HUBUNGAN MOTIVASI DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN KOMPETENSI PEMASANGAN KATETER MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES YOGYAKARTA
TESIS
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh : Suri Salmiyati
S541008097
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2014
ii
HUBUNGAN MOTIVASI DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN KOMPETENSI PEMASANGAN KATETER MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES YOGYAKARTA
TESIS
Oleh
SURI SALMIYATI S541008097
Tim penguji
Jabatan Nama TTD Tanggal
Ketua Dr. Nunuk Suryani, M. Pd ………... …….
NIP :196611081990032001
Anggota I Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr.,Sp.PA(K) ……….. …….
NIP :194903171976091001
Anggota II dr. P. Murdani K, MHPEd ………... …….
NIP :194805121979032001
Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat
Pada tanggal………2014
Direktur Ketua Program Studi
Program Pascasarjana UNS Magister Kedokteran Keluarga
v
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan peyusunan
tesis ini pada program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Minat Utama
Pendidikan Profesi Kesehatan Program Pascasarjana Universitas Sebalas Maret
Surakarta dengan judul: “Hubungan Motivasi Dan Kemandirian Belajar dengan
Kompetensi Memasang Kateter Mahasiswa Keperawatan Stikes Yogyakarta”
Penulisantesis ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menempuh pendidikan Pascasarjana(S-2) di Universitas Sebalas Maret
Surakarta.
2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus MS, selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk
menyusun tesis ini.
3. Dr. Hari Wujoso.dr. MM, SpF, selaku Ketua Program Studi Magister
Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan Pascasarjana (S-2)
pada program studi Kedokteran Keluarga.
4. Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr. Sp.PA(K), selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan tesis.
5. dr. Pancrasia Murdani K, MHPEd, (selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepadadalam penulisan tesis ini.
6. Bapak Drs. Sunarto dan Bapak Rahardiyanto, MM selaku Yayasan Samodra
Ilmu Cendekia yang telah memberikan ijinkepada penulis untuk dapat
melaksanakan penelitian ini.
vi
7. Ibu Sri Handayani, S.Kep.,Ns. M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Yogyakarta yang telah memberikan ijin dan motivasi kepada
penulis untuk melaksanakan penelitian ini.
8. Suami, anakku, orang tuaku dan seluruh keluarga ku tercinta yang selalu
memberikan dorongan motivasi serta do’a sampai terselesainyatesis ini.
9. Teman- teman S2 seperjuangan yang telah banyak membantu dalam
penyusunan usulan tesis ini, serta semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu- persatu yang telah berjasa dan membantu terselesainya tesis
ini.
Penulis berharap semogatesis ini bermanfaat bagi pengelola pendidikan,
mahasiswa dan para pembaca yang budiman, namun penulis juga menyadari
bahwa tesis ini masih perlu penyempurnaan, untuk itu kritik dan saranakanpenulis
terima dengan senang hati demi kebaikan bersama.
Akhirnya dengan tulus penulis berdoa semoga amal kebaikan semua pihak
mendapatkan pahala dan imbalan yang setimpal dari Allah SWT, Amin.
Surakarta, April 2014
Suri Salmiyati
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI TESIS... iii
HALAMAN PERNYATAAN... iv
C. Tujuan Penelitian... 4
D. Manfaat penelitian... 5
BAB II.TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori... 7
1. Motivasi Belajar... 7
2. Kemandirian Belajar... 13
3. Kompetensi... 21
4. Pemasangan Kateter... 26
5. Prestasi Belajar... 30
B. Penelitian yang Relevan... 42
C. Kerangka Berpikir... 43
D. Hipotesis Penelitian... 43
BAB III.METODE PENELITIAN A. Tempat dan waktu Penelitian... 45
viii
C. Populasi dan Sampel... 46
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 48
E. Teknik Pengumpulan Data... 50
F. Instrumen Penelitian... 51
G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian... 54
H. Teknik Analisis Data... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 65
B. Pembahasan... 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 80
B. Implikasi... 80
C. Saran... 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Kisi-kisi Kuesioner Motivasi……… 53
Tabel 3.2. Kisi-kisi Kuesioner Kemandirian………. 54
Tabel 4.1 Deskripsi Variabel Kompetensi, Motivasi belajar dan Kemandirian Belajar Mahasiswa Jurusan Keperawatan Stikes Yogyakarta 2013……… 66
Tabel 4.2 Ringkasan Hasil uji normalitas………. 68
Tabel 4.3 Ringkasan Hasil uji Linieritas………... 68
Tabel 4.4 Ringkasan Hasil uji multikolinieritas……… 69
Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Linier (X1-Y)………... 70
Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi Linier (X2-Y)………... 71
Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi Linier Ganda………. 73
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kisi-Kisi Kuesioner………... 88
Lampiran 2 : Lembar Penjelasan Penelitian……… 89
Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Responden………. 90
Lampiran 4 : Kuesioner Motivasi Belajar………... 91
Lampiran 5: Kuesioner Kemandirian Belajar……… 96
Lampiran 6 : SOP Pemasangan Kateter……….. 101
Lampiran 7 : Data Validitas……… 105
Lampiran 8 : Uji Validasi dan Reabilitas……… 106
Lampiran 9 : Hasil Olah Data Penelitian………. 127
xi
ABSTRAK
Suri Salmiyati,S541008097, 2014. Hubungan Motivasi dan Kemandirian
Belajar Dengan Kompetensi Memasang Kateter Mahasiswa Keperawatan Stikes Yogyakarta)Tesis.Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program
Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pendahuluan: Perkembangan dunia kesehatan merupakan tantangan bagi
profesi keperawatan dalam mengembangkan profesionalisme sehingga dibutuhkan
upaya peningkatan mutu dalam sistem pendidikan tinggi tenaga
kesehatan.Keberhasilankegiatan belajar mengajar dapat dipengaruhi oleh motivasi dan kemandirian belajar mahasiswa.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan menganalisis hubunganmotivasi dan
kemandirian belajar dengan kompetensi memasang kateter mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Yogyakarta.
Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan kuantitatif observasi
analitikdengan pendekatanCross- sectional.Populasi sumber dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Keperawatansemester VI stikes Yogyakarta.Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah tehnik total sampling. Sampelyang ada dikelas yang berjumlah 35 orang.Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.Analisis data meliputi analisis deskriptif dan
inferensial. Analisis data menggunakantehnik analisis regresi logistic
menggunakan program SPSS versi 15 for windows.
Hasil dan kesimpulan: Hasil Penelitian ini diketahui1) Ada hubungan yang
signifikan antara motivasi belajar dengan kompetensi pemasangan kateter sebesar 0,532 pada tingkat signifikansi 0,001. 2) Ada hubunganyang signifikan antara kemandirian belajar dengan kompetensi pemasangan katetersebesar 0,614 dengan tingkat signifikansi 0,000. 3) Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi dan kemandirian belajar dengan kompetensi pemasangan kateter sebesar 0,622 dengan tingkat signifikansi 0,000.
Kata Kunci : Motivasi, Kemandirian belajar, Kompetensi memasang kateter
xii
ABSTRACT
Introduction : The development of health care is a challenge for the nursing
profession in developing professionalism that why it takes effort to improve the quality of the higher education system of health personnel. The success of teaching and learning activities can be influenced bystudents motivation and independent learning.
Objective : This study aimed at analyzing the relationship between motivation
and independent learning with the students competency of installing catheter in Nursing Science students of Stikes Yogyakarta .
