• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA MAN 2 MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA MAN 2 MEDAN."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

KATAPENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang M"aha Esa , karena

berkat izin-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Tesis ini

d.imaksudkan untuk memenuhi sebagian Persyaratan memperoleh gelar Magister

Pendidikan program studi Teknologi Pendidikan, Program Pasca Satjana Universitas

Negeri Medan, dengan judul tesis ini adalah Pengaruh Model Pembelajaran

Pemecahan Masal p Hasil Belajar K.imia Siswa

MAN 2 Medan.

J

Oalam menyelesaikan- tesis ini banyak pihak yang membantu, disebabkan

karena kurangnya ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd. dan

Bapak Dr. Binsar Panjaitan, "tYf.Pd .. selaku dosen pembimbing yangdengan sabar

memberikan arahan, bimbingan dan motivasi serta meluangkan waktunya kepada

penutis sejak awal kuliah hingga penyelesaian tesis ini. Pada kesempatan ini juga

penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada; t:.~ ~

Pertama: Ibu Rektor UNIMED Prof. Dr. Djanius Djamin, SH. MS,

Bapak Prof. Dr. Belferik Manullang, selaku Direktur Program Pascasarjana

UNIMED, Bapak Dr. Abdul Hamid, K. M.Pd. selaku Ketua Prodi Teknologi

Pendidikan, dan Bapak Dr. Julaga Situmorang,

M.Pd.

selaku sekretaris Program
(2)

Kedua, Bapak Dr. Abdul Hamid K., M.Pd., Bapak Dr. Abdul Hasan Saragih,

M.Pd, dan Bapak Dr. Efendi Napitupulu, M.Pd., selaku Nara Sumber yang telah

memberikan rnasukan pada tesis ini, serta seluruh Bapak dan Ibu Dosen yang telah

memberikan ilmu kepada penulis selama penulis menempuh. pendidikan di Program

Pascasarjana UNIMED.

" J

Ketiga: Bapak Kepala Madrasah MAN 2 Medan yang telah memberikan izin

kepada peneliti untuk melakukan penelitian pada Madrasah an

\-:~ Keempat: Kepada Ayahanda (Aim) Drs. Hasan Khal dan lbunda Thibah Ap,

yang telah mernberikan nasehat, bimbingan dan do'a-kepada penulis.

Kelima, Istriku tercinta Dra. Linda Everita Nst yang memberikan dukungan

moral dan anak-anakku tersayang Miftahurrahmah El Hayati dan Thsanul Akhdza El

Hayati tersayang yang menjadi pemacu semangat kepada pen!!lis sehingga

menyelesail(an perkuliahan ini. Ec~

f

Keenam: Rekan-rekan kuliah yang banyak membantu penulis dengan

memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan ini. /

-Hendaknya semua kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis menjadi amal

kebajikan. Ak.himya, penulis mengakui bahwa karya ini masih jauh dari

kesempurnaan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi duni.a pendidikan.

Medan, Penulis,

Hayatsyah

(3)

ABSTRACT

HAYATSYAH, Reg. 015020010. The Influence of Problem Solving Instructional Models and Achievement Motivation towards Chemistry Achievement. Thesis

Post G~duate, State University ofMedan. 2005.

.... l l ~

The objectives of the research were to know: (1) influence problem solving

instructional model towards chemistry achievement, (2) influence achievement

motivation towards chemistry achievement, and (3) interaction of instructional

models and achievement motivation towards chemistry achievement. ~

1

- I

Type of the research was quasi experimental research with population was 80 out of

120 students of MAN 2 Medan. Before given the treatment, the student was given

achievement motivation questiormaire to know the level of their achievement

motivation. Technique of analysis data were descriptive analysis and inferential

analysis to test the hypothesis with anova two way.

0

.-} , ~}

/ .,

fJAI,~(<!O

/

The resUlt of research indicate that there was difference chemistry achievement

because models of instructional. lt was shown by calculation using F test, where

Fcatculate

=

36,81 > F table

=

3,97 at level of signifikan a= 0,05. There was difference of

chemistry achievement because influence of difference achievement motivation. It

was shown by Fcalculatc = 286,19 > F table

=

3,97 at level of signifikan a

=

0,05, and

furthennore there was interaction between instructional models and achievement

motivation V'<ith chemistry achievement. It is shown by F catculale

=

104,19 > Ftable =
(4)

ABSTRAK

HAYATSYAH. NIM. 015020010. Pengaruh Model Pembelajaran Pemecaban

Masalah dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Kimia. Tesis.

Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2005.

{

:

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

pemecahan masalah terhadap basil belajar Kimia, mengetahui pengaruh motivasi

berprestas!_ terhadap hasil b~ajar Kimia. dan mengetahui interaksi antara model

pembe1ajaran dan motivasi berprestasi terhadap hasH belajar Kimia siswa.

sebanyak 120 orang yang terdiri atas 3 kelas. Jumlah sampel sebanyak 80 orang yang

diarnbil dari 2 kelas. Sebelum perlakuan diberikan terlebih dahulu sampel penelitian

diberikan angket motivasi berprestasi untuk mengetahui tingkat motivasi berprestasi

siswa. Sebelum instrumen digunakan terlebih dahulu diujicobakan untuk menguji

tingkat validitas dan reliabilitas tes. Statistik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial. Hipotesis penelitian diuji dengan

menggunakan Anava 2 jalU£:, Sebelum Anava 2 _jalur digunakan. terlebih dahulu

dilakukan uji persyaratan analisis data yaitu uji normalitas dengan uji Lilliefors dan

uji homogenitas varians dengan uji Bartlet.

Hasil pcngujian hipotesis menunjukkan bahwa siswa yang diajar dengan

menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah memiliki hasil belajar Kimia

yang lebih-tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran

PPSI. Hal ini ditunjukkan oleh Fhitung == 36,81 > F 1~t

=

3,97 pada taraf signifikan a=

0,05. Siswa yang memiliki motivasi be rprestasi tinggi memiliki basil belajar kima

yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi

rendah. Hal ini ditunjukkan oleh.fhitung

=

286,19 > Etabcl: 3,97 pada taraf signifikan a.

== 0,05. Selanjutnya ditemuk:an interaksi antara model pembelajaran dan motivasi

berprestasi terhadap hasil belajar Kimia siswa. Hal ini ditlUljukkan oleh Fhirung ===

104,19> Frabe1 = 3,97 pada tarafsignifikan o:= ~ 0,05. c ~

«-Q fJNIME.Q c

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .

f M-.-,L-.1-_ K- i:-. -~ : - . fJ- . P -~- - ~ ,-_ ... --.;-.:-.-'<· r\ ~1 ~ ·

1

&

l_~-L

.: y;

!:_0 ..

~ ·-- --- -~-;

·

( $

Pendidikan secara nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlal{ mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk m

tujuan itu pendidikan harus dilaksanakan secara baik dan dapat dijadikan

sebagai upaya meningkatkal!_sumber daya manusia (SDM) indonesia dalarn

menyongsong era globalisasi dan otonomisasi pendidik.an.

f

>

Pendidikan formal dapat berlangsung disekolah atau madrasah dan

tidak akan terlepas dari proses pembelajaran yang melibatkan berbagai faktor

pendukungnya, sehingga tujuan pendidikan dalam bentuk perubahan tingkah

laku dalam diri peserta didik (siswa) untuk meningkBrtkan basil belajarnya

dapat tercapai dengan efektif dan efesien. Melalui lembaga pendidikan

diharapkan terjadi aktivitas belajar, yang didalamnya terdapat sebuah sistem

pembelajaran. Sistem pembelajaran pada sebuah lembaga biasanya terdiri atas

sistem masukan (siswa, instrumen dan, Jingkungan), proses, serta hasil

(produk). Jika seluruh komponen dalam sistem pembelajaran be.ke.rja secara

sinergis, maka bukan tidak mungkin bahwa produk yang dihasilkan dari

(6)

