• Tidak ada hasil yang ditemukan

Obat Jantung Yang Aman untuk Ibu Hamil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Obat Jantung Yang Aman untuk Ibu Hamil"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Kehamilan Normal

OBAT JANTUNG YANG AMAN UNTUK IBU HAMIL Disusun guna memenuhi tugas kelompok

Mata Kuliah Kehamilan Normal Dosen Pengampu : Edwin Daru Anggara

Oleh : Kelompok IX

1. Rahma Dwiningrum 140165

2. Nur Wasilatul Rahmah 140171 3. Mona Verawati Bonita 140177

4. Aprilia Borneawati 140195

5. Fitriya Muyasaroh 140199

AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA YOGYAKARTA

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...ii

ABSTRAK...iii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...2

C. Tujuan...2

BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN...3

A. Penggunaan Obat-Obatan pada Masa Kehamilan...3

B. Indikasi Obat yang Aman pada Masa Kehamilan...4

C. Obat Jantung yang Aman pada Masa Kehamilan...6

D. Kasus...9

E. Analisa...10

BAB IV PENUTUP...13

A. Kesimpulan...13

B. Saran...13

(3)

ABSTRAK

Obat jantung merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi masalah pada jantung. Pemberian obat jantung khususnya dalam masa kehamilan sangatlah harus berhati-hati. Obat yang diberikan kepada wanita hamil umumnya dapat melalui plasenta. Pengawasan obat ini diutamakan agar tidak terjadi efek teratogenik yang umumnya adalah kecacatan janin. Kecacatan janin akibat obat diperkirakan sekitar 3% dari seluruh kelahiran cacat. Menghindari efek teratogenik tersebut kita harus mengetahui indeks keamanan obat pada masa kehamilan.

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani maupun nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit berikut gejalanya (Tjay dkk: 3). Penggunaan obat pada wanita hamil memerlukan pertimbangan lebih khusus karena resiko tidak hanya pada ibu saja, tetapi juga pada janin. Tidak ada obat yang secara mutlak dianggap aman untuk digunakan pada masa kehamilan, karena banyak obat yang dapat melintasi plasenta, maka penggunaan obat pada wanita hamil perlu berhati-hati. Dalam plasenta obat mengalami proses biotransformasi, mungkin sebagai upaya perlindungan dan dapat terbentuk senyawa antara yang reaktif, yang bersifat teratogenik/dismorfogenik. Obat-obat teratogenik atau obat-obat yang dapat menyebabkan terbentuknya senyawa teratogenik dapat merusak janin dalam pertumbuhan. Resiko yang paling dikuatirkan adalah timbulnya kecatatan pada janin. Apalagi pengkonsumsian obat pada ibu yang memiliki penyakit tertentu yang memungkinkan harus mengkonsumsi obat-obatan. Ibu hamil dengan penyakit jantung misalnya. Koonim (1997) melaporkan bahwa penyakit jantung merupakan penyebab kematian sebesar 5,6% dari 1459 kehamilan di Amerika Serikat sejak tahun 1987-1990.

(5)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penggunaan obat pada masa kehamilan?

2. Bagaimana indikasi obat yang aman pada masa kehamilan? 3. Apa saja obat jantung yang aman pada masa kehamilan?

C. Tujuan

1. Diharapkan mahasiswa mampu memahami pengunaan obat-obatan pada masa kehamilan

2. Diharapkan mahasiswa mampu mengidentifikasi jenis obat-obatan yang aman pada masa kehamilan

(6)

BAB II

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Penggunaan Obat-Obatan pada Masa Kehamilan

Penggunaan obat pada wanita hamil memerlukan pertimbangan lebih khusus karena risiko tidak hanya pada ibu saja, tetapi juga pada janin yang dikandungnya. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah apakah manfaat dari penggunaan obat lebih besar dari pada risikonya, sehingga ibu dapat melahirkan bayi yang sehat dengan selamat. Tidak ada obat yang dianggap mutlak aman untuk digunakan pada masa kehamilan. Efek teratogenik tidak hanya dalam bentuk kecatatan fisik saja (malformasi) tetapi juga pertumbuhan yang terganggu. Manifestasi yang khas dari teratogenis berupa pertumbuhan yang terhambat atau kematian dari janin, kasinogenesis dan malformasi struktur organ maupun fungsinya.