Methods : This research used quantitative analytical observation with cross -
sectional approach . Source population in this study were 5th semester students of Department of Nursing Stikes Yogyakarta. Sampling technique used in this study was the total sampling technique. The sample is in a class numbering of 35 students. The instrument used in this study was a questionnaire. Data analysis includes descriptive and inferential analysis. The data was analyzed by using logistic regression analysis techniques with SPSS version 15 for windows.
Results and conclusions : The results of this study note 1 ) There was a
significant relationship between learning motivation and catheter competency that was 0.532 at a significance level of 0.001 . 2) There was a significant relationship between independent learning with catheter competency that was 0.614 with a significance level of 0.000 . 3) There was a significant relationship between motivation and independent learning with catheter competency was 0.622 with a significance level of 0.000 .
Keywords : Motivation , learning Independence , Catheter competency appliance
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia kesehatan yang semakin pesat semakin membuka
pengetahuan masyarakat mengenai dunia kesehatan dan keperawatan.Hal ini
ditandai dengan banyaknya masyarakat yang mulai menyoroti kinerja
tenaga-tenaga kesehatan dan mengkritisi berbagai aspek yang terdapat dalam
pelayanan kesehatan. Pengetahuan masyarakat yang semakin meningkat,
berpengaruh terhadap meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu
pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan. Oleh karena itu, citra
seorang perawat semakin menjadi sorotan.Hal ini merupakan tantangan bagi
profesi keperawatan dalam mengembangkan profesionalisme selama
memberikan pelayanan yang berkualitas agar citra perawat senantiasa baik
dimasyarakat (Setiani, 2009).
Pendidikan Tinggi merupakan bagian integral dari sistem pendidikan
tinggi tenaga kesehatan untuk mendukung upaya pembangunan kesehatan.
Perguruan tinggi lahir sebagai institusi yang bertujuan mencetak lulusan yang
berkualitas dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Tujuan Pendidikan
Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan (Depdiknas, 2003).
Pencapaian hasil prestasi belajar yang baik seorang mahasiswa
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain : kecerdasan, bakat, minat dan
perhatian, motivasi, cara belajar, lingkungan keluarga dan sekolah. Adapun
faktor yang menghambat prestasi belajar mahasiswa antara lain kurangnya
disiplin diri dan disiplin dalam belajar baik di rumah maupun di sekolah,
seperti kurangnya kesadaran diri untuk belajar sendiri, kurang giat belajar,
kurang banyak waktu untuk belajar, kurang teratur belajar, ada rasa malas
belajar di rumah pada sore atau malam hari, banyak waktu kosong tidak
dimanfaatkan dengan baik (Tu’u, 2004).
Motivasi dan kemandirian belajar merupakan tujuan pendidikan
sedangkan proses individu merupakan proses pengembangan dan proses
realisasi kemandirian, proses peragaman, pengembangan dan perluasan
sistem kepribadian yang intinya terletak pada “diri” (Sugiharto, 2004). Dalam
proses belajar motivasi mahasiswa tercermin melalui ketekunan yang tidak
mudah patah untuk mencapai sukses, meskipun dihadang banyak kesulitan.
Motivasi juga ditunjukkan melalui intensitas dalam melakukan suatu tugas.
Beberapa penelitian tentang prestasi belajar mahasiswa menunjukkan
motivasi sebagai faktor yang banyak berpengaruh terhadap proses dan hasil
belajar mahasiswa ( Depdiknas, 2000).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian sangat menentukan
sekali tercapainya kemandirian seseorang, begitu pula dengan kemandirian
belajar siswa dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa itu sendiri,
maupun berasal dari luar yaitu lingkungan keluarga, sekolah, lingkungan
sosial ekonomi dan lingkungan masyarakat. Kemandirian siswa dalam belajar
akan terwujud sangat tergantung pada siswa tersebut melihat, merasakan dan
melakukan aktivitas belajar atau kegiatan belajar sehari-hari di dalam
lingkungan tempat tinggalnya (Sutisna, 2010).
Berdasarkan data evaluasi pembelajaran praktek mahasiswa semester
IV Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Yogyakarta tahun akademik
2010/2011 pada praktik keperawatan medikal bedah yang mendapatkan nilai
A hanya 7 orang (18,42%), dari data tersebut ditemukan bahwa ada
mahasiswa yang belum mendapatkan nilai maksimal sebesar 81,58% dari 38
mahasiswa, yang mungkin bisa disebabkan oleh beberapa faktor.
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti juga didapatkan data
bahwa motivasi dan kemandirian belajar pada mahasiswa dalam mendapatkan
ilmu melalui proses belajar dan mengajar masih kurang. Hal ini dibuktikan
dengan ketika proses praktek skill laboratorium mahasiswa kurang antusias
untuk berusaha mencoba, ketika diberikan waktu untuk mandiri hanya
beberapa mahasiswa yang menggunakan kesempatan tersebut akibatnya
mereka mendapatkan nilai yang kurang bagus pada saat ujian praktek
meskipun materi tersebut sudah pernah diberikan oleh dosen pengampu.
Berpijak dari gambaran di atas, untuk mengetahui apakah motivasi dan
kemandirian belajar berhubungan dengan kompetensi dalam pembelajaran
praktik keperawatan, maka peneliti perlu membuktikan secara ilmiah melalui
penelitian yang berjudul “Hubungan Motivasi dan Kemandirian Belajar
dengan Pencapaian Kompetensi Pemasangan Kateter mahasiswa Program
Studi Ilmu Keperawatan Stikes Yogyakarta”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Adakah hubungan antara Motivasi dan Kemandirian
Belajar dengan Pencapaian Kompetensi Pemasangan Katetermahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Yogyakarta”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan antara Motivasi dan Kemandirian Belajar dengan
Pencapaian Kompetensi Pemasangan Kateter mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Stikes Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis hubungan Motivasi Belajar dengan Pencapaian
Kompetensi Pemasangan katetermahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Stikes Yogyakarta.
b. Menganalisis hubungan Kemandirian belajar dengan Pencapaian
Kompetensi Pemasangan kateter mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Stikes Yogyakarta.
c. Menganalisis hubungan motivasi dan kemandirian belajar dengan
kompetensi pemasangan kateter mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Stikes Yogyakarta.
d. Menganalisis hubungan antara Motivasi dan Kemandirian Belajar
dengan Pencapaian Kompetensi Pemasangan Kateter mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Yogyakarta
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Memberikan bukti-bukti empiris tentang teori bahwa:
a. Motivasi belajar siswa dapat meningkatkan kompetensi skill
mahasiswa.
b. Kemandirian Belajar merupakan bagian proses pembelajaran untuk
mencapai kompetensi.
2. Praktis
a. Diharapkan memberikan informasi terhadap institusi pendidikan
bahwa Motivasi dan Kemandirian Belajarberhubungan dengan
pencapaian kompetensi mahasiswa.
b. Diharapkan dapat dipakai sebagai acuan penelitian selanjutnya
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata“motif’berarti daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan
sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subyek untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Dengan demikian motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi internal
(kesiapsiagaan).Berawal dari kata motif maka motivasi dapat diartikan
sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif, motif menjadi aktif
pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan
sangat dirasakan mendesak (Sardiman 2010).
