• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELIDIKAN PANAS BUMI DENGAN METODA GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI MASEPPE KABUPATEN SIDRAP SULAWESI SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYELIDIKAN PANAS BUMI DENGAN METODA GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI MASEPPE KABUPATEN SIDRAP SULAWESI SELATAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELIDIKAN PANAS BUMI DENGAN METODA GAYA BERAT

DAERAH PANAS BUMI MASEPPE KABUPATEN SIDRAP

SULAWESI SELATAN

Syuhada Arsadipura1, Eddy Sumardi1

1

Kelompok Program Penelitian Bawah Permukaan

ABSTRAK

Daerah penyelidikan termasuk kedalam tiga wilayah kecamatan yaitu Keamatan Pancalautan, Kecamatan Tellu Limpoe dan Kecamatan Alakuang, kabupaten Sidenreng Rappang, Provinsi Sulawesi Selatan, berada pada posisi geografis antara 1190 44' 15,8" – 1190 51' 17,8" bujur timur dan 30 59' 0" –- 40 5' 28,3” lintang selatanatau 804.000 – 817.000 mE dan 9.547.200 – 9.559.200 mN pada sistem koordinat UTM, zona 50 belahan bumi selatan.

Manifestasi panasbumi Pajalele dan Pangrenge berupa kelompok pemunculan mata air panas, dan bualan gas yang menerus. Selain itu terdapat juga manifestasi berupa batuan ubahan, akan tetapi merupakan fosil alterasi yang terjadi di masa lampau

Harga densitas rata-rata batuan hasil analisis laboratorium dan analisis cara Parasnis adalah 2,37 dan 2,84 gr/cm3. Berdasarkan harga densitas batuan daerah penyelidikan dan kemudian dihubungkan dengan nilai gaya berat hasil penyelidikan, secara kualitatif ditafsirkan bahwa daerah yang dianggap menarik untuk panas bumi terdapat di daerah bagian tengah daerah penyelidikan yaitu sepanjang lintasan D 5000 – D 5500 (komplek mata air panas Pajalele) terutama pada sebelah barat zona sesar yang mempunyai trend berarah baratlaut – tenggara (terlihat pada anomali Bouguer dan anomali Regional).

Komplek mata air panas Pajalele (D 5000 – D 5500) berdasarkan nilai gaya berat anomali Bouguer dan Sisa muncul berupa pengkutuban dengan nilai gaya berat tinggi, dan ditafsirkan adanya tubuh batuan beku berupa dike (andesit atau dasit) di bawah permukaan.

Mata air panas Pangrenge yang terletak antara lintasan A 7650 dan lintasan H 5250 berdasarkan nilai gaya berat anomali Bouguer dan sisa muncul berupa pengkutuban dengan nilai gaya berat tinggi pula, dan ditafsirkan adanya tubuh batuan beku (andesit atau dasit) yang tidak muncul ke permukaan. Tubuh batuan ini berada di sebelah utara mata air panas Pangrenge yaitu sektor lintasan H 5000 – H 5750 dan melebar ke arah baratlaut sampai pada lintasan J 6000.

Dari model dua dimensi gaya berat penampang Lintasan A dan D, secara kuantitatif ditafsirkan bahwa dari dua penampang ini terlihat adanya tubuh batuan beku yang mendasari daerah penyelidikan, diperkirakan berupa batuan andesit, densitas batuan 2,83 gr/cm3, menempati bagian tengah penampang, bertepatan dengan titik A 6500 – A 7250, D 5000 – D 5500. Tubuh batuan beku ini di sebelah barat dan timurnya diapit oleh tubuh batuan yang mempunyai densitas lebih kecil ( 1,84 – 1,73 gr/cm3 ), diperkirakan sebagai satuan batuan sedimen (formasi Walanae ?), aluvium dan endapan danau.

(2)

PENDAHULUAN

Daerah Panas Bumi Massepe berada pada zone depresi dengan banyak struktur geologi (kekar dan sesar) yang berkembang menjadikan daerah ini memiliki kemampuan untuk meloloskan air permukaan (meteoric

water) ke bawah permukaan. Sebagian air

meteorik tersebut kemudian berinteraksi dengan fluida magmatik dan gas-gas vulkanik yang berasal dari tubuh magma dan terjadi rambatan panas yang menghasilkan fluida panas.

Fluida panas yang terbentuk kemudian terakumulasi dalam lapisan reservoir, yaitu suatu zona yang berdaya lulus terhadap fluida (permeable) sebagai akibat dari banyaknya rekahan yang berkembang pada batuan vulkanik Tersier dan sedimen Formasi Walanae.

