• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Atas Prosedur Pengelolaan Dana Kas Kecil Pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Kota Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Atas Prosedur Pengelolaan Dana Kas Kecil Pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Kota Bandung"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN ATAS PROSEDUR PENGELOLAAN DANA KAS

KECIL PADA BALAI BESAR BAHAN DAN BARANG

TEKNIK (B4T) KOTA BANDUNG

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kerja Praktek Jenjang Studi S-1

Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh: AJENG MUSDILAWATI

21110203

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)

iv

2.2 Struktur Organisasi Perusahaan ... 10

2.3 Uraian Tugas Perusahaan ... 11

2.3.1 Deskripsi Jabatan Balai Besar Bahan Dan Barang Teknik ... 11

(3)

v

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK ... 21

3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek ... 21

3.1.1 Posedur ... 21

3.1.1.1 Definisi Prosedur ... 22

3.1.1.2 Karakteristik Prosedur ... 23

3.1.1.2 Manfaat Prosedur ... 23

3.1.2 Definisi Kas dan Kas Kecil ... 24

3.1.2.1 Definisi Uang Persediaan ... 25

3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek ... 25

3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek ... 26

3.3.1 Prosedur Pengelolaan Uang Persediaan (Dana kas Kecil) ... 26

3.3.2 Dokumen-dokumen Dalam Prosedur Pengelolaan Uang Persediaan... 26

3.3.3 Bentuk Pengendalian Untuk Menghindari Penyalahgunaan Pengelolaan Uang Persediaan... 31

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

4.1Kesimpulan ... 35

4.2 Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 38

(4)

vi

Lampiran 2 : Surat Pernyataan Permohonan KP ... 41

Lampiran 3 : Surat Acc Diterimanya KP... 42

Lampiran 4 : Struktur Organisasi Perusahaan ... 43

Lampiran 5 : Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) ... 44

Lampiran 6 : Surat Perintah Membayar – GUP ... 45

Lampiran 7 : Surat Permintaan Pembayaran (SPM) ... 46

Lampiran 8 : Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB) ... 47

Lampiran 9 : Surat Perintah Bayar (SPBy) ... 48

Lampiran 10 : Bukti Kwintansi Pembelian Barang ... 49

Lampiran 11 : Daftar Kehadiran KP ... 50

Lampiran 12 : Surat Keterangan Hasil KP dari Perusahaan ... 51

Lampiran 13 : Surat Keterangan Hasil KP dari Dosen Pembimbing ... 52

(5)

vii

DAFTAR TABEL

(6)

38

Harahap, Sofyan Syafri. 2008. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persana.

Jay, M. Smith dan K. Freed Skousen. 2004. Akuntansi Intermediate. Edisi Kesembilan. Jakarta: diterjemahkan oleh Penerbit Erlangga.

Kamaruddin Ahmad, S.E.,M.M. 2004. Dasar-dasar Manajemen Investasi dan Portofolio. Jakarta: Rineka Cipta.

Kusnadi. 2000. Akuntansi Keuangan Menengah (Intermediate) Prinsip, Prosedur Dan Metode. Malang: Universitas Brawijaya.

Lesmawati, Rika. 2010. Tinjauan Terhadap Pengelolaan Dana Kas Kecil Pada Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat. Laporan Kerja Praktek. Universitas Komputer Indonesia.

Modul Pengujian dan Pembayaran Tagihan / Rev 2.13

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. UGM. Yogyakarta: Salemba Empat.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 190 / PMK.05 / 2012 / tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara.

Peraturan Pemerintah No. 24 / 2005 / Standar Akuntansi Pemerintahan.

Suhayati, Ely & Sri Dewi Anggadini. 2009. Akuntansi Keuangan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

(7)

39

Theodorus M. Tuanakotta, 2000, Teori Akuntansi; Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

www.b4t.go.id

www.Organisasi.Org

(8)

i

Dengan memanjatkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung. Laporan kerja praktek yang berjudul “TINJAUAN ATAS PROSEDUR PENGELOLAAN DANA KAS KECIL PADA BALAI BESAR BAHAN DAN

BARANG TEKNIK (B4T) KOTA BANDUNG” ini penulis ajukan untuk melengkapi salah satu mata Kuliah Kerja Praktek.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan baik dalam pengumpulan data maupun tata cara penyusunan, pembahasan masalah serta penyajiannya mengingat keterbatasan kemampuan dan ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang sifatnya membangun.

Terselesaikannya Laporan Kerja Praktek ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

(9)

ii

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec. Lic., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Ibu Dr. Surtikanti, SE. M. Si., Ak., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

4. Bapak Inta Budi Setyanusa, SE. M.Ak., selaku Dosen Wali 4AK5 sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dan mengarahkan penulis dalam menyusun Laporan Kerja Praktek.

5. Bapak / Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia 6. Ibu Ir. Wieke Pratiwi, MS., selaku Kepala Balai Besar Bahan dan Barang

Teknik yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melaksanakan kerja praktek di tempat tersebut.

7. Bapak Nana Sutisna, SE., selaku Kepala Subbagian Keuangan yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melaksanakan kerja praktek di bagian keuangan.

8. Ibu Aria Rahmawati, selaku Pembimbing Perusahaan yang sudah membimbing penulis.

9. Ibu Dwi, Bapak Anwar, Bapak Budimas dan seluruh staff Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) yang telah memberikan dorongan serta masukan kepada penulis.

(10)

iii

masukan dalam mengerjakan Laporan Kerja Praktek ini.

13. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktek yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas doa dan semangatnya.

Penulis menyadari bahwa laporan kerja praktek ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis bersedia menerima segala kritik dan saran dari semua pihak untuk peningkatan mutu laporan kerja praktek ini.

Semoga Allah SWT membalas jasa semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan kerja praktek ini. Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya bagi semua pihak tersebut di atas dan semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT, Amin.

Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Bandung, Desember 2013 Penulis

Ajeng Musdilawati

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek

Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang pada umumnya

memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi

kepentingan para anggotanya. Keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan

merupakan prestasi manajemen. Penilaian prestasi atau kinerja suatu perusahaan

diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik pihak

internal maupun eksternal (Sofyan Syafri:2008).

Untuk mendukung setiap aktivitas yang dijalankannya, perusahaan

memerlukan sesuatu yang disebut dengan kas. Kas sangat penting peranannya

bagi kelangsungan perusahaan pada umumnya bagi setiap aktivitas yang

dilakukannya yang tiada lain untuk mencapai tujuan dari perusahaan tersebut.