Pada dekade terakhir kualitas pendidikan di Indonesia banyak

mengalami sorotan, baik dari kalangan pemerintah, swasta ataupun kalangan

insan pendidikan sendiri. Hal ini ditandai dengan rendahnya perolehan nilai

ujian siswa yang merupakan indikator pencapaian basil belajar. Siswa

diharapkan dapat mencapai basil belajar sebaik-baiknya sesuai dengan

kemampuannya, tetapi kenyataannya tidak semua siswa memperoleh

sebagaimana harapan itu karena dipengaruhi beberapa faktor dari dalam dan

luar siswa. Kenyataan ini dapat terlihat dari basil bela'ar at

Murni (NEM) dalam mata pelajaran Kimia di MAN. 2 Medan. Dari data

Diknas kot ~ Medan 5 tahun terahir, sejak tahun pelajaran 1998/1999 sampai

dengan tahun pelajaran 2003/2004 NEM mata pelajaran Kimia masih rendah

dan tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh Madrasah, masyarakat ataupun

siswa, bahkan untuk tahun pelajaran 2003-2004 rata-rata NEM ma!_!1 pelajaran

Kimia rata rata 3,91. ~5 NEc~.o

( Untuk mengatasi masalah yang terjadi pemerintah, telah banyak

melakukan usaha yang intinya adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Usaha tersebut di arttaranya adalah penataran guru-guru bidang studi dalam

bentuk pendidikan dan pelatihan dari setiap sekolah khususnya bidang

Matematika dan IPA yang diselenggarakan oleh Lembaga Penjamin Mutu

Pendidikan (LPMP), pendid.!,kan guru ekstra_ yang diselenggarakan oleh

Lembaga Pendidikan Tinggi seperti Universitas Negeri Medan (UNIMED)

ataupun Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Usaha tersebut

(7)

pembelajaran guru, yang akhirnya akan mendongkrak rnutu lulusan. Namun

usaha yang dilakukan tersebut sepertinya belum memberikan hasil yang

maksimal, hal ini terbukti dengan masih rendahnya nilai rata-rata basil ujian

siswa, khususnya untuk tingkat Madrasah Aliyah. sa,.

/c,'4,. ...

-;.

1.~

Ahmadi dan Supriyono (1991) menyatakan babwa

kornponen-kornponen yang mempengaruhi hasil belajar seorang siswa meliputi: (1)

stimuli belajar, (2) metode belajar, (3) individual siswa. Hal ini senada

an

komponen-komponen yang rnernpengaruhi basil belajar seorang siswa

meliputi: (l r guru, (2) kurikulum, (3) siswa, (4) media, (5) metode mengajar,

dan (6) Iingkungan . Untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang maksimal,

maka antara komponen-komponen tersebut harus saling mendukung satu

dengan yangjainnya.

Bloom (1976) menjelaskan bahwa dua hal pokok yang mempengaruhi

basil belajar siswa, yaitu kualitas petnbclajaran dan karakteristik siswa.

Kualitas pernbelajaran dapat dilihat dari segi model pembelaj!fan yang

-

-dipakai oleh guru dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan pengamatan

peneliti dan basil diskusi dengan beberapa orang guru Kimia yang bertugas di

MAN 2 Medan bahwa selama ini model pembelajaran yang selalu dan biasa

digunakan grnu adalah modeT pernbelajaran PPSI (Prosedur Pengembangan

Sistem Istruksional). Melihat kondisi ril di lapangan bahwa model

(8)

perlu dirancang sebuh model pembelajaran yang dapat menarik minat siswa

belajar yang akhirnya dapat meningkatkan basil belajarnya. Model

pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran pemecahan

masalah. Gagne (1 985) menjelaskan bahwa pemecahan masalah merupakan

suatu proses bagi siswa untuk menemukan aturan sebelumnya sesudah

dipelajari untuk diterapkan dalam memperoleh pemecahan bagi situasi baru.

Berdasarkan pendapat terse but, maka dapat aitarik sebuah pengertian bahwa

siswa secara langsung dalam proses belajar mengajar, sehingga basil belajar

yang dip:E~ e h siswa akan lebih bermakna.

J Pada sisi lain basil belajar siswa ditentukan oJeh kondisi internal

psikologis siswa seperti motivasi. Motivasi merupakan proses yang memberi

semangat kepada prilaku seseorang dan mengarahkannya kepa~a berbagai

tujuan. Motivasi sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar sebab

seseorang yang tidak mempunyai motivasi tidak akan mungkin melakukan

aktivitas belajar (Djamarah, 1994). Motivasi bagi diri siswa dapat berupa

motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Didalam motivasi instrinsik terdapat

