• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERBEDAAN WAKTU DAN TEKNIK PEMERAHAN SUSU SAPI TERHADAP JUMLAH BAKTERI ESCHERICHIA COLI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PERBEDAAN WAKTU DAN TEKNIK PEMERAHAN SUSU SAPI TERHADAP JUMLAH BAKTERI ESCHERICHIA COLI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

10.36419/avicenna.v4i2.530

PENGARUH PERBEDAAN WAKTU DAN TEKNIK PEMERAHAN SUSU SAPI TERHADAP JUMLAH BAKTERI ESCHERICHIA COLI

The Effect of Time Differences and Cow Milking Techniques on the Number of Escherichia coli

Verliana Maya Sari1, Gravinda Widyaswara2*, F. Pramonodjati 3 Politeknik Santo Paulus Surakarta

gravindaw@gmail.com ABSTRAK

Latar Belakang: Boyolali merupakan daerah penghasil susu sapi. Sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani sapi perah. Susu perah tergolong sebagai bahan makanan bergizi tinggi. Susu perah tanpa dilakukan pengolahan sebelum dikonsumsi, mudah mengalami kerusakan dan kontaminasi bakteri. Salah satu bakteri yang mengkontaminasi susu yaitu Escherichia coli. Penggunaan mesin pemerah modern dapat menekan jumlah bakteri, menjaga kesehatan ambing, dan memperbaiki rendemen susu. Namun, peternak sapi perah di Boyolali masih banyak melakukan pemerahan secara tradisional, sehingga kualitas susu tergolong rendah.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh perbedaan teknik dan waktu pemerahan susu terhadap jumlah bakteri Escherichia coli.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan total 26 sampel yang diambil di Kecamatan Musuk. Penelitian dilaksanakan bulan Agustus 2020. Kontaminasi bakteri Escherichia coli diuji menggunakan metode MPN. Analisis data menggunakan uji T.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan perbedaan nilai MPN terhadap perbedaan teknik pemerahan susu sapi P sebesar 0,03. Bakteri Escherichia coli meningkat pada teknik pemerahan tradisional sebesar 57,69% dan waktu pemerahan siang hari meningkat sebesar 61,54%.

Simpulan: Dari hasil penelitian didapatkan perbedaan nilai MPN terhadap perbedaan teknik pemerahan susu sapi P sebesar 0,03. Pada teknik pemerahan tradisional, bakteri Escherichia coli meningkat sebesar 57,69%. Pada pemerahan siang hari, bakteri Escherichia coli meningkat sebesar 61,54%.

Kata kunci: Susu sapi; Teknik Pemerahan; Waktu Pemerahan; Escherichia coli ABSTRACT

Background: Boyolali is a cow's milk producing area. Most of the people work as dairy farmers. Milk is a highly nutritious food. Milk without processing before consumption, easily damaged and bacterial contamination. One of the bacteria that contaminate milk is Escherichia coli. The use of modern milking machines can reduce the number of bacteria, maintain the health of the udder, and improve

(2)

milk yield. However, dairy cattle farmers in Boyolali still do a lot of traditional milking, so the milk quality is relatively low.

Objective: This study aims to determine the effect of differences in technique and milking time on the number of Escherichia coli bacteria.

Methods: This study uses observational analytical methods with a total of 26 samples taken in Musuk District. The research was conducted in August 2020.

Bacterial contamination of Escherichia coli was tested using the MPN method.

Data analysis using T test.

Results: The results showed that the difference of MPN value to the difference of P cow milking technique is 0.03. Escherichia coli bacteria increased by traditional milking techniques by 57.69% and daytime milking time increased by 61.54%.

Conclusion: From the results of the research, it is obtained that the difference in MPN value to the difference in milking technique of P cow is 0.03. In traditional milking techniques, Escherichia coli bacteria increased by 57.69%. During milking during the day, Escherichia coli bacteria increased by 61.54%.

