PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
MAKE A MATCH DAN ROLE PLAYING SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI
ANALISIS BUKTI TRANSAKSI DAN PENCATATAN BUKTI
TRANSAKSI DALAM JURNAL UMUM PADA SIKLUS
AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA
Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di Kelas X7 SMA Kolese De
Britto, Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Stefanus Priambudi Dwi Sulaksono NIM: 091334007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
MAKE A MATCH DAN ROLE PLAYING SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI
ANALISIS BUKTI TRANSAKSI DAN PENCATATAN BUKTI
TRANSAKSI DALAM JURNAL UMUM PADA SIKLUS
AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA
Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di Kelas X7 SMA Kolese De
Britto, Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Stefanus Priambudi Dwi Sulaksono NIM: 091334007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
gl0z lunf 4I :l?8EuBJ 'lS'W ''A'S'otuotun4
:qe1o p$res1p qeleJ
I,00f€6160;F{IN
o$oq"lns ra\o rprxlurclrd snu"Jgls :I{3lO
VSYf
NYYI{VSNUf,d
ISNYINDIV
SNDIIS
VOVd IAININNTYNUff
IAI\/TY(IISXYSNVUI
IIXns
NYIYIYJNfld
NYOIS)tYStrrYUI
IIXO{
SISITvtTtVrutrJ.Yfit
YOYd VA\SIS NYI^I\rTTYWId\I\TXTYXCNTNqI
IYAVdfT IYSYSUS
,NIAW{
qTOV NVC.HSJVW VgXYW
f,drr,{IrYufdoox Nvtrv'fYaflflI
Ifld
af,oor
rNvdvuf,Nf,d
€IOe Ury OZ'vttu>leATaX
'pd'I4t''pd'S orutr^6uruelerg
Bn1seurord ernleleN 'pd'I ['Ip€qnIAI'xd's{I
'!S'l,tt "fl'S'ouro&;ng 8ueqwug'srq lS'H'pd.$'ouoldeg sqpernel
'IS'I tr ''g'S lrc^teurrc(I cJprrl de$Esf eureN fn8uaa ?tr|wd ua$nsns
epEBuV
epEEuV
elo8Euy
srJeloDleS
snlex
ttJ€,{s Rlnupurour tFlaf uqulgfqp mCI tIgZ IInf 6g p66ue1epe4
rfnFpatr splusd uedep !p trc{u€r{?iledp qqtdl
r00fggl60:r {IN
ouo$Flns r^rc rpnquuFrd fnwJols
:qelo sllrulp uep tre>ldetsredlq
vsYf
NYYHVSnUUd
ISNVINnXY
SO1DTIS
V(tVd
IAIOI{NTYNUff
WVIV(I
IS)IVSNVUI
IIXng NvIYIVJNfld
Nvo
ISXYSI\MUI
lJ,)tnfl
SISITYNV
IUfiIYIAt
YOYdY
&SISNVI
MIIYI
Tf,dI\tr\DIIYXCNINtrI
tY,f,Ydn
rYcvgflg
gNuwd
ETov
Nvc.gSJYw
v
wlvtt{
fl
dlr,ilIYtff
doox
NYUv'fYTfl
grufld
rfloor,{ NvdvuflNtd
ue{lplpued nuql u?p uenmBey se11iv
Persembahan :
Karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus , Kekuatanku
Santo Stefanus, Pelindungku
Papah, mamah, adiku dan yang selalu menyayangi,
memberikan kepercayaan, dan perhatian kepadaku
Margareta Novita Sari Dewi
Almamaterku,
Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK
Pendidikan Akuntansi
v
MOTTO
Life isn’
t Flat,
So Take Risk And Grow Up
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 29 Juli 2013
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Stefanus Priambudi Dwi Sulaksono Nomor Mahasiswa : 091334007
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
MAKE A MATCH DAN ROLE PLAYING SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI
ANALISIS BUKTI TRANSAKSI DAN PENCATATAN BUKTI
TRANSAKSI DALAM JURNAL UMUM PADA SIKLUS
AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk keperntingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 29 Juli 2013
Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE MAKE A MATCH DAN ROLE PLAYING SEBAGAI
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA
MATERI ANALISIS BUKTI TRANSAKSI DAN PENCATATAN
BUKTI TRANSAKSI DALAM JURNAL UMUM PADA SIKLUS
AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA
Penelitian Tindakan Kelas Dilakukan di Kelas X7 SMA Kolese De Britto Yogyakarta
Stefanus Priambudi Dwi Sulaksono Universitas Sanata Dharma
2013
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatkan pemahaman materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum pada siswa kelas X7 SMA Kolese De Britto Yogyakarta melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan Role Playing.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah 36 siswa kelas X7 SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus yang meliputi empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, tes, wawancara, dan dokumentasi. Data analisis dengan menggunakan analisis deskriptif, analisis komparatif, dan uji beda
mean.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan Role Playing dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas X7 SMA Kolese De Britto Yogyakarta pada materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum secara signifikan (rata-rata tes 1= 57,78, rata-rata tes 2 = 75,93 dan rata-rata tes 3 = 86,85; Sig.
ix
ABSTRACT
THE APPLICATION OF A COOPERATIVE LEARNING
MODEL : “
MAKE A MATCH AND ROLE PLAYING TYPE
”
AS
AN ATTEMPT TO IMPROVE STUDENTS’
UNDERSTANDING ON THE EVIDENCE TRANSACTION
ANALYSIS AND LISTING MATERIALS IN THE GENERAL
JOURNAL ON THE ACCOUNTING CYCLE SERVICES
COMPANY
A Classroom Action Research on the Tenth Class of The Students of SMA Kolese De Britto Yogyakarta
Stefanus Priambudi Dwi Sulaksono Sanata Dharma University
2013
The purpose of this research is to find out the progress of the students’ understanding on the evidence transaction analysis and listing in the general journal for the Tenth Class Students of SMA Kolese De Britto Yogyakarta through the application of a cooperative learning model “Make a Match and Role Playing type”.
This research is a classroom action research. The subjects of the research were 36 students of Tenth Class Students of SMA Kolese De Britto Yogyakarta. This classroom action research is conducted in two cycle that consist of four steps. They are planning, action, observation, evaluation, and reflection. The techniques of gathering the data were observation method, a test, an interview, and documentation. The data were analyzed by descriptive and comparative analysis, and comparative mean test.
The result of the research shows that the application of a cooperative learning model “Make a Match and Role Playing type” can improve the students’
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah di Surga atas segala rahmat dan berkat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skrpsi yang berjudul Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match dan Role Playing
Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Materi Analisis Bukti
Transaksi dan Pencatatan Bukti Transaksi Dalam Jurnal Umum Pada Siklus
Akuntansi Perusahaan Jasa.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapat banyak sekali semangat,
bantuan dan doa yang sangat mendukung penulis. Penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberikan saran dan revisi dalam penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh bapak dan Ibu Dosen Progran Studi Pendidikan Ekonomi BKK
Pendidikan Akuntansi serta para staf karyawan yang telah memberikan
bimbingan serta pelayanan selama penulis menempuh studi di Universitas
xi
5. Bapak F.X. Agus Hariyanto, S.E., S.Pd. yang telah menjadi guru mitra
dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
6. Seluruh keluarga besar SMA Kolese De Britto yang telah membantu penulis
dalam melaksanakan penelitian. Terima kasih atas ijin dan bantuannya.