motivasi berprestasi sebagai pendorong untuk melakukan sesuatu sesuai

dengan tujuan yang ditetapkan, apabila siswa memiliki motivasi berprestasi

cendrung dapat rnemberikan basil bela jar_ yang lebih baik. Motivasi

berprestasi bagi siswa relatif berbeda ada yang mempunyai motivasi tinggi

dan rendah, bagi motivasi berprestasinya tinggi akan lebih berpikir kritis,

(9)

tentu sebaliknya. Dengan karakter seperti itu guru harus mengetahui dan

memahami kondisi siswa sehingga motivasi berprestasinya meningkat dan

berkembang, jadi guru sebaiknya dapat memilih atau menyesuaikan suatu

model pembelajaran yang sesuai atau tepat sehingga dapat meningkatkan

motivasi berprestasi dan berdampak positif terhadap basil belajarnya. 1: J

Model pembelajaran pemecahan masalah dalam kegiatan

pembelajaran yang memerl ~kan ketrampilan berfikir mulai dari mengamati,

mengklasifikasi , menafsirkan, menganalisis,

membuat kesimpulan, menggeneralisasikan, sampai kepada mendeskripsikan

dan melaQorkan hasil perolehannya, memiliki beberapa kekhasan dari segi

penekanan tujuan maupun prinsip implementasinya terutama dalam

pembelajaran Kimia. Oleh karena itu terasa penting dalam meningkatkan

hasil belajar dan motivasi berprestasi dengan menerapk..!-n model

p~mbelajaran pemecahan masalah dalam pembelajaran Kimia di MAN 2

Medan, sehingga nilai belajar siswa dapat lebih baik dari, sebelumnya.

B.

Identifikasi

Masai~h

~~·~~d~

..

Berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi basil belajar

siswa secara umum menunjukkan bahwa berbagai masalah kemungkinan

akan didapatkan ketika berlangsung proses pernbelajaran itu. Jika

diidentifikasi- masalahnya akan- terlihat beberapa masalah yang berkaitan

peningkatan basil belaj ar siswa seperti: (1) apakah motivasi berprestasi

(10)

pembelajaran Kimia yang selama ini dipakai memperhitungkan karakteristik

siswa? (3) bagaimanakah tingkat kemampuan siswa dalam merespon

pelajaran Kimia? (4) bagaimanakah keaktifan siswa mengikuti proses

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PPSI? (5) Apakah

frekuensi diklat yang diikuti guru kimia tidak berpengaruh terhadap basil

beklajar siswa? (6) bagaimanakah keaktifan siswa mengikuti proses

pembelaJaran dengan menggunakan model pembelajaran pemecahan masalab?

memberikan basil belajar Kimia yang berbeda? (8) bagaimana cara guru

memilih model atau metode pembelajaran ~ yang efektif sesuai dengan

karakteristik siswa yang diajarnya? (9) bagaimana guru menggunak.an model

pembelajaran dan mengeval uasi basil dari suatu model yang diterapkan? (1 0)

bagaimanakah basil belajar siswa selama ini jika disesuaikan de_!!gan tujuan

yang ditetapk.an.

Dal am pembelajaran terdapat banyak faktor yang mempeJ1&aruhi hasil

Kimia belajar siswa, sehingga diperlukan pembatasan masalah. Dalam

penelitian ini tidak semua faktor yang mempengaruhi basil belajar diteliti

mengingat keterbatasan waktu, dana dan kemampuan peneliti. Didalam

penelitian ini batasan masa lah difokuskan pada ruang lingkup lokasi

(11)

Lokasi ini terbatas pada MAN 2 Medan, dipilihnya MAN 2 Medan

karena madrasah ini adalah MAN Model fasilitasnya lebih lengkap dari MAN

biasa, dan madrasah ini dijadikan paramater yang cukup representatif sebagai

madrasah yang standar sesuai dengan mutu setingkat SMU di kota Medan

serta tenaga pengajarnya juga dipersiapkan kejenjang

s2

dalam mata

pelajaran tertentu. Dalam penelitian ini melibatkan subjek penelitian yakni

siswa kelas 2 MAN 2- Medan, dan dibatasi pada penerapan model

pembelajaran pemecahan masalah dan PPSJ dalam mata

I . .

