• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi. KOMPETENSI DASAR Indikator Pencapaian Kompetensi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi. KOMPETENSI DASAR Indikator Pencapaian Kompetensi"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

RPP

(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Nama Sekolah : SMA Islam Nurul Ulum Gayam

Kelas / Semester : X (IPS) / Genap Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia

Materi Pokok : Indonesia Zaman Hindu dan Buddha:

Silang Budaya Lokal dan Global Tahap Awal Pertemuan ke- : Pertama

Alokasi Waktu : 2 X 45 menit A. Kompetensi Inti SMA

KI-1 dan KI-2:Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan internasional”.

KI 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi.

KOMPETENSI DASAR Indikator Pencapaian Kompetensi 3.6 Menganalisis perkembangan kehidupan

masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia serta

menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan

masyarakat Indonesia masa kini

3.6.1 Mendeteksi (C4) perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada masa kerajaan- kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia

3.6.2 Mengumpulkan (C6) bukti-bukti kehidupan pengaruh Hindu dan Buddha yang masih ada sampai masa kini 4.6 Menyajikan hasil penalaran dalam

bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan Hindu dan Buddha yang masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini

4.6.1 Menyajikan karya tulis tentang nilai- nilai dan unsur budaya yang

berkembang pada masa kerajaan Hindu

dan Buddha yang masih berkelanjutan

dalam kehidupan bangsa Indonesia pada

masa kini

(2)

C. Tujuan Pembelajaran :

Melalui pembelajaran Problem Based Learning, dengan pendekatan Saintifik dan metode Diskusi mengenai Indonesia Zaman Hindu Buddha, peserta didik mampu Mendeteksi perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia, Mengumpulkan bukti-bukti kehidupan pengaruh Hindu dan Buddha yang masih ada sampai masa kini, Menyajikan karya tulis tentang nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan Hindu dan Buddha yang masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini

D. Materi Pembelajaran 1. Fakta :

Peninggalan Kerajaan-Kerajaan Hindu Buddha yang masih ada sampai sekarang.

2. Konsep :

Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Mataram Kuno (detail di Lampiran) E. Metode Pembelajaran

1. Model Pembelajaran : Problem Based Learning 2. Pendekatan : Saintifik

3. Metode : Kooperatif Learning (diskusi, Tanya jawab dan penugasan)

F. Sumber, Alat dan media 1. Sumber

- Buku paket Sejarah Indonesia. Edisi revisi 2016. Yudistira

(3)

2. Alat - Modul - LCD - Laptop 3. Media

- Power Point G. Kegiatan pembelajaran

Pertemuan Pertama (2 x 45 Menit)

Kegiatan Pendahuluan (15 Menit) Guru :

Orientasi

❖ Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur kepada Tuhan YME dan berdoa untuk memulai pembelajaran

❖ Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin

❖ Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan pembelajaran.

Apersepsi

❖ Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya

❖ Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya.

❖ Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan dilakukan.

Motivasi

❖ Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.

❖ Apabila materitema/projek ini kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh ini dikuasai dengan baik, maka peserta didik diharapkan dapat menjelaskan tentang materi :

➢ Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu-Buddha

❖ Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung

❖ Mengajukan pertanyaan Pemberian Acuan

❖ Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan saat itu.

❖ Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan KKM pada pertemuan yang berlangsung

❖ Pembagian kelompok belajar

❖ Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran.

Kegiatan Inti ( 60 Menit ) Sintak Model

Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

Stimulation (stimullasi/

pemberian rangsangan)

KEGIATAN LITERASI

Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk memusatkan perhatian pada topik materi Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu-Buddha Kerajaan Kutai,

Tarumanegara, Sriwijaya dan Mataram Kuno dengan cara :

❖ Melihat

Menayangkan gambar/foto/video yang relevan.

❖ Mengamati

➢ Pemberian modul materi Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu-Buddha Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya dan Mataram Kuno untuk dapat dikembangkan peserta didik, dari media interaktif, dsb

❖ Membaca.

Kegiatan literasi ini dilakukan di sekolah dengan membaca materi dari buku paket atau buku-buku penunjang lain, dari internet/materi yang berhubungan dengan Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu-Buddha Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya dan Mataram Kuno

❖ Mendengar

Pemberian materi Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu-Buddha Kerajaan

Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya dan Mataram Kuno oleh guru.

(4)

Pertemuan Pertama (2 x 45 Menit)

❖ Menyimak

Penjelasan pengantar kegiatan secara garis besar/global tentang materi pelajaran mengenai materi :

Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu-Buddha Kerajaan Kutai,

Tarumanegara, Sriwijaya dan Mataram Kuno untuk melatih rasa syukur, kesungguhan dan kedisiplinan, ketelitian, mencari informasi.

Problem statemen (pertanyaan/

identifikasi masalah)

CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)

Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan dengan gambar yang disajikan dan akan dijawab melalui kegiatan belajar, contohnya :

❖ Mengajukan pertanyaan tentang materi :

Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu-Buddha Kerajaan Kutai,

Tarumanegara, Sriwijaya dan Mataram Kuno yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik) untuk mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu,

kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

Data collection (pengumpulan data)

KEGIATAN LITERASI

Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk menjawab pertanyan yang telah diidentifikasi melalui kegiatan:

❖ Mengamati obyek/kejadian

Mengamati dengan seksama materi Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu- Buddha Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya dan Mataram Kuno yang sedang dipelajari dalam bentuk gambar/video/slide presentasi yang disajikan dan mencoba menginterprestasikannya.

COLLABORATION (KERJASAMA)

Peserta didik dibentuk dalam 4 kelompok yang dibuatkan oleh Guru untuk:

❖ Mendiskusikan

Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas contoh dalam modul mengenai materi Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu-Buddha Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya dan Mataram Kuno

❖ Mengumpulkan informasi

Mencatat semua informasi tentang materi Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu-Buddha Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya dan Mataram Kuno yang telah diperoleh pada buku catatan dengan tulisan yang rapi dan

menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

❖ Mempresentasikan ulang

Peserta didik mengkomunikasikan secara lisan atau mempresentasikan materi dengan rasa percaya diri Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu-Buddha Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya dan Mataram Kuno sesuai dengan pemahamannya.

