitiga, trapesium dan bentuk lainnya. Cara bermain permainan lego adalah membentuk bongkahan menjadi suatu bentuk baru yang diinginkan.permainan lego ini juga berfungsi melatih kecerdasan dan kreatifitas anak-anak. Menurut Van Zoest dalam Ratna (2012: 86) simbol merupakan tanda yang paling canggih, karena sudah merupakan perwujudan dari persetujuan masyarakat secara konvensional.

7) “Di Jakarta, dan barangkali berbagai daerah lain di Indonesia, perilaku konsumtif bukan hanya melanda golongan menengah dan golongan menengah ke atas. Kelas menengah ke bawah pun tak mau kalah.

Masing-masing berlomba membeli barang yang sebenarnya dibutuhkan karena tren.” (Ala, 2020: 36).

Golongan adalah kelompok-kelompok manusia yang ada di dalam masyarakat yang dibedakan berdasarkan kelas sosial. Indonesia adalah salah satu negara yang membedakan golongan sosial menjadi tiga tingkatan yaitu, golongan atas, golongan menengah, dan golongan bawah. Golongan menengah ke atas simbol dari golongan paling atas berdasarkan hierarki kelas sosial yang ada di dalam masyarakat. kelas

(19)

atas adalah mereka yang mapan, berpenghasilan lebih dari cukup.

Golongan menengah merupakan golongan yang sangat mendominasi di Indonesia. Kehidupan golongan menengah bisa dibilang cukup stabil, mempunyai suatu pekerjaan, dan mampu memenuhi kebutuhannya. Kelas menengah ke bawah adalah golongan masyarakat yang mempunyai perekonomian kurang stabil, dan berpenghasilan cukup sampai dibawah rata-rata.

8) Kutipan novel tersebut dapat diartikan bahwa tren membeli barang- barang yang dinilai tidak begitu penting sedang digandrungi oleh masyarakat Indonesia. Mulai dari kelompok masyarakat yang kaya, cukup, sampai yang kurang mampu. Menurut Van Zoest dalam Ratna (2012: 86) simbol merupakan tanda yang paling canggih, karena sudah merupakan perwujudan dari persetujuan masyarakat secara konvensional.

9) “Sejak saat itu, ayahmu memutar arah perahunya. Keputusan yang diejek habis-habisan oleh teman-temannya sendiri.” (Ala, 2020: 40).

Perahu adalah transportasi air. Perahu akan berlayar sesuai dengan arah angin berhembus. Perahu disimbolkan sebagai kehidupan. Ketika perahu berada di tengah lautan lepas maka ia akan melewati berbagai aral rintangan baik itu angin kencang ataupun badai. Memutar arah perahunya dalam kutipan novel tersebut berarti menrubah keputusan dalam hidupnya. Dalam novel tersebut tokoh Ayah yang awalnya sama sekali tidak ingin menjadi seorang guru karena tahu bahwa dengan menjadi seorang guru berarti harus siap berpendapatan kecil dan tidak akan mengubah status perekonomiannya nanti. Namun tiba-tiba berubah pikiran dan memutuskan untuk bercita-cita menjadi guru di desanya. Menurut Van Zoest dalam Ratna (2012: 86) simbol merupakan tanda yang paling canggih, karena sudah merupakan perwujudan dari persetujuan masyarakat secara konvensional.

10) “Meski usianya sudah kepala empat, kharisma ayahmu memang belum pudar.” (Ala, 2020: 49). Kepala adalah salah satu organ tubuh manusia

(20)

yang terdapat pada bagian paling atas. Kepala empat dalam konteks usia berarti julah usia yang diawali dengan angka empat. Bisa empat puluh, empat puluh satu, sampai empat puluh sembilan. Jadi kepala empat merupakan simbol dari umur. Kepala empat mempunyai makna berumur empat puluh tahunan. Menurut Pradopo (2003: 120) simbol adalah tanda yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan ilmiah antara penanda dan petanda, hubungannya bersifat abriter.

11) “Pakaiannya selalu rapi dan wangi, rambutnya klimis disisir belah pinggir, tutur bicaranya lembut penuh kasih, tatapan dan pembawaannya meneduh, dan ia seorang duda yang terbukti setia pada statusnya.” (Ala, 2020: 49). Duda adalah sebutan untuk seorang pria yang sudah tidak mempunyai istri. Status duda disandang seorang pria bisa disebabkan karena perceraian atau ditinggal istrinya meninggal dunia. Menurut Pradopo (2003: 120) simbol adalah tanda yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan ilmiah antara penanda dan petanda, hubungannya bersifat abriter.