Interaksi antara fluida panas yang tersimpan di reservoir dengan batuan di atasnya (sekitarnya) menghasilkan batuan ubahan (alterasi) yang bersifat kedap air (impermeable) yang disebut dengan batuan penudung (cap rock). Batuan penudung inilah yang menyebabkan pergerakan fluida panas yang terdapat di lapisan reservoir tertahan untuk sampai ke permukaan.

GEOGRAFI

Daerah Sulawesi Selatan menurut BPS Provinsi 2006 (Sulawesi Selatan Dalam Angka) berperduduk lebih dari 7,5 juta jiwa, dengan mata pencaharian : petani, nelayan, pedagang dan sebagian kecil industri rumah tangga berupa kain tenun terutama sutra. Dalam rangka Sulawesi Selatan menuju pusat kegiatan perekonomian Indonesia bagian timur, maka pemerintah setempat sedang giat-giatnya mengembangkan sumber-sumber alam yang dapat menunjang ke arah tersebut. Sumber alam yang dapat dijadikan sumber energi adalah salah satunya berupa tenaga listrik yang berasal dari tenaga pembangkit panas bumi PLTP. Hal lain

yang masih harus menjadi perhatian pemerintah adalah sarana infra struktur seperti antara lain jalan, jembatan, irigasi yang kondisi saat ini sangat membutuhkan perhatian husus.

Daerah panas bumi Masepe dan Danau Tempe secara administrtif termasuk kedalam wilayah Kabupaten Sidendreng Rapang SIDRAP.

S. Bachri, dkk., 1975. “Laporan Inventarisasi Kenampakan Gejala Panas Bumi daerah Sulawesi Selatan” :” kenampakan gejala panas bumi muncul di daerah Sulili, Tampoe, Mede dan Amasangeng terletak dipinggir jalan raya dekat Desa Masepe.

Rab Soekamto, dkk., 1982, “Peta Geologi Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat, Sulawesi Selatan” : kenampakan gejala panas bumi di daerah inimuncul di pinggiran Desa Caming dipinggir sungai Keraja, Masepe, Mede, Tampoe dan Amasangeng (Gambar 1).

GEOLOGI REGIONAL

Morfologi daerah penyelidikan didominasi oleh perbukitan dan pedataran yang di beberapa lokasi terdapat perbukitan yang bentuknya terisolasi, yang merupakan perbukitan kubah. Bentuk perbukitan kubah ini sangat menarik, hal ini karena hampir semuanya satuan morfologi ini terbentuk di dataran yang tersusun oleh satuan batuan sedimen Formasi Walanae. Morfologi pedataran sendiri terbentuk sebagai akibat depresi yang terjadi akibat aktifitas Sesar Normal Walanae dan terisi oleh material rombakan membentuk endapan danau.

Batuan tertua yang ada di daerah penyelidikan adalah batuan sedimen yang termasuk ke dalam Formasi Walanae yang berumur Tersier, menempati bagian timur daerah penyelidikan. Batuan sedimen lainnya merupakan endapan danau yang diendapkan secara selaras diatas satuan sedimen Formasi Walanae, pembentukan satuan endapan danau ini masih berlangsung hingga saat ini yaitu di sepanjang tepi Danau Sidenreng.

(3)

Sedangkan satuan batuan vulkanik yang ditemukan di daerah penyelidikan sebagian diperkirakan berumur Tersier (Miosen) seperti Satuan Lava Tua-1, Lava Tua-2, Lava Tua-3 dan Lava Gn. Malocci, kemudian batuan vulkanik yang lebih muda yang diperkirakan berumur Pliosen menempati bagian baratdaya daerah penyelidikan yang diantaranya membentuk kerucut Gn. Kalampee dan Gn. Lamangise. Satuan vulkanik yang paling muda diperkirakan membentuk kubah lava yang menembus satuan batuan yang lebih tua, satuan-satuan ini berkomposisi andesitik hingga dasitik, dan diperkirakan sebagai satuan yang berasosiasi dengan tubuh-tubuh intrusi di bawah permukaan yang masih menyimpan panas. Berdasarkan hasil pentarikhan dengan metode jejak belah (fission track) menunjukkan bahwa satuan kubah lava berumur 1,8 ± 0,2 juta tahun atau Pliosen Atas, satuan batuan ini diperkirakan sebagai produk terakhir aktivitas vulkanik di daerah ini. Endapan aluvial merupakan satuan batuan termuda di daerah penyelidikan, proses pembentukannya masih terus berlangsung hingga sekarang.

