• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISOLASI DAN ELUSIDASI STRUKTUR SENYAWA TURUNAN KROMANON DARI DAUN SLATRI (Calophyllum soulattri Burm. f)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISOLASI DAN ELUSIDASI STRUKTUR SENYAWA TURUNAN KROMANON DARI DAUN SLATRI (Calophyllum soulattri Burm. f)"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

ISOLASI DAN ELUSIDASI STRUKTUR

SENYAWA TURUNAN KROMANON DARI DAUN SLATRI

(

Calophyllum soulattri

Burm. f)

Disusun oleh :

SUMARSIH

M0306059

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian

persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains Kimia

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)
(3)

commit to user

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ” ISOLASI

DAN ELUSIDASI STRUKTUR SENYAWA TURUNAN KROMANON DARI

DAUN SLATRI (Calophyllum soulattri Burm. f)” adalah benar-benar hasil penelitian

sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat kerja atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta,26 Mei 2011

SUMARSIH

(4)

commit to user

ISOLASI DAN ELUSIDASI STRUKTUR

SENYAWA TURUNAN KROMANON DARI DAUN SLATRI (Calophyllum soulattri Burm. f)

SUMARSIH

Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Sebelas Maret

ABSTRAK

Metabolit sekunder dari Calophyllum terdiri dari senyawa aromatik dan

non-aromatik yang beragam antara lain turunan dari santon, kumarin, kromanon, biflavonoid, triterpen dan steroid. Salah satu spesies dari Calophyllum adalah slatri (Calophyllum soulattri). Senyawa-senyawa yang telah diisolasi dari slatri masih terbatas. Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi senyawa aromatik dari daun slatri dengan metode maserasi menggunakan metanol. Ekstrak metanol dipisahkan dan dimurnikan dengan teknik kromatografi (yaitu kromatografi vakum cair, kromatografi

kolom, kromatografi flash) yang dipandu dengan kromatografi lapis tipis. Identifikasi

dari senyawa isolat murni ditentukan dengan data spektrum UV, FTIR, 1H NMR, 13C

NMR, DEPT 135, HMQC dan HMBC. Senyawa ini diidentifikasi sebagai campuran rasemat yang merupakan turunan baru dari kromanon.

Kata Kunci : Calophyllum soulattri, daun, rasemat, kromanon.

(5)

commit to user

ISOLATION AND IDENTIFICATION

OF CHROMANONE DERIVATE FROM LEAVES OF SLATRI (Calophyllum soulattri Bum. f)

SUMARSIH

Departement of Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences Sebelas Maret University

ABSTRACT

Secondary metabolites of calophyllum contain of various aromatic and non-aromatic compounds such as xanthones, coumarins, chromanones, biflavonoids, triterpenes and steroids derivative. One species of Calophyllum is slatri (Calophyllum soulattri). Compounds which have been isolated from slatri were limited. This research was done to isolate aromatic compounds from leaves of slatri by maseration method using methanol. Methanol extract was separated and purified by

chromatography techniques (i.e. vacuum liquid chromatography, column

chromatography and flash chromatography) which were guided by thin layer chromatography. Identification of pure isolated compound was determined by UV,

FTIR, 1H NMR, 13C NMR, DEPT 135, HMQC and HMBC spectrum data. This

compound was identified as a racemic mixture of new chromanone derivative.

Keywords: Calophyllum soulattri, leaves, racemic, chromanone.

(6)

commit to user

MOTTO

Bahwa manusia hanya memperoleh apa yang diusahakannya

(QS. An Najm : 39) Semua kemenangan berasal dari keberanian memulai

(Eugene F. Ware) Segala sesuatu ada jalannya dan jalan ke surga adalah ilmu

(HR. Dailamy) Banyak persoalan yang mengusik hati sebelum terjadi dan setelah benar-benar terjadi ternyata kita tak lemah mengatasi

(Anonim)

(7)

commit to user

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kupersembahkan untuk :

 Ibu dan bapak yang selalu memberikan motivasi maupun doa, dan

terimakasih untuk kepercayaan yang telah diberikan selama ini.

 Kakak dan seluruh keluarga ku yang selalu ada untukku

 Teman-teman seperjuanganku maaf aku selalu merepotkan kalian dan

untuk teman-teman angkatan ’06 terimakasih atas kebersamaan yang begitu indah.

 Segenap Civitas Akademika Kimia FMIPA UNS

(8)

commit to user

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan hidayah, inayah, serta barokahNya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Sains dari Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari banyak pihak, penulisan dan penyusunan skripsi ini tidak akan dapat berjalan dengan lancar. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Drs. Sentot Budi Rahardjo, Ph.D selaku ketua jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

2. M. Widyo Wartono M.Si selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan arahan selama menyelesaikan skripsi.

3. Dr.rer.nat Fajar Rakhman W.,M.Si selaku pembimbing II sekaligus

pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan

4. I.F. Nurcahyo, Msi., selaku Ketua Laboratorium Kimia Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret.

5. Seluruh Dosen di Jurusan Kimia, Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret atas ilmu yang berguna dalam menyusun skripsi ini.

6. Staff Lab. Kimia Dasar dan Sub Lab. FMIPA UNS.

7. Staff LIPI untuk bagian NMR

8. Teman-teman Kimia’06, terimakasih atas dukungan, persaudaraan dan

kebersamaan yang begitu indah.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang telah berjasa kepada penulis khususnya dalam penyelesaian skripsi ini. Skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang

(9)

commit to user

membangun bagi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, 26 Mei 2011

Sumarsih

(10)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN ABSTRAK ... iv

HALAMAN ABSTRACT ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah... 2 1. Identifikasi masalah ... 2 2. Batasan masalah... 2 3. Rumusan masalah... 3 C Tujuan Penelitian ... 3 D. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II. LANDASAN TEORI... ... 4

A. Tinjauan Pustaka ... 4

1. Tumbuhan Slatri (Calophyllum soulattri Burm.f) ... 4

a. Diskripsi tumbuhan ... 4

b. Manfaat tumbuhan ... 5

b. Kandungan kimia tumbuhan ... 6

2. Isolasi Senyawa Bahan Alam ... 13

a. Ekstraksi ... 13

(11)

commit to user

b. Kromatografi ... 14

3. Spektroskopi ... 17

a. Spektrofotometer Ultra Violet (UV) ... 17

b. Spektroskopi Infra Merah (IR) ... 18

c. Spektroskopi Resonansi Magnetik Inti (NMR) ... 18

B. Kerangka Pemikiran ... 22

C. Hipotesis ... ... 23

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 24

A. Metodologi Penelitian ... 24

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... ... 24

C. Alat dan Bahan ... ... 25

1. Alat yang digunakan... ... 25

2. Bahan yang digunakan. ... 25

D. Prosedur Penelitian... 26

1. Determinasi sampel... ... . 26

2. Persiapan sampel ... 26

3. Isolasi dan Pemurnian senyawa dari daun slatri ... 26

a. Ekstraksi ... 26

b. Kromatografi Vakum Cair (KVC) ... 26

c. Kromatografi Flash ... 27

d. Kromatografi kolom sephadex ... 27

4. Identifikasi senyawa dari daun Slatri ... 28

F.Teknik Analisis Data... 28

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

A.Determinasi Sampel ... 30

B.Pemisahan dan Pemurnian Senyawa dari Daun Slatri ... 30

C.Elusidasi Struktur senyawa E6b2 ... 34

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... ... 48 xi

(12)

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Serapan khas beberapa gugus fungsi pada spektroskopi IR ... 18

Tabel 2. Pergeseran kimia 1H yang khas (relatif terhadap tetrametilsilana) 19

Tabel 3. Pergeseran kimia 13C NMR ... 21 Tabel 4. Sinyal karbon 13C NMR dan DEPT 135. ... 37

Tabel 5. Sinyal dan jenis proton pada data 1H NMR senyawa E6b21 dan

2 ... 39

Tabel 6. Korelasi proton yang terikat pada karbon (HMQC) ... 41

(13)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Daun C. soulattri ... 4

Gambar 2. Senyawa yang berhasil diisolasi dari C. soulattri... 6

Gambar 3. Kerangka Dasar Santon ... 7

Gambar 4. Struktur santon dari daun C. caledonicum ... 7

Gambar 5. Senyawa piranosanton dalam genus Calophyllum ... 8

Gambar 6. Senyawa santon dari C. inophyllum ... 8

Gambar 7. Kerangka dasar kumarin ... 9

Gambar 8. Struktur dasar dari tipe piranokumarin ... 9

Gambar 9. Struktur senyawa kelompok piranokumarin ... 9

Gambar 10. Struktur senyawa furanokumarin dari C. dispar ... 10

Gambar 11. Kerangka dasar kromanon ... 10

Gambar 12. Senyawa flavonoid dari C. inophyllum ... 10

Gambar 13. Struktur biflavonoid dari C. venulosum ... 11

Gambar 14. Senyawa kromanon C. blancoi ... 11

Gambar 15. Struktur senyawa kelompok benzodipiranon ... 12

Gambar 16. Senyawa terpenoid dari C. lankaensis ... 12

Gambar 17. Struktur senyawa terpenoid dan steroid dari C. inophyllum . 13 Gambar 18a. Contoh spektra DEPT 90 ... 22

