KATA PENGANTAR
Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan
Tahun 2013 merupakan pertanggungjawaban
pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan, baik yang pembiayaannya bersumber dari pemerintah (APBN dan APBD) maupun yang bersumber dari dana masyarakat kepada semua pihak yang terkait dengan pembangunan perkebunan sebagaimana diamanahkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010.
Dalam laporan kinerja ini disajikan informasi berupa capaian-capaian kinerja pembangunan perkebunan yang meliputi indikator makro, indikator mikro, maupun realisasi capaian outcomes/outputs penting sesuai dokumen Penetapan Kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dengan Menteri Pertanian, dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta upaya-upaya penyelesaiannya selama kurun waktu tahun 2013.
Capaian kinerja tahun 2013 menambah keyakinan kepada seluruh jajaran Direktorat Jenderal Perkebunan bahwa pelaksanaan pembangunan perkebunan tahun 2013 telah berjalan sesuai dengan jalur yang benar.
Laporan kinerja Tahun 2013 ini tersusun dari kompilasi capaian-capaian dari seluruh satker yang berjumlah 138 satker yang tersebar di Seluruh Indonesia serta kerjasama yang sinergis dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih, semoga dokumen ini bermanfaat sebagai landasan dalam pembangunan perkebunan selanjutnya.
Jakarta, Maret 2014 Direktur Jenderal Perkebunan,
Ir. Gamal Nasir, MS NIP. 19560728 198603 1 001
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan ... 3
1.3. Sasaran ... 4
1.4. Ruang Lingkup ... 4
II. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN . 5 2.1. Arah Kebijakan Pembangunan Perkebunan Tahun 2013 ... 5
2.2. Strategi Pembangunan Perkebunan Tahun 2013 ... 6
2.2.1. Startegi Umum ... 6
2.2.2. Strategi Khusus ... 10
2.2.2.1. Strategi Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan ... 10
2.2.2.2. Strategi Pengembangan Komoditas ... 11
2.2.2.3. Strategi Peningkatan Dukungan Terhadap Sistem Ketahanan Pangan .... 13
2.2.2.4. Strategi Investasi Usaha Perkebunan ... 14
2.2.2.5. Startegi Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Perkebunan ... 15
2.2.2.6. Strategi Pengembangan Sumberdaya Manusia ... 15
2.2.2.7. Strategi Pengembangan Kelembagaan dan Kemitraan Usaha ... 17
2.2.2.8. Strategi Pengembangan Dukungan Terhadap Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup ... 18
2.3. Target Menteri Pertanian ... 19
2.3.1. Target Kinerja Menteri Pertanian Tahun 2010- 2014 ... 19
2.3.2. Target Kinerja Menteri Pertanian Tahun 2013 .... 20 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 ii
2.4. Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan
Tahun 2013 ... 21
2.4.1. Program Pembangunan Perkebunan Tahun 2013 . 21 2.4.2. Kegiatan Pembangunan Perkebunan Tahun 2013 . 22 2.4.3. Fokus Kegiatan Utama Pembangunan Perkebunan Tahun 2013 ... 23
III. KONTRIBUSI PERKEBUNAN TERHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL... 24
3.1. Indikator Makro Pembangunan Perkebunan ... 24
3.1.1. Produk Domestik Bruto (PDB) ... 25
3.1.2. Kesempatan Kerja di Sektor Perkebunan ... 26
3.1.3. Investasi Pembangunan Perkebunan ... 26
3.1.4. Neraca Perdagangan Komodita Perkebunan ... 26
3.1.5. Nilai Ekspor ... 27
3.1.6. Nilai Tukar Petani (NTP) Perkebunan Rakyat ... 27
3.1.7. Pendapatan Pekebun ... 28
3.2. Indikator Mikro Pembangunan Perkebunan ... 28
3.2.1. Luas Areal ... 28
3.2.2. Produksi ... 30
3.2.3. Produktivitas ... 34
IV. KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2013 ... 35
4.1. Capaian Kinerja Fisik Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 ... 35
4.1.1. Capaian Kinerja Direktur Jenderal Perkebunan Tahun 2013 ... 36
4.1.1.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2013 38 4.1.1.2. Capaian Kinerja Terhadap Capaian Kinerja Tahun 2012 ... 39
4.1.1.3. Capaian Kinerja Terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 ... 40
4.1.2. Capaian Kinerja sesuai Penetapan Kinerja Sekretaris dan Direktur Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 ... 41
4.1.2.1. Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar ... 41 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 iii
4.1.2.1.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2013 ... 41 4.1.2.1.2. Capaian Kinerja Atas Alokasi
APBN Tahun 2013 ... 43 4.1.2.2. Direktur Tanaman Semusim ... 44
4.1.2.2.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2013 ... 45 4.1.2.2.2. Capaian Kinerja Atas Alokasi
APBN Tahun 2013 ... 46 4.1.2.3. Direktur Tanaman Tahunan ... 47
4.1.2.3.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2013 ... 48 4.1.2.3.2. Capaian Kinerja Atas Alokasi
APBN Tahun 2013 ... 49 4.1.2.4. Direktur Pascapanen dan Pembinaan
Usaha ... 51 4.1.2.4.1. Capaian Kinerja terhadap
Penetapan Kinerja/Rencana kinerja Tahunan 2013 ... 51 4.1.2.4.2. Capaian Kinerja Atas Alokasi
APBN Tahun 2013 ... 53 4.1.2.5. Direktur Perlindungan Perkebunan ... 54
4.1.2.5.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2013 ... 54 4.1.2.5.2. Capaian Kinerja Atas Alokasi
APBN Tahun 2013 ... 55 4.1.2.6. Sekretaris Direktorat Jenderal
Perkebunan ... 56 4.1.2.7. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi
Tanaman Perkebunan (BBP2TP) ... 57 4.2. Capaian Kinerja Keuangan Tahun 2013 ... 58
4.2.1. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Kegiatan Utama Tahun 2013 ... 60 4.2.1.1. Peningkatan Produksi, Produktivitas
dan
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 iv
Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar .. 61
4.2.1.2. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim ... 64
4.2.1.3. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan ... 66
4.2.1.4. Dukungan Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan ... 69
4.2.1.5. Dukungan Perlindungan Perkebunan .... 72
4.2.1.6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya ... 74
4.2.1.7. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan ... 76
4.2.2. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Serapan per Satker Tahun 2013 ... 78
4.2.3. Capaian Kinerja Atas Kegiatan yang Dipantau oleh UKP4 ... 96
V. KENDALA DAN RENCANA TINDAK LANJUT 5.1. Permasalahan yang Dihadapi ... 97
5.1.1. Administrasi ... 98
5.1.2. Teknis ... 99
5.1.2.1. Perencanaan ... 99
5.1.2.2. Pengorganisasian ... 100
5.1.2.3. Pelaksanaan ... 101
5.1.2.4. Pengawasan ... 103
5.2. Rencana Aksi dan upaya Penyelesaian ... 103
5.2.1. Administrasi ... 103
5.2.2. Teknis ... 105
5.2.2.1. Perencanaan ... 105
5.2.2.2. Pengorganisasian ... 105
5.2.2.3. Pelaksanaan ... 107
5.2.2.4. Pengawasan ... 109
VI. PENUTUP ... 110
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Capaian Kinerja Makro PembangunanPerkebunan Tahun 2013 ... 25 Tabel 2. Perkembangan Luas Areal Komoditas
Perkebunan Tahun 2012 – 2013 ... 29 Tabel 3. Perkembangan Produksi Komoditas
Perkebunan Tahun 2009 – 2013 ... 31 Tabel 4. Perkembangan Produktivitas Perkebunan
Tahun 2009 – 2013 ... 34 Tabel 5. Capaian Kinerja Produksi Tahun 2013 ... 39 Tabel 6. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Rempah dan
Penyegar Tahun 2013 ... 43 Tabel 7. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Semusim Tahun
2013 ... 46 Tabel 8. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Tahunan Tahun
2013 ... 49 Tabel 9. Capaian Kinerja Direktorat Pascapanen dan Pembinaan
Usaha Tahun 2013 ... 52 Tabel 10. Capaian Kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan
Tahun 2013 ... 55 Tabel 11. Capaian Kinerja BBP2TP Medan, Surabaya, dan Ambon
Tahun 2013 ... 58 Tabel 12. Capaian Serapan Anggaran Tahun 2013 per Eselon I
di Lingkup Kementerian Pertanian ... 59
Tabel 13. Realisasi Serapan Keuangan per Kegiatan Utama
Tahun 2013 ... 61 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 vi
Tabel 14. Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan produksi, Produktivitas dan Mutu
Tanaman Rempah dan Penyegar Tahun 2013 ... 63 Tabel 15. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Tahun 2013 ... 65 Tabel 16. Rincian Realisasi Serapan Anggaran dan Fisik
Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan
Tahun 2013 ... 68 Tabel 17. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan
Peningkatan Pengembangan Pascapanen Komoditas
Perkebunan Tahun 2013 ... 71 Tabel 18. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan
Dukungan Perlindungan Perkebunan Tahun 2013 ... 74 Tabel 19. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan
Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya
Ditjen Perkebunan Tahun 2013 ... 75 Tabel 20. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan
Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan
Tahun 2013 ... 77 Tabel 21. Kinerja Satker Berdasarkan Kriteria Nilai ... 80 Tabel 22. Capaian Serapan Anggaran Masing-Masing Satker
Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 .... 80 Tabel 23. Capaian Serapan Anggaran Masing-masing Satker
Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2013 .... 83
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Penetapan Kinerja Kegiatan Peningkatan produksi, produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan
Penyegar tahun 2013 ... 112 Lampiran 2. Penetapan Kinerja Kegiatan Peningkatan Produksi,
produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Tahun
2013 ... 122 Lampiran 3. Penetapan Kinerja Kegiatan Peningkatan Produksi,
Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Tahun
2013 ... 128 Lampiran 4. Penetapan Kinerja Kegiatan Dukungan Penanganan
Pascapanen dan Pembinaan Usaha Tahun 2013 ... 145 Lampiran 5. Penetapan Kinerja Kegiatan Dukungan Perlindungan
Perkebunan Tahun 2013 ... 154 Lampiran 6. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun
2013 yang Dimonitor Oleh UKP4 ... 165
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 viii
BAB I
PENDAHULUAN
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 i
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkebunan merupakan salah satu sub sektor strategis yang secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya memainkan peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, secara ekonomi perkebunan berfungsi meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional; secara ekologi berfungsi meningkatkan konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen dan penyangga kawasan lindung dan secara sosial budaya berfungsi sebagai perekat dan pemersatu bangsa.
Secara karakteristik perkebunan dapat ditinjau dari berbagai aspek antara lain dari jenis komoditas, hasil produksi dan bentuk pengusahaannya. Dari aspek komoditas, perkebunan terdiri dari 127 jenis tanaman, berupa tanaman tahunan dan tanaman semusim dengan areal sebaran mulai dataran rendah sampai dataran tinggi.
Ditinjau dari aspek produksi, hasil produksi perkebunan merupakan bahan baku industri, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Apabila ditinjau dari bentuk pengusahaannya, usaha perkebunan terdiri atas perkebunan besar negara (5%), perkebunan besar swasta (24%) dan perkebunan rakyat (71%).
Bab 1
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 1
Tujuan pembangunan perkebunan sebagaimana dituangkan dalam UU Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat; meningkatkan penerimaan dan devisa negara; menyediakan lapangan kerja; meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing; memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri; dan mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan.
Pembangunan perkebunan ke depan dihadapkan kepada berbagai tantangan, seperti terjadinya berbagai perubahan dan perkembangan lingkungan yang sangat dinamis serta berbagai persoalan yang mendasar seperti adanya tekanan globalisasi dan liberalisasi pasar, pesatnya kemajuan teknologi dan informasi, semakin terbatasnya sumberdaya lahan, air dan energi, terjadinya perubahan iklim global, kecilnya kepemilikan dan status lahan, masih terbatasnya kemampuan sistem perbenihan nasional, terbatasnya akses petani terhadap permodalan, masih lemahnya kapasitas kelembagaan petani dan penyuluh, serta kurang harmonisnya koordinasi kerja antar sektor terkait pembangunan perkebunan.
Perubahan paradigma pembangunan perkebunan yang dilakukan melalui pendekatan otonomi daerah oleh provinsi dan kabupaten dalam bentuk dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan, membawa konsekuensi perubahan kewenangan dan fasilitasi pelaksanaan pembangunan perkebunan antara pemerintah provinsi
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 2
dan kabupaten/kota, yang berdampak pada jauhnya rentang kendali antara pusat, provinsi dan kabupaten, yang pada akhirnya mempengaruhi pencapaian tujuan dan sasaran program dan kebijakan pembangunan perkebunan dan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan secara umum.
Untuk melihat keefektifan, keefisienan dan keekonomian pelaksanaan kegiatan pembangunan perkebunan diperlukan pengukuran capaian kinerja, baik terhadap sasaran makro, sasaran mikro maupun penetapan kinerja yang merupakan kontrak kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dengan Menteri Pertanian pada tahun 2013. Oleh karenanya, laporan ini akan menggambarkan kinerja pembangunan perkebunan tahun 2013 secara utuh, baik yang pembiayaannya bersumber dari pemerintah (APBN dan APBD) maupun yang bersumber dari dana masyarakat.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 29 Tahun 2010 mengamanatkan agar setiap institusi termasuk Direktorat Jenderal Perkebunan untuk melakukan pengukuran kinerja atas satker-satker di jajarannya dalam melaksanakan pembangunan perkebunan tahun 2013.
Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan target kinerja dan realisasi kinerja.
1.2. Tujuan
Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2013 ini disusun dengan tujuan untuk dapat memberikan informasi dan gambaran secara utuh terhadap capaian-capaian kinerja
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 3
pembangunan perkebunan yang meliputi indikator makro, indikator mikro, maupun realisasi capaian outcomes/outputs penting Direktorat Jenderal Perkebunan, dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta upaya-upaya penyelesaiannya selama kurun waktu tahun 2013.
1.3. Sasaran
Sasaran laporan kinerja ini adalah memberikan gambaran capaian kinerja pembangunan perkebunan secara utuh dan jelas pada tahun 2013 kepada seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan perkebunan.
1.4. Ruang Lingkup
Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2013 ini menyajikan capaian kinerja makro (PDB, keterlibatan tenaga kerja, investasi, neraca perdagangan, pendapatan pekebun/petani, ekspor dan NTP), kinerja mikro (luas areal, produksi dan produktivitas) dan penetapan kinerja (kegiatan yang dibiayai dengan APBN tahun 2013).