7. Orang tuaku, Bapak R. Budi Triyono dan Ibu Yosepha Suwartini, yang
tidak pernah henti memberi doa, semangat, dan dukungan kepada penulis.
Terima kasih, berkat Tuhan selalu menyertai papah dan mamah tercinta.
8. Adikku, Margareta Wiwik Tri Wijayanti terima kasih atas dukungan dan
doanya, Tuhan memberkati.
9. Margareta Novita Sari Dewi terima kasih atas doa, sayang, dan bantuannya
selama kuliah dan penyelesaian skripsi ini. Berkat Allah selalu menyertai.
10. Teman-teman seperjuangan di kampus Bowo, Riki, Anang, Condro, Arjun,
Yuda, Afri, Heri, dan teman-teman Program Studi Pendidikan Ekonomi
BKK Pendidikan Akuntansi angkatan 2009 terima kasih atas kebersamaan,
semangat, bantuan, perhatian yang sangat berarti bagi penulis.
11. Teman-teman Mingit, Frater Koko, Frater Mario, Frater Adri, Frater Pram,
Mbak Anne, Mbak Icot, Mbak Jeje, Mas Robert, Mas Gembong, Mas
Yonas, dan Yohan terima kasih atas kebersamaan dan motivasi dalam
mengerjakan skripsi.
12. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis yang tidak
xii
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Penulis berharap semoga
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK... .... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 8
B. Pembelajaran Kooperatif ... 14
C. Make a Match ... 18
D. Role Playing ... 19
xiv
F. Mata Pelajaran Akuntansi Materi Analisis Bukti Transaksi Dan
Pencatatan Bukti Transaksi Dalam Jurnal Umum Dalam Siklus
Akuntansi Perusahaan Jasa ... 25
G. Kerangka Teoritik ... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
A. Jenis Penelitian ... 31
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 31
D. Prosedur Penelitian... 32
E. Instrumen Penelitian... 42
F. Pengumpulan Data ... 55
G. Teknik Analisis Data ... 56
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 59
A. . Visi, Misi, Nilai-Nilai yang Mendasari, dan Tujuan Pendidikan SMA Kolese De Britto ... 59
B. Sistem Pendidikan SMA Kolese De Britto ... 61
C. Kurikulum Satuan Pendidikan SMA Kolese De Britto ... 68
D. Organisasi Sekolah SMA Kolese De Britto ... 71
E. Sumber Daya Manusia Satuan Pendidikan SMA Kolese De Britto ... 72
F. Siswa Satuan Pendidikan SMA Kolese De Britto ... 78
G. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMA Kolese De Britto ... 79
H. Fasilitas Pendidikan dan Latihan ... 85
I.Majelis Dewan/Dewan Sekolah/Komite Sekolah ... 86
J.Hubungan Antara Kolese De Britto Dengan Instansi Lain ... 87
K. Usaha – Usaha Peningkatan Kualitas Lulusan ... 87
BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN ... 91
A. Deskripsi Penelitian ... 91
1. Deskripsi Penelitian Pendahuluan ... 91
a. Observasi guru ... 91
xv
c. Observasi kelas ... 95
d. Wawancara pada guru ... 95
e. Wawancara pada siswa ... 96
2. Deskripsi Siklus I PTK ... 98
a. Menyusun Rencana Tindakan ... 98
b. Pelaksanaan ... 100
c. Pengamatan Saat Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match .... 106
d. Refleksi dan evaluasi... 111
e. Deskripsi Pemahaman Siswa Setelah Siklus I ... 112
3. Deskripsi Siklus II PTK ... 113
a. Menyusun Rencana Tindakan ... 114
b. Pelaksanaan ... 116
c. Pengamatan Saat Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing ... 122
d. Refleksi dan Evaluasi ... 127
e. Wawancara ... 128
f. Deskripsi Pemahaman Setelah Siklus I ... 129
B. Analisis Data ... 130
1. Analisis Komparatif Deskriptif Pemahaman Siswa ... 130
2. Pengujian Hipotesis ... 132
a. Rumusan Hipotesis ... 132
b. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 133
C. Pembahasan ... 134
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 136
A. Kesimpulan ... 136
B. Keterbatasan Penelitian ... 136
C. Saran ... 137
DAFTAR PUSTAKA... 138
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penilaian Acuan Patokan Tipe II (PAP II) ... 49
Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Tes ... 49
Tabel 3.3 Hasil Pengujian Uji Validitas Soal Tes 1 ... 50
Tabel 3.4 Hasil Pengujian Uji Validitas Soal Tes 2 ... 52
Tabel 3.5 Hasil Pengujian Uji Validitas Soal Tes 3 ... 53
Tabel 3.6 Tabel Komparasi Pemahaman Siswa ... 57
Tabel 4.1 Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA Kolese De Britto Tahun Ajaran 2012-2013 ... 70
Tabel 4.2 Daftar Guru dan Mata Pelajaran Yang Diampu ... 74
Tabel 4.3 Daftar karyawan dan Tugasnya ... 76
Tabel 4.4 Daftar Karyawan Yayasan De Britto dan Bidang Tugasnya ... 77
Tabel 4.5 Pendamping Ekstrakurikuler ... 78
Tabel 4.6 Distribusi Siswa ... 79
Tabel 5.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ... 91
Tabel 5.2 Hasil Observasi Aktivitas Guru Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ... 92
Tabel 5.3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ... 94
Tabel 5.4 Hasil Observasi terhadap Aktivitas Siswa Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif... 94
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pemahaman Siswa Pada Tes 1 ... 101
Tabel 5.6 Rangkuman Refleksi Siswa ... 104
Tabel 5.7 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Saat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match ... 106
xvii
Tabel 5.9 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Saat Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match ... 109
Tabel 5.10 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa Saat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ... 109
Tabel 5.11 Refleksi Guru Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Metode Make a Match ... 111
Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Pemahaman Siswa Pada Tes 2 ... 113
Tabel 5.13 Rangkuman Refleksi Siswa ... 120
Tabel 5.14 Hasil Observasi Aktivitas Guru Saat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing ... 122
Tabel 5.15 Hasil Observasi Aktivitas Guru Saat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing ... 123
Tabel 5.16 Hasil Observasi Aktivitas Guru Saat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing ... 125
Tabel 5.17 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Saat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing ... 125
Tabel 5.18 Refleksi Guru Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing ... 127
Tabel 5.19 Distribusi Frekuensi Pemahaman Siswa Pada Tes 3 ... 129
Tabel 5.20 Komparasi Pemahaman Siswa ... 130
Tabel 5.21 Rangkuman Distribusi Frekuensi Pemahaman Siswa ... 132
xviii
DAFTAR GAMBAR
xix
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR INSTRUMEN RENCANA