Obat diberikan kepada wanita hamil umumnya dapat melalui plasenta. Tranfusi obat melalui membran plasenta terjadi secara difusi pasif. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses transfer ini adalah: konsentrasi obat dalam darah ibu, aliran darah plasenta, sifat fasikokimia obat. Hanya obat yang berada dalam bentuk bebas dari ikatan protein yang dapat melewati membran plasenta.

(7)

D. Indikasi Obat yang Aman pada Masa Kehamilan

Pemilihan obat saat kehamilan hendaknya didiskusikan kepada tenaga kesehatan, karena kehamilan merupakan masa-masa rawan bagi ibu maupun janin. Pemilihan obat dalam kehamilan bukan hanya mempertimbangkan kandungannya, melainkan dosis dan efek sampingnya. Dosis yang tidak sesuai juga akan berdampak besar bagi ibu maupun janin. Berikut beberapa prinsip pemilihan obat yang harus dipatuhi menurut Tjay dan Kirana (2010) dalam bukunya Obat-Obat Penting :

1. Sebaiknya menggunakan obat-obat yang sejak lama digunakan dalam praktik daripada obat-obat pengganti yang baru, walaupun obat baru memiliki misalnya lebih sedikit efek samping bagi orang dewasa, tetapi keamanannya bagi janin kurang jelas.

2. Untuk menurunkan risiko sejauh mungkin bagi janin, sebaiknya digunakan dosis obat paling rendah selama kehamilan. Hal ini sebetulnya bertentangan karena sebagian wanita hamil justru membutuhkan dosis yang lebih tinggi dari normal. Pada saat hamil tua berhubung meningkatnya berat badan dan lebih cepatnya “clearance” (pemurnian, ekskresi) dari banyak obat, misalnya litium, dogoksin dan fanitoin.

3. Wanita hamil tidak dianjurkan untuk menggunakan obat bebas ( over-the-counter-drugs) tanpa konsultasi dengan dokter, karena banyak faktor, termasuk taraf kehamilan, dapat mempengaruhi resiko bagi janin. Misalnya suatu obat NSAID dapat digunakan terhadap nyeri trimester pertama dalam kehamilan, tetapi semakin banyak bukti menyatakan bahwa beberapa obat NSAID merupakan resiko bagi janin pada masa kehamilan tua.

4. Utamakan monoterapi

5. Gunakan obat dengan durasi sesingkat mungkin

6. Hindari obat yang bersifat teratogen pada wanita produktif

(8)

berdasarkan FDA Amerika Serikat yang banyak menjadi acuan dalam mempertimbangkan penggunaan obat dalam praktik:

1.

Kategori A: obat/bahan obat yang berdasarkan penelitian (pada manusia) tidak menunjukkan terjadinya risiko terhadap janin.

2.

Kategori B: obat/bahan obat yang tidak menunjukkan risiko pada janin tapi belum/tidak ada penelitian yang memadai pada manusia. Efek tak diharapkan dapat diperlihatkan pada binatang percobaan, tetapi belum bisa dibuktikan pada manusia. Beberapa antibiotika seperti penisilin termasuk kategori ini.

3.

Kategori C: belum ada penelitian yang cukup untuk pada manusia maupun binatang percobaan. Atau telah dijumpai efek merugikan pada binatang tetapi tidak diperoleh data yang cukup meyakinkan/valid pada manusia. Kebanyakan obat atau bahan lainnya yang sering diminum selama kehamilan sekarang termasuk kategori ini.