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 4
BAB II
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 i
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN
2.1. Arah Kebijakan Pembangunan Perkebunan Tahun 2013
Dengan memperhatikan arah kebijakan nasional dan pembangunan pertanian periode 2010-2014, dalam menjalankan tugas pelaksanaan pembangunan perkebunan di Indonesia, Direktorat Jenderal Perkebunan merumuskan kebijakan yang akan menjadi kerangka pembangunan perkebunan periode 2010-2014 yang dibedakan menjadi kebijakan umum dan kebijakan teknis pembangunan perkebunan tahun 2010-2014.
Karena tahun 2013 merupakan bagian dari Renstra tahun 2010-2014, maka Kebijakan Umum pembangunan perkebunan adalah: Mensinergikan seluruh sumberdaya perkebunan dalam
rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah, produktivitas dan mutu produk perkebunan melalui partisipasi aktif masyarakat perkebunan, dan penerapan organisasi modern yang berlandaskan kepada ilmu pengetahuan dan teknologi serta didukung dengan tata kelola pemerintahan yang baik. AdapunKebijakan Teknis pembangunan perkebunan yang merupakan penjabaran dari kebijakan umum pembangunan perkebunan yaitu:
Meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan melalui pengembangan komoditas, SDM, kelembagaan dan kemitraan usaha, investasi usaha perkebunan sesuai kaidah pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup
Bab 2
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 5
dengan dukungan pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan.
2.2. Strategi Pembangunan Perkebunan Tahun 2013
2.2.1. Strategi Umum
Untuk mencapai sasaran, mewujudkan visi, misi dan tujuan, serta mengimplementasikan kebijakan pembangunan perkebunan selama periode 2010-2014, strategi pembangunan pertanian tahun 2010-2014 yang dikenal dengan Tujuh Gema Revitalisasi menjadi strategi umum pembangunan perkebunan tahun 2010-2014. Sehingga untuk tahun 2013, strategi umum pembangunan perkebunan mengacu 7 (tujuh) komponen gema revitalisasi dengan penjelasannya secara garis besar sebagai berikut:
1). Revitalisasi lahan
Ketersediaan sumberdaya lahan, termasuk air, yang memadai baik secara kuantitas dan kualitas merupakan faktor yang sangat fundamental bagi pertanian. Lahan dan air sebagai media dasar tanaman harus dijaga kelestariannya agar sistem produksi dapat berjalan secara berkesinambungan. Beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian secara serius dalam revitalisasi lahan adalah: ketersediaan, kesuburan atau pengelolaan, status dan kepemilikan lahan pertanian, dan ketersediaan air pertanian.
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 6
2). Revitalisasi perbenihan
Setelah lahan dan air maka dalam aspek budidaya ketersediaan benih dan bibit unggul merupakan suatu hal yang sangat fundamental. Perpaduan antara lahan yang subur dengan benih/bibit yang unggul akan memproduksi/melahirkan produksi yang unggul. Secara historis peran benih unggul telah dibuktikan pada saat keberhasilan dalam peningkatan produksi pada era Revolusi Hijau di tahun 1960-an, dan keberhasilan swasembada beras dan jagung yang dicapai baru-baru ini juga karena penggunaan benih unggul. Dengan demikian untuk mencapai dan mempertahankan swasembada pangan yang berkelanjutan maka perangkat perbenihan/ perbibitan harus kuat.
3). Revitalisasi infrastruktur dan sarana
Jalan usaha tani sangat penting dalam meningkatkan efisiensi usahatani terutama dalam hal pengangkutan sarana produksi dan hasil panen. Upaya untuk membuat jalan usahatani dan jalan tingkat desa perlu terus dilakukan. Untuk hal ini koordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan pemerintah setempat sangat diperlukan terutama untuk membuka akses ke daerah sentra produksi pertanian.
4). Revitalisasi sumberdaya manusia
Manusia merupakan sumberdaya yang sangat vital karena merupakan pelaku utama pembangunan, termasuk pertanian.
Tanpa pelaku yang handal dan berkompeten, maka pembangunan pertanian tidak dapat berjalan secara optimal. Kementerian
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 7
Pertanian mengembangkan berbagai kegiatan bagi peningkatan sumberdaya manusia pertanian melalui pendidikan, pelatihan, magang, dan sekolah lapang. Pembinaan dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia ini diperuntukkan bagi petani dan aparatur pertanian.
5). Revitalisasi pembiayaan petani
Kendala yang dialami petani utamanya petani menengah ke bawah adalah akses terhadap permodalan. Hal ini disebabkan karena masalah klasik yaitu tidak adanya jaminan/agunan yang dipersyaratkan perbankan. Pada kondisi ini petani terpaksa berhubungan dengan rentenir yang sudah barang tentu dengan bunga yang sangat mencekik. Untuk memperbaiki kendala ini maka upaya-upaya yang selama ini dilakukan perlu diteruskan seperti penyediaan skim perkreditan dengan kemudahan proses administrasi seperti KKP-E, KPEN-RP, KUPS; memperluas skim baru yang lebih mudah; menumbuhkan kelembagaan ekonomi mikro di pedesaan; melakukan koordinasi dengan instansi di pusat dan di daerah untuk mempermudah petani dalam mengakses sumber pembiayaan koperasi termasuk skim pembiayaan yang sudah ada, dan menumbuhkan kembali koperasi khusus di bidang pertanian.
6). Revitalisasi kelembagaan petani
Kegiatan pertanian secara alami melibatkan sumberdaya manusia (petani) yang cukup banyak, sarana produksi dan permodalan yang cukup besar. Selain itu juga sangat berhubungan erat
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 8
dengan sumber inovasi teknologi dan informasi pasar mulai dari hulu sampai hilir. Dengan karakteristik seperti ini maka untuk mempermudah melakukan koordinasi sangat diperlukan kelembagaan petani. Melalui kelembagaan petani, mereka dengan mudah melakukan koordinasi diantara mereka dan antara kelompok. Demikian juga melalui kelompok mereka akan menjadi kuat untuk bisa mengakses pasar dan informasi.
7). Revitalisasi teknologi dan industri hilir
Hal yang perlu dilakukan dalam rangka revitalisasi teknologi dan industri hilir adalah meningkatkan kegiatan penelitian khususnya dalam rangka penciptaan inovasi teknologi benih, bibit, pupuk, obat hewan dan tanaman, alsintan dan produk olahan, pemanfaatan sumberdaya lahan dan air, dan pengelolaan limbah kebun menjadi suatu produk bermanfaat; mempercepat diseminasi hasil penelitian dengan mengoptimalkan kelembagaan pengkajian, diklat, penyuluhan, tenaga teknis pertanian lapangan dan kelembagaan petani; mendorong pengembangan industri pengolahan pertanian di pedesaan secara efisien guna peningkatan nilai tambah dan daya saing di pasar dalam negeri dan internasional; meningkatkan jaminan pemasaran dan stabilitas harga komoditas pertanian, dan meningkatkan dan menjaga mutu dan keamanan pangan pada semua tahapan produksi mulai dari hulu sampai hilir.
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 9
2.2.2. Strategi Khusus
Strategi umum pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 merupakan strategi yang mengacu pada target utama pembangunan pertanian sehingga sifatnya masih sektoral. Agar lebih sesuai dengan karakteristik khusus sub sektor perkebunan, strategi umum dimaksud diformulasikan ke dalam strategi khusus sebagai berikut:
1). Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan
2). Pengembangan komoditas
3). Peningkatan dukungan terhadap sistem ketahanan pangan 4). Investasi usaha perkebunan
5). Pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan 6). Pengembangan sumberdaya manusia
7). Pengembangan kelembagaan dan kemitraan usaha
8). Pengembangan dukungan terhadap pengelolaan SDA dan lingkungan hidup.