12) “Kamu juga dapat dua buah piala yang terus kamu pegang dan pandangi dengan bangga sepanjang boncengan ayahmu di atas sepeda ontelnya.” (Ala, 2020: 63). Piala biasanya terbuat dari bahan emas, perak, atau perunggu. Piala merupakan suatu benda sebagai bentuk penghargaan yang diberikan kepada seseorang karena mendapatkan pencapaian terbaik. Piala merupakan simbol dari kemenangan. Dalam kutipan novel tersebut dua piala yang didapatkan oleh tokoh kamu merupakan simbol dari kemenangan karena telah menciptakan puisi tema ibu dengan sangat indah dan menampilkan puisi tersebut dengan penuh penghayatan sehingga yang melihat pertunjukan tersebut tersentuh dan penuh rasa haru. Hal ini menjadikan tokoh Kamu memenangkan dua kategori yaitu puisi terbaik dan juga penampilan terbaik. Menurut Van Zoest dalam Ratna (2012: 86) simbol merupakan tanda yang paling canggih, karena sudah merupakan perwujudan dari persetujuan masyarakat secara konvensional.

(21)

13) “Ayahmu menyusul ibumu, itu adalah sebuah fakta. Apakah kamu akan dikumpulkan lagi bersama mereka, kamu tak yakin. Mungkinkah Allah keliru mengumpulkan anak durhaka sepertimu bersama orang- orang baik seperti ayah dan ibumu?.” (Ala, 2020: 67). Durhaka adalah tidak taat terhadap perintah Allah atau orang tua. Durhaka merupakan perbuatan dosa dan tidak disukai Allah. Anak durhaka adalah sebutan untuk anak yang tidak taat dan tidak berbuat baik kepada orang tua.

Tidak taat perintah orang tua, membangkang omongan orang tua, mencela orang tua adalah beberapa contoh perbuatan anak durhaka yang melukai perasaan orang tua.

Pada novel tersebut tokoh Kamu merasa bahwa dirinya anak durhaka karena tidak mentaati permintaan sang ayah untuk kembali pulang dan tidak melanjutkan sekolah S2 di luar negeri. Ia juga merasa bersalah karena tidak berada di samping sang ayah di sisa akhir hidupnya.

Menurut Pradopo (2003: 120) simbol adalah tanda yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan ilmiah antara penanda dan petanda, hubungannya bersifat abriter.

14) “Hampir setiap malam ayahmu begadang di kamarnya. Om enggak ngerti apa yang dia lakukan.” (Ala,2020: 115). Menurut kamus Besar Bahasa Indoneia begadang adalah suatu kebiasaan terjaga sampai larut malam. Begadang merupakan suatu gaya hidup bagi suatu individu karena alasan tertentu. Kegiatan begadang biasa dilakukan sebagai profesi. Misalnya seorang hansip atau satpam yang harus terjaga pada malam hari untuk menjaga lingkungannya dari berbagai kejahatan di malam hari. Selain itu begadang juga biasanya dilakukan oleh para pelajar untuk belajar dengan menerapkan sistem kebut semalam.

Namum begadang mempunyai sisi negatif yaitu dapat menimbulkan risiko masalah kesehatan yaitu, diabetes, masalah jantung, hingga dapat mengakibatkan kematian. Tokoh Ayah begadang di dalam kamarnya karena terlalu memikirkan sang anak yang tak kunjung pulang ke rumah. . Menurut Pradopo (2003: 120) simbol adalah tanda

(22)

yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan ilmiah antara penanda dan petanda, hubungannya bersifat abriter.

15) “Inginnya menjalani hidup yang seolah sepenunya merdeka.” (Ala, 2020: 67). Merdeka menurut KBBI berarti (1) bebas (dari penghambaan, penjajahan dan sebagainya); berdiri sendiri. (2) tidak terkena atau lepas dari tuntutan. (3) tidak terikat, tidak tergantung kepada orang. Merdeka berarti tidak lagi berada di bawah suatu tekanan, perintah, ataupun kekangan tertentu. Dalam kutipan novel merdeka merupakan simbol dari suatu kebebasan. Manusia ingin hidup bebas tanda adanya aturan Tuhan. Tak ingin terikat dengan aturan- aturan tuhan. . Menurut Pradopo (2003: 120) simbol adalah tanda yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan ilmiah antara penanda dan petanda, hubungannya bersifat abriter.

16) “Kalian sedang memakai baju seragam masing-masing: kamu mengenakan seragam putih-biru, ayahmu dengan baju dinasnya.” (Ala, 2020: 69). Warna biru merupakan simbol dari rasa percaya diri dan mandiri sedangkan warna putih adalah simbol dari kesucian. Arti dari simbol warna biru dan warna putih tersebut menggambarkan sifat yang dimiliki oleh usia remaja. Dalam kutipan novel tersebut dapat digambarkan bahwa tokoh kamu mengenakan seragam putih biru merupakan simbol bahwa tokoh kamu adalah siswa remaja SMP.

