• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SIKAP MEREK TERHADAP EQUITAS MEREK OBAT NYAMUK CAIR MEREK HIT DI TOKO LESTARI SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH SIKAP MEREK TERHADAP EQUITAS MEREK OBAT NYAMUK CAIR MEREK HIT DI TOKO LESTARI SIDOARJO."

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan oleh: CAHYO HARDIYANZAH

0912010198/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN” J AWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

PENGARUH DAYA TARIK IKLAN DAN PERSONAL

SELLING TERHADAP BRAND AWARENESS

MINUMAN ISOTONIK MIZONE (Studi Pada Indomaret Lakar santri Sur abaya)

Disusun Oleh : CAHYO HARDIYANZAH

0912010198/FE/EM

Telah Diper tahankan Dihadapan Dan Diter ima Oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Manajemen Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awaTimur PadaTanggal 16 J anuar i 2014

Pembimbing : Tim Penguji :

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awaTimurDekanFakultasEkonomi

Dr. DhaniIchsanuddinNur, MM NIP. 196309241989031001

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas limpahan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “ Pengaruh Daya Tarik Iklan dan Personal Selling Terhadap Brand Awareness Minuman Isotonik Mizone(Studi Pada Indomaret Lakar santri) “ Skripsi ini di ajukan untuk memenuhi sebagai persyratan dalam memproleh gelar sarjana Ekonomi jurusan Manajemen.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini seringkali menghadapi hambatan dan keterbatasan dalam berbagai hal. Namun, karena dorongan dan bimbingan yang telah diberikan berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk mitu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepeda:

1. Bapak Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP. Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur. 2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE,MM selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ‘Veteran ‘Jawa Timur. 3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar MM. Ketua Program Studi Ekonomi

Manajemen.

(4)

ii

5. Untuk Ayah, Ibu dan segenap keluarga yang telah banyak memberikan dukungan dan pengorbanan,baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.

6. Untuk teman-teman yang selalu memberikan dukungan dan semangat pantang menyerah untuk dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini.

Akhirnya, penulis menyadari bukan hal yang tidak mungkin apabila skripsi jauh dari sempurna, dan dengan rendah hati bersedia menerima segala saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya penulis.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga laporanini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisih-Nya, amin.

Surabaya,Januari 2014

Penulis

(5)

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

ABSTRAKSI ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 11

2.2. Landasan Teori ... 12

2.2.1. Daya Tarik Iklan ... 12

2.2.2. Personal Selling ... 14

2.2.3. Brand Awareness ( Kesadaran Merek ) ... 16

2.2.4. Hubungan antara Daya Tarik Iklan dengan Brand Awareness ... 18

2.2.5. Hubungan Antara Personal Selling dengan Brand Awareness. ... 20

2.3. Kerangka Konseptual ... 21

2.4. Hipotesis ... 21

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 22

3.1.1. Definisi Operasional ... 22

3.2. Pengukuran Variabel ... 24

(6)

v

3.3.1. Populasi ... 24

3.3.2. Sampel... 25

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.4.1. Jenis Data ... 26

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 27

3.6. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 28

3.6.1. Teknik Analisis Data ... 28

3.6.2. Pengujian Hipotesis ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 39

4.1.1. Sejarah Perusahaan ... 39

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 42

4.2.1. AnalisisStatistikDeskriptif ... 42

4.2.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 42

4.2.3. Daya Tarik Iklan (X1) ... 45

4.2.4. Personal Selling (X2) ... 46

4.2.5. Brand Awareness (Y)... 48

4.2.6. Analisis Data Uji Outlier... 49

4.2.7. Analisis Data Uji Validitas... 51

4.2.8. Analisis Data Uji Reliabilitas ... 55

4.3. Model Struktural ... 56

4.3.1. Analisis Data Uji Kausalitas ... 57

4.4.1. Analisis Data Uji Hipotesis ... 57

4.4. Pembahasan ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 60

5.2. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(7)

Tabel 1.2. Merek-Merek Puncak (Top Brand Index) ... 7

Tabel 1.3. Volume penjualan Mizone di Indomaret ... 8

Tabel 4.1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

Tabel 4.2. Karakteristik Berdasarkan Usia... 44

Tabel 4.3. Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan ... 44

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pada Variabel Dayatarik iklan (X1) ... 45

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Pada Variabel Personal Selling (X2) ... 47

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pada Variabel Brand Awareness (Y) ... 48

Tabel 4.7. Residuals Statisticsa ... 50

Tabel 4.8.Outer Weights (Mean, STDEV, T-Values) ... 51

Tabel 4.9. Outer Loadings Outer(Mean, STDEV, T-Values) ... 53

Tabel 4.10. AVE (Average Variance Extracted) ... 54

Tabel 4.11.Composite Reliability ... 55

Tabel 4.12. R Square ... 56

(8)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ... 21

Gambar 3.1. Model Penelitian ... 27

Gambar 3.2. Langkah-langkah Analisis PLS ... 34

Gambar 4.2.Uji Kausalitas ... 57

(9)

Oleh :

CAHYO HARDIYANZAH NPM. 0912010198/FE/EM

ABSTRAKSI

Pertumbuhan dan perubahan ekonomi serta kegiatan bisnis yang semakin pesat menuntut perusahaan mengembangkan strategi pemasarannya untuk menarik dan mempertahankan konsumen. Perusahaan perlu cepat dan tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di pasar, sehingga dapat cepat mengetahui peluang pasar yang dimiliki untuk berkembang. Salah satu cara yang dilakukan perusahaan dalam meningkatkan penjualan agar lebih cepat mendapat respon konsumen adalah dengan teknik promosi penjualan yang tepat sehingga konsumen akan lebih tertarik untuk membeli produk tersebut. Daya tarik iklan dan personal selling akan membantu dalam menciptakan brand awareness, apalagi personal selling yang dilakukan oleh wiraniaga yang profesional akan mempengaruhi keberadaan produk dalam segi penjualan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan Daya Tarik Iklan dan Personal Selling Terhadap Brand Awareness Minuman Isotonik Mizone. Metode analisis yang digunakan adalah Partial Least Square (PLS) yang dilanjutkan dengan pengujian hipotesis, dimana data yang digunakan adalah sempel sebanyak 100 orang pembeli Minuman Isotonik Mizone di Indomaret Lakar santri Surabaya.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa semakin tinggi Daya Tarik Iklan belum tentu semakin tinggi brand awareness suatu produk Minuman Isotonik Mizone dan semakin tinggi Personal Selling maka akan semakin tinggi brand awareness suatu produk Minuman Isotonik Mizone.

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada prinsipnya keberadaan produk di pasar memiliki fungsi sebagai pengganti (subtitusi) bagi produk yang lain, oleh karenanya perusahaan perlu mengedepankan pemikiran tentang; bagaimana membuat konsumen mengenali dan menyadari keberadaan perusahaan melalui produk

mereka? Dengan kata lain perusahaan harus mampu menemukan dan merumuskan sebuah poin pembeda antara produk perusahaan dengan produk para pesaing, karena apabila tidak mampu menemukannya maka apapun keunggulan produk perusahaan tetap saja akan dianggap sama oleh konsumen dengan produk yang lain (pesaing) di pasar.

Salah satu konsep pemikiran yang dapat dipergunakan sebagai pembeda suatu produk oleh perusahaan adalah brand (merek). Apabila kita menggunakan brand (merek) sebagai pembeda suatu produk maka perumusan dan pemosisian sebuah brand (merek) merupakan sebuah tahapan penting bagi perusahaan. Nilai penting dari suatu merek pada prinsipnya adalah terwujudnya kesadaran (awareness) yang merupakan core competency bagi perusahaan karena tolok ukur kekuatan sebuah merek adalah sebuah gambaran situasi dan kondisi dimana konsumen merasa sangat mengenal dan memahami produk, baik itu dari sisi kualitas dan atau ciri yang dimiliki oleh perusahaan di antara merek yang ada dan atau

(11)

ditawarkan di pasar (Boyle, 2007:124). Brand awareness merupakan alat ukur tambahan yang ada pada konsumen mengenai produk perusahaan.

Brand awareness membawa banyak keuntungan pada perusahaan, yaitu kemungkinan terjadinya pembelian ulang dan rekomendasi produk pada teman dan relasi-relasi konsumen (Xiaojuan Ou dan Banerjee, 2009:62).

Dalam hal ini promosi merupakan salah satu faktor utama penunjang keberhasilan sebuah perusahaan untuk memasarkan produknya selain dilihat dari bagaimana perilaku konsumen terhadap produk tersebut. Promosi sendiri adalah “suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk mengubah sikap dan tingkah laku pembeli yang tadinya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga menjadi pembeli dan tetap mengingat produk tersebut” (Saladin, 2003). Sebagai alat promosi, suatu perusahaan menggunakan promosi penjualan atau yang lebih dikenal dengan promosi penjualan. Metode ini digunakan untuk membujuk calon pembeli agar membeli produk yang dihasilkan dan ditawarkan perusahaan.