Lampiran 1 Instrumen Observasi Aktivitas Guru Di Kelas Sebelum Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif ... 139
Lampiran 2 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa Di Kelas Sebelum Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif ... 141
Lampiran 3 Instrumen Observasi Keadaan Kelas Sebelum Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif ... 142
Lampiran 4 Wawancara Guru dan Siswa Sebelum Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif ... 143
Lampiran 5 Instrumen Observasi Terhadap Aktivitas Guru Saat Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ... 144
Lampiran 6 Instrumen Observasi terhadap Aktivitas Siswa Saat Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ... 146
Lampiran 7 Instrumen Observasi Keadaan Kelas Saat Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ... 147
Lampiran 8 Instrumen Observasi Terhadap Aktivitas Guru Saat Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing ... 148
Lampiran 9 Instrumen Observasi terhadap Aktivitas Siswa Saat Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing ... 150
Lampiran 10 Instrumen Observasi Keadaan Kelas Saat Penerapan Model
xx
Lampiran 11 Instrumen Refleksi Guru Terhadap Make A Match ... 152
Lampiran 12 Instrumen Refleksi Siswa Make A Match ... 153
Lampiran 13 Instrumen Refleksi Guru Terhadap Role Playing ... 154
Lampiran 14 Instrumen Refleksi Siswa Terhadap Role Playing ... 155
Lampiran 15 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 156
Lampiran 16 Pembagian Kelompok ... 165
DAFTAR INSTRUMEN PENELITIAN PENDAHULUAN Lampiran 17 Instrumen Observasi Aktivitas Guru Di Kelas Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ... 166
Lampiran 18 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa Di Kelas Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ... 168
Lampiran 19 Lembar Observasi Keadaan Kelas Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ... 169
Lampiran 20 Wawancara Guru Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ... 170
Lampiran 21 Wawancara Siswa Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ... 171
DAFTAR MEDIA DAN INSTRUMEN SIKLUS I PTK Lampiran 22 Instrumen Observasi Aktivitas Guru Di Kelas Saat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match ... 172
xxi
Lampiran 24 Instrumen Observasi Keadaan Kelas Saat Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match ... 175
Lampiran 25 Soal Tes 1 ... 176
Lampiran 26 Data Hasil Tes 1 ... 189
Lampiran 27 Soal Make A Match ... 190
Lampiran 28 Jawaban Tepat Analisis Bukti Transaksi ... 195
Lampiran 29 Jawaban Pengecoh Analisis Bukti Transaksi ... 196
Lampiran 30 Jawaban Tepat Analisis Pencatatan Bukti Transasksi ... 197
Lampiran 31 Jawaban Pengecoh Analisis Pencatatan Bukti Transaksi ... 198
Lampiran 32 Jawaban Tepat Jurnal ... 199
Lampiran 33Jawaban Pengecoh Jurnal ... 201
Lampiran 34 Skenario Pembelajaran Make a match ... 202
Lampiran 35 Instrumen Refleksi Guru ... 203
Lampiran 36 Instrumen Refleksi Siswa ... 204
Lampiran 37 Soal Tes 2 ... 211
Lampiran 38 Data Tes 2 Siswa ... 223
DAFTAR MEDIA DAN INSTRUMEN SIKLUS II PTK
Lampiran 39 Instrumen Observasi Aktivitas Guru Di Kelas Saat Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Role Playing ... 224
Lampiran 40 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa Di Kelas Saat Penerapan
xxii
Lampiran 41 Lembar Observasi Keadaan Kelas Saat Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Role Playing ... 227
Lampiran 42 Berbagai Bukti Transaksi Role Playing ... 228
Lampiran 43 Lembar Kerja Buku Kas Role Playing ... 241
Lampiran 44 Lembar Kerja Jurnal Umum ... 242
Lampiran 45 Daftar Papan Nama ... 243
Lampiran 46 Uang-Uangan ... 244
Lampiran 47 Instruksi Masing-Masing Peran ... 245
Lampiran 48 Aturan Main ... 253
Lampiran 49 Skenario Pembelajaran ... 254
Lampiran 50 Instrumen Refleksi Guru ... 255
Lampiran 51 Instrumen Refleksi Siswa ... 256
Lampiran 52 Wawancara Guru Setelah Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Role Playing ... 262
Lampiran 53 Wawancara Siswa Setelah Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Role Playing ... 263
Lampiran 54 Soal Tes 3 ... 264
Lampiran 55 Data Tes 3 Siswa ... 277
Lampiran 56 Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Tes 1, Tes 2 dan Tes 3 ... 278
Lampiran 57 Uji Paired Sample Test ... 283
Lampiran 58 Perhitungan PAP Tipe II... 284
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Siswa yang belajar akuntansi dituntut memiliki kompetensi mencatat
dokumen ke dalam jurnal umum. Jurnal merupakan media dalam proses
akuntansi uang menjadi dasar penentuan ke akun mana suatu transaksi dicatat,
berapa jumlah uang yang dicatat, di sisi mana dicatat, dan keterangan singkat
tentang transaksi (Alam S, 2007:203). Materi pencatatan bukti transaksi dalam
jurnal umum adalah materi yang penting dipahami siswa karena jurnal adalah
catatan pertama dalam siklus akuntansi perusahaan jasa. Kemampuan siswa
dalam menganalisis bukti transaksi akan menentukan ketepatan dalam pencatatan
ke dalam jurnal umum (Alam S, 2007:201). Oleh karena itu siswa harus memiliki
kemampuan menganalisis bukti transaksi. Bukti transaksi adalah salah satu
bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kerja pada atasan bahwa transaksi telah
dilakukan (Alam S, 2007:198). Sesuai praktik nyata di sebuah perusahaan,
pencatatan ke dalam jurnal umum dilakukan berdasarkan bukti transaksi. Oleh
karena itu kegiatan pembelajaran materi jurnal umum di kelas seharusnya
mengacu pada praktik nyata di lapangan. Perlu ada proses pembelajaran yang
menarik bagai siswa agar pemahaman siswa dalam menganalisis bukti transaksi
Namun kenyataannya, pembelajaran di kelas cenderung menekankan
bagaimana mencatat transaksi ke dalam jurnal berdasarkan suatu cerita. Kondisi
ini membuat siswa hanya memahami akuntansi sebagai proses pencatatan bukan
sebagai proses perekayasaan informasi. Pada umumnya, materi tersebut
diberikan oleh guru dengan menggunakan metode konvensional diantaranya
dengan ceramah dan memberikan latihan soal. Proses ini menyebabkan siswa
sebagai pembelajar merasa kesulitan untuk memahami materi akuntansi secara
komprehensif. Selain proses pembelajaran menjadi membosankan, dampak
lainnya adalah siswa hanya memahami akuntansi sebagai sebuah proses
pencatatan bukan proses perekayasaan informasi.
