• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan Role Playing sebagai upaya meningkatkan pemahaman siswa pada materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum pada siklus akuntansi perusahaan jasa : penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan Role Playing sebagai upaya meningkatkan pemahaman siswa pada materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum pada siklus akuntansi perusahaan jasa : penelitian "

Copied!
313
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

MAKE A MATCH DAN ROLE PLAYING SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI

ANALISIS BUKTI TRANSAKSI DAN PENCATATAN BUKTI

TRANSAKSI DALAM JURNAL UMUM PADA SIKLUS

AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA

Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di Kelas X7 SMA Kolese De

Britto, Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Stefanus Priambudi Dwi Sulaksono NIM: 091334007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

MAKE A MATCH DAN ROLE PLAYING SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI

ANALISIS BUKTI TRANSAKSI DAN PENCATATAN BUKTI

TRANSAKSI DALAM JURNAL UMUM PADA SIKLUS

AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA

Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di Kelas X7 SMA Kolese De

Britto, Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Stefanus Priambudi Dwi Sulaksono NIM: 091334007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

gl0z lunf 4I :l?8EuBJ 'lS'W ''A'S'otuotun4

:qe1o p$res1p qeleJ

I,00f€6160;F{IN

o$oq"lns ra\o rprxlurclrd snu"Jgls :I{3lO

VSYf

NYYI{VSNUf,d

ISNYINDIV

SNDIIS

VOVd IAININN

TYNUff

IAI\/TY(I

ISXYSNVUI

IIXns

NYIYIYJNfld

NYO

IS)tYStrrYUI

IIXO{

SISITvtTtV

rutrJ.Yfit

YOYd VA\SIS NYI^I\rTTYWId

\I\TXTYXCNTNqI

I

YAVdfT IYSYSUS

,NIAW{

qTOV NVC.HSJVW V

gXYW

f,drr,{IrYufdoox Nvtrv'fYaflflI

Ifld

af,oor

r

Nvdvuf,Nf,d

(4)

€IOe Ury OZ'vttu>leATaX

'pd'I4t''pd'S orutr^6uruelerg

Bn1seurord ernleleN 'pd'I ['Ip€qnIAI'xd's{I

'!S'l,tt "fl'S'ouro&;ng 8ueqwug'srq lS'H'pd.$'ouoldeg sqpernel

'IS'I tr ''g'S lrc^teurrc(I cJprrl de$Esf eureN fn8uaa ?tr|wd ua$nsns

epEBuV

epEEuV

elo8Euy

srJeloDleS

snlex

ttJ€,{s Rlnupurour tFlaf uqulgfqp mCI tIgZ IInf 6g p66ue1epe4

rfnFpatr splusd uedep !p trc{u€r{?iledp qqtdl

r00fggl60:r {IN

ouo$Flns r^rc rpnquuFrd fnwJols

:qelo sllrulp uep tre>ldetsredlq

vsYf

NYYHVSnUUd

ISNVINnXY

SO1DTIS

V(tVd

IAIOI{N

TYNUff

WVIV(I

IS)IVSNVUI

IIXng NvIYIVJNfld

Nvo

ISXYSI\MUI

lJ,)tnfl

SISITYNV

IUfiIYIAt

YOYd

Y

&SIS

NVI

MIIYI

Tf,d

I\tr\DIIYXCNINtrI

t

Y,f,Ydn

rYcvgflg

gNuwd

ETov

Nvc.gSJYw

v

wlvtt{

fl

dlr,ilIYtff

doox

NYUv'fYTfl

grufld

rfloor,{ NvdvuflNtd

ue{lplpued nuql u?p uenmBey se11
(5)

iv

Persembahan :

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus , Kekuatanku

Santo Stefanus, Pelindungku

Papah, mamah, adiku dan yang selalu menyayangi,

memberikan kepercayaan, dan perhatian kepadaku

Margareta Novita Sari Dewi

Almamaterku,

Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK

Pendidikan Akuntansi

(6)

v

MOTTO

Life isn’

t Flat,

So Take Risk And Grow Up

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 29 Juli 2013

Penulis

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Stefanus Priambudi Dwi Sulaksono Nomor Mahasiswa : 091334007

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

MAKE A MATCH DAN ROLE PLAYING SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI

ANALISIS BUKTI TRANSAKSI DAN PENCATATAN BUKTI

TRANSAKSI DALAM JURNAL UMUM PADA SIKLUS

AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk keperntingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 29 Juli 2013

Yang menyatakan

(9)

viii

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE MAKE A MATCH DAN ROLE PLAYING SEBAGAI

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA

MATERI ANALISIS BUKTI TRANSAKSI DAN PENCATATAN

BUKTI TRANSAKSI DALAM JURNAL UMUM PADA SIKLUS

AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA

Penelitian Tindakan Kelas Dilakukan di Kelas X7 SMA Kolese De Britto Yogyakarta

Stefanus Priambudi Dwi Sulaksono Universitas Sanata Dharma

2013

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatkan pemahaman materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum pada siswa kelas X7 SMA Kolese De Britto Yogyakarta melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan Role Playing.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah 36 siswa kelas X7 SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus yang meliputi empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, tes, wawancara, dan dokumentasi. Data analisis dengan menggunakan analisis deskriptif, analisis komparatif, dan uji beda

mean.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan Role Playing dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas X7 SMA Kolese De Britto Yogyakarta pada materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum secara signifikan (rata-rata tes 1= 57,78, rata-rata tes 2 = 75,93 dan rata-rata tes 3 = 86,85; Sig.

(10)

ix

ABSTRACT

THE APPLICATION OF A COOPERATIVE LEARNING

MODEL : “

MAKE A MATCH AND ROLE PLAYING TYPE

AS

AN ATTEMPT TO IMPROVE STUDENTS’

UNDERSTANDING ON THE EVIDENCE TRANSACTION

ANALYSIS AND LISTING MATERIALS IN THE GENERAL

JOURNAL ON THE ACCOUNTING CYCLE SERVICES

COMPANY

A Classroom Action Research on the Tenth Class of The Students of SMA Kolese De Britto Yogyakarta

Stefanus Priambudi Dwi Sulaksono Sanata Dharma University

2013

The purpose of this research is to find out the progress of the students’ understanding on the evidence transaction analysis and listing in the general journal for the Tenth Class Students of SMA Kolese De Britto Yogyakarta through the application of a cooperative learning model “Make a Match and Role Playing type”.

This research is a classroom action research. The subjects of the research were 36 students of Tenth Class Students of SMA Kolese De Britto Yogyakarta. This classroom action research is conducted in two cycle that consist of four steps. They are planning, action, observation, evaluation, and reflection. The techniques of gathering the data were observation method, a test, an interview, and documentation. The data were analyzed by descriptive and comparative analysis, and comparative mean test.

The result of the research shows that the application of a cooperative learning model “Make a Match and Role Playing type” can improve the students’

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah di Surga atas segala rahmat dan berkat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skrpsi yang berjudul Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match dan Role Playing

Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Materi Analisis Bukti

Transaksi dan Pencatatan Bukti Transaksi Dalam Jurnal Umum Pada Siklus

Akuntansi Perusahaan Jasa.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapat banyak sekali semangat,

bantuan dan doa yang sangat mendukung penulis. Penulis mengucapkan banyak

terima kasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang

telah memberikan saran dan revisi dalam penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh bapak dan Ibu Dosen Progran Studi Pendidikan Ekonomi BKK

Pendidikan Akuntansi serta para staf karyawan yang telah memberikan

bimbingan serta pelayanan selama penulis menempuh studi di Universitas

(12)

xi

5. Bapak F.X. Agus Hariyanto, S.E., S.Pd. yang telah menjadi guru mitra

dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

6. Seluruh keluarga besar SMA Kolese De Britto yang telah membantu penulis

dalam melaksanakan penelitian. Terima kasih atas ijin dan bantuannya.