❖ Saling tukar informasi tentang materi :

Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu-Buddha Kerajaan Kutai,

Tarumanegara, Sriwijaya dan Mataram Kuno dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi kelompok kemudian, dengan

menggunakan metode ilmiah yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau pada lembar kerja yang disediakan dengan cermat untuk mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

Data processing (pengolahan Data)

COLLABORATION (KERJASAMA) dan CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)

Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi mengolah data hasil pengamatan dengan cara :

❖ Berdiskusi tentang data dari Materi :

(5)

Pertemuan Pertama (2 x 45 Menit)

Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu-Buddha Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya dan Mataram Kuno

❖ Mengolah informasi dari materi Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu-Buddha Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya dan Mataram Kuno yang sudah dikumpulkan dari hasil kegiatan/pertemuan sebelumnya mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi yang sedang berlangsung dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan pada lembar kerja.

Verification (pembuktian)

CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)

Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya dan memverifikasi hasil pengamatannya dengan data-data atau teori pada buku sumber melalui kegiatan :

❖ Menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam membuktikan tentang materi :

➢ Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu-Buddha

antara lain dengan : Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas jawaban soal-soal yang telah dikerjakan oleh peserta didik.

Generalization (menarik kesimpulan)

COMMUNICATION (BERKOMUNIKASI) Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan

❖ Menyampaikan hasil diskusi tentang materi Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu-Buddha berupa kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi,

kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan sopan.

❖ Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal tentang materi :

➢ Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu-Buddha

❖ Mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan tentanag materi Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu-Buddha dan ditanggapi oleh kelompok yang mempresentasikan.

❖ Bertanya atas presentasi tentang materi Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu- Buddha yang dilakukan dan peserta didik lain diberi kesempatan untuk menjawabnya.

CREATIVITY (KREATIVITAS)

❖ Menyimpulkan tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan berupa :

Laporan hasil pengamatan secara tertulis tentang materi :

➢ Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu-Buddha

❖ Menjawab pertanyaan tentang materi Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu- Buddha yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau lembar kerja yang telah disediakan.

❖ Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru melemparkan beberapa pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan materi Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu-Buddha yang akan selesai dipelajari

❖ Menyelesaikan uji kompetensi untuk materi Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu-Buddha yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau pada lembar lerja yang telah disediakan secara individu untuk mengecek penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.

Catatan : Selama pembelajaran Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu-Buddha Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya dan Mataram Kuno berlangsung, guru mengamati sikap siswa dalam

pembelajaran yang meliputi sikap: nasionalisme, disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh menghadapi masalah tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan

Kegiatan Penutup (15 Menit) Peserta didik :

❖ Membuat kesimpulan Bersama (CREATIVITY) dengan bimbingan guru tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tentang materi Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu- Buddha Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya dan Mataram Kuno yang baru dilakukan.

Guru :

(6)

Pertemuan Pertama (2 x 45 Menit)

❖ Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa untuk materi pelajaran Kerajaan- Kerajaan pada Masa Hindu-Buddha Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya dan Mataram Kuno

❖ Peserta didik yang selesai mengerjakan tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja dengan benar diberi paraf serta diberi nomor urut peringkat, untuk penilaian tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja pada materi pelajaran Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu-Buddha.

❖ Memberikan penghargaan untuk materi pelajaran Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu-Buddha kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik.

H. Penilaian 1. Teknik Penilaian

a. Penilaian Sikap : Observasi/pengamatan (Format Lampiran 1) b. Penilaian pengetahuan : Tes tertulis dan penugasan (Format Lampiran 2) c. Penilaian Ketrampilan : Unjuk Kerja (Format Lampiran 3)

2. Bentuk Penilaian

a. Observasi : Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa b. Tes Tertulis/Penugasan : Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) c. Unjuk Kerja : Lembar Penilaian Presentasi

3. Remidial (Format Lampiran 4) a. Pembelajaran Ulang

b. Bimbingan Perorangan c. Belajar Kelompok

d. Pemanfaatan Tutor Sebaya 3. Pengayaan (Format Lampiran 5)

a. Menjadi Tutor sebaya kepada teman yang sudah mampu mencapai KKM pada indikatornya bagi peserta didik yang mau mengesplorasi dirinya

b. Diberikan pada peserta didik materi pada pertemuan selanjutnya sebagai pengetahuan tambahan

c. Pengayaan dapat ditagihkan atau tidak ditagihkan,sesuai kesepakatan dengan peserta didik yang telah melampaui KKM

Mengetahui,

Kepala SMA Islam Nurul Ulum Gayam

ARIFIN, S.Pd

Bojonegoro, Juli 2021 Guru Mata Pelajaran

TIARA ULFA RAHARYATI, S.Pd

(7)

PERADAPAN MASYARAKAT INDONESIA PADA MASA HINDU BUDDHA

MATERI AJAR SEJARAH INDONESIA

TIARA ULFA RAHARYATI, S.Pd

(8)

MATERI AJAR

PERADAPAN MASYARAKAT INDONESIA PADA MASA HINDU BUDDHA

DISUSUN OLEH

TIARA ULFA RAHARYATI, S.Pd

UNIVERSITAS HAMZANWADI

PPG SEJARAH INDONESIA ANGKATAN 2

2021

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan materi ajar yang berjudul "PERADAPAN MASYARAKAT PADA MASA HINDU BUDDHA." Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak/ibu Dosen Universitas Hamzanwadi selaku fasilitator yang telah membantu penulis dalam mengerjakan materi ajar ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman sejawat PPG Sejarah Indonesia Universitas Hamzanwadi angkatan 2 yang telah berkontribusi dalam pembuatan materi ajar ini.

Penulis bahan ajar ini diajukan guna pembaruan informasi tentang materi sejarah Indonesia.

