• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. LANDASAN TEORI Pengantar Masing-Masing Konsep

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. LANDASAN TEORI Pengantar Masing-Masing Konsep"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

2. LANDASAN TEORI

2.1. Pengantar Masing-Masing Konsep

2.1.1. Konsep Obligasi dan Jenisnya

Menurut Johan Arifin dan Muhammad Fakhrudin (1999:241), Obligasi adalah sertifikat bukti hutang yang dikeluarkan oleh suatu perseroan terbatas atau institusi tertentu baik pemerintah maupun lembaga lainnya dalam rangka mendapatkan dana / modal (pendanaan) atau yang biasa disebut bond.

Jenis-jenis Obligasi :

a. Berdasarkan sifatnya, maka obligasi dapat dibedakan atas :

1. Obligasi Biasa atau sering disebut obligasi (bond) saja, merupakan obligasi yang banyak berlaku dalam dunia bisnis, adalah obligasi sebagai suatu surat berharga pengakuan utang bagi yang menerbitkan, memberikan bunga (kupon) secara tetap dan diakhir periode berlakunya dibayarkan sebesar nilai nominal obligasi tersebut. Sebagai catatan, sebenarnya tidak ada obligasi biasa.

Istilah tersebut hanya untuk membedakan dengan obligasi konversi.

2. Obligasi Konversi (convertible bond) adalah obligasi yang disamping memberikan bunga, juga dapat dikonversikan menjadi saham perusahaan yang bersangkutan pada harga dan jatuh tempo tertentu. Jadi, investor berkesempatan untuk menukarkan obligasi konversi dengan saham biasa, jika menurut investor hal tersebut memberi keuntungan lebih besar daripada hanya dipegang dalam bentuk obligasi biasa.

b. Berdasarkan masa jatuh tempo, maka obligasi dapat dibedakan atas : 1. Obligasi Berjangka (term bond), yaitu obligasi yang memiliki

satu tanggal jatuh tempo yang cukup panjang.

(2)

2. Obligasi Serial (serial bond), yaitu obligasi yang memiliki serangkaian tanggal jatuh tempo.

c. Berdasarkan kupon pembayaran, maka obligasi dapat dibedakan atas : 1. Obligasi Diskon (discount bond), yaitu obligasi yang

diperdagangkan dengan harga pasar lebih rendah dari nilai par dan memberi kupon yang lebih rendah dari obligasi keluaran baru.

2. Obligasi Premium (premium bond), yaitu obligasi dengan harga pasar lebih tinggi dari nilai par dan memberi kupon yang lebih tinggi dari obligasi keluaran baru.

d. Berdasarkan syarat penarikan (call) bagi penerbit obligasi, maka obligasi dapat dibedakan atas :

1. Freely Callable, artinya penerbit obligasi dapat menariknya setiap waktu.

2. Non Callable, artinya penerbit obligasi tidak dapat menariknya sebelum jatuh tempo.

3. Deferred Call, artinya penerbit obligasi dapat menariknya hanya setelah suatu jangka waktu tertentu (umumnya 5 sampai 10 tahun).

e. Berdasarkan jenis jaminan (collateral) yang mendukungnya, maka obligasi dapat dibedakan atas :

1. Obligasi Senior (senior bond), yaitu obligasi yang sepenuhnya terjamin karena didukung oleh tuntutan / hak legal atas kekayaan tertentu milik penerbit obligasi, seperti :

a. Obligasi hipotik (mortgage bond), yang dijamin dengan real estate.

b. Sertifikat trust peralatan (equipment trust certificate), yang didukung dengan mesin / peralatan, seperti pada perusahaan kereta api, penerbangan.

2. Obligasi Yunior (junior bond), yang hanya dijamin dengan janji penerbit untuk membayar bunga dan prinsipal berdasarkan waktu, seperti :

a. Tanda Utang (debenture), yaitu tuntutan atau hak atas

penghasilan penerbit setelah hak dari obligasi lain.

