• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Ela Yuliana, Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh: Ela Yuliana, Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta,"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MANIPULASI TOPURAK UNTUK PENYEMBUHAN

NYERI DAN KETEGANGAN OTOT LEHER PASIEN KOTR FIK UNY

THE EFFECTIVENESS OF TOPURAK MANIPULATION FOR NECK MUSCLES PAIN AND TENSION HEALING IN PATIENTS OF KOTR OF FIK UNY

Oleh: Ela Yuliana, Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta,

yulianaelaeka@gmail.com

1 PENDAHULUAN

Nyeri dan ketegangan otot leher merupakan masalah kesehatan yang sering dialami masyarakat. Prevalensi nyeri leher dalam satu bulan berkisar antara 15,4-45,3% pada orang dewasa dan 4,5-8,5% pada anak-anak/remaja, prevalensi satu bulan nyeri leher yang mengganggu ak-tivitas pada orang dewasa berkisar antara 7,5-14,5%, dan prevalensi tahunan nyeri

leher diperkirakan berkisar antara 30-50% pada populasi umum (Hogg-Johnson et al., 2008: 47). Menurut Huldani (2013: 1) 10% dari semua orang mengalami nyeri leher dalam satu bulan. Hal ini dikarenakan pada anggota tubuh bagian atas, seperti perge-langan tangan, siku, bahu, sampai leher memiliki otot yang paling kecil namun memiliki aktivitas yang lebih banyak (Ambardini et al., 2016: 73).

(2)

Secara anatomi, leher tersusun oleh 7 tulang vertebral terpisah (C1-C7) yang dihubungkan oleh bantalan fibrokartilago atau diskus intervertebralis dan diperkuat oleh ligamen maupun otot. Di dalam leher terdapat bagian penting seperti pembuluh darah, saraf, dan kelenjar endokrin (Moore

et al., 2002: 409). Beban berlebih, gerakan

berulang, posisi statis yang lama, dan trauma menyebabkan gangguan muskulo-skeletal sehingga terjadi ketegangan serta peregangan otot maupun ligamen di daerah leher yang menimbulkan nyeri (Samara, 2007: 47).

Nyeri dan ketegangan otot leher terjadi ketika otot menerima beban terus menerus menyebabkan kontraksi berkelan-jutan sehingga terjadi stres mekanik pada jaringan miofasial (Hardjono et al., 2005: 85). Terjadinya stres mekanik pada jaring-an miofasial menyebabkjaring-an tubuh menge-luarkan bradikinin, serotin, histamin, dan prostaglandin yang dikirim ke lokasi cedera dan menimbulkan saraf nosiseptor terang-sang sehingga terasa nyeri (Anderson et al., 2009: 157). Selain itu, kontraksi otot secara terus menerus menyebabkan jaringan mengalami iskemia akibatnya jaringan akan kekurangan nutrisi dan oksigen sehingga sampah metabolik dari kontraksi otot yang berkepanjangan tidak dapat diserap kembali (Tulaar, 2008: 176). Sampah tersebut akan membentuk trigger point dan menyebabkan ketegangan serta kakuan otot yang menim-bulkan nyeri (Hardjono et al., 2005: 82).

Seiring perkembangan zaman, me-tode pengobatan yang digunakan semakin banyak, baik secara farmakologi (obat- obatan) maupun non farmakologi seperti

sportmassage, acupressure, terapi air,

tera-pi suhu, dan lainnya. Namun dari metode pengobatan yang ada memiliki kekurangan