Informasi yang terbarui diharapkan mampu menjadi salah satu upaya untuk mempermudah pembelajaran di kelas. Penulis menyadari bahwa penyusunan materi ajar ini masih jauh dari sempurna karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang terbatas. Oleh karena itu, saran dan kritik dari semua pihak sangat diharapkan demi perbaikan proposal di masa mendatang.

Bojonegoro, Juni 2021

Penulis

(10)

BAHAN AJAR

Tahukah kalian bahwa budaya Hindu Budha membawa begitu banyak pengaruh bagi perkembangan budaya di Indonesia? Hal tersebut berlangsung ketika pada pada awal abad 1 Masehi terjadi perubahan jalur lalu lintas pelayaran dagang dari India ke Cina. Jalur yang semula menggunakan jalan darat atau yang dikenal dengan Jalur Sutera menjadi menggunakan jalan laut. Rute perdagangan India ke Cina dan sebaliknya memaksa para pedagang untuk melewati perairan Indonesia. Hal tersebut membawa dampak interaksi kebudayaan dan kepandaian yang mereka miliki seperti sistem kepercayaan, sistem huruf, seni bangun, sistem pemerintahan dan sebagainya. Interaksi berupa penerimaan unsur kebudayaan tersebut tentu melalui adaptasi terlebih dahulu. Hal tersebut karena ketika kebudayaan India tersebut masuk, bangsa Indonesia sudah memiliki kepandaian yang tidak kalah hebat ( Local Genius ). Walaupun tidak dapat dipungkiri terdapat beberapa budaya dari India tersebut yang sebelumnya belum kita miliki misalnya sistem huruf sehingga dengan kepandaian tersebut membawa bangsa Indonesia masuk kedalam jaman sejarah.

Selain itu juga sistem pemerintahan berbentuk kerajaan, sehingga sejak saat itu terbentuklah kerajaan kerajaan di Indonesia

Sebelum masuknya kebudayaan Hindu-Buddha, masyarakat di Nusantara sudah memiliki kebudayaan yang maju. Kebudayaan asli Nusantara telah tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia yang sebelumnya memiliki kebudayaan asli tidak serta merta menerima budaya baru. Proses masuknya pengaruh budaya Indonesia terjadi karena adanya hubungan dagang antara Indonesia dan India. Dalam buku Kehidupan Masyarakat Pada Masa Praakasara, Masa Hindu Budha, dan Masa Islam (2019) karya Tri Worosetyaningsih, tata kehidupan masyarakat yang diatur melalui lembaga kesukuan, berubah menjadi lembaga kerajaan atau lembaga negara. Perubahan tersebut dimotori oleh datangnya pengaruh India selain membawa agama Hindu dan Buddha.

Kemajuan yang menyolok dari sistem kerajaan ini adalah birokrasi yang merupakan alat menjalankan pemerintahan (Gischa, Serafica : 2021). Pengaruh Hindu Buddha tentunya perlu dijabarkan lebih lanjut sesuai dengan Kompetensi Dasar yang akan kita pelajari, yaitu :

3.6 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada masa

kerajaan Hindu – Budha di Indonesia serta menunjukan contoh bukti bukti yang masih

berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini

(11)

4.6 Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan Hindu Budha yang masih berkelanjutan yang masih berlangsung pada masa kini

1. CAPAIAN PEMBELAJARAN

Setelah kegiatan pembelajaran ini diharapkan kalian dapat:

1. Mendeteksi (C4) perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia

2. Mengumpulkan (C6) bukti-bukti kehidupan pengaruh Hindu dan Buddha yang masih ada sampai masa kini

3. Menyajikan karya tulis tentang nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang

pada masa kerajaan Hindu dan Buddha yang masih berkelanjutan dalam

kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini

(12)

Perhatikan gambar di Bawah ini!

(13)

Dimanakah Letak Candi Tersebut?

Siapa yang membangun candi tersebut?

Apa Fungsi Candi Tersebut?

Kapan Candi Tersebut dibangun?

Mengapa Candi Tersebut dibangun?

Berapa lama kira- kira candi ini

dibangun?

(14)

URAIAN MATERI 1. KERAJAAN KUTAI

a. Perkembangan Kerajaan

Kerajaan Kutai yang terletak di Kalimantan Timur sampai saat ini dianggap sebagai kerajaan tertua di Indonesia. Penemuan bukti berupa 7 buah prasasti berbentuk yūpa, yaitu tugu peringatan bagi sebuah upacara kurban. Prasasti ini berhuruf pallawa yang menurut bentuk dan jenisnya berasal dari abad IV M, sedangkan bahasanya adalah sansekerta yang tersusun dalam bentuk syair. Semuanya dikeluarkan atas titah seorang raja bernama Mūlawarmman. Berdasarkan isi dari prasasti tersebut dapat diketahui silsilah raja-raja Kutai. Dimulai dengan raja Kunduńga yang mempunyai anak bernama Aśwawarman, dan Mūlawarmman adalah seorang dari ketiga anaknya. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa pendiri keluarga kerajaan (vańśakrttā) adalah Aśwawarman, dan bukan Kundunga yang dianggap sebagai raja pertama. Kunduńga bukan nama sansekerta, mungkin ia seorang kepala suku penduduk asli yang belum terpengaruh kebudayaan India, sedangkan Aśwawarman adalah nama yang berbau India. Disebut pula nama Ańsuman yaitu dewa matahari di dalam agama Hindu yang dapat menunjukkan bahwa Mūlawarmman adalah penganut agama Hindu (Sumadio, 1993).