4.

Kategori D: telah ditemukan bukti-bukti adanya risiko bagi janin, tapi keuntungan pemberiannya dipandang lebih besar dibandingkan risiko tersebut. Contohnya, Carbamazepine dan Phenytoin (sejenis obat untuk epilepsi) serta beberapa obat anti kanker atau kemoterapi.

5.

Kategori X: risiko obat/bahan obat pada janin jauh lebih besar dibanding keuntungannya. Dengan kata lain, obat dalam kategori ini tidak boleh diberikan selama kehamilan (istilahnya: kontraindikasi mutlak). Contohnya adalah sejenis obat untuk jerawat yang dikenal sebagai isotretinoin, yang dapat menyebabkan kelainan multipel pada sistem saraf, wajah, maupun kardiovaskular.

Kategori tersebut merupakan cara untuk mempermudah kita dalam memilih obat untuk ibu hamil. Masing-masing kategori memiliki efek samping yang berbeda begitupun tingkat keamanannya bagi ibu maupun bagi janin. Utamakan memilih obat dengan kategori yang lebih aman untuk ibu hamil.

(9)

Obat-obat jantung atau cardiaca adalah obat-obat yang secara langsung dapat memulihkan fungsi otot jantung yang terganggu ke keadaan normal. Berdasarkan efeknya atas jantung, cardiaca dapat dibagi dalam tiga golongan. Ketiga obat tersebut akan kita bahas satu persatu obat jantung yang aman untuk ibu hamil.

1. Kardiotonika

Kardiotonika adalah obat-obat dengan khasiat memperkuat kontraktilitas otot jantung. Obat ini terutama digunakan pada gagal jantung (dekompensasi) untuk memperbaiki fungsi-pompanya. Kelompok kardiotonika terdiri dari:

a. Glikosida jantung

Semua obat ini berasal dari tumbuhan dan yang terpenting adalah digitalis (‘fox glove’) sedangkan strofantus (strofantin) sudah menjadi obsolet. Semua glikosida jantung memiliki rumus steroida, seperti hormon kelamin dan anak ginjal, kolestrol dan vitamin D.

Contoh obat kelompok glikosida ini adalah digoksin dan digitoksin. Termasuk kategori C dalam indeks keamanan kehamilan. Khasiatnya yaitu memperkuat kontraksi otot jantung, hingga volume-pukulan, volume-menit, dan diuresis diperbesar, serta jantung yang membesar mengecil lagi. Penggunaannya terutama pada dekompasasi jantung dan fibrilasi jantung dengan ritme balik pesat. Efek sampingnya yaitu gangguan lambung-usus, mual dan nyeri perut. Efek samping ini bisa diatasi dengan pertama-tama penghentian pemberian obat dan memberikan suplemen kalium. Dosisnya digitalisasi oral 0,25-0,75 mg sehari a.c. selama 1 minggu, pemeliharaan 1 dd 0,125-0,5 mg a.c. Wanita hamil diperbolehkan menggunakan obat ini dalam dosis normal

b. Dopaminergika

(10)

dopamineergika mengakibatkan efek yang sama dengan khasiat dopamin. Dalam kelompok ini obat yang aman untuk ibu hamil adalah dopamine dan dobutamin.

Dopamin pada dosis rendah bekerja langsung terhadap reseptor DA1 dengan efek vasodilatasi dan penderasaan sirkulasi darah

ginjal. Dosis sedang meningkatkan volume-menit jantung dan pada dosis tinggi memberikan efek vasokontraksi dan meningkatnya frekuensi jantung. Dopamin terutama digunakan pada keadaan shock, sesudah infark jantung dan bedah jantung terbuka. Diberikan secara parenteral. Dopamin berefek samping berupa gangguan ritme, nyeri kepala, nousea dan muntah.