Jumlah dari kas sendiri tergantung pada besar kecilnya sebuah perusahaan

ataupun kebutuhannnya. Untuk menunjang kebutuhan yang relatif kecil dan

bersifat diperlukan uang tunai yang setiap saat dapat digunakan dalam menunjang

aktivitas perusahaan tersebut atau penyediaan dana kas kecil (Petty Cash Fund),

(Rika Lesmawati:2010).

Kas adalah harta yang dapat digunakan untuk membayar kegiatan

operasional perusahaan atau dapat digunakan untuk membayar kewajiban saat ini.

(12)

sewaktu-waktu dapat ditarik, dana kas kecil, cek, bilyet giro, dan sebagainya (Rika

Lesmawati:2010).

Adapun pengertian kas lainnya yaitu kas dapat diartikan sebagai alat

bayar atau alat tukar dalam transaksi keuangan. Agar uang kas perusahaan aman

dari segala macam pencurian, penggelapan, manipulasi maka setiap penerimaan

uang segera disetorkan ke bank, sedangkan setiap pengeluaran yang jumlahnya

relatif kecil, tidaklah efesien menggunakan cek atau giro bilyet. Oleh karena itu,

dibentuklah dana kas kecil (Petty Cash) yang berfungsi untuk membantu

bendahara atau kasir khusus untuk pengeluaran-pengeluaran rutin yang jumlahnya

relatif kecil (Ely Suhayati & Sri Dewi Anggadini, 2009:143).

Dalam perusahaan dagang, jasa dan manufaktur pembayaran pengeluaran

yang bersifat relatif kecil menggunakan dana yang berasal dari dana kas kecil

sedangkan dalam instansi pemerintah pengeluaran tersebut menggunakan dana

yang berasal dari uang persediaan.

Uang Persediaan (UP) merupakan uang muka kerja SKPD yang bersifat

revolving. Definisi ini merupakan implikasi dari dipilihnya sistem UYHD, sebuah

sistem yang mengadopsi sistem Imprest Fund dalam pengelolaan kas kecil.

Dengan sistem tersebut, bendahara sebagai pengelola kas diberikan uang muka

kerja pada besaran tertentu, untuk kemudian dipakai untuk membiayai kegiatan

SKPD, dan jika jumlah telah berkurang sampai batas tertentu dapat dimintakan

penggantian sehingga jumlah uang akan kembali pada nilai semula (

(13)

3

Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) merupakan salah satu

Institusi Penelitian dan Pengembangan di bawah Badan Pengkajian Kebijakan

Iklim dan Mutu Industri Kementerian Perindustrian RI (www.b4t.go.id).

Balai Besar Bahan dan Barang Teknik tentu saja memerlukan dana yang

berasal dari kas kecil berupa uang persediaan untuk membiayai kegiatan

operasional sehari-harinya atau untuk membiayai aktivitas sehari-hari yang

memerlukan dana dengan anggaran yang kecil. Melihat dari pentingnya fungsi

uraian diatas maka penulis melakukan kerja praktek di Balai Besar Bahan dan

Barang Teknik untuk mengetahui dan mendalami serta untuk dijadikan sebagai

laporan dengan judul “Tinjauan Atas Prosedur Pengelolaan Dana Kas Kecil

Pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Kota Bandung”.

1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek

1.2.1 Maksud Kerja Praktek

Secara umum kerja praktek ini dimaksudkan untuk mengetahui prosedur

pengelolaan dana kas kecil pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik,

khususnya pada bagian keuangan.

1.2.2 Tujuan Kerja Praktek

Adapun tujuan dari kerja praktek ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana prosedur yang dilakukan untuk

(14)

2. Untuk mengetahui bagaimana pencatatan dari dana kas kecil (uang

persediaan) serta apa yang dilakukan untuk mencegah terjadinya

penyalahgunaan dari dana kas kecil (uang persediaan) tersebut.

1.3 Kegunaan Kerja Praktek

Adapun kegunaan yang dapat diperoleh dari kegiatan kerja praktek ini

yaitu:

1. Bagi Penulis

- Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan untuk cara

berpikir tentang konsep dan teori yang dipelajari di bangku

perkuliahan dan kaitannya dengan dunia nyata.

- Dapat mengetahui secara dalam implementasi pengelolaan dana kas

kecil (uang persediaan) yang dilakukan instansi baik secara teori

maupun prakteknya.

2. Bagi Instansi

- Membantu perusahaan/instansi dalam melaksanakan kegiatannya

dan memberikan masukan serta saran dalam perusahaan tersebut.

- Pelaksanaan kerja praktek ini diharapkan dapat memberikan

pandangan dari sisi akademisi mengenai tinjauan prosedur

pengelolaan dana kas kecil (uang persediaan) pada Balai Besar

(15)

5

3. Bagi Pihak Lain

- Sebagai bahan referensi dan masukan untuk melakukan evaluasi

yang lebih luas lagi bagi penulis selanjutnya.

- Sebagai bahan kajian untuk menambah ilmu pengetahuan dan

wawasan baik secara teoritis maupun prakteknya dalam dunia nyata.

1.4 Metode Kerja Praktek

Dalam pelaksanaan kerja praktek ini, penulis menggunakan metode

Block Release sebagai metode penulisan dalam pembuatan laporan kerja praktek.

Metode Block Release adalah metode pelaksanaan kuliah kerja praktek dalam

suatu periode. Adapun pelaksanaan kerja praktek berlangsung selama dua bulan

dalam waktu 35 hari kerja. Pelaksanaannya disesuaikan dengan waktu kerja yang

terdapat pada kantor Balai Besar Bahan dan Barang Teknik.

1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek

Lokasi pelaksanaan kerja praktek yaitu pada Kementerian Perindustrian

Republik Indonesia Balai Besar Bahan dan Barang Teknik ( B4T ) Bandung yang

beralamat di Jalan Sangkuriang No.14 Telp. (022) 2504088 Bandung 40135.