Hal tersebut terjadi di SMA Kolese De Britto. Guru lebih memilih
mengajar dengan metode ceramah yang paling mudah dilakukan dalam
pembelajaran, meskipun metode ini bukan metode yang efektif. Proses
pembelajaran cenderung berlangsung satu arah. Dalam pembelajaran guru
menjelaskan materi dan memberikan latihan soal, sedangkan siswa
mendengarkan dan mengerjakan soal yang diberikan guru. Pola pengajaran yang
miskin kreativitas menjadikan kegiatan pembelajaran menjemukan. Guru
sebenarnya menyadari bahwa banyak siswa tidak antusias dalam pembelajaran
akuntansi. Sebagian besar siswa tidak memiliki perhatian pada guru dan juga
materi yang dipelajarinya. Mereka cenderung memilih aktivitas yang
kontraproduktif, misalnya: bercerita dengan teman yang tak ada hubungannya
tidak perlu, dan lain-lain. Apabila guru lebih ’keras’, para siswa cenderung
melakukan resistensi terhadap guru. Aktivitas siswa tersebut jelas menyulitkan
guru mencapai tujuan instruksional pembelajaran. Dampaknya tujuan
pembelajaran dari keseluruhan materi akuntansi secara umum tidak dicapai. Jika
dinilai secara obyektif, para guru menyatakan bahwa rerata hasil ulangan
akuntansi umumnya tidak mencapai batas minimal KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) yang ditetapkan.
Sebagai agen utama proses pendidikan, guru merupakan orang yang paling
bertanggung jawab terhadap kualitas pembelajaran di kelas. Pembelajaran
dikatakan berhasil apabila siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran dan
siswa memiliki kompetensi tertentu sebagaimana indikator yang telah ditentukan.
Untuk mencapai kondisi yang demikian pendidik harus mampu menyajikan
pembelajaran yang menarik bagi para peserta didiknya. Dengan kata lain,
pendidik harus menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Guru yang
profesional dituntut untuk berani mencoba metode-metode pembelajaran yang
baru dan alat-alat peraga yang cocok untuk anak didik yang dibangun
berdasarkan kegembiraan siswa dan dirinya. Penerapan metode pembelajaran
hendaknya memungkinkan pendidik dapat memacu motivasi peserta didik dalam
pembelajaran. Pendidik dapat menggunakan berbagai macam metode
pembelajaran guna meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
dipelajarinya. Terdapat begitu banyak metode pembelajaran yang telah
pembelajaran tipe Make a Match dapat digunakan untuk menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan dalam sebuah permainan sederhana.
Kemudian model pembelajaran tipe Role Playing., yaitu metode mengajar di
mana guru memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan
memainkan peranan tertentu seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat
atau social (Djajadisastra, 1983:34).
Melalui model pembelajaran tipe Make a Match guru dapat mengajak
siswa untuk aktif menjodohkan analisis dan jurnal dari sebuah bukti transaksi.
Menurut Fachrudin (2009:168) model pembelajaran Make a Match melatih siswa
agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya atas suatu materi. Melalui
penerapan metode Role Playing siswa diajak untuk mengenali bukti transaksi,
bagaimana pembuatan bukti transaksi, dan bagaimana melakukan pencatatan
transaksi ke dalam jurnal. Guru dapat mengajak siswa untuk memainkan peran
yang terkait dengan praktik nyata misalnya sebagai akuntan, bagian penjualan
pembelian atau bagian keuangan perusahaan. Setiap siswa memiliki tugas atau
wewenang sesuai masing-masing peran, misalnya, sebagai akuntan siswa
bertugas untuk mencatat bukti transaksi dalam jurnal umum, sebagai bagian
keuangan siswa bertugas untuk mengatur keluar masuk uang perusahaan dan
membuat bukti transaksi. Dengan diterapkannya metode ini diharapkan siswa
lebih memahami materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi
dalam jurnal umum pada siklus akuntansi perusahaan jasa dan merasakan
Berdasarkan fenomena yang terjadi di dalam dunia pendidikan tersebut,
maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian tindakan kelas dengan
judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match dan
Role Playing Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Materi
Analisis Bukti Transaksi dan Pencatatan Bukti Transaksi Dalam Jurnal
Umum Pada Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa”. Penelitian Tindakan Kelas
dilakukan di kelas X 7 SMA Kolese De Britto, Yogyakarta.
B. Batasan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini memusatkan perhatian
pada pemaparan rancangan dan implementasi model pembelajaran kooperatif
tipe Make a Match dan Role Playing untuk meningkatkan pemahaman siswa
kelas X 7 (sepuluh tujuh) SMA Kolese De Britto mengenai materi analisis bukti
transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum pada siklus
akuntansi perusahaan jasa.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan
permasalahan penelitian ini adalah bagaimana peningkatan pemahaman siswa
kelas X 7 SMA Kolese De Britto pada materi analisis bukti transaksi dan
jasa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan
Role Playing ?
D. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peningkatan
pemahaman siswa kelas X 7 SMA Kolese De Britto pada materi analisis bukti
transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum pada siklus
akuntansi perusahaan jasa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Make a Match dan Role Playing.
E. Manfaat
1. Bagi Guru
Rancangan pembelajaran ini diharapkan menjadi salah satu model yang dapat
diacu guru dalam pembelajaran akuntansi. Melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan Role Playing. memudahkan
guru mencapai tujuan instruksional pembelajaran pada materi analisis bukti
transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum pada siklus
akuntansi perusahaan jasa
2. Bagi Siswa
Bagi siswa kelas X 7 SMA Kolese De Britto, rancangan pembelajaran ini
diharapkan menjadi model yang lebih memungkinkan mereka mendapatkan
meningkatkan pemahamannya mengenai pencatatan bukti transaksi dalam
jurnal umum pada siklus akuntansi perusahaan jasa.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi penelitian
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu penelitian
yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar, dengan
memberikan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan
praktik dan proses belajar mengajar (Susilo, 2007: 16). Sejalan dengan
Susilo, PTK menurut Wijaya (2009:9) adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan,
melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan
partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga
hasil belajar siswa dapat meningkat.
Menurut Arikunto (2006:2-3), terdapat tiga kandungan isi PTK/
Classroom Action Research, yaitu :
a. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
b. Tindakan, menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
Dari pengertian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan
pembelajaran berupa tindakan yang sengaja diadakan dan terjadi di
dalam suatu kelas yang sama.
Tidak berbeda dengan pendapat Arikunto, Sarwiji Suwandi
(2010:10) juga memaparkan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah
kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau
dengan guru yang dilakukan oleh siswa.
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Masnur Muslich.
Beberapa kata kunci yang terkait dengan PTK menurut Masnur
Muslich (2011:9-10) yaitu:
a. PTK bersifat reflektif. Maksudnya adalah PTK diawali dari proses perenungan atas dampak tindakan yang selama ini dilakukan guru terkait dengan tugas- tugas pembelajaran di kelas. Dari perenungan ini akan diketahui apakah tindakan yang selama ini telah dilakukan telah berdampak positif dalam pencapaian tujuan pembelajaran atau tidak.
b. PTK dilakukan oleh pelaku tindakan. Maksudnya adalah PTK dirancang, dilaksanakan, dan dianalisis oleh guru yang bersangkutan dalam rangka ingin memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapinya di kelas. Kalaupun dilakukan secara kolaboratif, pelaku utama PTK tetap oleh guru yang bersangkutan.
c. PTK dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Maksudnya adalah dengan PTK ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas berbagai aspek pembelajaran sehingga kompetensi yang menjadi target pembelajaran dapat tercapai secara maksimal (efektif dan efisien).
dalam PTK harus dilakukan dengan terprogram dan penuh kesadaran sehingga dapat diketahui aspek- aspek mana yang perlu ditingkatkan dan diperbaiki demi ketercapaian kompetensi yang ditargetkan.
e. PTK bersifat situasional dan kontekstual. Maksudnya adalah PTK selalu dilakukan dalam situasi dan kondisi tertentu, untuk kelas dan topik mata pelajaran tertentu sehingga simpulan atau hasilnya pun hanya diarahkan pada konteks yang bersangkutan, bukan untuk konteks yang lain.
