VARIASI KEMASAN PRODUK DAN SELERA KONSUMEN DALAM MEMBELI JAJANAN TRADISIONAL KOTA GRESIK
SKRIPSI
Diajukan kepada Program Studi Agribisnis Untuk Menyusun Skripsi
Oleh :
VIRA AL-FAJR NPM : 1024010015
K e p a d a
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
VIRA AL-FAJR (1024010015). ’’VARIASI KEMASAN PRODUK DAN SIKAP KONSUMEN DALAM MEMBELI JAJAN TRADISIONAL GRESIK’’ PEMBIMBING UTAMA:SRI TJONDRO WINARNO.DOSEN PEMBIMBING PENDAMPING: SUMARTONO.
RINGKASAN
Kuliner Indonesia mempunyai keanekaragaman yang sangat banyak dan setiap daerah mempunyai ciri yang berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Keanekaragaman jajanan tradisional tersebut terjadi karena beraneka ragamnya tradisi dan juga menjadi ciri khas daerah, serta bahan dasar yang digunakan. Jajanan tradisional merupakan komponen penting dalam pusaka kuliner Indonesia. Bukan saja karena jajanan tradisional tersebut enak rasanya atau unik warna dan penampilannya, tetapi pada saat tertentu jajan tradisional sangat sarat makna, selain itu jajan tradisional juga merupakan warisan dari para pendahulunya. Selama ini kemasan jajanan tradisional kota Gresik tidak mengalami perubahan yang signifikan, sebagai upaya untuk mencegah kerusakan produknya, kemasan juga telah menjadi bagian dari gaya hidup dan memberi nilai tambah, kemasan telah menjadi alat pemasaran sebab peran kemasan bisa menciptakan nilai tersendiri bagi konsumen dan bagi pihak perusahaan atau produsen. Dari permasalahan tersebut, mengenai variasi kemasan yang dilakukan pada produk jajanan tradisional Gresik, maka peneliti mengambil judul “ Variasi Kemasan Produk dan Sikap Konsumen dalam membeli
Jajanan Tradisional Gresik”.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat di ambil dalam penelitian ini adalah :
1. Variasi kemasan baik dari sisi produsen maupun konsumen tetap mempertahankan aspek keoriginalitasnya perlu di pertahankan terutama informasi batas kedaluarsa dari pada produk jajanan tradisionil.
2. Secara umum konsumen menghendaki atribut rasa aroma harga dan warna jajanan tradisionil pudak jubung dan ayas tetap di pertahankan.
VARIASI KEMASAN PRODUK DAN SIKAP KONSUMEN DALAM MEMBELI JAJANAN TRADISIONAL GRESIK
Vira Al-fajr 1) Sri Tjondro Winarno2) Sumartono)
Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian
UPN “Veteran” Jawa Timur
ABSTRAK
Kuliner Indonesia mempunyai keanekaragaman yang sangat banyak dan setiap daerah mempunyai ciri yang berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Keanekaragaman jajanan tradisional tersebut terjadi karena beraneka ragamnya tradisi dan juga menjadi ciri khas daerah, serta bahan dasar yang digunakan. Jajanan tradisional merupakan komponen penting dalam pusaka kuliner Indonesia. Bukan saja karena jajanan tradisional tersebut enak rasanya atau unik warna dan penampilannya, tetapi pada saat tertentu jajan tradisional sangat sarat makna, selain itu jajan tradisional juga merupakan warisan dari para pendahulunya.
Banyak konsumen yang menganggap jajanan tradisional merupakan jajanan kuno, karena diproduksi sudah sejak dahulu, namun walaupun begitu jajanan tradisional masih banyak diminati oleh konsumen sampai sekarang. Karena jajanan tradisional biasanya dibeli untuk keperluan oleh-oleh, dimana hal itu merupakan tradisi orang Indonesia yang masih bertahan sampai saat ini, tidak dapat dipungkiri pula bahwa peminat jajanan tradisional mulai berkurang, hal tersebut dikarenakan bergesernya selera konsumen terhadap jajanan tradisional ke jajanan modern.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di jabarkan pada bab sebelumnya maka kesimpulan yang dapat di ambil dalam penelitian ini adalah : 1.Variasi kemasan baik dari sisi produsen maupun konsumen tetap mempertahankan aspek keoriginalitasnya perlu di pertahankan terutama informasi batas kedaluarsa dari pada produk jajanan tradisionil.