dan keunggulan masing masing dalam pe-nanganan nyeri serta ketegangan otot leher. Manipulasi Topurak merupakan terapi manipulasi dengan teknik (totok) pada trigger point untuk proses pelemasan otot sehingga dapat mengurangi kekakuan atau ketegangan otot. Pukul atau tapotement untuk menyempurnakan pelemasan otot, sehingga lingkup gerak sendi meningkat dan nyeri akan berkurang. Gerak yang dilakukan oleh pasien dengan instruksi dari terapis dapat mengembalikan sendi ke posisi yang benar, dan meregangkan otot yang kaku/tegang sehingga menjadi lebih rileks. Keunggulan dari manipulasi Topurak adalah dapat merelaksasikan otot, mengurangi nyeri, dan melibatkan pasien secara aktif sehingga lebih aman karena pasien melakukan sesuai dengan kekakuan dan nyeri yang dirasakan (Ambardini et al., 2016: 74). Manipulasi Topurak telah dikembangkan untuk penanganan cedera muskuloskeletal yaitu reposisi subluksasi bahu dan cedera sendi lutut. Manipulasi Topurak untuk reposisi subluksasi bahu dikembangkan oleh Rachmah Laksmi Ambardini dan B.M. Wara Kushartanti pada tahun 2016 yang diketahui memiliki efektivitas untuk reposisi sendi bahu dengan ditandai meningkatnya ROM, mengurangi nyeri akibat sub-luksasi bahu, dan efektif dalam mereposisi bahu. Manipulasi Topurak untuk cedera sendi lutut yang dikembangkan oleh Muhammad Fathur Rohim pada tahun 2017 diketahui memiliki efektivitas untuk penyembuhan cedera sendi lutut yang ditandai dengan berkurangnya radang (merah, panas, bengkak, dan nyeri), serta meningkatnya fungsi sendi lutut untuk kegiatan sehari-hari (jalan, berdiri dari duduk, dan naik tangga) dengan signifikan. Sedangkan manipulasi Topurak untuk penyembuhan

(3)

nyeri dan ketegangan otot leher belum dilakukan penelitian sehingga belum dike-tahui efektivitasnya. Maka penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas mani-pulasi Topurak yang terdiri atas totok, pukul, dan gerak untuk penyembuhan nyeri dan ketegangan otot leher pasien Klinik Olahraga Terapi dan Rehabilitasi (KOTR) FIK UNY.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian Pre-experimental dengan rancangan One Group Pretest-Posttest Design, yaitu terdiri atas satu kelompok, tanpa adanya kelompok kontrol. Proses penelitian dilakasanakan dalam tiga tahap yaitu pretest, perlakukan, dan posttet.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober-Desember 2017 di KOTR FIK UNY.

Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien KOTR FIK UNY. Teknik pengam-bilan sampel menggunakan quota sampling dan penentuan jumlah sampel menggu-nakan rumus Slovin dengan nilai kritis 20% yang didapatkan minimal jumlah sampel 13,21, dan dalam penelitian ini digunakan sampel 15 orang.

Prosedur

Tata urutan pelaksanaan dalam pe-nelitian ini diawali dengan pretest, kemu-dian diberikan perlakuan Topurak selama 5 menit yang terdiri atas totok pada 17 titik sekitar bahu, leher, dan dasar kepala. Pukul (tapotement) diterapkan pada seluruh per-mukaan punggung, bahu, dada, lengan, dan leher. Gerak dilakukan oleh pasien secara mandiri sesuai dengan nyeri dan kekakuan yang dirasakan dengan panduan intruksi

dari terapis. Gerak yang dilakukan yaitu berjumlah 9 macam gerakan. Setelah sub-jek diberikan perlakuan Topurak, subsub-jek diminta untuk beristirahat selama 5 menit, yang kemudian diakhiri dengan posttest. Data, Instrumen, dan Teknik Pengum-pulan Data

Data yang dikumpulkan adalah ROM, Skala Nyeri, dan Skala Fungsi. Data dikumpulkan dengan melakukan pengukur-an ROM leher menggunakan Goniometer, Numerical Rating Scale untuk pengukuran skala nyeri, dan pengukuran skala fungsi sebelum dan sesudah perlakuan.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif untuk data berskala nominal dan ordinal, Paired Sampel t Test digunakan untuk menganalisis data ROM dan uji Wilcoxon untuk skala nyeri maupun skala fungsi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini berjum-lah 15 orang dengan rincian 10 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Hal ini di-mungkinkan karena laki-laki memiliki akti-vitas yang lebih berat dan banyak sehingga lebih rentan terhadap cedera. Deskripsi subjek penelitian menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Deskripsi Subjek Penelitian Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin f Persentase

Laki-Laki 10 66,7%

Perempuan 5 33,3%

Usia subjek penelitian berkisar pada usia 19-24 tahun dengan rata rata usia 21,7

(4)

tahun. Data subjek penelitian menurut usia dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Deskripsi Subjek Penelitian Menurut Usia