Waktu pelaksanaan kerja praktek dilakukan selama dua bulan dalam waktu 35

hari kerja dimulai pada tanggal 15 Juli 2013 sampai tanggal 06 September 2013

(16)

Tabel 1.5.1

Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek

No Uraian Juli Agust Sept Okt Nov Des

I II III IV I II III IV

1 Pelaksanaan Kerja Praktek

2 Pengumpulan data

3 Bimbingan BAB 1

4 Bimbingan BAB 2

5 Bimbingan BAB 3

6 Bimbingan BAB 4

(17)

7 BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

Didirikan pada tahun 1909 di Batavia (Jakarta) oleh pemerintah Hindia

Belanda dengan nama Laboratotium Voor Metaal Onderzoek di bawah Burgelizke

Openbake Warken (sekarang menjadi Departemen PU). Lalu pada tahun 1912

diperluas menjadi Laboratorium Voor Material Onderzoek, pada tahun tersebut

dipindahkan ke Bandung di Kompleks Technische Hogeschool (sekarang menjadi

ITB). Tahun 1934 kedudukan balai berada di bawah Van Ekonomische

(Departemen Perekonomian/Perdagangan). Pada tahun 1942 di bawah kekuasaan

pemerintah Jepang berubah nama menjadi laboratorium Zeiro Sikendya dan

kemudian menjadi Laboratorium Kogio Sikendya.

Pada tahun 1945 berubah nama menjadi Balai Penyelidikan bahan-bahan

yang berkedudukan di bawah Kementerian Kemakmuran. Tahun 1952-1960

kedudukan balai beralih ke Kementerian Kemakmuran. Tahun 1952-1960

kedudukan balai beralih ke Kementerian Perekonomian dan kemudian berada di

bawah Kementerian Perindustrian.

Tahun 1961 menempati Jalan Sangkuriang Bandung dengan nama Balai

Penelitian Bahan-bahan, tahun 1963 kedudukan balai di bawah Perindustrian

Rakyat, tahun 1971 kedudukan balai di bawah Lembaga Penelitian dan

Pendidikan Industri, tahun 1974 kedudukan balai di bawah Puslitbang Industri

(18)

bawah Badan Litbang Industri Departemen Perindustrian dan berubah nama

menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Bahan dan Barang

Teknik. Pada akhir tahun 2002 menjadi Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

yang disingkat B4T dan pada tahun 2006 menjadi Balai Besar Bahan dan Barang

Teknik (SK Menteri Perindustrian No. 43/M-IND/PER/6/2006).

Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) sebagai salah satu institusi

di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Departemen

Perindustrian, telah mempunyai pengalaman di Bidang Pengujian, Kalibrasi,

Inspeksi Teknik, Pelatihan Teknik, Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu, Sertifikat

Produk, Kepastian Mutu Bahan dan Barang Teknik serta telah diakui

keberadaannya oleh Industri karena mutu pelayanan yang prima dan konsisten.

Salah satu hasil pelayanan teknik terhadap industri, B4T telah

mendapatkan piagam penghargaan “Citra Pelayanan Prima” dari Menteri

Pendayagunaan Amperatur Negara pada Desember 2002 dan dari Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan sebagai “Unit Pelayanan Terbaik” terbaik di

lingkungan Departemen Perindustrian pada Agustus 2006, sehingga B4T semakin

dituntut untuk meningkat kinerja pelayanan terhadap masyarakat dan industri.

Dalam menghadapi era globalisasi saat ini, B4T telah menyiapkan

berbagai layanan jasa teknik bagi industri yang didukung oleh peralatan yang

modern dan handal, SDM yang terlatih dan berkualifikasi, laboratorium uji dan

laboratorium kalibrasi, lembaga inspeksi dan lembaga sertifikasi serta lembaga

(19)

9

dalam menyebarluaskan informasi didukung oleh teknologi informasi : Website,

E-mail, PABX digital, Local Area Network.

2.1.1 Visi

Menjadi lembaga terkemuka dalam bidang Penjaminan dan Peningkatan

Mutu Bahan dan Barang Teknik yang didukung oleh Penelitian.

2.1.2 Misi

Memberikan pelayanan teknik yang professional melalui jasa pengujian

kalibrasi, inspeksi teknik, sertifikasi, pelatihan teknik, dan litbang terapan untuk

meningkatkan mutu produk dan tenaga industri yang diakui secara nasional dan

internasional.

 Budaya Organisasi

Budaya Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

(20)

Balai Besar Bahan dan Barang Teknik memiliki, Motto 3T yaitu :

1. Tanggap/. Responsive

2. Terjamin/ Guaranteed

3. Terpercaya / Reliable

Etika Pelayanan Balai Besar Bahan dan Barang Teknik yaitu :

R = Respon

A = Amanah

M = Memuaskan

A = Atensi

H = Hati-Hati

2.2 Struktur Organisasi Perusahaan

Davis menyebutkan bahwa “Organization is any group of individual that

is working toward some common end under leadership” (organisasi adalah suatu

kelompok orang yang sedang bekerja ke arah tujuan bersama dibawah

kepemimpinan (Davis:1951).

Herbert A. Simon, Donald W. Smithburg and Victor A. Thompson

mendefinisikan :

"Organization is a planned system of cooperative effort in which each participant has a recognized role to play and duties or tasks to perform" (organisasi adalah suatu sistem terencana mengenai usaha kerjasama dalam mana setiap peserta mempunyai peranan yang diakui untuk dijalankan dan kewajiban-kewajiban atau tugas-tugas untuk dilaksanakan).

(21)

11

Jadi, Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap

bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam

menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur Organisasi

menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu

dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam

struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa

melapor kepada siapa (www.Organisasi.Org).

Oleh karena itu, keberadaan struktur organisasi dalam suatu lembaga

sangat mutlak dibutuhkan untuk kelancaran organisasi di dalam melaksanakan

aktifitasnya agar tertib, lancar, terorganisir dan sesuai dengan job description

masing-masing bagian (Hidya Pratami:2010).

Dengan adanya struktur organisasi diharapakan dapat menciptakan suatu

kegiatan yang efektif dan efisien, serta dapat terciptanya suatu pengendalian

intern, yaitu dengan pemisahan fungsi tiap bagian dalam organisasi dengan

mengetahui tugas dan tanggung jawab tiap-tiap bagian dalam mencapai tujuan

organisasi, seperti halnya pada struktur organisasi (Hidya Pratami:2010).