Menurut Koeswara, Siagian, Scein,Biggs dan Telfer dalam
Dimyati dan Mudjiono (2002) motivasi adalah dorongan mental yang
menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku
belajar. Dalammotivasi terkandung adanya keinginan yang
mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap
dan perilaku individu. Buku lain menyebutkan setiap individu memiliki
kondisi internal, dimana kondisi internal tersebut turut berperan dalam
aktivitas sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal tersebut adalah
“motivasi”. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan
seseorang bertingkah laku.
Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk
melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh
karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu
mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. Istilah
motivasi yang berasal dari kata motif, dapat diartikan sebagai kekuatan
yang terdapat dalam individu, yang menyebabkan individu tersebut
bertindak atau berbuat.Motif tidak dapat diamati secara langsung.Tapi
dapat diinterpretasikan dalam tingkah laku (Hamzah, 2006).
Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya dimana
kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan atau
cita-cita.Motivasi belajar adalah kekuatan mental yang mendorong
terjadinya belajar (Dimyati dan Mudijono, 2002).
b. Komponen utama dalam motivasi
Ada tiga komponen utama dalam motivasi yatiu :
1) Kebutuhan
Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan
antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Dalam buku yang
ditulis oleh Basuki (2008), manusia memiliki berbagai macam
kebutuhan antara lain (a) Kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk
aktivitas, (b) Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain. Konsep
ini dapat diterapkan dalam kegiatan belajar, misalnya : mahasiswa
rajin belajar untuk menyenangkan orang tuanya, (c) Kebutuhan
untuk mencapai hasil, (d) Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan.
Kebutuhan manusia selalu berubah, begitu juga motivasinya selalu
berubah sesuai dengan kebutuhannya atau bersifat dinamis.Relevansi
dari masalah kebutuhan ini maka timbulah teori tentang motivasi.
2) Dorongan
Menurut Hull dalam Dimyati dan Mudjiono (2002), kebutuhan –
kebutuhan organisme merupakan penyebab munculnya dorongan,
dan dorongan akan mengaktifkan tingkah laku mengembalikan
keseimbangan fisiologis organisme. Tingkah laku organisme terjadi
disebabkan oleh respon dari organisme, kekuatan dorongan
organisme, dan penguatan kedua hal tersebut.Disamping kedua hal
tersebut juga ada pengaruh – pengaruh dari luar seperti insentif
(hadiah dan hukuman) yangmempengaruhi intensitas dan kualitas
tingkah laku organisme.
3) Tujuan
Tujuan merupakan pemberi arah pada perilaku. Secara
psikologis, tujuan merupakan titik akhir ”sementara” pencapaian
puncak kebutuhan. Jika tujuan tercapai maka kebutuhan terpenuhi
untuk ”sementara” (Dimyati dan Mudjiono 2002).
c. Macam – macam Motivasi
Macam atau jenis motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang,
maka dari itu penggolongan motivasinyapun bervariasi
1) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya antara lain
(a) Motivasi bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir tanpa
dipelajari. Sebagai contoh adalah dorongan untuk makan, minum,
bekerja, istirahat, seksual, dll. Motivasi ini sering disebut motif
biologis atau motif physiological drive, (b) Motivasi yang
dipelajari maksudnya adalah motif-motif yang timbul karena
dipelajari. Sebagai contoh adalah dorongan untuk belajar,
dorongan untuk mengajar di masyarakat. Motivasi ini sering
disebut social motives (Sardiman 2010).
2) Jenis motivasi menurut Frandsen dalam Sardiman (2010)
(a) Cognitive motives, motif ini merujuk pada gejala instrinsik,
yaitu menyangkut kepuasan individual. Jenis motif seperti ini
adalah sangat primer dalam kegiatan belajar, terutama yang
berkaitan dengan pengembangan intelektual, (b) Self expression,
penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia, Jadi
dalam hal ini seseorang memiliki keinginan untuk aktualisasi diri,
(c) Self-enhancement, melalui aktualisasi diri dan pengembangan
kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang. Dalam
belajar diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi peserta
didik untuk mencapai suatu prestasi.
d. Klasifikasi motivasi
Ada beberapa klasifikasi motivasi (Basuki, 2008) adalah (1) Motivasi
jasmaniah dan rokaniah.Ada beberapa ahli yang menggolongkan
motivasi menjadi dua, yaitu motivasi jasmaniah dan motivasi rokaniah.
Yang dimaksud motivasi jasmaniah misalnya refleks, insting otomatis,
nafsu, dan lain-lain. Sedang yang termasuk motivasi rokaniah adalah
kemauan, (2) Motivasi instrinsik dan ekstrinsik antara lain (a) Motivasi
instrinsi adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak
perlu dirangsang dari luar, contoh “ seorang yang gemar membaca
maka tidak usah ada orang yang mendorong, ia sudah rajin mencari
literatur untuk dibaca”,(b) Motivasi ekstrinsik, adalah motif-motif yang
aktif dan berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar. Contoh “
seseorang itu belajar karena besok pagi ada ujian, dengan harapan
mendapatkan nilai baik sehingga akan mendapatkan penghargaan atau
pujian”. Jadi belajar bukan karena ingin mengetahui sesuatu, tapi
karena ingin nilai baik dan mendapatkan hadiah.
e. Indikator Motivasi
Menurut Hamzah (2006), indikator Motivasi belajar adalah adanya
hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam
belajar, adanya harapan dan cita – cita masa depan, adanya
penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam
belajar, adanya lingkungan yang kondusif sehingga memungkinkan
seorang peserta didik belajar dengan baik.
f. Fungsi Motivasi Dalam belajar
Menurut Djamarah (2002), fungsi motivasi dalam belajar adalah
motivasi sebagai pendorong kegiatan, motivasi sebagai penggerak
perbuatan dimana adanya dorongan psikologis yang melahirkan sikap
terhadap anak didik merupakan suatu kekuatan yang tidak terbendung
yang kemudian menjadi bentuk gerakan psikofisik, motivasi sebagai
pengarah perbuatan dimana sesuatu yang dicari peserta didik
merupakan tujuan belajar dan tujuan belajar itulah sebagai pengarah
yang memberikan motivasi kepada peserta didik.
g. Peranan motivasi dalam pembelajaran
Peranan motivasi dalam pembelajaran menurut Iskandar (2009) ada
beberapa yaitu sebagai motor atau pendorong kegiatan pembelajaran,
memperjelas tujuan pembelajaran dimana tanpa tujuan maka tidak akan
ada motivasi, menyeleksi arah perbuatan misalnya ketika siswa
menghadapi ujian supaya lulus dan mendapat hasil yang baik maka
siswa harus mampu menyisihkan waktu untuk belajar, motivasi internal
dan eksternal dalam pembelajaran dimana kedua motivasi ini harus
sinergi dalam kegiatan pembelajaran apabila siswa ingin meraih hasil
yang memuaskan.
h. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
Berbagai faktor emosional sangat berpengaruh pada perhatian
terhadap sesuatu, berapa lama memperhatikan, seberapa jauh usaha
memahami pelajaran, dan bagaimana perasaan ikut ambil bagian dalam
kegiatan belajar. Ketakutan, perhatian, tingkat struktur, motivasi
berprestasi, motivasi sosial, keberhati-hatian, dan persaingan,
merupakan variabel yang penting dalam belajar. Cara yang baik untuk
mendiskripsikan motivasi belajar yaitu menggunakan model ARCS dari
Keller, yang membedakan aspek penting motivasi, yaitu :
1) Atensi, berkenaan dengan apakah pembelajar merasa bahwa
pembelajaran menarik dan berguna untuk dipertimbangkan
2) Relevan, berkaitan dengan apakah pembelajar merasa bahwa
pembelajaran berkaitan dengan tujuan
3) Keyakinan, berkenaan dengan apakah pembelajar mengharapkan
kesuksesan berdasarkan pada usahanya sendiri.