2.2.2.1. Strategi Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan
Strategi ini merupakan upaya untuk meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan baik melalui penerapan teknologi budidaya yang baik (Good Agricultural
Practices/GAP)berupa penyediaan benih unggul bermutu/bersertifikat dan sarana produksi, optimasi pemanfaatan sumberdaya lahan dan dukungan perlindungan perkebunan yang optimal. Adapun rencana aksi dari strategi tersebut meliputi:
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 10
1). Mengembangkan budidaya tanaman perkebunan melalui penerapan IPTEK dan 4-ASI (Intensifikasi, Rehabilitasi, Ekstensifikasi dan Diversifikasi), yang didukung dengan sistem penyuluhan dan pendampingan yang intensif.
2). Mengoptimalkan dukungan penyediaan benih unggul bermutu dan sarana produksi, dukungan perlindungan perkebunan dan penanganan gangguan usaha perkebunan serta dukungan manajemen dan teknis lainnya.
3) Mendorong pengembangan usaha budidaya tanaman perkebunan pada wilayah perbatasan, pemekaran, penyangga, maupun kawasan ekonomi khusus (KEK), dan optimalisasi pemanfaatan lahan.
2.2.2.2. Strategi Pengembangan Komoditas
Sesuai keputusan Menteri Pertanian Nomor:
511/Kpts/PD.310/9/2006 Tanggal 22 September 2006 dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 3599/Kpts/PD.310/10/2009 Tanggal 19 Oktober 2009, komoditas binaan Direktorat Jenderal Perkebunan berjumlah 127 jenis tanaman. Strategi pengembangan komoditas dilakukan melalui upaya-upaya memprioritaskan pengembangan komoditas unggulan nasional yang meliputi : karet, kelapa, kelapa sawit, kopi, kakao, teh, jambu mete, cengkeh, lada, jarak pagar, tebu, tembakau, kapas, nilam, dan kemiri sunan, dan mendorong pemerintah daerah untuk memfasilitasi pengembangan komoditas
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 11
spesifik dan potensial di wilayahnya. Rencana aksi untuk strategi ini adalah:
1). Mendorong pengembangan komoditas unggulan nasional dan lokal sesuai dengan peluang pasar, karakteristik dan potensi wilayah dengan penerapan teknologi budidaya yang baik.
2). Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lahan, seperti lahan pekarangan, lahan pangan, lahan cadangan dan sisa aset lahan lainnya dengan pengembangan cabang usahatani lain yang sesuai.
3). Menumbuhkembangkan kawasan komoditas unggulan berbasis pedesaan dengan pengelolaan dari hulu sampai hilir dalam satu kawasan.
4). Mendorong pengembangan usaha budidaya tanaman perkebunan untuk mendukung penumbuhan sentra-sentra kegiatan ekonomi pada wilayah khusus antara lain wilayah perbatasan dan penyangga (bufferzone), wilayah konflik/pasca konflik, wilayah bencana alam serta wilayah pemekaran.
5). Mendorong pengembangan aneka produk (products development) perkebunan serta upaya peningkatan mutu untuk memperoleh peningkatan nilai tambah.
6). Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana pendukung pengembangan perkebunan.
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 12
2.2.2.3. Strategi Peningkatan Dukungan Terhadap Sistem Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumahtangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau (UU Nomor: 7 Tahun 1996 tentang Pangan). Sebagai tindak lanjut dari target utama Kementerian Pertanian, yaitu Peningkatan Diversifikasi Pangan yang diindikasikan dari skor PPH (93,3) pada tahun 2014), sub sektor perkebunan diamanahkan secara khusus untuk berkontribusi dalam pemenuhan skor PPH tersebut dari komponen minyak dan lemak, dan gula yang ditargetkan rata-rata 15 point per tahun sampai dengan 2014.
Rencana aksi yang akan dilakukan meliputi:
(1) Meningkatkan pengembangan diversifikasi usahatani dengan komoditas bahan pangan di areal perkebunan secara intensif dan berkelanjutan.
(2) Meningkatkan penyediaan protein hewani melalui integrasi cabang usahatani ternak yang sesuai pada areal perkebunan.
(3) Mendorong ketersediaan dan keterjangkauan sumber pangan yang berasal dari perkebunan.
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 13
2.2.2.4. Strategi Investasi Usaha Perkebunan
Strategi ini dimaksudkan untuk lebih mendorong iklim investasi yang kondusif dalam pengembangan agribisnis perkebunan dan meningkatkan peran serta pekebun, UMKM, masyarakat, dan swasta. Perbankan telah menyediakan kredit program dan kredit komersial untuk investasi di bidang perkebunan. Kredit program untuk petani meliputi KKP-E, KPEN-RP, dan KUR serta kredit komersial lainnya. Selain itu Pemerintah juga memberikan bantuan melalui Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK).
Rencana aksi dari strategi ini adalah:
1) Memberikan fasilitasi, advokasi dan bimbingan dalam memperoleh kemudahan akses untuk pelaksanaan investasi usaha perkebunan;
2) Mendorong pelaksanaan pemanfaatan dana perbankan untuk pengembangan perkebunan terutama untuk usaha kecil dan menengah;
3) Mendorong terciptanya iklim investasi yang kondusif, mencakup pengembangan sistem pelayanan prima, jaminan kepastian dan keamanan berusaha;
4) Memberikan fasilitasi tersedianya sumber dana dari pengembangan komoditas dan sumber lainnya untuk pengembangan usaha perkebunan;
5) Mendorong lembaga penjamin kredit untuk berpartisipasi dalam pembangunan perkebunan.
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 14
2.2.2.5. Strategi Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Perkebunan
Sistem informasi manajemen adalah serangkaian sub sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi yang secara rasional serta mampu mentransfer data sehingga menjadi informasi guna meningkatkan produktivitas. Berbagai capaian yang telah diraih yaitu Simonev, SAI, Simpeg, Website, dan e-form maupun e-
government. Dalam rangka pengembangan sistem informasimanajemen perkebunan ini ditempuh rencana aksi sebagai berikut:
(1) Mengembangkan sistem informasi, mencakup kemampuan menyusun, memperoleh dan menyebarluaskan informasi yang lengkap mengenai SDM, teknologi, peluang pasar, manajemen, permodalan, usaha perkebunan untuk mendorong dan menumbuhkan minat pelaku usaha, petani dan masyarakat.
(2) Meningkatkan jejaring kerja dengan institusi terkait.
2.2.2.6. Strategi Pengembangan Sumberdaya Manusia
Strategi ini diarahkan untuk mendukung berlangsungnya proses perubahan guna terwujudnya sistem dan usaha agribisnis perkebunan yang bertumpu kepada kemampuan dan kemandirian pelaku usaha perkebunan. Berkenaan dengan hal tersebut, rencana aksi yang akan dilaksanakan mencakup upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas SDM baik petugas, pekebun, maupun masyarakat dengan cara:
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 15
(1) Petugas
− Meningkatkan kualitas, moral dan etos kerja petugas termasuk di dalamnya petugas fungsional.
− Meningkatkan lingkungan kerja yang kondusif dan membangun sistem pengawasan yang efektif.