(3)

b. Obligasi Penghasilan (income bond atau revenue bond), yaitu utang yang bunganya dibayar hanya setelah penghasilan penerbit mencapai jumlah tertentu.

f. Berdasarkan pemegang atas suatu obligasi, maka obligasi dapat dibedakan atas :

1. Obligasi Atas Nama (registered bond), yang dikeluarkan kepada pemilik tertentu, dan nama dari pemegang obligasi secara formal terdaftar pada penerbit dan bunga dibayar otomatis kepada pemilik tersebut.

2. Obligasi Atas Unjuk (bearer bond), dimana pemegangnya dianggap sebagai pemilik obligasi tersebut, dan penerbit tidak mendaftar nama- nama pemilik, dan bunga dibayar berdasarkan kupon.

g. Jika dilihat dari sudut penerbitnya, maka obligasi dapat dibedakan atas : 1. Obligasi Pemerintah (treasury bond), yaitu obligasi yang

dikeluarkan pemerintah guna membiayai pembangunan ekonomi.

Umumnya obligasi pemerintah memiliki waktu jatuh tempo yang panjang yaitu berkisar 25 tahun atau lebih. Obligasi pemerintah merupakan obligasi atas nama, tidak bisa ditarik, dan diberi fasilitas pajak.

2. Obligasi Instansi (agency bond), yaitu obligasi yang diterbitkan oleh instansi milik pemerintah seperti BUMN, proyek pemerintah dan lain- lain. Meskipun tidak dijamin oleh pemerintah, tetapi mendapatkan dukungan dari pemerintah dan memperoleh fasilitas perpajakan.

3. Obligasi Pemerintah Daerah (municipal bond), yaitu obligasi yang dikeluarkan oleh Pemda Tingkat I, Tingkat II maupun instansi pemerintah lainnya. Sifat utama jenis obligasi ini adalah pembebasan dari pajak. Obligasi jenis ini dibedakan atas :

a. Obligasi Umum (general obligation bond) yang dijamin

penuh oleh penerbit, yaitu Pemerintah Daerah.

(4)

b. Obligasi Penghasilan (revenue bond) yang dijamin dengan proyek yang memberikan penghasilan, misalnya proyek jalan tol.

4. Obligasi Perusahaan (corporate bond), yaitu obligasi yang dikeluarkan perusahaan atau perseroan dalam rangka memenuhi struktur permodalan. Obligasi perusahaan menjadi menarik karena memberikan kupon yang relatif tinggi. Sifat umum obligasi yang diterbitkan perusahaan adalah :

a. Bunga dibayarkan tengah tahunan.

b. Dikeluarkan sebagai obligasi berjangka dengan satu tanggal jatuh tempo.

c. Jatuh tempo antara 20 sampai 30 tahun dengan penarikan yang ditangguhkan setelah 5 tahun.

5. Obligasi Institusional (institutional bond), yaitu obligasi yang dikeluarkan oleh berbagai institusi swasta yang tidak mencari laba (nirlaba) seperti sekolah, rumah sakit, gereja, badan amal dan lain- lain. Obligasi ini dikeluarkan sebagai obligasi serial dengan jatuh tempo yang relatif pendek (kurang dari 15 tahun).

Jenis-jenis obligasi yang dikeluarkan pemerintah Amerika Serikat antara lain : 1. Treasury bonds, yaitu obligasi yang diterbitkan dengan jangka waktu jatuh

tempo menengah (antara 5 sampai dengan 10 tahun) dan jangka panjang (di atas 10 tahun). Obligasi jenis ini membayar bunga setiap setengah tahun.

2. Treasury notes, merupakan obligasi jangka pendek, yaitu antara satu hingga lima tahun. Bunga dibayar setiap setengah tahun.

3. Treasury bills atau sering disebut T-bills merupakan jenis obligasi yang

lebih pendek yaitu mempunyai jatuh tempo 91 hari, 6 bulan sampai 1

tahun. Dan tidak ada pembayaran bunga. Penghasilan para investor berasal

dari selisih antara diskon yang diberikan pada saat membeli dengan

redemption, saat obligasi jatuh tempo.