2.3 Uraian Tugas Perusahaan

2.3.1 Deskripsi Jabatan Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

1. B4T dipimpin oleh seorang Kepala.

B4T mempunyai tugas melaksanakan kegiatan penelitian dan

(22)

pengembangan industri bahan dan barang teknik sesuai kebijakan teknis yang

ditetapkan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, B4T

menyelenggarakan fungsi :

a. Pelaksanaan pemasaran, peningkatan kompetensi tenaga industri dan

pemanfaatan teknologi informasi;

b. penelitian, pengembangan, perancangan, perencanaan, dan penyusunan

standar serta penerapan standar bidang bahan dan barang teknik;

c. pelaksanaan sertifikasi sistem mutu, sertifikasi produk barang teknik

serta sertifikasi produk berkaitan dengan keselamatan dan lingkungan di

bidang industri bahan dan barang teknik;

d. pelaksanaan bantuan teknik untuk peningkatan dan pengawasan mutu

bahan organik dan anorganik, bahan bangunan, produk logam, barang

teknik, barang listrik dan elektronik rumah tangga, motor bakar,

kendaraan bermotor, komponen otomotif dan instrumentasi industri; dan

e. pelayanan teknis dan administrasi kepada semua unsur di lingkungan

B4T.

2. Bagian Tata Usaha

Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan pemberian

pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur di lingkungan B4T.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5,

(23)

13

a. penyusunan program, evaluasi, dan laporan;

b. pelaksanaan urusan keuangan dan inventarisasi barang milik negara;

c. perencanaan, pengembangan dan pelaksanaan urusan kepegawaian;

d. pelaksanaan urusan surat menyurat, kearsipan, perjalanan dinas, rumah

tangga, keamanan, serta urusan perlengkapan, pemeliharaan dan

perawatan.

Bagian Tata Usaha terdiri dari :

a. Sub bagian Program dan Pelaporan

Sub bagian Program dan Pelaporan mempunyai tugas melakukan

urusan program, monitoring, evaluasi, dan laporan.

b. Sub bagian Keuangan

Sub bagian Keuangan mempunyai tugas melakukan urusan

keuangan dan inventarisasi barang milik negara

c. Sub bagian Kepegawaian

Subbagian Kepegawaian mempunyai tugas melakukan perencanaan

dan pengembangan serta pelaksanaan urusan kepegawaian dan

kesejahteraan pegawai.

d. Sub bagian Umum.

Sub bagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan surat

(24)

perlengkapan, pemeliharaan dan perawatan gedung, peralatan kantor dan

laboratorium.

3. Bidang pengembangan Jasa Teknik

Bidang Pengembangan Jasa Teknik mempunyai tugas melaksanakan

pemasaran, kerjasama, serta pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9,

Bidang Pengembangan Jasa Teknik menyelenggarakan fungsi :

a. perencanaan dan pelaksanaan pemasaran, desiminasi hasil kegiatan,

kontrak kerjasama usaha, pelayanan pelanggan dan pengembangan

pasar, serta kerjasama jasa keteknikan;

b. peningkatan kompetensi tenaga industri melalui pelatihan teknis,

bimbingan teknis dan konsultansi serta pengelolaan sarana penelitian

dan pengembangan di bidang bahan dan barang teknik; dan

c. pengelolaan, pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi,

dokumentasi dan perpustakaan.

Bidang Pengembangan Jasa Teknik terdiri dari :

a. Seksi Pemasaran dan Kerjasama

Seksi Pemasaran dan Kerjasama mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan pemasaran, desiminasi hasil kegiatan, kontrak

(25)

15

b. Seksi Pengembangan Kompetensi dan Sarana Riset

Seksi Pengembangan Kompetensi dan Sarana Riset mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan peningkatan kompetensi tenaga industri

melalui pelatihan teknis dan konsultansi serta perencanaan

pengelolaan sarana penelitian dan pengembangan

c. Seksi Informasi

Seksi Informasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

pengelolaan, pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi

dan perpustakaan.

4. Bidang Standarisasi

Bidang Standardisasi mempunyai tugas melakukan kegiatan

perencanaan, pengelolaan dan pengkoordinasian penggunaan sarana dan

prasarana, melaksanakan kegiatan pengkajian dan pengembangan, perancangan

dan perencanaan serta penyusunan dan penerapan standar bidang bahan dan

barang teknik.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13,

Bidang Standardisasi menyelenggarakan fungsi :

a. perencanaan dan pelaksanaan pengujian bahan dan barang teknik;

b. pelaksanaan kalibrasi alat uji, alat ukur, mesin dan peralatan untuk

(26)

c. pelaksanaan pengkajian, pengembangan, perancangan, perencanaan,

dan penyusunan, penerapan, dan revisi standar di bidang bahan dan

barang teknik.

Bidang Standardisasi terdiri dari :

a. Seksi Pengujian

Seksi Pengujian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

pengujian bahan dan barang teknik.

b. Seksi Kalibrasi

Seksi Kalibrasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

kalibrasi alat uji/alat ukur, mesin dan peralatan untuk kepentingan

produksi dan pengendalian mutu

c. Seksi Penyusunan Standar.

Seksi Penyusunan Standar mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perencanaan, pengkajian, pengembangan, perancangan,

penyusunan dan revisi standar di bidang bahan dan barang teknik.

5. Bidang Sertifikasi

Bidang Sertifikasi mempunyai tugas melaksanakan sertifikasi sistem

mutu, sertifikasi produk barang teknik serta sertifikasi produk yang berkaitan

dengan keselamatan dan lingkungan dibidang industri bahan dan barang teknik.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17,

(27)

17

a. pelaksanaan sertifikasi atas sistem manajemen mutu dan sistem

manajemen lingkungan dalam rangka pemenuhan persyaratan Standar

Nasional dan Internasional.

b. pelaksanaan sertifikasi atas mutu bahan dan produk barang teknik

dalam rangka pemenuhan persyaratan Standar Nasional dan

Internasional.

c. pelaksanaan sertifikasi atas sistem keselamatan, dan kualifikasi

personil.

Bidang Sertifikasi terdiri dari :

a. Seksi Sistem Mutu dan Lingkungan.

Seksi Sistem Mutu dan Lingkungan mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan sertifikasi atas sistem manajemen mutu dan

lingkungan dalam rangka pemenuhan persyaratan Standar Nasional

dan Internasional.

b. Seksi Mutu Bahan dan Barang Teknik.

Seksi Mutu Bahan dan Barang Teknik mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan sertifikasi atas mutu bahan dan produk barang teknik

dalam rangka pemenuhan persyaratan Standar Nasional dan

Internasional.

c. Seksi Keselamatan dan Kualifikasi Personil.