2. Secara umum konsumen menghendaki atribut rasa aroma harga dan warna jajanan tradisionil pudak jubung dan ayas tetap di pertahankan.
VARIATION OF PACKAGING PRODUCTS AND CONSUMER ATTITUDES IN BUYING traditional snacks Gresik
Vira Al-fajr 1) Sri Tjondro Winarno2) Sumartono) Majoring in Agribusiness Faculty of Agriculture
UPN “ Veteran” East Java
ABSTRAC
Indonesian cuisine has so much diversity and each region has different characteristics from one region to another. Traditional snacks such diversity occurs by the various traditions and also characterizes the region, as well as the basic material used. Traditional snacks is an important component in Indonesian culinary heritage. Not only because of the traditional snacks taste good or unique color and appearance, but at certain times of traditional snacks are full of meaning, in addition
to the traditional snack is also the legacy of his predecessors.
Many consumers who consider the ancient traditional snacks are snacks, as produced long ago, but even so traditional snacks are still much in demand by consumers until now. Because traditional snacks are usually purchased for the purpose by the-by, where it is the tradition of Indonesian people who still survive to this day, there is no doubt also that the traditional snacks enthusiasts began to decrease, it is because the shifting consumer appetite for traditional snacks to modern snacks.
Based on the results of research and discussion in the previous chapter describe the
conclusions that can be drawn in this study are:
1.Variasi packaging both in terms of producers and consumers while maintaining aspects need to be maintained primarily keoriginalitasnya limit expired information
of the products of traditional snacks.
2 In general, consumers want the flavor attributes of aroma and color of the price of
traditional snacks and ayas pudak jubung remain on hold.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
membuat skripsi dengan judul “VARIASI KEMASAN PRODUK DAN SIKAP
KONSUMEN DALAM MEMBELI JAJANAN TRADISIONAL GRESIK”.
Penyusunan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pertanian dari Jurusan Agribisnis Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Dalam hal ini penulis menyadari bahwa segala keberhasilan dan kesuksesan tidak terlepas dari
sang Khaliq dan juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis ingin
mengucapkan rasa terima kasih yang sebesarbesarnyakepada : Ir. Sri
Tjondro Winarno, MM selaku dosen pembimbing utama dan Dr.Ir. Sumartono,
SU. selaku dosen pembimbing pendamping yang telah banyak memberikan
pengarahan, motivasi, masukan serta meluangkan waktu dan tenaganya
dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk membimbing penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr.Ir. Eko Nurhadi, MS selaku ketua Jurusan Agribisnis, Fakultas
Pertanian-
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Seluruh keluarga besarku terutama Ayah dan Mama Kakak dan Adek.
3. Febri Trimaksih Untuk Bantuan dan Doa Semangat yang selalu
mendukung ku.
4. Sahabat-sahabatku serta teman-temanku semester VIII Jurusan Agribisnis
yang aku banggakan, dan aku sayangi serta semua pihak terkait yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.
5. Kepada seluruh konsumen roti bolu yang telah bersedia menjadi
responden penulis dengan meluangkan waktu dan memberikan informasi
demi tersusunnya penulisan ini. Namun demikian penulis menyadari
sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu penulis
harapkan kepada pembaca, kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengharapkan
semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
para pembaca umumnya.