(5)

4. Municipal bonds, obligasi ini dikeluarkan oleh pemerintah lokal dan lebih populer dengan sebutan Munies beserta jajaran di bawahnya, termasuk lembaga keuangan.

2.1.1.1. Yield to Maturity (YTM)

Menurut Zvi Bodie, Alex Kane, dan Alan J. Marcus (2002), yield to maturity (YTM) adalah rata-rata tingkat return yang akan diterima dari obligasi yang dibeli dan dipegang sampai waktu jatuh tempo. Rumus untuk menghitung yield to maturity (YTM) :

=

+ +

=

n

+

t t n

t

r FV r

P C

1

( 1 ) ( 1 ) (2.1)

dimana :

P : harga sekarang (current price) dari obligasi r : yield to maturity (YTM)

C : kupon (dalam dollar US)

n : jumlah tahun sampai waktu jatuh tempo FV : face value atau par value

Investor yang berinvestasi pada obligasi konversi akan menerima yield to maturity (YTM), apabila investor tersebut membeli obligasi konversi yang merupakan kategori debt like, artinya obligasi konversi tersebut akan terus dipegang sebagai debt sampai waktu jatuh tempo atau dengan kata lain obligasi konversi tersebut tidak akan dikonversikan menjadi saham biasa dikarenakan investor tidak menggunakan hak konversinya.

2.1.1.2. Holding Period Return (HPR)

Menurut Zvi Bodie, Alex Kane, dan Alan J. Marcus (2002), holding period return (HPR) adalah tingkat return yang akan diterima dari obligasi yang dibeli dan dipegang selama periode tertentu sebelum waktu jatuh tempo. Rumus untuk menghitung holding period return (HPR) :

B B E t

P P P

HPR CF + ( − )

= (2.2)

(6)

dimana :

HPR : holding period return

CF

t

: cash flow selama periode t

P

E

: Harga pada akhir periode t atau harga penjualan obligasi P

B

: Harga pada awal periode atau harga pembelian obligasi

Investor yang berinvestasi pada obligasi konversi akan menerima holding period return (HPR), apabila investor tersebut membeli obligasi konversi yang merupakan kategori hedge like dan equity like, artinya obligasi konversi tersebut akan dipegang sebagai debt hanya sampai periode tertentu sebelum waktu jatuh tempo atau dengan kata lain obligasi konversi tersebut akan dikonversikan menjadi saham biasa pada waktu yg telah ditentukan dikarenakan investor menggunakan hak konversinya.

2.1.2. Teori Agensi (Agency Theory)

Tujuan sebuah perusahaan secara umum adalah memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Penentuan tujuan adalah penting karena semua keputusan harus memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan tersebut. Jadi, jika tujuannya adalah untuk memaksimumkan laba di masa depan, kebijakan perusahaan mesti berbeda dengan kebijakan yang mungkin dikeluarkan seandainya tujuannya adalah memaksimumkan kekayaan pemegang saham.

Hubungan agensi timbul ketika satu atau lebih individu yang disebut principal memperkerjakan individu lainnya yang disebut agents untuk bekerja dan juga mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan. Di dalam manajemen keuangan, hubungan agensi yang pokok adalah antara pemegang saham dan manajer; serta antara stockholders dan bondholders. Sebagai contoh yaitu jajaran direksi dan manajer adalah agents untuk para principal yaitu para pemegang saham.

Namun kadangkala ditemukan bahwa manajer-manajer dari sebuah

perusahaan mungkin membuat keputusan yang bertentangan dengan tujuan

perusahaan untuk memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Sebagai contoh

keputusan untuk memilih salah satu alternatif lokasi bagi pendirian anak

perusahaan mungkin didasari oleh daya tarik lokasi tersebut bagi manajer sendiri,

(7)

bukan oleh keuntungan-keuntungan yang bisa didapatkan dari lokasi tersebut bagi pemegang saham. Keputusan untuk memperluas bisnis mungkin didorong oleh keinginan manajer untuk membuat divisi mereka sendiri tumbuh demi mendapatkan tanggungjawab dan kompensasi yang lebih besar. Jika sebuah perusahaan hanya terdiri dari satu pemilik yang juga merupakan satu-satunya manajer, konflik semacam ini tidak akan terjadi. Namun, bagi korporasi yang para pemegang sahamnya tak terlibat dalam manajemen, konflik tujuan bisa terjadi.