GEOLOGI TEKTONIK

Evolusi daerah Sulawesi Selatan, (Van Bemmelen, 1949, hal 435), umumnya dipengaruhi oleh sitem pengangkatan saat terjadinya pembentukan pegunungan Sunda. Tersier, geografi daerah Sulawesi Selatan pada saat itu masih merupakan suatu cekungan sedimentasi, dan Selat Makasar sekarang adalah merupakan daerah bergunung api.

Miosen Tengah, terjadi proses pengangkatan yang diikuti oleh kegiatan gunung berapi, sehingga daerah dataran Danau Tempe Sidendreng sekarang berubah menjadi geo-antiklin.

Neogen Muda, daerah bagian barat dan timur daratan terjadi genangan laut yang membentuk Selat Makasar di bagian barat dan Teluk Bone di bagian timur. Bersamaan

dengan genangan laut tersebut, pada bagian sumbu geo-antiklin terjadi suatu penurunan berbentuk depresi sehingga terjadi dataran Tempe – Sidendreng untuk kedua kalinya sehingga terbentuk daerah depresi Walanae. Disepanjang bidang sesar yang membentuk depresi ini, timbul aktivitas vulkanisma berbentuk intrusi batuan beku bersifat asam sampai menengah. Dalam waktu yang bersamaan dengan depresi itu, di dataran bagian selatan terjadi pembentukan Gunung Lompobatang. Didaerah selatan terdapat unit tektonik Sidendreng – Tempe, punggung perbukitan barat dan timur. Unit punggung perbukitan berevolusi kearah barat dan punggung perbukitan timur berevolusi kearah timur.

SUSUNAN STRATIGRAFI Batuan tertua daerah ini adalah berumur Pra-Tersier Atas. Yang tersingkap di kaki perbukitan Bone dan daerah perbukitan sebelah barat. Setelah masa ini berakhir terendapkan macam-macam batuan yang berumur Tersier sampai dengan Kwarter. Selengkapnya seperti terlihat dalam Tabel 1.(tabel Stratigrafi)

Perhitungan anomali Bouguer telah dikoreksi

terrain dengan metode Hammer chart dengan

jari-jari luar maksimum 20 km, menggunakan densitas 2,6 gr/cm3, dan diikat dengan harga jaringan gaya berat BS Desa Teppo, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Sidenreng Rappang, Provinsi Sulawesi Selatan. Kompilasi hasil perhitungan anomali gaya berat Bouguer (anomali Bouguer, regional, dan Bouguer sisa) dimuat pada lampiran. Gambar. 2 memperlihatkan peta anomali Bouguer daerah penyelidikan untuk densitas 2,6 gr/cm3. Daerah penyelidikan umumnya didominasi oleh anomali gaya berat sedang antara 55 - 69 mgal yaitu menempati lebih dari 2/3 bagian mulai dari ujung timur sampai ujung barat lintasan. Anomali sedang ini diperkirakan diduduki oleh satuan batuan sediment ( lempung, batu

(4)

pasir). Anomali tinggi > 69 mgal berupa

spot-spot kecil, umumnya menempati

puncak-puncak bukit dan pada daerah sekitar manifestasi mata air panas yang tersusun oleh batuan andesit. Sedangkan anomali rendah < 55 mgal menempati daerah di bagian ujung timurlaut daerah penyelidikan. Anomali ini diperkirakan berkaitan dengan endapan aluvium dan endapan danau.

Gambar 3 memperlihatkan peta anomali regional daerah penyelidikan untuk densitas 2,6 g/cm3. Anomali regional memperlihatkan kelurusan struktur regional berarah baratlaut - tenggara.Arah kelurusan ini ternyata searah dengan kelurusan struktur geologi regional yang terdapat di daerah penyelidikan. Nilai maksimum bouguer regional adalah sebesar 72 mgal sedangkan nilai minimumnya adalah 50 mgal. Anomali sedang sampai tinggi mendominasi di sebagian besar daerah penyelidikan, meliputi lebih dari 2/3 bagian daerah penyelidikan, sedangkan anomali rendah terdapat pada timurlaut daerah penyelidikan dan tersebar sampai bagian tengah.

Gambar 4 memperlihatkan peta anomali sisa orde-2 daerah penyelidikan untuk densitas 2,6 g/cm3. Dengan memperhatikan kerapatan dan lineasi kontur anomali sisa yang dominan berarah hampir utara – selatan.

Kelompok nilai Bouguer sisa di daerah penyelidikan umumnya didominasi oleh anomali gaya berat positif dan pengkutuban positif, sedangkan anomali negatif terdapat di bagian utara arah timurlaut, selatan dan bagian tengah sebelah barat daerah penyelidikan.