7. Orang tuaku, Bapak R. Budi Triyono dan Ibu Yosepha Suwartini, yang

tidak pernah henti memberi doa, semangat, dan dukungan kepada penulis.

Terima kasih, berkat Tuhan selalu menyertai papah dan mamah tercinta.

8. Adikku, Margareta Wiwik Tri Wijayanti terima kasih atas dukungan dan

doanya, Tuhan memberkati.

9. Margareta Novita Sari Dewi terima kasih atas doa, sayang, dan bantuannya

selama kuliah dan penyelesaian skripsi ini. Berkat Allah selalu menyertai.

10. Teman-teman seperjuangan di kampus Bowo, Riki, Anang, Condro, Arjun,

Yuda, Afri, Heri, dan teman-teman Program Studi Pendidikan Ekonomi

BKK Pendidikan Akuntansi angkatan 2009 terima kasih atas kebersamaan,

semangat, bantuan, perhatian yang sangat berarti bagi penulis.

11. Teman-teman Mingit, Frater Koko, Frater Mario, Frater Adri, Frater Pram,

Mbak Anne, Mbak Icot, Mbak Jeje, Mas Robert, Mas Gembong, Mas

Yonas, dan Yohan terima kasih atas kebersamaan dan motivasi dalam

mengerjakan skripsi.

12. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis yang tidak

(13)

xii

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih

banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Penulis berharap semoga

(14)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK... .... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 8

B. Pembelajaran Kooperatif ... 14

C. Make a Match ... 18

D. Role Playing ... 19

(15)

xiv

F. Mata Pelajaran Akuntansi Materi Analisis Bukti Transaksi Dan

Pencatatan Bukti Transaksi Dalam Jurnal Umum Dalam Siklus

Akuntansi Perusahaan Jasa ... 25

G. Kerangka Teoritik ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 31

D. Prosedur Penelitian... 32

E. Instrumen Penelitian... 42

F. Pengumpulan Data ... 55

G. Teknik Analisis Data ... 56

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 59

A. . Visi, Misi, Nilai-Nilai yang Mendasari, dan Tujuan Pendidikan SMA Kolese De Britto ... 59

B. Sistem Pendidikan SMA Kolese De Britto ... 61

C. Kurikulum Satuan Pendidikan SMA Kolese De Britto ... 68

D. Organisasi Sekolah SMA Kolese De Britto ... 71

E. Sumber Daya Manusia Satuan Pendidikan SMA Kolese De Britto ... 72

F. Siswa Satuan Pendidikan SMA Kolese De Britto ... 78

G. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMA Kolese De Britto ... 79

H. Fasilitas Pendidikan dan Latihan ... 85

I.Majelis Dewan/Dewan Sekolah/Komite Sekolah ... 86

J.Hubungan Antara Kolese De Britto Dengan Instansi Lain ... 87

K. Usaha – Usaha Peningkatan Kualitas Lulusan ... 87

BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN ... 91

A. Deskripsi Penelitian ... 91

1. Deskripsi Penelitian Pendahuluan ... 91

a. Observasi guru ... 91

(16)

xv

c. Observasi kelas ... 95

d. Wawancara pada guru ... 95

e. Wawancara pada siswa ... 96

2. Deskripsi Siklus I PTK ... 98

a. Menyusun Rencana Tindakan ... 98

b. Pelaksanaan ... 100

c. Pengamatan Saat Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match .... 106

d. Refleksi dan evaluasi... 111

e. Deskripsi Pemahaman Siswa Setelah Siklus I ... 112

3. Deskripsi Siklus II PTK ... 113

a. Menyusun Rencana Tindakan ... 114

b. Pelaksanaan ... 116

c. Pengamatan Saat Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing ... 122

d. Refleksi dan Evaluasi ... 127

e. Wawancara ... 128

f. Deskripsi Pemahaman Setelah Siklus I ... 129

B. Analisis Data ... 130

1. Analisis Komparatif Deskriptif Pemahaman Siswa ... 130

2. Pengujian Hipotesis ... 132

a. Rumusan Hipotesis ... 132

b. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 133

C. Pembahasan ... 134

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 136

A. Kesimpulan ... 136

B. Keterbatasan Penelitian ... 136

C. Saran ... 137

DAFTAR PUSTAKA... 138

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penilaian Acuan Patokan Tipe II (PAP II) ... 49

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Tes ... 49

Tabel 3.3 Hasil Pengujian Uji Validitas Soal Tes 1 ... 50

Tabel 3.4 Hasil Pengujian Uji Validitas Soal Tes 2 ... 52

Tabel 3.5 Hasil Pengujian Uji Validitas Soal Tes 3 ... 53

Tabel 3.6 Tabel Komparasi Pemahaman Siswa ... 57

Tabel 4.1 Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA Kolese De Britto Tahun Ajaran 2012-2013 ... 70

Tabel 4.2 Daftar Guru dan Mata Pelajaran Yang Diampu ... 74

Tabel 4.3 Daftar karyawan dan Tugasnya ... 76

Tabel 4.4 Daftar Karyawan Yayasan De Britto dan Bidang Tugasnya ... 77

Tabel 4.5 Pendamping Ekstrakurikuler ... 78

Tabel 4.6 Distribusi Siswa ... 79

Tabel 5.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ... 91

Tabel 5.2 Hasil Observasi Aktivitas Guru Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ... 92

Tabel 5.3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ... 94

Tabel 5.4 Hasil Observasi terhadap Aktivitas Siswa Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif... 94

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pemahaman Siswa Pada Tes 1 ... 101

Tabel 5.6 Rangkuman Refleksi Siswa ... 104

Tabel 5.7 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Saat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match ... 106

(18)

xvii

Tabel 5.9 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Saat Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match ... 109

Tabel 5.10 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa Saat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ... 109

Tabel 5.11 Refleksi Guru Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Metode Make a Match ... 111

Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Pemahaman Siswa Pada Tes 2 ... 113

Tabel 5.13 Rangkuman Refleksi Siswa ... 120

Tabel 5.14 Hasil Observasi Aktivitas Guru Saat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing ... 122

Tabel 5.15 Hasil Observasi Aktivitas Guru Saat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing ... 123

Tabel 5.16 Hasil Observasi Aktivitas Guru Saat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing ... 125

Tabel 5.17 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Saat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing ... 125

Tabel 5.18 Refleksi Guru Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing ... 127

Tabel 5.19 Distribusi Frekuensi Pemahaman Siswa Pada Tes 3 ... 129

Tabel 5.20 Komparasi Pemahaman Siswa ... 130

Tabel 5.21 Rangkuman Distribusi Frekuensi Pemahaman Siswa ... 132

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR INSTRUMEN RENCANA

Lampiran 1 Instrumen Observasi Aktivitas Guru Di Kelas Sebelum Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif ... 139

Lampiran 2 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa Di Kelas Sebelum Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif ... 141

Lampiran 3 Instrumen Observasi Keadaan Kelas Sebelum Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif ... 142

Lampiran 4 Wawancara Guru dan Siswa Sebelum Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif ... 143