Konflik ini sering disebut dengan “Agency Problem”.

Sedangkan konflik yang sering terjadi antara stockholders dan bondholders adalah bagaimana memperoleh keuntungan lewat investasi yang dilakukan. Seorang manajer atas kepentingan pemegang saham akan mungkin tidak melaksanakan investasi dengan net present value positif untuk menghindari kemungkinan hasil investasi yang diperoleh akan menuju kepada bondholders.

Penurunan nilai perusahaan dapat terjadi akibat dari tidak dilaksanakannya kesempatan inve stasi yang menguntungkan karena perusahaan menganggap bondholders akan memiliki hak klaim pertama terhadap arus kas netto proyek tersebut. Hal inilah yang dinamakan masalah underinvestment.

Kadangkala perusahaan memerlukan waktu dan biaya untuk memonitor dan mengurangi masalah agensi. Pengeluaran-pengeluaran untuk hal- hal seperti inilah yang kemudian dinamakan agency cost (Gallagher dan Andrew, Jr., 1997).

Contoh yang bisa terlihat adalah audit akuntansi pada laporan keuangan. Pemilik mengaudit laporan keuangan perusahaan untuk melihat apakah agents (manajer) telah bertindak sesuai kepentingan principal (pemegang saham) dengan melaporkan secara akurat.

Ada 4 agency cost yang utama menurut Sundjaja dan Barlian (2002):

1. Biaya pengawasan adalah biaya untuk mengawasi pengeluaran- pengeluaran, untuk mencegah pihak ma najemen berperilaku tidak sebatas hasil yang memuaskan saja, melainkan juga harus memaksimalkan harga saham. Biaya yang dikeluarkan perusahaan antara lain biaya audit.

2. Biaya perlindungan adalah biaya untuk melindungi pengeluaran

perusahaan, dengan maksud melindungi kemungkinan adanya

(8)

ketidakjujuran manajer. Perusahaan mengeluarkan biaya untuk pihak ketiga sebagai “pihak penjamin”.

3. Biaya kesempatan (opportunity cost) timbul karena kesulitan perusahaan besar untuk merespon kesempatan baru sehingga kehilangan peluang untuk mendapatkan keuntungan.

4. Biaya penyusunan kompensasi manajemen, biaya ini merupakan pengeluaran untuk menyusun rencana kompensasi bagi manajemen. Biaya ini merupakan agency cost yang paling mahal. Bertujuan memberikan insentif pada manajemen untuk bertindak yang terbaik bagi kepentingan pemilik dan memberikan kompensasi kepada manajer atas tindakan tersebut.

Rencana kompensasi dapat dibagi dua kelompok, yaitu:

a. Rencana insentif, rencana kompensasi manajemen yang dikaitkan dengan harga saham. Bentuk insentive plan antara lain “opsi saham”, dimana suatu bentuk insentif yang mengijinkan para manajer untuk membeli saham dengan harga pasar pada saat diberikan.

b. Rencana kinerja, rencana kompensasi untuk manajemen atas dasar kinerja yang dihasilkan dan diukur dengan pendapatan per saham / earnings per share (EPS), tingkat pertumbuhan EPS, dan rasio pengembalian lainnya. Bentuk kompensasi dapat berupa saham atau “bonus kas”.

