BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Prospek pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) sangat besar dan
beragam. Berdasarkan data cadangan dan produksi energi terbarukan Indonesia 2007,
(http://www.ebtke.esdm.go.id/energi/...pltmh.html) pemanfaatan EBT baru mencapai
5.921 MW (3,64%) dari total potensi sebesar 162.770 MW. Sementara potensi tenaga air
dilaporkan sebesar 75.000 MW dan dimanfaatkan sebagai PLTA hanya 13,69%. UU No
30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan pasal 6 ayat 2 mengamanatkan kepada
pemerintah untuk mengutamakan pemanfaatan energi jenis energi yang baru dan
terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga air. Undang–undang ini juga mendorong peran serta badan usaha swasta, koperasi dan swadaya masyarakat untuk berusaha di
bidang penyediaan tenaga listrik.
Berbagai regulasi seperti UU, Permen ESDM, SK Kemen ESDM dan Kepmen
ESDM mendorong keterlibatan swasta dalam penyediaan tenaga listrik. Salah satu
peraturan yang relevan dalam penentuan harga beli oleh PLN terhadap listrik yang
dihasilkan oleh pihak swasta adalah Permen ESDM 269-12/26/600.3/2008 tentang Biaya
Pokok Penyediaan PLN. Dalam Permen tersebut dinyatakan bahwa harga beli oleh PLN
disebut sebagai biaya pokok penyediaan (BPP) yang besarannya disesuaikan berdasarkan
sub sistem wilayah dan jenis tegangannya. Sebagai contoh untuk tegangan menengah
wilayah Jawa Barat dan Banten adalah Rp 853,-/kWh dan untuk Sumatera Utara adalah
Rp 1.984,-/kWh. BPP ini kemudian dikali dengan 0,8 untuk mendapat harga pokok
pembelian (HPP) oleh PLN. Peraturan ini mengalami beberapa kali revisi sampai dengan
Permen ESDM no.4 tahun 2012 tentang harga pembelian tenaga listrik. HPP untuk
tegangan menengah adalah Rp 656,-/kWh x F, di mana F adalah faktor insentif yang
digolongkan berdasarkan wilayah. Wilayah Jawa dan Bali F=1, sedangkan Sumatera dan
RUPTL atau Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik untuk tahun 2010-2019
disahkan dengan keluarnya SK Menteri ESDM no.2026.K/20/MEM/2010. RUPTL
memproyeksi pertumbuhan listrik nasional sekitar 9,2%/tahun atau rerata sekitar 5000
MW/tahun, sementara untuk pembangkit Jawa-Bali pertumbuhannya sekitar 8,9%/tahun.
Perkiraan kebutuhan investasi berkisar US$ 9,7 milyar/tahun dengan harapan keterlibatan
sektor swasta sebesar 42% nya (Tabel 1.1). Berdasarkan RUPTL tersebut keterlibatan
kontraktor listrik swasta direncanakan akan membangun sejumlah pembangkit.
Pembangkit yang direncanakan akan dibangun yakni Pembangkit listrik tenaga uap
(PLTU) 16.276 MW, pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) 5.415 MW,
pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) 550 MW, pembangkit listrik tenaga gas
(PLTG) 100 MW, pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) 22 MW, pembangkit listrik
tenaga air (PLTA) 962 MW, dan pembangkit listrik tenaga mini dan mikro hydro
(PLTMH) 201 MW (http://www.esdm.go.id/...ruptl-2010-2019.html). RUPTL jelas
mempertegas peran swasta dalam pembangunan infrastruktur pembangkit listrik.
Tabel 1.1 Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL)
Sumber :http://www.pln.co.id(update 7 September 2010)
Investasi infrastruktur sering disamakan dengan investasi yang padat modal
(capital intensive) dengan laju pemulihan (rate of recovery) investasi yang lambat dan
berjangka panjang. Selama masa investasi, investor harus siap menerima resiko dengan
kondisi yang senantiasa berubah sepanjang siklus hidup proyek. Pembangkit listrik mini
hidro (selanjutnya disingkat PLTM) adalah pembangkit listrik tenaga air dengan daya 1
MW s/d 10 MW dan merupakan salah satu infrastruktur sektor energi terbarukan. Pada
SK Men ESDM no.2026.K/20/MEM/2010 dan Perpres no.13 tahun 2010 tentang KPS Perkiraan investasi yang dibutuhkan (dalam Milyar US$)
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Jumlah
Pembangkit 5,353 6,605 9,230 9,688 8,055 6,071 6,744 7,026 6,302 5,560 70,634
Transmisi 1,987 2,045 1,577 1,510 1,836 2,239 1,310 971 878 841 15,195
Distribusi 781 1,087 1,014 956 1,000 1,184 1,211 1,330 1,372 1,340 11,275
(Kerjasama Pemerintah dan Swasta) dapat menjadi dasar sektor pembangkit listrik skala
kecil dan menengah swasta tentang kepastian investasi.