Prasasti ini juga memberikan informasi mengenai kehidupan masyarakat ketika itu, dimana sebagian penduduk hidup dalam suasana peradaban India. Sudah ada golongan masyarakat yang menguasai bahasa Sansekerta yaitu kaum Brahmana (pendeta) yang mempunyai peran penting dalam memimpin upacara keagamaan. Setiap yūpa yang didirikan oleh Mūlawarmman sebagai peringatan bahwa ia telah memberikan korban besar-besaran dan hadiah-hadiah untuk kemakmuran negara dan rakyatnya. Sedangkan golongan lainnya adalah kaum ksatria yang terdiri atas kaum kerabat Mūlawarmman. Diluar kedua golongan ini adalah rakyat Kutai pada umumnya yang terdiri atas penduduk setempat, dan masih memegang teguh agama asli leluhur mereka.

Melihat bahwa letak Kerajaan Kutai pada jalur perdagangan dan pelayaran antara Barat dan

Timur, maka aktivitas perdagangan menjadi mata pencaharian yang utama. Rakyat Kutai sudah

aktif terlibat dalam perdagangan internasional dan tentu saja mereka berdagang pula sampai ke

perairan Laut Jawa dan Indonesia Timur untuk mencari barang-barang dagangan yang laku di

pasaran Internasional. Dengan demikian Kutai telah termasuk daerah persinggahan perdagangan

Internasional Selat MalakaLaut Jawa-Selat Makasar-Kutai-Cina atau sebaliknya. (Poesponegoro

dan Notosusanto [ed], 2010)

(15)

b. Keruntuhan Kerajaan

Didalam sejarah disebutkan bahwa Kerajaan Kutai runtuh saat raja Kerajaan Kutai terakhir yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Kerajaan Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi Kerajaan Islam yang bernama Kesultanan Kutai Kartanegara. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam. Sejak tahun 1735 kerajaan Kutai Kartanegara yang semula rajanya bergelar Pangeran berubah menjadi bergelar Sultan (Sultan Aji Muhammad Idris) dan hingga sekarang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara .

c. Peninggalan Kerajaan

Berikut ini adalah benda-benda yang merupakan peninggalan Kerajaan Kutai.

1. Ketopong Sultan Kutai

Ketopong Sultan yaitu mahkota raja dari Kerajaan Kutai yang terbuat dari bahan-bahan emas dengan berat 1,98 kg. Hingga sekarang mahkota tersebut masih tersimpan rapi di Musem Nasional Jakarta. Mahkota Ketopong Sultan ditemukan sekitar tahun 1890 di daerah Muara Kaman, Kutai Kartanegara. Di museum Mulawarman juga terdapat replika Ketopong Sultan.

Ketopong Sultan Kutai 2. Kalung Uncal

Kalung Uncal berbahan emas ini memiliki bobot 170 gram dengan hiasan liontin berelief Kisah Ramayana. Kalung Uncal menjadi salah satu atribut dari Kerajaan Kutai yang dipakai Sultan Kutai Kartanegara semenjak Kutai Martadipura bisa dijajah dan ditaklukkan.

Kalung Uncal

(16)

3. Kalung Ciwa

Peninggalan Kerajaan Kutai selanjutnya yaitu Kalung Ciwa yang ada sejak zaman kepemimpinan Sultan Aji Muhammad Sulaiman. Kalung ini ditemukan oleh warga di sekitar Danau Lipan, Muara Kaman pada 1890. Hingga sekarang Kalung Ciwa ini masih dipakai sebagai perhiasan kerajaan yang juga digunakan oleh raja ketika ada pesta pengangkatan raja baru.

Kalung Ciwa 4. Pedang Sultan Kutai

Pedang ini terbuat dari bahan emas yang padat. Di bagian gagang pedang terdapat ukiran seekor harimau yang sedang bersiap menerkam musuh. Sedangkan ujung sarung pedang dihiasi ukiran seekor buaya. Pedang Sultan Kutai saat ini tersimpan di Museum Nasional Jakarta.

Pedang Kerajaan Kutai 5. Kura-kura Emas

Kura-kura emas merupakan salah satu peninggalan sejarah dari Kerajaan Kutai yang

sekarang berada di Museum Mulawarman. Benda sebesar setengah kepalan tangan ini

merupakan salah satu persembahan pangeran yang berasal dari Kerajaan China kepada Putri

Sultai Kutai yang bernama Aji Bidara Putih.

(17)

Kura-kura Emas 6. Prasasti Yupa

Salah satu bukti kehadiran Kerajaan Kutai di Indonesia ditandai dengan ditemukannya peninggalan prasasti yang berwujud Yupa. Yupa yang ditulis menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta tersebut berbentuk seperti 3 tiang batu, yang konon digunakan untuk mengikat kurban untuk persembahan kepada dewa.

Prasasti YUPA

2. KERAJAAN TARUMANEGARA a. Perkembangan Kerajaan

Kerajaan Tārumanāgara berkembang kira-kira bersamaan dengan kerajaan Kutai pada abad

V M, dan berlokasi di Jawa Barat dengan rajanya bernama Pūrņawarman. Keberadaan kerajaan

Tārumanāgara dapat diketahui melalui 7 buah prasasti batu yang ditemukan di daerah Bogor,

Jakarta, dan Banten. Prasasti tersebut adalah prasasti Ciaruteun, Jambu, Kebon Kopi, Tugu, Pasir

Awi, Muara Cianten, dan Lebak. Prasasti itu ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta

yang digubah dalam bentuk syair.