− Meningkatkan penerapan sistem recruitment dan karir yang terprogram serta transparan untuk mewujudkan petugas yang profesional.
− Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dan sikap prakarsa petugas yang proaktif dalam mewujudkan pelayanan prima sesuai kebutuhan pelaku usaha.
(2) SDM Pekebun dan Masyarakat
− Meningkatkan kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dan kemandirian pekebun dan masyarakat untuk mengoptimasikan usahanya secara berkelanjutan.
− Memfasilitasi dan mendorong kemampuan pekebun dan masyarakat untuk dapat mengakses berbagai peluang usaha dan sumberdaya dalam memperkuat/ mempertangguh usaha taninya.
− Menumbuhkan kebersamaan dan mengembangkan kemampuan dan keterampilan pekebun dan masyarakat dalam mengelola kelembagaan petani dan kelembagaan usaha serta menjalin kemitraan.
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 16
2.2.2.7. Strategi Pengembangan Kelembagaan dan Kemitraan Usaha
Kelembagaan petani didorong untuk tumbuh dari bawah yang dimulai dari kelompok tani, gabungan kelompok tani, sampai koperasi komoditas yang berbadan hukum. Kelembagaan petani dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelembagaan petani yang bersifat sosial dan yang berfungsi ekonomi. Kelembagaan petani yang bersifat sosial berupa asosiasi petani, sedangkan kelembagaan petani yang berfungsi ekonomi berupa koperasi komoditas.
Strategi pengembangan kelembagaan dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian kelembagaan agribisnis perkebunan dalam memanfaatkan peluang usaha yang ada. Adapun strategi pengembangan kemitraan usaha dimaksudkan untuk dapat memperoleh manfaat maksimal dari kegiatan agribisnis perkebunan.
Untuk itu rencana aksi yang akan ditempuh adalah:
(1) Mendorong peningkatan kemampuan dan kemandirian kelembagaan petani untuk menjalin kerjasama usaha dengan mitra terkait serta mengakses berbagai peluang usaha dan sumberdaya yang tersedia.
(2) Memfasilitasi terbentuknya kelembagaan komoditas yang tumbuh dari bawah.
(3) Memfasilitasi penumbuhan dan pengembangan kelembagaan keuangan pedesaan.
(4) Meningkatkan fungsi pendampingan kepada petani dan kelembagaan usahanya.
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 17
(5) Memperkuat kemitraan yang saling menguntungkan, saling menghargai, saling bertanggung jawab, saling memperkuat dan saling ketergantungan antara petani, pengusaha, karyawan dan masyarakat sekitar perkebunan.
Disisi lain kalangan usaha dapat berperan dalam memperkuat asosiasi komoditas maupun dewan komoditas perkebunan.
2.2.2.8. Strategi Pengembangan Dukungan Terhadap Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Lingkungan Hidup
Strategi ini merupakan upaya untuk memanfaatkan sumberdaya perkebunan secara optimal sesuai dengan daya dukung sehingga kelestariannya dapat tetap terjaga. Melalui strategi ini, pengembangan perkebunan dapat dilaksanakan secara harmonis ditinjau dari aspek ekonomi, sosial dan ekologi secara berkelanjutan. Rencana aksi dari strategi ini adalah:
(1) Meningkatkan penerapan sistem pertanian konservasi pada wilayah perkebunan termasuk lahan kritis, gambut, DAS Hulu dan pengembangan perkebunan di kawasan penyangga sesuai kaidah konservasi tanah dan air.
(2) Meningkatkan penerapan paket teknologi ramah lingkungan.
(3) Meningkatkan pemanfaatan pupuk organik, pestisida nabati, agens pengendali hayati serta teknologi pemanfaatan limbah usaha perkebunan yang ramah lingkungan.
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 18
(4) Meningkatkan kampanye peran perkebunan dalam kontribusi penyerapan karbon, penyedia oksigen dan peningkatan peran serta fungsi hidroorologis.
(5) Meningkatkan upaya penerapan pembukaan lahan tanpa bakar.
2.3. Target Menteri Pertanian
2.3.1. Target Kinerja Menteri Pertanian Tahun 2010-2014
Sesuai kontrak kerja Menteri Pertanian dengan Presiden RI, selama lima tahun ke depan (2010-2014), Kementerian Pertanian mencanangkan 4 (empat) target utama yaitu:
(1) Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan
Saat ini tebu (gula) sudah dalam posisi swasembada untuk kebutuhan rumah tangga, sehingga ke depan ditargetkan untuk mempertahankan posisi tersebut bahkan pada tahun 2014 telah mencapai swasembada gula nasional baik untuk konsumsi rumah tangga maupun industri;
(2) Peningkatan diversifikasi pangan
Diversifikasi pangan merupakan salah satu strategi mencapai ketahanan pangan. Sasarannya adalah tercapainya pola konsumsi pangan yang aman, bermutu, dan bergizi seimbang yang dicerminkan oleh tercapainya skor pangan harapan (PPH) sekurang-kurangnya 93,3 pada tahun 2014.
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 19
Dari sub sektor perkebunan diharapkan dapat berkontribusi terhadap skor PPH sebesar 15 point yang berasal dari minyak, lemak, dan gula.
(3) Peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekpor
Peningkatan nilai tambah akan difokuskan pada peningkatan kualitas dan jumlah olahan produk pertanian untuk mendukung peningkatan daya saing dan ekspor. Pada akhir 2014, ditargetkan 50% produk pertanian yang diperdagangkan harus dalam bentuk olahan.
(4) Peningkatan kesejahteraan petani
Prioritas utama dalam kerangka peningkatan kesejahteraan petani adalah upaya peningkatan pendapatan petani.
Pendapatan petani/pekebun diharapkan dapat meningkat menjadi minimal US$ 1.840/KK/2 ha/tahun pada tahun 2014.
2.3.2. Target Kinerja Menteri Pertanian Tahun 2013
Target penyerapan anggaran Kementerian Pertanian dalam rangka percepatan pelaksanaan pembangunan pertanian tahun 2013, dengan tahapan target penyerapan/realisasi keuangan berurutan sebagai berikut yaitu pada triwulan I sebesar ≥25%, triwulan II sebesar ≥50%, triwulan III sebesar ≥75% dan triwulan IV mendekati 100%.
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 20
2.4. Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013
2.4.1. Program Pembangunan Perkebunan Tahun 2013
Berdasarkan hasil restrukturisasi program dan kegiatan sesuai surat edaran bersama Menteri Keuangan Nomor : SE-1848/MK/2009 dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Nomor : 0142/M.PPN/06/2009 Tanggal 19 Juni 2009, setiap unit Eselon I mempunyai satu program yang mencerminkan nama Eselon I yang bersangkutan dan setiap unit Eselon II hanya mempunyai dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian indikator kinerja unit Eselon I adalah outcome dan indikator kinerja unit Eselon II adalah output.
Sesuai hasil analisa terhadap potensi, permasalahan, peluang dan tantangan pembangunan perkebunan ditetapkan bahwa program pembangunan perkebunan tahun 2013 yang menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Perkebunan adalah: “Peningkatan produksi,
produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan”.Program ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan melalui rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih bermutu, sarana produksi, perlindungan perkebunan dan penanganan gangguan usaha secara optimal.