Seragam identitas pada tingkat SMP mempunyai atasan berwarna putih dan bawahan (rok atau celana) berwarna biru. Menurut Van Zoest dalam Ratna (2012: 86) simbol merupakan tanda yang paling canggih, karena sudah merupakan perwujudan dari persetujuan masyarakat secara konvensional.

17) “Kamu lupa dengan nasihat-nasihat ayahmu, merayakan kelulusan dengan konvoi di jalanan dengan baju yang penuh warna-warni coretan, keluyuran dan baru pulang saat malam sudah larut, hal yang sebelumnya belum pernah kamu lakukan.” (Ala, 2020: 70). Konvoi merupakan iring-iringan kendaraan yang dilakukan oleh sekelompok

(23)

orang untuk merayakan suatu perayaan. Kegiatan ini dilakukan ketika terdapat suatu acara seperti kelulusan siswa, iring-iringan pengantin, kunjungan pejabat dan lainnya. Kendaraan yang digunakan sebagai iring-iringan adalah mulai dari mobil, motor, sepeda, dan transportasi lainnya. Dalam novel tersebut tokoh Kamu melakukan konvoi sebagai wujud perayaan kelulusan dari SMA. Menurut Pradopo (2003: 120) simbol adalah tanda yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan ilmiah antara penanda dan petanda, hubungannya bersifat abriter.

18) “Kamu belum juga bersuara. Tak ada pembelaan sama sekali. Kamu kenal ayahmu. Baginya, hitam adalah hitam, dan putih adalah putih.”

(Ala, 2020: 71). Warna hitam biasa digunakan untuk melambangkan sesuatu hal yang negatif. Sedangkan warna putih digunakan untuk melambangkan suatu hal yang positif. Dalam kutipan novel di atas dapat diartikan bahwa bagi tokoh Ayah suatu yang tidak baik tetaplah tidak baik dan suatu yang baik tetaplah suatu hal yang baik. Menurut Pradopo (2003: 120) simbol adalah tanda yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan ilmiah antara penanda dan petanda, hubungannya bersifat abriter.

19) “Gladi resik sudah digelar dan semua berjalan lancar tanpa kendala yang berarti.” (Ala, 2020: 81). Gladi resik adalah persiapan paling akhir sebelum pertunjukan dimulai. Sebelum melakukan suatu pertunjukan biasanya terdapat pelatihan yang dilakukan jauh-jauh hari sebelum pertunjukan ditampilkan. Gladi resik yang dilakukan tokoh Kamu dalam novel tersebut merupakan gladi resik upacara pengibaran bendera merah putih pada 17 agustus. Tokoh Kamu yang bertugas sebagai paskibraka harus berlatih jauh hari agar pengibaran bendera berjalan dengan lancar. Hingga saat gladi resik sebelum pengibaran bendera berlangsung semuanya berjalan lancar tanpa suatu kendala yang berarti. Menurut Pradopo (2003: 120) simbol adalah tanda yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan ilmiah antara penanda dan petanda, hubungannya bersifat abriter.

(24)

20) “Saat itu dikalangan teman-temanmu, sebuah hubungan yang disebut pacaran sedang tren sekali.” (Ala, 2020: 85). Tren adalah segala sesuatu yang sedang hangat diperbincangkan. Bisa juga didefinisikan sebagai sesuatu yang disukai dan digemari di dalam masyarakat. tren akan muncul dan digemari dalam suatu waktu tertentu. Berkembang sejalan dengan waktu dan zaman. Dalam kutipan novel tersebut, tren dapat diartikan suatu yang hangat dibicarakan serta dilakukan. Tren pacaran biasanya mulai dilakukan oleh para remaja yang telah memasuki masa puber. Menurut Pradopo (2003: 120) simbol adalah tanda yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan ilmiah antara penanda dan petanda, hubungannya bersifat abriter.

2. Pendidikan Moral yang Terkandung dalam Novel Seribu Wajah Ayah Karya Nurun Ala

Nilai moral merupakan salah satu nilai yang paling penting dalam suatu karya sastra. Nilai moral mengajarkan tentang baik dan buruknya suatu perbuatan. Hal ini tentu saja menjadikan nilai moral dapat mengajarkan nilai- nilai baik pada manusia yang harus kita terapkan dan hal-hal yang tidak baik yang harus dihindarioleh manusia dalam bermasyarakat.

a. Nilai Moral Individu 1) Outentik

Outentik berarti berkepribadian yang sebenarnya atau menjadi diri sendiri tanpa suatu kepura-puraan. Dengan nilai outentik menjadikan individu mempunyai sebuah sikap dan mantap terhadap pendirian sendiri. bentuk nilai moral outentik tercermin dari novel Seribu Wajah Ayah sebagai berikut.