2.1.3. Adverse Selection Theory

Kemungkinan salah satu faktor yang menjadi fokus utama dari seorang

Dealer adalah “adverse consequences” sebagai akibat melakukan transaksi, baik

menjual atau membeli dari seorang Informed Trader atau Trader yang melakukan

transaksi dengan mendasarkan perhatiannya pada informasi seputar produk

(saham atau obligasi dengan maksud melakukan spekulasi). Dalam proses

penawaran antara trader dan dealer bisa terjadi ketimpangan informasi. Hal ini

dapat dijelaskan sebagai berikut, pada saat trader melakukan penawaran produk

pada dealer, dealer tidak akan mengatakan informasi mengenai produk (stock atau

(9)

bond) yang sudah atau belum ia ketahui. Dan juga dealer tidak akan bertanya apakah trader memiliki sebuah informasi yang menguntungkan (information advantage) atau tidak. Sebab bagaimanapun seorang dealer mengerti bahwa jika sang trader diberitahukan maka otomatis secara cepat informasi ini akan disebarluaskan. Akibatnya adalah bila informasi yang ada bersifat “good news”

maka akan terjadi transaksi, produk akan dibeli, tetapi jika bersifat “bad news”

maka trader akan menjual produknya. Jadi terdapat probabilitas merugi bila dealer melakukan transaksi hanya pada seorang informed trader.

Hal ini tidak berlaku apabila dealer bertransaksi pada uninformed trader atau trader yang melakukan transaksi akibat memiliki kelebihan kas atau yang memerlukan uang kas dan kemudian menjual kembali. Transaksi dengan uninformed trader tidak akan mempengaruhi dealer. Akibatnya dealer harus memperhitungkan spread yang tepat dan dapat mengcover “expected losses”

akibat transaksi dengan informed trader seimbang dengan “expected gain” akibat transaksi dengan uninformed trader. Dalam bahasa financial hal ini disebut sebagai Adverse Selection Problem.

Jadi bila diterjemahkan dalam bahasa keuangan, Adverse Selection Problem adalah bagaimana menyusun spread yang seimbang antara “expected losses” akibat bertransaksi dengan information motivated trader dan “expected gain” akibat bertansaksi dengan liquidity motivated trader.

2.1.4. Financial Distress Theory (Teori Tekanan Keuangan)

Financial distress adalah penurunan pendapatan perusahaan yang mengakibatkan ketidakmampuan perusahaan untuk membayar bunga dan principal dari hutangnya (Richard A. Brealy dan Stewart C. Myers, 1996).

Perusahaan yang mengalami financial distress memiliki aliran kas yang rendah

daripada jumlah pembayaran terhadap hutang jangka panjang. Financial distress

biasanya dipengaruhi oleh tiga hal : struktur modal (leverage), manajemen yang

kurang baik, performance perusahaan yang relatif kurang bagus dalam rata-rata

industri sejenis. Tekanan perekonomian juga dapat menjadi salah satu pemicu

yang menyebabkan terpengaruhnya pendapatan operasional.

(10)

Menurut Whitakers (1999) perusahaan yang mengalami tekanan keuangan (financial distress) yang dipengaruhi oleh adanya tekanan perekonomian sebanyak 46,9% dan yang diakibatkan kurang baiknya manajemen (poor management) sebesar 76,8%. Financial distress mengakibatkan perusahaan menunda atau bahkan kehilangan kesempatan investasi yang profitable karena ketidakmampuan perusahaan untuk mengatasi kewajiban lancar (current liabilities) saat ini. Hal ini pun menandai bahwa perusahaan tidak memiliki tingkat likuiditas yang cukup untuk membayar kewajibannya.

2.1.5. Market Capitalization

Market Capitalization merupakan indikator yang penting dalam mengukur suatu resiko dalam melakukan investasi. Market capitalization adalah total nilai mata uang (dollar US) dari seluruh saham yang beredar di pasar.

Dihitung dengan mengalikan jumlah saham yang beredar dengan closing price saat ini, kadang dikenal dengan market cap (nilai pasar kapitalisasi).

Perusahaan yang mempunyai market capitalization besar akan mempunyai peranan besar dalam pasar sehingga banyak menarik perhatian investor. Perusahaan yang mempunyai market capitalization besar pada umumnya stabil dan pertumbuhan perusahaan tersebut selalu sesuai dengan prediksi. Hal ini bukan berarti perusahaan yang mempunyai market capitalization besar tidak akan mendapat masalah yang serius. Pasar akan memberikan banyak peringatan ketika terdapat masalah pada perusahaan yang mempunyai market capitalization besar.