D. Perumusan Masalah ,~.~

Berdasarkan Jatar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah

yang dikemukakan di atas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini

yaitu:

c}

II

I. Apakah_hasil belajar siswa yang diajar model pembelajaran pemecahan

masalah berbeda dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model

pembelajaran PPSI ? ~I

2. Apakah tinggi rendahnya moti vasi berprestasi siswa memb ~ ri pengaruh

.

-berbeda terhadap hasil belajar Kimia ? "'"::> N c~~~

3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dan rnotivasi

berprestasi siswa terhadap hasil belajar Kimia? / ~

E. Tujuan Penelitian

l

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
(12)

1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan basil belajar Kimia siswa yang

mengikuti pembelajaran model pembelajaran pemecahan masalah dengan

model pembelajaran PPSI.

2. Mengetahui ada tidaknya perbedaan basil belajar Kimia siswa yang

memiliki tingkat motivasi berprestasi tinggi dengan yang rendah. J

3. Mengetahui ada tidaknyajnteraksi antaramodel pembelajaran dan motivasi

berprestasi terhadap basil belajar Kimia.

Dengan tujuan penelitian diatas diharapkan penelitian ini dapat

memberikan manfaat karena dapat memberikan informasi tentang keefektifan

model pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mengajar Kimia dan

motivasi berprestasi siswa yang mempengaruhi basil belajarnya. Secara

teoritis,- penelitian ini juga- diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan

model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, materi pelajaran, kondisi

psikologis siswa, sarana tersedia dan dapal membangkitkan minat guru untuk

mengenal dan mempelajari _model-model pc:_mbelajaran sehingga guru tidak

hanya menggunakan satu model saja atau dapat menilai model pembelajanin

yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Secara praktis, basil

penelitian ini diharapkan dapat memberikan infonnasi dan Qlemperluas

wawasan guru tentang model pembelajaran terutama model pembelajaran

pemecahan masalah dan dapat menerapkannnya pada mata pelajaran ilmu

(13)

ll

lll'' I'" , .. ,._, .. ; .. - .. ·---...

GNJ

rJI~ .t, ~,,~ , ... ,.) ; " rl ~1 , t~ . , , ,-;,~ll..\ :•:!· i' ' ~'"1\ .... ~ 11.. ' r:\i

~ ~ ; .. ,.._._ ~ ~ I

4 i }

ti

-~ t ··· ~

n

I

--~~ ... : ... ___ j

BABV

SJMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan ~~

f

~ Berdasarkan basil dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan

pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan babwa:

1. Terdapat perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diajar

menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah dengan siswa

yang diajar menggunakan model pembelajaran PPSI. Kelompok siswa

yang_diajar menggunakan model pembelajaran pemecaban- masalah

memperoleh basil belajar kimia yang lebib tinggi jika dibandingkan

dengan kelompok siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran

2. Terdapat perbedaan basil belajar kimia antara kelompok siswa yang

memiliki motivasi berprestasi tinggi dan kelompok siswa yang

memiliki motivasi berprestasi rendah. Kelompok siswa yang memiliki

motivasi berprestasi tinggi memperoleb has1l belajar kimia ya ng lebih

tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang memiliki motivasi

berprestasi rendah .

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran pemecaban masalah dan

motivasi berprestasi dengan hasil belajar kimia siswa. Siswa yang

memiliki motivasi berprestasi tinggi memperoleb basil belajar kimia

(14)

masalah jika dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model

pembelajaran PPSI. Selanjutnya untuk siswa yang memiliki motivasi

berprestasi rendah, memperoleh hasil belajar kimia yang lebih tinggi

jika diaj ar dengan model pembelajaran PPSI jika dibandingkan dengan

siswa yang diajar dengan model pembelajaran pemecahan masalah.

4. Kelompok siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi baik yang

diajar dengan model pembelajaran pemecahan masalah ataupun model

pembela' aran PPSI memiliki h

dibandingkan dengan kelompok siswa yang memiliki motivasi

berprestasi rendah baik" yang diajar dengan model pembelajaran

pemecahan masalah maupun model pembelajaran PPSI.

B.

Implikasi

Hasil pengujian hipotesis memberikan kesimpulan bahwa model

pembelajaran pemecahan masalah memberi perigaruh yang lebih baik

dibandingkan dengan model pembelajaran PPSI dalam bidang studi Kimia.

