• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA IBU HAMIL DAN MENYUSUI DI WILAYAH SURABAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA IBU HAMIL DAN MENYUSUI DI WILAYAH SURABAYA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

10 Jurnal Farmasi KomunitasVol. 5, No. 1, (2018) 10-17

ORIGINAL ARTICLE

PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA IBU HAMIL DAN MENYUSUI DI WILAYAH SURABAYA

Aminatush Ummah1) , Anisah R. Safana1), Binti I. Solichah1), Desty A. Putri1), Diva Maulidina1), Indy B.

Haq1), Lea N. Yufria1), Malisda I. Leonald1), Rizky Silvia1), Shafira A. Rahma1), Theresia C. J Atmaja1), Titik Farida1), Wahyu Utami1)

1) Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Jl. Dharmawangsa No. 4-6, Surabaya Indonesia E-mail :aminatush.ummah-2015@ff.unair.ac.id

ABSTRAK

Perubahan fisiologis selama kehamilan dan menyusui mempengaruhi proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil penggunaan obat selama kehamilan dan menyusui meliputi kendala penggunaan obat, kekhawatiran menggunakan obat, dan keamanan terkait cara memperoleh obat, ketepatan indikasi dan dosis. Pengambilan data dilakukan di wilayah Gubeng, Karang Menjangan dan Mojo, Surabaya. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional melalui metode survei dengan instrumen kuesioner. Pengambilan data dilakukan pada 121 responden dengan kriteria ibu hamil dan menyusui usia 25-40 tahun. Hasil penelitian didapatkan bahwa ibu hamil memperoleh obat dan suplemen melalui tenaga kesehatan (100%). Ibu menyusui memperoleh obat dan suplemen melalui swamedikasi (84,5%) dan melalui tenaga kesehatan (15,5%).

Obat dan suplemen yang didapat melalui swamedikasi sudah tepat indikasi dan dosis (100%). Responden ibu hamil tidak memiliki kendala dalam menggunakan obat (0%), tetapi masih memiliki kekhawatiran dalam menggunakan obat (67,6%). Responden ibu menyusui masih memiliki kendala saat menggunakan obat (5,26%) dan khawatir menggunakan obat (14,3%), sehingga melalui penelitian ini diharapkan apoteker dapat memberikan edukasi melalui promosi kesehatan.

Kata kunci: Kehamilan, menyusui, penggunaan Obat

ABSTRACT

Physiological changes during pregnancy and lactation affect the process of drug absorption, distribution, metabolism and excretion in the body. This study aims to determine the profile of drug used during pregnancy and lactation including the constraints of drug use, concern about using drugs, and safety related to get the drug, the accuracy of drug indication and dosage. The data collection was conducted in some districts in Surabaya including Gubeng, Karang Menjangan and Mojo. The study was designed as a cross sectional through a survey using a questionnaire. The data were collected from 121 respondents who were pregnant and lactating mothers aged 25-40 years. The results showed that pregnant women obtained drugs and supplements through healthcare professionals (100%). Lactating mothers obtained drugs and supplements through self-medication (84,5%) and through healthcare professionals (15,5%). Drugs and supplements obtained through self-medication were (100%) appropriate indication and dosage. Respondents of pregnant women did not have problems in using drugs (0%), but still had concerns in using drugs (67,6%). Respondents of lactating mother still have problems when using drugs (5,26%) and concerns about using drugs (14,3%). Furthermore in this study, pharmacists are expected to provide education through health promotion.

Keywords: Pregnancy, Lactation, Drug Use.

(2)

11 Jurnal Farmasi KomunitasVol. 5, No. 1, (2018) 10-17

PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan semua komponen masyarakat di Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Pembangunan kesehatan diwujudkan melalui program pemerintah yaitu Program Indonesia Sehat dengan menegakkan tiga pilar utama meliputi penerapan paradigma sehat, penguatan pelayanan masyarakat dan pelaksanaan jaminan kesehatan nasional. Salah satu penerapan paradigma sehat adalah dengan upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak. Fokus utama dari peningkatan kesehatan ibu dan anak berada pada masa kehamilan dan menyusui (Kemenkes RI, 2016).