Dobutamin adalah derivat sintetis yang primer bekerja memperkuat daya kontraksi jantung. Efek sampingnya berupa gangguan ritme dan takikardi. Dosisnya, pada gagal jantung parah akut infus iv2,5-1 mcg/kg/menit samapai maksimal 40 mcg. Kedua obat ini termasuk golongan C pada indeks keamanan dalam kehamilan.

2. Obat angina pectoris

Keadaan ischemia jantung pada angina pectoris dapat diobati dengan vasodilator koroner dan β-blockers. Vasodilator koroner yang merupakan obat pilihan pertama dan zat-zat yang mengurangi kebutuhan jantung akan oksigen. Obat-obat dalam golongan ini diantaranya gliseriltrinitrat, trinitrin, nitrostat, nitroderm TTS (plester). Obat angina yang aman untuk ibu hamil dari kelompok vasodilator koroner adalah dipiridamol.

(11)

Dosis pada angina oral 3 dd 50 mg 1 jam a.c. pada bedah katup jantung: 4 dd 75-100 mg a.c.

Sedangkan pada kelompok β-blockers obat yang aman untuk ibu hamil adalah sotalol. Namun sotalol hanya boleh dikonsumsi pada trimester 1 saja. Sotalol merupakan satu-satunya β-blockers yang berkhasiat anti aritmia kelas III. Berhubung efek sampingnya lebih ringan dari pada amiodaron, maka zat ini lebih disukai pada terapi aritmia serambi dan bilik. Dosis aritmia oral 2 dd 80 mg a.c., berangsur-angsur dinaikan sampai maksimal 2 dd 160 mg, hipertensi dan angina 1 dd 160 mg.

3. Antiaritmika

Obat-obatan antiaritmika cenderung banyak pertimbangan. Karena obat-obatan ini justru mengurangi kepekaan membran sel jantung dan resiko timbulnya pro-aritmi. Obat yang termasuk golongan antiaritmika yang tidak diperbolehkan bagi ibu hamil yaitu kinidin dan amiodaron. Selain karena mengurangi kepekaan sel jantung kinidin menimbulkan efek samping berupa gangguan lambung-usus, perubahan darah (anemia hemolis) hingga gangguan penglihatan. Sedangkan amiodaron tidak boleh untuk ibu hamil karena dapat menimbulkan struma janin.

Obat antiaritmika yang aman untuk ibu hamil adalah kelompok lidokain. Berbeda dengan kinidin masa refrakter dan penyaluran impulsnya dipersingkat tanpa mengurangi daya kontraksi jantung. Terutama digunakan IV pada aritma ventrikuler akut khususnya setelah serangan infark jantung. Injeksi IV segera (dalam jam pertama) setelah infark mengurangi kematian sampai 20-30%. Efek sampingnya yaitu rasa lena pada dosis biasa. Dosis yang dianjurkan yaitu 300 mg (klorida) secara IM, atau 50-100 mg dalam 1-2 menit jika perlu diulang setelah 5-10 menit secara IV. Langsung dilanjutkan dengan infus 200-300 mg/jam.

(12)

Ischaemic heart disease (IHD) in pregnancy, particularly myocardial infarction (MI), is a rare yet potentially fatal condition for the mother and the foetus. With delays in the age of conception, the changes in some social habits among females including cigarette and shisha smoking in addition to an increased prevalence of diabetes mellitus, IHD may represent a real hazard among pregnant women in the near future. The difficulty in the diagnosis emerges from the similarity of the signs and symptoms of ischaemia and infarct to some of the physiological adaptations that occur in a normal pregnancy. The physiological changes that are normal in pregnancy may aggravate pre-existing disease and may unmask some underlying unrecognized coronary vascular changes; therefore, the diagnosis requires a high index of suspicion and careful assessment of the underlying risk factors. The management of IHD always requires a multidisciplinary team approach. The management of each patient should be individualized according to the clinical condition, the risk factors, and the availability of the necessary support. Pregnancy after MI may be an acceptable and reasonably safe option provided the cited criteria are met. A systematic PubMed search was performed to identify all published data including cases reports, small series and systematic reviews in the existing literature. These publications were comprised of both retrospective and cross sectional population studies to maximize the number of cases considered in order to reach conclusions and make recommendations based on the best available evidence considering the rare occurrence of this event.