(12)

3

Sedangkan bentuk-bentuk promosi ada empat macam, meliputi : periklanan, personal selling, publisitas, dan promosi penjualan (Tjiptono,1997:222). Dari keempat bentuk promosi tersebut, yang paling efektif adalah melalui iklan. Sedangkan iklan yang efektif adalah iklan yang mampu untuk berkomunikasi (menarik, daya tarik membaca, daya tarik sikap, mudah diingat kembali, dilihat, diperhatikan, paling banyak dibaca) dan pengaruh penjualannya terhadap apa yang telah diiklannya tersebut (Tjiptono,1997:222). Iklan adalah sumber informasi utama dalam pengambilan keputusan. Kegiatan periklanan adalah salah satu alat promosi utama yang sering digunakan untuk mengarahkan komunikasi yang bersifat membujuk kepada yang ditujunya, yang mana kegiatan periklanan merupakan salah satu faktor yang penting dan erat hubungannya dengan selera dan kepentingan konsumen.

Personal selling sebagai subelemen promosi, mempunyai dampak sangat berbeda dengan subelemen promosi lain, misal bombardir periklanan di media masa atau dengan kegiatan promosi visual dan display lainnya yang bersifat publikasi. Personal selling digunakan agar para calon konsumen lebih dapat mengetahui produk yang akan dibeli serta. Di samping itu, dapat berdampak positif bagi perusahaan karena menjadi sumber informasi perusahaan yang dapat mengetahui apa yang diinginkan oleh konsumen. Dengan strategi promosi yang tepat konsumen akan mengingat produk yang akan dipasarkan (kesadaran merek). Dengan kesadaran konsumen terhadap produk yang dipasarkan maka perusahaan

(13)

akan jauh lebih mudah memasarkan produk tersebut. Artinya dengan sedikit saja promosi konsumen sudah mengetahui bahwa produk tersebut adalah produk dari perusahaan tertentu.

Untuk membangun brand awareness Mizone yang kuat, dapat dilakukan dengan meningkatkan efektifitas perikalanan melalui iklan yang memiliki daya tarik dan juga melakukan personal selling. Hal itu dilakukan agar iklan tersebut dapat mengenalkan dan menyadarkan konsumen akan suatu merek, serta tertanam kuat dalam benaknya. Karena menurut Howard (1994) Sikap konsumen terhadap merek dapat timbul setelah mengenal merek atau langsung mendengar pesan iklan (informasi) yang disampaikan produsen. Dan Studi Johlke (2006:311-319) menyimpulkan bahwa kompetensi penjualan perorangan (personal selling) memiliki dampak positif terhadap pengetahuan konsumen yang lebih baik.

(14)

5

Elektrolit untuk mengantikan mineral yang hilang melalui keringat. Sekarang Mizone yang merupakan Minuman Isotonik Bernutrisi telah memiliki rasa Apple Guava, Orange Lime, Passion Fruit, dan Lychee Lemon.

Tabel 1.1

Belanja Iklan Minuman Minuman Belanja Iklan Susu Pertumbuhan Rp. 1,29 Triliun

Kopi Rp. 981 Miliar

Teh Rp. 844 Miliar

Jus Rp. 751 Miliar

AMDK Aqua Rp. 280 Miliar Mizone Rp. 250 Miliar Coca-cola Rp. 209 Miliar SGM Eksplor Rp. 168 Miliar Nutrion Royal 3 Rp. 138 Miliar Susu Bendera Rp. 125 Miliar Sirup Marjan Rp. 104 Miliar

Dancow Rp. 104 Miliar

Milo Rp. 103 Miliar

Fanta Rp. 101 Miliar

Sumber : Majalah SWA 2011

Belanja iklan Indonesia mengalami pertumbuhan yang luar biasa pada 2010 yaitu 23% dengan nilai Rp 59,83 triliun dibanding 2009 yang sebesar Rp 48,58 triliun. Angka ini merupakan pertumbuhan yang tertinggi sejak 5 tahun terakhir. Data Nielsen Audience Measurement tersebut diperoleh dari hasil monitoring Nielsen terhadap 24 stasiun TV terrestrial,

(15)

95 koran dan 163 majalah tabloid. Ini merupakan gross rate card tanpa memperhitungkan promosi, diskon atau paket iklan lainnya.

Walaupun secara nasional naik 23%, tetapi untuk kelompok minuman naik 33%, 10% di atas pertumbuhan pasar dan merupakan yang tertinggi mengalahkan toiletris dan kosmetik; telekomunikasi, TI dan office equipment; makanan serta otomotif dan aksesori.

Belanja iklan minuman pada 2008 sebesar Rp 4,2 triliun, 2009 naik 26% menjadi Rp 5,28 triliun dan pada 2010 menjadi Rp 7,03 triliun. Belanja iklan minuman terbesar terjadi pada Q3 2010 dimana terdapat moment puasa Ramadhan dan Idul Fitri.

Peningkatan belanja iklan kelompok ini karena persaingan di industri minuman sendiri yang memang sengit. Banyaknya varian baru yang diluncurkan, pembentukan citra dan mempertahankan penguasaan pasar, selain ada moment seperti Puasa, Lebaran dan event olah raga sepak bola. (Majalah SWA : 2011).

(16)

7

Tabel 1.2

Merek-Merek Puncak (Top Brand Index) Kategori Minuman Isotonik

No Merek 2011 2012

1 Pocari Sweat 48,8% 50,1%

2 Mizone 42,7% 41,7%

3 Vitazone 4,8% 3,6%

4 Fatigon-Hydro 1,6% 2,1% Sumber : Marketing.co.id 2011-2012

Dilihat dari tabel 1.2 dapat diketahui data mengenai indeks merek minuman isotonik di Indonesia yang menunjukkan kekuatan merek yakni merek yang paling top menurut penilaian konsumen.

Selanjudnya tabel di atas menunjukkan bahwa kekuatan merek Mizone masih di bawah merek Pocari Sweat dan menunjukkan bahwa Mizone pada tahun 2012 indeksnya mengalami penurunan dari 42,7 % menjadi 41,7 %. Hal ini menunjukkan bahwa Mizone belum bisa menggeser posisi Pocari Sweat yang menjadi pelopor produk minuman isotonik.

Untuk melengkapi informasi di atas maka dibutuhkan data penjualan Indomart di kelurahan lakarsantri, berikut ini adalah data penjualan Mizone pada Indomart di lakarsantri surabaya 2012.

(17)

Tabel 1.3

Volume penjualan Mizone di Indomart

TAHUN BULAN UNIT

2012

JANUARI 98

FEBRUARI 121

MARET 67

APRIL 123

MEI 152

JUNI 132

JULI 161

AGUSTUS 96

SEPTEMBER 123

OKTOBER 156

NOVEMBER 134

DESEMBER 113

Sumber : Indomart

Berdasarkan tabel 1.3 menunjukan bahwa penjualan Mizone pada Indomart di Lakarsantri Surabaya setiap bulannya mengalami fluktuatif (naik turun), sehingga mengindikasikan terjadinya penjualan yang kurang efektif di mini market tersebut. Diduga Kesadaran Merek dari Mizone belum terbentuk dalam benak konsumen Mizone, sehingga penjualannya tidak stabil.

(18)

9

serta dapat menyebabkan penyakit Lupus apa bila dikonsumsi secara terus menerus informasi tersebut dikemukakan oleh Komite Anti Bahan Pengawet. Dampak negatif yang ditimbulkan dari pemberitaan tersebut adalah menurunnya citra Mizone dalam masyarakat yang mengakibatkan masyarakat tidak mau mengkonsumsi Mizone karena takut mendengar isu yang beredar dan mengakibatkan penjualan yang menurun (Sumber : marketing.co.id).

Salah satu yang dilakukan perusahaan adalah harus memiliki brand awareness. Brand awareness merupakan salah satu komponen pemasaran yang memiliki nilai yang besar bagi sebuah produk.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka menarik untuk dilakukan penelitian tentang ”PENGARUH DAYA TARIK IKLAN DAN

PERSONAL SELLING TERHADAP BRAND AWARENESS

MINUMAN ISOTONIK MIZONE (Studi Pada Indomart Lakar santri Sur abaya)”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, memunculkan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah daya tarik iklan berpengaruh terhadap brand awareness ? 2. Apakah personal selling berpengaruh terhadap brand awareness ? 1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui pengaruh daya tari iklan terhadap brand awarenenss.