Gambar 18b. Contoh spektra DEPT 135... 22

Gambar 19. Hasil KLT penggabungan fraksi KVC I dan KVC II dengan eluen n-heksan:EtOAc (9,0:1,0) ... 31

Gambar 20. Hasil KLT penggabungan fraksi kromatografi flash dengan eluen n-heksan:EtOAc (9,0:1,0) ... 31

Gambar 21. Hasil KLT penggabungan fraksi sephadek LH-20 dengan eluen n-heksan:EtOAc (9:1) ... 32

(14)

commit to user

Gambar 22. Hasil KLT penggabungan fraksi kromatografi flash

dengan eluen n-heksan : EtOAc (9:1) ... 32

Gambar 23. Uji kemurnian senyawa E6b2 dengan 4 eluen ... 33

Gambar 24a. Spektra UV senyawa E6b2 ... 34

Gambar 24b. Spektra UV senyawa E6b2 setelah penambahan NaOH ... 34

Gambar 25. Spektra IR dari senyawa E6b2 ... 35

Gambar 26. Spektra 13C NMR dan DEPT 135 senyawa E6b2 ... 36

Gambar 27. Spektra 1H NMR senyawa E6b2 ... 37

Gambar 28a. Kerangka aromatik ... 40

Gambar 28b. Pergeseran proton isoprenil bebas (+posisi 1,++ posisi 2) ... 40

Gambar 29. Data HMQC senyawa E6b2 ... 40

Gambar 30. Data HMBC senyawa E6b2 ... 43

Gambar 31a. Posisi geseran kimia karbon pada cincin aromatik senyawa 1 dan 2 ... 44

Gambar 31b. Posisi geseran kimia karbon pada cincin aromatik senyawa 1 dan 2 ... 44

Gambar 32. Pergeseran kimia karbon kerangka utama senyawa 1... 45

Gambar 33. Pergeseran kimia dari proton dan karbon pada senyawa 1 dan 2 ... 46

Gambar 34. Geseran kimia karbon dan proton senyawa 1 dan senyawa 2 ... 46

(15)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Determinasi Tumbuhan Calophyllum soulattri Burm.f 52

Lampiran 2. Diagram Alir Cara Kerja ... 53

Lampiran 3. Data 1H NMR ... 55

Lampiran 4. Data 13C NMR ... 56

Lampiran 5. Data HMQC ... 57

Lampiran 6. Data HMBC ... 58

(16)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan flora dan fauna. Salah satu

flora yang tumbuh di Indonesia yaitu genus Calophyllum (Clusiaceae). Secara

tradisional masyarakat telah memanfaatkan bagian-bagian Calophyllum seperti biji, getah, buah, akar, dan daun untuk mengobati berbagai penyakit. Getah C.

inophyllum digunakan sebagai obat pereda kejang dan rendaman daunnya digunakan

untuk mencuci mata yang meradang. Biji C. inophyllum dan C. soulattri mampu

digunakan untuk mengobati kudis, borok, dan penumbuh rambut. Seduhan dari daun dan akar C. soulattri berkhasiat sebagai obat oles terhadap nyeri encok sedangkan getah C. wallichianum juga dapat digunakan untuk mengobati kudis dan penyakit kulit lainnya (Heyne, 1987). Manfaat dari tumbuhan genus Calophyllum ini tidak terlepas dari senyawa kimia yang terkandung didalamnya.

Senyawa bahan alam yang telah diisolasi dari tumbuhan genus Calophyllum

cukup beragam, dilihat dari golongan senyawa yang telah diisolasi terdiri dari

senyawa turunan santon, kumarin, kromanon, biflavonoid, triterpen dan steroid (Su et

al., 2008). Senyawa turunan santon dan kumarin merupakan senyawa yang paling

banyak diisolasi dari genus Calophyllum, dimana senyawa santon umumnya diisolasi

dari bagian kulit dan kayu sedangkan kumarin umumnya terdapat pada bagian daun. Belakangan ini ditemukan pula senyawa (+)-inophyllums B yang termasuk golongan

piranokumarin berkhasiat sebagai anti HIV dari ekstrak daun tumbuhan C.

inophyllum (Laure et al., 2008). Daun C. sundaicum yang mengandung

sundaicumones A dan B dapat memberikan efek antiinflamasi (Cao, 2006). Ekstrak

metanol dari akar dan kulit batang C. soulattri yang dipartisi dengan petroleum eter,

diklorometana, dan etil asetat menunjukkan aktivitas perlawanan terhadap bakteri dan protozoa (Khan et al., 2002). Ekstrak metanol kulit batang C. soulattri juga memiliki

aktivitas insektisida yang kuat terhadap larva Crocidolomia pavonana. Komponen

(17)

commit to user

fraksi aktif kulit batang C. soulattri tersebut merupakan kelompok triterpenoid (Syahputra dkk, 2006).

Senyawa yang telah diisolasi dari daun C. soulattri yang berasal dari

Indonesia adalah terpenoid friedelin (Putra dkk, 2008) sedangkan batang C. soulattri

dari India dilaporkan mengandung senyawa soulattrone A yang juga termasuk dalam golongan terpenoid (Nigam, 1988). Dari beberapa penelitian tersebut masih sedikit

informasi mengenai senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam daun C.

soulattri, hanya beberapa senyawa yang telah diisolasi termasuk dalam golongan terpenoid. Oleh karena itu berdasarkan pendekatan kemotaksonomi akan dilakukan penelitian tentang isolasi dan identifikasi senyawa kimia yang terkandung dari C. soulattri sehingga penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang

senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan C. soulattri yang tumbuh di

Indonesia.

B. Perumusan Masalah

1. Identifikasi masalah

Tumbuhan C. soulattri yang termasuk dalam genus Calophyllum merupakan

tanaman obat tradisional. Penelitian uji aktivitas dari ekstrak metanol C. soulattri

menunjukkan bahwa bagian-bagian tumbuhan memiliki aktivitas sebagai antibakteri dan insektisida. Hal ini tidak terlepas dari senyawa yang terkandung dalam tanaman

C. soulattri tersebut. Bagian tumbuhan yang berbeda dari C. soulattri juga mempengaruhi hasil senyawa yang diperoleh contohnya senyawa friedelin telah diisolasi dari daun C. soulattri sedangkan soulattrone A diisolasi dari bagian batang.

Senyawa yang pernah diidentifikasi dari genus Calophyllum merupakan

senyawa aromatik dan non aromatik namun dari beberapa penelitian sebelumnya senyawa yang telah dilaporkan merupakan turunan terpenoid yang merupakan senyawa non aromatik.

(18)

commit to user

2. Batasan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi oleh:

a. Penelitian ini menggunakan daun tumbuhan C. soulattri yang berasal dari daerah

Magelang, Jawa Tengah.

b. Senyawa yang akan di isolasi merupakan senyawa aromatik

c. Senyawa aromatik dari daun C. soulattri dielusidasi strukturnya menggunakan

data UV, IR, 1H NMR, 13C NMR, DEPT 135, HMQC dan HMBC.

3. Rumusan masalah

Senyawa aromatik apakah yang dapat diisolasi dari daun C. soulattri?

C. Tujuan Penelitian

a. Mengisolasi senyawa aromatik dari daun C. soulattri.

b. Mengidentifikasi struktur senyawa aromatik yang terkandung dalam daun C.

soulattri.

D. Manfaat Penelitian

Memberikan informasi tentang senyawa aromatik yang terkandung dalam daun C. soulattri.

(19)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tumbuhan Slatri (Calophyllum soulattri)

a. Deskripsi tumbuhan

Calophyllum soulattri di daerah Jawa dikenal sebagai bintangur atau slatri. Pohon slatri memiliki tinggi hingga 28 m dengan besar batang 50 cm, batang bundar, lurus, jarang berbanir, kayu ringan, berwarna merah muda, mengkilat dengan urat yang tidak teratur, mempunyai kekerasan yang sedang, kayu mengeluarkan cairan warna kuning yang lambat laun berubah menjadi kemerahan. Daunnya hijau mengkilat, tulang daun membelah tegas, pertulangan daun menyirip dan tampak tidak jelas, bentuk daun oval lancip, ujung daun tumpul atau tajam, permukaan daun licin, tangkai daun panjangnya 1,5-2 cm. Buahnya oval ataupun lonjong, bagian atas meruncing, berwarna ungu muda, kulit biji tipis. Panjang 1-1,25 cm. Bunga muncul dari tangkai, berkelopak 4, berwarna putih atau kekuningan dengan diameter 1,25-2 cm, benang sarinya putih atau kekuningan dan berbau harum (Sulianti dkk, 2006).

Gambar 1. Daun C. soulattri

(20)

commit to user

Klasifikasi tumbuhan Calophyllum :

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)

Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)

Divisio : Magnoliophyta (berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub-kelas : Dilleniidae

Ordo : Theales

Familia : Clusiaceae

Genus : Calophyllum

Spesies : Calophyllum soulattri Burm. f

(Heyne, 1987)

b. Manfaat tumbuhan

C. soulattri merupakan tanaman obat yang sering digunakan secara

tradisional. Gelam kayunya ditemukan dalam perdagangan obat dengan sebutan babakan slatri, babakan slatri ini digunakan sebagai jamu untuk kuda agar selalu berada dalam keadaan terbaik. Getah yang mengalir keluar dari torehan pada batang sangat berbisa yang dapat dipakai untuk meracuni anjing. Daunnya pun dianggap berkhasiat sebagai obat, seduhan daun (dan akar-akarnya) dipergunakan sebagai obat oles terhadap nyeri encok (Heyne, 1987).