Keywords: Cow's milk; Milking Techniques; Milking Time; Escherichia coli PENDAHULUAN

Boyolali merupakan daerah penghasil susu sapi. Sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani sapi perah. Populasi sapi di Boyolali mencapai 92.856 ekor yang tersebar di Kecamatan Selo, Cepogo, Mojosongo, Ampel dan Musuk (Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali, 2011). Kecamatan Musuk merupakan daerah penghasil susu terbanyak. Satu ekor sapi perah dapat menghasilkan produk susu sebanyak 15 L/hari. Susu yang dihasilkan biasanya didistribusikan ke wilayah Surakarta dan sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Kebutuhan susu di Indonesia meningkat seiring dengan berkembangnya pengetahuan masyarakat akan kebutuhan unsur gizi terutama protein, serta kesadaran masyarakat akan pangan yang berasal dari hewan yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH). Susu segar banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena mempunyai kandungan gizi yang lengkap untuk memenuhi kebutuan nutrisi tubuh, susu memiliki pH antara 6,5% sampai 6,6 % merupakan kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan mikroorganisme karena pH mendekati normal sehingga susu mudah rusak (Nurhadi, 2012).

Susu sapi segar merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki zat gizi berupa protein, laktosa, lemak, garam mineral, dan vitamin yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan sel tubuh. Susu sapi adalah suatu sekresi yang komposisinya sangat berbeda dari komposisi darah. Kandungan dalam susu misalnya lemak susu, kasein, laktosa yang disintesa oleh alveoli di dalam ambing sapi, tidak terdapat dibagian lain dalam tubuh sapi. Sejumlah besar darah harus

(3)

Copyright © 2021, Avicenna : Journal of Health Research ISSN 2615-6458 (print) | ISSN 2615-6466 (online)

mengalir melalui alveoli dalam pembuatan susu yaitu sekitar 50 kg darah dibutuhkan untuk menghasilkan 30L susu (Ressang dan Nasution, 2010).

Susu sapi segar diambil dari ambing sapi dengan cara diperah. Sapi harus dimandikan terlebih dahulu terutama bagian ambingnya, lalu dilap dengan air hangat (370C) agar tidak tercemar oleh bakteri dan merangsang keluarnya susu dari kelenjar susu. Pemerahan dilakukan dengan menggunakan kelima jari tangan tanpa dipijit ataupun ditarik. Pemerahan dilakukan sampai susu yang keluar habis, hal ini bertujuan agar kelenjar-kelenjar susu dapat terangsang untuk memproduksi susu kembali. Pemerahan pertama dan kedua air susu ditampung dalam cangkir yang ditutup dengan kain hitam untuk menghindari kemungkinan adanya mastitis, kemudian dilihat apakah susu bercampur dengan darah ataupun nanah. Bila benar terjangkit mastitis pemerahan segera dihentikan, bila tidak pemerahan bisa dilanjutkan. Susu yang sudah diperah segera disaring dengan kain nilon yang halus. Setelah pemerahan, puting ambing sapi dibilas dengan air hangat yang bersih (Latifa, 2015).

Aspek yang perlu diperhatikan ketika memerah susu yaitu, kebersihan kandang, alat-alat pemerahan, dan petugas pemerah. Pakaian yang bersih dipakai oleh petugas pemerah susu. Upaya untuk menjaga higienitas susu, alat pemerahan seperti saringan susu dan ember penampung wajib dibersihkan sebelum pemerahan dimulai. Sapi bisa distimulasi untuk memproduksi susu dengan cara memberi selang waktu saat pemerahan. Jeda waktu pemerahan antara 10, 12 atau 14 jam dan jeda waktu pemerahan wajib sama. Produksi susu akan menurun jika jeda waktu pemerahan semakin lama. Pemerahan susu sapi dilakukan pagi jam lima sampai jam enam dan sore jam tiga sampai jam empat (Latifa, 2015).

Saat ini cara pemerahan susu sapi secara tradisional sudah mulai ditinggalkan dan beralih ke cara pemerahan modern. Cara ini dilakukan dengan menggunakan mesin pemerah susu sapi yang menggunakan metode penghisapan.

Mesin ini menghasilkan susu lebih banyak karena tidak bergantung dengan tangan manusia saat proses pemerahan susu sapi. Selain itu, dengan menggunakan mesin dapat mengurangi jumlah total bakteri hingga 75%. Sistem mesin pemerah susu terdiri dari pompa vakum, pulsator, milk claw, sedotan puting (Teat cup) dan wadah susu (Bucket). Terdapat dua mesin pemerahan susu sapi, yaitu mesin pemerah susu sapi portable dan mesin pemerah susu sapi permanen.

Penggunaan mesin perah memiliki kelebihan yaitu : 1) penggunaan mesin perah menghasilkan susu lebih maksimal, sebab susu tidak tercecer pada saat pemerahan, 2) relatif cepat dan waktu yang dibutuhkan lebih efesien, 3) petugas pemerah tidak mengeluarkan energi yang banyak saat memerah dan 4) waktu pemerahan lebih singkat sehingga dapat menurunkan tercemarnya susu oleh mikroba. Penggunaan mesin perah memiliki kekurangan yaitu : 1) harga mesin yang mahal, 2) listrik yang diperlukan besar apabila semua mesin dinyalakan.