2. Untuk mengetahui pengaruh personal selling terhadap brand awareness.

(19)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Bagi Akademis.

(20)

11 BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Ter dahulu

Herdiansyah Syifa Lestari (2012) Pengaruh Komponen Daya Tarik Iklan Axis “Internet Gaul” Pada Media Televisi Terhadap Brand Awareness Pada Audiens Kota Bandung. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris apakah daya tarik iklan memberikan pengaruh terhadap brand awaraness Axis “Internet Gaul” di Bandung.

Variabel daya tarik iklan yang digunakan adalah feature, competitive advantage, favorable price, news, product/service popularity

dan emotionals Dalam penelitian ini, populasi penelitian mengacu pada seluruh masyarakat di Kota Bandung berusia 15-25 tahun yang berjumlah 435.748 jiwa. Sampel yang diambil sebanyak 100 responden berdasarkan rumus slovin. Teknik sampling yang digunakan adalah convenience sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis jalur.

Dian Yudhiartika (2012) Pengaruh Personal Selling, Display, Promosi Penjualan Terhadap Kesadaran Merek dan Intensi Membeli Pada Produk Kecantikan Pond’s. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati bagaimana pengaruh personal selling, promosi penjualan

(21)

terhadap kesadaran merek dan niat membeli untuk produk kecantikan Ponds.

Penelitian ini mengambil 200 responden dan menggunakan metode judgemental sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis faktor dan analisis regresi berganda.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Daya Tarik Iklan

Daya tarik iklan atau power of impression dari suatu iklan adalah seberapa besar iklan mampu memukau atau menarik perhatian pemirsanya (Indriarto, 2006). Kata iklan (advertising) berasal dari bahasa yunani yang artinya kurang lebih adalah ‘menggiring orang pada gagasan’. Adapun pengertian iklan secara komprehensif adalah “semua bentuk aktifitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang, atau jasa secara nonpersonal yang dibayar oleh sponsor tertentu: (Durianto, 2003).

(22)

13

1. Informational/ rational appeals

Daya tarik informasi / rasional berfokus pada praktik konsumen, fungsional, atau kebutuhan sehari-hari untuk produk atau layanan, dan menekankan fitur dari produk atau merek yang ditawarkan. Isi dari pesan-pesan ini menekankan fakta, pembelajaran dan persuasi logika. Rational-based appeal cenderung informatif, dan pengiklan menggunakan mereka umumnya mencoba untuk meyakinkan konsumen bahwa produk atau jasa mereka memiliki atribut tertentu atau memberikan manfaat khusus yang memenuhi kebutuhan mereka (Belch, 2009:283) Weilbacher (Belch, 2009:284) mengidentifikasi beberapa jenis daya tarik iklan yang termasuk dalam kategori pendekatan rasional, di antaranya fitur, keunggulan kompetitif, harga yang menguntungkan, berita, dan daya tarik popularitas produk / jasa. Feature appeals berfokus pada ciri-ciri dominan dari produk atau jasa. Iklan ini cenderung sangat informatif dan memaparkan kepada pelanggan dengan sejumlah atribut penting produk atau fitur yang akan mengarah pada sikap yang menguntungkan. Competitive advantage appeals digunakan dengan membuat perbandingan baik langsung atau tidak langsung untuk merek lain dan biasanya mengklaim superioritas pada satu atribut atau lebih. Favorable price appeals membuat harga yang ditawarkan menjadi pesan yang dominan. Price appeal advertising sering digunakan oleh pengiklan nasional selama masa resesi. News appeals

adalah beberapa jenis berita atau pengumuman mengenai produk atau jasa

(23)

atau untuk menginformasikan konsumen mengenai modifikasi atau perkembangan yang signifikan atas produk atau jasa.

Product/service popularity appeals menekankan popularitas produk atau jasa dengan menunjukkan jumlah pelanggan yang menggunakan merek, jumlah yang telah beralih untuk mengkonsumsi merek mereka, jumlah ahli yang merekomendasikan, atau posisi kepemimpinannya di pasar. Titik utama dari Produk / Service popularity appeals iklan adalah bahwa penggunaan jenis merek membuktikan kualitas atau nilai dan pelanggan lain harus mempertimbangkan menggunakannya.

2. Emotional appeals

Emotional appeals berhubungan dengan ikatan psikologis

pelanggan terhadap produk atau jasa. Kebanyakan keterkaitan konsumen terhadap produk dan jasa adalah emosi dan perasaan mereka tentang merek. Hal ini dinilai lebih penting daripada pengetahuan tentang fitur atau atribut produk tersebut. Pemasang iklan untuk produk dan jasa yang dilihat secara rasional, berbasis informasi menarik dinilai membosankan. Banyak pengiklan percaya menarik emosi bagi konsumen akan bekerja lebih baik dalam menjual merek sehingga merek mampu bersaing di pasar. 2.2.2. Personal Selling

(24)

15

Berkowitz (2001) mengemukakan bahwa personal selling adalah dua cara arus komunikasi antara pembeli dan penjual, yang dirancang untuk mempengaruhi seseorang atau keputusan pembelian kelompok.

Menurut Marks (2000) fungsi personal selling adalah (1) memberikan pengetahuan yang luas kepada konsumen, (2) menjadi sumber informasi bagi perusahaan, (3) melayani konsumen, (4) menjual produk dan jasa. Strategi personal selling menurut Kotler (1999) wiraniaga ke pembeli, wiraniaga ke kelompok pembeli, tim penjual ke kelompok pembeli, penjualan dengan melakukan konferensi, penjualan dengan melakukan seminar.

Definisi personal selling menurut Converse et al. (1960) yang dimaksud dengan personal selling adalah penyajian secara lisan dalam bentuk percakapan kepada seorang atau banyak calon pelanggan dengan tujuan untuk melaksana kan penjualan.

Merek

Menurut Swasta dan Irawan (1990), “periklanan merupakan bentuk presentasi dan promosi non pribadi tentang ide, barang, dan jasa yang dibayar oleh sponsor tertentu”, maksud dari sponsor diatas adalah pihak-pihak yang bisa menjadi sponsor; yaitu tidak hanya perusahaan saja, tetapi juga lembaga non laba (seperti; lembaga pemerintahan, perguruan tinggi, dansebagainya) dan individu-individu. Fungsi iklan dalam pemasaran adalah memperkuat dorongan kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap suatu produk untuk mencapai pemenuhan kepuasan.

(25)

2.2.3. Brand Awareness ( Kesadar an Merek )

Kesadaran merk merupakan kemampuan sebuah merek untuk muncul dalam benak konsumen ketika mereka sedang memikirkan kategori produk tertentu dan seberapa mudahnya nama tersebut dimunculkan. Kesadaran merk (brand awareness) adalah dimensi dasar dalam ekuitas merk. Berdasarkan cara pandang konsumen, sebuah merk tidak memiliki ekuitas hingga konsumen menyadari keberadaan merk tersebut (Shimp, 2003:11). Definisi brand awareness menurut David Aaker yang dikutip dalam Handayani dkk mendefinisikan brand awareness adalah kemampuan dari pelanggan potensial untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merk termasuk ke dalam kategori produk tertentu (Handayani, 2010:64). Kesadaran merk adalah kemampuan untuk mengidentifikasi (mengakui atau mengingat) merk dalam kategori, secara cukup rinci untuk melakukan pembelian (Kotler & Keller, 2007:213).

Menurut Susanto dan Wijanarko (2004), dalam menghadapi persaingan yang ketat, merek yang kuat merupakan suatu pembeda yang jelas, bernilai, dan berkesinambungan, menjadi ujung tombak bagi daya saing perusahaan dan sangat membantu dalam strategi pemasaran.

(26)

17

a. Menjadi sumber pengembangan asosiasi: merek yang memiliki tingkat kesadaran tinggi memungkinkan pengembangan berbagai asosiasi secara lebih mudah karena telah dikenal baik oleh pelanggan.

b. Familiar: kesadaran merek akan mendorong rasa suka pelanggan akan merek. Mereka akan sangat akrab, bahkan menjadi “evangelist”dalam aktivitas sehari-hari.

c. Menimbulkan komitmen: kesadaran merek yang tinggi memungkinkan keberadaan merek dengan mudah dideteksi oleh pelanggan, sehingga akan mendorong komitmen mereka dalam pembelian. Hal tersebut terjadi karena merek dipromosikan secara luas, kredibilitas yang telah teruji oleh waktu, jaringan distribusi yang luas serta manajemen merek yang dikelola dengan baik.

d. Selalu dipertimbangkan: pelanggan akan selalu mempertimbangkan nama-nama merek top of mind sebelum memutuskan membeli produk tertentu, meskipun fakta menunjukkan bahwa tidak semua merek yang menempati top of mind juga disukai pelanggan.

