• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN JAMBU BIJI (PSIDIUM GUAJAVA L.) DI KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN JAMBU BIJI (PSIDIUM GUAJAVA L.) DI KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)STUDI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN JAMBU BIJI (PSIDIUM GUAJAVA L.) DI KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK. Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan. Oleh: ASSYAH NABILLA 1113015000076. JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019.

(2) LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING STUDI KESESUAIAN LABAN UNTUK TANAMAN JAMBU BIJI (PSIDIUMGUAJAVA L.) DI KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU KECAMATAN PANCORAN MAS KOTADEPOK Skripsi. Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu. Persyaratan Memperoleh Gelar Satjana Pendidikan (S.Pd). Oleh:. Assyah Nabilla. NIM : 1113015000076. Mengesahkan,. Pembimbing n. Pembimbing I. Dr.~o_'. S.P£M.Si. JURUSAM'ENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN sosLU.. FAK.ut~ ILMU TARBIYAH DAN KEGURUi\N. ''OmvERSITAS ISLAM NEGERI. ;'iWtMuF HIDAYATULLAH. JAKARTA. 2019.

(3) LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI. Skripsi berjudul Studi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jambu Biji (Psidium Guajava L.) Di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok disusun oleh Assyah Nabilla, NIM. 1113015000076, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melailli bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.. Jakarta, 16 Oktober 2019. Yang Mengesahkan,. " ./\ Pembimbing I. Pembimbing II. Dr. Sodikin, S.Pd, M.Si. Tri. 41,.'. ... ariawati, S.Pd, M.Si.

(4) UJI REFERENSI. Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian skripsi yang berjudul "Studi Kesesuaian. Lahan Untuk Tanaman Jambu Biji (Psidium Guajava L.) Di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok.". yang disusun oleh Assyah Nabilla, NIM. 1113015000076, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal16 Oktober 2019.. Pembimbing I. Dr. Sodikin, S.Pd, M.Si.

(5) LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SIDANG Skripsi berjudul "Studi Kesesuaian Lahan Budidaya Tanaman Jambu. Biji (Psidium. Guajava L.) Di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru. Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok" oleh Assyah Nabilla, Nomor Induk Mahasiswa 1l13015000076, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus. dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 22 Januari 2020 dihadapan dewan penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh gelar Sarjana. Sl. dalam. bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,. Jakafia,22 Januai2020. Panitia Ujian Munaqasah Tanggal Ketua Sidang(Ketua Jurusan P.IPS). Dr.Iwan Purwantoo M.Pd NIP.19730424200801 1012 Sekretaris Sidang(Sekretaris JurusanPoIPS) 'Ctι lん. Andri Noor Ardiansyah.Ⅳ l.Si. NIP.198403122015031002 Dosen Penguji I Andri Noor Ardiansvah.Ⅳ l.Si. '気. た 、 た 、. NIP,19840312201503 1002 Dosen Penguji II Neng Sri Nuraenin MoPd. N{engetahui: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta ■. NIP.1971. 1998032001.

(6) SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH Yang bertandatangan di bawah. inl:. Nama. Assyah Nabilla. NII\4. ll 130 l 5000076. Jurusan / Konsentrasi. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial/Geografi. Alamat. Jl. Pakis Rt 05/03 No. 28 Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas, Kota. Depok. ⅣIENYATAKAN. DENGAN SESUNGGUⅡ NYA. Bahwa Skripsi yang berjudul Studi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jambu Biji (Psidium Guajava L.) Di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Kecamatan Pancoran Mas. Kota Depok adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen : Nama Pembimbing I Nama Pembimbing. II. Jurusan / Konsentrasi. :. Dr. Sodikin, S.Pd, M.Si. :. TriHarjawati, S.Pd, M.Si. : Pendidikan. Ilmu Pengetahuan Sosial/Geografi. Dengan surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.. Jakarta, 16 Oktober 2019. Yang Menyatakan,. NIPI11113015000076. V.

(7) ABSTRAK Assyah. Nabilla. (NIM. 1113015000076).. Jurusan. Pendidikan. Ilmu. Pengetahuan Sosial. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Judul Skripsi “Studi Kesesuaian Lahan Budidaya Tanaman Jambu Biji (Psidium Guava Linn) di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Kota Depok”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian lahan di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kota Depok untuk tanaman jambu biji. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey dengan tujuan deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah lahan di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru yang masih bisa dimanfaatkan untuk pertanian. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu memilih suatu lokasi dengan pertimbangan tertentu seperti kondisi lahan terbuka. Sampel dalam penelitian ini adalah lahan yang ada pada Kelurahan Rangkapan Jaya Baru yang diambil melalui overlay peta kemiringan lereng, penggunaan lahan dan jenis tanah. Metode analisa data dilakukan dengan teknik scoring dan matching antara karakteristik dan kualitas lahan di daerah penelitian dengan kriteria syarat tumbuh tanaman. Hasil penelitian menunjukan bahwa lahan di Kelurahan Rangkapan Jaya baru Kota Depok mempunyai kelas kesesuaian lahan S2 (cukup sesuai) untuk tanaman jambu biji. S2 disini menunjukan bahwa lahan mempunyai pembatas-pembatas yang agak besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produk atau keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan. Faktor-faktor pembatas untuk kesesuaian tanaman jambu biji di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru untuk seluruh lahan berupa reterensi hara (nr) pH H2O dan KTK. Upaya yang dilakukan untuk memperbaiki pembatas kesesuaian lahan di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru dari S2 (cukup sesuai) menjadi S1 (sangat sesuai) untuk pertumbuhan tanaman jambu biji dengan menambahkan kapur pada pH tanah yang masam dan C Organik untuk memperbaiki KTK. Kata kunci : Kesesuaian lahan, budidaya tanaman, tanaman jambu biji, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Depok. v.

(8) ABSTRACT Assyah Nabilla (NIM 1113015000076). Department of Social Sciences Education. Faculty of Tarbiyah and Teacher Training. Thesis Title: “Study Evaluation Of Land Cultivation For Guajava (Psidium Guajava L) In Rangkapan Jaya Baru Village, Pancoran Mas District, Depok City”. This study aims to determine suitability of land in Rangkapan Jaya Baru Village, Depok city for guava plant. This study is a survey research with descriptive purpose. The population hthis study in Rangkapan Jaya Baru village land that can still be developed for the garden farming. The sampling using purposive sampling technique that is choosing a location with a certain considerations like open field. The sample in this study is a land in the Rangkapan Jaya Baru village taken base on the slope map overlay, land use map and soil types map. Data analysis method performed by scoring and matching technique between the characteristics and quality of the land in the study area with the criteria for plant growth requirements. The results is a land in Rangkapan Jaya Baru village, Depok city has a land suitability classes S2 (quite suitable) for guava crop. S2 here shows that the land has rather large limiting to maintain the level of management that must be applied. Limits will reduce the product or profit and increase the input needed. The limiting factors for the suitability of guava plants in Rangkapan Jaya Baru Village for all land are nutrient retention (nr) pH H2O and KTK. Efforts are being made to improve the land suitability limit in Rangkapan Jaya Baru village from S2 (quite suitable) to S1 (very appropriate) for the growth of guava plants by adding lime to acidic soil pH and Organic C to improve KTK. Keywords: Suitability land, Cultivation, guava plant, Rangkapan Jaya Baru Village , Depok. .. vi.

(9) KATAPENGANTAR. Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta kuasa-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda junjungan kita Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, serta para pengikutnya. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pendidikan (S.Pd.) juga sebagai bekal wawasan ilmu kependidikan bagi penulis untuk dapat meningkatkan sikap keprofesionalan seorang guru kelak. Selama proses penulisan dan penyelesaian skripsi ini penulis menyadari bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Skripsi ini dapat terselesaikan berkat adanya bimbingan, dukungan, doa, bantuan, dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segal a kerendahan hati perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada: 1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A. 2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Sururin, Mag beserta staf dan jajarannya. 3. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr.Iwan Purwanto, M.Pd. dan jajaran dosen IPS lainnya. 4. Sekretaris Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Andri Noor Ardiansyah M.Si. 5. Bapak Dr. Sodikin, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu Tri Harjawati, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk membimbing selama proses pembuatan skripsi. 6. Seluruh Bapak/Ibu dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membimbing dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.. vii.

(10) viii. 7. Kedua orang tua tersayang yang selalu memberikan do'a dan dukungan kepada penulis dari awal menginjak masa perkuliahan serta terus memotivasi dan mendampingi selama proses mengerjakan skripsi. 8. Suami tercinta Muhammad Mu'adz yang telah mendoakan, mendampingi, memotivasi, dan membantu dalam menyelesaikan penulisan ini, buah hatiku tersayang Ananda Faris Hammam Abdul Malik yang selalu menemani, menghibur,dan. mewamai. hari-hari. penulis. sehingga. penulis. dapat. menyelesaikan skripsi ini. 9. Ternan seperjuangan yang telah mewamai dunia perkuliahan, memotivasi, dan membantu dalam proses mengerjakan skripsi yaitu uyun, tiara, hanin, mitta,lillah,vivi,fika, dan wafa. 10. Ternan-ternan mahasiswa Ilmu Pengetahuan Sosial konsentrasi Geografi yang selalu berbagi ilmu dalam proses pembuatan skripsi. Untaian doa yang tiada hentinya penulis panjatkan kehadirat Ilahi rabbi, semoga keberkahan, kesehatan, kelancaran selalu menyertai semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Besar harapan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penulis. Aamiin.. Jakarta, 16 Oktober 2019. Assyah Nabilla.