Seksi Keselamatan dan Kualifikasi Personil mempunyai tugas

(28)

keselamatan kerja serta kualifikasi personil dalam rangka memenuhi

persyaratan Standar Nasional dan Internasional

6. Bidang Inspeksi Teknik

Bidang Inspeksi Teknik mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan

bahan dan barang teknik yang terbuat dari logam atau non logam, termasuk

pabrik, konstruksi, dan instalasinya, serta memeriksa dan menganalisa kerusakan

serta memprediksi perpanjangan umur peralatan dan perlengkapan termasuk

peralatan pabrik, serta menyusun sistem pemeliharaannya.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21,

Bidang Inspeksi Teknik menyelenggarakan fungsi :

a. pengkajian atas dokumen peralatan serta menginspeksi peralatan dan

perlengkapan dari logam, termasuk pabrik, kontruksi dan instalasinya;

b. pengkajian atas dokumen dan laporan hasil uji serta menginspeksi

peralatan dan perlengkapan dari non logam; dan

c. pemeriksaan dan pengkajian sebab-sebab kerusakan peralatan,

perlengkapan, dan instalasi pabrik serta menetapkan sistem

pemeliharaannya.

Bidang Inspeksi Teknik terdiri dari :

a. Seksi Inspeksi Bahan dan Barang Teknik Logam.

Seksi Inspeksi Bahan dan Barang Teknik Logam mempunyai tugas

(29)

19

menginspeksi peralatan dan perlengkapan dari logam, termasuk

pabrik, kontruksi dan instalasinya

b. Seksi Inspeksi Bahan dan Barang Teknik Non Logam dan

Seksi Inspeksi Bahan dan Barang Teknik Non Logam mempunyai

tugas melakukan penyiapan bahan pengkajian atas dokumen dan

laporan hasil uji serta menginspeksi peralatan dan perlengkapan dari

non logam.

c. Seksi Analisis Kerusakan dan Sistem Pemeliharaan.

Seksi Analisis Kerusakan dan Sistem Pemeliharaan mempunyai tugas

penyiapan bahan pemeriksaan dan pengkajian sebab-sebab kerusakan

peralatan, perlengkapan, dan instalasi pabrik serta menetapkan sistem

pemeliharaannya.

7. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan

sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

(1) Kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25

terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai

kelompok jabatan fungsional sesuai dengan bidang keahliannya.

(2) Masing-masing kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dikoordinasikan oleh seorang tenaga yang dipilih oleh

kelompok jabatan fungsional yang bersangkutan dan ditetapkan oleh

(30)

(3) Jumlah dan jenis tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

(4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.4 Kegiatan Perusahaan

Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) merupakan salah satu

Institusi Penelitian dan Pengembangan di bawah Badan Pengkajian Kebijakan

Iklim dan Mutu Industri Kementerian Perindustrian RI. Kegiatan usaha B4T yaitu

sebagai berikut:

1. Pelaksanaan sertifikasi sistem mutu, sertifikasi produk barang teknik

serta sertifikasi produk berkaitan dengan keselamatan dan lingkungan di

bidang industri bahan dan barang teknik

2. Penelitian, pengembangan, perancangan, perencanaan, dan penyusunan

standar serta penerapan standar bidang bahan dan barang teknik

3. Pelaksanaan bantuan teknik untuk peningkatan dan pengawasan mutu

bahan organik dan anorganik, bahan bangunan, produk logam, barang

teknik, barang listrik dan elektronik rumah tangga, kendaraan bermotor,

(31)

21

BAB III

PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

Bidang pelaksanaan kerja praktek yang telah dilaksanakan yaitu penulis

ditempatkan di Bagian Tata Usaha pada Subbagian Keuangan Balai Besar Bahan

dan Barang Teknik. Subbagian Keuangan mempunyai tugas untuk melaksanakan

pengelolaan administrasi keuangan, melaksanakan perbendaharaan keuangan serta

melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan subbagian keuangan.

Pelaksanaan kerja praktek ini dimaksudkan untuk mengetahui Prosedur

dari Pengelolaan Dana Kas Kecil pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

Bandung serta dalam kerja praktek ini penulis dapat menambah wawasan dan

ilmu pengetahuan tentang akuntansi khususnya akuntansi keuangan mengenai tata

cara pengelolaan dana kas kecil. Pelaksanaan kerja praktek pada subbagian

keuangan ini dibimbing oleh Ibu Aria Rahmawati, beserta staff Balai Besar Bahan

dan Barang Teknik (B4T).

3.1.1 Prosedur

Prosedur adalah rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara

berulang-ulang dengan cara yang sama. Prosedur penting dimiliki bagi suatu

organisasi agar segala sesuatu dapat dilakukan secara seragam. Pada akhirnya

(32)

aktivitas apa saja yang harus dilakukan untuk menjalankan suatu fungsi tertentu

(Azhar Sutanto, 2009:198).

3.1.1.1 Definisi Prosedur

Menurut Mulyadi (2001:5), definisi prosedur adalah “Urutan kegiatan

klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih,

yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan

yang terjadi berulang” .

Kegiatan klerikal (Clerical Operation) terdiri dari kegiatan berikut ini

yang dilakukan untuk mencatat informasi dalam formulir, buku jurnal dan buku

besar adalah: menulis, menggandakan, menghitung, memberi kode, mendaftar,

memilih, memindah dan membandingkan (Mulyadi, 2001).

Sedangkan menurut Kamaruddin menyatakan bahwa

“Prosedur pada dasarnya adalah suatu susunan yang teratur dari kegiatan yang berhubungan satu sama lainnya dan prosedur-prosedur yang berkaitan untuk melaksanakan dan memudahkan kegiatan utama dari suatu organisasi”.

(1992:836-837),

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa prosedur adalah

suatu kegiatan yang teratur untuk melaksanakan dan memudahkan kegiatan suatu

(33)

23

3.1.1.2 Karakteristik Prosedur

Berikut ini adalah beberapa karakteristik prosedur menurut Mulyadi

(2001:8), yaitu sebagai berikut:

1. Prosedur menunjang tercapainya tujuan organisasi.

2. Prosedur mampu menciptakan adanya pengawasan yang baik dan

menggunakan biaya yang seminimal mungkin.

3. Prosedur menunjukan urutan-urutan yang logis dan sederhana.

4. Prosedur menunjukan adanya penetapan keputusan dan tanggung

jawab.

3.1.1.3 Manfaat Prosedur

Manfaat prosedur menurut Mulyadi (2001:15),yaitu sebagai berikut:

1. Lebih memudahkan dalam menentukan langkah-langkah kegiatan

dimasa yang akan datang.