Perusahaan yang mempunyai market capitalization besar menghasilkan

laba yang stabil dan juga membayar deviden secara tetap. Hal ini menarik investor

jangka panjang yang berorientasi terhadap pendapatan. Kecuali selama periode

ketidakpastian, perusahaan yang mempunyai market capitalization besar selalu

menghasilkan return dibawah dari perusahaan yang mempunyai market

capitalization kecil. Investor pada umumnya banyak memegang saham-saham

perusahaan yang mempunyai market capitalization besar sebagai investasi utama

dan menambah return yang akan didapat dengan memegang saham-saham yang

pertumbuhannya cepat dimana mempunyai resiko tinggi.

(11)

2.1.6. Market to Book Ratio

Market to book ratio digunakan atas dasar pemikiran bahwa prospek pertumbuhan perusahaan terefleksi dalam harga saham (Kallapur dan Trombley, 1996; Fitrijanti dan Hartono, 2002). Pasar menilai besarnya nilai perusahaan yang sedang bertumbuh lebih besar dari nilai bukunya (Hartono, 1998). Rasio nilai pasar terhadap nilai buku menggambarkan penilaian pasar finansial atas manajemen dan organisasi perusahaan bersangkutan. Nilai buku menggambarkan biaya pendirian historis dan aktiva fisik perusahaan. Suatu perusahaan yang berjalan baik dengan staf manajemen yang kuat dan sebuah organisasi yang berfungsi secara efisien akan mempunyai nilai pasar yang lebih besar atau sekurang-kurangnya sama dengan nilai buku aktiva fisiknya (Weston dan Brigham, 1986).

2.1.7. Earnings Price Ratio

Earnings price ratio digunakan untuk melihat seberapa besar imbal hasil per saham kita dibandingkan dengan nilai pasar per saham. Maksud perhitungan ini adalah melihat prospek perusahaan di masa depan. Menurut Foster (1986), rasio ini dapat merepresentasikan aliran laba masa depan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi pula prospek pertumbuhan perusahaan masa depan (Brigham dan Gapenski, 1996).

2.2. Teori Obligasi Konversi

Menurut Johan Arifin dan Muhammad Fakhrudin (1999), obligasi konversi adalah obligasi yang selain memberikan bunga juga dapat dikonversi ke dalam saham emitennya pada harga dan jatuh tempo (maturity) tertentu. Secara umum obligasi konversi tidak terlalu beda dengan obligasi pada umumnya, misalnya memberikan kupon yang tetap, memiliki waktu jatuh tempo (maturity), dan memiliki nilai pari. Tetapi yang menjadi keunikan adalah memiliki opsi untuk ditukar dengan saham penerbitnya pada waktu dan harga tertentu.

Obligasi konversi menjadi alternatif pilihan pendanaan yang menarik

pada saat emiten merasa sulit memperhitungkan resiko investasinya yang

(12)

menyebabkan kekuatiran akan “future growth opportunities” dan menimbulkan masalah underinvestment. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah memperpendek maturity project sehingga perusahaan masih dapat melakukan investasi pada proyek-proyek yang menguntungkan. Obligasi konversi pun didesain oleh para manajer perusahaan bila mereka optimis akan price performance harga saham pada waktu yang akan datang.

Keberadaan obligasi konversi dapat juga mengurangi “asset substitution problem” yaitu masalah yang timbul akibat stockholders menggantikan asset atau proyek yang beresiko saat ini dengan proyek lain yang lebih konvensional dalam rangka menga mbil alih benefit dari bondholders, hal ini amat berhubungan dengan agency conflict. Secara umum stockholders tidak ingin manajer berinvestasi dengan menggunakan hutang yang tinggi apalagi dengan waktu jatuh tempo yang cukup lama, sebab selain beresiko tinggi, mereka pun menghindari kemungkinan hasil investasi yang diperoleh akan menuju kepada bondholders.