“Di Jakarta, dan barangkali berbagai daerah lain di Indonesia, perilaku konsumtif bukan hanya melanda golongan menengah dan golongan menengah ke atas. Kelas menengah ke bawah pun tak mau kalah. Masing-masing berlomba membeli barang yang sebenarnya dibutuhkan karena tren.” (Ala, 2020: 36).

(25)

Dalam kutipan novel tersebut termasuk pelanggaran bentuk nilal moral outentik. Hal ini terlihat dari perilaku konsumtif yang dilakukan berbagai kelas masyarakat dalam berlomba-lomba membeli barang yang sedang tren.

“Para remaja juga tak luput dari wabah konsumerisme ini.

Adalah satu hal yang umum, para remaja saling menilai berdasarkan merek yang dikenakan. Tak sedikit remaja yang melekatkan diri pada merek-merek tertentu dan percaya bahwa itulah satu-satunya cara untuk menjadi bagian dari dunia.”

(Ala, 2020: 36)

Pelanggaran nilai outentik juga terdapat dalam kutipan tersebut.

Para remaja percaya bahwa dengan melekatkan diri pada merek-merek tertentu maka ia akan diakui oleh dunia. Ini dikarenakan banyak sekali individu menilai seseorang berdasarkan merek yang dikenakan suatu individu.hal ini menjadikan remaja kehilangan kepribadian yang sebenarnya.

“Beruntung, ayahmu sempat memberi nasihat-nasihat yang kemudian kamu jadikan benteng. Kamu memang dekat dengan seorang lawan jenis , hanya saja kamu takut untuk menjalin hubungan yang orang-orang sebut pacaran. Beberapa temanmu mendorongmu untuk segera menyatakan perasaan, namun kamu tak bergeming. Bayangan ekspresi wajah ayahmu yang kecewa padamu selalu menghantui, dan kamu tak ingin bayangan itu menjadi nyata.” (Ala,2020: 86).

Kutipan novel ini merupakan nilai outentik. Tokoh Kamu tidak terpengaruh dengan tren yang sedang hangat dilakukan pada kalangan remaja seusiannya. Tokoh Kamu menghiraukan dorongan dari teman- temannya sebagai bentuk rasa menghargai nasihat ayahnya. Ia juga tidak ingin membuat ayahnya kecewa.

2) Bertanggung Jawab

(26)

Bertanggung jawab artinya sadar atas tingkah laku dan perbuatan di sengaja atau tidak. Bertanggung jawab adalah bentuk dari kewajiban individu.

“Di ruang guru, sebelum pukul 07.30 ia membaca ulang materi yang akan diajarkan pada hari itu. Bahan mengajarnya selalu sudah disiapkan di dalam tas sejak malam hari.” (Ala, 2020:

35).

Kutipan novel seribu wajah ayah tersebut merupakan bentuk moral bertanggung jawab. Hal ini digambarkan dengan sikap pada tokoh ayah yang hadir tepat waktu saat bekerja dan mempelajari dahulu materi pembelajaran yang akan diajarkan nanti kepada para siswa. Ini merupakan bentuk tanggung jawab tokoh ayah sebagai seorang guru.

“Kamu beruntung karena atas dukungan ayah, guru, dan kerja kerasmu sendiri, kamu berhasil mendapatkan beasiswa sehingga seluruh biaya kuliamu ditanggung oleh pemerintah.

Kamu bahkan dapat uang saku yang cukup untuk makan sehari-hari dengan menu sederhana plus menyewa sebuah kamar indekos. Meski demikan, ayahmu masih saja mengirim uang tambahan.” (Ala, 2020: 90).

Tokoh Ayah bertanggung jawab sebagai orang tua sekaligus kepala rumah tangga untuk menafkahi keluargannya. Walaupun tokoh Kamu mendapat beasiswa berupa pendidikan gratis dan uang saku yang cukup untuk kehidupan sehari-hari yang dibererikan oleh pemerintah, tokoh Ayah tetap mengirim uang tambahan sebagai bentuk kewajibanya sebagai orang tua.

3) Keberanian Moral

Keberanian moral merupakan tekad yang dimiliki individu untuk mempertahankan apa yang telah diyakini. Hal ini menjadikan individu berani mengambil risiko apa yang telah diputuskan.

(27)

“Sejak awal, ayah dan ibumu tahu betul menjadi guru SD tak akan membawa banyak perubahan pada status ekonomi keluarga mereka. Akan tetapi, bagi mereka bekerja bukan hanya soal gaji dan bonus tambahan. Bekerja adalah sebuah pengabdian dan menjadi guru adalah jalan yang mereka pilih.”

(Ala, 2020: 8).

Pada kutipan novel tersebut menunjukan bentuk keberanian moral. Tekad kuat dan mempunyai pendirian merupakan sikap baik yang harus kita contoh. Hal ini terlihat dari tekad ayah yang mempertahankan keinginannya menjadi guru SD di kampung halamannya. Dari dalam hati nuraninya ia ingin mendidik dan menyadarkan banyak orang, dan menyampaikan ilmu yang bermanfaat, dari pada mengejar kesenangan dunia yang sementara.