Dari 127 komoditas binaan Direktorat Jenderal Perkebunan sesuai Keputusan Menteri Pertanian No. 511 Tahun 2006 dan No. 3599
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 21
Tahun 2010, prioritas penanganan difokuskan pada 15 komoditas strategis yang menjadi unggulan nasional yaitu karet, kelapa sawit, kelapa, kakao, kopi, lada, jambu mete, teh, cengkeh, jarak pagar, kemiri sunan, tebu, kapas, tembakau, dan nilam. Sedangkan Pemerintah Daerah didorong untuk memfasilitasi dan melakukan pembinaan komoditas spesifik dan potensial di wilayahnya masing- masing.
2.4.2. Kegiatan Pembangunan Perkebunan Tahun 2013
Sebagai penjabaran dari program masing-masing unit eselon II lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai satu kegiatan. Dengan demikian di lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan terdapat 7 (tujuh) kegiatan pembangunan perkebunan sesuai Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor:
61/Permentan/T.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian yaitu:
(1) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim;
(2) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar;
(3) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan;
(4) Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha;
(5) Dukungan Perlindungan Perkebunan;
(6) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya;
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 22
(7) Dukungan Pengujian, Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan BBP
2TP Medan, BBP
2TP Surabaya dan BBP
2TP Ambon.
2.4.3. Fokus Kegiatan Utama Pembangunan Perkebunan Tahun 2013
Mengingat banyaknya permasalahan yang ada, sedangkan sumber daya (SDM, teknologi, sarana dan prasarana serta dana) yang jumlahnya terbatas, maka kegiatan pembangunan perkebunan dilaksanakan berdasarkan skala prioritas. Dengan menetapkan skala prioritas, diharapkan sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk memecahkan permasalahan yang ada secara komprehensif. Atas dasar skala perioritas tersebut ditetapkan 7 (tujuh) fokus kegiatan pembangunan perkebunan yaitu:
1) Revitalisasi Perkebunan 2) Swasembada Gula Nasional
3 Penyediaan Bahan Tanaman Sumber Bahan Bakar Nabati (Bio- Energi)
4) Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional 5) Pengembangan Komoditas Ekspor
6) Pengembangan Komoditas Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri 7) Dukungan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 23
BAB III
KONTRIBUSI PERKEBUNAN
TERHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 i
KONTRIBUSI PERKEBUNAN TERHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL
Pembangunan perkebunan tahun 2013 merupakan bagian dari Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Perkebunan tahun 2010 - 2014 yang dimaksudkan untuk memberikan kontribusi terhadap perekonomian nasional, khususnya dari Sektor Pertanian. Lebih lanjut, target dalam Renstra 2010 - 2014 dimaksud dijabarkan menjadi Rencana Kinerja Tahunan (RKT) selama 5 tahun yang didalamnya termasuk RKT Pembangunan Perkebunan Tahun 2013.
Terkait dengan hal tersebut, Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2013 ini menggambarkan capaian-capaian indikator makro dan indikator mikro pembangunan perkebunan sampai dengan tahun 2013.
3.1. Indikator Makro Pembangunan Perkebunan
Capaian kinerja pembangunan perkebunan pada tahun 2013 secara makro meliputi PDB, keterlibatan tenaga kerja, investasi, neraca perdagangan, pendapatan pekebun/petani, ekspor dan nilai tukar petani (NTP) sebagai berikut :
Bab 3
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 24
Tabel 1. Capaian Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan Tahun 2013
NO. INDIKATOR
CAPAIAN Laju
Pertumb Per th . 2009 2010 2011 2012 2013*) (%)
1 Pertumbuhan PDB
- harga berlaku (Rp milyar) 111.423 136.048 153.885 159.754 175.249 12,19 - harga konstan (Rp milyar) 45.558 47.151 49.260 51.760 54.903 4,78 2 Keterlibatan tenaga kerja
(juta orang) 20,47 20,58 20,94 21,12 21,28 0,98
3 Investasi (Rp Triliun) 35,32 48,75 58,79 75,45 77,24 22,33 4 Neraca Perdagangan
Perkebunan (US$ milyar) 22,87 23,23 29,36 27,52 22,74 0,99
5 Pendapatan pekebun
(US$/KK) 1.555 1.600 1.702 1.832 1.886 4,96
6 Ekspor perkebunan (US$
milyar) 16,99 24,73 32,22 29,96 26,82 14,61
7 NTP Perkebunan Rakyat 105,46 106,50 109,58 108,34 106,38 0,23 Catatan: *) angka sementara
3.1.1. Produk Domestik Bruto (PDB)
Nilai PDB sub sektor perkebunan atas dasar harga berlaku, selama kurun 5 (lima) tahun terakhir, mengalami pertumbuhan rata-rata 12,19% per tahun atau meningkat sebesar 57,28% dari Rp 111,42 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp 175,25 triliun pada tahun 2013. Apabila dibandingkan dengan tahun 2012, PDB sub sektor perkebunan mengalami peningkatan sebesar 9,70%.
Sementara itu, berdasarkan harga konstan tahun 2000 selama kurun waktu tahun 2009 - 2013 mengalami kenaikan rata- rata 4,78% per tahun dari Rp 45,56 triliun tahun 2009 menjadi Rp 54,90 triliun pada tahun 2013. Nilai PDB tersebut mengalami peningkatan sebesar 6,07% dibandingkan tahun 2012.
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 25
3.1.2. Kesempatan Kerja di Sektor Perkebunan
Laju rata-rata pertumbuhan untuk keterlibatan tenaga kerja dalam lima tahun terakhir sebesar 0,98% per tahun atau meningkat sebesar 3,96% dari 20,47 juta KK pada tahun 2009 menjadi 21,28 juta KK pada tahun 2013. Apabila dibandingkan dengan Rencana Kerja Tahunan (RKT) tahun 2013 yang ditargetkan berjumlah 20,90 juta KK, maka realisasi keterlibatan tenaga kerja di sub sektor perkebunan mencapai 101,82%. Capaian tersebut juga mengalami peningkatan 0,76% jika dibandingkan tahun 2012.
3.1.3. Investasi Pembangunan Perkebunan
Perkembangan nilai investasi sektor perkebunan selama 5 tahun terakhir dari 2009-2013 mengalami pertumbuhan sebesar 22,33% per tahun atau meningkat sebesar 118,69% dari nilai investasi sebesar Rp 35,32 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp 77,24 triliun pada tahun 2013. Apabila dibandingkan dengan RKT tahun 2013 sebesar Rp 62,90 triliun maka realisasi investasi tahun 2013 mencapai 122,80%. Capaian tersebut juga mengalami peningkatan sebesar 2,37% jika dibandingkan tahun 2012.
3.1.4. Neraca Perdagangan Komoditas Perkebunan
Pada umumnya komoditi perkebunan merupakan komoditi untuk ekspor, neraca perdagangan komoditas unggulan perkebunan selama tahun 2009-2013 mengalami pertumbuhan sebesar 0,99% per tahun akan tetapi mengalami penurunan sebesar 0,57% dari tahun 2009 sebesar US $22,87 milyar menjadi Rp US$ 22,74% milyar pada
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 26
tahun 2013. Nilai tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan neraca perdagangan komoditi perkebunan tahun 2012 yang besarnya US$25,77 milyar, atau mengalami penurunan 11,76% akibat lesunya perekonomian dunia yang dipicu oleh krisis ekonomi di benua Eropa.