Surabaya, Juni 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
1.5. Pembatasan Masalah ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Penelitia Terdahulu ... 5
2.2. Landasan Teori ... 5
2.2.1. Variasi ... 5
2.2.2. Kebutuhan Mencari Variasi ... 6
2.2.3. Jajan Tradisional ... 7
2.2.4. Pengertian Kemasan ... 8
2.2.5. Syarat kemasan ... 10
2.2.6. Fungsi kemasan ... 10
2.2.7. Bahan kemasan ... 12
2.2.8.1. Daya tarik visual ... 13
2.2.8.2. Daya tarik praktis ... 16
2.3. Produk ... 16
2.3.1. Tingkatan dan Klasifikasi Produk ... 18
2.4. Harga ... 22
2.5. Produsen ... 23
2.5.1. Hak dan kewajiban produsen ... 24
2.5.2. Perilaku Produsen ... 24
2.6. Produksi ... 26
2.6.1. Tujuan Produksi ... 26
2.6.2. Tingkatan Produksi ... 27
2.7. Perilaku konsumen ... 28
2.7.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen 29 2.7.1.1. Faktor-faktor Kebudayaan ... 29
2.7.1.2. Factor-faktor Sosial ... 30
2.7.1.3. Pengambilan Keputusan Konsumen ... 32
2.7.1.4. Tahap-tahap Keputusan Konsumen ... 33
2.8. Model Pengambilan Keputusan ... 37
2.9. Kerangka Pemikiran ... 40
III. METODE PENELITIAN ... 43
3.1. Lokasi dan Obyek Penelitian ... 43
3.2. Penentuan Responden ... 43
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 44
3.4. Definisi dan Pengukuran Variabel... 45
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51
4.1. Keadaan Umum Obyek Penelitian ... 51
4.2. Keadaan Umum Jajanan Tradisional ... 53
4.3. Karakteristik Konsumen ... 57
4.4. Variasi Kemasan dan Sikap Kepercayaan Konsumen Jajanan Tradisional Pudak,Jubung,Ayas ditinjau dari sisi Produsen ... 61
4.5. Variasi Kemasan dan Sikap Kepercayaan Konsumen Jajanan Tradisional Pudak,Jubung,Ayas ditinjau dari sisi Konsumen ... 65
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
DAFTAR TABEL
NOMOR HALAMAN
Judul
3.1 Kekuatan Kepercayaan Terhadap Produk Jajanan Pudak, Ayas, dan Jubung ... 49
3.2 Unsur Evaluasi Terhadap Produk Jajanan Pudak, Ayas,Jubung ... 49 3.3 Kekuatan Kepercayaan Terhadap Isi Produk Jajanan Pudak, Ayas,
dan Jubung ... 50 3.4 Unsur Evaluasi Terhadap Isi Produk Jajanan Pudak, Ayas, dan
Jubung ... 50 4.1. komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin dikabupaten Gresik
tahun 2012 ... 52 4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Konsumen Berdasarkan Usia ... 58 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Konsumen Berdasarkan
Jenis Kelamin ... 58 4.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Konsumen Berdasarkan
Status Pernikahan... 59 4.5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Konsumen Berdasarkan
Pendidikan ... 59 4.6. Distribusi Frekuensi Karakteristik Konsumen Berdasarkan
Pekerjaan ... 60 4.7. Distribusi Frekuensi Karakteristik Konsumen Berdasarkan
Pendapatan ... 60 4.8. Hasil Analisis Evaluasi dan Kepercayaan dan Sikap Terhadap
Multiatribut Kemasan Jajan Tradisional Gresik Pudak,Jubung,Ayas
dari sisi Produsen ... 61 4.9. Hasil Analisis Evaluasi dan Kepercayaan dan Sikap Terhadap
Multiatribut Isi Jajan Tradisional Gresik Pudak,Jubung,Ayas
dari sisi Produsen ... 65 4.10.Hasil Analisis Evaluasi dan Kepercayaan dan Sikap Terhadap
dari sisi Konsumen ... 67 4.11. Hasil Analisis Evaluasi dan Kepercayaan dan Sikap Terhadap
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman Judul
2.1. Konsep Produk ... 18
2.2. Proses Pengambilan Keputusan Pembeli ... 34
2.3. Alur kerangka Pemikiran ... 42
4.1. Jajanan Tradisional Gresik Pudak ... 54
4.2. Jajanan Tradisional Gresik Jubung ... 55
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman Judul