Setiap proyek infrastruktur mempunyai analisis finansial sebelum memulai
pembangunan. Analisis investasi yang ada secara umum tidak memperhitungkan
beberapa resiko secara mendetail, terutama karena sebagian dana pembangunan
memanfaatkan pinjaman pihak ketiga. Analisis finansial yang ada umumnya
menyamaratakan tingkat suku bunga pinjaman sebagai discount rate dan kurang
memperhitungkan tingkat resiko. Padahal sektor infrasruktur dapat dikatakan atraktif
tergantung pada sesuai atau tidaknya resiko yang timbul dibanding dengan pengembalian
yang diharapkan.
Model NPV at risk yang dikembangkan oleh Ye dan Tiong (2000) merupakan
salah satu model penilaian kelayakan investasi yang didasarkan pada kondisi
ketidakpastian. Model ini menggabungkan unsur risiko dan pengembalian dalam
penilaian investasi. Prinsip dasar model ini adalah memperkenalkan adanya risiko dan
ketidakpastian pada cash flow melalui analisis stokastik. Model yang diperkenalkan oleh
Ye dan Tiong menghitung cash flow sebelum pajak, tetapi pada penelitian ini, cash flow
dihitung setelah pajak dan depresiasi untuk lebih sesuai dengan kenyataan.
1.2 Rumusan Masalah
Keterlibatan sektor swasta ke dalam sektor infrastruktur bukanlah hal yang
mudah, karena investasi di bidang infrastruktur adalah investasi yang padat modal dengan
laju pemulihan (rate of recovery) investasi yang lambat dan berjangka panjang. Selama
masa investasi, investor harus siap menerima resiko dengan kondisi yang senantiasa
berubah sepanjang siklus hidup proyek. Peraturan perundangan yang dikeluarkan
pemerintah menjadi salah satu jaminan bagi pihak swata untuk kepastian usaha di bidang
pembangkit listik.
Pada studi ini, perhitungan kelayakan investasi PLTM secara finansial dengan
metode yang lazim seperti NPV, IRR akan dibandingkan dengan NPV at risk. Metode ini
akan menganalisa profit dengan resiko yang ditinjau dari sisi finansial pada tingkat
yang lebih lengkap untuk dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil
keputusan.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian ini adalah menggunakan metode NPV at Risk dengan beberapa
estimasi faktor resiko dalam analisa investasi PLTM yang diusulkan pihak swasta yakni
PT. Bukaka Teknik Utama di Cikidang, Lebak, Banten.
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis kelayakan investasi PLTM dengan perhitungan yang lazim yakni
NPV dan IRR.
2. Menganalisis kelayakan investasi PLTM dengan metode NPV at risk.
3. Membandingkan kelayakan investasi PLTM antara NPV dan IRR dengan metode
determenistik dengan NPV at risk pada debit andalan 60%, 70% dan 80%.
1.4 Metode Penelitian dan Pembatasan Masalah
Data sekunder yang digunakan dalam studi ini adalah data-data teknis meliputi
debit andalan, tinggi jatuh dan data proyek pembangkit secara umum. Data sekunder
lainnya adalah data inflasi, suku bunga, suku bunga dasar kredit dan lainnya yang dapat
mempengaruhi cash flow. Setelah itu arus kas masuk dihitung sesuai daya yang
dihasilkan dan tarif yang disetujui. Estimasi untuk perhitungan ada yang sesuai dengan
yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Sementara asumsi lainnya (beta, tingkat suku
bunga pinjaman dan penambahan biaya konstruksi), di mana tidak ada pada data
perusahaan, ditetapkan berdasarkan penelitian lain yang dianggap relevan. Gambar 1.1
secara garis besar menggambarkan tahap penelitian yang dilaksanakan.
Data-data beserta asumsi yang ada kemudian diolah dengan metode perhitungan
finansial yang umum, yakni NPV dan IRR. Langkah selanjutnya adalah menetapkan
faktor resiko yang akan dihitung. Faktor resiko finansial secara global dan asumsi
besaran utang beserta asumsi finansial lainnya (free risk rate dan β premium) akan
tercermin pada perhitungan CAPM dan WACC. Setelah itu faktor-faktor resiko yang ada
metode Monte Carlo dengan menggunakan software Risk 5.5. Hasil dari metode ini
kemudian disandingkan.
Gambar 1.1 Bagan alir metode penelitian
Pembatasan masalah dilakukan mengingat luasnya cakupan masalah dan faktor
resiko agar penelitian ini lebih fokus dan sesuai dengan asumsi serta parameter yang
ditetapkan. Adapun pembatasan tersebut adalah:
1. Masalah sosial, hukum dan ketetapan serta masalah lingkungan tidak dibahas
dalam penelitian ini.