(18)

Lokasi Kerajaan Tarumanegara

Corak utama kehidupan perekonomian masyarakat Tarumanegara adalah pertanian dan peternakan. Hal ini dapat diketahui dari isi Prasasti Tugu yakni tentang pembangunan atau penggalian saluran Gomati yang panjangnya mencapai 6112 tombak (12 km). Sungai ini selesai dikerjakan oleh rakyat Tarumanegara dalam kurun waktu 21 hari. Selesai penggalian Raja Purnawarman mengadakan selamatan dengan memberikan hadiah sebanyak 1.000 ekor lembu kepada para brahmana. Pembangunan/penggalian itu mempunyai arti ekonomis bagi rakyat, karena dapat digunakan sebagai sarana pengairan dan pencegahan banjir. Selain penggalian saluran Gomati dalam prasasti Tugu juga disebutkan penggalian saluran Candrabhaga. Dengan demikian rakyat akan hidup makmur, aman, dan sejahtera.

b. Keruntuhan Kerajaan

Tanda tanda kemunduran Kerajaan Tarumanegara sudah dimulai pada masa kepemimpinan Raja Sudawarman. Hal tersebut didorong oleh beberapa factor antara lain:

1. Raja sudawarman kurang peduli terhadap masalah masalah yang terjadi di kerajaannya, yang menyebabkan raja raja bawahannya merasa tidak diawasi dan tidak dilindungi 2. Pada masa pemerintahan Raja Sudawarman muncul pesaing Kerajaan Tarumanegara

yaitu Kerajaan Galuh. Kerajaan galuh didirikan oleh Wretikandayun, cucu dari Kretawan, Raja ke 8 Kerajaan Tarumanegara. Sebelum menjadi sebuah kerajaan, Galuh adalah bagian dari Kerajan Tarumanegara

3. Raja Terakhir Kerajaan tarumanegara adalah Linggawarman ( raja ke 12 ) yang tidak

memiliki putera, tetapi dia memiliki dua orang puteri , yaitu Manasih yang menikah

dengan Tarusbawa, raja pertama dari Kerajaan sunda. Sedangkan puteri ke dua adalah

Sobakancana yang menikah dengan Dapuntahyang Sri Jayanasa, Pendiri Kerajaan

Sriwijaya. Tahta Kerajaan Tarumanegara kemudian jatuh ketangan menantu pertama

yaitu Tarusbawa yang ingin mengangkat kembali kejayaan Kerajaan Tarumanegara

(19)

dengan cara mengembangkan Kerajaan sunda yang sebelumnya adalah Kerajaan bawahan Tarumanegara kemudian menggabungkan kerajaan Tarumanegara dengan Kerajaan sunda, namun ternyata hal ini membuat hubungan kerajaan Tarumanegara dengan kerajaan lainnya melemah.

4. Kerajaan galuh memutuskan untuk memisahkan diri dari Kerajaan Tarumanegara.

Pemisahan ini juga didukung oleh Kerajaan Kalingga, karena putera mahkota Kerajaan Galuh menikah dengan puteri Kerajaan kalingga. Dukungan ini membuat Kerajaan galuh meminta agar wilayah Kerajaan Tarumanegara dibagi menjadi dua yang disetujui oleh raja tarusbawa untuk menghindari perang saudara. Sehingga sejak saat itu Kerajaan Tarumanegara dibagi menjadi wilayah Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan sungai Citarum sebagai batasnya.

5. Informasi yang didapat dari Prasasti Kota Kapur (686 M) menyatakan bahwa Dapunta Hyang Sri Jayanagara berupaya melancarkan serangan kepada Bhumi Jawa karena dianggap tidak mau tunduk kepada Sriwijaya. Serangan ini diperkirakan terjadi bersamaan dengan runtuhnya Tarumanagara dan Ho-Ling menjelang akhir abad ke-7 Masehi. Hal ini tentunya cukup kuat karena memasuki abad ke-8, Sriwijaya memiliki ikatan yang kuat dengan Wangsa Sailendra dari Jawa Tengah.

Berdasarkan uraian tersebut diperkirakan Kerajaan Tarumanegara berakhir abad ke-7 M.

Karena sejak abad tersebut tidak ada lagi berita-berita yang dapat dihubungkan dengan nama rajanya. Menurut Ir. J.L. Moens dari Prasasti Kota Kapur ± 686 M di Pulau Bangka tentang perjalanan Dapuntahyang ke Bhumi Jawa dengan membawa 20.000 tentara dengan maksud untuk menghukum negeri tersebut yang tidak mau tunduk pada Sriwiaya runtuhnya Kerajaan Tarumanegara pada akhir abad tersebut disebabkan oleh penyerangan Sriwijaya.

3. KERAJAAN SRIWIJAYA a. Perkembangan Kerajaan

Kerajaan Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan besar yang terletak di Sumatra Selatan.

Menurut para ahli, pusat Kerajaan Sriwijaya ada di Palembang dan diperkirakan telah berdiri pada abad ke-7 M. Awalnya, Sriwijaya hanya kerajaan kecil. Sriwijaya berkembang menjadi kerajaan besar setelah dipimpin oleh Dapunta Hyang. Dapunta Hyang berhasil memperluas daerah kekuasaannya dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Sriwijaya berkembang sampai abad ke 13, dan sejak itu Sriwijaya berhasil ditaklukkan oleh San Fo Tsi (Swarnabhumi).

Faktor yang mendorong Sriwijaya muncul menjadi kerajaan besar adalah sebagai berikut:

(20)

✓ Letaknya yang sangat strategis di jalur perdagangan antara India dengan Cina.

✓ Kemajuan pelayaran dan perdagangan antara Cina dan India melalui Asia Tenggara.

✓ Runtuhnya Kerajaan Funan di Indocina. Dengan runtuhnya Funan memberikan kesempatan kepada Sriwijaya untuk berkembang sebagai negara maritim menggantikan Funan.

✓ Sriwijaya mempunyai kemampuan untuk melindungi pelayaran dan perdagangan di perairan Asia Tenggara dan memaksanya singgah di pelabuhan-pelabuhan.

Kepercayaan masyarakat sriwijaya yakni agama Buddha yang diperkenalkan di Sriwijaya pada tahun 425 Masehi. I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha, yaitu aliran Buddha Mahayana, Hinayana, Pendeta Budha yang terkenal di Sriwijaya diantarana adalah Dharmapala dan Sakyakirti. ❑ Dharmapala adalah seorang guru besar agama Budha dari Kerajaan Sriwijaya. Ia pernah mengajar agama Budha di Perguruan Tinggi Nalanda (Benggala). ❑ Sakyakirti adalah guru besar yang mengarang buku Hastadandasastra.