Sehingga stockholders cenderung menggantikan proyek beresiko tinggi dengan proyek beresiko rendah dan kemudian mentransfer kekayaannya jauh dari bondholders. Tetapi dengan adanya obligasi konversi konflik ini dapat diminimumkan dengan memberi kesempatan kepada perusahaan untuk melakukan investasi yang valuable dan favorable sehingga dapat menghindari terjadinya underinvestment. Apabila prediksi perusahaan tepat maka keputusan investasi yang dilaksanakan dapat meningkatkan nilai perusahaan yang secara otomatis berdampak pada kenaikan harga saham. Akhirnya pada saat harga saham berada pada tingkat yang cukup menguntungkan, obligasi dengan opsi konversi akan segera di exercise oleh bondholders karena dirasa hal itu lebih memberi keuntungan dibandingkan dipegang sebagai obligasi biasa (straight debt).

Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan obligasi konversi : 1. Conversion cost (biaya konversi)

Conversion cost adalah biaya tetap dari penempatan dan penerimaan suatu amanat (order) yang mempengaruhi jumlah konversi ekonomis.

2. Conversion feature (hak konversi)

Conversion feature adalah suatu opsi yang dimasukkan sebagai bagian

dari emisi obligasi yang memberikan izin atau hak kepada investor untuk

(13)

menukarkan obligasi konversi tersebut ke dalam sejumlah saham yang telah ditentukan sebelumnya pada harga tertentu dan dalam periode tertentu.

3. Conversion period (periode konversi)

Conversion period adalah lamanya waktu dimana surat berharga konversi bisa ditukarkan dengan sejumlah tertentu saham.

4. Conversion premium (premium konversi)

Conversion premium adalah perbedaan antara harga konversi dengan harga saham yang berlaku dibagi dengan harga saham berlaku.

5. Conversion price (harga konversi)

Conversion price adalah harga saham dimana obligasi bisa ditukarkan.

Harga konversi adalah hasil pembagian antara nilai pari dengan jumlah saham yang diterima (dikonversikan).

6. Conversion ratio (nilai tukar konversi)

Conversion ratio adalah jumlah saham yang bisa dikonversikan oleh obligasi. Nilai tukar konversi menunjukkan pengaruh pergerakan harga saham terhadap obligasi. Artinya, obligasi dengan nilai tukar konversi yang lebih besar akan lebih berfluktuasi terhadap pergerakan harga saham.

Harga konversi ditetapkan pada waktu emisi obligasi konversi.

7. Conversion value (nilai konversi)

Nilai konversi adalah nilai pasar yang berlaku dari saham yang diterima

pada waktu konversi. Besarnya nilai konversi sangat ditentukan oleh harga

saham dan nilai tukar konversi atau harga konversi. Nilai surat berharga

sangat tergantung pada nilai konversinya. Karena nilai konversi dianggap

sebagai jumlah uang yang diperoleh apabila saham yang diterima pada

waktu konversi dijual pada harga pasar yang berlaku, maka nilai konversi

sangat tergantung pada nilai saham biasa. Artinya, naik turunnya harga

saham biasa memberikan pengaruh terhadap naik atau turunnya harga

surat berharga konversi.

(14)

2.3. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

CB

CB-Pre

IC

GP

BP

Equity

VLT MC

GO

HG

LG

CTA MBR EPR

MR

PR

NR

Excess returns

IC

GP

BP

Equity VLT

MC

GO

HG

LG

CTA MBR EPR CB-Post

ROA LVR

ROA

LVR

(15)

Keterangan :

1. Simbol-simbol

CB : Convertible Bonds-Announcement PR : Positive Reaction MC : Market Capitalization NR : Negative Reaction CB-Pre: Convertible Bonds-Pre LVR : Leverage

Announcement MBR : Market to Book CB-Post: Convertible Bonds-Post Ratio

Announcement MR : Market Reaction IC : Industry Condition ROA : Return on GO : Growth Opportunity Assets

EPR : Earnings Price Ratio CTA : Change in

VLT : Volatility Total Assets

GP : Good Performance LG : Low Growth BP : Bad Performance HG : High Growth 2. Alur Kerangka Berpikir

a. Kondisi Industri

Penilaian terhadap kondisi industri dibagi menjadi dua yaitu good performance dan bad performance. Perusahaan penerbit obligasi konversi dikategorikan good performance, jika sekurang-kurangnya tiga dari lima variabel yang ada berpredikat baik atau “good” jika dibandingkan dengan rata-rata industrinya. Sedangkan bila kurang dari tiga dikategorikan sebagai bad performance. Hasilnya secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 10.