Pada masa kehamilan perlu adanya adaptasi terhadap perubahan-perubahan fisiologis dan hormonal, sepertiamenorrhea (menstruasi terhenti), mual, muntah, keluhan kencing, konstipasi, perubahan berat badan, perubahan suhu basal, perubahan warna kulit, perubahan payudara, perubahan pada uterus dan perubahan pada serviks (Sitanggang and Nasution, 2012). Perubahan fisiologis saat kehamilan mempengaruhi laju obat dalam tubuh karena volume plasma meningkat sehingga dapat menurunkan konsentrasi obat yang diminum (Sachdeva et al., ). Penggunaan beberapa obat pada saat kehamilan dapat menembus plasenta sehingga memberikan efek negatif pada perkembangan janin (Briggs et al., 2002). Obat yang larut dalam lemak, non polar, tidak terion dan berukuran kecil (<200 dalton) akan mudah melewati pori membran epitel susu.

Plasma relatif sedikit lebih basa dari Air Susu Ibu (ASI) sehingga akan lebih banyak dalam bentuk tidak terionisasi yang mudah menembus membran alveoli dan kapiler susu (Depkes RI, 2006) .

Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini dilakukan di wilayah Gubeng, Karang Menjangan dan Mojo, Surabaya untuk mengetahui profil penggunaan obat pada ibu hamil dan menyusui meliputi kendala penggunaan obat, kekhawatiran menggunakan obat, dan keamanan terkait cara memperoleh obat, ketepatan indikasi dan dosis.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain cross sectional metode survei dengan instrumen kuesioner. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil penggunaan obat selama kehamilan dan menyusui meliputi kendala penggunaan obat, kekhawatiran

menggunakan obat dan keamanan terkait cara memperoleh obat, ketepatan indikasi dan dosis.

Sumber data yang digunakan berupa data primer, yang diperoleh dari hasil kuesioner responden. Penelitian ini dilakukan di wilayah Gubeng, Karang Menjangan, dan Mojo, Surabaya.. Populasi dalam penelitan ini adalah ibu hamil dan menyusui pada tiga wilayah di Surabaya yang memenuhi kriteria inklusi: (1) berusia 25-40 tahun, (2) sedang menggunakan obat baik secara rutin maupun tidak dalam 3 bulan terakhir, (3) dapat berkomunikasi dengan baik dan (4) bersedia menjadi responden.

Sebelum penelitian dilakukan, responden diberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian. Responden diberikan informed consent yang merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non random sampling yaitu accidental sampling dengan total responden untuk ibu hamil dan menyusui sebesar 123 orang, dengan rincian ibu hamil sebanyak 39 responden dan ibu menyusui sebanyak 84 responden. Data yang dianalisis sebanyak 121 responden karena terdapat 2 kuesioner ibu hamil yang tidak dapat diolah karena jawaban tidak terisi secara keseluruhan.

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar kuesioner yang telah dibuat sendiri oleh peneliti yang sebelumnya sudah dilakukan uji validitas berupa validitas isi dan rupa. Uji validitas isi dilakukan dengan membuat kuesioner sesuai dengan variabel yang akan diteliti dan telah dikoreksi oleh pakar yaitu dosen Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya. Uji validitas rupa dilakukan oleh peneliti secara langsung terhadap masyarakat di sekitar lokasi penelitian sebanyak 10 responden.

Seluruh data dianalisis secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk frekuensi dan persentase pada tabel dan grafik. Profil cara memperoleh obat dan suplemen dapat dilihat dari jawaban responden yang memperoleh obat melalui tenaga kesehatan dan secara swamedikasi. Profil ketepatan indikasi dan dosis dapat dilihat dari kesesuaian antara obat yang didapatkan dan cara penggunaannya dengan keluhan yang dirasakan responden.

Menurut literatur, kendala dalam penggunaan obat diantaranya ialah kurangnya pemahaman tentang penggunaan obat yang tepat dan rasional (Depkes RI, 2015). Profil kendala dalam penggunaan obat dapat dilihat dari jawaban responden terkait dengan cara penggunaan obat dan cara menyimpan obat.