(11) DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... i. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ............................... ii. UJI REFERENSI .......................................................................................... iii. SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ................................................ iv. ABSTRACT ..................................................................................................... v. ABSTRACT ...................................................................................................... vi. KATA PANGANTAR ..................................................................................... vii. DAFTAR ISI .................................................................................................... ix. DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii. DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv. DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi. BAB I PENDAHULUAN A.. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1. B.. Identifikasi Masalah .................................................................. 4. C.. Pembatasan Masalah .................................................................. 4. D.. Rumusan Masalah ..................................................................... 5. E.. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5. F.. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5. BAB II KAJIAN TEORI A.. Kajian Teori. ..................................................................... 7. 1. Kesesuian Lahan …………………………………………. 7. a. Pengertian Lahan ............................................................... 7. b. Evaluasi Lahan .................................................................. 9. c. Klasifikasi Kesesuaian Lahan ........................................... 9. d. Kualitas dan Karakteristik Lahan ...................................... 13. 2. Tanaman Jambu Biji ............................................................. 22. a. Botani Tanaman Jambu Biji .............................................. 22. b. Morfologi……………….. ................................................ 22. c. Varietas Jambu Biji ........................................................... 24. d. Manfaat Jambu Biji ........................................................... 24. ix.

(12) e. Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji ................................ 25. f. Persebaran Tanaman Jambu Biji........................................ 26. g. Hasil Penelitian yang Relevan .......................................... 28. h. Kerangka Berpikir ............................................................. 30. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 31. 1. Lokasi Penelitian ................................................................... 31. 2. Waktu Penelitian ................................................................... 32. B.. Metode Penelitian...................................................................... 32. C.. Alat dan Bahan Penelitian ......................................................... 33. 1. Alat Penelitian ...................................................................... 33. 2. Bahan Penelitian.................................................................... 34. Populasi dan Sampel .................................................................. 34. 1. Populasi .................................................................................. 34. 2. Sampel .................................................................................... 34. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 37. 1. Observasi ................................................................................ 38. 2. Uji Laboratorium .................................................................... 38. 3. Dokumentasi .......................................................................... 39. Teknik Analisis Data................................................................... 40. D.. E.. F.. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kelurahan Rangkapan Jaya Baru................... 44. 1. Kondisi Fisik ......................................................................... 44. a. Letak Geografis ..................................................................... 44. b. Topografi… ....................................................................... 45. c Iklim dan Curah Hujan .................................................... .. 45 d. Kondisi Geologi dan Geomorfologi ................................. 46. e. Sumber Daya Air ........................................................... 47. f. Penggunaan Lahan ......................................................... 47. 2. Kondisi Kependudukan ....................................................... 48. a. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ............... 48. x.

(13) b. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian. 50. c. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..... 52. d Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama.…....................... 53. B. Hasil Penelitian ........................................................................... ... 53. 1. Drainase............................................................................. 53. 2. Tekstur .............................................................................. 56. 3. Bahan Kasar ...................................................................... 57. 4. Kedalaman Tanah.............................................................. 58. 5. KTK Liat ........................................................................... 59. 6. Kejenuhan Basa ................................................................. 60. 7. pH H2O ............................................................................. 61. 8. C-Organik ........................................................................ 62. 9. Salinitas ............................................................................ 63. 10. Kedalaman Sulfidik .......................................................... 65. 11. Kemiringan Lereng .......................................................... 66. 12. Genangan.......................................................................... 67. 13. Batuan dipermukaan......................................................... 68. 14. Singkapan Batuan ............................................................ 69. C. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jambu Biji ........................... 70. D. Hasil Pembahasan ...................................................................... 1. Satuan Lahan 1 ........................................................................ 71. 2. Satuan Lahan 2 ........................................................................ 72. 3. Satuan Lahan 3 ........................................................................ 72. 4. Satuan Lahan 4 ........................................................................ 73. xi.

(14) 5. Satuan Lahan 5 ....................................................................... Bab V. 73. KESIMPULAN DAN SARAN A Kesimpulan. ......................................................................... 75. B. Implikasi. ......................................................................... 75. C. Saran. ......................................................................... 75. DAFTAR PUSTAKA………………………. ................................................. 76. LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………. .................... 77. xii.

(15) DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Kelas Bahaya Banjir ...................................................................... 4 Tabel 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan ...................................................... 13 Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian ...................................................................... 46 Tabel 3.2 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jambu Biji ............... 50 Tabel 3.3 Kelas Interval skor kesesuaian lahan untuk tanaman jambu biji . 55 Tabel 4.1 penggunaan lahan di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru ............... 72 Tabel 4.2 Hasil Observasi ............................................................................ 73 Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Kualitas Air di Kecamatan Bluto .................... 77 Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kecamatan Bluto Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2017 .................................................................... 79 Tabel 4.5 Komposisi Penduduk di Kecamatan Bluto Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2017 .................................................. 82 Tabel 4.6 Banyak Rumah Tangga (RT) Berdasarkan Sektor Ekonomi Tahun 2017 ................................................................................... 83 Tabel 4.7 Komposisi Penduduk di Kecamatan Bluto Berdasarkan Agama Tahun 2017 ................................................................................... 84 Tabel 4.8 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........................... 85 Tabel 4.9 Jumlah Responden Berdasarkan Usia .......................................... 86 Tabel 4.10 Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan ................................ 87 Tabel 4.11 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ......................... 88 Tabel 4.12 Penilaian Terhadap Kawasan Budidaya Rumput Laut ................. 90 Tabel 4.13 Penilaian Terhadap Ketersediaan Tenaga Kerja .......................... 91 Tabel 4.14 Penilaian Terhadap Ketersediaan Bibit Rumput Laut .................. 92 Tabel 4.15 Penilaian Terhadap Produksi Rumput Laut ................................. 93 Tabel 4.16 Penilaian Terhadap Kualitas Rumput Laut .................................. 94 Tabel 4.17 Penilaian Terhadap Modal untuk Budidaya Rumput Laut ........... 95 Tabel 4.18 Penilaian Terhadap Keterampilan Pembudidaya Rumput Laut ... 96 Tabel 4.19 Penilaian Terhadap Teknologi Budidaya Rumput Laut ............... 97 Tabel 4.20 Penilaian Terhadap Teknologi Pengolahan Rumput Laut ............ 98 Tabel 4.21 Penilaian Terhadap Sarana dan Prasarana .................................... 99 Tabel 4.22 Penilaian Terhadap Permintaan Pasar Rumput Laut .................... 100. xiii.

(16) Tabel 4.23 Penilaian Terhadap Kemampuan Menyerap Tenaga Kerja .......... 101 Tabel 4.24 Penilaian Terhadap Investor Budidaya Rumput Laut .................. 102 Tabel 4.25 Penilaian Terhadap Kenaikan Harga Rumput Laut ...................... 103 Tabel 4.26 Penilaian Terhadap Bantuan Pemerintah ..................................... 104 Tabel 4.27 Penilaian Terhadap Keterjangkauan Lokasi Budidaya ................ 105 Tabel 4.28 Penilaian Terhadap Cuacam .......................................................... 106 Tabel 4.29 Penilaian Terhadap Hama dan Penyakit ....................................... 107 Tabel 4.30 Penilaian Terhadap Penurunan Harga Rumput Laut .................... 108 Tabel 4.31 Penilaian Terhadap Pencemaran .................................................. 109 Tabel 4.32 Matriks Faktor Strategi Internal Budidaya Rumput Laut di Kecamatan Bluto .......................................................................... 116 Tabel 4.33 Matriks Faktor Strategi Eksternal Budidaya Rumput Laut di Kecamatan Bluto .......................................................................... 117 Tabel 4.34 Analisis QSPM Usaha Budidaya Rumput Laut di Kecamatan Bluto ............................................................................................. 121. xiv.

(17) DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Segitiga Tekstur Tanah ............................................................ 16. Gambar 2.2. Kerangka Berpikir ................................................................... 30. Gambar 3.1. Peta Lokasi Penelitian ............................................................. 31. Gambar 3.2. Peta Pengambilan Sampel ........................................................ 35. Gambar 3.3. Bagan Penentuan Peta Satuan Lahan ....................................... 42. Gambar 4.1. Peta Administrasi Kelurahan Rangkapan Jaya Baru ............... 43. Gambar 4.2. Diagram Penggunaan Lahan..................................................... 48. Gambar 4.3. Grafik Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin .......................... 49. Gambar 4.4. Grafik Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ................... 51. Gambar 4.5. Grafik Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................ 52. Gambar 4.6. Grafik Penduduk Berdasarkan Agama .................................... 53. Gambar 4.7. Peta Sebaran Drainase ............................................................. 55. Gambar 4.8. Peta Sebaran Tekstur Tanah .................................................... 57. Gambar 4.9. Peta Sebaran Bahan Kasar ........................................................ 58. Gambar 4.10 Peta SebaranKedalaman Tanah ................................................ 59 Gambar 4.11 Peta Sebaran KTK ..................................................................... 60 Gambar 4.12 Peta Sebaran Kejenuhan Basa .................................................. 61 Gambar 4.13 Peta Sebaran pH h2o ................................................................ 62 Gambar 4.14 Peta Sebaran C-Organik ......................................................... 63 Gambar 4.15 Peta Sebaran Salinitas ............................................................. 64 Gambar 4.16 Peta Sebaran Kedalaman Sulfidik ............................................ 65 Gambar 4.17 Peta Sebaran Kemiringan Lereng ............................................. 66 Gambar 4.18 Peta Sebaran Genangan ............................................................ 67 Gambar 4.19 Peta Sebaran Batuan di Permukaan .......................................... 68 Gambar 4.20 Peta Sebaran Singkapan Batuan ............................................... 69 Gambar 4.21 Peta Sebaran Kelas Kesesuaian Lahan .................................... 74. xv.