2. Debit andalan yang diperhitungkan ada 3, yakni 60%,70%, dan 80%, sedangkan
yang akan dibahas lebih lanjut adalah debit andalan 70% dan 80%. Hal ini sesuai
dengan perencanaan oleh perusahaan terkait.
Pengumpulan Data
Potensi energi
Biaya Konstruksi
Harga per kWh
Pengolahan Data Tingkat representasi keuntungan, β
Pengeluaran
Inflasi
Rasio modal dengan hutang, DER
Tingkat suku bunga dasar
Rerata tertimbang cost of capital
WACC
Kesimpulan Tingkat Kepercayaan
Nilai rerata μ dan Standar deviasi σ
Analisa Data
3. Asumsi dan parameter yang diambil (di luar yang dibuat perusahaan) merupakan
inisiatif peneliti berdasarkan penelitian terkait lainnya. Hal ini berkaitan dengan
keterbatasan dan sulitnya mencari data parameter yang betul-betul sesuai dengan
kondisi sesungguhnya.
4. Biaya pengendapan (sunk cost) dan kerugian yang ditimbulkan akibat penundaan
atau keterlambatan proyek (opportunity cost) tidak dihitung sebagai beban atau
dimasukkan ke dalam perhitungan kelayakan finansial proyek. Hal ini dilakukan
dengan pandangan bahwa arus kas masuk dihitung setelah proyek mulai berjalan,
karena keterlambatan proyek dianggap hanya berpengaruh terhadap eskalasi
kenaikan biaya investasi dan IDC (interest during construction) atau bunga
selama masa konstruksi.
1.5 Sistematika Penulisan
Metode penulisan dibagi dalam 5 (lima) tahap pembahasan yang masing-masing
merupakan bab yang berbeda tetapi saling berkaitan satu dengan lainnya. Bab-bab
tersebut adalah:
Bab I, Pendahuluan, berisi tentang latar belakang dari dilakukannya penelitian ini.
Rumusan masalah dilakukan dengan mempersempit masalah agar lebih fokus pada apa
yang hendak dicapai pada penelitian ini, yang kemudian dirangkum pada maksud dan
tujuan yang akan dicapai. Cara pencapaian tersebut dapat dilihat pada metodologi
penelitian dengan membatasi masalah yang dibahas. Sistematika penulisan dilakukan
pada penelitian tesis ini.
Bab II, Tinjauan Pustaka, berisi mengenai dasar dari teori dan cara yang dipakai
dalam penelitian ini berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya. Penelitian tentang
potensi pembangkit listrik tenaga mini hidro (PLTM) khususnya di lokasi tujuan.
Perhitungan daya yang dihasilkan oleh PLTM per tahunnya ini berdasarkan data dan
estimasi. Perhitungan daya ini kemudian menjadi data untuk menghitung biaya
pembangunan dan penghasilan pembangkit listrik dengan tambahan data dan estimasi
yang berisi defenisi dan juga mengenai discount cash flow (DCF). Kemudian perhitungan
dilakukan dengan metode determenistik yang sudah lazim, yakni NPV dan IRR yang lalu
dilanjutkan dengan metoda yang akan dianalisa pada penelitian ini, yakni NPV at risk.
NPV at risk ini menggunakan software untuk simulasi Monte Carlo yang akan
menghasilkan selang kepercayaan dalam bentuk kurva distribusi normal. Hal mengenai
distribusi probabilitas ini kemudian menjadi sub topik terakhir pada bab ini.
Bab III, Metodologi penelitian, berisi tentang tahapan pengambilan data dan
identifikasi faktor resiko. Metode serta estimasi untuk perhitungan CAPM dan WACC
merupakan langkah selanjutnya untuk kemudian dilakukan model cash flow. Simulasi
Monte Carlo dilakukan dengan software @ Risk dengan data dan perhitungan yang ada,
yang kemudian akan menghasilkan nilai pada tingkat kepercayaan yang dicapai.
Bab IV, Perhitungan dan Pembahasan, dimulai tentang hal yang umum mengenai
energi terbarukan, lalu kemudian menghitung daya listrik. Perhitungan dilanjutkan
dengan menghitung pendapatan serta biaya total investasi. Analisis finansial dimulai
dengan metode determenistik lalu dengan data, asumsi serta estimasi yang ada, maka
berturut – turut dilakukan penetapan discount rate, serta perhitungan CAPM dan WACC. Langkah berikutnya adalah dengan metode NPV at risk yang selanjutnya akan
menghasilkan tingkat kepercayaan tertentu. Perbandingan perhitungan tingkat
kepercayaan dan NPV diperoleh dengan perhitungan manual dengan tabel distribusi
maupun dengan Matlab.
Bab V, Kesimpulan dan Saran, tentang hasil dari penelitian ini. Kesimpulan
berupa hasil dan kendala dari penelitian ini, sementara saran berupa data dan hasil