(3)

12 Jurnal Farmasi KomunitasVol. 5, No. 1, (2018) 10-17

Kekhawatiran merupakan bentuk perubahan emosional ibu pada masa kehamilan dan menyusui (Pieter and Namora, 2010). Profil kekhawatiran dalam penggunaan obat dapat dilihat dari jawaban responden antara lain khawatir efek samping pada janin, khawatir mengganggu pertumbuhan janin, khawatir obat masuk ke dalam ASI dan khawatir obat mengganggu kelancaran produksi ASI. Jawaban dari responden kemudian dianalisis kesesuaiannya menggunakan literatur yang mengacu pada textbook Martindale edisi 36, BNF edisi 73 dan New Guide to Medicine and Drugs edisi 8 (BNF, 2017; O’Shaughnessy, 2011; Sweetman, 2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Demografi Karakteristik Responden No Karakteristik Ibu Hamil

(n=37) n (%)

Ibu Menyusui

(n=84) n (%)

1

Usia Kehamilan

Trimester I 4 (10,8) Trimester II 10 (27,0) Trimester III 23 (62,2) Usia Anak

0 – 6 bulan 34 (40,4)

7 – 12 bulan 25 (29,8)

>12 bulan 25 (29,8)

2.

Aktivitas

Pegawai Kantor 6 (16,2) 21 (25,0) Wiraswasta 7 (18,9) 14 (16,7)

Ibu Rumah

Tangga

20 (54,1) 35 (41,7)

Tenaga Kesehatan

4 (10,8) 14 (16,7)

3.

Riwayat penyakit :

Kronis 2 (5,4) 4 (4,8)

Non kronis 35 (94,6) 80 (95,2)

4.

Swamedikasi :

Ya 0 (0) 71 (84,5)

Tidak 37 (100) 13 (15,5)

5.

Frekuensi Cek Kesehatan

1 bulan sekali 31 (83,8) 3 bulan sekali 2 (5,4) Saat sakit 4 (10,8)

Sering 0

Jarang 13

(15,5)

Tidak pernah 71 (84,5)

Dalam penelitian ini, dilakukan kegiatan survei pada 37 ibu hamil dan 84 ibu menyusui dengan karakteristik responden pada Tabel 1. Jumlah tersebut sesuai dengan jumlah ibu menyusui yang lebih banyak daripada jumlah ibu hamil (Kemenkes RI, 2013).

Tabel 2. Cara Memperoleh Obat selama Masa Kehamilan (n = 37)

Trimester

Cara Memperoleh Obat (%) Swamedikasi Resep dari

tenaga kesehatan

1 0 5 (13,51)

2 0 11 (29,73)

3 0 21 (56,76)

Tabel 3. Cara Memperoleh Obat selama Masa Menyusui (n = 84)

Usia Anak

Cara Memperoleh Obat (%) Swamedikasi

n = 71

Resep dari tenaga kesehatan

n = 13

≤6 bulan 31 (43,66) 3 (23,08)

>6 bulan 40 (56,34) 10 (76,92) Selama masa kehamilan dan menyusui penggunaan obat harus mempertimbangkan manfaat yang lebih besar daripada resiko (Pernia and DeMaagd, 2016). Pada Tabel 2, dapat diketahui bahwa ibu hamil tidak ada yang melakukan swamedikasi atau membeli obat sendiri tanpa resep dokter selama masa kehamilan. Berdasarkan hasil survei, obat-obatan yang diperoleh ibu hamil melalui tenaga kesehatan seperti dokter, apoteker dan bidan merupakan tindakan yang tepat karena pada masa kehamilan penggunaan obat harus selalu berada pada pengawasan tenaga kesehatan untuk mencegah efek samping yang membahayakan janin (Depkes RI, 2006). Hal tersebut dikarenakan beberapa obat dapat memberi risiko bagi kesehatan ibu dan dapat memberi efek pada janin. Selama trimester pertama, obat dapat menyebabkan cacat lahir (teratogenesis) dengan risiko terbesar adalah kehamilan 3-8 minggu.