(18) DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Satuan Pengukuran Sifat atau karakteristik Tanah ................. 80. Lampiran 2. Tata Cara Pengukuran Lapangan.............................................. 83. Lampiran 3. Instrumen Pengukuran Lapangan Pengambilan Sampel Tanah 84. Lampiran 4. Hasil Analisis Laboratorium Sampel Tanah............................. 86. Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian ........................................................... 87. Lampiran 6. Lembar Uji Referensi .............................................................. 90. Lampiran 7. Surat Bimbingan Skrispi .......................................................... 97. Lampiran 8. Surat Izin Penelitian ................................................................ 98. Lampiran 9. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian ...................... 99. xvi.

(19) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati serta potensi sumber daya alam yang melimpah. Hal ini merupakan penyebab Indonesia menjadi negara agraris, karena sebagian besar Indonesia melakukan kegiatan bertani untuk menjaga keberlangsungan hidup dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menurut Eva, “keadaan pertanian Indonesia sendiri tidak mengalami kemajuan yang signifikan. Akibatnya adalah kehidupan penduduk (petani) tidak pernah meningkat kualitas atau kesejahteraan”.1 Agar petani mendapatkan kesejahteraan, maka pemerintah perlu melakukan strategi untuk bidang pertanian. Lahan memiliki peranan penting terutama dalam kegiatan pertanian, oleh karena itu perencanaan tata guna lahan perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan masalah dalam penggunaan lahan. Menurut Sitorus, meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan baik untuk keperluan produksi pertanian maupun untuk keperluan lainnya memerlukan pemikiran yang seksama dalam mengambil keputusan pemanfaatan yang paling menguntungkan dari sumberdaya lahan yang terbatas, dan sementara itu juga melakukan tindakan konservasinya untuk penggunaan masa mendatang.2 Salah satu permasalahan dari penggunaan lahan yang tidak direncanakan yaitu alih fungsi lahan, kondisi ini terjadi karena meningkatnya pembangunan sehingga menyebabkan perubahan khususnya lahan pertanian yang di alih fungsikan menjadi lahan non pertanian seperti perumahan, industri, dan pembangunan lainnya. Untuk mengurangi permasalahan diatas maka evaluasi lahan sangat diperlukan untuk mengurangi permasalahan yang terjadi dan rencana tata guna. 1. Eva Banowati dan Sriyanto, Geografi Pertanian, (Yogyakarta: Ombak, 2013), h. 122. Santun R.P. Sitorus, Evaluasi Sumberdaya Lahan, (Bandung: PT. Tarsito, 2004), h. 1.. 2. 1.

(20) 2. lahan dapat dilakukan dengan baik. Hasil evaluasi lahan digambarkan dalam bentuk peta sebagai dasar untuk perencanaan tata guna lahan yang rasional, sehingga tanah dapat digunakan secara optimal dan lestari. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya, disamping dapat menimbulkan terjadinya kerusakan lahan juga akan meningkatkan masalah kemiskinan dan masalah sosial lain, bahkan dapat menghancurkan suatu kebudayaan yang sebelumnya telah berkembang.3 Kota Depok memiliki lahan pertanian yang sangat terbatas seiring meningkatnya pembangunan yang beralih fungsi dari lahan pertanian menjadi perumahan, hal ini disebabkan karena meningkatnya penduduk di Kota Depok sehingga beberapa petani memanfaatkan pekarangannya untuk menanam tanaman seperti petani yang tinggal di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru. Berdasarkan data kelompok tani di Kecamatan Pancoran Mas tahun 2012, adapun potensi pertanian yang terdapat di Kecamatan Pancoran Mas Depok yaitu memiliki kelompok 12 kelompok tani diantaranya kelompok tani Kalilicin, kelompok tani Sinensis, kelompok KWT (Komunitas Wanita Tani) Anggrek, kelompok KWT Melati, kelompok tani laris jaya, kelompok tani citra tani, kelompok tani Matoa, kelompok tani sarijaya, kelompok tani Gerogol jaya, kelompok tani Rangkapan Jaya Baru Rawa Denok, kelompok tani dewi merah,dan kelompok tani Delima.4 Kelurahan Rangkapan Jaya Baru merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok. Sebagian penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai pedagang dan petani. Adapun komoditas holtikultura yang tumbuh di wilayah tersebut seperti ubi jalar, pisang, singkong, belimbing, jambu biji serta tanaman hias. Evaluasi lahan yang akan dilakukan di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru adalah tanaman Jambu biji (Psidium guajava Linn). Menurut Bambang Cahyono, “Tanaman jambu biji tergolong tanaman tahunan, umurnya dapat. 3. Sarwono Hardjowigeno, Widiatmaka, Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Lahan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,2011) h. 1. 4 http://panmas.depok.go.id/potensi/pertanian dilihat pada tanggal 28 Februari pukul 15.10 WIB.

(21) 3. mencapai puluhan tahun dan pohonnya juga dapat tumbuh besar dan tinggi (5 meter – 10 meter). Tanaman jambu biji berbuah sepanjang tahun”.5 Bagi tanaman, tanah sangat dibutuhkan agar tanaman tetap tumbuh dengan baik. Menurut Sarwono “dalam pertanian, tanah diartikan sebagai media tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dan hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dan organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau di dalamnya”.6 Maka dari itu, kesuburan tanah sangat diperlukan bagi tanaman, karena tanaman akan tumbuh dengan subur apabila kondisi tanah terpelihara dengan baik. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang terdapat di dalam AlQur’an surat Al-A’raf ayat 58 yang berbunyi:. ۚ. ۖ. Artinya : “Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur”. (Q.S. Al-A'raf :58) Menurut Bambang, “keadaan lingkungan, yaitu iklim dan tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman yang menghasilkan buah. Tanaman yang ditanam di lingkungan yang cocok akan tumbuh dengan baik, produksi buahnya banyak, dan buahnya berkualitas baik”.7 Di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru tanaman jambu biji masih terbatas, dalam pemeliharaan tanaman ini pun kurang diperhatikan, sehingga tanaman jambu biji tidak tumbuh dengan baik serta budidaya tanaman jambu biji belum maksimal. Menurut Sumeru Ashari, “jumlah jenis jambu di Indonesia sangat banyak, namun belum dimanfaatkan untuk tujuan pemuliaan” 5. Bambang Cahyono, Sukses Budi daya Jambu Biji di Pekarangan dan Perkebunan, (Yogyakarta:Lily Publisher, 2010), h. 7. 6 Sarwono Hardjowigeno, Ilmu Tanah, (Jakarta:Akademika Pressindo,2010), h.1. 7 Bambang Cahyono, Sukses Budi daya Jambu Biji di Pekarangan dan Perkebunan, (Yogyakarta:Lily Publisher, 2010), h. 19..

(22) 4. Tanaman jambu biji memiliki manfaat dan gizi yang baik bagi kesehatan. Tanaman jambu biji dapat digunakan sebagai obat khususnya penyakit demam berdarah, selain buah jambu biji dapat di makan secara langsung, buah jambu biji dapat diolah menjadi berbagai macam minuman segar seperti jus dan sirup serta dapat dijadikan olahan untuk membuat makanan yang bervariasi seperti dodol, keripik jambu, manisan jambu biji, dan berbagai macam olahan makanan lainnya. Tanaman jambu biji biasanya digunakan sebagai tanaman pekarangan dan dilakukan secara sekedarnya, sehingga proses budidaya tanaman ini kurang maksimal. Kondisi seperti ini mengakibatkan rendahnya kualitas tanaman jambu biji dan harga hasil panen menjadi murah. Lahan pertanian di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru belum terdapat lahan khusus budidaya jambu biji sehingga harus dilakukan pengembangan lahan pertanian tanaman komoditas holtikultura. Evaluasi lahan sangat diperlukan untuk mengetahui apakah tanaman jambu biji dapat berproduksi dengan baik dan bagaimana kesesuaiannya. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Studi Kesesuaian Lahan Tanaman Jambu Biji (Psidium Guajava Linn) di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Kota Depok”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan beberapa masalah: 1. Lahan pertanian di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru belum memiliki lahan khusus budidaya tanaman jambu biji. 2. Proses budidaya tanaman jambu biji di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru belum maksimal. 3. Evaluasi lahan dan kesesuaian lahan di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru belum dilakukan untuk tanaman jambu biji..