Teknik pemerahan tradisional memeiliki kelemahan yaitu : 1) energi yang dibutuhkan pekeja banyak, 2) waktu pemerahan lama, 3) masih ada susu yang tertinggal diambing sapi. Kelebihan dari pemerahan tradisional yaitu : 1) biaya

(4)

pemerahan ekonomis, 2) alat pemerahan praktis cukup menggunakan ember (Sulistyati dkk., 2013).

Kualitas susu menurut Schutz dan Ferree (2012), dikategorikan menjadi 3 yaitu susu dengan Grade A (kualitas baik), susu Grade B (kualitas sedang), dan susu dengan Grade C (kualitas buruk). Apabila jumlah bakteri yang terdapat dalam susu segar >100.000/ml dan bakteri Escherichia coli < dari 10/ml, maka dapat dikategorikan susu dengan kualitas baik atau Grade A. Apabila jumlah bakteri antara 100.000–1.000.000/ml, dan jumlah bakteri Escherichia coli < dari 10/ml, maka susu Grade B (kualitas sedang). Sementara susu dengan Grade (kualitas buruk) jika jumlah bakterinya Escherichia coli > 1.000.000/ml. Adanya bakteri Coliform dan Escherichia coli menunjukkan tingkat sanitasi yang rendah.

Bakteri Coliform dapat digunakan sebagai indikator karena densitasnya berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air. Bakteri ini dapat mendeteksi patogen pada air seperti virus, protozoa, dan parasit. Selain itu, bakteri ini juga memiliki daya tahan yang lebih tinggi daripada patogen serta lebih mudah diisolasi dan ditumbuhkan (Prayitno, 2009).

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini yaitu analitik observasional menggunakan uji proporsi untuk mengetahui adanya perbedaan teknik dan waktu pemerahan susu sapi terhadap jumlah bakteri. Sumber data dalam penelitian ini adalah 13 sampel susu sapi yang aktif diperah setiap hari baik pada pagi hari pukul 06.30 WIB maupun siang hari pukul 12.30 WIB dengan teknik tradisional dan teknik modern.

Kemudian dilakukan pengujian Most Probable Number (MPN) di Laboratorium Mikrobiologi Politeknik Santo Paulus Surakarta.

Adapun tahapan kerja terdiri dari tahapan persiapan yaitu sterilisasi alat, pembuatan media, dan tahapan pengambilan susu sapi perah. Pada tahapan sterilisasi alat, cawan petri, tabung reaksi, beacker glass, botol kaca dicuci bersih dan dikeringkan. Setelah kering alat disterilkan menggunakan alat autoklaf dengan suhu 121˚C selama 15 menit. Alat pemerahan seperti ember penampung selang dan diguyur dengan air panas. Pada tahapan media, media yang dibuat antara lain media EMB (Eosin Methylene Blue Agar), media LB (Lactose Broth), dan media BGLB (Brilliant Green Lactase Bilebroth.

Pada tahapan pengambilan susu sapi perah, harus dilakukan dalam kondisi aseptik. Pemerahan dengan teknik tradisional, susu yang diperah dengan tangan langsung ditampung dalam botol steril. Pemerahan teknik modern, susu yang diperah dengan mesin portable. Susu diambil dari ember penampung lalu dipindahkan ke botol kaca steril. Beri label pada masing-masing botol supaya tidak tertukar. Tahap terakhir sampel yang telah diperoleh segera dipindahkan ke Laboratorium Mikrobiologi Politeknik Santo Paulus. Selama proses pemindahan susu dimasukkan ke dalam termos berisi ice pack.

Tahapan yang kedua adalah tahapan pengujian yaitu uji kontaminasi bakteri Escherichia coli, diperiksa dengan metode MPN yang terdiri dari tiga tahapan,

(5)

Copyright © 2021, Avicenna : Journal of Health Research ISSN 2615-6458 (print) | ISSN 2615-6466 (online)

yaitu uji penduga (presumptive test), uji konfirmasi (confirmed test), dan uji kelengkapan (completed test). Pada uji penduga memakai deret 9 tabung reaksi yang masing-masing berisi media LB. Deret 9 tabung dihomogenkan secara perlahan supaya sampel menyebar rata ke seluruh media. Kemudian dinkubasikan seluruh tabung pada suhu 370C selama 1x24 jam. Tabung dinyatakan positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau melebihi dari volume di dalam tabung durham.