Penelitian yang dilakukan oleh Lecturer PhD Ovidiu I. Moisescu menyebutkan bahwa kesadaran merek, sebagai salah satu dasar dimensi ekuitas merek, merupakan prasyarat untuk keberhasilan baik untuk barang tahan lama dan untuk merek barang tidak tahan lama. Kesadaran merek merupakan faktor utama untuk dimasukkan dalam pertimbangan proses keputusan pembelian yang ditetapkan, karena sebagian besar konsumen lebih memilih membeli merek yang mereka ketahui (merek yang mereka

(27)

kenal atau, paling tidak mereka telah mendengar). Pengaruh kesadaran merek dirasakan konsumen melalui penilaian risiko dan mereka percaya diri dalam keputusan, baik dalam hal barang-barang tahan lama maupun tidak tahan lama. Dan menurut hasil penelitian yang telah dilakukan terbukti bahwa risiko yang dirasakan terkait untuk membeli sebuah merek tanpa dibantu kesadaran dapat dianggap sama tinggi, tidak peduli usia, pendidikan, pendapatan atau gender konsumen.

2.2.4. Hubungan antara Daya Tarik Iklan dengan Brand Awareness

Menurut Shimp (2003:465), “Daya tarik sebuah iklan dapat diciptakan dengan menggunakan daya tarik pesan, bintang iklan, slogan”. Secara umum keenam variabel yang dikemukakan Rosisster dan Percy tersebut merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kesadaran konsumen terhadap suatu merek. Setelah melihat tayangan iklan Sunsilk peneliti mengambil tiga variabel stimulus iklan tersebut yaitu variabel musik, gambar, warna dan menambahkan tiga variabel lain menurut Shimp yaitu daya tarik pesan, bintang iklan dan slogan. Keenam variabel tersebut oleh peneliti dianggap mampu untuk menjelaskan pengaruh iklan Sunsilk terhadap kesadaran merek (brand awareness) konsumen dikarenakan keenamnya merupakan variabel yang paling menonjol yang dapat dilihat pada iklan tersebut.

(28)

19

memiliki kemampuan untuk menarik perhatian pasar (audience) sasaran. Daya tarik iklan atau power of impression dari suatu iklan adalah seberapa besar iklan mampu memukau atau menarik perhatian pemirsanya. Menurut ( Riyanto 2008) , Saat pemirsa atau pembaca bereaksi positif terhadap iklan, mereka juga akan bereaksi positif terhadap merek.

Sebuah investigasi empiris menggunakan data panel. Seperangkat data panel yang menggabungkan tingkat pengeluaran iklan tahunan untuk lebih dari tiga ratus merek dengan ukuran kesadaran merek dan kualitas yang dirasakan dari survei konsumen berskala besar untuk mempelajari efek iklan. Data panel yang digunakan memungkinkan kita untuk mengontrol heterogenitas (beranekaragam) teramati di seluruh merek dan mengidentifikasi pengaruh iklan dari variasi time-series atau runtutan waktu dalam merek. Ditemukan bahwa iklan secara konsisten berpengaruh positif signifikan terhadap kesadaran merek (C. Robert Clark · Ulrich Doraszelski · Michaela Draganska 2009).

Maklon Felipus Killa (2008) mengemukakan bahwa jika periklanan untuk suatu merek dikurangi maka akan terjadi peningkatan biaya keputusan yang menyebabkan konsumen mengeluarkan merek tersebut dalam rangkaian pertimbangan, namun jika periklanan ditingkatkan maka menyebabkan konsumen kembali mengevaluasi merek dan bahkan memasukannya ke dalam rangkaian pertimbangan. Ini berarti bahwa periklanan secara positif akan mempengaruhi kesadaran merek oleh konsumen sehingga merek tersimpan dalam ingatannya.

(29)

Kesimpulan dari hubungan kausalitas diatas terlihat bahwa penggunaan Daya Tarik Iklan peranannya sangat penting dalam meningkatkan Brand Awareness. Maka semakin tinggi daya tarik suatu iklan maka akan semakin tinggi Brand Awareness suatu produk.

2.2.5. Hubungan Antar a Personal Selling dengan Brand Awareness.

Studi Johlke (2006:311-319) menyimpulkan bahwa kompetensi penjualan perorangan memiliki dampak positif terhadap pengetahuan konsumen yang lebih baik. Usaha komunikasi pemasaran yang efektif dan konsisten mendjadikan beberapa merek sangat terkenal sehingga dapat diingat setiap orang dengan tingkat kesadaran standar.

Berthon (2005:151-172) menyatakan bahwa komunikasi yang dilakukan penjualan perorangan yang dirasakan oleh konsumen merupakan kunci penting yang dapat memotivasi untuk terus berupaya meningkatkan persepsi produk dalam benak konsumen.

Rentz (2002:13-21) menunjukkan bahwa kompetensi penjualan perorangan berpengaruh positif terhadap proses pencapaian merek. Dengan demikian terdapat pengaruh positif antara kompetensi penjualan perorangan terhadap Brand Awarenes.

Kesimpulan dari hubungan kausalitas diatas terlihat bahwa

(30)

21

2.3. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4. Hipotesis

a. Semakin tinggi daya tarik suatu iklan (X1) maka akan semakin tinggi

brand awarenes (Y)suatu produk.

b. Semakin baik personal selling (X2) maka akan semakin tinggi brand awareness (Y) suatu produk

Daya Tarik Iklan (X1)

Personal Selling

(X2)

Brand Awareness

(Y)

(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional

Variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2000). Dalam penelitian ini, ada tiga variabel yang digunakan antara lain variabel independen dan variable dependen. Penjelasan variabel tersebut yaitu: a. Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variable

dependen, baik yang pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya negatif (Ferdinand, 2006). Variabel independen dalam penelitian ini terdiridari : a) Daya Tarik Iklan (X1), b) Personal selling (X2)

Definisi Daya Tarik Iklan (X1)

Daya tarik iklan adalah sebuah kemampuan iklan untuk menarik pasar (audience) sasaran yang dituju oleh iklan tersebut serta dapat membujuk atau mengajak orang untuk melihat iklan tersebut (Riyanto, 2008). Indikator variabel ini adalah :

(32)

23

Definisi Personal selling (X2)

Personal selling didefinisikan sebagai proses komunikasi interpersonal identifikasi dan memuaskan kebutuhan pelanggan untuk kepentingan jangka panjang dari kedua belah pihak. Churcill (2000). Indikator variabel ini adalah :

X 2.1 Bersikap Sopan

X 2.2 Wiraniaga Membawa Sampel Produk X 2.3 Pemberian Hadiah

b. Variabel dependen adalah variabel yang menjadi pusat perhatian peneliti (Ferdinand, 2006). Variabel dependen yaitu variabel yang nilainyatergantung dari variabel lain, dimana nilainya akan berubah jika variable yang mempengaruhinya berubah. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah brand Awareness (Y).

Definisi Brand awareness (Y)

Brand Awareness adalah kemampuan dari pelanggan potensial untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merk termasuk ke dalam kategori produk tertentu (Handayani, 2010:64). Indikator variabel ini adalah :

Y 1.1 Recall (Mengingat Kembali) Y 1.2 Recognition (Pengakuan) Y 1.3 Purchase (Membeli) Y 1.4 Consumption (Konsumsi)

(33)

3.2. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variable yang digunakan penelitian ini menggunakan skala interval. Menurut Riduwan (2004:84), skala interval merupakan skala yang menunjukan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama, sedangkan teknik pengukuran sikap menggunakan Skala Likert. Riduwan (2004:90) menyatakan bahwa skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala social. Analisis yang dilakukan dengan meminta responden untuk menjawab atau memberikan penilaian terhadap suatu konsep atau objek tertentu. Skala data yang digunakan adalah 1 sampai 5.

Keterangan :

Sangat Tidak Setuju (STS) = 1 Tidak Setuju (TS) = 2

Netral (N) = 3

Setuju (S) = 4

Sangat setuju (SS) = 5

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi

(34)

25

ini adalah pembeli minuman isotonik yang berbelanja di Indomaret Lakarsantri.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut karena itu sampel harus representative dari sebuah populasi (Sumarsono 2002 : 45). Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah non probability sampling dengan teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah purposive sampling yaitu, Menurut Margono (2004: 128), pemilihan sekelompok subjek dalam

Purposive Sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Beberapa kriteria yang ditentukan oleh peneliti adalah :

a. Bedomisili di kelurahan lakarsantri. b. Minimal usia 17 tahun.