1. Kuesioner Bagi Produsen Jajanan Tradisional Gresik Variasi Kemasan Produk dan Selera Konsumen Dalam Membeli Jajanan Tradisional
Kota Gresik ... 78 2. Kuesioner Bagi Konsumen Jajanan Tradisional Gresik Variasi Kemasan
Produk dan Selera Konsumen Dalam Membeli Jajanan Tradisional
Kota Gresik ... 87 3. Tabulasi Kuesioner Terbuka Jajanan Tradisional Gresik Pudak
Dari Sisi Produsen ... 94 4. Tabulasi Kuesioner Terbuka Jajanan Tradisional Gresik Jubung
Dari Sisi Produsen ... 95 5. Tabulasi Kuesioner Terbuka Jajanan Tradisional Gresik Ayas
Dari Sisi Produsen ... 96 6. Evaluasi (ei) Atribut Kemasan Produk Jajanan Tradisional Pudak
Dari Sisi Produsen ... 97 7. Kepercayaan (bi) Atribut Kemasan Produk Jajanan Tradisional Pudak
Dari Sisi Produsen ... 98 8. Evaluasi (ei) Atribut Isi Produk Jajanan Tradisional Pudak
Dari Sisi Produsen ... 99 9. Kepercayaan (bi) Atribut Isi Produk Jajanan Tradisional Pudak
Dari Sisi Produsen ... 100 10. Evaluasi (ei) Atribut Kemasan Produk Jajanan Tradisional Jubung
Dari Sisi Produsen ... 101 11. Kepercayaan (bi) Atribut Kemasan Produk Jajanan Tradisional Jubung
Dari Sisi Produsen ... 102 12. Evaluasi (ei) Atribut Isi Produk Jajanan Tradisional Jubung
13. Kepercayaan (bi) Atribut Isi Produk Jajanan Tradisional Jubung
Dari Sisi Produsen ... 104 14. Evaluasi (ei) Atribut Kemasan Produk Jajanan Tradisional Ayas
Dari Sisi Produsen ... 105 15. Kepercayaan (bi) Atribut Kemasan Produk Jajanan Tradisional Ayas
Dari Sisi Produsen ... 106 16. Evaluasi (ei) Atribut Isi Produk Jajanan Tradisional Ayas
Dari Sisi Produsen ... 107 17. Kepercayaan (bi) Atribut Isi Produk Jajanan Tradisional Ayas
Dari Sisi Produsen ... 108 18. Evaluasi (ei) Atribut Kemasan Produk Jajanan Tradisional Pudak
Dari Sisi Konsumen ... 109 19. Kepercayaan (bi) Atribut Kemasan Produk Jajanan Tradisional Pudak
Dari Sisi Konsumen ... 110 20. Evaluasi (ei) Atribut Isi Produk Jajanan Tradisional Pudak
Dari Sisi Konsumen ... 111 21. Kepercayaan (bi) Atribut Isi Produk Jajanan Tradisional Pudak
Dari Sisi Konsumen ... 112 22. Evaluasi (ei) Atribut Kemasan Produk Jajanan Tradisional Jubung
Dari Sisi Konsumen ... 113 23. Kepercayaan (bi) Atribut Kemasan Produk Jajanan Tradisional Jubung
Dari Sisi Konsumen ... 114 24. Evaluasi (ei) Atribut Isi Produk Jajanan Tradisional Jubung
Dari Sisi Konsumen ... 115 25. Kepercayaan (bi) Atribut Isi Produk Jajanan Tradisional Jubung
Dari Sisi Konsumen ... 116 26. Evaluasi (ei) Atribut Kemasan Produk Jajanan Tradisional Ayas
27. Kepercayaan (bi) Atribut Kemasan Produk Jajanan Tradisional Ayas
Dari Sisi Konsumen ... 118 28. Evaluasi (ei) Atribut Isi Produk Jajanan Tradisional Ayas
Dari Sisi Konsumen ... 119 29. Kepercayaan (bi) Atribut Isi Produk Jajanan Tradisional Ayas
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kuliner Indonesia mempunyai keanekaragaman yang sangat banyak dan
setiap daerah mempunyai ciri yang berbeda antara satu daerah dengan daerah
yang lainnya. Keanekaragaman jajanan tradisional tersebut terjadi karena
beraneka ragamnya tradisi dan juga menjadi ciri khas daerah, serta bahan dasar
yang digunakan. Jajanan tradisional merupakan komponen penting dalam
pusaka kuliner Indonesia. Bukan saja karena jajanan tradisional tersebut enak
rasanya atau unik warna dan penampilannya, tetapi pada saat tertentu jajan
tradisional sangat sarat makna, selain itu jajan tradisional juga merupakan
warisan dari para pendahulunya. (Tiana, 2012).
Banyak konsumen yang menganggap jajanan tradisional merupakan
jajanan kuno, karena diproduksi sudah sejak dahulu, namun walaupun begitu
jajanan tradisional masih banyak diminati oleh konsumen sampai sekarang.