Menjadi guru berarti harus menerima konsekuensi dengan berpenghasilan kecil.

“Baginya, mengajar anak-anak dan membesarkanmu dengan baik adalah dua hal yang sama penting. Dua hal yang harus dijalani nya sesempurna mungkin. Walaupun, sebenernya saat kecil, menjadi guru tak pernah masuk ke daftar cita-cita ayahmu. Ia, sebagaimana kebanyakan teman-teman di kampung, bermimpi bisa merantau ke Jakarta demi perbaikan ekonomi.” (Ala, 2020: 35).

Tokoh Ayah memiliki kemandirian moral, dilihat dari tanggung jawabnya menjadi seorang guru. Ayah berani mengambil risiko terhadap apa yang telah ia putuskan dulu.

“Mengapa aku tidak jadi sperti guruku?, ia mendidik dan menyadarkan banyak orang, menyampaikan ilmu yang bermanfaat, dan bukan Cuma mengejar kesenangan dunia yang sementara. Sejak saat itu ayahmu memutar arah perahunya.

Keputusan yang diejek habis-habisan oleh teman-temannya sendiri.” (Ala, 2020: 40)

(28)

Salam novel Seribu Wajah Ayah ini, tokoh Ayah mengambil keputusan sesuai dengan apa yang ia yakini baik. Walaupun keputusan yang diambil tokoh Ayah menjadi bahan ejekan teman-temannya.

4) Kerendahan Hati

Kerendahan hati merupakan suatu sikap yang tidak hanya melihat sesuatu hanya dari kelemahannya saja, namun melihat juga dari sisi kekuatannya.

“di kampusmu yang beragam itu,kamu sadar betul bahwa kamu bukanlah mahasiswa yang paling pintar. Namun, kamu juga tau persis bahwa yang lebih dibutuhkan untuk sebuah kesuksesan adalah kerja keras dan ketangguhan.” ( Ala, 2020: 91).

Dalam kutipan novel tersebut tokoh Kamu memiliki sifat rendah hati.

Ini digambarkan dengan kesadaran bahwa di kampusnya masih banyak mahasiswa yang lebih pintar darinya. Namun hal ini tidak menjadikan tokoh Kamu minder. Hal ini dijadikannya motivasi untuk lebih bekerja keras lagi.

b. Nilai Moral Sosial

Nilai moral sosial merupakan nilai yang mencangkup hubungan antara manusia dengan manusia lainnya. Nilai moral sosial dijadikan pedoman di dalam masyarakat untuk menentukan mana yang baik dan mana yang buruk oleh masyarakat. kepedulian lingkungan, persaudaraan, kepedulian sosial, rela berkorban, kebersamaan merupakan beberapa contoh dari nilai moral sosial. Dalam novel Seribu Wajah Ayah terdapat beberapa nilai moral sosial sebagai berikut.

“Kamu juga harus bersyukur karena ayahmu punya saudara- saudara yang baik . ada dua bibi yang rela menyisihkan waktunya untuk ikut merawatmu, meskipun mereka tak bisa disampingmu sepanjang waktu.” (Ala, 2020: 21).

Rela menyisihkan waktu untuk ikut merawat merupakan bentuk dari nilai moral antara manusia dengan manusia. Hal tersebut merupakan

(29)

tindakan saling tolong-menolong. Tindakan tolong-menolong merupakan suatu yang baik dan perlu diteladani di dalam kehidupan bermasyarakat.

“Di sana, ada beberapa guru perempuan atau petugas tata usaha yang bersedia dimintai tolong untuk menjagamu selama jam mengajarnya.” (Ala, 2020: 21).

Kutipan novel Seribu Wajah Ayah tersebut merupakan bentuk moral sosial. Terlihat hubungan yang baik antara tokoh Ayah dan teman- teman gurunya. Sikap saling tolong-menolongbisa diteladani oleh pembaca dalam kutipan novel tersebut.

“Sejak kecil, ia selalu diceritakan betapa sakitnya proses melahirkan oleh ayahnya. Oleh sebabnya ia tumbuh menjadi anak yang patuh terhadap orang tua, khususnya ibu.” (Ala, 2020: 10).

Kutipan novel ini merupakan nilai moral antara manusia dengan manusia lainnya. Patuh terhadap orang tua merupakan bentuk nilai moral yang baik untuk dicontoh. Dengan menceritakan betapa sakitnya berjuang dalam melahirkan, menjadikan tokoh Ayah menjadi sosok yang patuh terhadap orang tua khususnya ibu. Hal ini mengajarkan kita untuk selalu berbakti kepada orang tua kita, melihat bagaimana ibu telah berjuang mati- matian untuk melahirkan kita.

c. Nilai Moral Religius

Nilai moral religius merupakan nilai yangkaitannya antara manusia dengan Tuhannya. Nilai moral religius merujuk ketakwaan, kejujuran, tanggung jawab yang ditanamkan sebagai bentuk dari suatu keteladanan.