2. Mengubah pekerjaan yang berulang-ulang menjadi rutin dan

terbatas, sehingga menyerderhanakan pelaksanaan dan untuk

selanjutnya mengerjakan yang seperlunya saja.

3. Adanya suatu petunjuk atau program kerja yang jelas dan harus

dipatuhi oleh seluruh pelaksana.

4. Membantu dalam usaha meningkatkan produktifitas kerja yang

efektif dan efisien.

5. Mencegah terjadinya penyimpangan dan memudahkan dalam

(34)

perbaikan-perbaikan sepanjang dalam tugas dan fungsinya

masing-masing

3.1.2 Definisi Kas dan Kas Kecil

Menurut Skousen (2004:495), “Kas adalah aktiva lancar yang terdiri dari

uang logam, uang kertas dan unsur-unsur lain yang berfungsi sebagai alat

pertukaran dan memberikan dasar untuk perhitungan akuntansi”.

Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan Peraturan Pemerintah nomor

24 Tahun 2005 (2005:106), menjelaskan bahwa: “Kas adalah uang tunai dan saldo

simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan

pemerintahan”.

Sedangkan menurut Thedorus M. Tuanakotta (2000:150), menyatakan

bahwa: “Kas sangat penting karena sifatnya yang liquid, mudah sebagai alat

pertukaran, dan menunjukkan daya beli secara umum. Kas disini uang tunai

maupun saldo kas dalam bank.”.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kas adalah alat

pelunasan kewajiban yang dapat digunakan, dapat berupa uang logam, uang kertas

maupun saldo kas dalam bank.

Kas kecil adalah uang kas yang disediakan untuk membayar

pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil dan tidak ekonomis bila

(35)

25

Menurut Kusnadi (2000:64) menyatakan bahwa: “Dana kas kecil adalah

dana yang meliputi pembayaran yang tidak menggunakan cek melainkan

menggunakan uang tunai”.

Berbeda dengan jenis organisasi yang bersifat komersial, dalam instansi

pemerintah atau lingkungan Kementerian/Negara pengeluaran yang relatif kecil

menggunakan dana kas kecil yang disebut dengan uang persediaan.

3.1.2.1 Definisi Uang Persediaan

Uang Persediaan (UP) adalah uang muka kerja dalam jumlah tertentu

yang diberikan kepada Bendahara Pengeluaran untuk membiayai kegiatan

operasional sehari-hari Satker atau membiayai pengeluaran yang menurut sifat

dan tujuannya tidak mungkin dilakukan melalui mekanisme pembayaran

langsung. Apabila uang persediaan yang diterima oleh satker tersebut kurang,

maka satker dapat mengajukan Tambahan Uang Persediaan (TUP). TUP adalah

uang yang diberikan kepada satker untuk kebutuhan yang sangat mendesak dalam

satu bulan melebihi pagu UP yang ditetapkan (PMK RI No 190/PMK.05/2012).

3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek

Pada saat melaksanakan kerja praktek di bagian Tata Usaha pada Sub

bagian Keuangan B4T selama dua bulan yang terhitung mulai dari tanggal 15 Juli

sampai dengan 06 September 2013 penulis melakukan kegiatan seperti:

1. Mencatat bukti pengeluaran kas

(36)

3. Menginput dan menduplikat dokumen-dokumen (fotocopy) dari bukti

pengeluaran kas

3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek

3.3.1 Prosedur Pengelolaan Uang Persediaan (Dana Kas Kecil)

Mekanisme Pengelolaan Uang Persediaan (Dana Kas Kecil)

Dari flowchart di atas tergambarkan mekanisme pengelolaan dana kas

kecil yang dinamakan uang persediaan untuk Lingkungan Kementerian

Negara/Lembaga dengan keterangan sebagai berikut:

1. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) yaitu instansi vertikal

(37)

27

Bendahara Umum Negara (BUN) untuk melaksanakan sebagian fungsi

Kuasa BUN, yang memberikan dana berupa uang persediaan untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran lembaga yang bersifat relatif kecil

dan tersimpan dalam rekening perusahaan atau lembaga serta dikelola oleh

Bendahara Pengeluaran.

2. Bendahara Pengeluaran dapat membagi uang persediaan kepada

Bendahara Pengeluaran Pembantu apabila diperlukan yang kemudian

Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yang ditunjuk dapat mengajukan Surat

Perintah Membayar-Ganti Uang Persediaan (SPM-GUP) bagi BPP

berkenaan tanpa menunggu realisasi BPP lain yang belum mencapai

penggunaan sampai 50%.

3. Berdasarkan SPM-GUP, KPPN menerbitkan Surat Perintah Pencairan

Dana (SP2D) untuk rekening Bendahara Pengeluaran yang ditunjuk dalam

SPM-UP.

4. Apabila uang persediaan tidak mencukupi keperluan yang ada maka

Bendahara Pengeluaran melakukan pengisian kembali (revolving) yang

dibantu dengan Pemegang Uang Muka (PUM) dan wajib untuk

melampirkan bukti-bukti atas pengeluaran uang persediaan seperti daftar

rincian yang menyatakan jumlah uang yang dikelola oleh masing-masing

PUM.

Untuk mengelola uang persediaan bagi satuan kerja di lingkungan

(38)

Pengeluaran. Untuk membantu pengelolaan uang persediaan pada kantor/satuan

kerja apabila diperlukan Menteri/Pimpinan lembaga dapat menunjuk Bendahara

Pengeluaran Pembantu (BPP).

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012

tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan

Dan Belanja Negara, ketentuan mengenai Uang Persediaan dapat diberikan dalam

batas-batas untuk pengeluaran-pengeluaran sebagai berikut:

1. Belanja Barang,

2. Belanja Modal,

3. Belanja Lain-lain.

Ketentuan lain yang harus diperhatikan dalam melakukan pengujian

terhadap tagihan belanja kepada Negara adalah:

a. Pembayaran dengan UP yang dapat dilakukan oleh Bendahara

Pengeluaran kepada satu penerima/penyedia barang/jasa paling banyak

sebesar Rp. 50.000.000 kecuali untuk pembayaran honorarium dan

perjalanan dinas.

b. Pada setiap akhir hari kerja, uang tunai yang berasal dari UP yang ada

pada Kas Bendahara Pengeluaran paling banyak sebesar Rp.

50.000.000

Satuan kerja dapat menggunakan UP untuk belanja pada akun diluar

ketentuan tersebut diatas tetapi satuan kerja hanya dapat melakukannya setelah

(39)

29

Anggaran Pusat (DIPA Pusat) yang kegiatannya berlokasi di daerah ditetapkan

oleh Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan setempat.