Penentuan jumlah sampel yang representatif menurut Ferdinand (2006) adalah tergantung pada jumlah indikator dikalikan 5-10.

n = jumlah indikator x 10

Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah berdasarkan pedoman pengukuran sampel menurut Ferdinand (2002:48), antara lain : a. 100 – 200 sampel untuk teknik maximum likelihood estimation. b. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya

adalah 5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

(35)

c. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. bila terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.

Dalam penelitian ini sampel diambil dari konsumen minuman isotonik Mizone dengan jumlah minimal 10 indikator x 10 = 100 konsumen.

3.4. Teknik Pengumpulan Data 3.4.1. J enis Data

Data pr imer

Data Primer biasanya diperoleh dengan survey lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data original (Kuncoro, 2001:25). Data ini berupa informasi yang diperoleh melalui keterangan-keterangan dari karyawan yang berupa jawaban-jawaban atas pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner, wawancara maupun pengamatan langsung yang berkaitan dengan veriabel-variabel dalam penelitian.

Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dandipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Tersedianya data sekunder akan lebih mempermudah dan mempercepat jalannya penelitian (Kuncoro, 2001:25)

(36)

27

3.5. Metode Pengumpulan Data a. Kuesioner

Merupakan daftar pernyataan yang dimana untuk memproleh data berupa jawaban dan responden.

b. Wawancara

Metode dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap konsumen yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti dan mencatat kegiatan yang ada.

c. Dokumentasi

Merupakan data artikel-artikel yang bersumber dari media majalah dan internet.

Gambar 3.1 : Model Penelitian Daya

(37)

3.6. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 3.6.1. Teknik Analisis Data

Partial Least Squar e

Partial Least Square (PLS) merupakan sebuah metode untuk mengkonstruksi model-model yang dapat diramalkan ketika faktor-faktor terlalu banyak. PLS dikembangkan pertama kali oleh Wold sebagai metode umum untuk mengestimasi path model yang menggunakan variabel laten dengan mutiple indikator. PLS juga merupakan faktor indeterminacy metode analisis yang powerful karena tidak mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala tertentu, jumlah sampel kecil. Awalanya Partial Least Square berasal dari ilmu sosial (khususnya Ekonomi, HermanWold, 1996). Model ini dikembangkan sebagai altrnatif untuk situasi dimana dasar teori pada perancangan model lemah atau indikator yang tidak tersedia tidak memenuhi model pengukuran refleksif. PLS selain dapat digunakan sebagai konfirmasi teori juga dapat digunakan untuk membangun hubungan yang belum ada landasan teorinya atau pengujian proposisi.

(38)

29

prediksi karena indikatornya bersifat relfeksif, sehingga perubahan nilai dari suatu indikator sangat sulit untuk mengetahui perubahan nilai dari variabel laten, sehingga pelaksanaan prediksi sulit dilakukan. Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan metode PLS.

Didalam PLS variabel laten bisa berupa hasil pemcerminan indikatornya, diistilahkan dengan indikator refleksif (reflesive indicator). Di samping itu, variabel yang dipengaruhi oleh indikatornya, diistilahkan dengan indikator formatif (formative indicator).

a. Model refleksif dipandang secara matematis indikator seolah-olah sebagai variabel yang dipengaruhi oleh variabel laten. Hal ini mengakibatkan bila terjadi perubahan dari suatu indikator akan berakibat pada perubahan pada indikator lainnya dengan arah yang sama.

Ciri-ciri model indikator reflektif adalah :

1) Arah hubungan kausalitas seolah-olah dari variabel laten (Y) ke indikator (X1, X2, X3, X4).

2) Anatra indikator diharapkan saling berkorelasi (memiliki internal consitency reliability).

3) Menghilangkan satu indikator dari model pengukuran tidak akan merubah makna dan arti variabel laten.

4) Menghitung adanya kesalahan pengukuran (error) pada tingkat indikator.

(39)

b. Model formatif dipandang secara matematis indikator seolah-olah sebagai variabel yang mempengaruhi variabel laten, jika salah satu indikator meningkat, tidak harus diikuti oleh peningkatan indikator lainnya dalam satu kontruk, tapi jelas akan meningkatkan variabel latennya.

PLS adalah salah satu metode yang dapat menjawab masalah pengukuran indeks keputusan pembelian karena PLS tidak memerlukan asumsi yang ketat, baik mengenai sebaran dari sebuah pengamatan maupun dari ukuran contoh yang tidak besar.

Keunggulan PLS antara lain : a. Fleksibilitas dari algoritma

Dimensi ukuran bukan masalah, misalnya variabelnya banyak.

b. Dapat mencocokkan data dengan komponen yang lebih sedikit (sampel data tidak harus besar).

Cara Kerja PLS

(40)

31

Tahap pertama menghasilkan weigh estimate, tahap kedua menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model, tahap ketiga menghasilkan estimasi means san lokasi (konstanta).

Selama iterasi berlangsung inner model estimate digunakan untuk mendapatkan outside approximation weigth, sementara itu outer model estimate digunakan untuk mendapatkan inside approximation weigth. Prosedur iterasi ini akan berhenti ketika presentase perubahan setiap outside approxomation weigth relatif terhadap proses iterasi sebelumnya kurang dari 0,01.

Model Spesifikasi PLS

PLS terdiri atas hubungan eksternal (outer model atau model pengukuran) dan hubungan internal (inner model atau model struktur). Hubungan tersebut didefinisikan sebagai dua persamaan linier, yaitu model pengukuran yang menyatakan hubungan antara peubah laten dengan sekelompok peubah penjelas dan model struktural yaitu hubungan antar peubah-peubah laten (Gefen, 2000). Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga set hubungan : (1) inner model yang mengespesifikasi hubungan antar variabel laten (structural model), (2) outer model yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten dengan indikator atau variabel manifestasinya (measurement model), (3) weigth relation dalam mana nilai kasus dari variabel laten dapat diestimasi.

(41)

Penduga PLS

Prosedur penduga PLS melalui dua tahapan yang mendasar. Tahap pertama menggunakan pendugaan iterative dan didapat peubah-peubah laten sebagai kombinasi linier dari sekelompok peubah-peubah penjelasnya. Tahap kedua menggunakan pendugaan noniteratif untuk koefisien model structural dari model pengukuran (Gefen, 2000).

(42)

33

Evaluasi PLS

Oleh karena PLS tidak mengasumsikan adanya distribusi tertentu untuk estimasi parameter, maka teknik parametrik untuk menguji signifikasi parameter tidak diperlukan (Chin, 1998). Model evaluasi PLS berdasarkan pada pengukuran prediksi yang mempunyai sifat non parametrik. Model pengukuran atau outer model dengan indicator refleksif dievaluasi dengan corvengent dan discrimanant validity dari indikatornya dan composite reliability untuk block indicator. Sedangkan outer model dengan formatif indicator dievaluasi berdasarkan pada substantive contentnya yaitu dengan membandingkan besarnya relative weight dan melihat signifikasi dari ukuran weight tersebut (Chin, 1998). Model structural atau inner model dievaluasi dengan melihat persentase variance yang dijelaskan yaitu dengan melihat nilai R2 untuk konstruk laten dependen dengan menggunakan ukuran stone-Geiser Q Squares test (Stone, 1974; Geisser, 1975) dan juga melihat besarnya koefisien jalur strukturnya. Stabilitas dari estimasi ini dievaluasi dengan menggunakan uji t-statistik yang didapat lewat prosedur boostraping.

(43)

Langkah-langkah Partial Least Squar e (PLS)

Langkah-langkah pemodelan persamaan struktural PLS dengan software adalah seperti dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.2. Langkah-langkah Analisis PLS

Mer ancang Model Str uktur al (inner model)

(44)

35

a) Merancang inner model

Merancang model struktur (inner model) yaitu merancang hubungan antar variabel laten pada PLS dengan didasarkan pada rumusan masalah atau hipotesis penelitian.

b) Merancang outer model

Merancang model pengukuran (outer model) yaitu merancang hubungan variabel laten dengan indikatornya. Pada SEM semua bersifat refleksif, model pengukuran tidak penting. Pada PLS perancangan outer model sangat penting, refleksif atau formatif. Dasar teori penelitian empiris sebelumnya atau rasional. Estimasi: koefisien jalur, loading dan weight Pendugaan parameter di dalam PLS meliputi 3 hal, yaitu :

1) Weight estimate yang digunakan untuk menghitung data variabel laten.

2) Estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan antar variabel laten (koefisien jalur) dan antara variabel laten dengan indikatornya (loading).

3) Berkaitan dengan means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi) untuk indikator dan variabel laten.