“Syukuran kecil-kecilan digelar. Ayahmu menyisihkan separuh gajinya yang pas-pasan uuntuk membeli bahan makanan yang lebih banyak dari biasanya. Ia ingin mensyukuri kehadiranmu dengan berbagi kebahagian dengan para saudara dan tetangga.” (Ala,2020:

9).

Kutipan novel di atas merupakan bentuk dari nilai moral antara manusia dengan Tuhan. Syukuran merupakan selamatan yang diadakan sebagai pengakuan terhadap nikmat Allah. Hal ini ditunjukan dengan sang

(30)

ayah yang mengadakan syukuran kecil-kecilan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas diberikannya seorang anak.

“Maka, ayahmu hanya bisa berdoa sebanyak-banyaknya di balik pintu, ditemani oleh bayangan tentang istri tercintanya tengah merintih menahan sakit yang membuatnya merinding.” (Ala, 2020:

9).

Kutipan novel ini merupakan bentuk nilai moral antara manusia dengan tuhannya. Berdoa merupakan suatu harapan atau permintaan yang ditunjukan kepada Allah. Dengan berdoa kepada Allah berarti percaya bahwa Allah maha mendengar dan mengabulkan. Dalam kutipan novel ini, digambarkan tokoh Ayah mempercayai kebesaran Allah dengan berdoa untuk keselamatan sang istri yang sedang berjuang melahirkan.

3. Relevansi Novel Seribu Wajah Ayah Karya Nurun Ala dengan Pembelajaran Sastra di SMA

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah tidak lepas dari kurikulum. Kurikulum dijadikan pedoman oleh guru dalam menentukan pokok materi yang akan diajarkan kepada siswa. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah kurikulum 2013. Pada masa pandemi Covid-19, Kemendikbud memberlakukan kurikulum darurat. Sekolah diberi wewenang untuk menyederhanakan kurikulum sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik.

Novel merupakan buku nonteks yang dalam penggunaannya sebagai bahan ajar harus memenuhi kriteria Kemendikbud nomor 8 tahun 2016 yaitu dari aspek isi materi harus memenuhi nilai norma yang ada di dalam masyarakat, aspek penyajian tidak mengandung unsur pornografi, SARA, dan nilai penyimpangan lainnya. Selain itu dari aspek bahasa digunakan bahasa yang komunikatif dan informatif agar pembaca mampu menerima pesan positif, serta aspek kegrafiaakan berupa ukuran, warna, penggunaan huruf disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia dan juga materi buku.

Dalam pembelajaran sastra, khususnya novel merupakan pembelajaran sastra yang dinilai ideal. Ini dikarenakan isi novel dapat

(31)

membangun rasa peka dan kepedulian pada pembaca. Begitupun dengan isi novel banyak mengandung berbagai nilai-nilai yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari di dalam bermasyarakat.

Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra nonteks yang digunakan sebagai bahan pembelajaran di SMA. Tentunya ini merujuk pada tujuan intstruksional. Novel sebagai bahan ajar harus sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai oleh siswa. Hal tersebut dapat dilihat dalam Kemendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang KI dan KD Pelajaran Kurikulum 2013 untuk siswa SMA kelas kelas XI kelas peminatan.

Tabel 4. 1 KI dan KD Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum Darurat untuk siswa SMA kelas XI

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

3. Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan faktua, konseptual,

procedural, dan

metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, budaya, dan humanuiora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya memecahkan masalah.

3.20 Menganalisis pesan dari dua buku fiksi (novel dan buku kumpulan puisi) yang dibaca.

4.20 Menyusun ulasan terhadap pesan dari dua buku kumpulan puisi yang dikaitkan dengan situasi kekinian.

Berdasarkan kompetisi inti pada tabel di atas siswa dituntut untuk mampu memahami isi novel dan menganalisis isi novel, serta menganalisis bahasa yang digunakan pada novel. Dengan adanya pembelajaran tentang

(32)

novel, siswa diharapkan untuk membaca karya sastra berupa novel yang telah ditentukan oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan diharapkan siswa mampu memahami isi yang terkandung dalam novel melalui gambaran karakter tokoh dan peristiwa yang terdapat dalam isi novel.

Rahmanto, (1987:42) mengemukakan bahwa terdapat beberapa pertimbangan dalam memilih bahan pengajaran sastra yaitu, aspek bahasa, aspek psikologi, dan aspek latar belakang budaya. Berdasarkan pendapat tersebut, Novel Seribu Wajah Ayah karya Nurun Ala sudah sesuai dan memenuhi aspek dalam pemilihan bahan ajar.