(23) 5. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini perlu diadakan pembatasan masalah agar penelitian ini lebih fokus dan terarah. Adapun pembatasan masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah evaluasi lahan dan kesesuaian lahan belum dilakukan untuk tanaman jambu biji. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan penelitian di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana studi kesesuaian lahan untuk tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan judul dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisi kelas kesesuaian lahan budidaya tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Bagi Penulis Penelitian. ini. akan. membantu. peneliti. dalam. meningkatkan. pengetahuan dan pengalaman dalam meneliti kesesuaian lahan tanaman jambu biji. b. Bagi Pembaca Penelitian ini mengenai kesesuaian tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) dan diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta masukan mengenai kesesuaian lahan budidaya tanaman jambu biji (Psidium guajava L.)..

(24) 6. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pemerintah Kota Depok Untuk meningkatkan regulasi mengenai analisis penggunaan lahan di Kota Depok khusunya pengembangan untuk lahan pertanian. b. Bagi Dinas Pertanian Kota Depok Untuk memberikan informasi kepada pemerintah kota, khususnya Dinas Pertanian Kota Depok agar memberikan kebijakan dalam pengembangan lahan pertanian. c. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada masyarakat untuk penanaman jambu biji (psidium guajava L). d. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian ini diharapkan sebagai hasil karya yang bermanfaat dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mata kuliah pedologi (ilmu tanah) di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Konsentrasi Geografi. e. Bagi Peneliti lain Dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya bagi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan mahasiswa lainnya..

(25) BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kesesuaian Lahan Menurut Sarwono, “kesesuaian lahan adalah kecocokan (adaptability) suatu lahan untuk tipe penggunaan lahan (jenis tanaman dan tingkat pengelolaan) tertentu”.8 Sedangkan menurut Sofyan Ritung, “kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial)”.9 Menurut Sitorus “kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian lahan suatu areal dapat berbeda tergantung daripada tipe penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan”.10 Mengenai pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kesesuaian lahan adalah keserasian/ kecocokan suatu lahan yang akan dimanfaatkan untuk lahan tertentu. a. Pengertian Lahan Tanah dan lahan memiliki keterkaitan, tetapi pengertian antar tanah dan lahan sangat berbeda. Makna tanah secara sederhana ada yang menyatakan sebagai lapisan bumi teratas yang terbentuk dari batuan yang telah lapuk.11 Sementara menurut Hasan Basri, “tanah merupakan medium alam tempat tumbuhnya tumbuhan dan tanaman yang tersusun dari bahan-bahan padat, cair dan gas. Bahan penyusun tanah dapat dibedakan atas partikel mineral, bahan organik, jasad hidup, dan. 8. Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka, op.cit., h. 20 Sofyan Ritung, dkk. Evaluasi Kesesuaian Lahan dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Barat, (Bogor: Balai Penelitian Tanah, 2007), h.1 10 Santun R.P Sitorus, op.cit, h. 42 11 Su Ritohardoyo, Penggunaan dan Tata Guna Lahan, (Yogyakarta: Ombak, 2013), h. 13 9. 7.

(26) 8. gas”12. Dengan demikian tanah memiliki peranan penting bagi kehidupan terutama dalam proses pertumbuhan tanaman. Menurut Sandy tahun 1975 dalam Su Ritohardoyo tanah dapat diartikan ke dalam tiga makna dan ukuran: 1. Diukur berdasar pada tingkat kesuburannya (gersang, subur) dalam kaitannya dengan kemampuan tanah untuk bercocok tanam; 2. Diukur berdasar pada berat dan volume, dalam kaitannya dengan kebutuhan pembongkaran dan kebutuhan pegunungan menggunakan matetial tanah; 3. Diukur dengan ukuran luas (area), dalam kaitannya dengan kebutuhan ruang13. Ketiga ukuran itulah yang tampaknya pemberian makna tanah dan lahan menjadi rancu, karena secara sederhana orang menganggap sama, padahal makna tanah pada butir 3 mengandung arti areal atau bidang yang di dalamnya mencakup dua makna butir 1 dan butir 214. Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya. Termasuk didalamnya adalah akibat-akibat kegiatan manusia, baik pada masa lalu maupun masa sekarang, seperti reklamasi daerah-daerah pantai, penebangan hutan, dan akibat-akibat yang merugikan seperti erosi dan akumulasi garam. Faktor-faktor sosial dan ekonomi secara murni tidak termasuk dalam konsep lahan ini”.15 Jadi dapat disimpulkan bahwa tanah dan lahan memiliki makna yang berbeda, tanah merupakan bagian dari lahan sedangkan lahan merupakan keseluruhan dari lingkungan.. 12. Hasan Basri, Dasar-Dasar Agronomi, (Depok: Rajawali Pers,2012), h. 27 Su Ritohardoyo, op.cit., h.14 14 Ibid., h. 14 15 Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka, op.cit., h,19 13.

(27) 9. b. Evaluasi Lahan “Evaluasi lahan merupakan sistem bagian dari proses perencanaan tataguna lahan. Inti evaluasi lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan”.16 Dalam buku konservasi tanah dan air, yang dikembangkan oleh FAO dituliskan bahwa “evaluasi lahan adalah proses penilaian keragaan atau kinerja (performance) lahan jika digunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim, dan aspek lainnya, agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan”.17 c. Klasifikasi Kesesuaian Lahan Klasifikasi kesesuaian lahan menurut sistem FAO terdapat empat kategori, yaitu:18 Ordo. :. Menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak untuk penggunaan tertentu;. Kelas. :. Menunjukkan tingkat kesesuaian suatu lahan;. Sub Kelas. :. Menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus dijalankan dalam masingmasing kelas;. Unit. :. Menunjukkan perbedaan-perbedaan besarnya faktor penghambat yang berpengaruh dalam pengelolaan suatu sub-kelas.. 16. Ibid. h. 15 Sitanala Arsyad, Konservasi Tanah dan Air, (Bogor: IPB Press, 2006), h. 307 18 Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka, op.cit., h, 49. 17.

(28) 10. 1) Kesesuaian Lahan pada Tingkat Ordo (Order) Pada tingkat ordo ditunjukkan, apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk suatu jenis penggunaan lahan tertentu. Dikenal ada 2 (dua) ordo, yaitu: a) Ordo S: Sesuai (Suitable) Lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang dapat digunakan untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau dengan sedikit resiko kerusakan terhadap sumberdaya lahannya. Keuntungan yang diharapkan dari hasil pemanfaatan lahan ini akan melebihi masukan yang diberikan. b) Ordo N: Tidak Sesuai (Not Suitable) Lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang mempunyai pembatas sedemikian rupa sehingga mencegah suatu penggunaan secara lestari19. 2) Kesesuaian Lahan pada Tingkat Kelas Kelas kesesuaian lahan adalah pembagian lebih lanjut dari ordo dan menunjukkan tingkat kesesuaian dari ordo tersebut. Kelas diberi nomor urut yang ditulis dibelakang simbol ordo, dimana nomor ini menunjukkan tingkat kelas yang makin jelek bila makin tinggi nomornya.20 Banyaknya kelas dalam setiap ordo sebetulnya tidak terbatas, akan tetapi dianjurkan hanya memakai tiga sampai lima kelas dalam ordo S dan dua kelas dalam ordo N. Jumlah kelas tersebut harus didasarkan pada keperluan minimum untuk mencapai tujuan-tujuan penafsiran. Jika tiga kelas yang dipakai dalam ordo S dan dua kelas yang dipakai dalam ordo N, maka pembagian serta definisinya secara kualitatif adalah sebagai berikut: 19 20. Santun, R.P Sitorus, op.cit. h. 52 Sarwono Hardjowigeno, op.cit., h. 50.

(29) 11. a) Kelas S1: sangat sesuai (highly suitable). Lahan tidak mempunyai pembatas yang besar untuk pengelolaan yang diberikan, atau hanya mempunyai pembatas yang tidak secara nyata berpengaruh terhadap produksi dan tidak akan menaikan masukan yang telah biasa diberikan. b) Kelas S2: cukup sesuai (moderately suitable). Lahan mempunyai pembatas-pembatas yang agak besar untuk mempertahankan. tingkat. pengelolaan. yang. harus. diterapkan. Pembatas akan mengurangi produk atau keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan. c) Kelas S3: sesuai marginal (marginaly suitable). Lahan mempunyai. pembatas-pembats. mempertahankan. tingkat. yang. pengelolaan. besar. untuk. yang. harus. diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan. d) Kelas N1: tidak sesuai pada saat ini (currently not suitable). Lahan mempunyai pembatas yang lebih besar, masih memungkinkan diatasi, tetapi tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengelolaan dengan modal normal. Keadaan pembatas. sedemikian. besarnya,. sehingga. mencegah. penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang. e) Kelas N2: tidak sesuai untuk selamanya (permanently not suitable). Lahan mempunyai pembatas permanen yang mencegah segala kemungkinan penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.21. 21. Ibid., h. 50.