Berikutnya juga diperoleh bahwa siswa yang memiliki motivasi berprestasi

tinggi lebih tinggi hasil belajarnya hila diajar dengan model pembelajaran

pemecahan masalah hila dibandingkan dengan kelompok siswa yang diajar

dengan model pembelajaran PPSI. Model pembelajaran pemecahan

masalah pada dasarnya menghendaki siswa untuk berperan aktif mencari,

menemukan dan menyelesaikan masalah yang dihadapinya berkaitan

(15)

siswa. Pembelajaran berorientasi kepada siswa, dengan demikian model

pembelajaran pemecahan masalah tepat jika diterapkan kepada siswa yang

memiliki motivasi berprestasi tinggi. Hal tersebut sesuai dengan siswa

yang memiliki karakteristik motivasi berprestasi tinggi. Siswa dengan

motivasi berprestasi tinggi memiliki kecenderungan untuk berusaha

semaksimal mungkin untuk mencapai hasil belajar yang baik. Berbeda

dengan siswa yang memiliki karakteristik motivasi berprestasi rendah,

yang tidak memiliki motivasi untuk b

Hal ini diakibatkan oleh kecenderungan orang dengan motivasi berprestasi

rendah yang tidak memiliki keinginan untuk menyelesaiakan tugas dan

kinerjanya dengan baik.

~; Dengan melihat basil penelitian dan uraian diatas, maka basil

penelitian ini dapat dijadikan sebuah landasan dalam menentu~n model

pembelajaran yang akan digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi

pembelajaran, tanpa mengabaikan karakteristik siswa yang diajarnya. Hal

ini sangat penting dipertimbangkan oleh guru, berkaitan dengan prinsip

efektif, efisien dan berhasil guna dalam pembelajaran. Dalam

pembelajaran Kimia, tepat jika guru menerapkan model pembelajaran

pemecahan masalah. Kimia merupakan cabang ilmu pengetahuan alam

yang didalamnya mengandung fakta, konsep dan prinsip. Untuk memahami

hal-hal tersebut maka guru dalam mengajarkan materi kimia hendaknya

memiliki model pembelajaran yang tepat. Dengan model pembelajaran

(16)

bermakna dalam hidupnya sebab sintaks dalam pembelajaran menekankan

siswa berperan aktif menemukan sendiri pemecahan masalah dari tahap

identifikasi sampai pengujian hipotesis baik secara pembuktian dengan

menggunakan metode ilmiah ataupun dengan menggunakan studi literatur

saja. Dengan pengalaman ini, maka prinsip belajar bermakna diperoleh dan

meningkatkan retensi yang pada akhirnya pada peningkatan basil

belajarnya. ~NEG...,

f!:

guru dapat mengikuti sejumlah langkah-langkah di bawah ini, yaitu: a)

Kegiatan- pendahuluan, berisi tentang apersisi siswa tentang masalah yang

berkaitan dengan topik pembahasan serta orientasi yang merupakan

langkah awal yang diberikan oleh guru untuk memancing pemahaman

siswa tentang ruang lingkup dan batasan masalah yang akan di~lesaikan

oleh siswa, b) Kegiatan inti, yang didalamnya berisi sejumlah

tahapan-tahan, yakni: (1) Tahapan pengidentifikasian masalah, yakni tahapan yang

memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengelompokkan permasalah

yang ada, selanjutnya siswa diajak untuk -berfikir menentukan urutan

prioritas masalah yang urgen untuk diselesaikan atau siswa memilih

permasalahan yang menarik baginya untuk diselesaikan, (2) Tahapan

pemecahan masalah, yakni _ guru membagi siswa menjadi beberapa

kelornpok untuk berdiskusi memecahkan permasalahan yang telah

ditetapkan untuk dipecahkan. Jika permasalahan tidak dapat diselesaikan

(17)

secara eksperimen, (3) Tahapan menilai setiap alternatif pemecahan, yakni

kelompok siswa dituntut untuk memaparkan basil pemecahan masalah dan

ditanggaapi oleh kelompok lainnya. Pada tahapan ini guru harus berperan

sebagai penengah, agar kegiatan tidak melebar dan lari dari materi yang

sedang dipecahkan, c) Kegiatan penutup yakni tahapan menarik

kesimpulan, dimana guru bersama-sama dengan siswa rnerumuskan

-kesimpulan tentang pemecahan masalah.