3.1.5. Nilai ekspor
Nilai ekspor komoditas perkebunan selama kurun waktu 5 tahun (2009-2013) mengalami laju pertumbuhan rata-rata sebesar 14,61% per tahun atau meningkat sebesar 36,65% dari nilai ekspor pada tahun 2009 sebesar US$ 16,99 milyar meningkat menjadi US$
26,82 milyar pada tahun 2013. Namun jika dibandingkan dengan nilai ekspor komoditi perkebunan tahun 2012, mengalami penurunan sebesar 10,48%.
3.1.6. Nilai Tukar Petani (NTP) Perkebunan Rakyat
Nilai tukar petani (NTP) perkebunan rakyat merupakan salah satu indikator yang dapat dijadikan sebagai ukuran tingkat kesejahteraan petani. Dalam kurun waktu 5 tahun (2009-2013) laju pertumbuhan nilai tukar petani rata-rata sebesar 0,23% per tahun atau meningkat sebesar 0,87% dari 105,46 pada tahun 2009 menjadi 106,38 pada tahun 2013. Dalam Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Jenderal Perkebunan 2013 ditargetkan sebesar 107,13 dan terealisasi sebesar 106,38 atau capaiannya 99,30%. Jika dibandingkan dengan tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 1,81%.
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 27
3.1.7. Pendapatan Pekebun
Indikator lain untuk mengukur kesejahteraan petani adalah pendapatan pekebun, dalam rencana kinerja tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan 2013 ditetapkan sebesar US$1.780 per kepala keluarga, realisasi pendapatan pekebun sampai dengan akhir Desember 2013 sebesar US$1.886 (105,96%) dan jika dibandingkan dengan tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 2,95%. Dalam kurun waktu 5 tahun (2009-2013) pendapatan pekebun mengalami kenaikan rata-rata 4,96% per tahun.
3.2. Indikator Mikro Pembangunan Perkebunan
Capaian indikator mikro lebih difokuskan pada luas areal, produksi dan produktivitas untuk 15 komoditas unggulan nasional yang meliputi karet, kelapa, kelapa sawit, kopi, teh, lada, cengkeh, kakao, jambu mete, tebu, tembakau, kapas, jarak pagar, nilam dan kemiri sunan/minyak.
3.2.1. Luas Areal
Secara umum luas areal komoditas perkebunan selama tahun 2009-2013 mengalami peningkatan setiap tahunnya rata-rata 3,10%
atau meningkat 12,98% dari 20,05 juta hektar pada tahun 2009 menjadi 22,65 juta hektar pada tahun 2013. Jika dibandingkan dengan RKT tahun 2013 yang nilainya 21,29 juta hektar, maka capaiannya sebesar 106,39%.
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 28
Sedangkan apabila dibandingkan dengan tahun 2012, luas areal perkebunan mengalami peningkatan sebesar 2,70% dari 22,05 juta hektar menjadi 22,65 juta hektar untuk tahun 2013. Terhadap target Renstra 2010-2014 yang besarnya 21,61 juta ha, maka kinerja tahun 2013 sudah mencapai 104,81%. Rincian luas areal per komoditi sebagaimana Tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan Tahun 2009 - 2013
No Komoditi
Capaian luas areal (ha) Laju
Pertumb.
Per th
2009 2010 2011 2012 2013 *) (%)
1 Karet 3.435.270 3.445.415 3.456.127 3.506.359 3.555.764 0,87
2 Kelapa 3.799.125 3.739.350 3.767.704 3.781.649 3.787.283 -0,07
3 Kelapa Sawit 7.873.294 8.385.394 8.992.824 9.572.715 10.010.824 6,19
4 Kopi 1.266.235 1.210.365 1.233.698 1.235.289 1.240.919 -0,47
5 Teh 123.506 122.898 123.938 122.206 122.545 -0,19
6 Lada 185.941 179.318 177.490 177.787 178.251 -1,04
7 Cengkeh 467.403 470.041 485.191 493.888 494.462 1,42
8 Kakao 1.587.136 1.650.621 1.732.408 1.774.463 1.852.944 3,95
9 Jambu Mete 572.114 570.930 575.841 575.920 576.181 0,18
10 Tebu 441.440 454.111 450.469 451.255 469.277 1,56
11 Tembakau 204.218 216.271 228.770 270.290 270.232 7,45
12 Kapas 12.622 10.194 10.238 10.901 11.152 -2,51
13 Jarak Pagar 52.722 50.106 47.676 44.677 42.924 -5,01
14 Nilam 24.498 24.472 28.008 33.255 33.507 8,46
15 Kemiri Sunan 779 918 944 995 995 6,52
Jumlah 20.046.303 20.530.404 21.311.326 22.051.649 22.647.260 3,10 Catatan: *) angka sementara
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 29
Beberapa komoditi unggulan utama selama 5 tahun terakhir mengalami peningkatan luas areal yang cukup signifikan yaitu nilam sebesar 8,46%, tembakau 7,45%, kemiri sunan 6,52%, kelapa sawit 6,16%, kakao 3,95% dan tebu 1,56%. Namun sebaliknya beberapa komoditi mengalami penurunan luas areal seperti jarak pagar (5,01%), kapas (2,51%), lada (1,04%), kopi (0,47%) dan teh (0,19%).
3.2.2. Produksi
Produksi komoditas utama perkebunan selama 5 tahun (2009–2013) mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu sebesar 30,14% dari 29,95 juta ton pada tahun 2009 menjadi 38,97 juta ton tahun 2013 dengan laju pertumbuhan produksi rata-rata sebesar 6,83% per tahun.
Dibandingkan dengan tahun 2012, produksi komoditi perkebunan mengalami peningkatan sebesar 5,07% dari 37,09 juta ton menjadi 38,97 juta ton untuk tahun 2013. Terhadap target Renstra 2010-2014 yang besarnya 40,60 juta ton, maka kinerja tahun 2013 sudah mencapai 95,98%. Rincian produksi per komoditi sebagaimana Tabel 2.
Meskipun perubahan iklim mengakibatkan intensitas serangan OPT meningkat, mengganggu jadwal dan pelaksanaan panen dan menurunkan rendemen yang selanjutnya berdampak pada penurunan produksi, beberapa komoditi unggulan utama selama 5 tahun terakhir mengalami pertumbuhan produksi per tahun yang cukup signifikan yaitu tembakau 14,11%, kelapa sawit 9,53%,
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 30
cengkeh 8,13%, karet 6,33%, nilam 1,82% dan lada 1,73% dan kapas 1,40%. Namun sebaliknya beberapa komoditi mengalami penurunan produksi yang cukup serius yaitu jambu mete (4,95%), jarak pagar (2,28%), teh (1,65%), dan tebu (0,06%) bahkan kemiri sunan sudah tidak produksi lagi. Rincian produksi per komoditi sebagaimana Tabel 3.
Tabel 3. Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan Tahun 2009 - 2013
No Komoditi
Capaian produksi (ton) Laju
Pertumb.