(13)

kesamaan tanda-tanda dan gejala iskemia dan infark dengan beberapa adaptasi fisiologis yang terjadi pada kehamilan normal. Perubahan fisiologis yang normal pada kehamilan dapat memperburuk penyakit yang sudah ada dan dapat membuka topeng beberapa perubahan vaskular koroner yang belum diakui yang mendasari; Oleh karena itu, diagnosis membutuhkan indeks kecurigaan yang tinggi dan penilaian yang cermat terhadap faktor risiko yang mendasari. Pengelolaan IHD selalu membutuhkan pendekatan tim multidisiplin. Pengelolaan setiap pasien harus individual sesuai dengan kondisi klinis, faktor risiko, dan ketersediaan dukungan yang diperlukan. Kehamilan setelah MI bisa menjadi pilihan yang dapat diterima dan cukup aman diberikan kriteria dikutip terpenuhi. Sebuah pencarian PubMed sistematis dilakukan untuk mengidentifikasi semua data yang diterbitkan termasuk kasus laporan, seri kecil dan tinjauan sistematis dalam literatur yang ada. Publikasi tersebut terdiri dari kedua studi populasi sectional retrospektif dan cross untuk memaksimalkan jumlah kasus dipertimbangkan untuk mencapai kesimpulan dan membuat rekomendasi berdasarkan bukti terbaik.

F. Analisa

Kehamilan akan menimbulkan perubahan pada sistem kardiovaskuler. Wanita dengan penyakit kardiovaskuler dan menjadi hamil, akan terjadi pengaruh timbal balik yang dapat merugikan kesempatan hidup wanita tersebut. Pada kehamilan dengan jantung normal, wanita dapat menyesuaikan kerjanya terhadap perubahan-perubahan secara fisiologis. Dalam kondisi hamil penyakit jantung itu sendiri sudah mengalami permasalahan dalam memompakan darah keseluruh tubuh. Pada saat hamil mulai dari minggu ke enam volume darah ibu semakin meningkat sampai dengan 50% karena proses pengenceran darah. Aliran darah akan lebih banyak dipompakan ke peredaran darah rahim melalui plasenta untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin sehingga kerja jantung menjadi lebih berat.

(14)

diobati dengan vasodilator koroner yang merupakan pilihan pertama dan zat-zat yang mengurangi kebutuhan jantung akan oksigen (β-blockers dan antagonis kalsium).

Vasodilator koroner membantu memperlebar arteri jantung, memperlancar pemasukan darah serta oksigen dan dengan demikian meringankan beban jantung. Pada serangan akut obat pilihan utama adalah nitrogliserin (sublingual) dengan kerja pesat tetapi singkat. Sebagai terapi interval guna mengurangi frekuensi serangan tersedia nitrat long-acting (isosorbide-nitrat), antagonis Ca (diltiazen, verapamil) dan dipiridamol.

Dipiridamol adalah sebagai penghambat-fasfodiesterase. Namun obat ini tidak begitu efektif karena obat ini merupakan obat tambahan antikoagulansia pada bedah penggantian katup jantung untuk mencegah penyumbatan karena gumpalan darah. Efek sampingnya adalah gangguan lambung-usus, nyeri kepala, pusing dan palpitasi yang bersifat sementara. Dosis pada angina oral 3 dd 50 mg 1 jam a.c. pada bedah katup jantung: 4 dd 75-100 mg a.c.