Usia f Persentase

15-19 tahun 5 33,3%

20-24 tahun 10 66,7%

Sebagian besar pekerjaan yang dimiliki subjek penelitian adalah maha-siswa dengan presentase mencapai 86,7%. Data subjek penelitian menurut jenis peker-jaan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Deskripsi Subjek Penelitian Menurut Jenis Pekerjaan

Pekerjaan f Persentase

Mahasiswa 13 86,70%

Wiraswasta 1 6,66%

Karyawan 1 6,66%

Deskripsi Data Penelitian

Dapat dilihat pada Tabel 4, bahwa durasi cedera yang terbanyak pada fase akut (1-7 hari) dengan persentase 53,3%.

Tabel 4. Deskriptif Data Durasi Cedera Durasi Cedera f Persentase Akut (1-7 hari) 8 53,3% Sub-akut (7 hari-6

minggu) 1 6,7%

Kronis (> 6 minggu) 6 40,0% Tabel 5. Deskriptif Data Penyebab Cedera Penyebab Cedera f Persentase Posisi stastis yang

lama 6 40,0%

Gerakan berulang 3 20,0%

Trauma 6 40,0%

Berdasarkan Tabel 5, cedera terba-nyak yaitu disebabkan oleh posisi statis yang lama dan trauma. Posisi statis yang

lama yaitu bekerja di depan layar (laptop/ komputer) dengan waktu yang lama, ber-kendara motor/mobil dengan jarak yang jauh tanpa istirahat, dan posisi yang salah ketika istirahat (tidur). Trauma yang di-maksud adalah benturan (body contact) dengan pemain lawan maupun tim saat bertanding olahraga, posisi yang salah saat berolahraga sehingga terjatuh, maupun terjatuh ketika berkendara.

Berdasarkan Tabel 6, riwayat cede-ra terbanyak adalah cedecede-ra bahu dengan jumlah 7 subjek dan persentase 46,7 %.

Tabel 6. Deskriptif Data Riwayat Cedera Riwayat Cedera f Persentase

Cedera Bahu 7 46,7%

Cedera Leher 2 13,3%

Cedera Regio Lain 3 20,0% Tidak Pernah Cedera 3 20,0%

Tabel 7. Deskriptif Data Sisi Cedera Sisi Cedera Frekuensi Persentase

Kanan 7 46,6%

Kiri 4 26,7%

Tengah 4 26,7%

Dapat dilihat pada Tabel 7, bahwa sisi kanan merupakan sisi cedera yang ter-banyak dibandingkan dengan sisi kiri maupun tengah. Sisi cedera bagian kanan berjumlah 7 dengan persentase 46,7%.

Dapat dilihat pada Tabel 8, bahwa berdasarkan pada data tersebut, rata-rata data ROM seperti fleksi, ekstensi, left lateral flexion, right lateral flexion, left rotation, dan right rotation mengalami pe-ningkatan setelah dilakukan manipulasi Topurak. Menurut Ambardini et al. (2016: 78) manipulasi Topurak memberikan efek fisiologi yaitu menimbulkan relaksasi pada otot, sehingga dapat meningkatkan ROM.

(5)

1

Tabel 8. Hasil Analisis Deskriptif Data ROM Pretest-Posttest

Variabel Pretest Posttest Peningkatan Efektivitas

Mean Std. Dev Mean Std. Dev

Fleksi 32,73 13,02 41,87 13,97 9,14 27,93%

Ekstensi 42,80 13,97 52,73 13,36 9,93 23,20% Left Lateral Flexion 31,93 5,81 40,20 3,89 8,81 27,59% Right Lateral Flexion 30,53 8,22 38,87 4,97 8,34 27,32% Left Rotation 43,87 9,69 52,20 7,84 8,33 18,99% Right Rotation 42,93 9,35 49,73 7,77 6,80 15,84%

Tabel 9. Hasil Analisis Deskriptif Data Skala Nyeri Pretest-Posttest

Variabel Pretest Posttest Penurunan Efektivitas

Mean Std. Dev Mean Std. Dev

Nyeri Saat Istirahat 2,67 2,09 1,20 1,15 1,47 55,06% Nyeri Saat Aktivitas 3,27 2,40 1,60 1,40 1,67 51,07%