Berdasarkan pengertian- pengertian PTK tersebut dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa PTK merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan pembelajaran yang bersifat reflektif, pelaku tindakan adalah
guru, dilaksanakan secara kolaboratif dan partisipasif, dan dengan
tujuan memperbaiki kinerja guru (kondisi pembelajaran).
2. Prinsip Dasar Penelitian Tindakan Kelas
Beberapa prinsip dasar PTK menurut Wijaya (2009:11) adalah
sebagai berikut :
a. Berkelanjutan
PTK merupakan upaya yang berkelanjutan secara siklustis. b. Integral
PTK merupakan bagian integral dari konteks yang diteliti. c. Ilmiah
Diagnosis masalah berdasar pada kejadian nyata. d. Motivasi dari dalam
Motivasi untuk memperbaiki kualitas harus tumbuh dari dalam. e. Lingkup
Masalah tidak dibatasi pada masalah pembelajaran di dalam dan luar ruang kelas.
Sedangkan menurut Sarwiji Suwandi (2010:21), beberapa
prinsip PTK antara lain sebagai berikut:
a. Tidak mengganggu komitmen mengajar b. Tidak terlalu menyita waktu
c. Masalah nyata dihadapi guru
e. Metodenya andal (identifikasi dan rumusan hipotesis meyakinkan, strategi dapat diterapkan di kelas)
f. Pilihan tindakan dapat dilaksanakan g. Terikat oleh waktu (terencana) h. Konsisten terhadap prosedur etika i. Berorientasi pada perbaikan masalah j. Proses belajar sistematik
k. Guru perlu membuat jurnal untuk mencatat perubahan l. Guru memiliki kemampuan reflektif
3. Tahap Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Arikunto (2006: 17-20), PTK memiliki beberapa alur
atau tahap yaitu menyusun rencana tindakan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Berikut ini diuraikan tahap- tahap tersebut:
a. Menyusun rancangan tindakan (planning)
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal dilakukan berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang melakukan pengamatan proses jalannya tindakan.
b. Pelaksanaan tindakan (acting)
Tahap ke-2 dari penelitian tindakan kelas adalah pelaksanaan rencana yang telah dirancang. Hal yang perlu diingat adalah guru harus menaati apa yang telah direncanakan, berlaku wajar, dan tidak boleh dibuat-buat.
c. Pengamatan (observing)
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dilakukan untuk memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.
d. Refleksi (reflecting)
Pada tahap ini dikemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan ini dilakukan ketika guru sudah selesai melakukan tindakan.
Berikut ini merupakan gambar mengenai tahap-tahap penelitian
Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas
Kurt Lewin (Sarwiji Suwandi, 2010:27) menggambarkan
penelitian tindakan sebagai serangkaian langkah yang membentuk
spiral. Tahap-tahap di atas membentuk satu siklus dan dapat
dilanjutkan ke siklus berikutnya dengan rencana, tindakan
pengamatan serta refleksi ulang berdasarkan hasil yang dicapai pada
siklus sebelumnya. Jumlah siklus dalam suatu penelitian tindakan
bergantung pada apakah permasalahan penelitian yang dihadapi
sudah dapat dipecahkan.
Beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam penelitian
tindakan kelas (Arikunto, 2006:23-24):
a. Penelitian tindakan kelas harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi dalam pembelajaran, dengan demikian dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
b. Penelitian tindakan kelas oleh guru menuntut dilakukannya pencermatan terus menerus, objektif, dan sistematis, sehingga diketahui secara pasti tingkat keberhasilan dan penyimpangan yang terjadi.
c. Penelitian tindakan harus dilaksanakan sekurang-kurangnya dalam dua siklus. Hal ini bertujuan agar kekurangan-kekurangan pada siklus pertama dapat diperbaiki dalam siklus kedua, begitu pula seterusnya.
d. Penelitian tindakan terjadi secara wajar. Dalam hal ini PTK tidak dilakukan dengan mengubah aturan dan jadwal yang sudah ada, dan tidak merugikan siswa.
e. Penelitian harus benar-benar disadari oleh peneliti maupun pihak yang menjadi pelaku. Hal ini bertujuan agar pihak-pihak yang terkait dapat mengungkapkan kelebihan dan kekurangan yang telah dilakukan dibandingkan dengan rencana yang ada.
f. Penelitian tindakan harus benar-benar menunjukan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan. Jadi, dalam PTK siswa benar-benar ikut berperan dalam penelitian bukan hanya guru.
5. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Ada beberapa manfaat PTK bagi guru dan siswa. Menurut
Kunandar (2012:68), manfaat PTK dapat dilihat dari dua aspek yaitu:
a. Manfaat PTK dari segi akademis adalah untuk membantu guru menghasilkan pengetahuan yang relevan. Dalam hal ini, guru dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran yang terjadi dalam proses pembelajaran.
b. Manfaat praktis dari PTK adalah: 1) Inovasi pembelajaran
Pada saat melaksanakan PTK, guru berarti mampu melakukan pengembangan kurikulum sesuai dengan situasi dan kondisi kelas, sehingga kurikulum dapat berjalan efektif melalui pembelajaran yang aktif dan kreatif.
Menurut Masnur Muslich (2011:11), banyak manfaat yang
dapat dipetik dari pelaksanaan PTK. Beberapa diantaranya adalah:
a. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran yang menjadi tugas utamanya.
b. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi peningkatan sikap profesional guru.
c. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa.
d. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.
e. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penggunaan media, alat bantu mengajar, dan sumber belajar lainnya.
f. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
g. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau pengembangan pribadi siswa di sekolah.
h. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penerapan kurikulum.
B. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan
cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang
dengan struktur keolompok yang bersifat heterogen (Rusman,2011:202).
Sementara menurut Sanjaya (2006:239) Cooperative learning
berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan
belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu
untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Dari
pengertian-pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan serangkaian pembelajaran yang dilakukan oleh
siswa di dalam kelompok, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
Johnson dalam Hassan (1996) mengatakan bahwa cooperative
learning adalah tehnik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja
terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang
umumnya terdiri dari 4-5 orang. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan
kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja
bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota
lainnya dalam kelompok tersebut. Dari pengertian ini dapat dikatakan
bahwa dalam belajar kelompok yang efektif siswa dapat bekerja sama
untuk memaksimalkan belajar mereka.
Rusman (2011, 204) mengatakan ada 4 hal penting dalam strategi
pembelajaran kooperatif :
a. adanya peserta didik dalam kelompok b. adanya aturan main dalam kelompok c. adanya upaya belajar dalam kelompok
d. adanya kompetensi yang harus dicapai dalam kelompok
Berkenaan dengan pengelompokan siswa dapat ditentukan
berdasarkan :
b. latar belakang kemampuan siswa
c. perpaduan antara minat dan bakat siswa dengan latar belakang kemampuan siswa .