Per th
2009 2010 2011 2012 2013*) (%)
1 Karet 2.440.347 2.734.854 2.990.184 3.012.881 3.107.544 6,33
2 Kelapa 3.257.702 3.166.666 3.174.379 3.189.897 3.228.110 -0,22 3 Kelapa Sawit 19.324.294 21.958.120 23.096.541 26.015.518 27.746.125 9,53
4 Kopi 685.170 686.921 638.647 691.163 698.887 0,64
5 T e h 156.901 156.604 150.776 145.575 146.682 -1,65
6 Lada 82.834 83.663 87.089 87.841 88.675 1,73
7 Cengkeh 82.032 98.386 72.207 99.890 100.725 8,13
8 Kakao 820.496 837.918 936.266 740.513 777.539 -0,51
9 Jambu Mete 147.403 115.149 114.789 116.915 117.538 -4,95
10 Tebu 2.624.068 2.214.488 2.228.259 2.591.687 2.550.991 -0,06
11 Tembakau 176.186 135.678 214.524 260.818 260.183 14,11
12 Kapas 3.145 3.174 2.275 2.978 3.029 1,30
13 Jarak Pagar 6.851 7.081 6.576 6.652 6.219 -2,28
14 Nilam 138.800 110.300 143.281 125.700 138.500 1,82
15 Kemiri Sunan - 4.800 4.800 0 0 0,00
Jumlah 29.946.229 32.313.802 33.860.591 37.089.948 38.970.747 6,83 Catatan : *) Angka Sementara
Dukungan swasembada gula nasional. swasembada gula pada tahun 2013 merupakan bagian dari target yang telah dituangkan dalam Roadmap swasembada gula tahun 2010-2014 yang
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 31
bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan gula dalam negeri, baik konsumsi langsung rumah tangga maupun industri sekaligus mengurangi defisit neraca perdagangan gula nasional. Dalam rangka mendukung program prioritas pembangunan pertanian, khususnya pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, Direktorat Jenderal Perkebunan diberikan amanah untuk swasembada gula pada tahun 2014. Upaya Peningkatan produksi dan produktivitas tebu dalam rangka mencapai swasembada gula telah dilakukan sejak tahun 2004 melalui Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional berupa kegiatan bongkar ratoon (tanaman keprasan) dengan penggantian tanaman dengan bibit unggul, perbaikan irigasi sederhana dan pengadaan alat dan mesin pertanian. Sesuai dengan Roadmap Swasembada Gula Tahun 2010-2014 target produksi gula tahun 2013 adalah sebesar 4,93 juta ton akan terpenuhi apabila penyediaan lahan minimal seluas 350.000 ha, investasi pembangunan PG baru dan revitalisasi Pabrik Gula berjalan sesuai dengan rencana. Namun karena permasalahan utama tersebut belum teratasi secara tuntas, maka target dikoreksi menjadi 2,816 juta ton sesuai potensi sumberdaya yang dapat dikendalikan oleh Kementerian Pertanian dengan harapan masih dapat memenuhi kebutuhan gula untuk konsumsi rumah tangga. Sampai dengan akhir tahun 2013 produksi gula mencapai 2,551 juta ton atau 90,59% dari target. Namun capaian tersebut belum optimal terutama diakibatkan oleh dampak perubahan iklim dan serangan OPT di beberapa sentra produksi. Permasalahan lainnya di tingkat on farm adalah sulitnya pengembangan areal baru dan mempertahankan
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 32
lahan yang sudah ada, keterbatasan infrastruktur terutama untuk wilayah pengembangan di luar Pulau Jawa, kurangnya sarana irigasi dan penyediaan agroinput yang belum tepat jumlah, waktu, harga dan mutu. Sedangkan di tingkat off farm meliputi tingkat efisiensi PG yang dibawah standar, biaya produksi yang masih relatif tinggi, kualitas gula yang relatif rendah dan belum berkembangnya diversifikasi produk berbasis tebu.
Pengembangan tanaman tebu di Indonesia hingga Tahun 2013 telah mencapai 469.228 hektar dengan produksi 2.551.024 ton gula, yang tersebar di 9 provinsi. Jumlah petani yang terlibat dalam usaha tebu mencakup 1.045.959 (kepala keluarga dan tenaga kerja).
Ekspor komoditas tebu mencapai nilai US$ 67,60 juta dengan volume 518.300 ton molases, sedangkan impor tebu mencapai nilai US$1.720,90 juta dengan volume 3,324 juta ton gula hablur pada Tahun 2013. Jika dibandingkan dengan tahun 2012, impor gula mengalami peningkatan sebesar 15,92% dari 2,872 juta ton menjadi 3,328 juta ton pada tahun 2013. Pada tahun 2014 luas areal tanaman tebu diperkirakan mencapai 456.297 ha, dengan produksi mencapai 3,103 juta ton gula hablur.
Kebijakan dalam mendukung peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman semusim, khususnya swasembada gula nasional adalah melalui intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih bermutu, sarana produksi, perlindungan perkebunan dan penanganan gangguan usaha serta pelayanan organisasi secara optimal.
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 33
3.2.3 Produktivitas
Produktivitas komoditas utama perkebunan selama 5 tahun terakhir (2009–
2013) cenderung mengalami penurunan dengan laju rata-rata sebesar 2,40% per tahun akibat anomali iklim yang semakin ekstrim. Sedangkan apabila dibandingkan dengan tahun 2012, produktivitas komoditi perkebunan secara umum mengalami penurunan sebesar 13,35%. Dibalik penurunan produktivitas secara umum, ternyata beberapa komoditi masih mengalami peningkatan produktivitas yang cukup menggembirakan yaitu cengkeh (7,21%), tembakau (6,99%), karet (4,64%), kakao (2,82%), kelapa sawit (2,63%), kapas (2,14%), dan lada (1,76%). Rincian produktivitas per komoditi sebagaimana Tabel 5.
Tabel 4. Perkembangan Produktivitas Perkebunan Tahun 2009-2013
No Komoditi Capaian Produktivitas (kg/ha) Pertumb. Laju Per th (%) 2009 2010 2011 2012 2013*
1 Karet 901 986 1.106 1.048 1.071 4,64
2 Kelapa 1.175 1.159 1.168 1.157 1170 -0,10 3 Kelapa Sawit 3.487 3.595 3.450 3.722 3.855 2,63
4 Kopi 737 779 777 745 755 0,67
5 T e h 1.571 1.553 1.552 1.467 1.475 -1,54
6 Lada 729 756 702 771 776 1,76
7 Cengkeh 268 322 248 325 327 7,21
8 Kakao 834 854 668 850 879 2,82
9 Jambu Mete 468 371 393 364 365 -5,48
10 Tebu 5.952 5.292 5.191 5.770 5.473 -1,75
11 Tembakau 867 760 625 1.009 975 6,99
12 Kapas 297 380 356 306 309 2,14
13 Jarak Pagar 468 462 434 353 346 -7,00
14 Nilam 160 119 132 104 111 -7,30
15 Kemiri Sunan - 667 667 0 0
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 34
BAB IV
KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2013
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 i
KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2013
Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan yang akan disampaikan pada Laporan Kinerja ini meliputi (1). capaian terkait dengan penetapan kinerja yang ditandatangani Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian berupa outcomes dan penetapan kinerja yang ditandatangani Pejabat Eselon II dan Direktur Jenderal Perkebunan berupa outputs, (2). capaian kinerja keuangan berdasarkan kegiatan utama dan berdasarkan serapan anggaran masing-masing satuan kerja (satker), (3). capaian kinerja atas kegiatan yang dipantau oleh Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4).
4.1. Capaian Kinerja Fisik Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013
Sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010, penetapan kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian berupa
outcomes yang dimanifestasikan dalam produksi. Sedangkanpenetapan kinerja yang ditandatangani antara Pejabat Eselon II dan Direktur Jenderal Perkebunan berupa outputs yang diwujudkan dalam luas areal komoditi. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Jenderal Perkebunan adalah
Bab 4
Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 35