Kelompok nilai Bouguer tinggi (>1,0 mgal) terdapat di bagian barat daya daerah penyelidikan dan terdapat beberapa kontur anomali yang tertutup, tersebar di daerah penyelidikan diperkirakan berkaitan dengan batuan andesit yang muncul atau dekat kepermukaan berupa bukit-bukit atau tubuh dekat ke permukaan.

Kelompok nilai Bouguer sedang (-1,5 sampai 1 mgal) mendominasi daerah penyelidikan, diperkirakan merupakan batuan yang menjadi dasar daerah ini berupa batuan sedimen.

Kelompok nilai Bouguer rendah (< -1,5 mgal) tampak menutupi bagian tenggara, sebagian kecil di sebelah selatan, bagian tengah sebelah barat dan sebelah utara daerah penyelidikan dan diperkirakan sebagai batuan andesit yang terubah.

Pengkutuban anomali tinggi dan sedang pada anomali Bouguer dan anomali Sisa pada titik-titik di Lintasan A 4750, D 5250, D 8000, J 5250, F 4500 dan titik random R-18 merupakan cerminan dari batuan dengan densitas lebih tinggi atau merupakan terobosan tubuh batuan baik muncul ke permukaan ataupun di bawah permukaan.

DISKUSI

Harga densitas rata-rata batuan hasil analisis laboratorium dan analisis cara Parasnis adalah 2,37 dan 2,84 gr/cm3. Dari harga densitas batuan yang berbeda-beda walaupun batuannya sama berupa andesit, dasit dan batuan sedimen (batulempung), dapat ditafsirkan bahwa daerah penyelidikan telah mengalami perubahan sifat batuan yang cukup kuat dari sifat batuan asalnya, perubahan sifat ini antara lain disebabkan oleh adanya proses geothermal/hidrothermal. Berdasarkan harga densitas batuan daerah penyelidikan dan kemudian dihubungkan dengan nilai gaya berat hasil penyelidikan, secara kualitatif ditafsirkan bahwa daerah yang dianggap menarik untuk panas bumi terdapat di daerah bagian tengah daerah penyelidikan yaitu sepanjang lintasan D 5000 – D 5500 (kompek mata air panas Pajalele) terutama pada sebelah barat zona sesar yang mempunyai trend berarah baratlaut – tenggara (terlihat pada anomali Bouguer dan anomali Regional).

(5)

Komplek mata air panas Pajalele (D 5000 – D 5500) berdasarkan nilai gaya berat anomali Bouguer dan Sisa muncul berupa pengkutuban dengan nilai gaya berat tinggi, dan ditafsirkan adanya tubuh batuan beku berupa dike (andesit atau dasit) di bawah permukaan.

Mata air panas Allakuang/Pangrenge yang terletak antara lintasan A 7650 dan lintasan H 5250 berdasarkan nilai gaya berat anomali Bouguer dan Sisa muncul berupa pengkutuban dengan nilai gaya berat tinggi pula, dan ditafsirkan adanya tubuh batuan beku (andesit atau dasit) yang tidak muncul ke permukaan, tubuh batuan ini berada di sebelah utara mata air panas Pangrenge yaitu berada pada lintasan H 5000 – H 5750 dan melebar ke arah baratlaut sampai pada lintasan J 6000.

Berdasarkan model dua dimensi gaya berat penampang Lintasan A dan D, Gambar 5 dan Gambar 6, secara kuantitatif ditafsirkan bahwa dari dua penampang ini terlihat adanya tubuh batuan beku yang mendasari darah penyelidikan, diperkirakan berupa batuan andesit, densitas batuan 2,83 gr/Cm3, menempati bagian hampir tengah-tengah penampang, bertepatan dengan titik A 6500 – A 7250, D 5000 – D 5500. Tubuh batuan beku ini di sebelah barat dan timurnya diapit oleh tubuh batuan yang mempunyai densitas lebih kecil ( 1,84 – 1,73 gr/Cm3 ), diperkirakan sebagai satuan batuan sedimen (formasi Walanae ?), aluvium dan endapan danau.

KESIMPULAN

1) Pola lineasi memperlihatkan pola baratlaut - tenggara yang mencerminkan adanya struktur sesar yang berarah baratlaut - tenggara, yang diperkirakan merupakan bagian dari sesar utama dan zona sesar ini merupakan tempat kedudukan MAP Pajalele dan MAP Alakuang/Pangrenge.

2) Pembelokan dan pengkutuban anomali negatif mencerminkan adanya struktur sesar orde sekunder/orde berikutnya. 3) Peta Anomali Sisa memperlihatkan

lineasi umum yang sama dengan anomali Bouguer yaitu mencerminkan struktur-struktur yang berarah baratlaut – tenggara dan struktur sesar yang berarah timurlaut – baratdaya.

