• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Model Pembelajaran Terpadu Tipe Connected pada Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Model Pembelajaran Terpadu Tipe Connected pada Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

Penerapan Model Pembelajaran Terpadu Tipe Connected pada Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Moh. Rifai, Taufan Maulana

IKIP PGRI Madiun endangmaruty@yahoo.co.id

Abstrak

Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dasar untuk memperoleh hasil belajar siswa yang optimal dan bermakna khususnya dalam pembelajaran IPS, maka perlu diterapkan model pembelajaran yang berpusat pada aktivitas siswa sehingga siswa dapat terlibat secara optimal dalam proses pembelajaran. Melalui model pembelajaran terpadu tipe connected siswa dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara holistik, bermakna, otentik, dan aktif (Hermawan dan Resmini, 2007:2). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran terpadu tipe connected untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran IPS di SD.

Kata kunci: Pembelajaran terpadu, tipe connected, Pembelajaran, IPS. A. Pendahuluan

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang melibatkan kegiatan guru dengan peserta didik atas hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif. Sedangkan mengajar pada prinsipnya membimbing peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Sebagaimana dikemukan oleh Burton (dalam Usman, 2001:21) bahwa "teaching is the guidance of learning activities, teaching is for purpose of aiding the pupil learn". Dari pendapat ini jelas bahwa, aktivitas peserta didik sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar.

Pada hakekatnya pembelajaran IPS adalah pembelajaran interelasi aspek-aspek kehidupan manusia di masyarakat (Sumaatmadja, 1980:22). Pembelajaran IPS merupakan proses pembelajaran yang memadukan berbagai pengetahuan sosial. Pembelajaran IPS bukan merupakan pembelajaran pengetahuan sosial yang terlepas-lepas yang satu terisolasi dari yang lainnya. Pembelajaran IPS merupakan sistem pembelajaran yang membahas, menyoroti, menelaah, mengkaji gejala atau masalah sosial dari berbagai aspek kehidupan sosial.

Berkaitan dengan kajian di atas, secara umum bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran IPS adalah untuk kemampuan intelektual, sedang kemampuan emosional masih terabaikan. Sebagaimana dikemukakan oleh Al Muchtar (2001:46) bahwa secara umum kelemahan pendidikan IPS terletak pada proses belajar yang masih terperangkap pada proses menghafal dan siswa masih pada posisi penerima. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan fungsi maupun tujuan pendidikan IPS. Untuk itu diperlukan adanya perubahan yang harus dilakukan baik oleh guru maupun peserta didik itu sendiri. Pihak guru harus berupaya untuk meningkatkan kinerja profesionalnya sebagai guru, sedangkan peserta didik harus berupaya untuk mengembangkan potensi berpikirya. Jadi dengan demikian guru bekerja untuk kepentingan peserta didiknya, yaitu berusaha memfasilitasi proses pembelajaran, memberikan bimbingan, memberikan motivasi sehingga tujuan pembelajarannya akan tercapai.

(2)

2

Terkait dengan hal itu Zevin (Al Muchtar, 2001:50) mengemukakan bahwa terdapat tiga peran guru dalam pembelajaran IPS, yaitu:

1. Peran didaktik (didactic roles) menempatkan sentralitas perannya sebagai sumber pengetahuan.

2. Peran reflektif (reflective roles) yang menempatkan sentralitas perannya sebagai pengembang konsep siswa.

3. Peran afektif (affective roles) yang menempatkan sentralitas perannya sebagai pengembang keterampilan siswa mengambil keputusan-keputusan yang tepat dalam berbagai isu, nilai, kepercayan yang seringkali bersifat kontroversial.

Sedangkan berkaitan dengan hal ini Sumaatmadja (1980:73), sangat menekankan bahwa guru IPS hendaknya:

1. Mampu mengorganisasikan dan menjabarkan materi pelajaran ke dalam bentuk yang mudah dilaksanakan, mudah dikelola, dan mudah dimengerti oleh peserta didik.