Hal itu berarti bahawa untuk pembagian kelompok guru tidak bisa
seenaknya, tetapi guru harus menentukan sendiri anggota-anggota dari
kelompok tersebut karena gurulah yang mengetahui minat, bakat maupun
tingkat kecerdasan dari masing masing siswa.
Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang menekankan
pada peran aktif siswa dalam belajar dalam kelompok secara kolaboratif.
Pembagian kelompoknya pun tidak asal-asalan tetapi harus
memperhatikan tingkat kecerdasan siswa. Model pembelajaran kooperatif
ini dilaksanakan dalam bentuk sharing sehingga dapat membentuk
pemahaman diantara para siswa itu sendiri. Dalam pembelajaran ini
siswa tidak belajar dari guru tetapi siswa menyimpulkan sendiri apa
yang diakatakan oleh teman-temannya dan menggabungkan dengan apa
yang ia pikirkan.
2. Unsur-Unsur Dalam Pembelajaran Kooperatif
Nurulhayati (2002:25-28) mengatakan lima unsur dasar model
pembelajaran kooperatif, yaitu :
a. ketergantungan yang positif b. pertanggungajawaban individual c. kemampuan bersosialisasi d. tatap muka
Rusman (2011:208) mengatakan unsur dasar pembelajaran
kooperatif adalah :
a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama
b. Siswa bertanggung jawab atas atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.
c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelomponya memiliki tujuan yang sama
d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah / penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua nggota kelompok.
f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama selama proses belajanya.
g. Siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual
Dari unsur tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran
kooperatif mewadahi siswa untuk dapat bekerja dalam kelompok demi
mencapai tujuan bersama. Siswa merasakan bahwa ia adalah bagian dari
kelompok yang turut serta berjuang mencapai tujuan, maka dibutuhkan
kebersamaan kelompok, artinya setiap anggota kelompok bersikap
kooperatif terhadap anggota kelompok lainnya.
3. Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Johnson (Rusman, 2011 : 212) ada lima
unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut
a. Prinsip ketergantungan positif yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan.
tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.
c. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling member dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.
d. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.
e. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
4. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Rusman (2011 : 212-213) mengatakan bahwa pada prinsipnya ada
empat tahap langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai
berikut :
a. Penjelasan materi,
Tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pembelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok . Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. b. Belajar kelompok,
Tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya. c. Penilaian
Penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada kemampuan kelompok. d. Pengakuan tim
adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan tau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.
C. Make a Match
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match
Menurut Lorna Curran (1994:205), tipe pembelajaran Make a
pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya.
Setelah siswa menemukan pasangan kartunya, mereka dapat
mencocokkannya dan diberi poin. Dalam penerapan tipe Make a Match,
siswa diharapkan dapat memahami suatu konsep atau informasi tertentu
dengan mencari pasangan kartunya dalam suasana yang aktif dan
menyenangkan. Dengan demikian, dapat meningkatkan pemahaman
siswa.
2. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match
Anita Lie (2010:55) menjelaskan tahapan model pembelajaran
kooperatif tipe Make a Match, yaitu :
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep/topic. Kartu dibagi menjadi dua bagian yaitu kartu soal dan kartu jawaban.
b. Siswa dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama sebagai pemegang kartu soal, kelompok kedua sebagai kelompok pemegang kartu jawaban dan kelompok ketiga sebagai kelompok penilai. c. Guru menentukan kelompok mana yang memegang soal, jawaban
dan sebagai penilai.
d. Setiap siswa mendapat satu buah kartu soal untuk kelompok yang memegang soal, dan satu buah kartu jawaban untuk kelompok yang memegang jawaban.
e. Setiap siswa memikirkan soal/jawaban dari kartu yang dipegang. f. Masing-masing siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan
kartunya (soal jawaban) sebelum batas waktu diberi poin
g. Siswa yang sudah mendapatkan pasangannya menunjukkan pertanyaan dan jawabannya kepada kelompok penilai. Siswa yang tidak dapat mencocokkan kartunya melebihi batas waktu akan diberi hukuman.
h. Setelah satu babak, kartu dikocok kembali agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.
D. Role Playing
Dari segi etimologi, Role Playing berasal dari kata role dan playing
dalam bahasa Inggris. Pengertian dari kata role adalah peran atau tugas,
sedangkan playing berasal dari kata play yang berarti sandiwara,
bermain. Jadi dari asal katanya Role Playing dapat diartikan bermain
peran (Hisyam, 2008:98).
Metode bermain peran atau berperan adalah suatu metode mengajar
di mana guru memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan
kegiatan memainkan peranan tertentu seperti yang terdapat dalam
kehidupan masyarakat atau sosial (Djajadisastra, 1983:34). Sementara,
menurut Hisyam Zaini (2008:98) Role Playing adalah suatu aktivitas
pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan
pendidikan yang spesifik. Menurut Beliau, Role Playing didasarkan pada
tiga aspek umum suatu pengalaman peran dalam kehidupan sehari-hari.
Tiga aspek utama tersebut antara lain:
a. Mengambil peran (role-taking), yaitu tekanan ekspektasi-ekspekatsi sosial terhadap pemegang peran. Contoh pada hubungan keluarga. b. Membuat peran (role-making), yaitu kemampuan pemegang peran
untuk berubah secara dramatis dari suatu peran ke peran yang lain dan menciptakan serta memodifikasi peran sewaktu-waktu diperlukan.
c. Tawar-menawar peran (role-negotiation), yaitu tingkat di mana peran-peran dinegosiasikan dengan pemegang peran yang lain dalam parameter dan hambatan interaksi sosial
Berdasarkan beberapa pengertian Role Playing sebagaimana yang
telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode Role
Playing adalah suatu metode yang digunakan dalam meningkatan
secara langsung peran atau tugas sesuai dengan karakter materi ajar.
Siswa dapat memainkan peran dan berusaha untuk mampu
menyelesaikan masalah sosial yang ada di sekitar siswa dalam kaitannya
dengan suatu bidang ilmu tertentu.
2. Pendekatan Role Playing
Hisyam Zaini (2008:101-104) mengutarakan beberapa pendekatan
Role Playing yang biasa digunakan di dalam kelas, antara lain:
a. Pendekatan berbasis keterampilan (skills-based aprroach) Dalam pendekatan ini peserta didik diharapkan untuk:
1) Memperoleh suatu keterampilan, kemampuan atau sikap yang sering melalui perilaku model dengan seperangkat kriteria.
2) Melatih sifat-sifat sampai benar-benar terinternalisasi dengan mengikuti kriteria yang ada.
3) Mendemonstrasikan sifat tersebut kepada yang lain untuk tujuan evaluasi.
b. Pendekatan berbasis isu (issues-based approch)
Pemain secara aktif mengeksplorasi suatu isu dengan mengandaikan peran-peran dari manusia dalam kehidupan nyata yang berselisih satu sama lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dari pendekatan ini siswa diharapkan untuk:
1) Meneliti sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai yang mengelilingi suatu isu.