4) Daerah anomali rendah di bagian barat dan timur bagian tengah daerah penyelidikan diperkirakan merupakan daerah ubahan yang tidak muncul kepermukaan .

5) Model gaya berat melalui penampang lintasan A dan lintasan D memperlihatkan bahwa terobosan tubuh batuan andesit (dike ? ) dibawah permukaan mata air panas Alakuang/Pangrenge di desa Amparita dan mata air panas Pajalele? (temperatur 68,50 oC) di Desa Maseppe, kedua terobosan tubuh batuan andesit ini diperkirakan sebagai sumber panas dan sudah mengalami cooling down.

DAFTAR BACAAN

- Bemmelen, Van R,W, 1949; The Geologi Of Indonesia, Vol I A The Hague Gov, Printed.

- JICA, Agustus 1983;”Report Of Lempur Geothermal Development Third Phase Survey”.

- Kusumadinata. K, 1979; Data Dasar Gunungapi Indonesia, Direktorat Vulkanologi, Dirjen Pertambangan Umum, Departemen Pertambangan Dan Energi. - Rab Sukamto,1999, “Geolgi Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat, Sulawesi”.

- Sitorus. K, 1982, “Laporan Karakteristik Flowing Sumur LP-03 KerinciProvinsi Jambi”.

(6)

- S. Bachri, dkk, 1975, “Laporan Penyelidikan Kenampakan Panas Bumi Daerah Sulawesi Selatan”.

PETA TOPOGRAFI DAERAH PANAS BUMI MASEPE PROVINSI SULAWESI SELATAN

0 750 1500 2250 3000 Datum Horizontal WGS 84 Proyeksi Peta UTM Zona 50 S

U

Kontur Topografi Sungai Mata air panas Jalan -4º15' -3º45' -4º Watang Saw Lembang Duampanua Cempa 119º30' 119º45' Mattiro Bu P. Sulawes KAb. BARRU Tanete Ril Barru

Bacukiki Mallusetas Ujung Kota PARE Sopeng Ria 45 Soreang Donri-Donr Kab. SOPPE Watangpulu Patampanua

BarantiPanca Rija

Panca Laut Tellu Limp Mario Riaw Maiwa Kab. ENREK Enrekang Mario Riw Lalabata Maritengng Belawa Kab. PINRA Suppa Mattiro So Cenrana Liliriaja Majauleng Pammana Tempe Sabbang Pa Lilirilau 42 Kab. SIDEN 41 Tanasitolo Ulaweng Maniangpaj Kab. W A J 120º 120º15' Awang Pone Sajoanging Ajangale41 Kab. L U W Pitumpanua Larompong Dua Pitue Dua Boccoe Kab. B O N Tellusiatt Palakka Takkalalo 120º30'

Lappariaja Tanete Ria

Lokasi penyelidikan Peta indeks Jalan setapak 805000 806000 807000 808000 809000 810000 811000 812000 813000 814000 815000 816000 9550000 9552000 9554000 9556000 9558000 9560000 9562000 Sa lo M a saka S alo B ilokka Salo Lid arat angi a Salo Maseppe Salo Rum pigading S a lo Bo lo n g 300 D an a u S id en d ren g Bulu Alakuang Bulu Buala Bulu Matanre

Bulu Seppang KECAMATAN TELLULIMPOE

Amparita Bacubacue Walatedonge Turungang Bulu Latoling Tanete Allakuang Takkalasi Dare Benteleoe Posadae Tepobatu Talumae 300 100 200 300 100 100 100 100 100 100 100 75 400 400 300 300 400 400 300 200 200 200 20 0 100 100 100 100 R 1 R 10 R 11 R 12 R 13 R 14 R 15 R 16 R 17 R 18 R 19 R 2 R 20 R 21 R 22 R 23 R 24 R 25 R 26 R 27 R 28 R 29 R 3 R 30 R 31 R 32 R 33 R 34 R 35 R 36 R 36 R 37 R 38 R 39 R 4 R 40 R 41 R 42 R 42 R 43 R 44 R 45 R 46 R 47 R 48 R 48 R 49 R 5 R 50 R 51 R 52 R 53 R 54 R 55 R 56 R 57 R 58 R 59 R 6 R 60 R 61 R 62 R 63 R 64 R 65 R 66 R 67 R 68 R 69 R 7 R 70 R 71 R 72 R 8 R 9 S 1 S 2 S 3 S 4 S 5 S 6 S 7 S 8 S 8 S 9 S10 S11 Lint. J Lint. H Lint. A Lint. B Lint. C Lint. D Lint. E Lint. F Lint. G