Selama trimester kedua dan ketiga, obat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan secara fungsional pada janin atau dapat meracuni plasenta (Siregar, 2016).

Pada Tabel 3, diketahui sebanyak 84,52% (n = 84) ibu menyusui memilih melakukan swamedikasi obat dan suplemen.

Swamedikasi dapat dilakukan oleh ibu hamil

(4)

13 Jurnal Farmasi KomunitasVol. 5, No. 1, (2018) 10-17

dan menyusui saat memperoleh obat di apotek.

Apoteker akan memberikan edukasi kepada ibu hamil dan menyusui yang memerlukan obat non resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat bebas atau obat bebas terbatas yang sesuai (Permenkes RI, 2014).

Tabel 4. Tabel Ketepatan Obat pada Swamedikasi Ibu Menyusui (n = 71)

Kategori*

Indikasi Dosis

Tepat n (%)

Tidak tepat n (%)

Tepat n (%)

Tidak tepat n (%) Suplemen 17

(100)

0(0) 17 (100) 0(0)

Obat 63

(100)

0(0) 63 (100) 0(0)

Keterangan: *Responden bisa mendapatkan lebih dari satu obat dan suplemen.

Profil penggunaan obat selama masa kehamilan dan menyusui terkait keamanan juga dilihat dari ketepatan indikasi dan dosis. Ibu menyusui yang melakukan swamedikasi dikatakan tepat apabila memenuhi kriteria obat yang rasional yaitu tepat indikasi dan tepat dosis (WHO, 2017). Pada Tabel 4, profil penggunaan obat yang tepat indikasi ditunjukkan dengan kesesuaian antara obat dan suplemen yang didapatkan responden dengan indikasi pada literatur. Tepat dosis ditunjukkan dengan kesesuaian antara cara penggunaan obat yang telah dilakukan responden dengan cara penggunaan obat pada literatur. Hal ini dapat ditunjukkan dari salah satu responden yang mengonsumsi parasetamol 500 mg tiga kali sehari untuk mengobati nyeri kepalanya, sudah tepat indikasi dan dosis yaitu parasetamol merupakan golongan NSAID dengan dosis 0,5-1 g setiap 4-6 jam dengan dosis maksimum 4 g per hari (Sweetman, 2009)

Grafik 1. Penggunaan Obat dan Suplemen (n = 200)

Profil obat yang digunakan oleh ibu hamil dan menyusui pada Grafik 1 dikelompokkan berdasarkan kategori suplemen dan obat sebagai terapi. Suplemen sangat diperlukan untuk menunjang kebutuhan zat gizi selama kehamilan, sedangkan obat digunakan untuk mengobati serta mencegah penyakit (Allen and Ansel, 2014; Swamilaksita, 2016).

Tabel 5. Kategori Penggunaan Obat sebagai Suplemen untuk Ibu Hamil (n = 76)

Golongan Obat sebagai Suplemen*

Trimester n (%) I II III

Asam Folat 8 4 6 18 (23,68) Zat besi - 2 2 14 (18,42) Kalsium 2 - 2 14 (18,42) Docosahaxaeno

ic Acid

2 - 2

20 (26,32)

Hormon - 4 - 6 (7,89)

Omega - 2 - 4 (5,62)

Keterangan: *Responden bisa mendapatkan lebih dari satu suplemen

Tabel 6. Kategori Penggunaan Obat sebagai Terapi Farmakologis untuk Ibu Hamil (n = 28)

Golongan Obat sebagai Terapi

Farmakologis

*

Trimester

n (%) I II III

Antiemetik 2 2 2 6

(21,43)

Analgesik - 2 2 4

(14,28)

Antasida 2 - 2 4

(14,28)

Antibiotik 2 - 2 4

(14,28) Anti-Inflamasi

Non-steroid - 4 - 4

(14,28) Proton Pump

Inhibitor - 2 - 2 (7,14)