Dari segi aspek bahasa, novel Seribu Wajah Ayah karya Nurun Ala telah memenuhi syarat. Pemilihan bahasa yang digunakan oleh pengarang sesuai dengan kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang, yaitu siswa SMA. Pemilihan kosa kata dalam novel Seribu Wajah Ayah karya Nurun Ala mudah untuk dimengerti oleh tingkat penguasaan bahasa sekelas siswa SMA.

Aspek berikutnya yang dipertimbangkan dalam pemilihan bahan ajar karya sastra adalah aspek psikologi. Pada aspek psikologi sangat berkaitan dengan psikologi tokoh yang terdapat dalam isi novel serta peristiwa yang terjadi dalam alur cerita novel. Hal ini perlu dipertimbangkan karena dapat mempengaruhi psikologi siswa dalam berpikir dan bertindak. Dalam novel Seribu Wajah Ayah karya Nurun Ala, tokoh Kamu mempunyai peranan penting dalam menggerakan psikologi siswa. Tokoh Kamu memiliki sifat yang bisa diteladani oleh pembaca, yaitu patuh dan berbakti terhadap ayahnya, pribadi yang rajin, dan gigih. Pembaca diharapkan dapat meneladani sifat yang dimiliki tokoh Kamu yang selalu menghormati tokoh Ayah dan kegigihannya dalam mengejar impiannya, salah satunya adalah dalam mengejar cita-citanya untuk berkuliah sampai keluar negri walaupun hidup dengan kesederhanaan. Selain tokoh Kamu, terdapat tokoh Ayah yang dapat pembaca teladani sifatnya yaitu sikap tanggung jawabnya yang sangat besar sebagai seorang ayah terhadap anaknya dan juga tanggung jawabnya terhadap pekerjaannya sebagai seorang guru. Dengan memahami tokoh Ayah, pembaca

(33)

diharapkan mampu menerapkan sifat tokoh Ayah yang sangat bertanggung jawab atas semua pilihan hidupnya.

Aspek berikutnya yang tak kalah penting adalah aspek latar belakang budaya. Siswa akan lebih tertarik jika latar belakang cerita dalam karya sastra tersebut berkaitan erat dengan kehidupannya. Dalam novel Seribu Wajah Ayah karya Nurun Ala menggambarkan kisah perjuangan hidup tokoh Ayah dan tokoh Kamu setelah ditinggal mati oleh sang ibu waktu melahirkan tokoh Kamu. Kisah dalam novel ini menggambarkan tentang hubungan yang erat antara ayah dan anaknya. Di dalam cerita novel Seribu Wajah Ayah ini, digambarkan tentang perjuangan tokoh Ayah dalam membesarkan tokoh Kamu seorang diri dengan penuh tanggung jawab. Begitu pun tokoh Kamu yang patuh dan berbakti terhadap tokoh Ayah. Hal ini tentu saja tidak asing bagi para siswa karena memiliki hubungan yang erat terhadap latar belakang mereka. Hal ini dapat dijadikan contoh oleh para siswa untuk selalu bertanggung jawab dan mengejar segala keinginan atau cita-cita dengan gigih walaupun hidup dalam keterbatasan serta berbakti terhadap orang tua.

Novel Seribu Wajah Ayah karya Nurun Ala, layak dijadikan sebagai pilihan alternatif pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Hal ini didasari kesesuaian novel tersebut terhadap peraturan Kemendikbud no 8 tahun 2016 tentang buku nonteks. Dalam novel Seribu Wajah Ayah, terkandung banyak nilai-nilai kebaikan yang bisa dijadikan pelajaran dan bahan refleksi diri pada siswa. Novel Seribu Wajah Ayah tidak mengandung penyimpangan negatif seperti SARA, kekerasan yang nantinya berdampak negatif pada siswa. Novel Seribu Wajah Ayah ini menceritakan suka duka perjuangan seorang ayah dalam membesarkan anaknya seorang diri. Tokoh dalam novel ini mempunyai karakter yang baik sehingga pembaca bisa termotivasi dan tergugah hatinya untuk lebih menghargai orang tua terutama ayah.

Novel dijadikan bahan pembelajaran sastra karena mempunyai pesan dan nilai-nilai yang nantinya dapat diimplementasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam karyanya penulis menyampaian pesan kepada pembaca menggunakan gaya bahasanya sendiri. Penulis dalam penyampaian

(34)

pesan dalam suatu karya terkadang menggunakan tanda-tanda atau simbol tertentu sehingga perlu diterjemahkan terlebih dahulu untuk dapat mengerti makna dan pesan yang disampaikan oleh penulis. Dengan demikian, maka perlu adanya pendekatan karya sastra dengan metode semiotik. Teori semiotik dari Pearce memfokuskan pada hubungan trikonomi antar tanda-tanda dalam sebuah novel.

