iv ABSTRAK
Aditya Rahman Hakim 110110110020
Bantuan hukum merupakan instrumen penting dalam Sistem Peradilan hal tersebut tidak terlepas dari perannya sebagai bagian dari perlindungan Hak Asasi Manusia bagi setiap individu. Advokat berperan sangat vital terkait pemberian bantuan hukum di Indonesia. Advokat melalui perannya diidentikkan dengan pembelaannya, sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat terkait jasa hukum yang diberikan advokat kepada kliennya. Namun, pelaksanaannya pemberian bantuan hukum berupa pembelaan Advokat terhadap kliennya tidak terlihat dalam putusan perkara pidana No. 08/Pid.B/2013/PN-GS. Terdakwa Yusman dalam dakwaannya dituntut dengan Pasal 340 Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dengan ancaman pidana seumur hidup. Advokat yang memiliki peran dan fungsi sangat penting, seharusnya membela kepentingan klienya (Terdakwa Yusman), bukan malah memohon kepada hakim agar Terdakwa Yusman dijatuhi Hukuman mati, atas dasar profesionalisme yang rendah dari advokat tersebut, Hakim mengabulkan permohonan Advokat yang memohon agar kliennya dihukum mati. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah tindakan advokat yang memohon agar kliennya dihukum mati telah sesuai dengan fungsi dan peran dari advokat dalam Undang – Undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat dan KUHAP, serta mengetahui apakah pertimbangan hakim dalam putusan No. 08/Pid.B/2013/PN-GS telah sesuai dengan tugas dan fungsi hakim sebagaimana yang diatur Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Metode penelitian yang dipergunakan adalah deskriptif analitis dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif melalui peraturan perundang – undangan yang berlaku, dikaitkan dengan teori – teori hukum dan diperkuat dengan data – data yang sifatnya primer berupa wawancara dan bersifat sekunder yaitu berupa bahan – bahan hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa, pertama Tindakan Advokat yang memohon kliennya agar dijatuhi hukuman mati dalam putusan perkara Pidana No. 08/Pid.B/2013/PN-GS telah tidak sesuai dengan Undang – Undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat dan KUHAP, karena peranan advokat dalam memberi bantuan hukum tidak hanya mendampingi terdakwa di persidangan, melainkan dengan profesional melindungi serta membela kepentingan kliennya dalam upaya mencari keadilan. Kedua pertimbangan majelis hakim dalam Putusan No. 08/Pid.B/2013/PN-GS telah tidak tepat. Karena tidak terpenuhinya unsur dalam Pasal 340 Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, berdasarkan fakta yang terungkap di persidangan terbukti bahwa Terdakwa Yusman Telaumbanua hanya berperan sebagai pembantu
(medeplichtige) delik pembunuhan berencana, Terdakwa Yusman Telaumbanua