Ekspektoran - 2 2 4

(14,28) Keterangan: *Responden bisa mendapatkan lebih dari satu obat

Pada Tabel 5 dan 6, obat dikelompokkan berdasarkan kategori usia kehamilan yaitu trimester 1, trimester 2 dan trimester 3. Pemberian suplemen pada masa kehamilan dianjurkan pada ibu hamil karena berpengaruh pada perkembangan janin (Swamilaksita, 2016). Pada trimester 1 terjadi

(5)

14 Jurnal Farmasi KomunitasVol. 5, No. 1, (2018) 10-17

pembentukan janin, sehingga pada bulan 0-3 kehamilan pemberian suplemen Docosahaxaenoic Acid (DHA) dan asam folat harus diperhatikan. Sedangkan pada trimester 2 dan 3 terjadi perkembangan janin hingga proses kelahiran, sehingga pemberian suplemen dianjurkan agar bayi yang dilahirkan dalam keadaan sehat (Rohyatun, 2014).

Berdasarkan Tabel 5, suplemen yang paling sering digunakan oleh ibu hamil adalah DHA. Hal ini dikarenakan DHA berfungsi membantu proses perkembangan otak, terutama pada saat otak tumbuh dengan cepat di trimester 3 kehamilan hingga anak usia 2 sampai 3 tahun (Parti, 2015). Sedangkan obat sebagai terapi yang paling sering digunakan oleh ibu hamil adalah golongan antiemetik yang ditunjukkan pada Tabel 6. Antiemetik berfungsi untuk mengurangi gejala mual dan muntah yang terjadi pada ibu hamil trimester 1 (Murdiana, 2016).

Berdasarkan hasil kuesioner yang diperoleh, ibu dengan masa kehamilan memasuki trimester 3 masih mendapatkan resep obat antiemetik. Hal tersebut disebabkan karena perubahan kondisi fisiologis setiap individu berbeda (Sachdeva et al., 2009).

Tabel 7. Kategori Penggunaan Obat Suplemen dan Terapi Farmakologis untuk Ibu Menyusui (n = 96)

Golongan Obat*

Usia Anak n (%)

≤ 6 Bulan

> 6 Bulan

Pelancar ASI 8 2 10 (50)

Penambah Darah

2 8 10 (50)

Analgesik 4 12 16

(21,05)

Obat Asma 2 6 8

(10,53)

Antiemetik 2 2 4

(5,26)

Obat Flu 14 18 32

(42,10)

Obat Batuk 2 0 2

(2,63)

Antihipertensi 2 0 2

(2,63)

Antibiotik 0 2 2

(2,63) Lain-lain

(Antasida, Kontrasepsi)

0 10 10

(13,16) Keterangan: *Responden bisa mendapatkan lebih dari satu obat dan suplemen

Berdasarkan Tabel 7, penggunaan obat pada ibu menyusui dikelompokkan berdasarkan usia anak yaitu ≤ 6 bulan dan > 6 bulan. Profil obat yang digunakan merupakan obat-obatan yang aman untuk ibu menyusui (WHO, 2017).

Kinetika obat yang diminum ibu menyusui dipengaruhi oleh perubahan fisiologis yang berdampak pada perubahan respon tubuh terhadap obat (Siregar, 2016). Konsentrasi obat dalam darah ibu adalah faktor utama yang berperan pada proses transfer obat ke ASI.

Hampir semua obat yang diminum ibu menyusui terdeteksi didalam ASI, namun konsentrasi obat pada ASI umumnya rendah.

Oleh karena itu, perlu perhatian khusus terkait penggunaan obat dalam masa menyusui (Hale, 2012).

Ibu menyusui menggunakan pelancar ASI dan penambah darah. Pemberian pelancar ASI pada masa menyusui dapat dipercaya membantu merangsang, mempertahankan atau meningkatkan produksi ASI. Sedangkan penggunaan suplemen penambah darah bertujuan untuk memenuhi nutrisi ibu selama masa menyusui (Hastuti, 2017).Sebagian besar ibu menyusui menggunakan pelancar ASI pada usia anak ≤ 6 bulan karena pada masa tersebut bayi sangat membutuhkan asupan nutrisi yang tinggi, sehingga pemberian ASI eksklusif sangat dianjurkan (Maryunani, 2012).