2. mampu menggunakan variasi strategi pengajaran kelompok, baik kelompok besar, kelompok kecil maupun secara individual.

3. mampu melibatkan peserta didik secara aktif dan langsung dalam mempelajari IPS.

Dengan demikian guru IPS yang profesional adalah guru yang menguasai materi dan mampu mengembangkannya, guru yang mampu menerapkan strategi pembelajaran yang baik, dan guru yang mampu melibatkan peserta didik secara aktif.Karena mutu materi dan penyajian IPS sangat ditentukan oleh kemampuan dan usaha guru dalam meningkatkan kecakapan pribadinya. Dengan kemampuan dan kecakapan yang terus berkembang, guru IPS tidak akan canggung menghadapi peserta didik dengan segala permasalahannya, karena pengetahuannya selalu segar dan relevan dengan kondisi sosial budaya yang ada disekitarnya. Guru IPS akan selalu memberikan makna kepada apa yang dialaminya untuk dijadikan materi pelajaran yang dibinanya. Guru IPS akan selalu mampu membangkitkan peserta didiknya untuk berpikir kritis. Jadi jika guru IPS benar-benar aktif dan kreatif, tidak akan kehabisan materi untuk mengembangkan pikiran peserta didiknya.Gejala dan masalah sosial yang dialami peserta didik setiap hari dapat dijadikan bahan perangsang bagi mereka untuk berpikir.

B. Pembahasan

1. Konsep Pembelajaran Terpadu Dalam Pembelajaran IPS

Salah satu kunci pembelajaran terpadu dalam pembelajaran IPS yang terdiri atas beberapa bidang kajian adalah menyediakan lingkungan belajar yang menempatkan peserta didik mendapat pengalaman belajar yang dapat menghubungkan konsep-konsep dari berbagai bidang kajian.Pengertian terpadu di sini mengandung makna menghubungkan IPS dengan berbagai bidang kajian (Carin 1997:236).

Pendekatan pembelajaran terpadu dalam IPS sering disebut dengan pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud, 1996:3). Salah satu di antaranya adalah memadukan Kompetensi Dasar. Melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari.

(3)

3

Pada pendekatan pembelajaran terpadu, program pembelajaran disusun dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pengembangan pembelajaran terpadu, dalam hal ini, dapat mengambil suatu topik dari suatu cabang ilmu tertentu, kemudian dilengkapi dibahas, diperluas, dan diperdalam dengan cabang-cabang ilmu yang lain. Topik/tema dapat dikembangkan dari isu, peristiwa, dan permasalahan yang berkembang. Bisa membentuk permasalahan yang dapat dilihat dan dipecahkan dari berbagai disiplin atau sudut pandang, contohnya banjir, pemukiman kumuh, potensi pariwisata, IPTEK, mobilitas sosial, modernisasi, revolusi, yang dibahas dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial.

Dalam pembelajaran IPS keterpaduan dapat dilakukan berdasarkan topik yang terkait, misalnya “Kegiatan ekonomi penduduk”. Kegiatan ekonomi penduduk dalam contoh yang dikembangkan dapat dikaji dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam IPS. Kegiatan ekonomi penduduk dalam hal ini ditinjau dari persebaran dan kondisi fisis-geografis yang tercakup dalam disiplin Geografi. Secara sosiologis, kegiatan ekonomi penduduk dapat mempengaruhi interaksi sosial di masyarakat atau sebaliknya. Secara historis dari waktu ke waktu kegiatan ekonomi penduduk selalu mengalami perubahan. Selanjutnya penguasaan konsep tentang jenis-jenis kegiatan ekonomi sampai pada taraf mampu menumbuhkan kreatifitas dan kemandirian dalam melakukan tindakan ekonomi dapat dikembangkan melalui kompetensi yang berkaitan dengan ekonomi.