Pada masanya Sriwijaya memiliki armada laut yang kuat yang mampu menjamin keamanan di jalur-jalur pelayaran yang menuju Sriwijaya, sehingga banyak pedagang dari luar yang singgah dan berdagang di wilayah kekuasaan Sriwijaya tersebut. Kerajaan Sriwijaya mampu menguasai lalu lintas pelayaran dan perdagangan internasional selama berabad-abad dengan menguasai Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa. Setiap pelayaran dan perdagangan dari Asia Barat ke Asia Timur atau sebaliknya harus melewati wilayah Kerajaan Sriwijaya yang meliputi seluruh Sumatra, sebagian Jawa, Semenanjung Malaysia, dan Muangthai Selatan. Keadaan ini juga yang membawa penghasilan Kerajaan Sriwijaya terutama diperoleh dari komoditas ekspor dan bea cukai bagi kapal kapal yang singgah di pelabuhan-pelabuhan milik Sriwijaya. Komoditas ekspor Sriwijaya antara lain kapur barus, cendana, gading gajah, buah-buahan, kapas, cula badak, dan wangi-wangian. Kerajaan ini merupakan kerajaan maritime yang bersifat metropolitan.

b. Keruntuhan Kerajaan

Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran pada abad ke 13M. Kemunduran ini terjadi karena adanya beberapa faktor, di antaranya adalah faktor alam, ekonomi, politik, dan militer.

Faktor Geografi Ditinjau dari faktor alam, Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran

karena kota Palembang semakin jauh dari laut. Hal tersebut terjadi karena adanya pengendapan

(21)

lumpur yang dibawa oleh Sungai Musi dan sungai lainnya. Hal ini menyebabkan kapal-kapal dagang yang datang ke Palembang semakin berkurang.

Faktor Ekonomi Ditinjau dari faktor ekonomi, kota Palembang yang semakin jauh dari laut menjadi tidak strategis lagi. Karena tidak banyak kapal dagang yang singgah, sehingga kegiatan perdagangannya menjadi berkurang. Akibatnya pajak sebagai sumber pendapatan semakin berkurang. Hal ini memperlemah posisi Sriwijaya. Letak Palembang yang makin jauh dari laut menyebabkan daerah itu kurang strategis lagi kedudukannya sebagai pusat perdagangan nasional maupun internasional. Sementara itu, terbukanya Selat Berhala antara Pulau Bangka dan Kepulauan Singkep dapat menyingkatkan jalur perdagangan internasional sehingga Jambi (Kerajaan Melayu ) lebih strategis daripada Palembang.

Faktor Politik Perekonomian Sriwijaya yang semakin lemah itu menyebabkan Sriwijaya tidak mampu lagi mengontrol daerah kekuasaannya. Akibatnya, daerah-daerah bawahannya berusaha untuk melepaskan diri. Hal ini ditunjukkan dengan :

1. Setelah kekuasaan di Jawa Timur berkembang pada masa Airlangga, Sriwijaya terpaksa mengakui Jawa Timur sebagai pemegang hegemoni di Indonesia bagian timur dan Sriwijaya bagian barat.

2. Dari arah timur, Kerajaan Sriwijaya semakin terdesak ketika berkembang Kerajaan Singasari yang merupakan kelanjutan dari kerajaan Kediri , pada waktu diperintah oleh Raja Kertanegara, Kerajaan Singasari yang bercita-cita menguasai seluruh wilayah nusantara mulai mengirim ekspedisi ke arah barat yang dikenal dengan istilah Ekspedisi Pamalayu. Dalam ekspedisi ini, Kerajaan Singasari mengadakan pendudukan terhadap Kerajaan Melayu, Pahang, dan Kalimantan, sehingga mengakibatkan kedudukan Kerajaan Sriwijaya semakin terdesak.

3. Selain itu kedudukan Kerajaan Sriwijaya semakin terdesak, karena munculnya kerajaan-kerajaan besar yang juga memiliki kepentingan dalam dunia perdagangan, seperti Kerajaan Siam di sebelah utara. Kerajaan Siam memperluas wilayah kekuasaannya ke arah selatan dengan menguasai daerah-daerah di Semenanjung Malaya termasuk Tanah Genting Kra. Jatuhnya Tanah Genting Kra ke dalam kekuasaan Kerajaan Siam mengakibatkan kegiatan pelayaran perdagangan di Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang.

Faktor Militer Dalam segi militer, kemunduran Sriwijaya disebabkan adanya serangan

militer dari kerajaan lain antaranya sebagai berikut :

(22)

1. Serangan Raja Dharmawangsa pada tahun 990 M. Ketika itu yang berkuasa di Sriwijaya adalah Sri Sudamani Warmadewa. Walaupun serangan ini tidak berhasil, tetapi telah melemahkan Sriwijaya

2. Serangan dari Kerajaan Colamandala yang diperintah oleh Raja Rajendracoladewa pada tahun 1023 dan 1030. Serangan ini ditujukan ke Semenanjung Malaka dan berhasil menawan raja Sriwijaya. Serangan ketiga dilakukan pada tahun 1068 M dilakukan oleh Wirarajendra, cucu Rajendracoladewa.

3. Pengiriman ekspedisi Pamalayu atas perintah Raja Kertanegara, 1275-1292, yang diterima dengan baik oleh Raja Melayu (Jambi),, Mauliwarmadewa, semakin melemahkan kedudukan Sriwijaya.

4. Serangan Kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman atas perintah Mahapatih Gajah Mada pada tahun 1477 yang mengakibatkan Sriwijaya menjadi taklukan Majapahit.

Akibat beberapa serangan tersebut, berakhirlah peranan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim sekaligus sebagai kerajaaan yang bertaraf nasional pertama. Dengan faktor politis dan ekonomi itu, maka sejak akhir abad ke-13 M kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan kecil dan wilayahnya terbatas pada daerah Palembang. Kerajaan Sriwijaya yang kecil dan lemah akhirnya dihancurkan oleh Kerajaan Majapahit tahun 1377 M.