Lampiran 5 Instrumen Observasi Terhadap Aktivitas Guru Saat Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ... 144

Lampiran 6 Instrumen Observasi terhadap Aktivitas Siswa Saat Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ... 146

Lampiran 7 Instrumen Observasi Keadaan Kelas Saat Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ... 147

Lampiran 8 Instrumen Observasi Terhadap Aktivitas Guru Saat Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing ... 148

Lampiran 9 Instrumen Observasi terhadap Aktivitas Siswa Saat Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing ... 150

Lampiran 10 Instrumen Observasi Keadaan Kelas Saat Penerapan Model

(21)

xx

Lampiran 11 Instrumen Refleksi Guru Terhadap Make A Match ... 152

Lampiran 12 Instrumen Refleksi Siswa Make A Match ... 153

Lampiran 13 Instrumen Refleksi Guru Terhadap Role Playing ... 154

Lampiran 14 Instrumen Refleksi Siswa Terhadap Role Playing ... 155

Lampiran 15 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 156

Lampiran 16 Pembagian Kelompok ... 165

DAFTAR INSTRUMEN PENELITIAN PENDAHULUAN Lampiran 17 Instrumen Observasi Aktivitas Guru Di Kelas Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ... 166

Lampiran 18 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa Di Kelas Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ... 168

Lampiran 19 Lembar Observasi Keadaan Kelas Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ... 169

Lampiran 20 Wawancara Guru Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ... 170

Lampiran 21 Wawancara Siswa Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ... 171

DAFTAR MEDIA DAN INSTRUMEN SIKLUS I PTK Lampiran 22 Instrumen Observasi Aktivitas Guru Di Kelas Saat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match ... 172

(22)

xxi

Lampiran 24 Instrumen Observasi Keadaan Kelas Saat Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match ... 175

Lampiran 25 Soal Tes 1 ... 176

Lampiran 26 Data Hasil Tes 1 ... 189

Lampiran 27 Soal Make A Match ... 190

Lampiran 28 Jawaban Tepat Analisis Bukti Transaksi ... 195

Lampiran 29 Jawaban Pengecoh Analisis Bukti Transaksi ... 196

Lampiran 30 Jawaban Tepat Analisis Pencatatan Bukti Transasksi ... 197

Lampiran 31 Jawaban Pengecoh Analisis Pencatatan Bukti Transaksi ... 198

Lampiran 32 Jawaban Tepat Jurnal ... 199

Lampiran 33Jawaban Pengecoh Jurnal ... 201

Lampiran 34 Skenario Pembelajaran Make a match ... 202

Lampiran 35 Instrumen Refleksi Guru ... 203

Lampiran 36 Instrumen Refleksi Siswa ... 204

Lampiran 37 Soal Tes 2 ... 211

Lampiran 38 Data Tes 2 Siswa ... 223

DAFTAR MEDIA DAN INSTRUMEN SIKLUS II PTK

Lampiran 39 Instrumen Observasi Aktivitas Guru Di Kelas Saat Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Role Playing ... 224

Lampiran 40 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa Di Kelas Saat Penerapan

(23)

xxii

Lampiran 41 Lembar Observasi Keadaan Kelas Saat Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Role Playing ... 227

Lampiran 42 Berbagai Bukti Transaksi Role Playing ... 228

Lampiran 43 Lembar Kerja Buku Kas Role Playing ... 241

Lampiran 44 Lembar Kerja Jurnal Umum ... 242

Lampiran 45 Daftar Papan Nama ... 243

Lampiran 46 Uang-Uangan ... 244

Lampiran 47 Instruksi Masing-Masing Peran ... 245

Lampiran 48 Aturan Main ... 253

Lampiran 49 Skenario Pembelajaran ... 254

Lampiran 50 Instrumen Refleksi Guru ... 255

Lampiran 51 Instrumen Refleksi Siswa ... 256

Lampiran 52 Wawancara Guru Setelah Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Role Playing ... 262

Lampiran 53 Wawancara Siswa Setelah Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Role Playing ... 263

Lampiran 54 Soal Tes 3 ... 264

Lampiran 55 Data Tes 3 Siswa ... 277

Lampiran 56 Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Tes 1, Tes 2 dan Tes 3 ... 278

Lampiran 57 Uji Paired Sample Test ... 283

Lampiran 58 Perhitungan PAP Tipe II... 284

(24)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Siswa yang belajar akuntansi dituntut memiliki kompetensi mencatat

dokumen ke dalam jurnal umum. Jurnal merupakan media dalam proses

akuntansi uang menjadi dasar penentuan ke akun mana suatu transaksi dicatat,

berapa jumlah uang yang dicatat, di sisi mana dicatat, dan keterangan singkat

tentang transaksi (Alam S, 2007:203). Materi pencatatan bukti transaksi dalam

jurnal umum adalah materi yang penting dipahami siswa karena jurnal adalah

catatan pertama dalam siklus akuntansi perusahaan jasa. Kemampuan siswa

dalam menganalisis bukti transaksi akan menentukan ketepatan dalam pencatatan

ke dalam jurnal umum (Alam S, 2007:201). Oleh karena itu siswa harus memiliki

kemampuan menganalisis bukti transaksi. Bukti transaksi adalah salah satu

bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kerja pada atasan bahwa transaksi telah

dilakukan (Alam S, 2007:198). Sesuai praktik nyata di sebuah perusahaan,

pencatatan ke dalam jurnal umum dilakukan berdasarkan bukti transaksi. Oleh

karena itu kegiatan pembelajaran materi jurnal umum di kelas seharusnya

mengacu pada praktik nyata di lapangan. Perlu ada proses pembelajaran yang

menarik bagai siswa agar pemahaman siswa dalam menganalisis bukti transaksi

(25)

Namun kenyataannya, pembelajaran di kelas cenderung menekankan

bagaimana mencatat transaksi ke dalam jurnal berdasarkan suatu cerita. Kondisi

ini membuat siswa hanya memahami akuntansi sebagai proses pencatatan bukan

sebagai proses perekayasaan informasi. Pada umumnya, materi tersebut

diberikan oleh guru dengan menggunakan metode konvensional diantaranya

dengan ceramah dan memberikan latihan soal. Proses ini menyebabkan siswa

sebagai pembelajar merasa kesulitan untuk memahami materi akuntansi secara

komprehensif. Selain proses pembelajaran menjadi membosankan, dampak

lainnya adalah siswa hanya memahami akuntansi sebagai sebuah proses

pencatatan bukan proses perekayasaan informasi.

Hal tersebut terjadi di SMA Kolese De Britto. Guru lebih memilih

mengajar dengan metode ceramah yang paling mudah dilakukan dalam

pembelajaran, meskipun metode ini bukan metode yang efektif. Proses

pembelajaran cenderung berlangsung satu arah. Dalam pembelajaran guru

menjelaskan materi dan memberikan latihan soal, sedangkan siswa

mendengarkan dan mengerjakan soal yang diberikan guru. Pola pengajaran yang

miskin kreativitas menjadikan kegiatan pembelajaran menjemukan. Guru

sebenarnya menyadari bahwa banyak siswa tidak antusias dalam pembelajaran

akuntansi. Sebagian besar siswa tidak memiliki perhatian pada guru dan juga

materi yang dipelajarinya. Mereka cenderung memilih aktivitas yang

kontraproduktif, misalnya: bercerita dengan teman yang tak ada hubungannya

(26)

tidak perlu, dan lain-lain. Apabila guru lebih ’keras’, para siswa cenderung

melakukan resistensi terhadap guru. Aktivitas siswa tersebut jelas menyulitkan

guru mencapai tujuan instruksional pembelajaran. Dampaknya tujuan

pembelajaran dari keseluruhan materi akuntansi secara umum tidak dicapai. Jika

dinilai secara obyektif, para guru menyatakan bahwa rerata hasil ulangan

akuntansi umumnya tidak mencapai batas minimal KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimal) yang ditetapkan.