2) Meneliti sikap, kepercayaan yang dianut oleh manusia tertentu. 3) Menjadikan dirinya berpihak pada pemeran yang memegang
posisi yang sama.
4) Berunding atau berdebat dengan mereka yang memegang posisi yang berbeda.
5) Mungkin mengambil pendirian dari yang bertentangan dengan suatu isu.
c. Pendekatan berbasis problem (problem-based approach) Dalam pendekatan berbasis problem siswa diharapkan untuk: 1) Menarik pengetahuan dari suatu wilayah disiplin ilmu tertentu. 2) Menggunakan pengetahuannya sendiri secara tepat.
3) Menerapkan pengetahuan dalam serangkaian tantangan. 4) Mereaksi secara tepat terhadap problem yang muncul.
5) Mencapai solusi yang telah dipertimbangkan dengan berdasarkan alasan yang dibenarkan.
Dalam pendekatan ini peserta didik dilibatkan dalam membuat spekulasi terhadap pengetahuan masa lalu, peristiwa masa lampau, atau yang akan datang dengan menggunakan aspek-aspek yang diketahui dari wilayah subjek tertentu dan pengetahuan yang dimilikinya secara interaktif.
Dalam pendekatan ini siswa diharapkan :
1) Membangkitkan pengetahuan untuk mengisi celah antara informasi yang diketahui dengan yang tidak diketahui.
2) Menggunakan bukti untuk membuat penilaian yang mendasar. 3) Merekonstruksi kemudian merepresentasi interaksi tertentu untuk
menganalisis peristiwa.
3. Tahapan dalam Role Playing
Role Playing dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu:
perencanaan, interaksi, dan refleksi atau evaluasi. Ketiga tahapan
tersebut menurut Hisyam Zaini (2008:104-116):
a. Perencanaan dan persiapan
Sebelum kita melakukan suatu kegiatan maka kita harus membuat perencanaan yang baik. Karena perencanaan yang baik akan dapat memberikan hasil yang baik pula. Dalam Role Playing ada beberapa perencanan yang harus dilakukan yaitu:
1) Mengenal peserta didik.
Sebagai seorang guru yang baik maka pasti kita akan mengetahui bagaimana kondisi peserta didik kita. Misalnya saja jumlah peserta didik, pemahaman peserta didik tentang materi yang diajarkan, pengalaman sebelumnya tentang Role Playing, kelompok umur, latar belakang peserta didik, minat dan kemampuan peserta didik, dan kemampuan peserta didik untuk melakukan kolaborasi.
2) Menentukan tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran harus didefinisikan secara jelas agar memiliki fokus kerja yang jelas. Selain dirumuskan dengan jelas hendaknya tujuan pembelajaran tersebut diungkapkan kepada peserta didik atau siswa.
3) Mengidentifikasi skenario dan penempatan peran
4) Menentukan posisi guru
Dalam hal ini guru harus menentukan posisinya, apakah dia akan ikut berperan atau menjadi pengamat dalam proses Role
Playing.
5) Mempertimbangkan hambatan yang bersifat fisik
Sebelum dilaksanakan Role Playing maka kita harus benar-benar memperhatikan hambatan-hambatan yang berasal dari piranti fisik seperti ketersediaan ruangan, kondisi kelas dan sebagainya.
6) Merencanakan waktu
Pelaksanaan Role Playing akan sangat tergantung dari jenis
Role Playing yang diterapkan. Namun sekiranya perbandingan
waktu yang sering digunakan antara pendahuluan, interaksi, dan evaluasi adalah 1:3:2.
7) Mengumpulkan sumber informasi yang relevan
Setelah semua hal-hal yang pokok telah diperhatikan maka kita juga memerlukan tambahan informasi untuk memperkuat skenario yang telah kita buat.
b. Interaksi
Adapun langkah-langkah pengimplementasian rencana ke dalam aksi adalah:
1) Membangun aturan dasar.
2) Mengeksplisitkan tujuan pembelajaran. 3) Membuat langkah-langkah yang jelas. 4) Mengurangi ketakutan di depan publik. 5) Mengambarkan skenario atau situasi. 6) Memulai Role Playing.
c. Refleksi dan evaluasi 1) Refleksi
Setelah kita melakukan serangkain kegiatan Role Playing maka harus diadakan refleksi. Dari kegiatan pembelajaran yang baru saja dilakukan ada banyak hal yang ditemukan oleh peserta didik maupun guru. Dalam refleksi ini peserta didik maupun guru mengemukakan manfaat dan pengetahuan yang diperoleh serta perasaan mereka selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan Role Playing.
2) Evaluasi
Evaluasi ini bertujuan untuk melihat bagaimana proses pembelajaran Role Playing berlangsung. Peserta didik diberikan kesempatan untuk memberikan masukan mengenai hal-hal apa saja yang masih harus diperbaiki dalam pembelajaran Role
E. Pemahaman
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang dikarang oleh
Purwodarminto (1989:694), kata paham memiliki arti diantaranya pengertian,
pendapat; pikiran, dan mengerti benar. Hal yang sama terdapat dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (2008:998) dimana kata paham
memiliki arti diantaranya pengertian, pendapat pikiran. Pemahaman berasal
dari dasar kata “paham” yang mendapat imbuhan (prefiks) pe-an, sehingga
kata tersebut berubah menjadi kata pemahaman.
Cara untuk mengukur seberapa tinggi tingkat pemahaman siswa dapat
melalui prestasi belajar yang diperoleh siswa. Prestasi belajar siswa dapat
diukur melalui evaluasi pembelajaran. Nilai atau skor dari hasil evaluasi
pembelajaran inilah yang menunjukan sejauh mana siswa memahami suatu
materi pelajaran. Siswa yang memiliki nilai di atas standar kelulusan atau
kriteria tertentu dapat dinyatakan bahwa siswa tersebut telah memahami suatu
materi ajar. Dan jika ada siswa yang mendapatkan nilai dibawah standar
kelulusan maka siswa tersebut dikatakan belum paham.
Menurut Arikunto (1999:241-243), ada beberapa skala penilaian yang
dapat mengukur pemahaman atau keberhasilan siswa dalam mempelajari
materi mata pelajaran, yaitu:
1. Skala bebas adalah skala penilaian yang tidak tetap. Ada kalanya skor tertinggi 20, lain kali 25, lain kali 50. ini semua tergantung dari banyak dan bentuk soal
2. Skala 0-10 adalah skala penilaian untuk angka 0 adalah angka terendah dan angka 10 adalah angka tertinggi.
4. Skala huruf adalah skala penilaian yang menggunakan huruf A, B, C, D dan E.
F. Mata Pelajaran Akuntansi Materi Analisis Bukti Transaksi Dan
Pencatatan Bukti Transaksi Dalam Jurnal Umum Dalam Siklus
Akuntansi Perusahaan Jasa
Akuntansi (accounting) merupakan bahasa dunia usaha. American
Institute of Certified Public Accountants (AICPA) mendefinisikan akuntansi
sebagai seni pencatatan, pengelompokan dan pengikhtisaran menurut cara
yang berarti dan dinyatakan dalam nilai uang/ segala transaksi dan kejadian
yang sedikitnya bersifat keuangan dan kemudian menafsirkan hasilnya
(Sukardi, 2009:83).