(30) 12. 3) Kesesuaian Lahan pada Tingkat Sub-kelas Sub-kelas kesesuaian lahan mencerminkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam kelas tersebut. Tiap kelas dapat terdiri dari satu atau lebih sub-kelas, tergantung dari jenis pembatas yang ada. Jenis pembatas ini ditunjukkan dengan simbol huruf kecil yang ditempatkan setelah simbol kelas. Misalnya kelas S2 yang mempunyai pembatas kedalaman efektif (s) dapat menjadi sub-kelas S2s. dalam satu sub-kelas dapat mempunyai satu, dua, atau paling banyak tiga simbol pembatas, dimana pembatas yang paling dominan ditulis paling depan. Misalnya, dalam sub-kelas S2ts maka pembatas keadaaan topografi (t) adalah pembatas yang paling dominan dan pembatas kedalaman efektif (s) adalah pembatas kedua atau tambahan.22 4) Kesesuaian Lahan pada tingkat Unit Kesesuaian Lahan pada tingkat Unit merupakan pembagian lebih lanjut dari sub-kelas berdasarkan atas besarnya faktor pembatas. Semua unit yang berada dalam satu sub-kelas mempunyai tingkat kesesuaian yang sama dalam kelas dan menpunyai jenis pembatas yang sama pada tingkat sub-kelas. Unit yang satu berbeda dengan unit lainnya karena kemampuan produksi atau dalam aspek tambahan dari pengelolaan yang diperlukan dan sering merupakan pembedaan detil dari pembatas-pembatasnya. Diketahuinya pembatas secara detil memudahkan penafsiran dalam mengelola rencana suatu usaha tani.23. 22 23. Ibid., h. 50 Ibid., h. 51.

(31) 13. d. Kualitas dan Karakteristik Lahan Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau attribute yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan (performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land characteristics).24 Adapun 3 faktor utama dalam karakteristik lahan yang erat kaitannya untuk keperluan evaluasi lahan diantaranya topografi, tanah dan iklim. 1) Topografi (Relief) Menurut Sarwono, “relief adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah termasuk di dalamnya perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Relief mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan cara mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau ditahan masa tanah, mempengaruhi dalamnya air tanah, mempengaruhi besarnya erosi, dan mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang terlarut di dalamnya”.25 “Kemiringan dan panjang lereng adalah sifat topografi yang paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Unsur lain yang mungkin berpengaruh adalah konfigurasi, keseragaman, dan arah lereng”.26 “Topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk wilayah (relief) atau lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut”.27. 24. Sofyan Ritung dkk, op.cit., h. 5 Sarwono Hardjowigeno, op.cit., h.32 26 Sitanala Arsyad, op.cit., h. 112 27 Sofyan Ritung, dkk, op.cit., h. 6 25.

(32) 14. 2) Tanah Menurut Eva Banowati, “tanah secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuhan dan berkembangnya perakaran penopang tegak dengan tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara”.28 Menurut I Putu Gede Ardhana, “berhasilnya suatu usaha pertanian sangat bergantung pada kesuburan tanah dan cara-cara penanganan serta pengelolaan tanah tersebut”.29 Tanah dan komponen lahan lainnya seperti bentuk lahan, hidrologi dan iklim dalam hubungannya dengan penggunaan lahan, pengelolaan dan produktivitas lahan adalah dasar dalam pengelompokkan kelas kemampuan. Kelas kemampuan lahan didasarkan atas derajat atau intensitas dan jumlah faktor pembatas atau penghambat atau ancaman kerusakan yang memengaruhi jenis penggunaan lahan, risiko kerusakan tanah jika salah kelola, keperluan pegelolaan tanah, dan risiko kegagalan tanaman.30 Adapun sifat dan karakteristik tanah ditentukan oleh: a) Drainase “Drainase tanah menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah atau keadaan tanah yang menunjukkan lamanya dan seringnya jenuh air.”31 Drainase tanah diklasifikasikan sebagai berikut:32 1) do = berlebihan (excessively drained): air lebih segera keluar dari tanah dan sangat sedikit air yang ditahan oleh tanah sehingga tanaman akan segera mengalami kekurangan air; 2) d1 = baik: tanah mempunyai peredaran udara baik. Seluruh profil tanah dari atas sampai ke bawah (150 cm) berwarna. 28. Eva Banowati, Geografi Indonesia, (Yogyakarta; Ombak, 2014), h. 116 I Putu Gede Ardhana, Ekologi Tumbuhan, (Denpasar; Udayana University Press, 2015), h. 188 30 Sitanala Arsyad, op.cit., h. 325-326 31 Sofyan Ritung, dkk, op.cit., h. 7 32 Sitanala Arsyad, op.cit., h. 335-336 29.

(33) 15. terang yang seragam dan tidak terdapat bercak-bercak kuning, coklat, atau kelabu; 3) d2 = agak baik: tanah mempunyai peredaran udara baik di daerah perakaran. Tidak terdapat bercak-bercak berwana kuning, coklat, maupun kelabu pada lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah (sampai sekitar 60 cm dari permukaan tanah); 4) d3 = agak buruk: tanah mempunyai peredaran udara baik. Tidak terdapat bercak-bercak berwana kuning, kelabu, atau coklat. Bercak-bercak ditemukan pada seluruh lapisan bagian bawah (sekitar 40 cm dari permukaan tanah); 5) d4 = buruk: bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) terdapat warna atau bercak-bercak berwarna kelabu, coklat dan kekuningan; 6) d5= sangat buruk: seluruh lapisan sampai permukaan tanah berwarna kelabu dan tanah lapisan bawah berwarna kelabu atau terdapat bercak-bercak berwarna kebiruan, atau terdapat air yang menggenang di permukaan tanah dalam waktu yang lama sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. b) Tekstur “Tekstur tanah menunjukan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus (<2 mm). Dalam klasifikasi tanah (Taksonomi Tanah) tingkat family”.33 Menurut Sofyan Ritung, “tekstur merupakan komposisi partikel tanah halus (diameter <2 mm) yaitu pasir, debu, dan liat”.34 I Putu Gede Ardhana berpendapat bahwa “Fraksi (bagian) kasar yang meliputi batu, kerikil, dan pasir berperan untuk 33 34. Sarwono Hardjowigeno, op.cit., h. 40 Sofyan Ritung dkk, op.cit., h. 9.

(34) 16.

(35) 17. meter. Kriteria dangkal atau dalamnya kedalaman air tanah adalah:”38 1) sangat dangkal: sekitar 0,5 meter di bawah permukaan tanah, 2) dangkal: 0,5 meter – 1,5 meter di bawah 3) sedang :1,5 meter – 2 meter di bawah permukaan tana 4) dalam : lebih dari 2 meter di bawah permukaan tanah e) KTK Liat Menurut Sarwono, Kation adalah ion bermuatan positif seperti Ca++, Mg+, K+, Na+, NH4+, H+, Al3+ dan sebagainya. Di dalam tanah kation-kation tersebut terlarut di dalam air tanah dan dijerap oleh koloid-koloid tanah. Banyaknya kation (dalam miliekivalen) yang dapat dijerap oleh tanah per satuan berat tanah (biasnaya per 100 g) dinamakan kapasitas tukar kation (KTK).39 f) Kejenuhan Basa Kejenuhan basa menunjukkan perbandingan antara jumlah kation-kation basa dengan jumlah semua kation (kation basa dan kation asam) yang terdapat dalam kompleks jerapan tanah. Jumlah maksimum kation yang dapat dijerap tanah menunjukkan besarnya nilai kapasitas tukar kation tanah tersebut. Kejenuhan basa berhubungan erat dengan pH tanah, di mana tanah-tanah dengan pH rendah umumnya mempunyai kejenuhan basa rendah, sedang tanah-tanah dengan pH yang tinggi mempunyai kenjenuhan basa yang tinggi pula.40 g) Reaksi Tanah (pH Tanah) “Reaksi tanah yang menunjukkan sifat kemasaman tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hydrogen (H+ didalam tanah). Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah, semakin masam tanah tersebut”.41 38. Bambang Cahyono, op.cit., h. 29 Sarwono Hardjowigeno, op.cit., h. 70 40 Ibid., h. 74-75 41 Ibid., 60 39.

(36) 18. h) Kedalaman Sulfidik Menurut Rosthavita Yollanda Rosyid dalam penelitiannya, “bahan sulfidik adalah bahan tanah mineral atau organik yang mengandung senyawa belerang mudah teroksidasi, memiliki pH >3,5 dan jika diinkubasi dengan ketebalam 1 cm pada keadaan kapasitas lapangan, aerob, dan suhu ruangan selama delapan minggu, akan mengalami penurunan pH ≥0,5 satuan dan penurunan pH tersebut mencapai nilai ≤4,0.”42 i) Kemiringan Lereng Kemiringan lereng umumnya dinyatakan dalam persen (%) yang merupakan tangen dari derajat kemiringan lereng tersebut. Ini berarti bahwa kemiringan 45o = 100%. Makin curam lereng kesesuaian lahan makin berkurang. Pada umumnya dianggap bahwa kemiringan lereng yang lebih dari 30% tidak cocok lagi untuk tanaman pangan dan lereng yang lebih dari 45% tidak cocok lagi untuk daerah pertanian. Lereng dapat berbentuk cembung, cekung, atau rata dengan panjang yang berbeda-beda.43 j) Bahaya Erosi Erosi menyebabkan hilangnya lapisan tanah yang subur dan baik. untuk. pertumbuhan. tanaman. serta. berkurangnya. kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air.44 Menurut Sofyan Ritung, “tingkat bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan kondisi lapangan yaitu dengan cara memperhatikan. adanya. erosi. lembar. permukaan. (sheet. erosion), erosi alur (rill erosion), dan erosi parit (gully erosion).” k) Bahaya Banjir atau Genangan Bahaya ditetapkan sebagai kombinasi pengaruh dari kedalaman banjir (X) dan lamanya banjir (Y). Kedua data 42. Rosthavita Yollanda Rosyid, “Studi Kesesuaian Lahan Untuk Budidaya Tanaman Wijen (Sesamun Indicum L.) di Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat” Skripsi Pada Program Sarjana Pendidikan Geografi Universitas Prof. DR. Hamka, Jakarta, 2016, h. 27, tidak dipublikasikan. 43 Sarwono Hardjowigeno, op.cit., h. 57-58 44 Sinatala Arsyad, op.cit., h. 5.