Sebagai agen utama proses pendidikan, guru merupakan orang yang paling

bertanggung jawab terhadap kualitas pembelajaran di kelas. Pembelajaran

dikatakan berhasil apabila siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran dan

siswa memiliki kompetensi tertentu sebagaimana indikator yang telah ditentukan.

Untuk mencapai kondisi yang demikian pendidik harus mampu menyajikan

pembelajaran yang menarik bagi para peserta didiknya. Dengan kata lain,

pendidik harus menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Guru yang

profesional dituntut untuk berani mencoba metode-metode pembelajaran yang

baru dan alat-alat peraga yang cocok untuk anak didik yang dibangun

berdasarkan kegembiraan siswa dan dirinya. Penerapan metode pembelajaran

hendaknya memungkinkan pendidik dapat memacu motivasi peserta didik dalam

pembelajaran. Pendidik dapat menggunakan berbagai macam metode

pembelajaran guna meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang

dipelajarinya. Terdapat begitu banyak metode pembelajaran yang telah

(27)

pembelajaran tipe Make a Match dapat digunakan untuk menciptakan

pembelajaran yang menyenangkan dalam sebuah permainan sederhana.

Kemudian model pembelajaran tipe Role Playing., yaitu metode mengajar di

mana guru memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan

memainkan peranan tertentu seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat

atau social (Djajadisastra, 1983:34).

Melalui model pembelajaran tipe Make a Match guru dapat mengajak

siswa untuk aktif menjodohkan analisis dan jurnal dari sebuah bukti transaksi.

Menurut Fachrudin (2009:168) model pembelajaran Make a Match melatih siswa

agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya atas suatu materi. Melalui

penerapan metode Role Playing siswa diajak untuk mengenali bukti transaksi,

bagaimana pembuatan bukti transaksi, dan bagaimana melakukan pencatatan

transaksi ke dalam jurnal. Guru dapat mengajak siswa untuk memainkan peran

yang terkait dengan praktik nyata misalnya sebagai akuntan, bagian penjualan

pembelian atau bagian keuangan perusahaan. Setiap siswa memiliki tugas atau

wewenang sesuai masing-masing peran, misalnya, sebagai akuntan siswa

bertugas untuk mencatat bukti transaksi dalam jurnal umum, sebagai bagian

keuangan siswa bertugas untuk mengatur keluar masuk uang perusahaan dan

membuat bukti transaksi. Dengan diterapkannya metode ini diharapkan siswa

lebih memahami materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi

dalam jurnal umum pada siklus akuntansi perusahaan jasa dan merasakan

(28)

Berdasarkan fenomena yang terjadi di dalam dunia pendidikan tersebut,

maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian tindakan kelas dengan

judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match dan

Role Playing Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Materi

Analisis Bukti Transaksi dan Pencatatan Bukti Transaksi Dalam Jurnal

Umum Pada Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa”. Penelitian Tindakan Kelas

dilakukan di kelas X 7 SMA Kolese De Britto, Yogyakarta.

B. Batasan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini memusatkan perhatian

pada pemaparan rancangan dan implementasi model pembelajaran kooperatif

tipe Make a Match dan Role Playing untuk meningkatkan pemahaman siswa

kelas X 7 (sepuluh tujuh) SMA Kolese De Britto mengenai materi analisis bukti

transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum pada siklus

akuntansi perusahaan jasa.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan

permasalahan penelitian ini adalah bagaimana peningkatan pemahaman siswa

kelas X 7 SMA Kolese De Britto pada materi analisis bukti transaksi dan

(29)

jasa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan

Role Playing ?

D. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peningkatan

pemahaman siswa kelas X 7 SMA Kolese De Britto pada materi analisis bukti

transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum pada siklus

akuntansi perusahaan jasa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Make a Match dan Role Playing.

E. Manfaat

1. Bagi Guru

Rancangan pembelajaran ini diharapkan menjadi salah satu model yang dapat

diacu guru dalam pembelajaran akuntansi. Melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan Role Playing. memudahkan

guru mencapai tujuan instruksional pembelajaran pada materi analisis bukti

transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum pada siklus

akuntansi perusahaan jasa

2. Bagi Siswa

Bagi siswa kelas X 7 SMA Kolese De Britto, rancangan pembelajaran ini

diharapkan menjadi model yang lebih memungkinkan mereka mendapatkan

(30)

meningkatkan pemahamannya mengenai pencatatan bukti transaksi dalam

jurnal umum pada siklus akuntansi perusahaan jasa.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi penelitian

(31)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu penelitian

yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar, dengan

memberikan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan

praktik dan proses belajar mengajar (Susilo, 2007: 16). Sejalan dengan

Susilo, PTK menurut Wijaya (2009:9) adalah penelitian yang

dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan,

melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan

partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga

hasil belajar siswa dapat meningkat.

Menurut Arikunto (2006:2-3), terdapat tiga kandungan isi PTK/

Classroom Action Research, yaitu :

a. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

b. Tindakan, menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

(32)

Dari pengertian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan

pembelajaran berupa tindakan yang sengaja diadakan dan terjadi di

dalam suatu kelas yang sama.

Tidak berbeda dengan pendapat Arikunto, Sarwiji Suwandi

(2010:10) juga memaparkan bahwa penelitian tindakan kelas

merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa

sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah

kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau

dengan guru yang dilakukan oleh siswa.

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Masnur Muslich.

Beberapa kata kunci yang terkait dengan PTK menurut Masnur

Muslich (2011:9-10) yaitu:

a. PTK bersifat reflektif. Maksudnya adalah PTK diawali dari proses perenungan atas dampak tindakan yang selama ini dilakukan guru terkait dengan tugas- tugas pembelajaran di kelas. Dari perenungan ini akan diketahui apakah tindakan yang selama ini telah dilakukan telah berdampak positif dalam pencapaian tujuan pembelajaran atau tidak.

b. PTK dilakukan oleh pelaku tindakan. Maksudnya adalah PTK dirancang, dilaksanakan, dan dianalisis oleh guru yang bersangkutan dalam rangka ingin memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapinya di kelas. Kalaupun dilakukan secara kolaboratif, pelaku utama PTK tetap oleh guru yang bersangkutan.

c. PTK dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Maksudnya adalah dengan PTK ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas berbagai aspek pembelajaran sehingga kompetensi yang menjadi target pembelajaran dapat tercapai secara maksimal (efektif dan efisien).

(33)

dalam PTK harus dilakukan dengan terprogram dan penuh kesadaran sehingga dapat diketahui aspek- aspek mana yang perlu ditingkatkan dan diperbaiki demi ketercapaian kompetensi yang ditargetkan.

e. PTK bersifat situasional dan kontekstual. Maksudnya adalah PTK selalu dilakukan dalam situasi dan kondisi tertentu, untuk kelas dan topik mata pelajaran tertentu sehingga simpulan atau hasilnya pun hanya diarahkan pada konteks yang bersangkutan, bukan untuk konteks yang lain.