Ekstrak metanol kulit batang C. soulattri memiliki aktivitas insektisida yang kuat terhadap larva Crocidolomia pavonana. Komponen fraksi aktif kulit batang C. soulattri merupakan kelompok triterpenoid (Syahputra dkk, 2006). Ekstrak metanol dari daun, akar dan kulit batang C. soulattri yang dipartisi dengan petroleum eter, diklorometana, dan etil asetat juga menunjukkan aktivitas perlawanan terhadap bakteri dan protozoa (Khan et al., 2002)

(21)

commit to user

c. Kandungan kimia tumbuhan

Senyawa kimia yang telah diisolasi dari C. soulattri masih sangat sedikit,

diantaranya senyawa friedelin (1) yang merupakan golongan triterpenoid dari daun C.

soulattri (Putra dkk, 2008) sedangkan dari batang C. soulattri ditemukan adanya

senyawa soulattrone A (2) (Nigam, 1988)

O H H H O O O O 1 2

Gambar 2. Senyawa yang berhasil diisolasi dari C. soulattri

Karena masih sedikitnya senyawa yang telah diisolasi dari C. soulattri maka

dapat digunakan data tentang kandungan dari tumbuhan lain yang memiliki klasifikasi (takson) hampir sama. Berdasarkan kemotaksonomi bahwa suatu kelompok tumbuhan yang terbatas dan terutama mengenai kandungan metabolit sekundernya. Tumbuh-tumbuhan dari takson yang sama memiliki hubungan kekerabatan yang sangat erat terutama pada takson tingkat familia, genus dan spesies. Adanya hubungan erat itu memungkinkan adanya persamaan zat-zat yang terkandung dalam tumbuhan (Kristanti, 2008)

Tumbuhan dari genus Calophyllum diketahui kaya akan metabolit sekunder

misal senyawa turunan santon, kumarin, kromanon, biflavonoid, triterpen dan steroid (Su et al., 2008).

1) Santon

Tumbuhan genus Calophyllum ini kaya akan turunan santon baik itu batang maupun daun. Turunan santon memiliki gugus pengganti yang cukup bervariasi dari

(22)

commit to user

hidroksi, metoksi, isoprenil, maupun metil karboksilat. Kerangka dasar santon ditunjukkan pada gambar dibawah ini,

O R R R R R R R R O

Gambar 3 : Kerangka dasar santon

Senyawa santon yang terkandung dalam C. caledonicum antara lain;

5-hidroksi-8-metoksisanton (3), 3,5-dihidroksi-1,2-dimetoksisanton (4),

5,7-dihidroksi-2,6-dimetoksisanton (5), 6,8-dihidroksi-3,7-dimetoksisanton (6),

2,5,6,7,8-pentahidroksisanton (7), 1,3,8-trihidroksi-5,7-dimetoksisanton (8) (Morel et al., 2002)

O R8 R7 R6 R5 R4 R3 R2 R1 O

Gambar 4 : Struktur santon dari daun C. caledonicum

No R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 3 H H H H OH H H OMe 4 OMe OMe OH H OH H H H 5 H OMe H H OH OMe OH H 6 H H OMe H H OH OMe OH 7 H OH H H OH OH OH OH 8 OH H OH H OMe H OMe OH 7

(23)

commit to user

Bentuk kerangka lain yang merupakan turunan santon yaitu piranosanton. Piranosanton merupakan santon yang memiliki cincin piran. Contoh senyawa piranosanton yang memiliki satu cincin piran yang berhasil diisolasi dari genus

Calophyllum antara lain calosanton C (9), maclurasanton (10), jacareubin (11), 6-dehidroksijacareubin (12), dan dombakinasanton (13) (Su et al., 2008)

Gambar 5 : Senyawa piranosanton dalam genus Calophyllum

Kerangka santon yang memiliki dua cincin piran terdapat pada senyawa piranojacareubin (14) yang diisolasi dari C. inophyllum (Ee et al., 2009) dapat dilihat pada gambar 6 O O O O OH OH

Gambar 6 : Senyawa santon dari C. inophyllum

2) Kumarin

Senyawa kumarin paling banyak diisolasi dari bagian daun tanaman

Calophyllum. Kumarin memiliki kerangka dasar seperti di bawah ini,

No R1 R2 R3 R4 R5 9 H H H OH CH2=CHC(Me)2 10 H H OH OH CH2=CHC(Me)2 11 12 H H H H OH H OH OH H H 13 Isoprenil OH H H Isoprenil O O OH O R1 R2 R3 R4 R5 8

(24)

commit to user O R R R R R O

Gambar 7 : Kerangka dasar kumarin

Kumarin terbagi menjadi tiga kelompok yaitu piranokumarin, furokumarin, dan furo-piranokumarin. Tipe piranokumarin memiliki tiga struktur dasar antara lain: siklis empat dipiranokumarin (a), siklis tiga piranokumarin (b) dan siklis empat dipiranokumarin (c). O O O O R R O O R O R O O O O O R R a b c

Gambar 8: Struktur dasar dari tipe piranokumarin

Beberapa senyawa piranokumarin yang telah diisolasi dari bagian daun C. lanigerum dan C .teysmannii antara lain calanolide A (15), calanolide F (16) dan pseudocalanolide C (17) (Mckee et al., 1999) O O O O OH O O O O OH O O O O HO 15 16 17

Gambar 9 : Struktur senyawa kelompok piranokumarin

(25)

commit to user

Senyawa furokumarin dari spesies C. dispar yang telah diisolasi yaitu

mammea/A/BA cyclo F (18), mammea/A/BB cyclo F (19), mammea A/BC cyclo F

(20) (Guilet et al., 2001) O O R O HO Ph HO O

Gambar 10 : Struktur senyawa furokumarin dari C. dispar

3) Kromanon

Kromanon termasuk didalamnya adalah flavonoid, biflavonoid, dan turunan kromanon itu sendiri. Kromanon memiliki kerangka dasar seperti dibawah ini:

O R R R R R R O

Gambar 11 : Kerangka dasar kromanon

Contoh senyawa flavonoid yang telah diisolasi dari C. inophyllum adalah

miricetin (21) dan quercetin (22) (Subramanian et al., 1971)

O HO OH O R1 R2 R3

Gambar 12 : Senyawa flavonoid dari C. inophyllum

No R 18 i-Bu 19 EtCH(Me) 20 Pr No R1 R2 R3 21 OH OH OH 22 H OH OH 10

(26)

commit to user

Senyawa yang telah diisolasi sebagai biflavonoid dari C.venulosum (Cao et al., 1997) antara lain piranoamentoflavon 7,4′′′-dimetil eter (23), piranoamentoflavon 7,4′-dimetil eter (24), piranoamentoflavon (25), dan piranoamentoflavon

7,4′,4′′′-trimetil eter (26): O O OH R2 R3 O OH R1 O

Gambar 13 : Struktur biflavonoid dari C. venulosum

Senyawa kromanon yang berhasil di isolasi dari biji C. blancoi diantaranya asam apetalik (27), asam apetalik metil ester (28), asam apetalik 5-O-asetat (29), asam isopetalik metil ester (30), dan asam isopetalik 5-O-asetat (31) (Shen et al., 2004) O O R2 R1 R4 R3 O

Gambar 14 : Senyawa kromanon dari C. blancoi

No R1 R2 R3

23 OMe OH OMe

24 OMe OMe OH

25 OH OH OH

26 OMe OMe OMe

No R1 R2 R3 R4 27 H CH3 OH COOH 28 H CH3 OH COOMe 29 H CH3 OAc COOH 30 CH3 H OH COOMe 31 CH3 H OAc COOH 11

(27)

commit to user

Senyawa pada daun C. inophyllum juga mengandung benzodipiranon yang

berisomer sebagai turunan kromanon, senyawa tersebut adalah (2S,3R)-2,3-dihidro-5-hidroksi-2,3,8,8-tetrametil-6-(1-feniletenil)-4H,8H-benzo[1,2-b:3,4-b']dipiran-4-on (32) dan (2R,3R)-2,3-dihidro-5-hidroksi-2,3,8,8-tetrametil-6-(1-feniletenil)-4H,8H-benzo[1,2-b:3,4-b']dipiran-4-on (33) (Khan et al., 1996): O O OH O Me R1 H R2

Gambar 15 : Struktur senyawa kelompok benzodipiranon 4) Terpenoid dan steroid

Terpenoid yang pernah diisolasi dari C. lankaensis yaitu D A-friedo-3-oleanon (34), 28-okso-D A-friedo-3-oleanon/canophyllal (35) dan 28-hidroksi-D A-friedo-3-oleanon/canophyllol (36) (Dharmaratne et al., 1984)

O

H R

H H

Gambar 16 : Senyawa terpenoid dari C. lankaensis

Senyawa terpenoid dan steroid telah banyak diisolasi dari C. inophyllum salah

satunya yaitu terpenoid 3,4-secofriedelan-3,28-asam dioksida (Laure et al., 2005) dan

sitosterol yang merupakan kelompok steroid (Kumar et al., 1976)

No R1 R2 32 H Me 33 Me H No R 34 Me 35 CHO 36 CH2OH 12

(28)

commit to user HO O COOH H H H HOO 37 38

Gambar 17 : Struktur senyawa terpenoid dan steroid dari C. inophyllum

2. Isolasi Senyawa Bahan Alam

a. Ekstraksi

Ekstraksi bertujuan untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.

Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel.

Maserasi merupakan contoh metode ekstraksi padat-cair bertahap yang dilakukan dengan jalan membiarkan padatan terendam dalam suatu pelarut. Proses perendaman dalam usaha mengekstraksi suatu substansi dari bahan alam ini bisa dilakukan tanpa pemanasan (temperatur kamar), dengan pemanasan atau bahkan pada suhu pendidihan. Salah satu keuntungan metode maserasi adalah cepat, terutama jika maserasi dilakukan pada suhu didih pelarut. Waktu rendam bahan dalam pelarut bervariasi antara 15-30 menit tetapi terkadang bisa sampai 24 jam. Jumlah pelarut 13

(29)

commit to user

yang diperlukan juga cukup besar, berkisar antara 10-20 kali jumlah sampel (Kristanti dkk, 2008).

b. Kromatografi

1). Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi komponen dalam fase diam dan fase gerak. Analisis kromatografi lapis tipis (KLT) berdasarkan pada distribusi fase cair-padat. Sebagai fase diam padat atau adsorbennya berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan lempengan kaca atau plastik, sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat. Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam komponen sampel. (Sastrohamidjojo, 1991)

Fase diam dalam KLT berupa padatan penyerap yang dihasilkan pada sebuah plat datar dari gelas, plastik atau alumina sehingga membentuk lapisan tipis dengan ketebalan tertentu. Fase diam atau penyerap yang bisa digunakan sebagai pelapis plat adalah silika gel (SiO2), selulosa, alumina (Al2O3) dan kieselgur (tanah diatome).

Kebanyakan penyerap yang digunakan adalah silika gel, dimana telah tersedia plat yang siap pakai (Gritter, 1991).

Sampel yang ditotolkan pada tepi bawah plat KLT akan dibawa oleh eluen menuju bagian atas plat. Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan eluen (Khopkar, 1990). Proses pemisahan KLT yang mudah dan cepat, sering digunakan untuk melihat kemurnian suatu senyawa organik. Jika analisis dilakukan dengan mengubah eluen beberapa kali dan hasil elusi tetap menampilkan satu noda maka dapat diduga bahwa sampel yang dianalisis adalah murni. Selain itu KLT juga dapat menampakkan jumlah senyawa–senyawa dalam campuran sampel menurut noda yang muncul (Kristanti dkk, 2008).

(30)

commit to user

Pada sistem KLT dikenal istilah kecepatan rambat suatu senyawa yang diberi

simbol Rf (Retardation factor). Harga Rf ditentukan oleh jarak rambat senyawa dari

titik awal dan jarak rambat fase gerak dari titik awal. Analisis suatu senyawa dalam KLT biasanya dilakukan dengan dibandingkan terhadap senyawa standarnya. Penentuan harga Rf adalah sebagai berikut:

Untuk mendeteksi kromatogram yang dihasilkan KLT diperlukan

penambahan suatu flouresen atau dapat dilakukan dengan melihat warna noda di bawah sinar UV pada panjang gelombang 254 nm maupun 366 nm.

2). Kromatografi Vakum Cair (KVC)

Langkah pemisahan menggunakan kromatografi vakum cair biasanya dilakukan pada tahap awal pemisahan misalnya pemisahan terhadap ekstrak kasar yang diperoleh langsung dari proses ekstraksi.

Kromatografi vakum cair merupakan salah satu kromatografi kolom khusus yang biasanya juga menggunakan silika gel sebagai adsorben ( biasanya silika gel G60, 63-200 μm). Alat yang digunakan adalah corong buchner berkaca maser atau

kolom pendek dengan diameter yang cukup besar. Pada kromatografi jenis ini kolom yang akan digunakan dikemas kering dalam keadaan vakum agar diperoleh kepadatan adsorben yang maksimum. Pelarut paling non polar yang akan digunakan dituangkan ke permukaan adsorben dan divakumkan lagi. Setelah kering kolom siap dipakai jika kolom tidak retak atau turunnya eluen sudah rata. Sampel dapat dilarutkan atau dapat berupa serbuk bersama adsorben dan dimasukkan pada permukaan kolom kemudian dihisap berlahan-lahan. Kolom dielusi dengan pelarut yang sesuai dimulai dari yang non-polar. Kolom dihisap sampai kering pada setiap pengumpulan fraksi (Kristanti dkk, 2008).

Teknik KVC sering digunakan untuk memisahkan fraksi berdasarkan

kepolarannya, contoh penggunaan KVC yaitu pemisahan fraksi etil asetat C. soulattri

menggunakan fase diam gel silika 40-63 µm dengan fase gerak berturut-turut pelarut 15

(31)

commit to user

heksana, diklorometana, etil asetat, dan metanol. Selanjutnya tiap-tiap fraksi diujikan

terhadap larva C. pavonana (Syahputra, 2005). Dalam isolasi senyawa piranokumarin

dari C. lanigerum var. austrocoriaceum juga menggunakan KVC(SiO2, 3 x 5 cm)

dengan campuran heksana-EtOAc (100% heksana hingga 100% EtOAc, dan terakhir metanol untuk mencuci (McKee, 1996)

3). Kromatografi Flash

Kromatografi kolom tekan (flash) memiliki keuntungan dibandingkan

kromatografi kolom gravitasi yaitu prosesnya memerlukan waktu yang relatif lebih singkat. Pemilihan kolom disesuaikan dengan jumlah cuplikan yang akan dipisahkan. Besarnya cuplikan berbanding lurus dengan luas penampang kolom. Adsorben yang paling sering digunakan adalah silika gel G60 ukuran 63-200 μm dan silika gel G60 ukuran 40-43 μm (Kristanti dkk, 2008)

Banyaknya silika gel yang digunakan bervariasi antara 30 sampai 100 kali lebih berat dari sampel. Pemisahan yang mudah dapat menggunakan perbandingan 30:1 yaitu berat silika gel yang digunakan sebanyak 30 kali dari berat sampelnya dan untuk pemisahan yang cukup rumit perbandingan silika gel dengan sampel ditingkatkan (Still et al., 1978)

4). Kromatografi Sephadex

Prinsip pemisahan kromatografi sephadex LH-20 adalah molekul yang memiliki berat molekul kecil akan melewati dan terjebak dalam gel sephadex terlebih dahulu sebelum keluar kolom, sedangkan molekul yang memiliki berat molekul besar akan langsung terelusi keluar kolom karena tidak menembus gel. Oleh karena itu molekul yang akan keluar dari kolom terlebih dahulu adalh molekul yang ukurannya lebih besar setelah itu disusul oleh molekul yang ukurannya lebih kecil (Day dan Underwood, 2002)

Penelitian yang menggunakan sephadex LH-20 dalam pemisahannya antara lain: isolasi piranokumarin dari daun C. lanigerum var. austrocoriaceum serta C. teysmannii var. inophylloide menggunakan sephadex LH-20 dengan ukuran 2,5 x 50

cm dan pelarut MeOH : CH2Cl2 dengan perbandingan sama 1:1 (McKee, 1996)

(32)

commit to user

3. Spekstroskopi

Spektroskopi adalah studi mengenai interaksi antara energi cahaya dan materi. Penggunaan detektor-detektor radiasi untuk adsorpsi energi cahaya memungkinkan spekstroskopi memiliki ketelitian yang lebih cermat dalam pengukuran secara kuantitatif. Suatu senyawa organik maupun anorganik dapat mengabsorpsi energi cahaya pada panjang gelombang tertentu, oleh karena itu teknik-teknik spekstroskopi dapat digunakan untuk menentukan struktur senyawa yang tidak diketahui dan untuk mempelajari karakteristik ikatan dari senyawa yang diketahui. Proses identifikasi senyawa pada elusidasi strukrur senyawa dapat digunakan data spektrum dari UV-Vis, IR dan NMR

a. Spekstroskopi Ultra Violet (UV)

Prinsip dasar dari spektrometer UV adalah penyerapan sinar Ultra Violet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat energy yang lebih tinggi. Absorbs radiasi oleh sampel diukur detektor pada berbagai panjang gelombang dan diinformasikan ke perekam untuk menghasilkan sektrum. Spektrum ini akan memberikan informasi penting untuk identifikasi adanya gugus kromofor (Hendayana, 1994)

Panjang gelombang UV lebih pendek daripada sinar tampak dan IR yaitu terletek antara 100 nm sampai 400 nm. Panjang gelombang cahaya UV bergantung pada mudahnya promosi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek seangkan molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang (Fessenden, 1989).

Senyawa piranoamentoflavon (25) dalam metanol memiliki panjang

gelombang maksimal 270 (4.59), 286 (4.55), 312 (4.60), 342 (4.65) nm, saat penambahan NaOMe terjadi pergeseran bathokromik dimana panjang gelombang

maksimal menjadi 274 dan 396 nm. Senyawa asam apetalik (27) dalam CH3CN yang

merupakan golongan kromanon yang terkandung dalam C. blancoi memiliki serapan

UV pada panjang gelombang maksimal : 268, 281, dan 340 nm.