-;5

NEe~~

yang maksimal dalam basil belajar, tetapi model pembelajaran tersebut

sesuai jika diterapkan kepada siswa yang memiliki motivasi berprestasi

rendah. Dengan demikian walaupun di satu sisi sebuah model

pembelajaran memiliki kelemahan. tetapi di sisi yang lain model

pembelajaran tersebut dapat diunggulkan untuk pembelajarf!!1 sesuai

dengan karakteristik siswa.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi seperti yang telah

dikemukakan di atas, maka dapat diberikan beberapa saran seperti berikut :

1. Perlu dilakukannya pendidikan dan pelatihan bagi guru-guru kimia

yang belum menguasai penerapan model pembelajaran pemecahan

masalah, sebab model pembelajaran tersebut telah terbukti dapat

(18)

2. Guru kimia harus mempertimbangkan karakteristik siswanya yang akan

diajarnya terutama sebelum memilih pendekatan pembelajaran

3. Sebaiknya guru kimia sekarang ini mengubah orientasi pembelajaran,

dimana selama ini guru lebih banyak berperan aktif dengan siswa yang

dilibatkan untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. ~ J

4. Kepala sekolah agar membenahi sarana dan prasaraoa kegiatan belajar

mengajar seperti perlengkapan laboratorium, juga perlengkapan lainnya

5. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), sebagai pihak yang turut

memberikan andil untuk menjamin mutu-pendidikan agar leoih sering

memanggil guru·guru untuk ditatar, dilatih dan dibekali dengan

pengetahuan yang relevan dengan bidang keahliannya agar guru

memperbaiki cara mengajar yang sudah _!!dak sesuai dengan_ tuntutan

perk:embangan zaman.

6. Dalam penelitian ini karakteristik siswa yang ditinjau adalah motivasi

berprestasi saja, bagi peneliti yang ingin meneliti lebih lanjut tentang

model pembelajaran pemecahan masalah dapat meoinjau karakteristik

siswa yang lainnya.

7. Kepada peneliti yang ingin melakukan penelitiao yang sejenis dengan

penelitian ini, sebaiknya menambah kembali jumlah sampel penelitian

dan waktu penelitian yang lebih lama lagi supaya generalisasi hasil

penelitian benar-benar mengungkapkan kendala yang sebenarnya dalam

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A & Supriyono, W. (1991 ). Psikologi Be/ajar, Jakarta : Rineka Cipta

Ec~

~~

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian, Rineka Cipta: Jakarta. ..P,.

~

Ausubel, (1963). The Psycology of Meaningful/ Verbal Learning, New yurk:

Grun and Straton

Bloom, BS (1971 ). Handboor on Formative and summative Evaluation of

Student Learning, Chicago : Publishing Me Graw Hill. Inc.

Classification of Educational Goals. Handbook 1: Cognitive Domain. N ew Yo rk: Logman Inc.

Bruner, J. S. (1972) . " The Wi/1 to Learn, " Dalam Silberman dkk. (Ed). The Psycology of Open Teaching and Learning, An inquir. Boston: Little (. Brown and Company.

Bruner, J.S.(1973). ''Readiness for Learning",dalam J.M (Ed), "Beyond The Information Given" , New York : W.W. Norton & Company.

_,...

Dahar, R.W . (1989). Teori-teori be/ajar, Jakarta: Erlangga. ~Neck

Dahlan, M . D (1984). Model Model Mengajar (Beberapa A/ternatif Interaksi

Be/ajar Mengajar), Bandung: CV. Diponegoro.

Davis and Alexander.(1974). Learning System Design : An Approach to the

lmQeovement of Intruction. New York : Me. Grwa·Hill Boot

Company.

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.(1994} Program Kerja Guru SMU Kurikulum 1990 Mata Pelajaran Kimia, Jakarta: DepDikBud.

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Data Dikmenum, Depdiknas

Medan.

Dick, W., and Reiser, R.A. (198 9). Planning effective instruction. Boston: All yn and Bacon

(20)

Djamarah, SB. (1994). Prestasi be/ajar Dan Kompetensi guru. Surabaya

Usaha Nasional

Frederiksen, N. ( 1984 ). Implications of Cogniting Theory For Instructing in

Problem Solving Review of Educational Research Fall, Vol. 54

Gagne, R.M. (1985). The Condition of Learning and Theory of lntruction.