Berdasarkan pengertian- pengertian PTK tersebut dapat ditarik

suatu kesimpulan bahwa PTK merupakan suatu pencermatan terhadap

kegiatan pembelajaran yang bersifat reflektif, pelaku tindakan adalah

guru, dilaksanakan secara kolaboratif dan partisipasif, dan dengan

tujuan memperbaiki kinerja guru (kondisi pembelajaran).

2. Prinsip Dasar Penelitian Tindakan Kelas

Beberapa prinsip dasar PTK menurut Wijaya (2009:11) adalah

sebagai berikut :

a. Berkelanjutan

PTK merupakan upaya yang berkelanjutan secara siklustis. b. Integral

PTK merupakan bagian integral dari konteks yang diteliti. c. Ilmiah

Diagnosis masalah berdasar pada kejadian nyata. d. Motivasi dari dalam

Motivasi untuk memperbaiki kualitas harus tumbuh dari dalam. e. Lingkup

Masalah tidak dibatasi pada masalah pembelajaran di dalam dan luar ruang kelas.

Sedangkan menurut Sarwiji Suwandi (2010:21), beberapa

prinsip PTK antara lain sebagai berikut:

a. Tidak mengganggu komitmen mengajar b. Tidak terlalu menyita waktu

c. Masalah nyata dihadapi guru

(34)

e. Metodenya andal (identifikasi dan rumusan hipotesis meyakinkan, strategi dapat diterapkan di kelas)

f. Pilihan tindakan dapat dilaksanakan g. Terikat oleh waktu (terencana) h. Konsisten terhadap prosedur etika i. Berorientasi pada perbaikan masalah j. Proses belajar sistematik

k. Guru perlu membuat jurnal untuk mencatat perubahan l. Guru memiliki kemampuan reflektif

3. Tahap Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Arikunto (2006: 17-20), PTK memiliki beberapa alur

atau tahap yaitu menyusun rencana tindakan, pelaksanaan tindakan,

pengamatan, dan refleksi. Berikut ini diuraikan tahap- tahap tersebut:

a. Menyusun rancangan tindakan (planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal dilakukan berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang melakukan pengamatan proses jalannya tindakan.

b. Pelaksanaan tindakan (acting)

Tahap ke-2 dari penelitian tindakan kelas adalah pelaksanaan rencana yang telah dirancang. Hal yang perlu diingat adalah guru harus menaati apa yang telah direncanakan, berlaku wajar, dan tidak boleh dibuat-buat.

c. Pengamatan (observing)

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dilakukan untuk memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

d. Refleksi (reflecting)

Pada tahap ini dikemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan ini dilakukan ketika guru sudah selesai melakukan tindakan.

Berikut ini merupakan gambar mengenai tahap-tahap penelitian

(35)

Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas

Kurt Lewin (Sarwiji Suwandi, 2010:27) menggambarkan

penelitian tindakan sebagai serangkaian langkah yang membentuk

spiral. Tahap-tahap di atas membentuk satu siklus dan dapat

dilanjutkan ke siklus berikutnya dengan rencana, tindakan

pengamatan serta refleksi ulang berdasarkan hasil yang dicapai pada

siklus sebelumnya. Jumlah siklus dalam suatu penelitian tindakan

bergantung pada apakah permasalahan penelitian yang dihadapi

sudah dapat dipecahkan.

(36)

Beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam penelitian

tindakan kelas (Arikunto, 2006:23-24):

a. Penelitian tindakan kelas harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi dalam pembelajaran, dengan demikian dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

b. Penelitian tindakan kelas oleh guru menuntut dilakukannya pencermatan terus menerus, objektif, dan sistematis, sehingga diketahui secara pasti tingkat keberhasilan dan penyimpangan yang terjadi.

c. Penelitian tindakan harus dilaksanakan sekurang-kurangnya dalam dua siklus. Hal ini bertujuan agar kekurangan-kekurangan pada siklus pertama dapat diperbaiki dalam siklus kedua, begitu pula seterusnya.

d. Penelitian tindakan terjadi secara wajar. Dalam hal ini PTK tidak dilakukan dengan mengubah aturan dan jadwal yang sudah ada, dan tidak merugikan siswa.

e. Penelitian harus benar-benar disadari oleh peneliti maupun pihak yang menjadi pelaku. Hal ini bertujuan agar pihak-pihak yang terkait dapat mengungkapkan kelebihan dan kekurangan yang telah dilakukan dibandingkan dengan rencana yang ada.

f. Penelitian tindakan harus benar-benar menunjukan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan. Jadi, dalam PTK siswa benar-benar ikut berperan dalam penelitian bukan hanya guru.

5. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Ada beberapa manfaat PTK bagi guru dan siswa. Menurut

Kunandar (2012:68), manfaat PTK dapat dilihat dari dua aspek yaitu:

a. Manfaat PTK dari segi akademis adalah untuk membantu guru menghasilkan pengetahuan yang relevan. Dalam hal ini, guru dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran yang terjadi dalam proses pembelajaran.

b. Manfaat praktis dari PTK adalah: 1) Inovasi pembelajaran

(37)

Pada saat melaksanakan PTK, guru berarti mampu melakukan pengembangan kurikulum sesuai dengan situasi dan kondisi kelas, sehingga kurikulum dapat berjalan efektif melalui pembelajaran yang aktif dan kreatif.

Menurut Masnur Muslich (2011:11), banyak manfaat yang

dapat dipetik dari pelaksanaan PTK. Beberapa diantaranya adalah:

a. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran yang menjadi tugas utamanya.

b. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi peningkatan sikap profesional guru.

c. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa.

d. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.

e. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penggunaan media, alat bantu mengajar, dan sumber belajar lainnya.

f. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.

g. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau pengembangan pribadi siswa di sekolah.

h. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penerapan kurikulum.

B. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan

cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara

kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang

dengan struktur keolompok yang bersifat heterogen (Rusman,2011:202).

Sementara menurut Sanjaya (2006:239) Cooperative learning

(38)

berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan

belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu

untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Dari

pengertian-pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran

kooperatif merupakan serangkaian pembelajaran yang dilakukan oleh

siswa di dalam kelompok, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan.

Johnson dalam Hassan (1996) mengatakan bahwa cooperative

learning adalah tehnik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja

terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang

umumnya terdiri dari 4-5 orang. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan

kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja

bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota

lainnya dalam kelompok tersebut. Dari pengertian ini dapat dikatakan

bahwa dalam belajar kelompok yang efektif siswa dapat bekerja sama

untuk memaksimalkan belajar mereka.

Rusman (2011, 204) mengatakan ada 4 hal penting dalam strategi

pembelajaran kooperatif :

a. adanya peserta didik dalam kelompok b. adanya aturan main dalam kelompok c. adanya upaya belajar dalam kelompok

d. adanya kompetensi yang harus dicapai dalam kelompok

Berkenaan dengan pengelompokan siswa dapat ditentukan

berdasarkan :

(39)

b. latar belakang kemampuan siswa

c. perpaduan antara minat dan bakat siswa dengan latar belakang kemampuan siswa .

Hal itu berarti bahawa untuk pembagian kelompok guru tidak bisa

seenaknya, tetapi guru harus menentukan sendiri anggota-anggota dari

kelompok tersebut karena gurulah yang mengetahui minat, bakat maupun

tingkat kecerdasan dari masing masing siswa.

Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang menekankan

pada peran aktif siswa dalam belajar dalam kelompok secara kolaboratif.