(33)

commit to user

b. Spektroskopi Infra Merah (IR)

Spektrofotometri inframerah sangat penting dalam kimia modern terutama dalam daerah organik. Spektrofotometer ini merupakan alat untuk mendeteksi gugus fungsional, mengidentifikasi senyawa, dan menganalisis campuran (Day dan underwood, 2002). Spektrum IR mempunyai jarak pengukuran dari 4000 cm-1- 667

cm-1 atau dari 2,5 μm sampai 15 μm. Spektrum IR yang berada pada daerah di atas

1200 cm-1 menunjukkan pita spektrum yang disebabkan oleh getaran ikatan kimia atau gugus fungsi molekul yang ditentukan. Sedangkan spektrum IR yang berada pada daerah di bawah 1200 cm-1 menunjukkan pita spektrum yang disebabkan oleh getaran seluruh molekul dan dikenal dengan nama sidik jari (Harborne, 1987)

Tabel 1. Serapan khas beberapa gugus fungsi pada spektroskopi inframerah

Gugus Jenis Senyawa Daerah Serapan (cm-1)

C-H alkana 2850-2960, 1350-1470

C-H alkena 3020-3080, 675-870

C-H aromatik 3000-3100, 675-870

C=C Alkena 1640-1680

C=C aromatik (cincin) 1500-1600

C=O aldehida, keton, asam karboksilat, ester 1690-1760

O-H alkohol, fenol (monomer) 3610-3640

O-H alkohol, fenol (ikatan H) 2000-3600 (lebar)

O-H asam karboksilat 3000-3600 (lebar)

(Silverstein, 1991) c. Spektroskopi Resonansi Magnetik Inti (NMR)

1). 1H NMR

Informasi yang didapatkan dari 1H NMR antara lain nilai geseran kimia (, ppm), tanpa satuan dan dinyatakan sebagai ppm (per sejuta) yang dapat mengindikasikan gugus fungsi. Integrasi (luas area) setiap ‘kelompok’ puncak yang 18

(34)

commit to user

mengindikasikan jumlah H dimana daerah di bawah puncak berbanding lurus dengan jumlah proton yang bertanggung jawab terhadap puncak tersebut. Multiplisitas puncak (s, d, t, q, qi, sext, hept.) merupakan hubungan antar H (untuk C tetangga, biasanya berselang satu ikatan). Konstanta kopling (J, Hz) biasa digunakan untuk mengetahui jenis hubungan antar H yang merujuk pada stereokimia atau posisi H.

Proton dari suatu molekul tidak akan membalikkan spinnya pada frekuensi resonansi yang sama yang menyebabkan semua spektrum NMR yang diperoleh dari bermacam-macam senyawa akan menunjukkan gambar yang sama, namun frekuensi radiasi yang diserap oleh suatu proton bergantung pada lingkungan dekat dalam molekul in. Hal ini disebabkan karena elektron yang terdapat disekeliling inti proton merupakan perisai terhadap medan magnet terpasang. Besarnya pemerisaian tergantung pada kerapatan elektron yaitu elektron bukan ikatan (non bonding), elektron π dan elektron σ. Semakin terperisai keadaan proton, semakin tinggi medan magnet terpasang yang diperlukan agar resonansi tercapai. Oleh karena itu tiap proton yang memiliki lingkungan berbeda akan muncul pada pergeseran kimia yang berbeda pula.

Tabel 2. Pergeseran kimia 1H yang khas (relatif terhadap tetrametilsilana)

Jenis 1H δ (ppm) Jenis 1H δ (ppm) CH3–C 0,85-0,95 CH2C 4,6-5,0 C─CH2─C 1,20-1,35 ─CHC 5,2-5,7 C C H C C 1,40-1,65 Ar─H 6,6-8,0 CH3─CC 1,6-1,9 ─CC─H 2,4-2,7 CH3─Ar 2,2-2,5 O C H 9,5-9,7 19

(35)

commit to user O C CH3 2,1-2,6 O C OH 10-13 ─O─CH3 3,5-3,8 R─OH 0,5-5,5 Ar─OH 4-8 (Achmadi, 2003) Proton dari suatu molekul tidak hanya merasakan adanya medan magnet terpasang yang sangat kuat namun juga medan-medan kecil dari proton tetangganya. Jumlah puncak yang merupakan sinyal dari proton tertentu yang terpisah disebut multiplisitas. Sinyal proton mungkin terpisah menjadi dua puncak (doublet), tiga puncak ( triplet), empat puncak (kuartet) atau lebih.

Multiplisitas Ha = n +1

Dimana n adalah jumlah proton ekuivalen yang bertetangga dengan Ha. Dua proton dikatakan bertetangga jika merekaterikat pada atom yang bersebelahan, proton tetangga untuk Ha yaitu proton yang terpisah dari Ha oleh tiga ikatan. Proton ini disebut proton vicinal (Carey, 2000).

2). 13C NMR

Karbon-12 seperti halnya oksigen-16 yang tidak aktif NMR. Hanya 1.1% dari

jumlah karbon dalam molekul yang memiliki spin yaitu isotop karbon-13 jadi

sensitivitas dari inti jauh lebih rendah. Dalam 1H NMR mungkin hanya menggunakan

8 atau 16 getaran tapi untuk 13C NMR memerlukan ratusan bahkan ribuan getaran tergantung pada konsentrasi larutan. Untuk senyawa organik mengandung empat tipe

atom karbon metil (CH3), metilen (CH2), metin (CH) dan kuartener (C). Atom karbon

yang memiliki hibridisasi sp2 (karbonil, aromatik, dan oleofinik) akan menyerap daerah paling tinggi diikuti sp (asetilen dan nitril) dan sp3 (alifatik) (Mitchell, 2007).

(36)

commit to user

Tabel 3. Pergeseran kimia 13C NMR

Jenis 13C δ (ppm) Jenis 13C δ (ppm) RCH3 0-35 RCH2Br 20-40 R2CH2 15-40 RCH2Cl 25-50 R3CH 25-50 RCH2NH2 35-50 R4C 30-40 RCH2OH, RCH2OR 50-65 RC CR 65-90 R C O OH, R C O OR 160-185 R2C CR2 100-150 R C O H , R C O R 190-220 110-175 (Carey, 2000).

3) DEPT (Distortionless Enhancement by Polarization Transfer)

DEPT merupakan tehnik NMR yang dapat memberikan informasi tentang

multiplisitas dari atom 13C. DEPT terdiri dari DEPT 135 dan DEPT 90. Sama halnya

dengan APT yang menunjukkan multiplisitas dari atom karbon dalam dua kelompok yaitu metin dan metil biasanya pada fase positif sedangkan untuk karbon kuartener dan metilen pada fase negatif, begitu juga dengan DEPT 135 yang menunjukkan sinyal karbon dalam dua kelompok hanya saja untuk sinyal karbon kuartener tidak muncul dalam spektranya. Sedangkan pada DEPT 90 hanya menunjukkan sinyal metin saja. Spektra DEPT 90 dan 135 dapat dilihat pada gambar 18

(37)

commit to user

Gambar 18 : Contoh spektra DEPT 90 (a) dan DEPT 135 (b)

4) HMQC (Heteronuclear Multiple-Quantum Correlation)

HMQC menyatakan kebalikan hubungan CH melalui satu ikatan kopling CH

yang biasa disebut sebagai heteronuclear shift correlation yaitu hubungan pergeseran

inti yang berbeda antara karbon-13 dengan pergeseran proton. Hasil HMQC adalah

hubungan CH dua dimensi yang ditunjukkan sebagai sinyal silang dalam diagram δC

vs δH . Pergeseran dari hubungan karbon-proton berguna dalam elusidasi struktur

karena memberikan jawaban inti 1H mana yang terikat pada inti 13C (Breitmaier, 2002).

5) HMBC (Heteronuclear Multiple-Bond Correlation)

HMBC berupa spektra dua dimensi antara δC dengan δH yang menyatakan

hubungan CH melalui jarak yang jauh dari kopling karbon-proton. HMBC mendeteksi hubungan inti karbon terhadap dua atau tiga ikatan dari proton yang tidak terikat olehnya. Hasil dari HMBC berfungsi untuk memberikan informasi tentang hubungan inti karbon yang satu dengan yang lain melalui proton yang terikat oleh suatu karbon, selain itu juga berguna untuk mengetahui penempatan karbon kuartener yang tidak diketahui informasinya dari HMQC.

B. Kerangka Pemikiran

Tumbuhan slatri yang termasuk dalam genus Calophyllum, merupakan

tumbuhan tradisional yang dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Penelitian tentang

CH/CH3 CH2 CH (a) (b) 22

(38)

commit to user

isolasi senyawa dari genus Calophyllum sudah banyak namun untuk kandungan

senyawa kimia dari slatri masih sangat kurang.

Pendekatan kemotaksonomi menjelaskan bahwa tumbuhan yang memiliki kekerabatan yang dekat memiliki kesamaan dalam kandungan senyawa kimianya.