(7)

Tabel 1. Stratigrafi Sulawesi Bagian selatan

Startigrafi daerah Sulawesi Bagian Selatan (Van Bemmelen, 1949, hal 432)

Umur Keterangan

Kwarter

Tersier Atas

Alluvial, Erosi, Pengangkatan paling muda, Formasi endapan laut di dataran Tempe, Pengangkatan terumbu koral dekat Kajang dan sekitar Bone, Pembentukan terumbu Koral, Pembentukan Vulkanik Lompobatang, Diperkirakan Formasi hasil efusif batuan-batuan alkali dan batu kuri (leusit, teprit, dan tufa dekat makasar)

================== Ketidak selarasan ===================

Perlipatan an Denudasi, Pengendapan seri Neogen Muda, Sub Kontinen dari sedimen “Tuffogene” marin dalam fase paling muda dan termasukjuga kedalam Neogen Tua (Lepidocyclinakecil dan Miogissina), Seluruhketebalan Neogen ± 3000 m

Tersier Tengah

Formasi pada tersier tengah breksi erupsi, tufa, aliran lava, ketebalan formasi vulkanik < 100 m Tersier Bawah --- Pra Tersier

Formasi gamping Paleogen (dengan Camreine dan Discocicklina pada dataran bawah dan Spiroclepous dan Lepidociclina pada dataran atas), Lanjutan dari kegiatan Gunungapi, Formasipasir batubara Eosen, mulai kegiatan gunungapi, Konglomerat Basaalt

================== Ketidak selarasan ===================== Perlipatan dan Denudasi, Formasi Lempung abu-abu Lunak, Mesozoikum Muda, greywacke, batupasir arkosa, konglomerat basalt dengan bongkah-bongkahan serpentin dan serpih terkersikan

================== Ketidak selarasan ===================== Perlipatan dan Denudasi, pengendapan kwarsit, lempung terkersikan mengandung Ladularia yang berubah menjadi merah, lunak, dan serpih hijau

================== Ketidak selarasan ===================

Pengendapan sedimen yang tidak diketahui umurnya yang telah berubah menjadi batuan metamorfosa, sekis hablur (gneiss, kwarsa-mika, epidot, glaukopen, garnet, klorit, hornblende, sekis, serpentin, marbel). Diorit, sienit, piroksinit, dan batuan peridotit.

(8)

PETA GAYA BERAT BOUGUER DAERAH PANAS BUMI MASSEPE

PROVINSI SULAWESI SELATAN

Sungai Mata air panas Jalan

Lokasi penyelidikan

Jalan setapak Kontur Gaya Berat

Peta indeks -4º15' -3º45' -4º Watang Saw Lembang Duampanua Cempa 119º30' 119º45' Mattiro Bu P. Sulawes KAb. BARRU Tanete Ril Barru

Bacukiki Mallusetas Ujung Kota PARE Sopeng Ria 45 Soreang Donri-Donr Kab. SOPPE Watangpulu Patampanua BarantiPanca Rija Panca Laut Tellu Limp Mario Riaw Maiwa Kab. ENREK Enrekang Mario Riw Lalabata Maritengng Belawa Kab. PINRA Suppa Mattiro So Cenrana Liliriaja Majauleng Pammana Tempe Sabbang Pa Lilirilau 42 Kab. SIDEN41 Tanasitolo Ulaweng Maniangpaj Kab. W A J 120º 120º15' Awang Pone Sajoanging Ajangale41 Kab. L U W Pitumpanua Larompong Dua Pitue Dua Boccoe Kab. B O N Tellusiatt Palakka Takkalalo 120º30' Lappariaja Tanete Ria Struktur Patahan Diduga

51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 Datum Horizontal WGS 84 Proyeksi Peta UTM Zona 50 S

U 0 1000 2000 3000 4000 m 806000 808000 810000 812000 814000 816000 9550000 9552000 9554000 9556000 9558000 9560000 9562000 R 1 R 10 R 11 R 12 R 13 R 14 R 15 R 16 R 17 R 18 R 19 R 2 R 20 R 21 R 22 R 23 R 24 R 25 R 26 R 27 R 28 R 29 R 3 R 30 R 31 R 32 R 33 R 34 R 35 R 36 R 36 R 37 R 38 R 39 R 4 R 40 R 41 R 42 R 42 R 43 R 44 R 45 R 46 R 47 R 48 R 48 R 49 R 5 R 50 R 51R 52R 53 R 54R 55 R 56 R 57 R 58 R 59 R 6 R 60 R 61 R 62 R 63 R 64 R 65 R 66 R 67 R 68 R 69 R 7 R 70 R 71 R 72 R 8 R 9 S 1 S 2 S 3 S 4 S 5 S 6 S 7 S 8 S 8 S 9 S10 S11 300 100 400 300 400 20 0 Amparita Bacubacue Walatedonge Turungang Bulu Latoling Tanete Allakuang Takkalasi Dare Benteleoe Posadae Tepobatu Talumae KECAMATAN TELLULIMPOE Bulu Alakuang Bulu Buala Bulu Matanre Bulu Seppang Salo Maseppe Lint. J Lint. H Lint.A Lint. B Lint. C Lint. D Lint. E Lint. F Lint. G F-1 F-1 F-2 F-3 F-4 F-5 F-6