Novel Seribu Wajah Ayah mempunyai tanda-tanda semiotik yang mampu dipahami dengan mudah oleh siswa. Bahasa yang digunakan cenderung menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.

Terdapat beberapa kutipan puisi Sapardi Djoko Damono, syair dan sajak Kahlil Gibran, dan sajak Emha Ainun Najib yang sengaja ditampilkan oleh penulis guna menunjang isi novel. Dengan ditampilkannya puisi, syair, dan sajak tersebut, membuat siswa sedikit sukar untuk menangkap tanda-tanda dan makna pada novel. Dengan demikian maka perlu adanya pendampingan guru dalam pembelajarannya.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan wawancara pada guru Bahasa Indonesia dan siswa SMA. Terdapat dua narasumber yang memberikan pernyataan tentang relevansi novel Seribu Wajah Ayah karya Nuhun Ala untuk dijadikan sebagai bahan ajar materi pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA kelas XI. Pada wawancara yang telah dilakukan pada Destaliana Anggraeni siswa kelas XI SMA N 1 Rowokele mengungkapkan bahwa bahasa yang digunakan pada novel seribu wajah ayah sangat mudah dipahami, akan tetapi terdapat beberapa kutipan puisi dari sastrawan yang susah untuk dimengerti maknanya. Wawancara serupa juga dilkaukan pada Ibu Yuli Astuti, S, Pd. selaku guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA N 1 Rowokele berpendapat bahwa:

Novel Seribu Wajah Ayah karya Nurun Ala cocok dijadikan sebagai bahan ajar sastra di SMA. Semiotik yang terdapat dalam novel Seribu Wajah Ayah karya Nurun Ala mempunyai tanda-tanda yang mudah dimengerti oleh siswa sebagai pembelajaran sastra di SMA tentu saja dengan arahan dan bimbingan guru, sehingga siswa tau bahwa untuk

(35)

memaknai pesan pada novel, ada tanda yang harus diterjemahkan terlebih dahulu dengan bahasa siswa sehari-hari.

Sesuai dengan kriteria buku nonteks dari segi aspek isi, maka novel Seribu Wajah Ayah karya Nurun Ala merupakan salah satu buku nonteks yang dapat dijadikan sebagai alternatif untuk bahan ajar. Novel Seribu Wajah Ayah ini mengandung nilai-nilai moral, sehingga dirasa tepat untuk menyampaikan pesan positif kepada para pembaca. Guru dapat menggunakan buku novel tersebut untuk menyampaikan materi yang berkaitan dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Novel Seribu Wajah Ayah karya Nurun Ala memuat akan nilai-nilai moral yang dapat digunakan sebagai perantara untuk menanamkan pendidikan moral pada peserta didik.

Ibu Yuli selaku guru pelajaran Bahasa Indonesia juga menyampaikan bahwa:

nilai moral itu mengacu pada sifat atau sikap perbuatan baik dan buruk yang nanti pada akhirnya siswa itu akan menentukan mana yang perlu diteladani dan mana yang tidak. Dalam novel Seribu Wajah Ayah ini memang ada beberapa nilai moral yang nantinya akan baik tidak diteladani oleh siswa. Dalam pembelajaran sastra memang harus dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, dalam arti anak-anak disamping berimajinasi tetapi dia juga berpikih maksud akan pesan yang disampaikan oleh penulis.

Referensi

Dokumen terkait

Namum sejauh ini, dalam penegakan hukum di dalam masyarakat adat Aceh, masih terdapat kendala-kedala yang dihadapi, sehingga proses pembangunan hukum adat di Indonesia, khususnya di

Dari hasil simulasi, diketahui bahwa subskenario peningkatan tarif cukai per tahun yang tetap memberikan keuntungan penerimaan cukai yang besar bagi negara dan

Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi skala prioritas dalam perawatan sebuah mesin

Dari hasil penelitian terhadap parameter-parameter,maka dapat disimpulkan bahwa daerah perairan sungai Tambak Bayan yang memiliki kualitas air terbaik adalah stasiun 1, hal ini

Suawardi Endraswara (2005:5) membuat definisi bahwa, “penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tidak menyertakan angka-angka, tetapi mengutarakan kedalaman

26.11 Pembatasan (jika ada) mengenai penggunaan dokumen dan piranti lunak tersebut di atas di kemudian hari diatur dalam SSKK. Penghentian Kontrak dapat dilakukan

mekanis yang baru. Ragam hias batik Laweyan, Surakarta pada mulanya mengikuti ragam hias batik dari kerajaan/kraton. Ragam hias tersebut merupakan ragam hias yang telah

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan seluruh nilai uang dari barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh Kabupaten Sleman dalam suatu tahun tertentu dan dinyatakan