Pembagian kelompoknya pun tidak asal-asalan tetapi harus

memperhatikan tingkat kecerdasan siswa. Model pembelajaran kooperatif

ini dilaksanakan dalam bentuk sharing sehingga dapat membentuk

pemahaman diantara para siswa itu sendiri. Dalam pembelajaran ini

siswa tidak belajar dari guru tetapi siswa menyimpulkan sendiri apa

yang diakatakan oleh teman-temannya dan menggabungkan dengan apa

yang ia pikirkan.

2. Unsur-Unsur Dalam Pembelajaran Kooperatif

Nurulhayati (2002:25-28) mengatakan lima unsur dasar model

pembelajaran kooperatif, yaitu :

a. ketergantungan yang positif b. pertanggungajawaban individual c. kemampuan bersosialisasi d. tatap muka

(40)

Rusman (2011:208) mengatakan unsur dasar pembelajaran

kooperatif adalah :

a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama

b. Siswa bertanggung jawab atas atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.

c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelomponya memiliki tujuan yang sama

d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah / penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua nggota kelompok.

f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama selama proses belajanya.

g. Siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual

Dari unsur tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran

kooperatif mewadahi siswa untuk dapat bekerja dalam kelompok demi

mencapai tujuan bersama. Siswa merasakan bahwa ia adalah bagian dari

kelompok yang turut serta berjuang mencapai tujuan, maka dibutuhkan

kebersamaan kelompok, artinya setiap anggota kelompok bersikap

kooperatif terhadap anggota kelompok lainnya.

3. Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Johnson (Rusman, 2011 : 212) ada lima

unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut

a. Prinsip ketergantungan positif yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan.

(41)

tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.

c. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling member dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.

d. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

e. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

4. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Rusman (2011 : 212-213) mengatakan bahwa pada prinsipnya ada

empat tahap langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai

berikut :

a. Penjelasan materi,

Tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pembelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok . Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. b. Belajar kelompok,

Tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya. c. Penilaian

Penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada kemampuan kelompok. d. Pengakuan tim

adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan tau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.

C. Make a Match

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match

Menurut Lorna Curran (1994:205), tipe pembelajaran Make a

(42)

pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya.

Setelah siswa menemukan pasangan kartunya, mereka dapat

mencocokkannya dan diberi poin. Dalam penerapan tipe Make a Match,

siswa diharapkan dapat memahami suatu konsep atau informasi tertentu

dengan mencari pasangan kartunya dalam suasana yang aktif dan

menyenangkan. Dengan demikian, dapat meningkatkan pemahaman

siswa.

2. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match

Anita Lie (2010:55) menjelaskan tahapan model pembelajaran

kooperatif tipe Make a Match, yaitu :

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep/topic. Kartu dibagi menjadi dua bagian yaitu kartu soal dan kartu jawaban.

b. Siswa dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama sebagai pemegang kartu soal, kelompok kedua sebagai kelompok pemegang kartu jawaban dan kelompok ketiga sebagai kelompok penilai. c. Guru menentukan kelompok mana yang memegang soal, jawaban

dan sebagai penilai.

d. Setiap siswa mendapat satu buah kartu soal untuk kelompok yang memegang soal, dan satu buah kartu jawaban untuk kelompok yang memegang jawaban.

e. Setiap siswa memikirkan soal/jawaban dari kartu yang dipegang. f. Masing-masing siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan

kartunya (soal jawaban) sebelum batas waktu diberi poin

g. Siswa yang sudah mendapatkan pasangannya menunjukkan pertanyaan dan jawabannya kepada kelompok penilai. Siswa yang tidak dapat mencocokkan kartunya melebihi batas waktu akan diberi hukuman.

h. Setelah satu babak, kartu dikocok kembali agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.

D. Role Playing

(43)

Dari segi etimologi, Role Playing berasal dari kata role dan playing

dalam bahasa Inggris. Pengertian dari kata role adalah peran atau tugas,

sedangkan playing berasal dari kata play yang berarti sandiwara,

bermain. Jadi dari asal katanya Role Playing dapat diartikan bermain

peran (Hisyam, 2008:98).

Metode bermain peran atau berperan adalah suatu metode mengajar

di mana guru memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan

kegiatan memainkan peranan tertentu seperti yang terdapat dalam

kehidupan masyarakat atau sosial (Djajadisastra, 1983:34). Sementara,

menurut Hisyam Zaini (2008:98) Role Playing adalah suatu aktivitas

pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan

pendidikan yang spesifik. Menurut Beliau, Role Playing didasarkan pada

tiga aspek umum suatu pengalaman peran dalam kehidupan sehari-hari.

Tiga aspek utama tersebut antara lain:

a. Mengambil peran (role-taking), yaitu tekanan ekspektasi-ekspekatsi sosial terhadap pemegang peran. Contoh pada hubungan keluarga. b. Membuat peran (role-making), yaitu kemampuan pemegang peran

untuk berubah secara dramatis dari suatu peran ke peran yang lain dan menciptakan serta memodifikasi peran sewaktu-waktu diperlukan.

c. Tawar-menawar peran (role-negotiation), yaitu tingkat di mana peran-peran dinegosiasikan dengan pemegang peran yang lain dalam parameter dan hambatan interaksi sosial

Berdasarkan beberapa pengertian Role Playing sebagaimana yang

telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode Role

Playing adalah suatu metode yang digunakan dalam meningkatan

(44)

secara langsung peran atau tugas sesuai dengan karakter materi ajar.

Siswa dapat memainkan peran dan berusaha untuk mampu

menyelesaikan masalah sosial yang ada di sekitar siswa dalam kaitannya

dengan suatu bidang ilmu tertentu.

2. Pendekatan Role Playing

Hisyam Zaini (2008:101-104) mengutarakan beberapa pendekatan

Role Playing yang biasa digunakan di dalam kelas, antara lain:

a. Pendekatan berbasis keterampilan (skills-based aprroach) Dalam pendekatan ini peserta didik diharapkan untuk:

1) Memperoleh suatu keterampilan, kemampuan atau sikap yang sering melalui perilaku model dengan seperangkat kriteria.

2) Melatih sifat-sifat sampai benar-benar terinternalisasi dengan mengikuti kriteria yang ada.

3) Mendemonstrasikan sifat tersebut kepada yang lain untuk tujuan evaluasi.

b. Pendekatan berbasis isu (issues-based approch)

Pemain secara aktif mengeksplorasi suatu isu dengan mengandaikan peran-peran dari manusia dalam kehidupan nyata yang berselisih satu sama lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dari pendekatan ini siswa diharapkan untuk:

1) Meneliti sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai yang mengelilingi suatu isu.

2) Meneliti sikap, kepercayaan yang dianut oleh manusia tertentu. 3) Menjadikan dirinya berpihak pada pemeran yang memegang

posisi yang sama.

4) Berunding atau berdebat dengan mereka yang memegang posisi yang berbeda.

5) Mungkin mengambil pendirian dari yang bertentangan dengan suatu isu.

c. Pendekatan berbasis problem (problem-based approach) Dalam pendekatan berbasis problem siswa diharapkan untuk: 1) Menarik pengetahuan dari suatu wilayah disiplin ilmu tertentu. 2) Menggunakan pengetahuannya sendiri secara tepat.

3) Menerapkan pengetahuan dalam serangkaian tantangan. 4) Mereaksi secara tepat terhadap problem yang muncul.

5) Mencapai solusi yang telah dipertimbangkan dengan berdasarkan alasan yang dibenarkan.