Pada uji konfirmasi dilakukan inokulasi kuman dari tabung yang positif menghasilkan gas pada uji penduga ke media BGLB. Media BGLB diinkubasi 370C selama 24 jam. Jumlah tabung positif yaitu terbentuknya warna keruh dan gas dilihat dalam tabung durham berupa gelembung udara. Escherichia coli dapat dilihat dengan menghitung tabung yang menunjukkan reaksi positif terbentuk asam dan gas dan dibandingkan dengan table MPN 333. Pada uji kelengkapan, dilakukan inokulasi kuman dari tabung yang positif pada uji konfirmasi ke media EMB. Media EMB diinkubasi 370C selama 24 jam. Koloni bakteri Escherichia coli berwarna hijau metalik dan bintik hitam di tengah koloni. Dilakukan uji penguat dengan uji biokimia untuk memastikan apakah bakteri yang tumbuh benar Escherichia coli, yaitu dengan uji IMVIC Escherichia coli.

Tahapan terakhir adalah tahapan pembuangan limbah. Adapun alat dan bahan yang telah digunakan selama penelitian dimasukkan ke dalam autoklaf bersuhu 121˚C selama 15 menit. Alat dicuci lalu dikeringkan sedangkan limbah dibuang pada sampah medis. Sedangkan analisis data dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari sampel penelitian. Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan dideskripsikan. Untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yang diteliti, dilakukan analisa uji proporsi dengan taraf signifikansi () sebesar 0,05 dengan rumus :

Z =

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Hasil MPN berdasarkan Teknik dan Waktu Pemerahan Susu Sapi

Pengambilan sampel susu pada pemerahan teknik tradisional 13 sampel dan teknik modern 13 sampel. Pengambilan susu pada pagi hari 13 sampel dan siang hari 13 sampel. Total keseluruhan sampel yaitu 52 sampel selanjutnya di uji dengan uji beda dengan taraf signifikan sebesar 0,05.

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan MPN

No sampel

Teknik dan Waktu Pemerahan

MPN / 100 ml

Teknik dan Waktu Pemerahan

MPN / 100 ml

1. Pagi tradisional 3 Sore tradisional 6

2. Pagi tradisional 3 Sore tradisional 4

(6)

Sumber : Data pribadi, 2020

Sampel yang diperoleh dari peternak sapi perah, diantaranya melebihi batas maksimum cemaran mikroba yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional 7388 Tahun 2009. Sampel yang menunjukkan nilai < 3 MPN/ml masih belum melebihi batas maksimum cemaran mikroba yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional. Standar ini digunakan untuk kategori produk susu segar yang tidak dipasteurisasi untuk diproses lebih lanjut.

Perbedaan nilai MPN berdasarkan teknik pemerahan susu bisa dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Perbedaan nilai MPN berdasarkan teknik pemerahan susu.

Sumber : Data pribadi, 2020

Dilihat pada tabel 2 bahwa nilai p < 0,05 yang artinya terdapat perbedaan nilai MPN berdasarkan teknik pemerahan susu sapi. Penggunaan mesin modern nyatanya lebih mengurangi tingkat terkontaminasinya susu oleh bakteri Coliform.

Sedangkan perbedaan nilai MPN berdasarkan waktu pemerahan susu sapi bisa dilihat pada Tabel 3.

3. Pagi tradisional 6 Sore tradisional 4

4. Pagi tradisional 3 Sore tradisional 3

5. Pagi tradisional 4 Sore tradisional 0

6. Pagi tradisional 4 Sore tradisional 3

7. Pagi tradisional 0 Sore tradisional 7

8. Pagi tradisional 4 Sore tradisional 3

9. Pagi tradisional 3 Sore tradisional 0

10. Pagi tradisional 0 Sore tradisional 6

11. Pagi tradisional 3 Sore tradisional 6

12. Pagi tradisional 4 Sore tradisional 3

13. Pagi tradisional 9 Sore tradisional 3

14. Pagi modern 3 Sore modern 4

15. Pagi modern 3 Sore modern 3

16. Pagi modern 0 Sore modern 3

17. Pagi modern 3 Sore modern 3

18. Pagi modern 3 Sore modern 0

19. Pagi modern 0 Sore modern 3

20. Pagi modern 6 Sore modern 3

21. Pagi modern 3 Sore modern 3

22. Pagi modern 0 Sore modern 3

23. Pagi modern 4 Sore modern 0

24. Pagi modern 4 Sore modern 3

25. Pagi modern 0 Sore modern 0

26. Pagi modern 3 Sore modern 3

Teknik Pemerahan

Besar Sampel Rata-Rata Standar Deviasi P

Tradisional 26 3,62 2,192 0,031

Modern 26 2,42 1,629

(7)