4) Kepuasan, berkaitan dengan penghargaan yang diterima pembelajar
dari pembelajaran (Anitah 2012).
2. Kemandirian Belajar
a. Pengertian Kemandirian
Kemandirian Belajar adalah kegiatan belajar aktif yang didorong
oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna
mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bakal pengetahuan
atau kompetensi yang telah dimiliki (Mudjiman, 2009).
Kemandirian belajar menurut Wragg E.C adalah suatu proses
dimana mahasiswa mengembangkan keterampilan-keterampilan
penting yang memungkinkannya menjadi pelajar yang mandiri,
mahasiswa dimotivasi oleh tujuan sendiri, imbalan dari proses belajar
bersifat intrinsik atau nyata bagi mahasiswa dan tidak tergantung
sistem luar untuk pemberian imbalan jerih payah belajarnya, dosen
hanya merupakan sumber dalam proses belajar, tetapi bukan pengatur
atau pengendali (Kartadinata,2001).
Dari beberapa pendapat tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah kemampuan
mahasiswa untuk belajar mandiri sebagai proses intensif yang biasa
dilakukan untuk mencapai tujuan belajar atau penguasaan materi
pelajaran yang menggunakan berbagai keterampilan atau teknik ilmiah
yang kreatif atas prakarsa atau inisiatif diri sendiri yang diwujudkan
dalam keberanian menetapkan sendiri tujuan belajar, memilih dan
menetapkan materi pelajaran, intensif menggunakan keterampilan
belajar, menetapkan teknik-teknik ilmiah dalam fase belajar dan
mempunyai prakarsa lebih dibanding pengajar.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar
Kemandirian belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1) Gen atau keturunan orang tua.
Orang tua memiliki sifat kemandirian tinggi sering kali
menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga.
2) Pola asuh orang tua
Cara orang tua mengasuh dan mendidik anak akan mempengaruhi
perkembangan kemandirian anak remajanya.
3) Sistem pendidikan di sekolah
Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan demokrasi
pendidikan dan cenderung menekankan indoktrinasi tanpa argumen
akan menghambat perkembangan kemandirian remaja sebagai siswa.
4) Sistem kehidupan di masyarakat. Sistem kehidupan masyarakat
yang terlalu menekankan pentingnya hierarki struktur sosial, merasa
kurang aman atau mencekam serta kurang menghargai manifestasi
potensi remaja dalam kegiatan produktif dapat menghambat
kelancaran perkembangan kemandirian remaja atau siswa.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam mencapai
kemandirian seseorang tidak terlepas dari faktor-faktor yang
mendasari terbentuknya kemandirian itu sendiri. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kemandirian sangat menentukan sekali tercapainya
kemandirian seseorang, begitu pula dengan kemandirian belajar siswa
dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa itu sendiri, maupun yang
berasal ari luar yaitu lingkungan keluarga, sekolah, lingkungan sosial,
ekonomi, dan lingkungan masyarakat.
Faktor-faktor tersebut mempunyai peranan yang sangat penting
dalam kehidupan yang selanjutnya akan menentukan seberapa jauh
seorang individu bersikap dan berfikir secara mandiri dalam
kehidupan lebih lanjut.
Dengan demikian, maka dalam mencapai kemandirian seseorang
tidak lepas dari faktor-faktor tersebut di atas dan kemandirian siswa
dalam belajar akan terwujud sangat bergantung pada siswa tersebut
melihat, merasakan dan melakukan aktivitas belajar atau kegiatan
belajar sehari-hari di dalam lingkungan tempat tinggalnya (Sutrisna,
2010).
c. Ciri-ciri kemandirian belajar
Menurut Sardiman dalam Kurniawan (2011) ciri-ciri kemandirian
belajar meliputi :
1) Adanya kecenderungan untuk berpendapat, berperilaku dan
bertindak atas kehendaknya sendiri
2) Memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai suatu tujuan
3) Membuat perencanaan dan berusaha dengan ulet, tekun untuk
mewujudkan harapan
4) Mampu untuk berfikir dan bertindak secara kreatif, penuh inisiatif
dan tidak sekedar meniru
5) Memiliki kecenderungan untuk mencapai kemajuan untuk
meningkatkan prestasi belajar
6) Mampu menentukan sendiri tentang sesuatu yang harus dilakukan
tanpa mengharapkan bimbingan orang lain
d. Keterampilan-keterampilan belajar secara mandiri
Menurut Suparno dalam Astuti (2005) ada beberapa
keterampilan-keterampilan belajar yang harus dimiliki oleh siswa agar dapat
meningkatkan kemandirian dalam belajarnya, yaitu :
1) Mengenali diri sendiri
2) Memahami diri sendiri menjadi sangat penting karena banyak
orang yang keliru menafsirkan kemampuan-kemampuan dirinya
baik karena menilai terlalu optimis maupun sebaliknya karena
terlalu pesimistik dan menilai rendah
kemampuan-kemampuannya dan akan sangat penting untuk memahami apa
yang sebenarnya ingin dicapai atau dicita-citakan, yang
merupakan visi terhadap kehidupan yang akan datang.
3) Memotivasi diri sendiri
Motivasi ada yang bersifat instrinsik yaitu yang memang tumbuh
di dalam orang itu sejak awal, tetapi ada juga motivasi yang
sifatnya ekstrinsik yaitu yang berasal dari luar dirinya, apakah itu
dari orang tua, guru, teman ataupun tuntutan pekerjaan.
Menumbuhkan motivasi ini sebenarnya bisa dipelajari yaitu
dengan cara membuat daftar keuntungan-keuntungan yang akan
diperoleh tatkala memutuskan untuk mempelajari sesuatu.
4) Mempelajari cara-cara belajar efektif
Tipe atau gaya orang untuk belajar mereupakan ha yang unik
untuk dirinya dan mungkin sangat berbeda dengan gaya belajar
orang lain. Namun ada beberapa tips yang dapat dicatat tentang
tindakan-tindakan yang dapat membantu mengefektifkan
seseorang dalam belajar, diantaranya :
a) Membuat rangkuman
Rangkuman adalah ikhtisar tentang hal-hal esensia yang
terkandung dalam bahan bacaan atau pemaparan lisan yang
kita simak tersebut yang lebih ramping. Rangkuman
membuat seseorang ketika mengulang pekerjaan atau ketika
mencoba mengingat kembali apa yang telah dibacanya.