Begitu pula dengan slatri yang termasuk dalam genus Calophyllum maka

dimungkinkan senyawa yang dapat diisolasi mempunyai kemiripan bahkan sama

dengan senyawa-senyawa yang telah diisolasi dari genus Calophyllum sebelumnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi kandungan senyawa aromatik dari daun slatri. Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan metanol untuk mengambil semua komponen yang terdapat dalam daun slatri. Pemisahan dan pemurnian senyawa menggunakan metode kromatografi, yaitu kromatografi lapis tipis (KLT) sebagai panduan saat pemisahan senyawa, sedangkan kromatografi vakum cair (KVC), kromatografi kolom sephadex dan kolom tekan (flash) digunakan untuk tahap fraksinasi maupun pemurnian. Senyawa murni yang

diperoleh diidentifikasi struktur senyawanya menggunakan data UV, IR, 1H NMR

,13C NMR, DEPT 135 dan NMR dua dimensi.

C. Hipotesis

Senyawa aromatik yang dapat diisolasi dari daun C.soulattri antara lain golongan senyawa kumarin, kromanon, santon dan atau flavonoid.

(39)

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen laboratorium. Sampel daun tumbuhan slatri dikumpulkan dari daerah Magelang, Jawa Tengah. Isolasi dan pemurnian senyawa menggunakan metode ekstraksi dan kromatografi. Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi dengan pelarut metanol untuk mengambil senyawa dari daun slatri. Metode kromatografi digunakan dalam proses pemisahan dan pemurnian senyawa antara lain; Kromatografi Vakum Cair

(KVC), kromatografi flash, kromatografi kolom sephadex, dan dipandu dengan teknik

Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Elusidasi struktur senyawa isolat dilakukan dengan

metode spektroskopi UV, infra merah (IR), spektroskopi 1H NMR, 13C NMR, DEPT

135 (Distortionless Enhancement by Polarization Transfer) dan NMR dua dimensi

meliputi HMQC (Heteronuclear Multiple Quantum Correlation), HMBC

(Heteronuclear Multiple Bond Coherence).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar Fakultas MIPA UNS dan Laboratorium Pusat MIPA Sub Laboratorium Kimia Pusat UNS. Determinasi sampel tumbuhan dilakukan di Laboratorium Bagian Biologi Fakultas Farmasi UGM. Analisis spektoskopi UV dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar Fakultas MIPA UNS, analisis Inframerah dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas MIPA

UGM sedangkan untuk data 1H NMR, 13C NMR, DEPT 135, HMQC dan HMBC

dianalisis di LIPI Serpong. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2010 – Januari 2011.

(40)

commit to user

C. Alat dan Bahan

1.Alat yang digunakan

Isolasi dam pemurnian senyawa dari daun tumbuhan slatri digunakan KVC

dengan diameter kolom 9 cm, kolom sephadex LH-20 dengan diameter 2 cm,

kromatografi flash dengan diameter 2 cm dan 1 cm. Maserat disaring menggunakan

penyaring buchner kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator vacum

(IKA-WERKE HB4 basic). Analisis KLT digunakan lampu UV dengan λ 254 nm serta

penyemprot penampak noda Ce(SO4)2. Elusidasi struktur senyawa isolat dengan

metode spektroskopi UV (spektrofotometer UV-Vis Shimadzu UV mini 1240), spektroskopi infra merah (spektrofotometer Shimadzu PRESTIGE 21) dengan metode

pelet KBr. Data 1H NMR, 13C NMR, DEPT 135, HMQC dan HMBC dianalisis

dengan spektrometer Jeol AS 500 MHz.

2.Bahan yang digunakan

Daun slatri dikumpulkan dari daerah Magelang pada bulan Juni 2010. Pelarut yang digunakan untuk maserasi dan kromatografi adalah pelarut teknis yang didestilasi antara lain n-heksan, EtOAc dan MeOH. Pelarut CHCl3 dan aseton yang

digunakan adalah grade pro analisis. Fasa diam pada KVC digunakan silika gel

Merck Si-gel 60 GF254, untuk kromatografi flash digunakan silika gel Merck

Kieselgel 60 (0,04-0,063 mm) 230-400 mesh ASTM sedangkan kromatografi kolom sephadex digunakan sephadex LH-20 Liphophilic Sephadex 0,025-0,1 mm. Plat yang digunakan untuk analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah plat alumunium

berlapis silika (Merck Kieselgel 60 GF254 0,25 mm). Impregnasi sampel saat

Kromatografi Vakum Cair (KVC) dan kromatografi flash digunakan silika adsorb

Silika gel Merck Kiesel Gel 60 (0,2-0,5mm). Pereaksi penampak noda saat KLT digunakan Ce(SO4)2 2% dalam H2SO4 1M sedangkan pereaksi geser untuk analisis

UV digunakan larutan NaOH 1M.

(41)

commit to user

D. Prosedur Penelitian

1. Determinasi Sampel

Determinasi sampel dilakukan di laboratorium Bagian Biologi Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Determinasi dilakukan berdasarkan pengamatan ciri fisiologis tumbuhan. Sampel tumbuhan yang diteliti merupakan

Calophyllum soulattri Burm.f.

2. Persiapan Sampel

Daun slatri diangin-anginkan hingga kering. Selanjutnya daun slatri kering dibuat dalam bentuk serbuk.

3. Isolasi dan Pemurnian senyawa dari daun slatri

a. Ekstraksi

Serbuk kering daun slatri sebanyak 3 kg dimaserasi dalam 12 liter metanol pada suhu kamar selama 2 x 24 jam. Kemudian maserat disaring menggunakan penyaring buchner untuk memisahkan filtrat dari residunya. Filtrat yang diperoleh dievaporasi sampai pekat dan dimasukkan dalam desikator untuk menguapkan sisa pelarut hingga dihasilkan ekstrak pekat metanol.

b. Kromatografi Vakum Cair (KVC)

Ekstrak metanol daun slatri sebanyak 40 gr difraksinasi menggunakan teknik Kromatografi Vakum Cair (KVC) dengan diameter kolom 9 cm. KVC dilakukan dua kali, KVC I dan KVC II masing-masing menggunakan sampel sebanyak 20 gram. 20 gram sampel yang akan digunakan diimpregnasi terlebih dahulu dengan 20 gram silika adsorb Merck Kieselgel 60 (0,2-0,5 mm). Fasa diam yang digunakan adalah

silika gel Merck Si-gel 60 GF254 sebanyak 100 gr. Silika gel dimasukkan ke dalam

kolom kemudian dimampatkan dengan pompa vakum, setelah mampat sampel yang telah diimpregnasi diletakkan diatas fasa diam dan dielusi dengan eluen yang

kepolarannya meningkat menggunakan perbandingan dari n-heksana : EtOAc. Eluen

yang diperlukan untuk sekali elusi sebanyak 150 ml.

Hasil fraksinasi dari KVC I dan KVC II diuapkan dengan rotary evaporator

kemudian ditimbang masing-masing berat fraksi. Fraksi-fraksi yang diperoleh 26

(42)

commit to user

dianalisis dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menggunakan fasa diam silika gel Merck Kieselgel 60 GF254 0,25 mm. Analisis KLT dari hasil KVC I dan KVC II

menggunakan eluen n-heksana : EtOAc dengan perbandingan tertentu. Hasil KLT

dilihat dengan lampu UV pada λ 254 nm kemudian disemprot pereaksi penampak

noda larutan Ce(SO4)2. Fraksi yang memiliki pola pemisahan spot sama digabung,

kemudian fraksi yang memiliki berat mencukupi dan pemisahan spot yang baik difraksinasi dan dimurnikan lebih lanjut untuk mendapatkan senyawa yang diinginkan.

c. Kromatografi Flash

Kromatografi flash dilakukan dengan mengambil sampel kemudian

diimpregnasi dengan silika gel Merck Kiesel Gel 60 (0,2-0,5mm) dengan perbandingan 1:1. Sampel yang sudah bebas pelarut diletakkan diatas kolom

kromatografi flash menggunakan fasa diam Kieselgel 60 (0,04-0,063 mm).

Banyaknya silika gel yang digunakan bervariasi antara 30 sampai 100 kali berat sampel. Sampel yang telah diimpregnasi diletakkan diatas kolom selanjutnya dielusi dengan eluen hasil analisis KLT dari sampel yang memiliki pemisahan spot yang cukup jelas.

Pengisian kolom dengan adsorben menggunakan cara basah. Silika gel dimasukkan ke dalam gelas beker yang telah berisi eluen hingga semua silika gel bercampur dengan eluen. Silika gel tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kolom dengan bantuan corong saring, selanjutnya ditekan dengan air pump hingga silika memadat.

d. Kromatografi kolom sephadex

Kromatografi kolom sephadex dilakukan dengan melarutkan sampel dalam metanol. Sampel yang telah larut sempurna diletakkan diatas kolom sephadex LH-20. Kolom sephadex dibuat dengan cara basah yaitu adsorben yang telah dibuat bubur dimasukkan dalam kolom menggunakan corong saring dan dibiarkan hingga sehari. Eluen yang digunakan adalah metanol. Elusi dilakukan hingga semua sampel keluar darikolom.