Copyright © 2021, Avicenna : Journal of Health Research ISSN 2615-6458 (print) | ISSN 2615-6466 (online)

Tabel 3. Perbedaan nilai MPN berdasarkan waktu pemerahan susu

Sumber : Data pribadi, 2020

Nilai p pada tabel diatas > 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan yang nyata berdasarkan waktu perah pagi dan siang hari. Tingkat kontaminasi Coliform lebih tinggi pada pemerahan siang hari.

Sampel menunjukkan terkontaminasi oleh bakteri Coliform. Coliform merupakan golongan bakteri intestinal yang hidup pada saluran pencernaan manusia dan hewan. Bakteri Coliform digunakan sebagai indikator adanya kontaminasi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, minuman maupun makanan, keberadaan bakterini ini menunjukkan rendahnya tingkat sanitasi.

Bakteri Coliform dibedakan menjadi dua kelompok Coliform fekal : Escherichia coli dan Coliform non fekal : Enterobacter aerogenes. Coliform fekal berasal dari kotoran manusia dan hewan. Coliform non fekal berasal dari tumbhan dan hewan yang telah mati (Batt & Tortorello, 2014).

Sanitasi kandang di peternakan Y belum memenuhi syarat karena letak kandang yang terlalu dekat dengan tempat kotoran sapi, penerangan yang kurang karena sinar matahri tertutup oleh bangunan sehingga lembab dan ventilasi cukup banyak sehingga dapat memungkinkan kontaminasi lewat udara. Pembersihan hanya dilakukan menggunakan air kran tanpa menggunakan desinfektan yang dilakukan sebelum pemerahan. Saluran air kotor di kandang terbuka dan aliran tidak lancer sehingga menjadi perindukan vektor. Lantai kandang terbuat dari semen tapi tidak miring sehingga lantai menjadi sangat lembab. Kebersihan kandang belum baik karena masih terdapat sisa pakan dan kotoran sapi yang pada lantai.

Kandang sapi perah minimal memiliki lantai tahan air, tidak berlubang dan landai, memiliki ventilasi yang baik menjamin kualitas udara karena udara yang bersih dapat mencegah timbulnya bau yang mudah diserap oleh susu, dan penerangan cukup, kotoran mudah mengalir ke penampungan. Kebersihan kandang berkaitan erat dengan kualitas susu, apabila kebersihan kandang tidak baik maka kualitas susu yang dihasilkan akan menurun dan sebaliknya. Jumlah bakteri pada susu dapat meningkat dengan pesat apabila kandang yang digunakan untuk tempat tinggal ternak dan tempat pemerahan susu tidak bersih dan sehat (Nurhadi, 2012).

2. Hasil Bakteri Escherichia coli Berdasarkan Teknik dan Waktu Pemerahan Susu Sapi

Tabel 4. Hasil uji Escherichia coli Berdasarkan Teknik dan Waktu

No sampel

Teknik dan Waktu Pemerahan

E.coli Teknik dan Waktu Pemerahan

E.coli

1. Pagi tradisional Negatif Sore tradisional Positif 2. Pagi tradisional Negatif Sore tradisional Positif

Waktu Pemerahan

Besar Sampel Rata-Rata Standar Deviasi P

Pagi 26 3,00 2,135 0,946

Siang 26 3,04 1,907

(8)

3. Pagi tradisional Negatif Sore tradisional Positif 4. Pagi tradisional Negatif Sore tradisional Positif 5. Pagi tradisional Negatif Sore tradisional Positif 6. Pagi tradisional Positif Sore tradisional Positif 7. Pagi tradisional Negatif Sore tradisional Negatif 8. Pagi tradisional Positif Sore tradisional Positif 9. Pagi tradisional Negatif Sore tradisional Negatif 10. Pagi tradisional Negatif Sore tradisional Positif 11. Pagi tradisional Positif Sore tradisional Negatif 12. Pagi tradisional Positif Sore tradisional Positif 13. Pagi tradisional Positif Sore tradisional Positif