Nyeri Tekan 4,20 1,74 2,07 1,03 2,13 50,71%

Tabel 10. Hasil Analisis Deskriptif Data Skala Fungsi Pretest-Posttest Variabel

Pretest Posttest

Peningkatan Efektivitas Mean Std. Dev Mean Std. Dev

Menoleh 7,60 1,35 9,0 0,65 1,40 18,42%

Menunduk 8,93 1,49 9,7 0,49 0,77 8,62%

Menengadah 8,53 1,68 9,5 0,74 0,97 11,37%

Dapat dilihat berdasarkan Tabel 9, terjadi penurunan skala nyeri yang dirasa-kan oleh subjek penelitian setelah dilaku-kan manipulasi Topurak. Hal ini dikarena-kan totok, pukul, dan gerak memiliki efek terhadap penurunan nyeri.

Selain itu, berdasarkan Tabel 10, skala fungsi mengalami peningkatan sete-lah dilakukan manipulasi Topurak. Pening-katan skala fungsi terjadi karena otot yang sebelumnya mengalami ketegangan setelah dilakukan manipulasi Topurak menjadi lebih relaks sehingga nyeri yang diraskan akibat ketegangan otot menjadi lebih ber-kurang. Selain itu, dengan relaksasi otot juga berpengaruh ROM menjadi lebih luas.

Akibatnya skala fungsi menjadi lebih baik atau meningkat setelah dilakukan manipu-lasi Topurak.

Uji Statistik

Untuk mengetahui efektivitas mani-pulasi Topurak, maka dilakukan uji statistik yaitu Paired Samples t Test menganalisis data ROM, dan uji Wilcoxon untuk data skala nyeri dan skala fungsi. Sebelum dilakukan Paired Samples t Test pada data ROM, dilakukan uji prasyarat analisis data yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

Berdasarkan Tabel 11, diketahui bahwa dari seluruh variabel, Asymp. Sig lebih besar dari 0,05 (p>0,05) atau data berdistribusi normal. Maka data akan dia-nalisis dengan pendekatan statistik para-metrik, uji t berpasangan.

(6)

Tabel 11. Hasil Uji Normalitas

Variabel P Ket.

Fleksi – Pretest 0,564 Normal Fleksi – Posttest 0,762 Normal Ekstensi – Pretest 0,980 Normal Ekstensi – Posttest 0,595 Normal Left Lateral Flexion

– Pretest 0,771 Normal Left Lateral Flexion

– Posttest 0,282 Normal Right Lateral Flexion

– Pretest 0,607 Normal Right Lateral Flexion

- Posttest 0,954 Normal Left Rotation – Pretest 0,601 Normal Left Rotation – Posttest 0,646 Normal Right Rotation – Pretest 0,948 Normal Right Rotation – Posttest 0,980 Normal Berdasarkan hasil uji homogenitas pada Tabel 12, dapat diketahui bahwa dari seluruh variabel memiliki nilai signifikan lebih besar dari 0,05 (p>0,05), sehingga varians tersebut bersifat homogen. Dengan demikian, uji prasyarat homogenitas terpe-nuhi, maka data akan dianalisis menggu-nakan pendekatan statistik parametrik.

Tabel 12. Hasil Uji Homogenitas Variabel Nilai Signifikan Ket. Fleksi 0, 914 Homogen Ekstensi 0,977 Homogen Left Lateral Flexion 0,261 Homogen Right Lateral Flexion 0,074 Homogen Left Rotation 0,834 Homogen Right Rotation 0,411 Homogen

Berdasarkan Tabel 13, hasil analisis statistik menggunakan Paired Samples t Test, nilai signifikan ROM seperti: fleksi, eks-tensi, left lateral flexion, right lateral flexion, left rotation, dan right rotation adalah 0,000 (p<0,05), sehingga hipotesis diterima atau dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pretest dan posttest pada keseluruhan data ROM leher. Hal ini menunjukkan bahwa manipulasi Topurak efektif meningkatkan ROM leher secara signifikan pada nyeri dan ketegangan otot leher pasien KOTR FIK UNY atau manipulasi Topurak efektif untuk penyembuhan nyeri dan ketegangan otot leher.