b. Kesempatan Pertumbuhan

Penilaian terhadap kesempatan pertumbuhan juga dibagi menjadi dua

yaitu high growth dan low growth. Dikategorikan high growth jika

minimal terdapat dua variabel berpredikat baik atau “good” jika

dibandingkan dengan rata-rata industrinya. Bila kurang dari dua

maka dikelompokkan sebagai low growth. Hasilnya secara lengkap

dapat dilihat pada lampiran 11.

(16)

c. Reaksi Pasar

Penilaian terhadap reaksi pasar dibagi menjadi positive reaction dan negative reaction. Perhitungan dilakukan dengan melihat excess returns yang dihasilkan masing- masing perusahaan. Hasil perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 6 dan 7.

2.4. Hipotesa

Hipotesa penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

Penerbitan obligasi konversi merupakan berita bagus bagi investor karena mereka memiliki alternatif investasi selain saham dan obligasi biasa. Craig M. Lewis, Richard J. Rogalski, dan James K. Seward (2001) mengatakan bahwa perusahaan akan menilai kondisinya sendiri dalam menentukan alternatif pendanaan apa yang harus dipilih.

H 1 : Terdapat pengaruh antara kondisi industri ( leverage, equity, volatility, market capitalization, dan return on assets ) terhadap keputusan pendanaan obligasi konversi.

Menurut Craig M. Lewis pertumbuhan sebuah perusahaan mempengaruhi keputusan pendanaan yang diambilnya. Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat lewat perubahan total assetsnya.

H 2 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada perubahan total assets satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah pengumuman penerbitan obligasi konversi.

Penelitian Craig M. Lewis, Richard J. Rogalski, dan James K. Seward (2001) mengatakan bahwa keuntungan alokasi investasi masa datang mempengaruhi “kacamata” pemilihan alternatif pendanaan.

H 3 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara market to book ratio,

earnings price ratio terhadap keputusan pendanaan obligasi konversi pada

tahun pengambilan keputusan pendanaan lewat obligasi konversi.

(17)

Craig M. Lewis mengatakan bahwa terdapat excess returns yang signifikan sebelum dan sesudah pengumuman penerbitan obligasi konversi.

H 4 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara excess returns dua hari sebelum dan dua hari sesudah pengumuman penerbitan obligasi konversi.

Referensi

Dokumen terkait

Pengobatan tradisional orang Bajo dalam hal ini adalah Nyanya Okang berkaitan dengan kehidupan mereka sebagai manusia yang lebih mengenal seluk-beluk keadaan

Manfaat dari penelitian tindakan kelas melalui model Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

Saran dan rekomendasi yang diberikan peneliti berdasarkan simpulan di atas meliputi: (1) diharapkan guru membuat sendiri media untuk materi yang berupa teori

Deformasi plastis artinya perbuahan bentuk yang tidak dapat kembali seperti Deformasi plastis artinya perbuahan bentuk yang tidak dapat kembali seperti semula, suatu logam yang

Benim kişisel deneyimim, ruhun ölümden sonra varolduğunu, farklı bir yaşam biçimine doğru göç ettiğini ve sonuç olarak, daha fazla öğrenecek bir şeyi, sorulacak

mendapatkan bola daripada penguasaan pemain mendapatkan bola daripada penguasaan pemain lawan mengikut peraturan sesuatu permainan. Apakah yang Apakah yang dilakukan ol dilakukan

=mobilitas atau imobilisasi merupakan kea0aan 0i mana seseorang ti0ak  0apat bergerak seara bebas karena kon0isi yang mengganggu pergerakan akti5itas(, misalnya mengalami

Pada silkus II peneliti menggunakan bermain mencipta bidang dari kepingan geometri dengan indikator mencipta bentuk dengan kepingan geometri yang lebih kompleks