(37) 19. tersebut dapat diperoleh melalui wawancara dengan penduduk setempat dilapangan. Bahaya banjir dengan simbol Fx, y (dimana x adalah simbol kedalaman air genangan dan y adalah lamanya banjir) disajikan dalam Tabel 2.1.45 Tabel 2.1 Kelas Bahaya Banjir Simbol. Kelas Bahaya Banjir. Kedalaman Banjir (x) (cm). Lamanya Banjir (y) (bulan/tahun). F0 F1. Tidak ada Ringan. Dapat diabaikan <25 25 – 50 50 – 150. F2. Sedang. F3. Agak berat. F4. Berat. <25 25 – 50 50 – 150 >150 <25 25 – 50 50 – 150 <25 25 – 50 50 – 150 >150 >150 >150. Dapat diabaikan 1–3 1–3 1–3 <1 1–3 1–3 1–3 <1 3–6 3–6 3–6 >6 >6 >6 1–3 3–6 >6. Berdasarkan tabel 2.1 diatas dapat diketahui bahwa kelas bahaya banjir dengan simbol F0 maka, tidak ada bahaya banjir dan dapat diabaikan, sedangkan untuk simbol F1 maka, bahaya banjir dapat dikalsifikasikan ringan kedalamannya sekitar <25 sampai 150 cm dan lamanya banjir sekitar 1 sampai 3 bulan/tahun atau kurang dari 1 bulan/tahun sesuai dengan kriteria kedalaman banjir. Sementara untuk simbol F2 maka, bahaya banjir dapat diklasifikasikan sedang kedalamannya sekitar <25 sampai >150 cm dan lamanya banjir sekitar 1 sampai 3 bulan /tahun atau kurang dari 1 bulan/tahun sesuai dengan kriteria kedalaman banjir. Adapun untuk simbol F3 maka, bahaya banjir dapat diklasifikasikan agak berat yang 45. Sofyan Ritung, dkk, op.cit., h. 12-13.

(38) 20. berarti daerah tersebut memiliki potensi banjir dengan kedalaman sekitar <25 sampai 150 cm dan lamanya bajir mencapai 3 bulan sampai 6 bulan/tahun sesuai dengan kriteria kedalaman banjir. Untuk simbol F4 dapat di lihat bahwa kelas bahaya banjir cenderung berat dengan kedalaman sekitar >25 sampai dengan > 150 dan lamanya banjir sekitar >6 bulan/tahun. l) Batuan dipermukaan Menurut Sarwono “Batuan dipermukaan adalah batuan yang terlihat pada permukaan tanah yang berupa batuan kecil atau kerikil. Terdapatnya batu-batu baik di permukaan tanah maupun di dalam tanah dapat mengganggu perakaran tanaman serta. mengurangi. penggunaan”.. kemampuan. tanah. untuk. berbagai. 46. m) Batuan tersingkap Penyebaran. batuan. tersingkap. dapat. dikelompokkan. sebagai berikut: 1) B0 = tidak ada atau kurag dari 2 % luas permukaan tanah. 2) B1 = sedikit; 2-2 % dari permukaan tanah; pengolahan tanah dan penanaman agak terganggu. 3) B2. =. sedang:. 10-50%. permukaan. tanah. tertutup;. tanah. tertutup;. pengolahan tanah dan tanaman terganggu. 4) B3. =. banyak:. 50-90%. permukaan. pengolahan dan penanaman sangat terganggu. 5) B4 = sangat banyak, lebih dari 90% permukaan tanah sama sekali tidak dapat digarap.. 46. Sarwono Hardjowigeno, op.cit., h. 56-57.

(39) 21. 3) Iklim a. Temperatur Temperatur yang rendah memengaruhi jenis dan pertumbuhan tanaman. Faktor paling penting yang memengaruhi temperatur udara di daerah tropika adalah ketinggian letak suatu tempat dari permukaan laut. Udara yang bebas bergerak akan turun temperaturnya pada umumnya dengan 1C untuk setiap 100 m naik di atas permukaan laut. Untuk pulau Jawa, penurunan ini rata-rata 0,61C, sehingga diperkirakan persamaan sebagai berikut:47. T = 26, 3C – 0,61 h T. : Temperatur (oC). 26,3 oC : Temperatur rata-rata pada permukaan laut H. : Ketinggian (hm). b. Curah hujan Menurut Andri Noor Ardiansyah hujan adalah curahan butiran air dari atmosfer sampai ke permukaan bumi, baik berbentuk cair maupun padat (es dan salju). Jumlah hujan yang jatuh di suatu daerah selama waktu tertentu disebut curah hujan atau presipitasi. curah hujan/ presipitasi merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir.48 “Keadaan curah hujan juga berpengaruh terhadap kualitas buah yang dihasilkan dan terhadap pembungaan. Tanaman jambu biji yang ditanam di daerah yang memiliki curah hujan tidak sesuai, maka tanaman hanya membentuk daun-daun muda dan bunga yang sedikit, bahkan tanaman tidak berbunga”.49. 47. Sitanala Arsyad, op.cit., h. 327-328 Andi Noor Ardiansyah, Klimatologi Umum, (Ciputat, UIN Press, 2013) h. 36 49 Bambang Cahyono, op.cit., h. 23 48.

(40) 22. c. Kelembaban Menurut Bambang Cahyono, kelembaban udara berpengaruh terhadap fotosintesis tanaman. Kelembaban udara yang tidak cocok menyebabkan proses fotosintesis tidak berjalan baik sehingga berpengaruh terhadap kualitas bahan yang dihasilkan. Tanaman jambu biji yang ditanam di daerah yang mempunyai kelembaban udara sesuai (50 - 70) maka kualitas buah yang dihasilkan sangat bagus.50 B. Tanaman Jambu Biji Jambu biji sering disebut jambu klutuk atau jambu batu. Dalam Bahasa Inggris, buah ini disebut lambo guava. Dari sejumlah jenis jambu biji, beberapa varietas memiliki nilai ekonomi yang tinggi seperti jambu sukun, jambu bangkok, jambu merah, jambu pasar minggu, jambu sari, jambu apel, jambu palembang, dan jambu merah getas.51 a. Botani Tanaman Jambu Biji Secara botanis, tanaman jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut:52 Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Subdivisi. : Angiospermae (berbiji tertutup). Kelas. : Dicotyledone (biji berkeping dua). Ordo. : Myrtales. Famili. : Myrtacea. Genus. : Psidium. Spesies. : Psidium guajava L. b. Morfologi “Tanaman jambu biji merupakan tanaman tahunan dan pohonnya dapat tumbuh besar dengan ketinggian mencapai 5 meter – 10 meter. Tanaman jambu biji berbuah sepanjang tahun. Secara morfologi,. 50. Bambang Cahyono, op.cit., h. 22 Redaksi AgroMedia, Buku Pintar Budidaya Tanaman Buah Unggul Indonesia, (Ciganjur, 2009) h. 66 52 Bambang Cahyono, op.cit., h. 8 51.

(41) 23. bagian atau organ-organ penting dari tanaman jambu biji sebagai berikut.”53 a. Akar tanaman Jambu biji memiliki akar tunggang dan akar serabut. Akar tunggang tumbuh cukup dalam hingga mencapai kedalaman 4 meter lebih (bibit yang berasal dari biji). Bibit yang berasal dari biji atau okulasi bisa ditanam di daerah-daerah yang permukaan air tanahnya tinggi. b. Batang Batang tanaman jambu biji berkayu keras, liat, dan tidak mudah patah. Batang tumbuh tegak dan memiliki percabangan serta ranting-ranting. Batang dan cabang-cabangnya mempunyai kulit berwarna coklat keabu-abuan dan kulit mudah mengelupas. c. Daun Daun tanaman jambu biji termasuk daun tunggal, berbentuk bulat panjang dan langsing dengan bagian ujungnya tumpul atau lancip, berwarna hijau terang, hijau kekuning-kuningan, atau merah tua tergantung dari jenisnya. d. Bunga Bunga tanaman. jambu biji. termasuk bunga. sempurna. (hermaphrodite), yaitu dalam satu bunga terdapat alat kelamin jantan dan betina. Pembuahannya dapat melalui persarian atau tanpa persarian (partenokarpi). e. Buah Buah merupakan produk utama dari tanaman jambu biji. Buah jambu bii berbentuk bulat, bulat agak lonjong, dan lonjong, tergantung dari varietasnya. Ukuran atau besarnya buah juga bervariasi, tergantung dari varietasnya. Demikian pula warna daging buahnya juga bervariasi, tergantung dari varietasnya. Buah memiliki kulit tipis dan permukaannya halus sampai kasar. 53. Ibid.,.