Keterpaduan IPS dapat dikembangkan melalui topik yang didasarkan pada potensi utama yang ada di wilayah setempat; sebagai contoh, “Potensi Bali sebagai Daerah Tujuan Wisata”. Dalam pembelajaran yang dikembangkan dalam Kebudayaan Bali dikaji dan ditinjau dari faktor alam, historis kronologis dan kausalitas, serta perilaku masyarakat terhadap aturan. Melalui kajian potensi utama yang terdapat di daerahnya, maka peserta didik selain dapat memahami kondisi daerahnya juga sekaligus memahami Kompetensi Dasar yang terdapat pada beberapa disiplin yang tergabung dalam IPS .

Selain itu model pembelajaran terpadu pada IPS yang lainnya adalah berdasarkan permasalahan yang ada, contohnya adalah “Tawuran antara Kampung”. Pada pembelajaran terpadu, Tawuran antara kampung ditinjau dari beberapa faktor sosial yang mempengaruhinya. Di antaranya adalah faktor geografi, ekonomi, sosiologi, dan sejarah. Skema berikut memberikan gambaran keterkaitan suatu topik/tema dengan berbagai disiplin ilmu.

Gambar 2.5: Model Integrasi IPS Berdasarkan Topik/Tema Sumber : data yang sudah diolah

6.2 Mendeskripsikan kegiatan pokok ekonomi yang meliputi kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi barang/jasa 6.3 Mendeskripsikan peran badan

usaha, termasuk koperasi, sebagai tempat berlangsungnya proses produksi dalam kaitannya dengan pelaku ekonomi 5.1 Mendeskripsikan perkembangan

masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu-Buddha, serta peninggalan-peninggalannya

5.2 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Islam di Indonesia, serta peninggalan-peninggalannya 2.3 Mengidentifikasi bentuk-bentuk interaksi sosial 2.4 Menguraikan proses interaksi sosial Geografi Kegiatan ekonomi penduduk Sosiologi Ekonomi Sejarah 6.1 Mendeskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan lahan dan pola permukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi

(4)

4

2. Kekuatan dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu dalam IPS

Walaupun standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS dikembangkan dalam bidang kajian, pada tingkat pelaksanaan guru memiliki keleluasaan dalam membelajarkan peserta didiknya untuk mencapai kompetensi tersebut. Salah satu contoh yang akan dikembangkan dalam model ini adalah guru dapat mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dekat dan relevan untuk dikemas dalam satu tema dan disajikan dalam kegiatan pembelajaran yang terpadu.

Kekuatan/manfaat yang dapat diperoleh melalui pelaksanaan pembelajaran terpadu antara lain sebagai berikut.

a. Dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan waktu, karena ketiga bidang kajian tersebut (geograf, ekonomi, sejarah dan sosiologi) dapat dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi juga dapat dikurangi bahkan dihilangkan.

b. Peserta didik dapat melihat hubungan yang bermakna antar konsep geografi, ekonomi, sejarah dan sosiologi.

c. Meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena peserta didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan lebih dalam ketika menghadapi situasi pembelajaran.

d. Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan/aplikasi tentang dunia nyata yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi IPS.

e. Motivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan.

f. Pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik dengan pengalaman belajar yang terkait,sehingga pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan mendalam, dan memudahkan memahami hubungan materi IPS dari satu konteks ke konteks lainnya.

g. Akan terjadi peningkatan kerja sama antarguru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan narasumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.

Di samping kekuatan/manfaat yang dikemukakan itu, model pembelajaran IPS Terpadu juga memiliki kelemahan.Perlu disadari, bahwa sebenarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk semua konsep, oleh karena itu model pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep yang akan diajarkan.Begitu pula dengan pembelajaran terpadu dalam IPS memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut ini.

a. Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas,memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu dalam IPS akan sulit terwujud.

b. Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.

(5)

5

c. Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat. d. Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.

e. Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.

f. Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan „tenggelam‟nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri. www.puskur.net

Sekalipun pembelajaran terpadu mengandung beberapa kelemahan selain keunggulannya, sebagai sebuah bentuk inovasi dalam implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar perlu dikembangkan lebih lanjut. Untuk mengurangi kelemahan-kelemahan di atas, perlu dibahas bersama antara guru dengan sikap terbuka. Kesemuanya ini ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pembelajaran IPS.