Grafik 2. Kendala Penggunaan Obat pada Masa Kehamilan (n = 37) dan Menyusui (n = 84)

Kendala dalam penggunaan obat antara lain kurangnya pemahaman tentang cara penggunaan obat yang tepat dan cara menyimpan obat yang benar (Depkes RI, 2015).

Pada Grafik 2, dapat diketahui bahwa ibu hamil tidak mengalami kendala dalam penggunaan obat. Semua responden menggunakan obat sesuai dengan aturan penggunaan obat yang

(6)

15 Jurnal Farmasi KomunitasVol. 5, No. 1, (2018) 10-17

diinformasikan tenaga kesehatan seperti dokter dan apoteker.

Profil kendala penggunaan obat pada ibu menyusui terkait cara penggunaan obat sebanyak 2,38% (n = 84) disebabkan oleh kesulitan dalam menentukan jarak waktu penggunaan obat. Ibu tidak mengetahui jarak antara penggunaan obat dengan waktu pemberian ASI terhadap bayi. Waktu pemberian ASI pada bayi paling baik adalah sesaat sebelum ibu minum obat, karena pada kondisi itu konsentrasi obat yang terkandung dalam ASI berada pada kadar paling rendah (Hotham and Hotham, 2015). Selain itu, terdapat kendala terkait cara penyimpanan obat yaitu ibu menyimpan obat tidak pada tempat yang sesuai.

Produk farmasi harus disimpan pada kondisi yang sesuai untuk mencegah atau meminimalisir terjadinya degradasi obat yang akan mempengaruhi kualitas dan keamanan obat (BPOM, 2012).

Grafik 3. Kekhawatiran Ibu Hamil Menggunakan Obat (n = 37)

Pada masa kehamilan, beberapa obat mampu menembus barier plasenta (Depkes RI, 2015). Berdasarkan Grafik 3, kekhawatiran yang dirasakan oleh ibu hamil terbagi menjadi dua kategori yaitu khawatir obat memberikan efek samping pada janin sebanyak 62,16% (n = 37) dan khawatir mengganggu pertumbuhan janin sebanyak 5,41% (n = 37).

Grafik 4. Kekhawatiran Ibu Menyusui Menggunakan Obat (n = 84)

Pada Grafik 4, kekhawatiran ibu saat menggunakan obat selama menyusui terbagi menjadi dua kategori yaitu efek samping obat yang dapat berpengaruh pada anak saat menyusui 2,38% (n = 84) dan kekhawatiran pada kelancaran produksi ASI 11,91% (n = 84), sehingga ibu memutuskan untuk menghentikan pemberian ASI selama masa pengobatan. Bayi yang tidak mendapatkan ASI dengan cukup akan memiliki asupan gizi yang kurang baik dan dapat menyebabkan proses pertumbuhan lambat (stunting) (Indrawati, 2016).

Secara umum, hasil penelitian menunjukkan profil penggunaan obat selama masa kehamilan dan menyusui masih ditemukan adanya kendala dan kekhawatiran yang dirasakan saat menggunakan obat. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki ibu hamil dan menyusui terkait obat yang aman digunakan saat hamil atau menyusui (IDI, 2011). Penelitian lain menunjukkan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan ibu terkait dengan penggunaan obat yang aman selama masa menyusui (Sagitaras et al., 2016).

Oleh sebab itu, diperlukan edukasi dan promosi kesehatan untuk memberikan pengetahuan terkait dengan obat yang aman digunakan pada masa kehamilan dan menyusui sehingga ibu hamil dan menyusui tidak perlu khawatir menggunakan obat saat sakit (Depkes RI, 2006).