14. Pagi modern Negatif Sore modern Negatif

15. Pagi modern Negatif Sore modern Positif

16. Pagi modern Negatif Sore modern Negatif

17. Pagi modern Negatif Sore modern Positif

18. Pagi modern Negatif Sore modern Positif

19. Pagi modern Negatif Sore modern Positif

20. Pagi modern Negatif Sore modern Negatif

21. Pagi modern Positif Sore modern Positif

22. Pagi modern Negatif Sore modern Negatif

23. Pagi modern Negatif Sore modern Negatif

24. Pagi modern Negatif Sore modern Positif

25. Pagi modern Negatif Sore modern Negatif

26. Pagi modern Negatif Sore modern Negatif

Sumber : Data pribadi, 2020

Tabel 5. Perbedaan Escherichia coli Berdasarkan Teknik dan Waktu.

Kandungan Escherichia

Coli

Teknik Pemerahan Jumlah

Kandungan Escherichia

Coli

Waktu Pemerahan

Jumlah

Tradisional Modern Pagi Siang

Negatif 11 19 30 Negatif 20 10 30

Positif 15 7 22 Positif 6 16 22

Jumlah 26 26 52 26 26

Sumber : Data pribadi, 2020

Pengambilan sampel susu pada pemerahan teknik tradisional 13 sampel dan teknik modern 13 sampel. Pengambilan susu pada pagi hari 13 sampel dan siang hari 13 sampel. Total keseluruhan sampel yaitu 52 selanjutnya di uji dengan uji proporsi. Persentase banyaknya bakteri Escherichia coli berdasarkan teknik tradisonal (57,69%) lebih besar dibandingkan persentase banyaknya bakteri Escherichia coli berdasarkan teknik modern (26,92%). Persentase banyaknya bakteri Escherichia coli berdasarkan waktu pemerahan susu sapi pada siang (61,54%) lebih besar dibandingkan persentase banyaknya bakteri Escherichia coli berdasarkan waktu pemerahan susu sapi pada pagi (23,08%).

(9)

Copyright © 2021, Avicenna : Journal of Health Research ISSN 2615-6458 (print) | ISSN 2615-6466 (online)

Pembahasan

Escherichia coli merupakan salah satu bakteri yang sering mengkontaminasi susu yang berarti tidak baik untuk dikonsumsi, sebagaimana dibakukan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI 7388:2009). Kejadian kontaminasi Escherichia coli kemungkinan disebabkan karena adanya kontaminasi feses sapi selama penanganan susu pada saat proses pemerahan. Susu bukan hanya merupakan makanan yang baik bagi manusia tetapi juga bagi bakteri. Kontaminasi yang terjadi pada susu dapat berasal dari badan sapi, lingkungan kandang, peralatan perah, dan juga tangan pemerah yang terinfeksi selama penanganan susu (Fikri dkk, 2017).

Selain itu sanitasi lingkungan yang kurang bersih sehingga masih terdapat feses pada lantai kandang menjadi penyebab susu terkontaminasi oleh bakteri Escherichia coli. Kejadian kontaminasi Escherichia coli kemungkinan disebabkan karena adanya kontaminasi feses sapi selama penanganan susu pada saat proses pemerahan maupun lama waktu susu di milk can sebelum diserahkan kepada koperasi. Susu bukan hanya merupakan makanan yang baik bagi manusia tetapi juga bagi bakteri. Kontaminasi yang terjadi pada susu dapat berasal dari badan sapi, lingkungan kandang, peralatan perah, dan juga tangan pemerah yang terinfeksi selama penanganan (Fikri dkk, 2017).

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan di peternakan Y tentang pengaruh perbedaan waktu dan teknik pemerahan susu sapi terhadap jumlah bakteri Escherichia coli didapatkan presentase seperti gambar di bawah ini:

Gambar 1. Grafik Perbedaan Proporsi Bakteri Escherichia coli

(10)

Berdasarkan gambar 1, bakteri Escherichia coli meningkat pada pemerahan teknik tradisional dengan presentasi 57,69 %. Pada pemerahan teknik tradisional, sapi diperah langsung menggunakan tangan. Kebersihan tangan pemerah yang kuran baik dapat berpotensi menularnya bakteri dari sapi satu ke sapi yang lain. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Taufik, dkk (2008), sampel susu yang diperiksa di daerah Bogor terdapat sejumlah bakteri indikator.