Setelah selesai membaca dan membuat rangkuman dapat
membuat pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab sendiri.
b) Membuat pemetaan konsep-konsep penting
Pemetaan merupakan gambaran konsep-konsep yang
berhubunga, dalam hal pemetaan konsep-konsep penting
maka ada konsep utama dan ada konsep pelengkap yang
diasosiasikan dengan konsep utama. Konsep pelengkap dan
konsep asosiasi ini dapat diperoleh dari bahan bacaan itu
sendiri.
c) Mencatat hal-hal yang esensial dan membuat komentar
Cara mencatat semacam ini dapat dilakukan pada kertas yang
terpisah, yang dibagi menjadi dua bagian ; di sebelah kiri
dibuat catatan-catatan penting yang sifatnya deskriptif sesuai
dengan apa yang dibaca atau yang didengar. Di sebelah
kanan dibuat catatan-catatan yang sifatnya lebih personal,
dapat berupa kesan atau perintah-perintah kepada diri sendri
untuk mengasosiasikan atau menghubungkan pengalaman
sebelumnya.
d) Membuat situasi yang kondusif
Belajar adalah pekerjaan yang memerlukan pengerahan
penglihatan, pendengaran, latihan dan pikiran oleh karena itu
diperlukan suasana yang menunjang seperti tempat yang
relatif tenang dan pikiran yang konsentrasi. Cara belajar yang
sehat adalah cara yang rileks tidak mengganggu postur tubuh
dan tidak mengganggu konsentrasi.
e) Mengenal lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan belajar
atau sumber-sumber belajar yang tidak terhitung jumlahnya.
Sumber-sumber belajar berupa orang, bahan bacaan, lembaga
atau instansi, maupun seting yang sengaja meupun yang
semula tidak sengaja untuk dijadikan sumber belajar tetapi
dapat berfungsi sebagai sumber belajar.
5) Mengarahkan diri sendiri dalam belajar
Mengarahkan diri sendiri dalam belajar merupakan cara
memulai kegiatan belajar karena lingkungan yang mendorongnya
melakukan sesuatu. Adapula orang yang mengarahkan diri sendiri
di dalam belajar karena memang sistem dalam lingkungannya
memberikan peluang, selain itu ada juga orang yang
melaksanakan kegiatan pengarahan diri dalam belajar itu karena
faktor kebetulan ketika ia sudah mempunyai waktu luang untuk
mempelajari sesuatu yang menjadi minatnya.
e. Indikator/Determinan Kemandirian Belajar
Kemandirian belajar menurut Kartadinata (2001) mempunyai 5
aspek dan dapat dijadikan indikator antara lain :
1) Bebas bertanggung jawab dengan ciri-ciri mampu menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan tanpa bantuan orang lain, tidak
menunda waktu dalam mengerjakan tugas, mampu membuat
keputusan sendiri, mampu menyelesaikan masalah sendiri dan
bertanggung jawab atau menerima resiko dari perbuatannya.
2) Progresif dan ulet dengan ciri-ciri tidak mudah menyerah bila
menghadapi masalah, tekun dalam usaha mengejar prestasi,
mempunyai usaha dalam mewujudkn harapannya, melakukan
berbagai cara untuk mencapai tujuan dan menyukai hal-hal yang
menantang.
3) Inisiatif atau kreatif, dengan ciri-ciri mempunyai kreatifitas yang
tinggi, mempunyai ide-ide yang cemerlang, mempunyai hal-hal
yang baru, suka mencoba-coba dan tidak suka meniru orang lain
4) Pengendalian diri, dengan ciri-ciri mampu mengendalikan emosi,
mampu mengendalikan tindakan, menyukai penyelesaian masalah
secara damai, berpikir dulu sebelum bertindak dan mampu
mendisiplinkan diri
5) Kemampuan diri, dengan ciri-ciri mengenai diri sendiri secara
mendalam, dapat menerima diri sendiri, percaya pada kemampuan
sendiri, memperoleh kepuasan dari usaha sendiri dan tidak mudah
terpengaruh oleh orang lain.
3. Kompetensi a. Pengertian
Spencer dan Spencer (2008), mendefinisikan kompetensi
sebagai karakteristik dasar dari seseorang yang biasanya terkait
dengan kinerja yang efektif menurut kriteria tertentu.Kompetensi
merupakan karakteristik seseorang yang terkait dengan kinerja terbaik
dalam sebuah pekerjaan tertentu.
Kompetensi juga dapat didefinisikan sebagai suatu karakteristik
dasar individu yang memiliki hubungan kausal sebab akibat dengan
kriteria yang dijadikan acuan, efektif atau berpenampilan superior
ditempat kerja pada posisi tertentu.Hubungan kausal berarti bahwa
kompetensi dapat menyebabkan atau digunakan untuk memprediksi
seseorang yang bekerja dengan baik atau buruk yang sesuai dengan
kriteria spesifik atau standar (Nursalam dan Efendi 2009).
Kompetensi mencerminkan hal-hal berikut :
a) Pengetahuan, pemahaman, dan pengkajian
b) Serangakaian ketrampilan kognitif, teknik psikomotor dan
interpersonal
c) Kepribadian dan sikap serta perilaku
Menurut Kepmendiknas 045/U/2002, kompetensi adalah
seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat
dalam melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu.
Empat pilar (The Four Pillar Of UNESCO) yang mendasari
Kepmendiknas No. 232/U/2000 adalah seorang yang kompeten harus
dapat memenuhi persyaratan landasan kemampuan pengembangan
kepribadian. Empat pilar tersebut adalah :
a) Kemampuan penguasan ilmu dan ketrampilan (Know how and
know why)
b) Kemampuan berkarya (know to do)
c) Kemampuan menyikapi dan perilaku dalam berkarya, sehingga
memiliki kemandirian dalam menilai dan mengambil keputusan
dengan penuh tanggung jawab ( to be)
d) Kemampuan bekerja sama dalam hidup bermasyarakat dengan
saling menghormati dan menghargai nilai-nilai pluralisme dan
kedamaian (to live together)
b. Karakteristik kompetensi
Nursalam dan Efendi (2009) menjelaskan ada empat hal yang
merupakan karakteristik kompetensi yaitu motif, bawaan,
pengetahuan akademik dan keahlian. Motif adalah sesuatu yang
secara konsisten dipikirkan atau diinginkan oleh seseorang yang
menyebabkan munculnya suatu tindakan. Motif akan mengarahkan
dan menyeleksi sikap menjadi tindakan atau tujuan sehingga lain dari
yang lain. Bawaan dapat berupa karateristik fisik atau kebiasaan
dalam merespon suatu situasi atau informasi tertentu.Pengetahuan
merupakan kompetensi yang kompleks.Skor pada tes pengetahuan
sering kali kurang bermanfaat untuk memprediksi kinerja seseorang di
tempatnya bekerja karena sulitnya mengukur kebutuhan pengetahuan
dan keahlian yang secara nyata digunakan dalam pekerjaan.
Pengetahuan akan dapat memprediksi apa yang dapat dilakukan
seseorang bukan apa yang akan dilakukan.