Goodness of Fit

Model pengukuran atau outer model dengan indikator refleksif dievaluasi dengan composite reliability. Model struktural atau inner model dievaluasi dengan melihat presentase varian yang dijelaskan yaitu dengan

(45)

melihat R2 untuk variabel laten dependen dengan menggunakan ukuran Stone-Geisser Q Square test dan juga melihat besarnya koefisien jalur strukturalnya. Stabilitas dari estimasi ini dievaluasi dengan menggunakan uji t-statistik yang didapat lewat prosedur bootstrapping.

Goodness of fit outer model reflesif meliputi convergent validity, discriminant validity, dan composite validity. Sedangkan untuk outer model formatif dievaluasi dengan signifikansi dari pembobotan (weight). a. Inner model

1) Diukur menggunakan Q-Square predictive relevance 2) Rumus Q-Square:

3) Q2 = 1 – ( 1 – R12) ( 1 – R22 ) ... ( 1- Rp2 )

4) dimana R12 , R22 ... Rp2 adalah R-square variabel endogen dalam

model.

5) Interpretasi Q2 sama dg koefisien determinasi total pada analisis jalur (mirip dengan R2 pada regresi)

b. Outer model

Convergent validity

(46)

37

Discriminant validity

Pengukuran indikator refleksif berdasarkan cross loading dengan variabel latennya. Bilamana nilai cross loading setiap indikator pada variabel bersangkutan lebih besar dibandingkan dengan cross loading pada variabel laten lainnya maka dikatakan valid. Metode lain dengan mebandingkan nilai squre root of average variance extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antar konstruk lainnya dalam model. Jika AVE konstruk lebih besar dari korelasi dengan seluruh konstruk lainnya maka dikatakan memiliki discriminant yang baik.

Direkomendasikan nilai AVE lebih besar dari 0.50.

Composite reliability

Composite reliability adalah indeks yang menunujukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya untuk diandalkan. Bila suatu alat dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten maka alat tersebut reliabel. Dengan kata lain, reliabilitas menunujukkan suatu konsistensi alat pengukur dalam gejala yang sama. Nilai reliablitas komposit (pc) dari peubah laten adalah nilai yang mengukur kestabilan dan kekonsistenan dari pengukuran reliablitas gabungan.

(47)

Nilai batas yang diterima untuk tingkat reliabilitas komposit (ρc) adalah ≥ 0.7, walaupun bukan merupakan standar absolut.

3.6.2. Pengujian Hipotesis

a) Hipotesis statistik untuk outer model: H0 : λi = 0 lawan

H1 : λi ≠ 0

b) Hipotesis statistik untuk inner model: variabel laten eksogen terhadap endogen:

H0 : γi = 0 lawan H1 : γi ≠ 0

(48)

39 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskr ipsi Obyek Penelitian 4.1.1. Sejar ah Perusahaan

PT AQUA Golden Mississippi didirikan sebagai pioner perusahaan air minum mineral pertama di Indonesia. Pabrik pertama didirikan di Bekasi. Setelah beroperasi selama 30 tahun, kini Aqua memiliki 14 pabrik di seluruh Indonesia. 1974 Produksi pertama AQUA diluncurkan dalam bentuk kemasan botol kaca ukuran 950ml dari pabrik di Bekasi. Harga per botol adalah Rp. 75,-. 1984 Pabrik AQUA kedua didirikan di Pandaan di Jawa Timur, sebagai upaya agar lebih mendekatkan diri pada konsumen yang berada di wilayah tersebut. 1985 Pengembangan produk AQUA dalam bentuk kemasan PET 220 ml. Pengembangan ini membuat produk AQUA menjadi lebih berkualitas dan lebih aman untuk dikonsumsi. 1993 Menyelenggarakan program AQUA Peduli (AQUA Cares), sebagai langkah pendauran ulang botol plastik AQUA menjadi materi plastik yang bisa dapat digunakan kembali. 1995 AQUA menjadi pabrik air mineral pertama yang menerapkan sistem produksi in line di pabrik Mekarsari. Pemrosesan air dan pembuatan kemasan AQUA dilakukan bersamaan. Hasil sistem in line ini adalah botol AQUA yang baru dibuat dapat segera diisi air bersih di ujung proses produksi., sehingga proses produksi menjadi lebih higienis. 1998 Penyatuan AQUA dan grup DANONE pada

(49)

tanggal 4 September 1998. Langkah ini berdampak pada peningkatan kualitas produk dan menempatkan AQUA sebagai produsen air mineral dalam kemasan (AMDK) yang terbesar di Indonesia. 2000 Bertepatan dengan pergantian milenium, AQUA meluncurkan produk berlabel Danone-AQUA. 2001 DANONE meningkatkan kepemilikan saham di PT Tirta Investama dari 40 % menjadi 74 %, sehingga DANONE kemudian menjadi pemegang saham mayoritas AQUA Group. AQUA menghadirkan kemasan botol kaca baru 380 ml pada 1 November 2001.

(50)

41

tanggal 27 September AQUA memproduksi MIZONE, minuman bernutrisi yang merupakan produk dari DANONE. MIZONE hadir dengan dua rasa, orange lime dan passion fruit. Dengan memiliki pengalaman lebih dari 35 tahun di bidang industri air minuman dalam kemasan, di abad 21 ini Danone Aqua melakukan suatu inovasi dengan meluncurkan produk Mizone tepatnya pada 27 September 2005. Mizone sendiri merupakan produk yang sudah dikenal di New Zealand, Australia, dan China. 74% saham PT Aqua Golden Mississipi dikuasai Danone Asia Pte Ltd, anak perusahaan Danone Group, Perancis. Tahun 1998, Pemilik Danone, yaitu Franck Riboud mendapat penghargaan JUBILEE AWARD, yaitu penghargaan tertinggi Israel dalam menandai hari ulang tahun berdirinya negara Israel Raya. Penghargaan ini diberikan kepada pelaku bisnis yang memberi sumbangan besar bagi eksistensi Israel.

Tentang Produk Mizone

Tinggal di daerah yang beriklim tropis dengan aktivitas sehari-hari yang padat, sangat berpotensi dalam menyebabkan tubuh kehilangan cairan. Padahal, kehilangan cairan sebesar 2% saja dapat menurunkan konsentrasi dan stamina tubuh kita. Menjawab kebutuhan tersebut, MIZONE hadir di Indonesia sebagai sebuah inovasi baru dalam kategori minuman ISOTONIK. Dengan kandungan HYDROMAXX nya Mizone dapat menggantikan cairan tubuh yang hilang dengan mudah. Diluncurkan pertama kali di Surabaya pada tanggal 27 September 2005, Mizone hadir dalam dua rasa yaitu ORANGE LIME dan PASSION FRUIT. Mizone

(51)

sendiri merupakan produk yang sudah dikenal di New Zealand, Australia, dan China.

Sekarang Mizone yang merupakan Minuman Isotonik Bernutrisi telah memiliki:

Rasa ORANGE LIME yang menyegarkan, PASSION FRUIT yang memanjakan selera, dan LYCHEE LEMON yang sensasional. Kemasan BOTOL yang UNIK, 500 ml, ukuran yang tepat untuk diminum di jalan. Harga yang pas Rp. 2.500,00.

HYDROMAXX, yaitu:

Vitamin B1, B3, B6 and B12 untuk membantu metabolisme karbohidrat menjadi energi. Vitamin E sebagai anti-oksidan, untuk membantu menjaga sel dalam tubuh. Elektrolit untuk mengantikan mineral yang hilang melalui keringat. Kualitas terjamin karena diproduksi oleh DANONE AQUA yang berpengalaman dalam memproduksi minuman dalam kemasan.

4.2. Deskr ipsi Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.2.1. AnalisisStatistikDeskriptif

Gambaran statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran jawaban respon den berdasarkan hasil penyebaran kuesioner terhadap unsur-unsur yang ada pada setiap variabel.

4.2.2. Deskr ipsi Karakteristik Responden

(52)

43

yang telah diberikan atau disebar oleh peneliti. Dari jawaban-jawaban tersebut dari responden diketahui hal-hal seperti dibawah ini :

a. J enis KelaminResponden

Dari 100 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat diketahui jenis kelamin dari responden yakni pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1. Karakteristik Berdasar kan J enis Kelamin

No Jenis kelamin Jumlah Prosentase(%)

1 Laki-laki 70 70%

2 Perempuan 30 30%

Total 100 100%

Sumber : Data diolah

Berdasarkan data tabel diatas mayoritas yang datang ke bengkel adalah laki-laki dikarenakan kebanyakan laki-laki yang mengerti soal mobil.

b. UsiaResponden

Dari 100 responden yang mengisi kuesioner yang telah diberikan olehpenelitidapat diketahui usia para responden yakni pada tabel dibawah ini.