Penelitian ini menyimpulkan karena tingkat higiene yang belum baik di setiap peternakan yang ada di daerah tersebut. Faktor penyebab meningkatnya bakteri Escherichia coli, karena tingkat sanitasi dan higienitas pekerja kurang baik.

Kondisi proses pemerahan yang berbau, lembab, terdapat sisa kotoran di lantai kandang, peralatan pemerahan yang kurang bersih seperti ember penampung berpotensi sebagai penularan mikroba penginfeksi susu. Selain itu puting sapi hanya dicuci dengan air biasa sehingga kemungkinan bakteri dari feses atau kolon sapi masih menempel di puting sapi. Higienitas pemerah yang tidak dijaga seperti memakai baju khusus pada proses pemerahan dan mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah pemerahan, dari sapi satu ke sapi yang lain.

Penggunaan mesin pemerah nyatanya mengurangi tingkat kontaminasi bakteri Escherichia coli (26,92 %). Hal ini dikarenakan pada pemerahan teknik modern susu langsung tertampung pada ember penampung dalam keadaan tertutup sehingga tidak kontam dengan udara luar. Mesin pemerahan sebelum digunakan dibersihkan dengan diguyur air panas pada selang vakum dan ember penampung. Kontaminasi bakteri air susu dapat dimulai ketika proses pemerahan, menurut Hijriah et.al. (2016) pencemaran susu akibat mikroorganisme terjadi pada proses pemerahan, penangganan, penyimpanan dan aktivitas pra pengolahan.

Penerapan teknologi pada proses pemerahan dapat mengurangi kontaminasi pada susu yang diperah menggunakan mesin pemerah, karena dapat menjaga kesehatan ambing sapi, puting , memperbaiki rendemen susu dan kesehatan sapi.

Penelitian Usmiati dan Abu Bakar (2009), hasil pemerahan dengan menggunakan alat perah mengahasilkan susu yan relatif steril sebab susu lasngsung tertampung di wadah penampung susu tanpa kontak dengan udara luar sehingga mikroba yang ada didalam susu adalah mikroba indigenus. Tingginya nilai TPC susu dapat berasal dari peralatan, sapi maupun pemerah yang kurang higienis. Penggunaan alat perah dapat mengurangi kontak tangan dan udara disekitar sehingga menghasilkan susu yang bersih dan higienis serta dapat menguragi tingkat TPC pada susu.

Berdasarkan gambar 1, kontaminasi bakteri meningkat pada pemerahan siang hari Escherichia coli (61,54 %). Penyebab meningkatnya bakteri pada pemerahan siang hari dibandingkan pagi hari karena pada pelaksanaan pemerahan sapi hanyak dimandikan pada pagi hari saja dengan menggunakan air kran.

Sedangkan pada siang hari sapi hanya dibersihkan pada ambing dan puting sapi sebelum dilakukan pemerahan. Kebersihan sapi sangat penting untuk menghasilkan susu dengan kualitas baik. Sapi yang kurang bersih dapat mengontaminasi susu pada saat pemerahan dan bakteri bisa masuk melalui udara terbuka. Tingginya pencemaran bakteri pada semua sampel susu dapat disebabkan

(11)

Copyright © 2021, Avicenna : Journal of Health Research ISSN 2615-6458 (print) | ISSN 2615-6466 (online)

adanya kontaminasi yang berasal dari air yang digunakan dalam peternakan.

Menurut Manning (2010), air yang terkontaminasi Coliform merupakan sumber pencemaran yang paling penting di sebuah peternakan karena bakteri ini dapat bertahan hidup dalam sedimen air selama enam bulan, bahkan dapat bertahan sepanjang musim dingin. Selain itu, air yang telah terkontaminasi dapat tercampur dengan air tanah dan menjadi sumber penularan ke tanaman dan rumput yang dimakan oleh ternak melalui sistem irigasi, serta dapat mengkontaminasi danau, sungai dan sumber air lainnya yang berada di sekitar ternakan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh perbedaan teknik dan waktu pemerahan susu sapi terhadap jumlah bakteri Escherichia coli dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilai MPN terhadap perbedaan teknik pemerahan susu sapi p sebesar 0,03, bakteri Escherichia coli meningkat pada teknik pemerahan tradisional dengan presentase 57,69 % dan pada pemerahan siang hari sebesar 61,54 %.