3. Penerapan Model Pembelajaran Terpadu Tipe Connected pada Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

a. Perencanaan

Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran terpadu bergantung pada kesesuaian rencana yang dibuat dengan kondisi dan potensi peserta didik (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Untuk menyusun perencanaan pembelajaran terpadu perlu dilakukan langkah-langkah: (1) Pemetaan Kompetensi Dasar, (2) Penentuan Topik/tema, (3) Penjabaran (perumusan) Kompetensi Dasar ke dalam indikator sesuai topik/tema, (4)

Pengembangan Silabus, dan (5) Penyusunan Desain/Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Langkah-langkah tersebut secara rinci dijelaskan sebagai berikut.

1) Pemetaan Kompetensi Dasar

Langkah pertama dalam pengembangan model pembelajaran terpadu adalah melakukan pemetaan pada semua Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar bidang kajian IPS per kelas yang dapat dipadukan. Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh. Kegiatan yang dapat dilakukan pada pemetaan ini antara lain dengan:

a) Mengidentifikasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada mata pelajaran IPS yang dapat dipadukan dalam satu tingkat kelas yang sama;

b) Menentukan tema/topik pengikat antar-Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

(6)

6

Beberapa ketentuan dalam pemetaan Kompetensi Dasar dalam pengembangan model pembelajaran terpadu IPS adalah sebagai berikut.

a) Mengidentifikasikan beberapa Kompetensi Dasar dalam berbagai Standar Kompetensi yang memiliki potensi untuk dipadukan. b) Beberapa Kompetensi Dasar yang tidak berpotensi dipadukan,

jangan dipaksakan untuk dipadukan dalam pembelajaran. Kompetensi Dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan/disajikan secara tersendiri.

c) Kompetensi Dasar dipetakan tidak harus berasal dari semua Standar Kompetensi yang ada pada mata pelajaran IPS pada kelas yang sama, melainkan memungkinkan hanya dua atau tiga Kompetensi Dasar saja.

d) Kompetensi Dasar yang sudah dipetakan dalam satu topik/tema masih bisa dipetakan dengan topik/tema lainnya.

Berikut ini contoh pemetaan Kompetensi Dasar pada mata pelajaran IPS yang dapat diintegrasikan/dipadukan.

Tabel 2.

Peta Kompetensi Dasar yang Berpotensi IPS Terpadu Kelas IV N

o

Geografi Sosiologi Ekonomi Sejarah Topik/Tem

a 1. Semester 1& 2 1.1 Menunjukka n jenis dan persebaran sumber daya alam serta pemanfaatan nya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat 2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya Semester 1&2 1.2 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/ kota, provinsi) 2.4 Mengenal permasalaha n sosial di daerahnya Semester 2 2.3 Mengena l pentingn ya koperasi dalam meningk atkan kesejahte raan masyara kat Semester 1&2 1.3 Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan menjaga kelestariannya 2.2 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakanny a Kegiatan Ekonomi Penduduk Koperasi Perkemban gan Teknologi

Sumber : data yang sudah diolah

2) Penentuan Topik/Tema

Setelah pemetaan Kompetensi Dasar selesai, langkah selanjutnya dilakukan penentuan topik/tema. Topik/tema yang ditentukan harus relevan dengan Kompetensi Dasar yang telah dipetakan. Dengan demikian, dalam satu mata pelajaran IPS pada satu tingkatan kelas terdapat beberapa topik yang akan dibahas. Beberapa

(7)

7

hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan topik/tema pada pembelajaran IPS Terpadu antara lain meliputi hal-hal berikut.

a) Topik, dalam pembelajaran IPS Terpadu, merupakan perekat antar-Kompetensi Dasar yang terdapat dalam satu rumpun mata pelajaran IPS.