Menurut American Accounting Association, akuntansi adalah suatu
proses pengidentifikasian, pengukuran, dan pelaporan informasi ekonomi,
yang memungkinkan adanya penilaian dan pengambilan keputusan yang
tegas oleh mereka yang menggunakan informasi keuangan tersebut (Alam,
2004:2). Sejalan dengan dua definisi di atas, akuntansi dapat diartikan
sebagai:
seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif suatu unit organisasi dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik (Suwardjono, 2002:7).
Dari beberapa definisi sebagaimana telah diuraikan di atas, maka dapat
pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan kejadian atau transaksi yang
bersifat keuangan yang digunakan dalam pengambilan keputusan.
Dalam proses penggolongan dan pencatatan, seorang akuntan dituntut
memiliki kemampuan yang baik dalam melakukan analisis bukti transaksi dan
pencatatannya ke dalam jurnal. Bukti transaksi adalah salah satu bentuk
pertanggungjawaban pelaksanaan kerja pada atasan bahwa transaksi telah
dilakukan (Alam S, 2007:198). Akun terdiri dari lima kelompok besar, yaitu
Akun Harta, Akun Utang (kewajiban), Akun Modal, Akun Beban, dan Akun
Pendapatan dan harus diketahui bahwa setiap transaksi itu paling sedikit akan
mempengaruhi paling sedikit dua akun. Proses penentuan akun mana saja
yang dipengaruhi oleh suatu transaksi diawali dengan analisis bukti transaksi.
Jurnal merupakan media dalam proses akuntansi uang menjadi dasar bagi
penentuan ke akun mana suatu transaksi dicatat, berapa jumlah uang yang
dicatat, di sisi mana dicatat, dan keterangan singkat tentang transaksi (Alam
S, 2007:203). Perusahaan jasa sendiri memiliki arti perusahaan yang kegiatan
utamanya memproduksi produk tidak berwujud dengan tujuan mencari laba
(Alam S, 2007:197).
G. Kerangka Berpikir
Pada umumnya pembelajaran materi analisis bukti transaksi dan
pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum pada siklus akuntansi
perusahaan jasa di kelas diajarkan tidak berdasarkan praktik yang
mencatat transaksi ke dalam jurnal berdasarkan suatu cerita. Kondisi ini
membuat siswa hanya memahami akuntansi sebagai proses pencatatan bukan
sebagai proses perekayasaan informasi. Pada umumnya, materi tersebut
diberikan oleh guru dengan menggunakan metode konvensional diantaranya
dengan ceramah dan memberikan latihan soal. Proses ini menyebabkan siswa
sebagai pembelajar merasa kesulitan untuk memahami materi akuntansi
secara komprehensif. Selain proses pembelajaran menjadi membosankan,
dampak lainnya adalah siswa tidak paham bagaimana menganalisis sebuah
bukti dan mencatatnya ke dalam jurnal.
Rendahnya pemahaman siswa terhadap materi analisis bukti transaksi
dan pencatatan bukti transaksi ke dalam jurnal umum pada siklus akuntansi
perusahaan jasa dapat diatasi dengan menerapkan model pembelajaran
koopeeratif tipe Make a Match dan Role Playing. Dalam penerapan Make a
Match siswa diajak bermain mencari pasangan dari sebuah kartu. Melalui
permainan ini siswa diharapkan dapat memahami suatu materi dalam suasana
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Danu Eri Setiawan (2011:101), menunjukkan penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match mampu meningkatkan
pemahaman siswa terhadap mata pelajaran akuntansi. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut diketahui setelah penerapan Make a Match pemahaman
siswa mengalami peningkatan. Hasil dari penelitian tersebut yaitu: pada saat
pretest rata-rata skor siswa di kelas mencapai 56,875, sedangkan untuk
Menurut Hisyam (2008:98) Role Playing merupakan suatu aktivitas
pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan
pendidikan yang spesifik. Sementara menurut Djajadisastra (1982:34),
metode bermain peran atau berperan adalah suatu metode mengajar di mana
guru memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan
memainkan peranan tertentu seperti yang yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat (sosial). Pada pembelajaran siklus akuntansi perusahaan jasa,
materi yang diajarkan terkait dengan satu siklus akuntansi mulai dari bukti
transaksi, pencatatan ke dalam jurnal, posting ke buku besar, pembuatan
neraca saldo, dan pembuatan laporan keuangan. Siklus akuntansi perusahaan
jasa diawali oleh bukti transaksi yang diperoleh karena adanya suatu transaksi
keuangan. Bukti transaksi dicatat dalam jurnal, diposting ke buku besar dan
disusun laporan keuangan. Kegiatan siklus akuntansi tersebut melibatkan
beberapa pihak yang terpisah tetapi saling berkaitan. Pihak-pihak yang terkait
dalam siklus akuntansi perusahaan jasa tersebut dapat diperankan siswa.
Peran-peran siswa yang dimaksud adalah sebagai akuntan, bagian keuangan,
pelaksana transaksi, dan pihak di luar perusahaan. Siswa yang berperan
sebagai pelaksana transaksi bertugas untuk melakukan transaksi yang terjadi
di dalam perusahaan dan berhubungan secara langsung dengan pihak di luar
perusahaan. Siswa yang berperan sebagai bagian keuangan bertugas untuk
mengurus keluar dan masuknya uang perusahaan, dan membuat bukti
transaksi yang diperlukan. Siswa yang berperan sebagai akuntan bertugas
pihak yang ada di luar perusahaan bertugas untuk menyediakan bukti
transaksi atas transaksi yang dilakukan perusahaan. Peran akan dilakukan
oleh siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan Role Playing
diterapkan. Ketika memainkan peran, siswa harus benar-benar memahami
tugas dari tiap peran sehingga Role Playing dapat berjalan sesuai dengan
praktik akuntansi yang nyata.
Pada saat siswa dilibatkan dalam berbagi peran, maka siswa lebih
mudah untuk memahami materi yang sedang dipelajari. Kemampuan siswa
untuk mengingat suatu materi yang mereka pelajari melalui praktik secara
langsung akan lebih lama dan menetap dibandingkan dengan mendengarkan
ceramah atau membaca materi secara mandiri. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Role Playing
dapat membantu peserta didik untuk lebih memahami materi analisis bukti
transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum pada siklus
akuntansi perusahaan jasa.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Victoria Venny Nawang
Setyaningrum (2011 : 113) menunjukkan melalui penerapan metode
pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata
pelajaran akuntansi. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan
pemahaman siswa setelah diterapkannya Role Playing. Rata-rata peningkatan
pemahaman cukup tinggi yaitu 37,68% atau 2,74, dari yang awalnya hanya
4,54 menjadi 7,28. Dengan demikian dalam penelitian ini dapat dirumuskan
Ha = terdapat perbedaan pemahaman siswa kelas X7 sebelum dan