Karena jajanan tradisional biasanya dibeli untuk keperluan oleh-oleh, dimana
hal itu merupakan tradisi orang Indonesia yang masih bertahan sampai saat ini,
tidak dapat dipungkiri pula bahwa peminat jajanan tradisional mulai berkurang,
hal tersebut dikarenakan bergesernya selera konsumen terhadap jajanan
tradisional ke jajanan modern.
Gresik merupakan salah satu daerah di Indonesia yang kaya akan
daerah Gresik, seperti Jubung, Ayas, Pudak, Otak-otak, Bandeng Asap,
Bandeng Presto, dan Nasi Krawu akan tetapi dari semua makanan dan jajanan
tersebut yang paling dikenal konsumen dan masih terjaga tradisionalnya adalah
pudak, jubung, dan ayas. Mayoritas jajanan tradisional masih mempunyai
bentuk produk yang sederhana dan masih dipertahankan sampai sekarang,
termasuk jajanan tradisional Gresik seperti, Pudak, Jubung, dan Ayas. Pada
jajanan tersebut masih terdapat kurangnya variasi maupun inovasi terhadap
rasa, ukuran, dan kualitas. Jajanan tersebut juga mempunyai bahan kemasan
yang masih sederhana, misalnya pada jajanan pudak, kemasannya
menggunakan pelepah pinang yang cara mengemasnya pun dengan cara dijahit
dengan benang.
Kemasan jajanan dibagi menjadi dua macam yaitu kemasan dalam (isi),
kemasan luar terdiri dari atas plastik yang berisi atribut kemasan. Kemasan
suatu produk saat ini mengalami perkembangan dan perubahan yang sangat
pesat, misanylnya, dalam bentuk kemasan, bahan kemasan, komposisi warna
kemasan dan unsur-unsur warna lainnya. Kulit luar produk identik dengan kemasan, “Pembungkus dapat diartikan sebagai kegiatan secara umum dalam
perencanaan barang (Swastha, 1996).
Selama ini kemasan jajanan tradisional kota Gresik tidak mengalami
perubahan yang signifikan, sebagai upaya untuk mencegah kerusakan
produknya, kemasan juga telah menjadi bagian dari gaya hidup dan memberi
nilai tambah, kemasan telah menjadi alat pemasaran sebab peran kemasan bisa
produsen. Produk dengan kemasan tersebut belum tentu memenuhi keinginan
selera konsumen, sehingga dengan memahami sikap dan selera, serta
kepercayaan konsumen sangat perlu dalam mengembangkan usaha.
Sikap (atitudes) konsumen adalah faktor penting yang mempengaruhi
keputusan konsumen. Sikap konsumen sangat terkait dengan konsep
kepercayaan (belief) dan perilaku konsumen (behavior). Konsumen biasanya
memiliki kepercayaan terhadap atribut suatu kemasan. Kepercayaan konsumen
adalah pengetahuan konsumen mengenai suatu objek atributnya, dan
manfaatnya. Kepercayaan konsumen atau pengetahuan konsumen menyangkut
kepercayaan bahwa suatu kemasan memiliki berbagai atribut, dan manfaat dari
berbagai atribut tersebut. Para pemasar perlu memahami atribut dari suatu
kemasan yang diketahui konsumen dan atribut mana yang digunakan untuk
mengevaluasi suatu kemasan produk. (Sumarwan, 2002).
Melihat hal tersebut diatas maka produsen perlu melakukan variasi
terhadap kemasan dan isi produk jajanan tradisional agar mereka bisa
mempertahankan minat pembeli dan bahkan menambah minat pembeli.
Perusahaan atau industri rumahan yang berkecimpung dalam bisnis jajanan
tradisional kota Gresik membutuhkan isi yang lebih inovatif dan juga kemasan
yang sekaligus mampu memberi perlindungan yang baik dan berdaya tahan
tinggi terhadap produk-produknya, tetapi juga harus memiliki daya tarik yang
tinggi terhadap konsumen. Selain itu kemasan jajan tradisional kota Gresik juga
kemasan, daya tarik kemasan dan estetika menjadi tuntutan yang harus dipenuhi
oleh suatu kemasan jajanan tradisional kota Gresik.