Fourth edition. New York :CBS College Publishing.

Gredler, Margaret E.B Penerjemah Munandir.(l99l). Be/ajar dan

Membelajarkan, Jakarta: PT. Raja Gr~findo Persada.

Hamalik Oemar. (2001). Proses Be/ajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.

asa a ntuk Hasi1 Belajar Matematika Siswa Madrasah "Thesis

S-2 PPS UPI Bandung (Tidak Diterbitkan).

,

v

Harjanto (2000). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. - ,

Helgensen, S. L. (1992). Problem Solving Research In Middle Junior High

School Sience Education. Ohio State University.

Joyce, Bruce et.al. (1 992). Model ofTeaching, New Jersey: Pretics-Hall, Inc.

Miarso,Yusutbadi.(1988). Laporan penelitian survai model pengembangan

instruksional; Jakarta : PAU-PPAI UT, Depdikbud.

Moore, M.G., and Kearsly, G. (1996). Distance Educatiorz a Systems View.

USA: Wadsworth Publishing

I

Nasution, S. ( 1986) Didaktik Azas-Azas Mengaja!_, Bandung : Jenma ~.

Nasution, N. dan Suryanto, A. (2002). Evaluasi Pengajaran. Jakarta: PPUT

Sardiman, A.M. (1990). lnteraksi dan Motivasi Be/ajar Mengajar,

1

Jakarta : Rajawali Press.

Panen, P. Dkk. (2000). Be/ajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka.

Depdikbud.

Sudjana, N. (1991). Model- model Mengajar CBSA, Bandung :Sinar Baru.

Siddiq, M. (1998). Kapita Selekla Pembelajaran Kimia, Jakarta, Universitas

Terbuka.

(21)

Simon, Herbert A. (1992). Pengembangan dan Validitas alar ukur Keterampilam Proses Sains Pada Pendidikan Dasar 9 Tahum Sebagai Persiapan Pelaksanaan Kurikulum 1994, Bandung : FPMIPA IKIP

Sudirman, dkk.(I 992). Ilmu Pendidikan, Bandung : PT. Rosda Karya.

Sudjana, Nana. (1991). Teori-Teori Belajar untuk Pengajaran. Jak'arta:

Fakultas Ekonorni Universitas Indonesia.

Sulairnan, H. ( 1990). Kimia Dasar Untuk Universitas, Medan : USU Press.

Sukamto, T.(l993). Perencanaan dan Pengembangan lnstruksional, Jakarta:

Intermedia.

Tanjung, R.(l999). Penggunaan Model Mengajar Pemecahan Masalah dalarn

P ~ lajaran

Fisika Untuk Meningkatkan· Hasil Belaj ar Siswa di SL TP

No.8 Medan, Thesis S-2 IKIP Bandung (Tidak diterbitkan).

Wahjosurnidjo (1994). Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta : Ghalia

Indonesia.

Winataputra, H.U.S. (2001). Strategi Be/ajar Mengajar. Jakarta: PPUT.

I

Referensi

Dokumen terkait

• Jika menggunakan terlalu banyak deterjen atau air dingin, deterjen tidak larut dengan sempurna dan menempel pada cucian, selang atau keranjang peras, yang menyebabkan kontaminasi

2.6 Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended melalui Keteram- pilan Membaca Matematika ... METODE

Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah Terhadap Efektivitas Sekolah Menengah Pertama Swasta di Kota Depok. Disetujui dan

Penelitian yang berjudul usaha guru al-quran hadis dalam meningkatkan kemampuan belajar al-qura siswa di MTs Al-Huda Bandung membahas tentang berbagai usaha yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan persepsi stakeholder aparat pemerintah, Purbalingga memiliki berbagai potensi yang dapat mendorong terbentuknya kota

d. Kualitas Sumber Daya Manusia e. Tingkat pendapatan penduduk 2) Mengoptimalkan aset Desa. Optimalisasi penggunaan dan pemanfaatan aset desa dapat dilakukan dengan

Marketing Research An Applied Orientation, Third Edition, Prentice Hall International, Inc.. Upper Saddle,

Hasil uji signifikansi pada penelitian ini juga menunjukan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel (24,241&gt;2,048) yang berarti terdapat hubungan yang positif dan