Departemen Pendidikan Nasional (2001), mengemukakan
bahwa kurikulum yang berbasis kompetensi memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1) Menekankan pada ketercapaian kompetensi mahasiswa baik
secara individual maupun klasikal;
2) Berorientasi pada hasil belajar (learning out comes);
3) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan
metode yang bervariasi;
4) Sumber belajar bukan hanya pendidik tetapi sumber belajar lainya
yang memiliki unsur edukatif;
5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Dalam kurikulum kompetensi diarahkan untuk mengembangkan
pengetahuan, kemampuan, nilai-nilai, sikap, dan minat peserta didik
agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan,
dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.Oleh karena itu dalam
kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mencakup sejumlah
kompetensi dan seperangakat tujuan pembelajaran yang dinyatakan
sedemikian rupa sehingga dapat diamati dalam bentuk perilaku dan
ketrampilan.Mahasiswa dapat menguasai sekurang-kurangnya tingkat
kompetensi minimal agar mahasiswa dapat mencapai tujuan sesuai
dengan konsep belajar tuntas dan pengembangan bakat.
c. Komponen kompetensi
Berdasarkan definisi kompetensi di atas, komponen-komponen
atau karakteristik yang membentuk sebuah kompetensi menurut (BKN
RI 2003) adalah:
1) Motives yaitu konsistensi berfikir mengenai sesuatu yang
diinginkan atau dikehendaki oleh seseorang, sehingga
menyebabkan suatu kejadian;
2) Traits, yaitu karakteristik fisik dan tanggapan yang konsisten
terhadap informasi atau situasi tertentu;
3) Self conceps, yaitu sikap, nilai, atau imaginasi seseorang;
4) Knowledge, informasi seseorang dalam lingkup tertentu;
5) Skills, yaitu kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas fisik atau
mental tertentu.
d. Manfaat kompetensi
Konsep kompetensi diterapkan dalam berbagai aspek dari
Manajemen Sumber Daya Manusia.Awalnya kompetensi
dimanfaatkan dalam bidang pelatihan dan pengembangan, rekruitmen,
dan seleksi dan sistem remunerasi. Berbagai perusahaan besar didunia
menggunakan konsep kompetensi (BKN RI, 2003) dengan alasan
sebagai berikut:
1) Memperjelas standar kerja dan harapan yang ingin dicapai.
2) Alat seleksi karyawan.
3) Memaksimalkan produktivitas.
4) Dasar untuk mengembangakan sistim remunerasi.
5) Memudahakan adaptasi terhadap perubahan.
6) Menyelaraskan perilaku kerja dengan nilai-nilai organisasi.
e. Metode pengukuran kompetensi
Menurut BKN RI (2003) terdapat beberapa metode dan alat ukur
yang digunakan dalam pengukuran kompetensi seperti referensi dari
professional.Assesement center, psikotest, graphology/astrology,
wawancara perilaku, self assesment, panel, penilaian 3600, kuisioner
ordinal/likert, dan biodata.Diantara metode dan alat ukur tersebut
Assesment center merupakan metode ilmiah yang terjamin dari segi
objektivitas, validitas dan reliabilitas. Selanjutnya metode wawancara
perilaku dan kuisioner.
4. Pemasangan Kateter a. Pengertian
Pemasangan kateter merupakan tindakan keperawatan dengan
cara memasukkan selang lateks atau plastik melalui uretra ke kandung
kemih (Perry and Potter, 2010).
b. Tujuan
Menurut Aziz (2006) tujuan dari pemasangan kateter membantu
memenuhi kebutuhan eliminasi dan sebagai pengambilan bahan
pemeriksaan.
c. Indikasi pemasangan kateter
Indikasi pemasangan kateter pada Tipe intermiten : a) tidak
mampu berkemih 8-12 jam setelah operasi, b) retensi akut setelah
trauma uretra, c) tidak mampu berkemih akibat obat sedatif atau
analgesik, d) cedera pada tulang belakang, e) degenerasi
neuromuskular secara progresif, f) pengeluaran urine residual.
Indikasi pemasangan kateter pada Tipe indwelling : a) obstruksi aliran
urine, b) pascaoperasi uretra dan struktur di sekitarnya (TUR-P),
c) obstruksi uretra, d) inkontinensia dan disorientasi berat (Aziz,
2006).
d. Persiapan Alat
1) Disediakan meja yang menyediakan:
a) Kateter sesuai dengan ukuran dan jenis
b) Sarung tangan bersih dan steril
c) Lydocain Jelly
d) Spuit 10 CC
e) Urine bag
2) Disediakan tempat tidur dengan:
a) Phantom kateter pria dan wanita
b) Gantungan urine bag
3) Disediakan trolley yang berisi:
a) Bak instrument sedang dengan tutupnya (steril) yang
bersisi: pinset anatomis, pinset sirurgi, kapas gulung
(ukuran sekitar 2x2 cm) atau kassa steril dalam kom kecil,
kom kecil berisi iodine povidone
b) Hypavix/plester
c) Aqua 30 ml
d) Perlak dan pengalas
e) Peralatan untuk dressing
f) NaCl 0,9%
g) Kassa steril
h) Korentang
i) Bengkok
j) Gunting plester
4) Alat tulis, form dokumentasi
e. Langkah-langkah pemasangan kateter
1) Tahap pra interaksi :
a) Verifikasi order
b) Kesiapan diri
c) Siapkan alat
d) Siapkan lingkungan: Jaga privacy pasien
2) Tahap orientasi :
a) Berikan salam, panggil pasien dengan nama yang disukai
b) Perkenalkan diri
c) Klarifikasi kontrak waktu pemasangan kateter
d) Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kateter
e) Beri kesempatan pasien untuk bertanya
f) Meminta persetujuan pasien untuk dilakukannya tindakan
g) Persipan alat didekatkan klien
3) Tahap kerja :
a) Perawat cuci tangan
b) Memasang pengalas/perlak dibawah bokong klien dipasang
c) Pakaian bagian bawah klien dikeataskan/dilepas.
d) Bengkok diletakkan didekat bokong klien
e) Buka pembungkus urin kateter
f) Bak instrument dibuka, sarung tangan steril dipakai, duk steril
dipasang.
g) Genitalia dibersihkan dengan cara : Penis dipegang dengan
tangan non dominan penis dibersihkan dengan menggunakan
kapas/ kassa yang diolesi iodine povidone oleh tangan
dominan dengan gerakan memutar dari meatus ke luar.
Tindakan bisa dilakukan beberapa kali hingga bersih.
Kemudian pinset diletakkan dalam bengkok.*
h) Jelly diinjeksikan kedalam uretra klien *
i) Kateter diambil dan disambungkan dengan urine bag,
kemudian kateter dimasukkan kedalam uretra secara
perlahan-lahan dengan menggunakan pinset sampai urine keluar. Pasien
diminta tarik napas dalam selama pemasangan. *
j) Cairan aquades 20-30 cc dimasukkan atau sesuai ukuran yang
tertulis. Kateter sedikit ditarik sampai ada tahanan. *
k) Duk dilepaskan
l) Kateter difiksasi ke perut pasien
m) Urine bag digantung ditempatnya
n) Sarung tangan dilepaskan
o) Klien dirapikan kembali
p) Alat dirapikan kembali
q) Mencuci tangan dilakukan (menyampaikan dengan lisan dan
melakukan gerakan mencuci tangan, urutan cara mencuci
tangan tidak dinilai)
4) Tahap Terminasi :
a) Tanyakan respon pasien setelah dilakukan tindakan
b) Simpulkan hasil tindakan
c) Berikan reinforcemen pada pasien
d) Kontrak kegiatan selanjutnya
e) Akhiri kegiatan dengan memberi salam
5) Dokumentasi:
a) Tindakan yang telah dilakukan
b) Respon pasien
c) Ukuran selang
d) Tanggal dan jam pemasangan
e) Nama dan tanda tangan perawat yang memasang kateter
6) Sikap :
a) Teliti
b) Empati
c) Memperhatikan keamanan
Keterangan : * : crithical point (wajib dilakukan)
5. Prestasi Belajar
a. Pengertian prestasi
Prestasi adalah penialaian pendidikan tentang perkembangan
dan kemajuan siswa berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran
yang disajikan kepada siswa (Harahap dalam Djamarah, 2000). Dalam
kamus besar bahasa Indonesia, prestasi belajar adalah hasil yang
dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainnya) (Sastro, 2005).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi
adalah hasil suatu kegiatan yang dilakukan seseorang.
b. Pengertian belajar
Belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan
bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan
tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Belajar adalah
modifikasi atau memperkuat tingkah laku melalui pengalaman dan
latihan. Belajar juga diartikan sebagai suatau proses perubahan tingkah
laku individu melalui interaksi dengan likungannya (Hamalik, 2010).
Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses yakni suatau
kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan, yang menjadi hasil dari
belajar bukan penguasaan hasil latihan melainkan perubahan tingkah
laku. Karena belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, maka
diperlukan pembelajaran yang bermutu yang berlangsung
menyenangkan, mencerdaskan siswa, menarik minat siswa dan
meningkatkan hasil belajar.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk mampu memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebgai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. (Slamento, 2003), dalam proses pembelajaran
diharapkan dapat tercapainya tujuan yang telah ditetapkan
(Annurrohman, 2009).
Menurut Muhammaddalam Bagoes (2011), belajar adalah suatu
perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungan. Perubahan
perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan
lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja, dengan
demikian belajar dikatakan berhasil bila terjadi perubahan dalam diri
individu.Sebaliknya apabila tidak terjadi perubahan dalam diri individu
maka belajar tidak dikatakan berhasil.
Dari pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang mengarah
pada suatu perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan
lingkungannya, sehingga diperlukan pembelajaran yang bermutu yang
langsung menyenangkan, mencerdaskan siswa, menarik minat siswa
dan meningkatkan prestasi belajar.
c. Tujuan belajar
Menurut Bloom dalam Sardiman (2003), tujuan belajar
mencakup tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan
psikomotor.Masing- masing ranah itu atau domain ini dirinci lagi
menjadi beberapa tingkat, kemampuan (lavel of competence). Rincian
ini dapat disebutkan sebagai berikut:
1) Kognitif Domain
a) Knowledge (pengetahuan)
b) Comprehenship (pemahaman, menjelaskan, meringkas dan
mencontoh).
c) Analysis (menguraikan, menentukan hubungan)
d) Syntesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk
bangunan baru).
e) Evaluasi (menilai)
f) Aplication (menerapkan)
2) Affektif Domain
a) Receiving (sikap menerima)
b) Responding (memberikan respon)
c) Valuing (menilai)
d) Organizing (organisasi)
e) Characterization (karakteristik)
3) Psykomotor Domaian
a) Persepsi
b) Sikap bertindak
c) Menirukan
d) Gerak mekanik
e) Gerak Komplek
d. Pengertian prestasi belajar
Prestasi belajar merupakan tujuan dalam proses pembelajaran
(Annurrohman,2009). Sedangkan menurut Nasution (1996) prestasi
belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berpikir,
merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila
memenuhi tiga aspek yakni kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya
dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu
memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes prestasi
belajar.Menurut Azwar (2009) tujuan dibuatnya tes pretasi belajar
yaitu mengungkap keberhasilan seorang dalam belajar.Tes prestasi
belajar disusun secara terencana untuk mengungkap performasi
maksimal subyek dalam menguasai materi yang telah diajarkan. Untuk
menilai hasil belajar, pembelajar dapat menggunakan bermacam-
macam achience test, seperti oral test, essay test dan objective test
atau short –answer test. Sedangkan untuk nilai proses belajar dan hasil
belajar yang bersifat ketrampilan (skill) , tidak dapat dipergunakan
hanya dengan tes tertulis atau lisan, tetapi harus dengan performance
test yang bersifat praktek.
e. Jenis dan indikator prestasi belajar
Prestasi belajar pada dasarnya adalah hasil akhir yang
diharapkan dapat dicapai setelah seseorang belajar.Menurut Tafsir
(2008), hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku yang
diharapkan itu merupakan suatu target atau tujuan pembelajaran yang
meliputi 3 (tiga) aspek yaitu: 1) tahu, mengetahui (knowing); 2)
terampil melaksanakan atau mengerjakan yang ia ketahui itu (doing);
dan 3) melaksanakan yang ia ketahui itu secara rutin dan konsekwen
(being).
Menurut Bloomdalam Abdullah (2008), bahwa hasil belajar
diklasifikasikan ke dalam tiga ranah yaitu: 1) ranah kognitif (cognitive
domain);2) ranah afektif (affective domain); dan 3) ranah psikomotor
(psychomotor domain).
Dari pendapat diatas dapat di simpukan bahwa jenis prestasi
belajar itu meliputi 3 (tiga) ranah atau aspek, yaitu: 1) ranah kognitif
(cognitive domain);2) ranah afektif (affective domain); dan 3) ranah
psikomotor (psychomotor domain).
Untuk mengungkap hasil belajar atau prestasi belajar pada
ketiga ranah tersebut di atas diperlukan patokan-patokan atau
indikator-indikator sebagai penunjuk bahwa seseorang telah berhasil
meraih prestasi pada tingkat tertentu dari ketiga ranah tersebut. Syah
(2008), mengemukakan bahwa: “kunci pokok untuk memperoleh
ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas
adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya
prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak
diungkapkan atau diukur”.
Pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai
indikator-indikator prestasi belajar sangat diperlukan ketika seseorang
akan menggunakan alat dan kiat evaluasi. Menurut Syah (2007),
mengemukakan bahwa urgensi pengetahuan dan pemahaman yang
mendalam mengenai jenis-jenis prestasi belajar dan
indikator-indikatornya adalah bahwa pemilihan dan pengunaan alat evaluasi
akan menjadi lebih tepat, reliabel, dan valid.
f. Faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu
diperhatikan faktor internal dan ekternal.Faktor internal adalah kondisi
atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, ketrampilan,
kemampuan dan sebagainya.Faktor ekternal adalah kondisi yang ada di
luar diri pribadi manusia, misalnya ruang yang bersih, sarana dan
prasarana belajar yang memadai.
1) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam
faktor internal yaitu kecerdasan atau intelegensi, bakat, minat dan
motivasi, kesehatan dan gaya belajar.
a) Kecerdersaan/ intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan
untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang
dihadapinya.Kecerdasan merupakan satu aspek penting yang
menentukan keberhasilan studi seseorang. Slamento (2003)
mengatakan bahwa tingkat intelegensi studi yang tinggi akan
lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi
yang rendah. Dari pendapat tersebut jelaslah bahwa intelegensi
merupakan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.
b) Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki
seseorng sebagai kecakapan pembawaan. Slamento (2003)
menyatakan bahwa bakat adalah potensi atau kemampuan yang
bila diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar
akan menjadi kecakapan yang nyata. Syah (2008) mengatakan
bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan
tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan
latihan.Dari pendapat tersebut jelaslah bahwa tumbuhnya
keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat
yang dimilikinya, oleh karena itu bakat mempengaruhi tinggi
rendahnya prestasi belajar bidang- bidang studi tertentu.
c) Minat
Menurut Syah (2007) minat adalah kecenderungan yang
menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau
hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.
Menurut Slamento (2003) minat adalah kecenderungan yang
tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan,
kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang
disertai dengan rasa sayang. Apabila seseorang mempunyai
minat yang tinggi terhadap sesuatau hal maka akan terus
berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya
dapat tercapai sesuai dengan keinginananya.