Saran

Peternakan susu sapi perah perlu melakukan edukasi kepada pegawai tentang bagaimana cara pemerahan yang baik dan benar sehingga mampu menurunkan angka kontaminasi susu oleh bakteri. Selain itu, perlu dilakukan monitoring kesehatan hewan ternak secara berkala, menjaga sanitasi di lingkungan kandang, membersihkan peralatan yang digunakan sebelum dan sesudah digunakan dengan desinfektan, melakukan steriliasi pada alat yang akan digunakan untuk pemerahan dan penyimpan peralatan pemerahan di tempat yang bersih dan terpisah dari kandang.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali. 2011. Kabupaten Boyolali dalam Angka. Kabupaten Boyolali, Boyolali.

Batt, C. A., Tortorello, M.L. 2014. Encylopedia Food Microbiology II. USA : Elsevier.

Fikri, F., Hamid, I.S., dan Purnama, M.T.E. 2017. Uji Organoleptis, pH, Uji Eber dan Cemaran Bakteri pada Karkas yang Diisolasi dari Kios di Banyuwangi.

J.Medik Veteriner, 1 (1) : 23-27.

Hijriah, P. F., Santoso, P. E., Wanniatie, V. 2016. Status mikrobiologi (total plate count, coliform, dan escherichia coli) susu kambing peranakan etawa (pe) di desa Sungai Langka kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

J.Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): 217-221.

(12)

Latifa, O. 2015. Identifikasi Bakteri Escherichia coli Pada Susu Sapi Segar Dan Susu Sapi Cair Kemasan Ultra High Temperature (UHT) Di Kecamatan Mampang Prapatan. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Hal: 20-23.

Manning DS. 2010. Eschericia coli Infection. Chelsea House Pub. New York.

Nurhadi, M. 2012. Kesehatan Masyarakat Veteriner (Higiene Bahan Pangan Asal Hewan dan Zoonosis). Gosyen Publishing. Yogyakarta.

Prayitno, A. 2009. Uji Bakteriologi Air Baku dan Siap Konsumsi dari PDAM Surakarta Ditinjau dari Jumlah Bakteri Coliform. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Ressang, A. A dan Nasution A. M. 2010. Pedoman Mata Pelajaran Ilmu Kesehatan Susu (Milk Hygiene) edisi 2. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Schutz, M., Ferree, M. 2012. Raw Milk Faqs. Purdue University. United States.

Sulistyati, M., Hermawan., A. Fitriani. 2013. Potensi Usaha Peternak Sapi Perah.

J.Ilmu Ternak. 1 (3): 17-23.

Taufik. E, Hildebrant, G., Kleer, J. N., Wirjajanto, T.I. 2008. Microbiological quality of raw goat milk in Bogor Indonesia. Media Peternakan, 34 : 105- 111.

Usmiati, S., Abubakar. 2009. Teknologi Pengolahan Susu. Balai Besar Penelitisn dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Bogor.

Gambar

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan MPN
Tabel 2. Perbedaan nilai MPN berdasarkan teknik pemerahan susu.
Tabel 3.  Perbedaan nilai MPN berdasarkan waktu pemerahan susu
Tabel 5. Perbedaan Escherichia coli Berdasarkan Teknik dan Waktu.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rohmat, taufik, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

Dari hasil berinteraksi dengan petani yang kami, kami mengetahui ada beberapa masalah yang umumnya terjadi pada petani, misalnya tentang mahalnya harga benih dan

Dibandingkan November 2015, jumlah tamu domestik dan asing yang menginap di hotel bintang mengalami penurunan masing-masing sebesar 21,40 persen dan 38,51 persen.. Dilihat dari

Sintesis senyawa kalsium fosfat dengan menggunakan metode single drop telah dilakukan dan hasil yang diperoleh membentuk fase kalsium fosfat yaitu

dengan TG-DTA tersebut, dapat diketahui pengaruh konsentrasi NaCl terhadap perubahan berat total, titik lebur dan fenomena yang terjadi selama proses pemanasan / peleburan garam

Table 2; Adjacent Roads; Source: Thesis Report on Planning of Pedestrian Friendly Design in Transit Areas by Ganguly, S., 2009..

Selanjutnya pada tabel 1 dan 2 secara berturut-turut nilai standar deviasi likuiditas perusahaan yang tidak mengalami financial distress dan perusahaan yang

Pemberian berbagai dosis kompos isi rumen sapi pada tanaman kacang hijau berpengaruh untuk parameter tinggi tanaman, jumlah cabang primer, jumlah polong bernas per