(43)

commit to user

4. Identifikasi senyawa dari daun slatri

Fraksi yang memiliki satu spot saat analisis KLT selanjutnya dilakukan uji kemurnian. Uji kemurnian dilakukan dengan analisis KLT menggunakan empat eluen berbeda, jika semua hasil analisis KLT menunjukkan satu spot maka fraksi tersebut dapat dikatakan murni. Senyawa murni yang diperoleh diidentifikasi strukturnya

dengan menggunakan data spektroskopi UV, IR, 1H NMR dan 13C NMR, DEPT 135,

HMQC dan HMBC.

E. Teknik Analisis Data

Isolasi senyawa pada daun slatri dilakukan secara kromatografi dilanjutkan elusidasi struktur dari senyawa isolat, sehingga akan diperoleh beberapa macam data. Untuk memandu proses pemisahan secara kromatografi digunakan KLT, dimana dari analisis KLT ini akan diperoleh harga Rf dan pola spot yang dapat digunakan untuk mengetahui hasil pemisahan dan kemurnian dari senyawa. Elusidasi struktur dengan

menggunakan data dari spektroskopi UV, FTIR, 1H NMR, 13C NMR, DEPT 135,

HMQC, dan HMBC. Spektra UV dapat digunakan untuk menganalisis adanya gugus kromofor sedangkan dari spektra IR dapat diketahui gugus fungsi yang terdapat dalam senyawa isolat. Kerangka dasar dapat diketahui dari data 13C NMR melalui jumlah atom karbon serta nilai pergeseran kimia atom karbon tersebut sedangkan tipe

atom karbon metil (CH3), metilen (CH2) dan metin (CH) dapat dianalisis

menggunakan data DEPT 135 dimana metin dan metil biasanya pada fase positif sedangkan metilen pada fase negatif. Data DEPT 135 ini didukung oleh data HMQC yang menunjukkan hubungan proton dengan karbon yang berjarak satu ikatan

sehingga dapat diketahui tipe atom karbon dan proton yang terikat olehnya. Data 1H

NMR menginformasikan banyaknya proton dari setiap jenis proton yang dapat diketahui dari luas puncak masing-masing sinyal proton, posisi proton-proton yang berdekatan dapat diketahui dari kopling (J), sedangkan banyaknya atom H tetangga dapat diketahui dari pemecahan puncak proton. Untuk mengetahui hubungan atom H yang memiliki 2 sampai 3 ikatan terhadap atom karbon dapat diketahui dari data 28

(44)

commit to user

HMBC sehingga data ini dapat digunakan untuk mempermudah penempatan dari masing-masing atom karbon yang saling berkaitan dilihat dari atom H nya. Dari semua data tersebut diharapkan dapat diketahui struktur senyawa yang sesuai dengan struktur senyawa isolat yang didapat.

(45)

commit to user

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Sampel

Determinasi tumbuhan slatri yang diperoleh dari daerah Magelang, dilakukan di laboratorium Taksonomi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Hasil determinasi menyatakan bahwa sampel yang digunakan pada penelitian ini

adalah benar tumbuhan Calophyllum soulattri Burm. f. Hasil determinasi dapat dilihat

pada Lampiran 1.

B. Pemisahan dan pemurnian senyawa dari daun Slatri

Tiga kg serbuk daun slatri dimaserasi dengan 12 L metanol selama 2x24 jam. Filtrat dipisahkan dari residu dengan buchner, selanjutnya diuapkan pelarutnya menggunakan rotary evaporator hingga didapat ekstrak pekat sebanyak 190 gram. Sebanyak 40 gram ekstrak diambil untuk difraksinasi menggunakan KVC sebanyak dua kali sehingga untuk setiap proses KVC digunakan 20 gram ekstrak. KVC I dan

KVC II menggunakan eluen yang sama yaitu n-heksana:EtOAc (10:0), (9,5:0,5) (4x),

(9,0:1,0) (2x), (8,5:1,5) (2x), (8,0:2,0) (2x), (7,0:3,0) (2x), (5,0:5,0) (2x) dan (0:10). Fraksi-fraksi yang diperoleh dari KVC I dan KVC II dianalisis menggunakan KLT, selanjutnya fraksi yang memiliki spot sama digabung sehingga didapatkan 11 fraksi utama yaitu fraksi A (0,094 g), fraksi B (1,069 g), fraksi C (0,396 g), fraksi D (1,030 g), fraksi E (2,021 g), fraksi F (1,1 g), fraksi G (0,898 g), fraksi H (0,526 g), fraksi I (0,346 g), fraksi J (1,759 g), dan fraksi K (1,171 g). Kromatogram hasil KLT dari fraksi A-K dapat dilihat pada gambar 19.

(46)

commit to user

Gambar 19 : Hasil KLT penggabungan fraksi KVC I dan KVC II

dengan eluen n-heksan:EtOAc (9,0:1,0)

Berdasarkan hasil KLT di atas fraksi E memiliki pemisahan spot yang cukup baik dan berat yang memadai untuk pemisahan selanjutnya. Sebanyak 0,830 gram fraksi E difraksinasi menggunakan kromatografi flash dengan diameter kolom 2 cm

dan dielusi dengan perbandingan eluen n-heksan:EtOAc (9,5:1,5) dalam 200 ml,

(9,0:1,0) dalam 200 ml dan (5,0:5,0) dalam 100 ml. Hasil dari fraksinasi didapatkan 9 fraksi utama yaitu fraksi E1 (33 mg), E2 (28 mg), E3 (30 mg), E4 (30 mg), E5 (310 mg),

E6 (155 mg), E7 (309 mg), E8 (42 mg), E9 (232 mg). Hasil KLT dari fraksi E1 – E9

dapat dilihat pada gambar 20.

Gambar 20 : Hasil KLT penggabungan fraksi kromatografi flash

dengan eluen n-heksan:EtOAc (9,0:1,0)

Fraksi E6 memiliki satu spot utama yang jelas dan beratnya cukup banyak

sehingga fraksi E6 yang dipilih untuk dilakukan proses fraksinasi selanjutnya.

Fraksinasi dilakukan dengan menggunakan kromatografi kolom sephadek LH-20 S A B C D E F G H I J K

E E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9

(47)

commit to user

diameter 1 cm dengan eluen metanol. Fraksi utama hasil sephadek LH-20 yaitu E6a,

E6b dan E6cdengan berat masing-masingE6a (52 mg), E6b (104 mg) dan E6c (27 mg).

Hasil KLT untuk fraksi E6a-E6c dapat dilihat pada gambar 21.

Gambar 21 : Hasil KLT penggabungan fraksi sephadek LH-20

dengan eluen n-heksan:EtOAc (9,0:1,0)

Berdasarkan kromatogram KLT pada gambar 21, fraksi E6b menunjukkan

adanya satu spot utama yang cukup jelas. Fraksi E6b juga memiliki berat yang paling

banyak sehingga dilakukan pemurnian terhadap fraksi E6b. Pemurnian dilakukan

dengan menggunakan kromatografi flash dengan kolom berdiameter 1 cm. Eluen

yang digunakan adalah perbandingan dari n-heksan:EtOAc (9,5:0,5) dalam 150 ml

dilanjutkan n-heksan:EtOAc (9,0:1,0) dalam 50 ml. Dua fraksi yang diperoleh yaitu E6b1 (11 mg) dan E6b2 (28 mg). Hasil KLT terhadap E6b1 dan E6b2 dapat dilihat pada

gambar 22.

Gambar 22 : Hasil KLT penggabungan fraksi kromatografi flash

dengan eluen n-heksan : EtOAc (9,0:1,0)

E6 E6a E6b E6c

(48)

commit to user

Dari gambar 22 didapatkan bahwa fraksi E6b2 hanya menunjukkan satu spot

oleh karena itu dilakukan uji kemurnian terhadap fraksi E6b2 dengan melakukan

analisis KLT menggunakan empat perbandingan eluen berbeda yaitu n-heksan:EtOAc

(9,0:1,0), n-heksan:EtOAc:kloroform (8,5:0,5:1), n-heksan:CHCl3 (9,0:1,0), dan n

-heksan:aseton (8,0:2,0). Hasil uji kemurnian dari masing-masing eluen juga menunjukkan satu spot saat dilihat dibawah lampu UV λ 254 nm dan setelah

disemprot reagen penampak noda Ce(SO4)2 menunjukkan satu spot berwarna.

Kromatogram KLT uji kemurnian senyawa dapat dilihat dari gambar 23

a b c d

Gambar 23 : Uji kemurnian senyawa E6b2 dengan 4 eluen

a.n-heksan:EtOAc (9,0:1,0)

b. n-heksan:EtOAc: kloroform (8,5:0,5:1,0)

c.n-heksan:CHCl3 (9,0:1,0)

d. n-heksan:aseton (8,0:2,0)

Hasil analisis KLT senyawa E6b2 oleh empat eluen berbeda menunjukkan

adanya satu spot sehingga bisa dikatakan bahwa senyawa telah murni, selanjutnya

senyawa tersebut dianalisis menggunakan spektroskopi UV, IR, 1H NMR dan 13C

NMR, DEPT 135 dan NMR dua dimensi (HMQC dan HMBC) untuk mengidentifikasi struktur dari senyawa E6b2.