(53)

Tabel 4.2. Karakteristik Berdasar kan Usia

No Usia Jumlah Prosentase (%)

1 17-26 tahun 24 24

2 27-36 tahun 38 38

3 37-36 tahun 21 21

4 47-56 tahun 17 17

Total 100 100,00

Sumber: Data diolah

Berdasarkan data tabel di atas menunjukan usia yang paling banyak datang k bengkel adalah antara usia 36-49 tahun di karenakan di usia tersebut sudah bekerja.

c. PekerjaanResponden

Dari 100 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan oleh peneliti dapat diketahui pekerjaan masing-masing para responden yakni pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.3. Karakteristik Berdasar kan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Prosentase (%)

1 Pelajar / Mahasiswa 36 36

2 Wirausaha 22 22

3 Pegawai swasta 22 22

4 Pegawai negri 20 20

Total 100 100,00

(54)

45

Berdasarkan data tabel di atas menunjukan lebih banyak pelajar / mahasiswa yang datang pada Indomaret Lakarsantri Surabaya dikarenakan banyak kalangan pelajar / mahasiswa yang gemar berbelanja di Indomaret.

4.2.3. Daya Tarik Iklan (X1)

Daya tarik iklan atau power of impression dari suatu iklan adalah seberapa besar iklan mampu memukau atau menarik perhatian pemirsanya (Indriarto, 2006). Kata iklan (advertising) berasal dari bahasa yunani yang artinya kurang lebih adalah ‘menggiring orang pada gagasan’. Adapun pengertian iklan secara komprehensif adalah “semua bentuk aktifitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang, atau jasa secara nonpersonal yang dibayar oleh sponsor tertentu. (Durianto, 2003) :

X 1.1 Daya Tarik Naskah iklan X 1.2 Daya Tarik Pesan slogan X 1.3 Daya Tarik Tema iklan

Berikut ini rekapitulasi jawaban responden pada variabel. Daya Tarik Iklan (X1) :

Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Pada Variabel Dayatarik iklan (X1)

Item Skor Total

(55)

Penjelasan dari tabel 4.4 di atas adalah : 1. Indikator X1.1

Pilihan jawaban terbanyak adalah skor 4 dan 5 yaitu sebanyak 76%. Hal ini berarti 76% responden menyetujui bahwa Naskah iklan Mizone sangat mengena dan menyentuh perasaan.

2. Indikator X1.2

Pilihan jawaban terbanyak adalah skor 4 dan 5 yaitu sebanyak 76%. Hal ini berarti 76% responden menyetujui bahwa Pesan slogan iklam Mizone di media televisi sangat jelas dan menarik..

3. Indikator X1.3

Pilihan jawaban terbanyak adalah skor 4 dan 5 yaitu sebanyak 62%. Hal ini berarti 62% responden menyetujui bahwa Tema iklan mizone secara keseluruhan sangat jelas.

4.2.4. Personal Selling (X2)

Menurut Churcill (2000) personal selling didefinisikan sebagai proses komunikasi interpersonal identifikasi dan memuaskan kebutuhan pelanggan untuk kepentingan jangka panjang dari kedua belah pihak. Berkowitz (2001) mengemukakan bahwa personal selling adalah dua cara arus komunikasi antara pembeli dan penjual, yang dirancang untuk mempengaruhi seseorang atau keputusan pembelian kelompok :

X 2.1 Bersikap Sopan

(56)

47

X 2.3 Pemberian Hadiah

Berikut ini rekapitulasi jawaban responden pada variabel. Personal Selling (X2) :

Tabel 4.5 : Distribusi Frekuensi Pada Variabel Personal Selling (X2)

Item Skor Total

Penjelasan dari tabel 4.5 di atas adalah : 1. Indikator X2.1

Pilihan jawaban terbanyak adalah skor 3 dan 5 yaitu sebanyak 77%. Hal ini berarti 77% responden menyetujui bahwa Wiraniaga bersikap sopan saat melayani pembelian Mizone.

2. Indikator X2.2

Pilihan jawaban terbanyak adalah skor 3 dan 4 yaitu sebanyak 83%. Hal ini berarti 83% responden menyetujui bahwa Wiraniaga membawa sampel produk saat melakukan Perseonal Selling.

3. Indikator X2.3

Pilihan jawaban terbanyak adalah skor 4 dan 5 yaitu sebanyak 81%. Hal ini berarti 81% responden menyetujui bahwa Wiraniaga memberi hadiah (bonus), disetiap pembelian Mizone yang lebih dari satu produk.

(57)

4.2.5. Brand Awareness (Y)

Menurut Churcill (2000) personal selling didefinisikan sebagai proses komunikasi interpersonal identifikasi dan memuaskan kebutuhan pelanggan untuk kepentingan jangka panjang dari kedua belah pihak. Berkowitz (2001) mengemukakan bahwa personal selling adalah dua cara arus komunikasi antara pembeli dan penjual, yang dirancang untuk mempengaruhi seseorang atau keputusan pembelian kelompok.

Y 1.1 Recall (Mengingat Kembali) Y 1.2 Recognition (Pengakuan) Y 1.3 Purchase (Membeli) Y 1.4 Consumption (Konsumsi)

Berikut ini rekapitulasi jawaban responden pada variabel. Brand Awareness (Y) :

Tabel 4.6 : Distribusi Frekuensi Pada Variabel Brand Awareness (Y)

Item Skor Total

1 2 3 4 5

X1.1 F 0 2 27 58 13 100

% 0 2,0 27,0 58,0 13,0 100

X1.2 F 0 2 16 41 41 100

% 0 2,0 16,0 41,0 41,0 100

X1.3 F 0 0 27 44 29 100

% 0 0 27,0 44,0 29,0 100

X1.4 F 0 0 36 25 39 100

% 0 0 36,0 25,0 39,0 100

(58)

49

Penjelasan dari tabel 4.6 di atas adalah : 1. Indikator Y1.1

Pilihan jawaban terbanyak adalah skor 3 dan 4 yaitu sebanyak 85%. Hal ini berarti 85% responden menyetujui bahwa Pelanggan dapat mengingat kembali produk Mizone.

2. Indikator Y1.2

Pilihan jawaban terbanyak adalah skor 4 dan 5 yaitu sebanyak 82%. Hal ini berarti 82% responden menyetujui bahwa Mizone sudah memberikan pengakuan yang bagus di benak konsumen.

3. Indikator Y1.3

Pilihan jawaban terbanyak adalah skor 4 dan 5 yaitu sebanyak 73%. Hal ini berarti 73% responden menyetujui bahwa Dengan membeli produk Mizone dapat mengingat kembali sebuah merek.

4. Indikator Y1.4

Pilihan jawaban terbanyak adalah skor 3 dan 5 yaitu sebanyak 75%. Hal ini berarti 75% responden menyetujui bahwa Dengan mengkonsumsi Mizone dapat menumbuhkan kesadaran merek.

4.2.6. Analisis Data Uji Outlier

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi atau mutivariat (Hair, 1998). Evaluasi terhadap outlier multivariate (antar variabel) perlu dilakukan sebab walaupun data yang

(59)

dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak antara Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi dapat dihitung dan akan menunjukkan sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang multidimensional (Hair.dkk, 1998; Tabachnick & Fidel, 1996). Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan jarak Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan χ² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji outlier tampak pada tabel berikut :

Tabel 4.7 Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 27,8357 72,8491 50,5000 9,11218 100

Std. Predicted Value -2,487 2,453 ,000 1,000 100

Standard Error of

Predicted Value 6,400 13,869 9,504 1,587 100

Adjusted Predicted Value 14,8847 67,8024 50,0771 9,71999 100 Residual -52,66999 63,72875 ,00000 27,54333 100

Std. Residual -1,813 2,194 ,000 ,948 100

Stud. Residual -1,950 2,444 ,007 1,010 100

(60)

51

4.2.7. Analisis Data Uji Validitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur, karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent variable / construct akan diuji dengan melihat loading factor

dari hubungan antara setiap observed variable dan latent variable. Hasil analisis tampak pada tabel di bawah ini.