Hasil uji Wilcoxon pada Tabel 14, skala nyeri saat istirahat, aktivitas maupun saat ditekan memiliki nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 (p<0,05), sehingga hipote-sis dapat diterima atau dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pretest dan posttest. Dengan demi-kian, manipulasi Topurak efektif mengu-rangi nyeri secara signifikan pada nyeri dan ketegangan leher pasien KOTR FIK UNY atau manipulasi Topurak efektif untuk pe-nyembuhan nyeri dan ketegangan leher.

Hasil uji Wilcoxon pada Tabel 15, skala fungsi pada gerakan menoleh, me-nunduk dan menengadah semuanya memi-liki nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 (p<0,05), sehingga hipotesis dapat diterima atau dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pretest dan posttest. Hal ini menunjukkan bahwa manipulasi Topurak dapat meningkatkan skala fungsi pada nyeri dan ketegangan leher pasien KOTR FIK UNY atau mani-pulasi Topurak efektif untuk penyembuhan nyeri dan ketegangan leher.

(7)

Tabel 13. Hasil Uji t Data ROM Pretest-Posttest

ROM Pretest Posttest P Ket.

Fleksi 32,73 41,87 0,000 Signifikan

Ekstensi 42,80 52,73 0,000 Signifikan

Left Lateral Flexion 31,93 40,20 0,000 Signifikan Right Lateral Flexion 30,53 38,87 0,000 Signifikan

Left Rotation 43,87 52,20 0,000 Signifikan

Right Rotation 42,93 49,73 0,000 Signifikan

Tabel 14. Hasil Uji Wilcoxon Data Skala Nyeri Pretest-Posttest

Skala Nyeri Pretest Posttest P Keterangan

Nyeri Saat Istirahat 2,67 1,20 0,003 Signifikan Nyeri Saat Aktivitas 3,27 1,60 0,001 Signifikan Nyeri Saat Ditekan 4,20 2,07 0,001 Signifikan

Tabel 15. Hasil Uji Wilcoxon Data Skala Fungsi Pretest-Posttest

Skala Fungsi Pretest Posttest P Keterangan

Menoleh 7,60 9,0 0,001 Signifikan

Menunduk 8,93 9,7 0,042 Signifikan

Menengadah 8,53 9,5 0,019 Signifikan

Hasil analisis data menggunakan analisis statistik parametrik (Paired Samples t Test) maupun analisis statistik non para-metrik (uji Wilcoxon) menunjukkan bahwa manipulasi Topurak mempunyai tingkat keberhasilan yang signifikan untuk pe-nyembuhan nyeri dan ketegangan otot leher pada pasien KOTR FIK UNY. Tingkat keberhasilan ditunjukkan dengan mening-katnya ROM leher (fleksi, ekstensi, left lateral flexion, right lateral flexion, left rotation, right rotation), berkurangnya nyeri yang dirasakan, dan meningkatnya fungsi leher. Hasil Paired Samples t Test dan uji Wilcoxon menunjukkan (p<0,05) atau terdapat perbedaan yang signifikan antara pretest dan posttest. Dengan demikian, ma-nipulasi Topurak efektif untuk penyembuh-an nyeri dpenyembuh-an ketegpenyembuh-angpenyembuh-an otot leher pada pasien KOTR FIK UNY.

Terjadinya peningkatan ROM pada leher setelah manipulasi Topurak karena menimbulkan relaksasi otot melalui tekanan (totok) 17 titik di sekitar bahu, leher, dan dasar kepala. 17 titik tersebut merupakan bagian otot yang sering berge-rak atau berkontberge-raksi sehingga sangat rentan terhadap nyeri dan ketegangan otot. Otot pada bagian leher dan dasar kepala yang diberikan manipulasi totok antara lain sternocleidomastoid, capitis major, rectus capitis minor, longissimus capitis, splenius capitis, splenius cervicis, scalena, rectus inferior oblique, dan superior oblique. Sedangkan pada bagian bahu antara lain pada otot pectoralis, middle trapezius, lower trapezius, dan levator scapula. Totok dilakukan sampai rasa sakit mencapai ting-kat maksimal yang dapat ditoleransi se-hingga terjadi iskemia sementara atau kekurangan aliran darah di area yang