(42) 24. f. Biji Biji jambu biji berbentuk bulat, berukuran kecil, dan berwarna putih kekuning-kuningan (krem). Biji berkeping dua (biji belah), yang dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman (pembiakan). Biji bersifat keras dan permukaannya halus. c. Varietas Jambu Biji Varietas jambu biji yang diproduksi oleh perusahaan pembibitan cukup banyak macamnya. Berdasarkan pada kandungan biji dalam buahnya, jambu biji dibagi menjadi dua kelompok, yaitu jambu biji berbiji dan jambu biji tidak berbiji.54 a. Jambu Biji Berbiji Jambu biji yang tergolong ke dalam kelompok jambu biji berbiji adalah jambu biji yang buahnya mengandung biji. Misalnya jambu klutuk atau jambu biji lokal, jambu susu, jambu australia, jambu getas merah, jambu bangkok, dan jambu sukun kristal. Buah jambu biji local daging buahnya berwarna merah, berbiji banyak, dan rasanya manis. Buahnya berukuran kecil. Buah jambu biji lokal cocok untuk dijadikan selai atau jam. Buah jambu biji susu buahnya berwarna putih, berbiji sedikit, dan rasanya agak manis (tidak semanis jambu biji lokal). Buah berukuran agak besar. b. Jambu Biji Tanpa Biji Jambu biji tanpa biji adalah jambu biji yang daging buahnya tidak mengandung biji (buahnya tidak berbiji). Misalnya, jambu apel, jambu sukun, jambu farang, jambu sukun merah. Jambu apel daging buahnya berwarna putih, tidak berbiji, rasanya manis, dan ukuran buah besar-besar. Buah jambu apel berbentuk bulat.. 54. Ibid, 11-12.

(43) 25. Jambu farang daging buahnya berwarna putih, tidak berbiji, rasanya manis dan ukuran buahnya besar-besar. Buah jambu farang berbentuk lonjong. d. Manfaat Jambu Biji Jambu biji mempunyai rasa dan aroma yang khas, karena kandungan senyawa eugenol. Buah jambu biji biasanya dimanfaatkan sebagai buah segar atau olahan berupa jus. Kandungan vitamin C dalam jambu biji lima kali lebih banyak daripada kandungan vitamin C dalam buah jeruk. Selain itu, kandungan vitamin A buah ini tergolong tinggi dengan kadar gula 855. Tanaman jambu biji dimanfaatkan sebagai pagar di pekarangan dan tanaman hias. Kayunya kuat dan keras, sehingga bisa dibuat berbagai alat dapur. Dalam pengobatan tradisional, daun jambu biji berkhasiat untuk mengobati diare, mellitus, maag, masuk angin, sakit kulit, dan luka baru56. Menurut Bambang Cahyono, “jambu biji memiliki kelebihan, antara lain buahnya dapat dimakan sebagai buah segar, dapat diolah menjadi berbagai bentuk produk makanan dan minuman (juice, selai atau jam, kembang gula atau nectar, chutney, setup, dan lain sebagainya)”.57 e. Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Tanaman jambu biji merupakan jenis tanaman liar yang tumbuh di daerah yang memilki iklim tropis. Menurut Sumeru Ashari, “tanaman jambu biji dapat tumbuh pada temperatur antara 15º-45ºC, namun hasil terbaik diperoleh pada suhu antara 23º-28ºC dengan curah hujan 1.0002.000 mm/tahun”58. Jambu biji tumbuh subur di lahan pada ketinggian 5- 1.200 mdpl. Tanaman ini menyukai tanah yang subur, gembur, banyak mengandung. 55. Redaksi AgroMedia, op.cit., 67 Ibid., 67 57 Ibid., 3 58 Sumeru Ashari, Holtikultura Aspek Budidaya, (Jakarta; Universitas Indonesia,2006), h. 56. 309- 310.

(44) 26. unsur nitrogen dan bahan organik, atau tanah yang keadaannya liat, tetapi sedikit berpasir. 59 f. Persebaran Tanaman Jambu Biji 1. Distribusi Tanaman Jambu Biji Dunia Tanaman jambu biji merupakan jenis buah tropis, tetapi pada hakikatnya tanaman ini bukan tanaman yang berasal dari Indonesia melainkan berasal dari negara lain yang memiliki iklim tropis. Menurut Sumeru Ashari, “Tanaman jambu biji diperkirakan berasal dari Benua Amerika Tengah, mungkin di sekitar Meksiko dan Peru. Oleh pelaut Spanyol tanaman ini disebarkan ke Filipina, dan oleh bangsa Portugis disebarkan ke India. Sekarang tanaman ini sudah menyebar luas ke seluruh dunia, terutama di daerah tropik diperkirakan terdapat 150 spesies Psidium yang menyebar ke daerah tropik dan berhawa sejuk.”60 Menurut Bambang Cahyono, “tanaman jambu biji bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Dari berbagai sumber pustaka menyebutkan bahwa tanaman jambu biji diduga berasal dari Meksiko Selatan, Amerika Tengah, dan benua Amerika yang beriklim tropis (USA, Peru, Bolivia). Semula tanaman jambu biji berupa vegetasi alami yang tumbuh liar di hutan-hutan. Kemudian secara berangsur-angsur jambu biji ini mulai dibudidayakan dan dikembangkan secara luas hingga ke berbagai negara di dunia.”61 “Pada tahun 1980-an terkenal jambu biji jenis bangkok. Jambu tersebut merupakan tanaman asli jenis Vietnam yang dinamakan Giant guava. Meksiko dan Brazil adalah produsen buah jambu biji terbesar di dunia, disusul India dan Thailand (100.000 ton tahun 1981-1982).”62 Persebaran tanaman jambu biji berkembang secara luas, dan jenis tanaman ini berbeda-beda dari setiap negara yang ditumbuhi dari rasa, ukuran hingga warna buah jambu biji.. 59. Redaksi AgroMedia, op.cit., 70 Ibid., 308 61 Bambang Cahyono, op.cit., h. 1 62 Sumeru Azhari, loc.cit. 60.

(45) 27. 2. Distribusi Tanaman Jambu Biji Di Indonesia Menurut Sumeru Ashari, “di Indonesia tanaman jambu biji mudah dikembangkan, namun harganya lebih murah dibandingkan dengan harga-harga buah lainnya seperti pepaya, pisang, dan sebagainya. Usaha tanaman jambu biji dalam skala besar tampaknya belum menarik perhatian.”63 Tanaman jambu biji akan meningkatkan penghasilan petani apabila pengolahan dan penanamannya di perhatikan, terutama dalam meningkatkan kualitas dalam menanam dan mengolah buah jambu biji dengan cara berbeda seperti dimanfaatkan untuk pembuatan makanan dan minuman. Dalam buku pintar budidaya tanaman buah unggul Indonesia, “sentra penanaman jambu biji di Pulau Jawa meliputi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah. Yogyakarta, dan Jawa Timur. sementara itu sentra produksi lain di luar Pulau Jawa antara lain di Sumatera dan Kalimantan. Pada tahun-tahun terakhir ini jambu biji telah berkembang dan kemudian muncul jambu bangkok yang dibudidayakan di Depok, Bekasi, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.”64 Sedangkan menurut Murdjiati dkk. “di Indonesia, Pulau Jawa merupakan sentra penanaman buah jambu terbesar antara lai DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Sentra Produksi yang lan yaitu Sumatera dan Kalimantan”.65 Jadi dapat disimpulkan bahwa daerah Pulau Jawa merupakan pusat terbesar untuk tanaman jambu biji kemudian tersebar ke beberapa daerah. Banyak petani di Indonesia yang tidak memanfaatkan tanaman ini secara maksimal, sehingga harga dan kualitas dari tanaman ini belum maksimal.. 63. Ibid., Redaksi AgroMedia, op.cit., h. 67 65 Murdjiati Gardjito, dkk, Penanganan Segar Hortikultura Untuk Penyimpanan dan Pemasaran, (Jakarta: Prenamedia Group,2015), h. 57 64.