Berdasarkan pendapat diatas, jelaslah bahwa minat besar
pengaruhnya terhadap prestasi belajar. Pelajaran yang menarik
minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat
mampu mendorong.
d) Motivasi
Menurut Nasution (1996) motivasi adalah segala daya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatau, sedangkan
Sardiman (2003) mengatakan bahwa motivasi adalah dorongan
yang menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin
melakukan sesuatu.Motivasi dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu 1).Motivasi instrisik dan 2).Motivasi ekstrinsik.
e) Kemandirian
kemandirian belajar merupakan kemampuan mahasiswa
untuk belajar mandiri sebagai proses intensif yang biasa
dilakukan untuk mencapai tujuan belajar atau penguasaan
materi pelajaran yang menggunakan berbagai keterampilan
atau teknik ilmiah yang kreatif atas prakarsa atau inisiatif diri
sendiri yang diwujudkan dalam keberanian menetapkan sendiri
tujuan belajar, memilih dan menetapkan materi pelajaran,
intensif menggunakan keterampilan belajar, menetapkan
teknik-teknik ilmiah dalam fase belajar dan mempunyai
prakarsa lebih dibanding pengajar.
f) Kesehatan
Apabila kesehatan pebelajar terganggu, maka hal ini dapat
membuat pebelajar tidak bersemangat untuk belajar. Secara
psikologis, gangguan pikiran dan perasaan, kecewa karena
konflik juga dapat mempengaruhi proses belajar.
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor- faktor yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa.
Menurut Slamento (2003) faktor eksternal yang mempengaruhi
belajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan
masyarakat.
a) Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat
tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan.Sebagaimana yang
dijelaskan oleh Slamento (2003) bahwa keluarga adalah
lembaga pendidikan pertama dan utama.Orang tua hendaknya
menyadari bahwa pendidikan di mulai dari keluarga, sedangkan
sekolah merupakan pendidikan lanjutan.Perhatian orangtua
dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat
belajar dengan tekun.
b) Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama
yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar
pebelajar. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian
pelajaran, hubungan pembelajar dengan pebelajar, alat- alat
pelajaran dan kurikulum. Menurut Slamento (2003) pembelajar
dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan,
dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.
c) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan berpengaruh terhadap perkembangangan
pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari- hari anak akan
lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu
berada. Slamento (2003) berpendapat lingkungan masyarakat
dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-
anak yang sebayanya. Apabila anak- anak yang sebaya
merupakan anak- anak yang rajin belajar, maka anak akan
terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila
anak- anak disekitarnya merupakan kumpulan anak- anak nakal
maka anakpun dapat terpengaruh pula.
Selain pendapat diatas salah satu aktualisasi diri siswa adalah
dengan prestasi belajar. Prestasi belajar agar tercapai perlu
diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar yaitu:
faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dari luar diri individu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar menurut Suharjono
dalam Wulandari (2009) berasal dari luar dan dalam diri individu.
Faktor dari luar yaitu: bahan atau materi, lingkungan, dan instrumental.
Lingkungan alam dan sosial sedangkan instrumental meliputi
kurikulum, sarana, fasilitas, dan pengajar. Faktor dari dalam individu
yaitu: kondisi fisiologis dan psikologis. Keadaan dan fungsi psikologis
semuanya berpengaruh terhadap proses belajar namun, yang utama
antara lain kecerdasan, bakat, motivasi, konsebtrasi, minat dan cara
belajar (gaya belajar).
Menurut Sudjana (2002), prestasi belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya. Sedangkan menurut Kingseley dalam Sudjana (2002),
membagi tiga macam prestasi belajar mengajar: ketrampilan dan
kebiaasaan, pengetahuan dan pengarahan, dan sikap dan cita- cita. Dari
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah
kemampuan ketrampilan, sikap dan ketrampilan yang diperoleh siswa
setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga
dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari –
hari.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu faktor yang berasal dai
dalam diri individu dan faktor yang berasal dari luar indovidu. Kedua
faktor ini akan saling mendukung dan saling berinteraksi sehingga
membuahkan sebuah hasil belajar.
B. Penelitian yang relevan
1. Hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar
Menurut Agustin (2006), Hubungan antara Motivasi Belajar
dengan Prestasi Belajar Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Pada
Siswa SLTP Kelas II Tangerang. Dalam penelitian ini taraf signifikasi
5% diperoleh r tabel = 0,217 sedangkan pada taraf signifikansi 1%
diperoleh r tabel = 0,283. Jika dilihat pada harga r tabel tersebut rxy lebih
besar daripada harga r tabel baik pada taraf signifikansi 5 % (0.38 >
0.217 maupun pada taraf signifikansi 1% (0.38 > 0.283). dengan
demikian hipotesis alternative diterima artinya terdapat hubungan positif
yang lemah antara variabel X dan variabel Y.
2. Pengaruh kemandirian belajar dengan prestasi belajar
Menurut Suyati (2012), Pengaruh kemandirian belajar dengan
prestasi belajar mata kuliah ketrampilan dasar praktek klinik prodi D-III
kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan dengan hasil penelitian memperoleh
data yang menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara kemandirian
belajar (X2) dengan prestasi belajar mahasiswa (Y) diperoleh nilai r
hitung (0,551) >r tabel (0,195) dengan taraf signifikan 5% (N = 100)
maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan kemandirian
belajar dengan prestasi belajar mata kuliah KDPK. Setelah dilakukan
pengujian keberartian koefisien korelasi dengan menggunakan t – test
diperoleh nilai t hitung sebesar 4,413 dibandingkan dengan t tabel pada
taraf signifikansi 5% dk = 98 diperoleh t tabel sebesar 1,980, karena t
hitung > t tabel maka dinyatakan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang
berarti terdapat hubungan yang berarti (signifikan) antara kemandirian
belajar dengan prestasi belajar mata kuliah KDPK. Berarti semakin baik
kemandirianbelajar maka prestasi belajar jugasemakin baik.Berdasarkan
tabel dari Guilford Emprical Rules maka derajat keeratan hubungan
antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar ada pada kategori
sedang / cukup kuat.
Besar pengaruh kemandirian belajar terhadap prestasi belajar
ditunjukkan pada nilai koefisien determinasi sebesar 30,36% , hal ini
berarti prestasi belajar ditentukan oleh kemandirian belajar sebesar
30,36% dan sisanya yaitu sebesar 69,64% ditentukan oleh faktor lain.
C. Kerangka Berpikir
Seperti yang telah dikemukan dalam kajian teori bahwa usaha belajar
mahasiswa khususnya untuk mencapai kompetensi di dalam pembelajaran
praktik di pengaruhi banyak faktor. Setiap mahasiswa memiliki motivasidan
kemandirian belajar yang berbeda dalam menerima pembelajaran.Motivasi
dan kemampuan mahasiswa untuk belajar mandiri sebagai faktor yang
banyak berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar mahasiswa.
Menurut teori di atas dapat dibuat kerangka berfikir dengan penjelasan
1. Ada hubungan positif antara MotivasiBelajar dengan Kompetensi
Pemasangan KateterMahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes
Yogyakarta.
2. Ada hubungan positif antara KemandirianBelajar dengan Kompetensi
Pemasangan KateterMahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes
Yogyakarta.
3. Ada hubungan positif antara Motivasi dan KemandirianBelajar secara
bersama-sama dengan Kompetensi Pemasangan KateterMahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Yogyakarta.