Hasil penelitian menunjukkan masih ada kendala dan kekhawatiran penggunaan obat selama kehamilan dan menyusui. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki ibu hamil dan menyusui terkait dengan penggunaan obat sehingga diperlukan perhatian khusus dari tenaga kesehatan untuk memantau dan memberikan edukasi terkait obat selama masa kehamilan dan menyusui. Peran apoteker dibutuhkan untuk memberikan edukasi kepada

(7)

16 Jurnal Farmasi KomunitasVol. 5, No. 1, (2018) 10-17

ibu hamil dan menyusui terkait penggunaan obat yang aman, efektif dan dapat dipatuhi melalui promosi kesehatan dengan menggunakan media promosi yang sesuai agar mudah dipahami oleh ibu hamil dan menyusui.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian profil penggunaan obat selama masa kehamilan dan menyusui terkait cara memperoleh obat, ketepatan indikasi dan dosis, kendala penggunaan obat dan kekhawatiran penggunaan obatmenunjukkan bahwa semua ibu hamil memperoleh obat dan suplemen melalui tenaga kesehatan. Ibu menyusui lebih banyak memperoleh obat dan suplemen secara swamedikasi daripada resep oleh tenaga kesehatan. Obat dan suplemen yang didapat melalui swamedikasi sudah tepat indikasi dan dosis.

SARAN

Diperlukan edukasi secara langsung kepada ibu hamil dan menyusui terkait penggunaan obat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Dr.

Wahyu Utami, MS., Apt selaku dosen pembimbing responden, serta semua pihak yang terlibat atas dukungan penuh selama melakukan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, L.V., and Ansel, H.C., 2014. Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery System.10th Ed. New York: Lippincott Williams & Wilkin, p. 2.

BNF, 2017. British National Formulary 73.

London: Pharmaceutical Press.

BPOM RI, 2012. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, p. 60.

Briggs, G.G., Freeman, R.K., and Yaffe, S.J., 2002. Drugs in Pregnancy and Lactation. 6th Ed. Philadelphia:

Lippincott Williams & Wilkins, p.10.

Depkes RI, 2015. Pemahaman Masyarakat Terkait dengan Obat Masih Rendah.

Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Depkes RI, 2006. Pedoman Pelayanan Farmasi Untuk Ibu Hamil dan Menyusui.

Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Hale, T., 2012. Medication and Mother’s Milk.15th Ed. New York: Pharmasoft Medical Publishing.

Hastuti, 2017. Upaya Peningkatan Pengetahuan Kebutuhan Nutrisi pada

Ibu Menyusui dengan Post Sectio Caesaria. Surakarta: Universitas Muhammadiyah. Skripsi.

Hotham, N., and Hotham, E., 2015. Drug in Breastfeeding. Australian Prescriber,Vol. 38 No. 5, p. 156-160.

IDI, 2011. Tahap Perkembangan Kehamilan Trimester Pertama. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI.

Indrawati, S., 2016. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 2-3 Tahun di Desa Karangrejek Wonosari Gunungkidul.

Yogyakarta: Universitas ‘Aisyiyah.

Skripsi.

Kemenkes RI, 2013. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI, 2016. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI.

Maryunani, A., 2012. Inisiasi Menyusui Dini, Asi Eksklusif dan Manajemen Laktasi.

Jakarta: Trans Info Medika.

Murdiana, H.E., 2016. Terapi Mual Muntah pada Kehamilan di Rawat Jalan Rumah Sakit Klas D. Jurnal Ilmiah Farmasi, Vol. 12 No. 2, p. 73-78.

O’Shaughnessy, K., 2011. New Guide to Medicine and Drugs. 8th Ed. London:

Dorling Kindersley.

Parti, D.D., 2015. Pengaruh Pemberian Suplemen DHA pada Ibu Hamil terhadap Berat Badan dan Lingkar Kepala Bayi Baru Lahir. Jurnal Kedokteran Gigi Unej, Vol. 12 No.1, p. 35-37.

Permenkes RI, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

Jakarta: Menteri Kesehatan RI.

Pernia, S., and DeMaagd, G., 2016. The New Pregnancy and Lactation Labeling Rule. Pharmacy & Therapeutics, Vol.

41 No.11, p. 715.

Pieter, H.Z., and Namora, L., 2010. Pengantar Psikologi dalam Keperawatan. Jakarta:

Kencana, p. 26.