(49)

commit to user

C. Elusidasi Struktur Senyawa E6b2

1. Analisis data UV

Data UV dari senyawa E6b2 dalam pelarut metanol pada gambar 24,

menunjukkan tiga puncak pada daerah λmaks 217,5 nm, 294 nm dan 339,5 nm, serapan

tersebut mengindikasikan adanya alkena dan sistem aromatik. Penambahan pereaksi

geser NaOH 1M pada senyawa E6b2 hanya menunjukkan dua puncak pada λmaks 217,5

nm dan 340 nm, karena adanya pergeseran bathokromik dari λmaks 294 nm menjadi

340 nm. Pergeseran bathokromik tersebut menunjukkan bahwa senyawa E6b2

memiliki gugus hidroksi fenol pada cincin aromatiknya.

a b

Gambar 24 : a. Spektra UV senyawa E6b2

b. Spektra UV senyawa E6b2 setelah penambahan NaOH

2. Analisis data IR

Data IR dari senyawa E6b2 dapat dilihat pada gambar 25. Keberadaan gugus

aromatik yang terikat hidroksi fenol dari data UV diperkuat oleh spektrum IR yang menunjukkan serapan khas untuk gugus hidroksi fenol yaitu puncak kuat dan

melebar pada 3421,72-3431,36 cm-1 dan serapan C=C aromatik muncul pada daerah

1616,35-1629,85 cm-1. Selain itu juga terdeteksi ikatan C-H alifatik pada 2924,09-2972,31 cm-1. 217,5 294 339,5 217,5 340 34

(50)

commit to user

Gambar 25 : Spektra IR dari senyawa E6b2

Dari data UV dan IR dapat disimpulkan bahwa senyawa E6b2 merupakan

senyawa aromatik dimana proton dari gugus aromatik tersebut ada yang tersubtitusi oleh gugus hidroksi dan gugus alifatik.

3. Analisis data NMR

Data 13C NMR dan DEPT 135 dari senyawa E6b2 pada gambar 26

menunjukkan adanya 28 puncak atom karbon. Tiap-tiap puncak memiliki pergeseran

yang khas. Karbon dari keton muncul pada δC 195,82 ppm. Karbon-karbon sp2 berada

pada daerah δC 104,13-162,39 ppm yang sebagian menyusun cincin aromatik dan

pada daerah δC 12,36-45,27 ppm muncul sinyal dari karbon-karbon sp3. Puncak

karbon yang memiliki intensitas lebih tinggi dari puncak karbon lain disebabkan karena ada lebih dari satu karbon yang memiliki pergeseran hampir sama bergabung menjadi satu puncak sehingga ada puncak-puncak yang dapat mewakili lebih dari satu karbon.

Gugus OH

(51)

commit to user

Gambar 26 : Spektra 13C NMR (atas) dan DEPT 135 (bawah) senyawa E6b2

DEPT 135 membedakan antara metil dan metin dengan metilen sedangkan puncak karbon yang tidak keluar adalah karbon kuartener. Dari data tersebut diketahui bahwa pada daerah karbon alifatik δC 12,36-45,27 ppm terdapat satu C

kuartener yaitu pada δC 31.12 ppm. Daerah karbon-karbon sp2 δC 104,13-162,39 ppm

terdapat 2 karbon metin yaitu pada δC 121,92 dan 122,41 ppm sedangkan lainnya

merupakan karbon kuartener. Karbon kuartener pada δC 154-162 ppm adalah karbon

sp2 yang salah satu ikatannya tersubtitusi gugus –OR.

C karbonil C sp 2 C sp3 CH/CH3 CH2 =C-OR 36

(52)

commit to user

Tabel 4. Sinyal karbon 13C NMR dan DEPT 135.

δC (ppm) 13 C NMR DEPT 135 ∑ C δC (ppm) 13 C NMR DEPT 135 ∑ C 195.82 C 2 45,03 CH 1 162.39 C 2 42,41 CH2 2 159.09 C 2 31,12 C 1 154.62 C 2 26,02 CH3 2 135.12 C 2 25,99 CH3 2 133.63 C 2 24,14 CH2 1 122,41 CH 2 23,11 CH2 1 121,92 CH 2 22,06 CH2 2 107.25 C 2 21,42 CH2 2 107.20 C 2 18,05 CH3 4 104.17 C 1 13,73 CH3 1 104.13 C 1 12,89 CH3 1 102.41 C 2 12,44 CH3 1 45,27 CH 1 12,36 CH3 1

Karbon dengan δC 12,36-13,79 ppm merupakan daerah karbon metil, yaitu

terdapat empat metil yang saling berimpit. Karbon-karbon yang saling berimpit tersebut menyerupai campuran senyawa rasemat. Keberadaan campuran senyawa

rasemat juga didukung oleh data 1H NMR pada gambar 27, yaitu adanya sinyal

doublet pada OH terkelasi yang harusnya muncul sebagai singlet dan munculnya metil yang memiliki multiplisitas quartet. Sinyal proton metil quartet yang muncul tersebut diperkirakan gabungan dari dua metil yang memiliki multiplisitas doublet.

(53)

commit to user

Gambar 27: Spektra 1H NMR senyawa E6b2

Data 1H NMR mengindikasikan tidak adanya proton pada cincin aromatik

pada δH 6-8 ppm. Proton yang terdeteksi hanyalah proton hidroksi dan proton pada

daerah alifatik yang terdiri dari proton alkana δH 0,99-3,3 ppm, proton alkena pada

5,16-5,22 ppm. Proton pada δH 4,08 ppm merupakan proton hidroksi dari air, bukan

dari metoksi karena dari karbon yang terdeteksi tidak menunjukkan adanya sinyal metoksi. Terdapat 6 metil, 2 metil pada δH 0,99 ppm dan 1,07 ppm, dan 4 lainnya

berada pada δH 1,7-1,8 ppm, karena senyawa E6b2 merupakan senyawa rasemat maka

integrasi dari sinyal proton pun menjadi dua kali semula sehingga masing-masing senyawa memiliki 6 metil.

H alkana

H alkena OH terkelasi

OH

(54)

commit to user

Tabel 5. Sinyal dan jenis proton pada data 1H NMR senyawa E6b21 dan 2

δH (ppm) Multiplisitas (J) ∑ H Jenis proton

1 2 1 2 1 2 12,24 12,24 s s 1H 1H OH terkelasi 6,33 6,33 s s 1H 1H OH aromatik 5,22 5,22 t (J= 6,5) t (J= 6,5) 1H 1H R-C=CH-CH2-R 5,16 5,16 t (J= 6,1) t (J= 6,1) 1H 1H 4,80 4,80 s, br s, br 3H 3H OH 3,33 3,33 d (J= 6,85) d (J= 6,85) 2H 2H R=CH-CH2-R 3,26 3,26 d (J=6,9) d (J=6,9) 2H 2H 2,85 2,69 dd (J= 16,8) m, br 2H 2H C H2 C C O R R3 2,17 2,17 s s 2H 2H 1,79 1,83 m m 1H 1H CH3-CH-CH2-R 1,80 1,80 s s 3H 3H H3C C R R 1,76 1,76 s s 3H 3H 1,74 1,74 s s 3H 3H 1,71 1,71 s s 3H 3H 1,07 1,07 t (J=6,88) t (J=6,88) 3H 3H CH3-CH2-R 0,99 1,01 d (J=6,9) d (J=6,9) 3H 3H CH3-CH-R H = 62

Dari penggabungan proton pada tabel 5 didapatkan kerangka-kerangka penyusun senyawa E6b2 yang antara lain gugus aromatik dan dua buah isoprenil

bebas. Keberadaan hidroksi sebagai gugus subtituen pada aromatik untuk senyawa bahan alam kemungkinan posisinya adalah berselang-seling. Gugus aromatik tersebut tidak mengikat proton karena semua posisi proton tersubtitusi oleh hidroksi terkelasi, hidroksi, dan alkil lain termasuk isoprenil.

Gambar

Gambar 1. Daun C. soulattri
Gambar 2. Senyawa yang berhasil diisolasi dari C. soulattri
Gambar 3 : Kerangka dasar santon
Gambar 6 : Senyawa santon dari  C. inophyllum
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alat ukur yang akan digunakan untuk mengukur tingkat konflik kerja-keluarga dalam penelitian ini adalah work-family conflict scale.. yang digunakan dalam penelitian Carlson, Kacmar,

Analisa kebutuhan sistem dilakukan terhadap sistem informasi BAAK yang akan dibangun berdasarkan kebutuhan pengguna, meliputi pengaturan tahun akademik, data-data kurikulum

Berkaitan dengan tema yang penulis angkat yaitu mengenai “Analisis Pembiayaan Murabahah Untuk Perkembangan Modal Usaha Pedagang Pasar Bintoro Pada BMT Made Demak” , maka

Elevated serum uric acid level as predictor for cardiovascular and all cause mortality in Chinese patients with high cardiovascular risk. Uric Acid and Endothelial Dysfunction

Latar belakang pelaksanaan sistem politik demokrasi liberan yang berasal dari revolusi Perancis gaungnya terdengar ke berbagai wilayah.TAk hanya di Indonesia,

Tabel 17 menunjukkan sebanyak 0,17 dari rata- rata pergantian CEO di atas 0,2 (manajemen melakukan pergantian CEO) dengan rata-rata manajemen laba di atas - 0,19 mampu

Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan transfer data dan membuat grid pada MapInfo antara lain :. Laptop (Acer,

Apakah dengan penggunaan media Power Point pada pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur Tahun