(45)

Dalam pendekatan ini peserta didik dilibatkan dalam membuat spekulasi terhadap pengetahuan masa lalu, peristiwa masa lampau, atau yang akan datang dengan menggunakan aspek-aspek yang diketahui dari wilayah subjek tertentu dan pengetahuan yang dimilikinya secara interaktif.

Dalam pendekatan ini siswa diharapkan :

1) Membangkitkan pengetahuan untuk mengisi celah antara informasi yang diketahui dengan yang tidak diketahui.

2) Menggunakan bukti untuk membuat penilaian yang mendasar. 3) Merekonstruksi kemudian merepresentasi interaksi tertentu untuk

menganalisis peristiwa.

3. Tahapan dalam Role Playing

Role Playing dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu:

perencanaan, interaksi, dan refleksi atau evaluasi. Ketiga tahapan

tersebut menurut Hisyam Zaini (2008:104-116):

a. Perencanaan dan persiapan

Sebelum kita melakukan suatu kegiatan maka kita harus membuat perencanaan yang baik. Karena perencanaan yang baik akan dapat memberikan hasil yang baik pula. Dalam Role Playing ada beberapa perencanan yang harus dilakukan yaitu:

1) Mengenal peserta didik.

Sebagai seorang guru yang baik maka pasti kita akan mengetahui bagaimana kondisi peserta didik kita. Misalnya saja jumlah peserta didik, pemahaman peserta didik tentang materi yang diajarkan, pengalaman sebelumnya tentang Role Playing, kelompok umur, latar belakang peserta didik, minat dan kemampuan peserta didik, dan kemampuan peserta didik untuk melakukan kolaborasi.

2) Menentukan tujuan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran harus didefinisikan secara jelas agar memiliki fokus kerja yang jelas. Selain dirumuskan dengan jelas hendaknya tujuan pembelajaran tersebut diungkapkan kepada peserta didik atau siswa.

3) Mengidentifikasi skenario dan penempatan peran

(46)

4) Menentukan posisi guru

Dalam hal ini guru harus menentukan posisinya, apakah dia akan ikut berperan atau menjadi pengamat dalam proses Role

Playing.

5) Mempertimbangkan hambatan yang bersifat fisik

Sebelum dilaksanakan Role Playing maka kita harus benar-benar memperhatikan hambatan-hambatan yang berasal dari piranti fisik seperti ketersediaan ruangan, kondisi kelas dan sebagainya.

6) Merencanakan waktu

Pelaksanaan Role Playing akan sangat tergantung dari jenis

Role Playing yang diterapkan. Namun sekiranya perbandingan

waktu yang sering digunakan antara pendahuluan, interaksi, dan evaluasi adalah 1:3:2.

7) Mengumpulkan sumber informasi yang relevan

Setelah semua hal-hal yang pokok telah diperhatikan maka kita juga memerlukan tambahan informasi untuk memperkuat skenario yang telah kita buat.

b. Interaksi

Adapun langkah-langkah pengimplementasian rencana ke dalam aksi adalah:

1) Membangun aturan dasar.

2) Mengeksplisitkan tujuan pembelajaran. 3) Membuat langkah-langkah yang jelas. 4) Mengurangi ketakutan di depan publik. 5) Mengambarkan skenario atau situasi. 6) Memulai Role Playing.

c. Refleksi dan evaluasi 1) Refleksi

Setelah kita melakukan serangkain kegiatan Role Playing maka harus diadakan refleksi. Dari kegiatan pembelajaran yang baru saja dilakukan ada banyak hal yang ditemukan oleh peserta didik maupun guru. Dalam refleksi ini peserta didik maupun guru mengemukakan manfaat dan pengetahuan yang diperoleh serta perasaan mereka selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan Role Playing.

2) Evaluasi

Evaluasi ini bertujuan untuk melihat bagaimana proses pembelajaran Role Playing berlangsung. Peserta didik diberikan kesempatan untuk memberikan masukan mengenai hal-hal apa saja yang masih harus diperbaiki dalam pembelajaran Role

(47)

E. Pemahaman

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang dikarang oleh

Purwodarminto (1989:694), kata paham memiliki arti diantaranya pengertian,

pendapat; pikiran, dan mengerti benar. Hal yang sama terdapat dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (2008:998) dimana kata paham

memiliki arti diantaranya pengertian, pendapat pikiran. Pemahaman berasal

dari dasar kata “paham” yang mendapat imbuhan (prefiks) pe-an, sehingga

kata tersebut berubah menjadi kata pemahaman.

Cara untuk mengukur seberapa tinggi tingkat pemahaman siswa dapat

melalui prestasi belajar yang diperoleh siswa. Prestasi belajar siswa dapat

diukur melalui evaluasi pembelajaran. Nilai atau skor dari hasil evaluasi

pembelajaran inilah yang menunjukan sejauh mana siswa memahami suatu

materi pelajaran. Siswa yang memiliki nilai di atas standar kelulusan atau

kriteria tertentu dapat dinyatakan bahwa siswa tersebut telah memahami suatu

materi ajar. Dan jika ada siswa yang mendapatkan nilai dibawah standar

kelulusan maka siswa tersebut dikatakan belum paham.

Menurut Arikunto (1999:241-243), ada beberapa skala penilaian yang

dapat mengukur pemahaman atau keberhasilan siswa dalam mempelajari

materi mata pelajaran, yaitu:

1. Skala bebas adalah skala penilaian yang tidak tetap. Ada kalanya skor tertinggi 20, lain kali 25, lain kali 50. ini semua tergantung dari banyak dan bentuk soal

2. Skala 0-10 adalah skala penilaian untuk angka 0 adalah angka terendah dan angka 10 adalah angka tertinggi.

(48)

4. Skala huruf adalah skala penilaian yang menggunakan huruf A, B, C, D dan E.

F. Mata Pelajaran Akuntansi Materi Analisis Bukti Transaksi Dan

Pencatatan Bukti Transaksi Dalam Jurnal Umum Dalam Siklus

Akuntansi Perusahaan Jasa

Akuntansi (accounting) merupakan bahasa dunia usaha. American

Institute of Certified Public Accountants (AICPA) mendefinisikan akuntansi

sebagai seni pencatatan, pengelompokan dan pengikhtisaran menurut cara

yang berarti dan dinyatakan dalam nilai uang/ segala transaksi dan kejadian

yang sedikitnya bersifat keuangan dan kemudian menafsirkan hasilnya

(Sukardi, 2009:83).

Menurut American Accounting Association, akuntansi adalah suatu

proses pengidentifikasian, pengukuran, dan pelaporan informasi ekonomi,

yang memungkinkan adanya penilaian dan pengambilan keputusan yang

tegas oleh mereka yang menggunakan informasi keuangan tersebut (Alam,

2004:2). Sejalan dengan dua definisi di atas, akuntansi dapat diartikan

sebagai:

seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif suatu unit organisasi dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik (Suwardjono, 2002:7).

Dari beberapa definisi sebagaimana telah diuraikan di atas, maka dapat

(49)

pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan kejadian atau transaksi yang

bersifat keuangan yang digunakan dalam pengambilan keputusan.