Dalam mekanisme UP pembayaran kepada rekanan dibayar dengan cara:

1. Dibayar oleh Bendahara Pengeluaran melalui rekening Bendahara

secara tunai,

2. Dibayar oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) secara tunai,

3. Dibayar melewati KPPN melalui rekening Kas Negara.

Bendahara pengeluaran dapat membagi uang persediaan kepada beberapa

Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP). Apabila diantara BPP telah

merealisasikan penggunaan UP nya sekurang-kurangnya 50%, KPA/pejabat yang

ditunjuk dapat mengajukan Surat Perintah Membayar-Ganti Uang Persediaan

(SPM-GUP) bagi BPP berkenaan tanpa menunggu realisasi BPP lain yang belum

mencapai 50%.

Mengenai prosedur uang persediaan diatur sebagai berikut: PA/KPA

menerbitkan SPM-UP berdasarkan DIPA atas permintaan Bendahara Pengeluaran

yang dibebankan pada MAK transito kode kegiatan untuk rupiah murni

0000.0000.825111, pinjaman luar negeri 9999.9999.825112, dan PNBP

0000.0000.825113.

Berdasarkan SPM-UP, KPPN menerbitkan Surat Perintah Pencairan

Dana (SP2D) untuk rekening Bendahara Pnegeluaran yang ditunjuk dalam

SPM-UP. Penggunaan UP menjadi tanggungjawab Bendahara Pengeluaran. Bendahara

Pengeluaran melakukan pengisian kembali UP setelah UP digunakan (revolving)

(40)

yang dibantu oleh beberapa Pemegang Uang Muka (PUM), dalam pengajuan

SPM-UP diwajibkan melampirkan daftar rincian yang menyatakan jumlah uang

yang dikelola oleh masing-masing PUM. Sisa UP yang ada pada Bendahara

Pengeluaran pada akhir tahun anggaran harus disetorkan kembali ke rekening Kas

Negara selambat-lambatnya tanggal 31 Desember tahun anggaran berkenaan.

Setoran sisa UP dimaksud oleh KPPN dibukukan sebagai pengembalian UP sesuai

mata anggaran yang ditetapkan.

Adapun pemberian UP diberikan paling banyak:

a. Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) untuk pagu jenis belanja

yang bisa dibayarkan melalui UP sampai dengan Rp 900.000.000

(sembilan ratus juta rupiah);

b. Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang

bisa dibayarkan melalui UP di atas Rp 900.000.000 (sembilan ratus

juta rupiah) sampai dengan Rp 2.400.000.000 (dua miliar empat ratus

juta rupiah);

c. Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang

bisa dibayarkan melalui UP di atas Rp 2.400.000.000 (dua miliar

empat ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 6.000.000.000 (enam

miliar rupiah); atau

d. Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang

bisa dibayarkan melalui UP di atas Rp 6.000.000.000 (enam miliar

(41)

31

Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas

permintaan KPA, dapat memberikan persetujuan UP melampaui besaran

sebagaimana dengan keterangan di atas dengan mempertimbangkan:

a. Frekuensi penggantian UP tahun yang lalu lebih dari rata-rata 1 (satu)

kali dalam 1 (satu) bulan selama 1 (satu) tahun dan

b. Perhitungan kebutuhan penggunaan UP dalam 1 (satu) bulan

melampaui besaran UP.

3.3.2 Dokumen-dokumen dalam Prosedur Pengelolaan Uang Persediaan

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

190/PMK.05/2012 Tentang Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan

Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara. Dalam Pelaksanaan Pembayaran Atas

Beban Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara dokumen yang harus dilengkapi

sebagai dasar pengujian kebenaran tagihan atas beban APBN (dokumen yang

harus dilengkapi dalam UP) antara lain adalah sebagai berikut:

1. Uang Persediaan berupa Surat Pernyataan dari KPA yang ditunjuk

menyatakan bahwa UP yang dimaksud tidak untuk pengeluaran yang

menurut ketentuan harus dengan LS.

2. Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atas UP

berdasarkan Surat Perintah Bayar (SPBy) yang disetujui dan

ditandatangani oleh PPK atas nama KPA. SPBy sebagaimana yang

dimaksud tersebut dilampiri dengan bukti pengeluaran, yaitu:

(42)

b. Rincian kebutuhan dana,

c. Kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK beserta faktur

pajak dan SSP,

d. Nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung

lainnya yang diperlukan yang telah disahkan PPK.

3. Tambahan Uang Persediaan (TUP)

TUP pada hakekatnya diberikan/diminta apabila UP yang ada pada

pengelolaan Bendahara tidak mencukupi untuk melakukan kegiatan

yang penting dan mendesak untuk dilaksanakan. Dokumen yang harus

dilengkapi terkait pengajuan dana TUP adalah:

a. Rincian Rencana Penggunaan Dana untuk kebutuhan mendesak

dan riil serta rincian sisa dana MAK yang dimintakan TUP dari

KPA atau Pejabat yang ditunjuk,

b. Surat Pernyataan dari KPA bahwa:

1. TUP digunakan untuk keperluan mendesak dan akan habis

dalam waktu satu bulan

2. Apabila terdapat sisa harus disetor ke rekening Kas Negara

3. Tidak untuk pembayaran langsung (LS)

c. Rekening Koran yang menunjukkan saldo terakhir

d. Surat dispensasi Kakanwil DJPB untuk TUP diatas Rp.