(8)

ditotok. Setelah totok dilepaskan terjadi peningkatan aliran darah lokal, suplai oksigen meningkat, sehingga mempermu-dah pembuangan zat kimia inflamasi yang ada di jaringan kembali ke sirkulasi. Dengan demikian, terjadi penurunan kete-gangan otot pada trigger point dan pengu-rangan nyeri sehingga membuat ROM mengalami peningkatan. Penelitian yang mendukung totok pada trigger point dapat meningkatkan ROM yaitu penelitian yang dilakukan oleh Kalichman et al. (2016) yang berjudul “Effect of self-myofascial release on myofascial pain, muscle flexibi-lity” menunjukkan teknik self-myofascial release (SMFR) secara signifikan dapat meningkatkan ROM tanpa merusak keku-atan dan kinerja otot.

Tindakan tapotement (pukul) pada bagian bahu, leher, dan dasar kepala dapat mengurangi nyeri yang dirasakan disebab-kan tapotement akan memblok pesan nyeri yang dikirim ke otak melalui stimulasi yang diberikan yaitu berupa tekanan. Sti-mulasi tersebut berjalan melalui serabut saraf bermielin tebal Aβ sedangkan impuls nyeri dibawa oleh serabut saraf afferent Aδ dan C. Serabut saraf bermielin tebal Aβ berjalan lebih cepat dibandingkan dengan serabut saraf afferent Aδ dan C sehingga sebelum pesan nyeri yang dibawa serabut saraf afferent Aδ dan C diproses oleh otak, saraf bermielin tebal Aβ memblokade atau menutup gerbang lebih dulu, akibatnya sen-sasi nyeri yang dirasakan berkurang (Hardjono et al., 2005: 99). Proses tersebut disebut Gate Control Theory.

Sembilan gerakan yang dilakukan pada manipulasi Topurak di sendi bahu dan leher juga berpengaruh terhadap pening-katan ROM leher, yaitu dengan meregang-kan atau mengulurmeregang-kan jaringan lunak yang mengalami pemendekan akibat proses

pera-dangan sehingga dapat meningkatkan ling-kup gerak sendi (ROM). Selain itu, gerakan yang dilakukan membuat otot yang menga-lami spasme menjadi berkontraksi dan me-nyebabkan pelepasan opioid endogen serta merangsang pelepasan endorfin dari kelen-jar pituitari yang dapat mengurangi nyeri (Ashwini et al., 2017: 4). Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Ashwini et al. (2017) yang berjudul “Effects of movement impairment based treatment in the management of mechanical neck pain” menunjukkan latihan yang ber-basis gerakan pada skapula yang dilakukan selama empat minggu terbukti efektif da-lam mengurangi nyeri dan disfungsi pada pengguna komputer dengan nyeri leher mekanis.

Efek yang ditimbulkan manipulasi Topurak antara lain: relaksasi otot yang menyebabkan nyeri menjadi berkurang, meningkatnya aliran darah dan oksigen akan mempermudah pembuangan zat kimia inflamasi sehingga nyeri dan ketegangan otot berkurang, serta pelepasan opioid en-dogen yang merangsang pelepasan endor-fin dari kelenjar pituitari menyebabkan peningkatan pada lingkup gerak sendi (ROM). Dengan demikian keseluruhan efek yang ditimbulkan oleh manipulasi Topurak menyebabkan fungsi leher menjadi lebih baik.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa manipulasi Topurak efektif untuk penyembuhan nyeri dan ketegangan otot leher yang ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan ROM, penurunan skala nyeri, dan peningkatan skala fungsi setelah dila-kukan manipulasi Topurak.

(9)

SARAN

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian yang telah diperoleh, maka saran yang dapat diberikan adalah pasien lebih memperhatikan dalam memilih metode pengobatan yang akan digunakan untuk penyembuhan nyeri dan ketegangan otot leher, yaitu dengan mempertimbangkan ke-amanan, dan efek yang ditimbulkan dari metode yang digunakan. Manipulasi Topu-rak dapat dijadikan dalam penyembuhan nyeri dan ketegangan otot leher karena diketahui memiliki efektivitas untuk pe-nyembuhan nyeri dan ketegangan otot leher. Bagi penelitian selanjutnya menggu-nakan penelitian ekperimen, sampel yang digunakan lebih diperbanyak, dan desain yang digunakan lebih ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ambardini, R.L. & Kushartanti, B.M.W. (2016). Efektivitas Masase Topurak untuk Reposisi Subluksasi Bahu. Proceedings FIK UNY. Hlm 73-82. Anderson, M.K., Parr, G.P., & Hall, S.J.