(46) 28. g. Hasil Penelitian yang Relevan. Hasil penelitian relevan terlihat seperti pada Tabel 2.2 Tabel 2.2 Hasil Penelitian yang Relevan No.. Nama Peneliti. Judul. Tahun. Hasil penelitian. Persamaan. Perbedaan. 1. Rosthavita Yollanda Rosyid. 2016. (Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka). “Kesesuaian lahan untuk Budidaya Tanaman Wijen (Sasamun Indicium L.) di Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor”. Seluruh lahan di Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor mempunyai kelas kesesuaian lahan S3 (sesuai marjinal) untuk tanaman wijen. Perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada jenis tanaman yang digunakan untuk dievaluasi dan tempat penelitian.. 2.. Sabrina Refitri Sugandi (Universitas Pendidikan Indonesia). “Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Kopi (Coffea SP.) di Kecamatan Lembang”. 2016. Hasil kesesuaian lahan beragam dari mulai S1 (sangat sesuai) seperti pada iklim, curah hujan, ketinggian, kemudian S2 (sesuai) seperti salinitas dan sebagian tekstur tanah, dan yang paling mendominasi adalah S3 atau (sesuai marginal) .. Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada tujuan penelitian, jenis penelitian dan metode analisis datanya yang menggunakan metode matching (pencocokan) Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada tujuan penelitian dan teknik analisis data. 3.. Amatullah Kurniasari (Universitas Negeri Yogyakarta). ” Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Budidaya Tanaman Nilam (Pogostemon Cablin Benth) Di Desa Girikerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman”. 2012. Tingkat kesesuaian lahan untuk budidaya Tanaman Nilam di Desa Girikerto: Satuan lahan 1 dan satuan lahan 2 termasuk kelas kesesuaian lahan S2 (cukup sesuai) untuk Tanaman Nilam. Satuan lahan 2, satuan lahan 3, dan satuan lahan 4 termasuk kelas kesesuaian lahan S3 (sesuai marginal) untuk Tanaman Nilam.. Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui kelas kesesuaian lahan pada daerah yang ingin diteliti dan metode analisa data. Perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada jenis tanaman, dalam penelitian yang akan dilakukan tidak melakukan perhitungan produktivitas tanaman. Perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada pendekatan yang dilakukan dalam penelitian.

(47) 29. Lanjutan Tabel 2.2 4.. Muhammad. Yusuf. Hidayat. (Institut Pertanian Bogor). “Evaluasi Kesesuaian Lahan. dalam. Perbedaan. bahwa kelas kesesuaian lahan. penelitian ini dengan. penelitian. ini. (Paraserianthes Falcataria (L). aktual. penelitian yang akan. penelitian. yang. Nielsen). (Paraserianthes. dilakukan. Untuk. Tanaman. Pada. 2006. Sengon. Beberapa. Hasil. penelitian. tanaman. menunjukan. Sengon. dalam dengan akan. terletak. dilakukan terletak pada. Satuan Kelas Lereng (Studi. secara garis besar menujukan. pada tujuan penelitian. jenis tanaman yang akan. Kasus di Kecamatan Cipatat,. kelas kesesuaian lahan Sesuai. yaitu. di evaluasi dan lokasi. Kabupaten. Marginal (S3).. mengetahui. Bandung,. Jawa. falcataria). Persamaan. Barat)”. untuk potensi. penelitian. tanaman yang akan diteliti. 5.. Monika Sari (Universitas Lampung). Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Budidaya Tanaman Buah Naga (Hylocereus Costaricencis) Di Kelurahan Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat Tahun 2016. 2017. penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman buah naga di wilayah Kelurahan Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat termasuk dalam kelas sangat sesuai tanpa ada faktor pembatas dengan luasan hampir seluruh wilayah yaitu mencapai 313,84 ha (100%).. Persamaan yang akan. perbedaannya. dilakukan. terletak. pada lokasi penelitian. pada. metode. dan objek penelitian. penelitian skorring. teknik. terletak.

(48) 30. H. Kerangka Berfikir Kebutuhan Tanaman Jambu Biji Kebutuhan Lahan Kajian kesesuaian Lahan. Peta Tanah. Peta Rupa Bumi Skala 1: 25.000. Skala 1:50.000. Peta Penggunaan Lahan Skala 1:80.000. Peta Kemiringan Lereng Skala 1:80.000. Overlay. Peta Satuan Lahan. Sampel Tanah. Sampel Tanah Fisik (Pengamatan dan Pengukuran Lapangan) Drainase, pH-H20, Kedalaman Tanah, Kemiringan Lereng, Genangan, Batuan di Permukaan, Singkapan Batuan, Kedalaman Sulfidik. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.. Sampel Tanah Kimia (Analisis Laboratorium) Tekstur, KTK Liat, Kejenuhan Basa, C-Organik, salinitas 1. 2. 3.. Peta sebaran Drainase Peta Sebaran pH-H20 Peta Kemiringan Lereng Peta Sebaran Genangan Banjir Peta Sebaran Batuan Peta Singkapan Batuan Peta Kedalaman Sulfidik. 4. 5.. Peta Sebaran Tekstur Peta Sebaran KTK Liat Peta Sebaran Kejenuhan Basa Peta Sebaran C-Organik Peta Salinitas Interpolasi. Interpolasi. Overlay Standar Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jambu Biji. Matching & skoring Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman jambu biji pada masing-masing satuan lahan. S1 (sangat sesuai). S2 (cukup sesuai). Sesuai). Sesuai). S3 (sesuai Marginal). Gambar 2.2 Kerangka Berpikir. N (Tidak Sesuai).

(49) BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Provinsi Jawa Barat. Kelurahan Rangkapan Jaya Baru merupakan salah satu dari enam kelurahan yang berada di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok. Kelurahan Rangkapan Jaya Baru berada pada koordinat 6º39'04"S dan 106º77'36" E dengan luas 348,38 Ha. Peta lokasi penelitian seperti terlihat pada Gambar 3.1.. Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian. 31.

(50) 32. 2. Waktu Penelitian Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian ini yaitu selama 7 bulan dimulai pada Juni 2019 sampai dengan Desember 2019. Di bawah ini adalah tabel kegiatan yang dilakukan dalam proses penelitian seperti disajikan dalam Tabel 3.1. Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian Tahap Penelitian. Waktu Penelitian MEI. JUN. JUL. AGS. SEP. OKT. NOV. DES. Revisi Proposal Penyusunan Instrumen Penelitian Pengujian Instrumen Penelitian Pengambilan Data Penelitian Penyusunan BAB IV & V Sidang Munaqosah Revisi Skripsi B. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.66 Metode penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif. Metode penelitian kuantitatif disebut sebagai metode tradisional, karena 66. 2016), h.2.. metode. ini. sudah. cukup. lama. digunakan. sehing. Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitati dan R&D, (Bandung: Alfabeta,.

(51) 33. ga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian.67 Sedangkan penelitian. deskriptif. adalah. penelitian. yang. berusaha. untuk. menggambarkan gejala, peristiwa, atau kejadian yang terjadi sekarang. Dalam proses penelitian peneliti menggunakan teknik survey dan pemetaan. Penelitian survey dan pemetaan melakukan pengamatan langsung ke lokasi, dan kemudian melakukan pengumpulan data, terkait dengan informasi yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan.68 Penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur lahan berupa sifat dan karakteristik tanah yang terdapat di tempat penelitian. Melalui metode penelitian ini, diharapkan agar peneliti dapat memecahkan masalah dengan memberikan gambaran secara objektif dan jelas berdasarkan keadaan lapangan dan hasil laboratorium. C. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut: a. Laptop, sebagai alat untuk pengolahan data dan dilengkapi dengan Software Arc Gis 10.1, untuk mengolah peta lokasi penelitian, peta satuan lahan, peta administrasi Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, peta pengambilan sampel, peta hasil pegamatan sampel tanah fisik dan peta hasil pengamatan sampel tanah kimia. b. Kamera, untuk dokumentasi di lokasi penelitian dan proses revegetasi lahan. c. GPS (Global Position System) Esential, untuk menentukan titik koordinat pengambilan sampel tanah di lokasi penelitian. d. pH meter, untuk mengukur pH dan fertilitas tanah sebagai pengukuran tingkat kesuburan tanah di lokasi penelitian. e. Bor tanah, untuk mengukur kedalaman tanah f. Meteran untuk mengukur kedalaman tanah 67 68. 69.. Ibid., h. 7. Momon Sudarma, Metodologi Penelitian Geografi, (Yogyakarta: Graha Ilmu,2014) h..

(52) 34. g. Stopwatch HP untuk mengukur kecepatan drainase h. Timbangan untuk mengukur bahan kasar i. Ayakan untuk mengukur bahan kasar j. 3 Buah Gelas untuk mengukur bahaya erosi k. 1 Buah Ember, untuk mengambil tanah 2. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut: a. Peta rupa bumi Indonesia (RBI) skala 1:5.000 untuk membuat peta kemiringan lereng dan peta penggunaan lahan. b. Peta tanah skala 1:25.000 D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi. adalah. wilayah. generalisasi. yang. terdiri. atas. obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.69 populasi dalam penelitian ini adalah lahan di wilayah Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Kota Depok. 2. Sampel. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.70 Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian lahan dari lahan pertanian di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Kota Depok. Penentuan jumlah dan lokasi pengambilan sampel di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru dilakukan dengan teknik overlay (tumpang susun). Peta yang digunakan dalam pembuatan peta satuan lahan adalah peta rupa bumi, peta penggunaan lahan, peta kemiringan lereng dan peta tanah.. 69. 70. Sugiyono, op.cit., h. 80 Ibid., h. 81.

Referensi

Dokumen terkait

Maka dapat disimpulkan bahwa garis antara Budaya Organisasi dengan Kinerja Guru di TK Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru mempunyai

Dari kegiatan pengabdian ini dapat ditarik kesimpulan: (1) Peserta Pelatihan (Tim Penggerak PKK Kelurahan Rawa Sari Kecamatan Kota Baru Jambi) cukup responsif dan