First Or der (Model Pengukuran Indikator dengan Variabel)

Variabel dengan indikator reflektif yaitu perluasan merk pada dasarnya merupakan hubungan korelasi indikator ke variabel , maka cara menilainya adalah dengan melihat nilai koefisien regresi dan signifikansi dari koefisien regresi tersebut. Jadi dilihat nilai outer weights masing-masing indikator dan nilai signifikansinya

Outer Weights (Mean, STDEV, T- Values)

Tabel 4.8.Outer Weights (Mean, STDEV, T-Values) Or iginal

IKLAN (X1) -0,504841 0,191089 0,556165 0,556165 0,907718 X 1.2 <- DAYA TARIK

IKLAN (X1) -0,029672 0,082846 0,409146 0,409146 0,072521 X 1.3 <- DAYA TARIK

IKLAN (X1) 0,854170 0,093781 0,660364 0,660364 1,293483 X 2.1 <- PERSONAL

SELLING (X2) 0,383364 0,383988 0,019280 0,019280 19,883863 X 2.2 <- PERSONAL

SELLING (X2) 0,405302 0,405860 0,022306 0,022306 18,170319 X 2.3 <- PERSONAL

SELLING (X2) 0,348939 0,348630 0,028715 0,028715 12,151899

(61)

Y 1.1 <- BRAND

AWARENESS (Y) 0,042777 0,032535 0,112562 0,112562 0,380031 Y 1.2 <- BRAND

AWARENESS (Y) -0,208396 -0,190115 0,087823 0,087823 2,372922 Y 1.3 <- BRAND

AWARENESS (Y) 0,306760 0,295150 0,084865 0,084865 3,614708 Y 1.4 <- BRAND

AWARENESS (Y) 0,804237 0,783451 0,070786 0,070786 11,361527 Sumber : Data Diolah

Indikator Validitas : Nilai Factor Loading lebih besar dari 0,5 dan atau nilai T-Statistic lebih besar dari 1,645 (nilai Z pada α = 0,10). Factor Loading

merupakan korelasi antara indikator dengan variabel, jika lebih besar dari 0,5 maka korelasi disebut valid dan jika nilai T-Statistic lebih besar dari 1,645 maka korelasinya disebut signifikan.

Berdasarkan pada tabel outer loading di atas, maka pada variabel DAYA TARIK IKLAN dan BRAND AWARENESS , dimana tidak semua indikator kedua variabel tersebut memiliki factor loading lebih besar dari 0,50 dan atau signifikan (Nilai T-Statistic lebih dari nilai Z α = 0,10 (10%) = 1,645 ), sehingga indikator-indikator yang memiliki factor loading lebih besar dari 0,50 dan atau signifikan (Nilai T-Statistic lebih dari nilai Z α = 0,10 (10%) = 1,645 ), tersebut adalah menjadi pengukur/indikator variabelnya.

Pada variabel PERSONAL SELLING semua indikatornya memiliki factor

loading lebih besar dari 0,50 dan atau signifikan (Nilai T-Statistic lebih dari nilai Z α = 0,10 (10%) = 1,645 ), sehingga indikator-indikator tersebut adalah menjadi pengukur/indikator variabelPersonal Selling. Secara keseluruahn hasil estimasi telah memenuhi Convergen vailidity dan validitas baik.

(62)

53

Tabel 4.9 Outer Loadings Outer(Mean, STDEV, T-Values)

Or iginal

IKLAN (X1) -0,517121 0,209646 0,581440 0,581440 0,889380 X 1.2 <- DAYA TARIK

IKLAN (X1) -0,149256 0,112335 0,442235 0,442235 0,337505 X 1.3 <- DAYA TARIK

IKLAN (X1) 0,859908 0,090983 0,684930 0,684930 1,255469 X 2.1 <- PERSONAL

SELLING (X2) 0,930038 0,929801 0,017048 0,017048 54,553438 X 2.2 <- PERSONAL

SELLING (X2) 0,898546 0,897475 0,017697 0,017697 50,774070 X 2.3 <- PERSONAL

SELLING (X2) 0,800355 0,798190 0,038184 0,038184 20,960382 Y 1.1 <- BRAND

AWARENESS (Y) -0,009569 -0,025943 0,196934 0,196934 0,048589 Y 1.2 <- BRAND

AWARENESS (Y) -0,426757 -0,395285 0,159685 0,159685 2,672494 Y 1.3 <- BRAND

AWARENESS (Y) 0,504142 0,497667 0,148440 0,148440 3,396265 Y 1.4 <- BRAND

AWARENESS (Y) 0,941046 0,933383 0,020937 0,020937 44,947399 Sumber : Data Diolah

Indikator Validitas : Nilai Factor Loading lebih besar dari 0,5 dan atau nilai T-Statistic lebih besar dari 1,645 (nilai Z pada α = 0,10). Factor Loading

merupakan korelasi antara indikator dengan variabel, jika lebih besar dari 0,5 maka korelasi disebut valid dan jika nilai T-Statistic lebih besar dari 1,645 maka korelasinya disebut signifikan.

Berdasarkan pada tabel outer loading di atas, maka pada variabel DAYA TARIK IKLAN dan BRAND AWARENESS , dimana tidak semua indikator kedua variabel tersebut memiliki factor loading lebih besar dari 0,50 dan atau

(63)

signifikan (Nilai T-Statistic lebih dari nilai Z α = 0,10 (10%) = 1,645 ), sehingga indikator-indikator yang memiliki factor loading lebih besar dari 0,50 dan atau signifikan (Nilai T-Statistic lebih dari nilai Z α = 0,10 (10%) = 1,645 ), tersebut adalah menjadi pengukur/indikator variabelnya.

Pada variabel PERSONAL SELLING semua indikatornya memiliki factor

loading lebih besar dari 0,50 dan atau signifikan (Nilai T-Statistic lebih dari nilai Z α = 0,10 (10%) = 1,645 ), sehingga indikator-indikator tersebut adalah menjadi pengukur/indikator variabelPersonal Selling. Secara keseluruahn hasil estimasi telah memenuhi Convergen vailidity dan validitas baik.

Average Var iance Extracted (AVE)

Discriminant Validity pada indikator refleksif dapat dilihat pada cross-loading cara lain untuk menilai discriminant validity dilakukan dengan cara membamndingkan square root of average variance extracted (AVE) untuk setiap variabel dengan nilai korelasi antara variabel. Model mempunyai discriminant validity yang tinggi jika akar AVE untuk setiap variabel lebih besar dari korelasi antara konstruk (Ghozali, 2008). Jika nilai akar AVE lebih tinggi daripada korelasi antar variabel yang lain, maka dapat di katakan hasil ini menunjukkan bahwa discriminant validity yang tinggi.

Tabel 4.10. AVE (Average Var iance Extracted)

Sumber : Data Diolah

(64)

55

Model Pengukuran berikutnya adalah nilai Avarage Variance Extracted (AVE) , yaitu nilai menunjukkan besarnya varian indikator yang dikandung oleh variabel latennya. Konvergen Nilai AVE lebih besar 0,5 juga menunjukkan kecukupan validitas yang baik bagi variabel laten. Pada variabel indikator reflektif dapat dilihat dari nilain Avarage variance extracted (AVE) untuk setiap konstruk(variabel). Dipersyaratkan model yang baik apabila nilai AVE masing-masing konstruk lebih besar dari 0,5. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai AVE untuk konstruk (variabel) DAYA TARIK IKLAN dan BRAND AWARENESS memiliki nilai lebih kecil dari 0,5, sehingga validitasnya rendah. Pada PERSONAL SELLING menunjukkan bahwa nilai AVE memiliki nilai lebih besar dari 0,5, sehingga valid.

4.2.8. Analisis Data Uji Reliabilitas

Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Cronbach’s

Alpha ini digunakan untuk mengestimasi reliabiltas setiap skala (variabel atau observasi indikator). Sementara itu item to total correlation

digunakan untuk memperbaiki ukuran – ukuran dan mengeliminasi butir – butir yang kehadirannya akan memperkecil koefisien Cronbach’s Alpha

yang dihasilkan (Purwanto, 2002). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.3
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kepada teman-teman Fakultas Psikologi Unika Widya Mandala Surabaya yang mendukung saya khususnya untuk Trinanda, Junike, Claudya, dan Sanggar, yang telah banyak membantu

Solar cell digunakan sebagai pengkonversi energi matahari menjadi energi listrik, yang kemudian akan diatur oleh Solar charger controller sebelum disimpan kedalam baterai,

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan ( library research ), yaitu tipe penelitian kajian Hadîts yang mengkaji objek material karya-karya ulama yang

Bertolak dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan di atas dapat ditarik beberapa simpulan penting, yaitu sebagai berikut. 1) Pola migrasi semasa hidup yang masuk

1. Beton precast dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan desain yang diinginkan. Beberapa bangunan yang lebih menonjolkan bentuk arsitektural akan sangat membutuhkan

Regio Urogenital Ceramah/ Kuliah Pakar, dan praktikum LCD, laptop, power point bahan ajar, Buku penuntun praktikum 2 x 60 menit 3 x 60 menit (praktik um) • Ujian

Kalau ia tidak menguasai bahan tersebut ia akan mengatakan “ Ah Bapak saya tidak bisa juga.” Untuk itu, setiap guru tidak seharusnya menyatakan sulitnya mata

Hal tersebutlah yang membuat Dana Pihak Ketiga dari bank hanya tersimpan dan tidak tersalurkan secara maksimum, dalam data yang didapatkan penyaluran kredit yang