Rohyatun, I., 2014. Asuhan Kebidanan Komprehensif Ibu Hamil, Bersalin, Bayi Baru Lahir, Ibu Nifas Normal, dan Keluarga Berencana (Suntik 3 Bulan) Pada Ny. R Usia 30 Tahun G1P0A0 Usia Kehamilan 39 Minggu 2 Hari di Puskesmas 1 Wangon Kabupaten Banyumas.Purwokerto:

(8)

17 Jurnal Farmasi KomunitasVol. 5, No. 1, (2018) 10-17

Universitas Muhammadiyah. Diploma Thesis.

Sachdeva, P., Patel, B.G., and Patel, B.K., 2009.

Drug Use in Pregnancy: a Point to Ponder. Indian Journal of Pharmaceutical Sciences, Vol. 71 No.1, p. 1-7.

Sagitaras, I.B., Humida, N.S., Ramadhani, C.S., Ruliff, S.C., Sari, H.L., Shaoqin, L., Rahayu, D.K., Rachmayanti, F., Ratnasari, L., Rachmasari, F., and Mughniya, A., 2016. Profil Pengetahuan Ibu Menyusui tentang Keamanan Penggunaan Obat pada Swamedikasi. Jurnal Farmasi Komunitas, Vol. 3 No. 2, p. 46–50.

Siregar, S.S., 2016. Penggunaan Obat pada Ibu Hamil. Jakarta: Institut Sains dan Teknologi Nasional. Skripsi.

Sitanggang, B., and Nasution, S.S., 2012.

Faktor-Faktor Status Kesehatan pada Ibu Hamil. Jurnal Keperawatan Klinis, Vol. 4 No. 1, p. 2.

Swamilaksita, P.D., 2016. Efikasi Suplementasi Zat Gizi pada Ibu Hamil terhadap Hasil Kehamilan. Media Gizi Mikro Indonesia,Vol. 8 No.1, p. 27-42.

Sweetman, S.C., 2009. Martindale. 36th Ed.

London: Pharmaceutical Press.

World Health Organization. 2017. Rational Use of Medicines: Activities. Diakses dari (http://who.int/medicines/areas/rational use/rudactivities/en/) pada tanggal 26 April 2019.

Gambar

Tabel 1. Demografi Karakteristik Responden  No  Karakteristik  Ibu Hamil
Tabel  4.  Tabel  Ketepatan  Obat  pada  Swamedikasi Ibu Menyusui (n = 71)
Tabel 7. Kategori Penggunaan Obat  Suplemen dan Terapi Farmakologis untuk  Ibu Menyusui (n = 96)  Golongan  Obat*  Usia Anak  n (%)  ≤ 6  Bulan  &gt; 6  Bulan  Pelancar ASI  8  2  10 (50)  Penambah  Darah  2  8  10 (50)  Analgesik  4  12  16  (21,05)  Obat
Grafik  4.  Kekhawatiran  Ibu  Menyusui  Menggunakan Obat (n = 84)

Referensi

Dokumen terkait

  Keywords: pengetahuan, sikap, nutrisi pada masa menyusui, status gizi kurang. 

Informasi tentang teknik menyusui yang baik dan benar harus diberikan pada masa kehamilan dan nifas, seperti beberapa hasil penelitian bahwa Breastfeding education

Perbedaan Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Metode Simulasi Dengan Metode Simulasi Dan Poster Tentang Teknik Menyusui Terhadap Pengetahuan Dan Perilaku Ibu

Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan ibu hamil tentang penggunaan obat- obatan analgetik selama masa kehamilan trimester pertama

Pemakaian obat bebas dan obat resep perlu diperhatikan selama kehamilan sampai masa nifas.Penggunaan obat pada wanita hamil perlu berhati-hati karena banyak obat yang dapat

(2) Masalah yang dihadapi pada ibu menyusui di masa pandemi ini terkait produksi ASI dan konsumsi obat vitamin karena psikologis ibu secara tidak langsung merasa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan, sikap, pola menyusui, terhadap perilaku responden dalam memberikan ASI eksklusif di masa

Status gizi yang baik dari masa kehamilan hingga menyusui akan mendukung keberhasilan pemberian asi eksklusif selama 6 bulan karena cadangan lemak ibu yang dimiliki selama masa