iv
PERMOHONAN PAILIT TERHADAP DEBITOR OLEH KREDITOR
PESERTA SINDIKASI KREDIT DALAM KAJIAN HUKUM PERBANKAN
DAN HUKUM KEPAILITAN
ABSTRAK
Terhentinya pembayaran utang atau wanprestasi dalam kredit sindikasi yang mungkin terjadi kemudian hari dapat diselesaikan dengan berbagai cara, salah satunya melalui lembaga kepailitan. Kreditor peserta sindikasi kredit harus mengacu kepada dokumen perjanjian, apakah terdapat ketentuan yang mengatur secara spesifik mengenai pengajuan permohonan pailit terhadap debitor sindikasi atau tidak. Praktiknya, tidak semua perjanjian kredit sindikasi mengatur mengenai ketentuan pengajuan pailit oleh kreditor peserta terhadap debitor. Mekanisme kepailitan akan sulit ditempuh oleh pihak yang terikat dengan kredit sindikasi dan di dalam dokumen perjanjiannya tidak terdapat klausul mengenai kewenangan memohon pailit, karena tidak terdapat kejelasan mengenai hal tersebut. Permasalahan yang dikemukakan pada skripsi ini adalah apakah akibat hukum atas permohonan pailit yang diajukan oleh kreditor peserta kredit sindikasi ditinjau dari Hukum Perbankan dan Hukum Kepailitan, serta tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh kreditor peserta sindikasi kredit untuk mendapatkan pembayaran utang dari debitor dalam hal pengajuan pailit tidak dapat dilakukan.
Metode pendekatan yang digunakan penulis dalam membahas permasalahan dalam skripsi ini adalah secara yuridis normatif. Sedangkan spesifikasi penelitian dalam skripsi ini adalah secara deskriptif analitis, yaitu dengan menganalisis permasalahan berdasarkan teori dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Data yang diperoleh berupa data sekunder dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier melalui penelitian kepustakaan serta data primer melalui penelitian lapangan yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara.
Berdasarkan hasil penelitian, akibat hukum atas permohonan pernyataan pailit terhadap debitor oleh kreditor sindikasi yang di dalam perjanjiannya memperbolehkan untuk diajukan oleh kreditor peserta secara masing-masing adalah sah dan dapat diajukan, sedangkan bagi perjanjian yang melarang tindakan tersebut adalah tidak sah dan tidak dapat dilaksanakan. Sementara, tindakan hukum yang dapat dilakukan adalah menuntut pembayaran utang secara langsung kepada debitor ataupun penanggung debitor jika dimungkinkan.