Gambar 2. Peta Gaya Berat Bouguer Daerah Panas Bumi Masepe

PETA ANOMALI GAYA BERAT REGIONAL DAERAH PANAS BUMI MASSEPE

PROVINSI SULAWESI SELATAN

Sungai Mata air panas Jalan

Lokasi penyelidikan

Jalan setapak Kontur Gaya Berat

Peta indeks -4º15' -3º45' -4º Watang Saw Lembang Duampanua Cempa 119º30' 119º45' Mattiro Bu P. Sulawes KAb. BARRU Tanete Ril Barru

Bacukiki Mallusetas Ujung Kota PARE Sopeng Ria 45 Soreang Donri-Donr Kab. SOPPE Watangpulu Patampanua BarantiPanca Rija Panca Laut Tellu Limp Mario Riaw Maiwa Kab. ENREK Enrekang Mario Riw Lalabata Maritengng Belawa Kab. PINRA Suppa Mattiro So Cenrana Liliriaja Majauleng Pammana Tempe Sabbang Pa Lilirilau 42 Kab. SIDEN41 Tanasitolo Ulaweng Maniangpaj Kab. W A J 120º 120º15' Awang Pone Sajoanging Ajangale41 Kab. L U W Pitumpanua Larompong Dua Pitue Dua Boccoe Kab. B O N Tellusiatt Palakka Takkalalo 120º30' Lappariaja Tanete Ria

Datum Horizontal WGS 84 Proyeksi Peta UTM Zona 50 S

U

0 1000 2000 3000 4000 m

Struktur Patahan Diduga

806000 808000 810000 812000 814000 816000 9550000 9552000 9554000 9556000 9558000 9560000 9562000 Salo Maseppe Bulu Alakuang Bulu Buala Bulu Matanre

Bulu Seppang KECAMATAN TELLULIMPOE

Amparita Bacubacue Walatedonge Turungang Bulu Latoling Tanete Allakuang Takkalasi Dare Benteleoe Posadae Tepobatu Talumae 300 100 400 300 400 20 0 R 1 R 10 R 11 R 12 R 13 R 14 R 15 R 16 R 17 R 18 R 19 R 2 R 20 R 21 R 22 R 23 R 24 R 25 R 26 R 27 R 28 R 29 R 3 R 30 R 31 R 32 R 33 R 34 R 35 R 36 R 36 R 37 R 38 R 39 R 4 R 40 R 41 R 42 R 42 R 43 R 44 R 45 R 46 R 47 R 48 R 48 R 49 R 5 R 50 R 51R 52R 53 R 54R 55 R 56 R 57 R 58 R 59 R 6 R 60 R 61 R 62 R 63 R 64 R 65 R 66 R 67 R 68 R 69 R 7 R 70 R 71 R 72 R 8 R 9 S 1 S 2 S 3 S 4 S 5 S 6 S 7 S 8 S 8 S 9 S10 S11 Da na u S id enre ng 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 67.5 68 69 70 71 72 Lint. G Lint. F Lint. E Lint. D Lint. C Lint. B Lint. A Lint.H Lint. J

(9)

-6.5 -5.5 -4.5 -3.5 -2.5 -1.5 -0.5 0 0.5 1.5 2.5 3.5 4.5 5.5

PETA GAYA BERAT SISA DAERAH PANAS BUMI MASSEPE

PROVINSI SULAWESI SELATAN

Sungai Mata air panas Jalan

Lokasi penyelidikan Jalan setapak Kontur Gaya Berat

Struktur Patahan Diduga

806000 808000 810000 812000 814000 816000 9550000 9552000 9554000 9556000 9558000 9560000 9562000 Salo Maseppe Bulu Alakuang Bulu Buala Bulu Matanre