4. KERAJAAN MATARAM KUNO a. Perkembangan Kerajaan

Kerajaan Mataram dikenal dari prasasti Canggal yang berasal dari halaman percandian di

Gunung Wukir Magelang. Prasasti ini berhuruf pallawa dan berbahasa sansekerta, serta berangka

tahun 654 S (732 M). Isinya adalah memperingati didirikannya sebuah lingga (lambang Siwā)

(23)

oleh raja Sanjaya diatas bukit Kunjarākunjā di pulau Yawadwipā yang kaya akan hasil bumi.

Yawadwipa mula-mula diperintah oleh raja Sanna yang bijaksana. Pengganti Sanna yaitu raja Sanjaya, anak Sannaha, saudara perempuan raja Sanna. Ia adalah seorang raja gagah berani yang telah menaklukkan raja-raja di sekelilingnya dan raja yang ahli dalam kitab-kitab suci.

Mendirikan lingga adalah lambing mendirikan atau membangun kembali suatu kerajaan. Sanjaya memang dianggap Wamçakarta kerajaan Mataram. Hal ini juga terlihat dari prasasti para raja yang menggantikannya, misal prasasti dari Balitung yang memuat silsilah yang berpangkal dari Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Bahkan ada pula prasasti yang menggunakan tarikh Sanjaya.

Kecuali prasasti Canggal tidak ada prasasti lain dari Sanjaya, yang ada ialah prasasti-prasasti dari keluarga raja lain yaitu Syailendrawangsa. Istilah Syailendrawangsa dijumpai pertama kali di dalam prasasti Kalasan tahun 700 S (778 M). Prasasti ini ditulis dengan huruf pra-nagari dan berbahasa sansekerta. Isinya adalah pendirian bangunan suci bagi Dewi Tarā dan sebua biara bagi para pendeta oleh Maharaja Tejahpurna Panaŋkaran. Bangunan tersebut adalah Candi Kalasan di Yogyakarta. Rupa-rupanya keluarga Sanjaya ini terdesak oleh para Syailendra, tetapi masih mempunyai kekuasaan di sebagian Jawa Tengah. Meskipun demikian masih ada kerjasama antara keluarga Sanjaya dan Syailendra (Sumadio, 1994).

Pada pertengahan abad IX kedua wangsa ini bersatu melalui perkawinan Rakai Pikatan dan Pramodawardani, raja puteri dari keluarga Syailendra. Dalam masa pemerintahan Syailendra banyak bangunan suci didirikan untuk memuliakan agama Buddha, antara lain candi Kalasan, Sewu, dan Borobudur. Rakai Pikatan dari wangsa Sanjaya telah pula mendirikan bangunan suci agama Hindu seperti candi Loro Jonggrang di Prambanan. Mengenai wangsa raja-raja yang berkuasa di kerajaan Mataram ini terdapat dua pendapat yang berbeda. Casparis (1956) berpendapat bahwa sejak pertengahan abad VIII ada 2 wangsa raja yang berkuasa yaitu wangsa Sanjaya yang beragama Siwa dan para pendatang baru dari Funan yang menamakan dirinya wangsa Syailendra yang beragama Buddha Mahayana. Pendapat Casparis tersebut ditentang oleh Poerbatjaraka. Menurut Poerbatjaraka (1956), hanya ada satu wangsa saja yaitu wangsa Syailendra yang merupakan orang Indonesia asli dan anggota-anggotanya semula menganut agama Siwa, tetapi sejak pemerintahan Rakai Panangkaran menjadi penganut agama Buddha Mahayana, untuk kemudian pindah lagi menjadi penganut agama Siwa sejak pemerintahan Rakai Pikatan.

b. Keruntuhan Kerajaan

Sesudah Dyah Wawa wafat digantikan menantunya yaitu Mpu Sindok selanjutnya

memindahkan kerajaannya ke Jawa Timur dan mendirikan dinasti baru yaitu Dinasti Isyana pada

tahun 928 M. Konon pemindahan ini dikarenakan letusan Gunung Merapi, gempa vulkanik, dan

(24)

hujan material vulkanik yang membuat kacau banyak daerah di Jawa Tengah. Menurut teori van Bammelen, perpindahan istana Medang dari Jawa Tengah menuju Jawa Timur disebabkan oleh letusan Gunung Merapi yang sangat dahsyat. Konon sebagian puncak Merapi hancur. Kemudian lapisan tanah begeser ke arah barat daya sehingga terjadi lipatan, yang antara lain, membentuk Gunung Gendol dan lempengan Pegunungan Menoreh. Letusan tersebut disertai gempa bumi dan hujan material vulkanik berupa abu dan batu. Di Jawa timur ini Mpu Sindok melanjutkan Kerajaan Medang Kamulan. Istana Medang yang diperkirakan kembali berada di Bhumi Mataram hancur.

Tidak diketahui dengan pasti apakah Dyah Wawa tewas dalam bencana alam tersebut ataukah sudah meninggal sebelum peristiwa itu terjadi, karena raja selanjutnya yang bertakhta di Jawa Timur bernama Mpu Sindok yang menjabat sebagai Rakryan Mapatih Hino mendirikan istana baru di daerah Tamwlang.