b) Topik yang ditentukan selain relevan dengan Kompetensi-kompetensi Dasar yang terdapat dalam satu tingkatan kelas, juga sebaiknya relevan dengan pengalaman pribadi peserta didik, dalam arti sesuai dengan keadaan lingkungan setempat. Hal ini dilakukan agar pembelajaran yang dilakukan dapat lebih bermakna bagi peserta didik.

c) Dalam menentukan topik, isu sentral yang sedang berkembang saat ini, dapat menjadi prioritas yang dipilih dengan tidak mengabaikan keterkaitan antar Kompetensi Dasar pada satu rumpun yang telah dipetakan. Contohnya, Pemberlakuan Otonomi Daerah, Peledakan bom, Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, Pasca Gempa Bumi dan Tsunami, Penyakit Folio, Penyakit Busung Lapar, Pemilu.

Berikut ini contoh topik yang relatif relevan dengan pemetaan Kompetensi Dasar

Kelas IV SD

Topik: Perkembangan Teknologi Tabel 3

Penentuan Topik

No. Geografi Sosiologi Ekonomi Sejarah

1. Semester 2 2.3 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya Semester 2 2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya Semester 2 2.3 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Semester 2 2.4 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakann ya

Sumber : data yang sudah diolah

3) Penjabaran Kompetensi Dasar ke dalam Indikator

Setelah melakukan langkah Pemetaan Kompetensi Dasar dan Penentuan Topik/Tema sebagai pengikat keterpaduan, maka Kompetensi-kompetensi Dasar tersebut dijabarkan ke dalam indikator pencapaian hasil belajar yang nantinya digunakan untuk penyusunan silabus.Contoh perumusan Kompetensi Dasar ke dalam berbagai indikator pencapaian

Kompetensi Dasar Geografi:

Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya

Perumusan indikatornya:

1. Mengidentifikasi sumber-sumber daya alam yang ada kaitannya dengan kegiatan ekonomi di lingkungan setempat

(8)

8

2. Menceritakan aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam yang ada di lingkungan setempat

3. Mendeskripsikan kegiatan ekonomi setempat yang berkaitan dengan potensi lainnya

Kompetensi Dasar Sosiologi:

2.4. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya

Perumusan indikatornya:

1. Mengidentifikasi permasalahan sosial di daerah setempat

2. Menceritakan penyebab timbulnya permasalahan sosial di daerahnya

3. Menjelaskan akibat yang ditimbulkan permasalahan sosial di daerah setempat

4. Menjelaskan cara menyelesaikan permasalahan sosial di daerahnya

Kompetensi Dasar Ekonomi:

2.3 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Perumusan indikatornya:

1. Menjelaskan pengertian dan hakekat koperasi 2. Mengidentifikasi jenis-jenis koperasi

3. Menceritakan manfaat koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat

Kompetensi Dasar Sejarah:

Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya

Perumusan indikatornya:

1. Mengidentifikasi jenis teknologi produksi masa lalu dan masa kini 2. Membandingkan jenis-jenis teknologi produksi masa lalu dan masa kini

3. Membuat diagram alur proses produksi teknologi sederhana

4. Mengidentifikasi jenis teknologi komunikasi masa lalu dan masa kini

5. Membandingkan jenis-jenis teknologi komunikasi masa lalu dan masa kini

6. Menceritakan pengalaman menggunakan alat teknologi komunikasi 7. Mengidentifikasi jenis teknologi transportasi masa lalu dan masa kini

8. Membandingkan jenis-jenis teknologi transportasi masa lalu dan masa kini

9. Menceritakan pengalaman menggunakan alat teknologi transportasi

4) Penyusunan Silabus

Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada langkah-langkah sebelumnya dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan silabus pembelajaran terpadu. Komponen silabus terdiri dari Standar Kompetensi IPS (Sosiologi, Sejarah, Geografi, dan Ekonomi), Kompetensi Dasar, Materi Pokok, Kegiatan Pembelajaran, Indikator, penilaian,. alokasi waktu, dan sumber belajar

5) Penyusunan Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Setelah teridentifikasi peta Kompetensi Dasar dan topik yang terpadu, selanjutnya adalah menyusun desain/rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada pembelajaran IPS Terpadu, sesuai dengan Standar Isi, keterpaduan terletak pada strategi pembelajaran. Hal ini disebabkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar telah

(9)

9 ditentukan dalam Standar Isi.

Rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut merupakan realisasi dari pengalaman belajar peserta didik yang telah ditentukan pada silabus pembelajaran terpadu. Komponennya terdiri atas: identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pokok, metode pembelajaran, sumber/media dan alat pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran (kegiatan awal, inti dan kegiatan akhir/ penutup), penilaian.

C. Simpulan

Pembelajaran terpadu mengandung beberapa kelemahan selain keunggulannya, sebagai sebuah bentuk inovasi dalam implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar perlu dikembangkan lebih lanjut. Dengan demikian guru IPS yang profesional adalah guru yang menguasai materi dan mampu mengembangkannya, guru yang mampu menerapkan strategi pembelajaran yang baik, dan guru yang mampu melibatkan peserta didik secara aktif.Karena mutu materi dan penyajian IPS sangat ditentukan oleh kemampuan dan usaha guru dalam meningkatkan kecakapan pribadinya. Dengan kemampuan dan kecakapan yang terus berkembang, guru IPS tidak akan canggung menghadapi peserta didik dengan segala permasalahannya, karena pengetahuannya selalu segar dan relevan dengan kondisi sosial budaya yang ada disekitarnya. Guru IPS akan selalu memberikan makna kepada apa yang dialaminya untuk dijadikan materi pelajaran yang dibinanya. Guru IPS akan selalu mampu membangkitkan peserta didiknya untuk berpikir kritis. Jadi jika guru IPS benar-benar aktif dan kreatif, tidak akan kehabisan materi untuk mengembangkan pikiran peserta didiknya. Gejala dan masalah sosial yang dialami peserta didik setiap hari dapat dijadikan bahan perangsang bagi mereka untuk berpikir.

(10)

10

DAFTAR PUSTAKA

Dahar, R.W. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas RI. 2006. Peraturan Mendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.

Ischak, Dkk. 2004. Pendidikan IPS SD. Jakarta. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Joni, T.R. 1996. Pembelajaran Terpadu. Naskah Program Pelatihan Guru Pamong, BP3GSD

PPTG. Ditjen Dikti.

Pusat Kurikulum, Balitbang. 2006. Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya. Subroto, W. 2003. Pendidikan IPS. Surabaya: Insan Cendekia

Gambar

Gambar 2.5: Model  Integrasi IPS Berdasarkan Topik/Tema  Sumber : data yang sudah diolah
Tabel 3   Penentuan Topik

Referensi

Dokumen terkait

kultur jaringan 512 SMK/Diploma I, Diploma II dan III sesuai dengan kualifikasi pendidikan di bidang Ilmu yang dibutuhkan Tidak untuk Formasi CPNS 61 Pengelola Kebutuhan Sarana

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan media visual terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMPN

Sehubungan dengan hasil evaluasipenawaran saudara, perihal penawaran Pekerjaan Peningkatan Jaringan Irigasi dan Pipanisasi Tang Paye Kec. Berian Baru), dimana

Operasi pasar terbuka dalam valas yaitu jual beli valas terhadap rupiah antara lain dalam bentukspot, forward, dan swap.Dengan kegiatan operasi pasar terbuka tersebut, Bank

Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda serta analisis korelasi parsial untuk menguji hipotesis yang ditentukan.Hasil

Dengan memanjatkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek di

Eksploitasi Hutan Di Indonesia (Analisis Isi Penerapan Jurnalisme Lingkungan. dalam Pemberitaan Eksploitasi Hutan di Indonesia pada SKH Kompas

• 2014 - sekarang : Tenaga Pendamping Lapangan (TPL) Yayasan Perempuan Perkotaan Medan (YP2M). • 2014 - 2015 : Ketua Divisi Media dan Komunikasi