Bulu Seppang KECAMATAN TELLULIMPOE

Amparita Bacubacue Walatedonge Turungang Bulu Latoling Tanete Allakuang Takkalasi Dare Benteleoe Posadae Tepobatu Talumae R 1 R 10 R 11 R 12 R 13 R 14 R 15 R 16 R 17 R 18 R 19 R 2 R 20 R 21 R 22 R 23R 24 R 25 R 26 R 27 R 28 R 29 R 3 R 30 R 31 R 32 R 33 R 34 R 35 R 36 R 36 R 37 R 38 R 39 R 4 R 40 R 41 R 42 R 42 R 43 R 44 R 45 R 46 R 47 R 48 R 48 R 49 R 5 R 50 R 51R 52R 53R 54 R 55 R 56 R 57 R 58 R 59 R 6 R 60 R 61 R 62 R 63 R 64 R 65 R 66 R 67 R 68 R 69 R 7 R 70 R 71 R 72 R 8 R 9 S 1 S 2 S 3 S 4 S 5 S 6 S 7 S 8 S 8 S 9 S10 S11 Peta indeks -4º15' -3º45' -4º Watang Saw Lembang Duampanua Cempa 119º30' 119º45' Mattiro Bu P. Sulawes KAb. BARRU Tanete Ril Barru

Bacukiki Mallusetas Ujung Kota PARE Sopeng Ria 45 Soreang Donri-Donr Kab. SOPPE Watangpulu Patampanua Baranti Panca Rija Panca Laut Tellu Limp Mario Riaw Maiwa Kab. ENREK Enrekang Mario Riw Lalabata Maritengng Belawa Kab. PINRA Suppa Mattiro So Cenrana Liliriaja Majauleng Pammana Tempe Sabbang Pa Lilirilau 42 Kab. SIDEN41 Tanasitolo Ulaweng Maniangpaj Kab. W A J 120º 120º15' Awang Pone Sajoanging Ajangale41 Kab. L U W Pitumpanua Larompong Dua Pitue Dua Boccoe Kab. B O N Tellusiatt Palakka Takkalalo 120º30' Lappariaja Tanete Ria F-1 F-1 F-2 F-3 F-4 m Datum Horizontal WGS 84 Proyeksi Peta UTM Zona 50 S

U 0 1000 2000 3000 4000 F-5 F-6 D an au S ide n re ng Lint. B Lint. J Lint. H Lint. A Lint. C Lint. D Lint. E Lint.F Lint. G

Gambar 4. Peta Gaya Berat Sisa Daerah Panas Bumi Masepe

Danau Sidenreng -0.45 0.26 -0.45 -0.45 -0.75 Model 2D Gaya Berat Penampang Lintasan A

Daerah Panas Bumi Massepe, SIDRAP, SUL-SEL

0.35

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

10000

-1000

-800

-600

-400

-200

0

= hasil pengukuran = hasil pemodelan

(10)

Hasil Pengukuran Hasil Pemodelan mGal 3.48 2.32 1.16 Kedal aman (m)

Misfit = 3.21 Body depth = 380.43 Body Width = 1548.90

Model 2-D Gaya Berat Penampang Lintasan-D Daerah Panas Bumi Massepe, SIDRAP, Sul-Sel

2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 -1000 -800 -600 -400 -200 0 200 MAP. Pajalele 0.530 0.40 -0.41 -0.45 0.350

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi daerah Panas Bumi Masepe dan Danau Tempe
Tabel 1. Stratigrafi Sulawesi Bagian selatan
Gambar 2. Peta Gaya Berat Bouguer Daerah Panas Bumi Masepe
Gambar 4. Peta Gaya Berat Sisa Daerah Panas Bumi Masepe
+2

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi berjudul “Pendudukan Jepang di Jawa Barat Tahun 1942-1945” telah diuji dan disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember pada: hari,

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang teregistrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dan memenuhi persyaratan :b. SIUJK (Surat Ijin

Oleh karena itu, distribusi statistik yang paling cocok digunakan untuk memodelkan distribusi kekuatan kaca adalah distribusi Log- Normal karena distribusi

[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian

Pada dasarnya sebelum sistem ini berjalan maka sebelumnya harus dibuat markernya terlebih dahulu, Marker merupakan hal penting dalam teknologi Augmented Reality, karena marker

Masa jabatan untuk anggota Dewan Komisaris dan Direksi adalah sampai dengan penutupan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Perseroan yang diselenggarakan pada tahun

Pada umumnya, sistem pemesanan taksi terdiri dari dua proses bisnis besar, yaitu proses pemesanan itu sendiri dan proses penyebaran pesanan. Tabel 3.1 berisi daftar proses bisnis

• Jaringan komputer adalah dua atau lebih komputer serta berbagai perangkat pendukung lainnya yang saling dihubungkan menggunakan sebuah media sehingga dapat saling berkomunikasi