(2009). Foundations of Athletic Training. USA: Lippincott Williams & Wilkins, Wolters Kluwer business.

Ashwini, T.M., Karvannan, H., & Prem, V. (2017). Effects of Movement Impairment Based Treatment in The Management of Mechanical Neck Pain. Journal of Bodywork and Movement Therapies, 30, 1-6.

Hogg-Johnson, S., Van der Velde, G., Carroll, L.J., Holm, L.W., et al. (2008). The Burden and Determinants of Neck Pain in The General Population. Results of The Bone and Joint Decade 2000-2010 Task Force on Neck Pain and Its Associated Disorders. Journal of Manipulative and Physiological Therapeutics, 32, 46-60.

Huldani. (2013). Neck Pain (Nyeri Leher). Referat. Banjarmasin: Fakultas Kedokteran UNLAM.

Hardjono, J. & Ervina, A. (2005). Pengaruh Penambahan Contract Relax Stretching Pada Intervensi Interferensial Current Dan Ultrasound Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Sindroma Miofasial Otot Supraspinatus. Jurnal Fisioterapi Indonusa, 5 (1), 81-100. Kalichman, L. & Ben David, C. (2016).

Effect of Self-myofascial Release on Myofascial Pain, Muscle Flexibility, and Strength. Journal of Bodywork & Movement Therapies, 21, 446-451.

Moore, K.L. & Agur, A.M.R. (2002). Anatomi Klinis Dasar. (Terjemahan Hendra Laksmana). Jakarta: Hipokrates.

Samara, D. (2007). Nyeri Muskuloskeletal pada Leher Pekerja dengan Posisi Pekerja yang Statis. Universa Medicina 2007, 26, 137-142. S Tulaar, A.B.M. (2008). Nyeri Leher dan

Punggung. Majalah Kedokteran Indonesia, 58 (5), 169-180.

Gambar

Tabel 8. Hasil Analisis Deskriptif Data ROM Pretest-Posttest
Tabel 12. Hasil Uji Homogenitas  Variabel  Nilai  Signifikan  Ket.  Fleksi  0, 914   Homogen  Ekstensi  0,977   Homogen  Left Lateral  Flexion  0,261   Homogen  Right Lateral  Flexion  0,074   Homogen
Tabel 13. Hasil Uji t Data ROM Pretest-Posttest

Referensi

Dokumen terkait

Buton Utara surat izin belajar/pernyataan mengikuti studi lanjut 365 15201002710242 DARWIS SDN 5 Wakorumba Utara Kab... Peserta Nama Peserta

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka di dapat rumusan masalah yaitu, “Bagaimana menerapkan aplikasi data mining penjualan motor

Selain dari staff, kami juga meminta bantuan dari para pengajar LTC untuk menjadi pembawa acara sekaligus juga ada yang menjadi pembuka dalam berdoa dan juga ada

hipotesis peneliti, dilakukan analisis statistik dengan analisis regresi. Cara pengambilannya menggunakan teknik random sampling, yaitu cara pengambilan/pemilihan

dalam melaksanakan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara tersebut diperlukan terobosan hukum, persepsi, pola pikir dan mengubah perilaku yang dilakukan dengan

Guru menugaskan peserta didik supaya memperlihatkan rubrik “Insya Allah Aku Bisa” dalam buku teks kepada orang tuanya dengan memberikan komentar dan paraf (halaman terakhir

Menurut Chaffey (2011, p388) e-marketing adalah suatu proses pemasaran yang menggunakan media elektronik seperti internet yang digunakan untuk mencapai tujuan, perlu

Biaya penilaian dikeluarkan dalam rangka pengukuran dan analisis data untuk menentukan apakah produk atau jasa sesuai dengan spesifikasinya dan persyaratan-persyaratan