Dalam proses penggolongan dan pencatatan, seorang akuntan dituntut

memiliki kemampuan yang baik dalam melakukan analisis bukti transaksi dan

pencatatannya ke dalam jurnal. Bukti transaksi adalah salah satu bentuk

pertanggungjawaban pelaksanaan kerja pada atasan bahwa transaksi telah

dilakukan (Alam S, 2007:198). Akun terdiri dari lima kelompok besar, yaitu

Akun Harta, Akun Utang (kewajiban), Akun Modal, Akun Beban, dan Akun

Pendapatan dan harus diketahui bahwa setiap transaksi itu paling sedikit akan

mempengaruhi paling sedikit dua akun. Proses penentuan akun mana saja

yang dipengaruhi oleh suatu transaksi diawali dengan analisis bukti transaksi.

Jurnal merupakan media dalam proses akuntansi uang menjadi dasar bagi

penentuan ke akun mana suatu transaksi dicatat, berapa jumlah uang yang

dicatat, di sisi mana dicatat, dan keterangan singkat tentang transaksi (Alam

S, 2007:203). Perusahaan jasa sendiri memiliki arti perusahaan yang kegiatan

utamanya memproduksi produk tidak berwujud dengan tujuan mencari laba

(Alam S, 2007:197).

G. Kerangka Berpikir

Pada umumnya pembelajaran materi analisis bukti transaksi dan

pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum pada siklus akuntansi

perusahaan jasa di kelas diajarkan tidak berdasarkan praktik yang

(50)

mencatat transaksi ke dalam jurnal berdasarkan suatu cerita. Kondisi ini

membuat siswa hanya memahami akuntansi sebagai proses pencatatan bukan

sebagai proses perekayasaan informasi. Pada umumnya, materi tersebut

diberikan oleh guru dengan menggunakan metode konvensional diantaranya

dengan ceramah dan memberikan latihan soal. Proses ini menyebabkan siswa

sebagai pembelajar merasa kesulitan untuk memahami materi akuntansi

secara komprehensif. Selain proses pembelajaran menjadi membosankan,

dampak lainnya adalah siswa tidak paham bagaimana menganalisis sebuah

bukti dan mencatatnya ke dalam jurnal.

Rendahnya pemahaman siswa terhadap materi analisis bukti transaksi

dan pencatatan bukti transaksi ke dalam jurnal umum pada siklus akuntansi

perusahaan jasa dapat diatasi dengan menerapkan model pembelajaran

koopeeratif tipe Make a Match dan Role Playing. Dalam penerapan Make a

Match siswa diajak bermain mencari pasangan dari sebuah kartu. Melalui

permainan ini siswa diharapkan dapat memahami suatu materi dalam suasana

pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Danu Eri Setiawan (2011:101), menunjukkan penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match mampu meningkatkan

pemahaman siswa terhadap mata pelajaran akuntansi. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut diketahui setelah penerapan Make a Match pemahaman

siswa mengalami peningkatan. Hasil dari penelitian tersebut yaitu: pada saat

pretest rata-rata skor siswa di kelas mencapai 56,875, sedangkan untuk

(51)

Menurut Hisyam (2008:98) Role Playing merupakan suatu aktivitas

pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan

pendidikan yang spesifik. Sementara menurut Djajadisastra (1982:34),

metode bermain peran atau berperan adalah suatu metode mengajar di mana

guru memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan

memainkan peranan tertentu seperti yang yang terdapat dalam kehidupan

masyarakat (sosial). Pada pembelajaran siklus akuntansi perusahaan jasa,

materi yang diajarkan terkait dengan satu siklus akuntansi mulai dari bukti

transaksi, pencatatan ke dalam jurnal, posting ke buku besar, pembuatan

neraca saldo, dan pembuatan laporan keuangan. Siklus akuntansi perusahaan

jasa diawali oleh bukti transaksi yang diperoleh karena adanya suatu transaksi

keuangan. Bukti transaksi dicatat dalam jurnal, diposting ke buku besar dan

disusun laporan keuangan. Kegiatan siklus akuntansi tersebut melibatkan

beberapa pihak yang terpisah tetapi saling berkaitan. Pihak-pihak yang terkait

dalam siklus akuntansi perusahaan jasa tersebut dapat diperankan siswa.

Peran-peran siswa yang dimaksud adalah sebagai akuntan, bagian keuangan,

pelaksana transaksi, dan pihak di luar perusahaan. Siswa yang berperan

sebagai pelaksana transaksi bertugas untuk melakukan transaksi yang terjadi

di dalam perusahaan dan berhubungan secara langsung dengan pihak di luar

perusahaan. Siswa yang berperan sebagai bagian keuangan bertugas untuk

mengurus keluar dan masuknya uang perusahaan, dan membuat bukti

transaksi yang diperlukan. Siswa yang berperan sebagai akuntan bertugas

(52)

pihak yang ada di luar perusahaan bertugas untuk menyediakan bukti

transaksi atas transaksi yang dilakukan perusahaan. Peran akan dilakukan

oleh siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan Role Playing

diterapkan. Ketika memainkan peran, siswa harus benar-benar memahami

tugas dari tiap peran sehingga Role Playing dapat berjalan sesuai dengan

praktik akuntansi yang nyata.

Pada saat siswa dilibatkan dalam berbagi peran, maka siswa lebih

mudah untuk memahami materi yang sedang dipelajari. Kemampuan siswa

untuk mengingat suatu materi yang mereka pelajari melalui praktik secara

langsung akan lebih lama dan menetap dibandingkan dengan mendengarkan

ceramah atau membaca materi secara mandiri. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Role Playing

dapat membantu peserta didik untuk lebih memahami materi analisis bukti

transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum pada siklus

akuntansi perusahaan jasa.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Victoria Venny Nawang

Setyaningrum (2011 : 113) menunjukkan melalui penerapan metode

pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata

pelajaran akuntansi. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan

pemahaman siswa setelah diterapkannya Role Playing. Rata-rata peningkatan

pemahaman cukup tinggi yaitu 37,68% atau 2,74, dari yang awalnya hanya

4,54 menjadi 7,28. Dengan demikian dalam penelitian ini dapat dirumuskan

(53)

Ha = terdapat perbedaan pemahaman siswa kelas X7 sebelum dan

Gambar

Tabel 3.1 Penilaian Acuan Patokan Tipe II (PAP II)
Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Tes
Tabel 3.4 Hasil Pengujian Uji Validitas Soal Tes 2
Tabel 3.5 Hasil Pengujian Uji Validitas Soal Tes 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan analisis rasio keuangan dan cash flow, maka diharapkan dapat diketahui kinerja koperasi khususnya dari hal keuangannya dan juga dapat diketahui secara

“ Program Adiwiyata ada yang ngurusi secara khusus yaitu Tim pelaksana program, walaupun tetap dibawah koordinasi Kapala Sekolah. Para Waka sudah pasti sebagai pendukung

Berdasarkan hasil uji hipotesis pada table 5.3 menunjukkan pengaruh variabel proporsi dewan komisaris independen ( X3) terhadap manajemen laba (Y) dengan nilai

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:168) “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. Jadi suatu instrumen

Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan Pengaruh Penggunaan Informasi Akuntansi Manajemen yang di fokuskan pada frekuensi penerbitan laporan rutin, frekuensi laporan

Dengan nama Retribusi Terminal dipungut retribusi bagi setiap kendaraan yang masuk terminal, orang pribadi atau badan yang menggunakan fasilitas dan/atau

Ubi jalar sebagai bahan baku pada pembuatan tepung mempunyai keragaman jenis yang cukup banyak, yang terdiri dari jenis-jenis lokal dan beberapa varietas unggul.. Jenis-jenis

Hal ini berdasar pada pengalaman dan observasi peneliti sebagai cosplayer , karena kebanyakan dari cosplayer merasa kurang percaya diri