Prasasti tertuanya berangka tahun 929. Dinasti yang berkuasa di Medang periode Jawa

Timur bukan lagi Sanjayawangsa, melainkan sebuah keluarga baru bernama Isanawangsa, yang

merujuk pada gelar abhiseka Mpu Sindok yaitu Sri Isana Wikramadharmottungga. Permusuhan

dengan Sriwijaya Kekuasaan Wangsa Sailendra meliputi Kerajaan Medang dan juga kerajaan

Sriwijaya di pulau Sumatra. Hal ini ditandai dengan ditemukannya Prasasti Ligor tahun 775 yang

menyebut nama Maharaja Wisnu dari Wangsa Sailendra sebagai penguasa Sriwijaya. Hubungan

senasib antara Jawa dan Sumatra berubah menjadi permusuhan ketika Wangsa Sanjaya bangkit

kembali memerintah Medang. Menurut teori de Casparis, sekitar tahun 850–an, Rakai Pikatan

berhasil menyingkirkan seorang anggota Wangsa Syailendra bernama Balaputradewa putra

Samaragrawira. Balaputradewa kemudian menjadi raja Sriwijaya di mana ia tetap menyimpan

dendam terhadap Rakai Pikatan. Perselisihan antara kedua raja ini berkembang menjadi

permusuhan turun-temurun pada generasi selanjutnya. Selain itu, Medang dan Sriwijaya juga

bersaing untuk menguasai lalu lintas perdagangan di Asia Tenggara. Rasa permusuhan Wangsa

Sailendra terhadap Jawa terus berlanjut bahkan ketika Wangsa Isana berkuasa. Sewaktu Mpu

Sindok memulai periode Jawa Timur, pasukan Sriwijaya datang menyerangnya. Pertempuran

terjadi di daerah Anjukladang (sekarang Nganjuk, Jawa Timur) yang dimenangkan oleh pihak

Mpu Sindok.

(25)

LAMPIRAN 1

INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP Nama Sekolah : SMA Islam Nurul Ulum Gayam Kelas/Semester : X / 2

Tahun Pelajaran : 2021/2022

No Tanggal Nama Siswa Catatan Perilaku Butir Sikap Ket

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

(26)

LAMPIRAN 2

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu-Buddha Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya dan Mataram Kuno

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia (Wajib) Kelas/Semester : X/ 2

Kompetensi dasar : 3.6 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini

Waktu : 50 menit

Alat/Bahan : Kertas, Bolpoin dll

Informasi :

Dengan mengerjakan LKPD singkat ini, peserta didik diharapkan dapat : a. Mendeteksi perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada

masa kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia

b. Mengumpulkan bukti-bukti kehidupan pengaruh Hindu dan Buddha yang masih ada sampai masa kini

c. Menyajikan karya tulis tentang nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan Hindu dan Buddha yang masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini

Aktivitas A

1. Berkumpullah dengan Kelompok yang sudah disediakan.

2. Baca dan diskusikan materi yang sudah kalian dapatkan!

3. Sesudah membaca dan berdiskusi, Tulislah beberapa informasi yang kamu dapat dan Jawab pertanyaan di bawah ini!

Jawablah Pertanyaan di bawah ini.

1. Tuliskan kembali perkembangan kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Mataram Kuno?

...

...

2. Jelaskan kembali faktor-faktor yang mendorong perkembangan kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Mataram Kuno!

………...

...

3. Identifikasi faktor-faktor penyebab keruntuhan kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Mataram Kuno!

...

...

(27)

INSTRUMEN PENILAIAN PENGETAHUAN/PENUGASAN Nama Sekolah : SMA Islam Nurul Ulum Gayam

Kelas/Semester : X / 2 Tahun Pelajaran : 2021/2022

No Kompetensi Dasar Materi Indikator Bentuk Soal Jumlah

Soal 1 3.6 Menganalisis

perkembangan

kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini

Kerajaan- Kerajaan pada Masa Hindu- Buddha Kerajaan Kutai,

Tarumanegara, Sriwijaya dan Mataram Kuno

Mendeskripsikan perkembangan kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Mataram Kuno

Uraian (Diskusi)

1

Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong

perkembangan kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Mataram Kuno.

Uraian (Diskusi)

1

Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong keruntuhan kerajaan Kutai, Tarumanegara,

Sriwijaya, Mataram Kuno,

Uraian (Diskusi)

1

Indikator Pencapaian Kompetensi :

INDIKATOR SOAL

Mendeskripsikan perkembangan kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Mataram Kuno

Tuliskan Kembali perkembangan kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Mataram Kuno!

Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong perkembangan kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Mataram Kuno.

Jelaskan kembali faktor-faktor yang mendorong perkembangan kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Mataram Kuno!

Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong keruntuhan kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Mataram Kuno,

Identifikasi faktor-faktor yang mendorong

keruntuhan kerajaan Kutai, Tarumanegara,

Sriwijaya, Mataram Kuno!

(28)

Pedoman Penskoran dan Kunci Jawaban

No Kunci Jawaban Skor

1 5

2 10

3 10

Nilai Maksimum 25

Pedoman Penskoran :

(29)

LAMPIRAN 3

INSTRUMEN PENILAIAN KETRAMPILAN

RUBRIK PENSKORAN PENILAIAN KINERJA

Referensi

Dokumen terkait

4.5.2 Melalui lembar kerja siswa, peserta didik mampu menyelesaikan masalah kontekstual barisan dan deret aritmatikad. D.MATERI PEMBELAJARAN

Menyajikan hasil penyusunan kertas kerja secara lisan maupun tulisan Dengan disajikan akun jurnal penyesuaian Peserta didik dapat menganalisis kertas kerja Dengan

Penulis membatasi pembahasan permasalahan dalam rumusan masalah untuk menghidari meluasnya arah penulisan skripsi ini hanya sebatas mengenai bagaimanakah implementasi Pasal

Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah bagi pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung,

Berdasarkan latar belakang diatas penulis termotivasi untuk meneliti tentang pengaruh manajemen sinkop terhadap penanganan sinkop pada tim PMR SMAN 5 Jember

Ajat Sudrajat, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada saya untuk melakukan penelitian.. Bapak Grendi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan, maka diperoleh kesimpulan bahwa melalui media balok huruf yang diberi penyangga memudahkan anak untuk mencoba

Para pejuang yang terlibat dalam peristiwa tersebut merupakan rakyat Musi Banyuasin yang tergabung dalam berbagai macam kumpulan seperti: pasukan dari Kompi I dan