200.000.000

4. Ganti Uang Persediaan (GUP) adalah dana yang diberikan apabila UP

(43)

33

transaksi-transaksi sesuai kebutuhan. Apabila dana UP telah terpakai

maka seseuai dengan prinsip revolving fund dana tersebut dapat

diganti oleh Kuasa BUN (Bendahara Umum Negara) sebesar dana

yang telah terpakai dengan ketentuan harus dilengkapi dengan

dokumen-dokumen yan terkait, yaitu:

a. Kuitansi/tanda bukti pengeluaran,

b. SPTB,

c. Berita Acara Pembayaran,

d. SSP (Surat Perintah Pembayaran) yang telah dilegalisir

KPA/Pejabat yang ditunjuk dan divalidasi KPPN,

e. Kontrak

3.3.3 Bentuk Pengendalian Untuk Menghindari Penyalahgunaan Uang

Persediaan (Dana Kas kecil)

Bagi suatu perusahaan atau instansi pemerintah sangat diperlukan adanya

pengawasan atau pengendalian kas mengingat dana kas kecil tersebut yang bersifat

sangat liquid, maka perlu dilakukan pengawasan sebagai bentuk dari pengendalian

intern terhadap dana kas kecil. Pengendalian intern merupakan hal yang sangat

dibutuhkan demi kemajuan kegiatan kedepan terutama bagian keuangan yang rentan

terhadap penyelewengan dana. Menteri/Pimpinan Lembaga menyelenggarakan

pengawasan dan pengendalian internal terhadap pelaksanaan anggaran sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengawasan atau pengendalian tersebut meliputi prosedur-prosedur yang

(44)

yaitu dengan dilakukannya pemeriksaan atas penerimaan dan pengeluaran kas beserta

bukti-bukti transaksinya secara mendadak di waktu-waktu tertentu sebagai bentuk

dari pengendalian intern, dilakukannya pemeriksaan atas pembukuan laporan

keuangan oleh BPK maupun Akuntan Publik dimana apabila terdapat suatu

keganjilan atas laporan keuangan tersebut maka auditor tersebut dapat melakukan

tindakan untuk menindaklanjuti peristiwa tersebut.

Adapun monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran yang dilakukan

Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA maupun oleh Menteri Keuangan selaku BUN

yang mana pelaksanaan monitoring dan evaluasi tersebut telah diatur sesuai Peraturan

Menteri Keuangan. Dalam penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

APBN diperlukan data realisasi APBN, arus kas, neraca dan catatan atas laporan

keuangan. Kepala kantor/Satker selaku Unit Akuntansi Kuasa Pengguna

Anggaran (UAKPA) setiap bulan melakukan rekonsiliasi data realisasi anggaran

dengan Kepala KPPN selaku Kuasa BUN.

Dengan adanya prosedur yang memadai maka dapat dilakukan

pengendalian terhadap aktivitas perusahaan sehingga resiko penyimpangan dapat

dihindari. Pada saat suatu prosedur telah ditetapkan untuk diterapkan maka barang

siapa yang tidak melakukannya dapat dianggap sebagai pelanggaran bukan

(45)

35 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab III, penulis dapat menarik

beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:

1. Pengelolaan uang persediaan (dana kas kecil) yang dilakukan oleh Balai

Besar Bahan dan Barang Teknik telah dilaksanakan dengan baik sesuai

dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 Tentang Tata Cara Pembayaran

Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

2. Untuk mengelola uang persediaan bagi satuan kerja di lingkungan

Kementerian Negara/Lembaga, mengangkat pejabat fungsional

Bendahara Pengeluaran yang dibantu oleh Bendahara Pengeluaran

Pembantu (BPP) apabila diperlukan.

3. Adanya pengawasan atau pengendalian terhadap penerimaan dan

pengeluaran kas sebagai bentuk pengendalian intern dan dilakukannya

pemeriksaan atas pembukuan laporan keuangan yang dilakukan oleh

BPK maupun Akuntan Publik serta adanya monitoring dan evaluasi

pelaksanaan anggaran yang dilakukan Menteri/Pimpinan Lembaga selaku

PA maupun oleh Menteri Keuangan selaku BUN. Dalam penyusunan

laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN, Kepala kantor/Satker

(46)

melakukan rekonsiliasi data realisasi anggaran dengan Kepala KPPN

selaku Kuasa BUN.

4.2 Saran

Berdasarkan dari hasil pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek ini, penulis

ingin memberikan saran yang semoga dapat bermanfaat bagi pihak yang

bersangkutan mengenai pengelolaan dan peningkatan dalam hal uang persediaan

atau dana kas kecil untuk masa yang akan datang, yaitu sebagai berikut:

1. Memperketat aturan yang berlaku untuk semua pihak yang bersangkutan

atas proses pengelolaan dana kas kecil agar dalam hal pengelolaan uang

persediaan atau dana kas kecil tersebut dapat berjalan lebih baik lagi

meskipun dengan pengendalian intern yang telah dilakukan saat ini sudah

cukup baik, namun lebih baik lagi apabila hal tersebut dilakukan lebih

ketat dengan adanya pemisahan fungsi antara tugas-tugas operasional

terutama yang berhubungan dengan tugas-tugas pencatatan, pengawasan

fisik atas harta perusahaan dan dengan meningkatkan pengawasan

pengelolaan dana kas kecil oleh semua pihak (staff atau pegawai) agar

tidak adanya penyalahgunaan dana berupa lapping yaitu penyalahgunaan

kas dengan cara melaporkan penerimaan lebih lambat dari pada saat

penerimaannya, maupun kitting yaitu penyalahgunaan kas berupa

pinjaman tanpa mendapat persetujuan dengan cara tidak mencatat

(47)

37

diharapkan penyalahgunaan akan fungsi dana kas kecil atau uang

persediaan dapat diantisipasi dan diminimalisir sebaik mungkin.

2. Meningkatkan kompetensi dan pemahaman staff atau pegawai mengenai

penyajian laporan keuangan karena salah satu upaya konkrit untuk

mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara

adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah

yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti

(48)
(49)

Gambar

Tabel 1.5.1

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian kawasan industri tidak dapat dibangun pada lahan yang akan mengurangi areal pertanian, mengurangi lahan yang mempunyai fungsi utama untuk melindungi

- Guru memberikan contoh ekspresi untuk bertanya jawab dengan siswa yaitu contoh- contoh pertanyaan yang menanyakan like dan dislike.. - Siswa secara berpasangan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjabarkan berbagai elemen iklan yang dapat digunakan dalam menyampaikan pesan komunikasi pada suatu tayangan iklan milik XL

Begitu pula yang dilakukan oleh Universitas PGRI Palembang, melalui SPMI yang diterapkan dengan strategi agreement comparison dalam rangka meningkatkan mutu sehingga menjadi

Mata kuliah ini bertujuan untuk membekali mahasiswa agar memahami tentang prinsip, pendekatan, dan proses manajemen stratejik jangka panjang, hubungan antara

Dalam sistem pembelajaran ini mahasiswa berpartisipasi aktif baik di dalam kelompoknya sendiri maupun pada saat presentasi. Nilai soft skill yang diharapkan adalah

Oleh karena itu, yang mendasar bagi pandangan psikopatologi Kelly adalah upaya orang untuk menghindari kecemasan (pengalaman di mana system konstruk seseorang tidak dapat

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja Praktek