(15)
(16)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Obat-obatan memang benda yang dekat dengan tenaga kesehatan dan masyarakat. Meski obat-obatan bermanfaat namun tak bisa dipungkiri bahwa obat juga menimbulkan berbagai efek samping bagi penggunanya khususnya ibu hamil. Penggunaan obat pada masa kehamilan sangat perlu pengawasan khusus. Hal ini dikarenakan efek samping yang ada dalam obat tersebut bisa mempengaruhi perkembangan maupun pertumbuhan janin. Untuk itu perlu diketahui kategori keamanan obat pada masa kehamilan. Obat jantung misalnya, beberapa obat mungkin aman di konsumsi bagi orang yang tidak hamil. Namun, bagi ibu hamil perlu adanya pengawasan dalam mengkonsumsi obat, khususnya obat jantung.

Sebagai tenaga kesehatan yang paling dekat dengan ibu hamil, bidan diharapkan mengetahui dan memahami obat jantung yang seperti apa yang bisa digunakan untuk ibu hamil. Selain itu, bidan juga harus mampu menganalisa sejauh mana efek samping obat tersebut.

G. Saran

1. Institusi pelayanan

Diharapkan institusi pelayanan memahami dan mengetahui obat jantung yang aman sebelum memberikan kepada ibu hamil

2. Institusi pendidikan

Diharapkan institusi pendidikan mampu memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang obat jantung yang aman bagi ibu hamil

3. Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa mampu dan memahami obat jantung yang aman untuk ibu hamil

(17)

Boestan, I.N. 2007. Penyakit Jantung & Kehamilan. Surabaya: Airlangga University Press

Bondagji, N. 2012. Ischaemic Heart Disease In Pregnancy. Saudi Arabia: Elsevier Djuanda, A. dkk. 2012. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Jakarta: PT:

Bhuana Ilmu Populer

Elkayam, U. & Bitar,F. 2005. Valvular Heart Disease and Pregnancy. California: American Collage of Cardiology. 1-8

Liu, L.X. & Zolt, A. 2014. Maternal Cardiac Metabolism in Pregnancy. USA: European Society of Cardiology

Nanna, M. & Kathleen, S. 2014. Pregnancy Complicated by Vulvular Heart Disease. American Heart Asosiation. 1-18

Scirica, BM. 2006. Vulvular Heart Disease In Pregnancy. USA: Brigham and Women’s Hospital. 83-9

Sirait, M. dkk. 2014. ISO: Informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta: PT. IFSI Tjay, T.M. & Kirana R. 2010. Obat-Obat Penting. Obat Jantung. Jakarta: PT.

Elex Media Komputindo. 585-606

Referensi

Dokumen terkait

Taman pada perkotaan dapat ditata dengan berbagai gaya yang menarik untuk.. menarik

Gigih Hendro Saputro, 2013, Pengaruh Pemberdayaan pegawai Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Dengan Mediasi Komitmen Organisasional (Studi pada Kantor

dilakukan dengan metode determenistik yang sudah lazim, yakni NPV dan IRR yang lalu. dilanjutkan dengan metoda yang akan dianalisa pada penelitian ini, yakni NPV at

Guru membagi peserta didik menjadi 4 kelompok, dan setiap kelompok diberikan gambar alat gerinda tangan untuk dianalisa..  Setiap kelompok mencari

Secara khusus, penelitian ini ditujukan untuk membuktikan efek antibakteri ekstrak daging buah muda Mahkota Dewa ( Phaleria macrocarpa ) terhadap Klebsiella

Dosen Pengampu, Prof.. Proses bisnis merupakan suatu kumpulan aktivitas atau pekerjaan yang terstruktur dimana saling terkait untuk menyelesaikan masalah tertentu atau

Perencanaan strategis bisnis merupakan proses untuk menyediakan arah dan sasaran jangka panjang bagi perusahaan sesuai dengan kekuatan internal serta menentukan

Pemberian mulsa sabut kelapa saja atau dicampur dengan pupuk kandang mampu meningkatkan komponen hasil seperti jumlah polong isi dan berat biji per tanaman, serta