Dari permasalahan tersebut, mengenai variasi kemasan yang dilakukan pada produk jajanan tradisional Gresik, maka peneliti mengambil judul “
Variasi Kemasan Produk dan Sikap Konsumen dalam membeli Jajanan Tradisional Gresik”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana variasi kemasan dan sikap kepercayaan konsumen berdasarkan
atribut jajanan tradisional pudak, jubung dan ayas dari sisi produsen?
2. Bagaimana variasi kemasan dan sikap kepercayaan konsumen berdasarkan
atribut jajanan tradisional pudak, jubung dan ayas dari sisi konsumen
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis variasi kemasan dan sikap kepercayaan konsumen berdasarkan
atribut jajanan tradisional pudak, jubung dan ayas.
2. Menganalisis variasi kemasan dan sikap kepercayaan konsumen berdasarkan
atribut jajanan tradisional pudak, jubung dan ayas.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi Penulis
Semoga penelitian ini dapat menambahkan pengetahuan baik teori maupun
praktek di bidang pemasaran (marketing) khususnya mengenai pengaruh
kemasan suatu produk terhadap keputusan konsumen.
Hasil daripada penelitian ini dapat memberikan beberapa informasi yang
mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi produk, dapat memberikan
kontribusi bagi perusahaan dalam menyempurnakan produknya sehingga
dapat memberikan kepuasan pada konsumennya.
3. Bagi Pihak Lain
Kemasan produk ini dapat dijadikan salah satu referensi bagi penelitian lebih
lanjut mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan kemasan produk,
dan dapat lebih dikembangkan lagi.
1.5 Pembatasan Masalah
Penelitian ini terbatas hanya pada produk jajanan tradisional pudak, jubung dan
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Pengambil penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan
perbandingan dan acuan. Selain itu untuk menghindari anggapan kesamaan
dengan penelitian yang akan dilakukan, maka dalam kajian pustaka ini peneliti
mencantumkan hasil-hasil penelitian terdahulu.
Indriastutik (2003) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Kemasan
Produk Kosmetik Terhadap Keputusan Pembelian.” Mengatakan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel tersebut akan tetapi
bahan kemasan dan model kemasan mempunyai pengaruh yang dominan.
Penelitian dilakukan pada jenis produk bedak Sari Ayu dengan sampel dan
populasi mahasiswa Univeristas Brawijaya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh kemasan terhadap keputusan konsumen dalam membeli
suatu produk, dan untuk mengetahui variabel manakah yang paling dominan.
Adapun Santoso (2008) mengatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan dari
kemasan dimensi-dimensi kemasan Nu Green tea terhadap keputusan
pembelian.
Sandhika 2007, menggunakan analisis Chi Square, mengatakan bahwa
antara harga dengan keputusan konsumen terdapat adanya hubungan yang
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Variasi
Menurut Desain, K (2003). Dalam jurnal yang berjudul “consumer
perceptions of product variants positioned on atypical attributes” variasi
produk adalah penawaran dari produsen kepada konsumen melalui beberapa
jenis produk yang berbeda, adapun faktor yang mempengaruhi variasi produk
yaitu, merek yang sudah dikenal, produk dipajang ditempat yang mudah dilihat
dan orientasi konsumen.
Variasi adalah rangkaian yang dapat berkembang secara kontinyu untuk
mencapai profitabilitas tertentu tanpa adanya satu ketergantungan pada satu
macam produk, selain itu bauran produk juga disebut dengan bauran produk
adalah satu set produk dan unit produk yang ditawarkan penjual bagi pembeli.
Aspek kualitas produk, hal yang paling diinginkan oleh setiap perusahaan
adalah dapat menghasilkan produk sesuai dengan spesifikasi dan toleransi yang
diinginkan. Adanya variasi dalam setiap proses dan produk merupakan hal yang
harus diatasi dalam pencapaian target kualitas. Variabel proses dan produk
tersebut dipengaruhi oleh variabel-variabel input proses, sehingga pengendalian
terhadap variabel-variabel input dan pengaruhnya terhadap variasi output proses
dan produk merupakan hal yang penting dalam melakukan minimalisasi variasi.
Menurut Dharmesta (2002) bahwa kebutuhan mencari variasi ini masih
terus terjadi selagi pasar masih banyak ditemukan produk sejenis yang
seimbang dengan produk yang ditawarkan perusahaan. Identifikasi pelanggan
yang suka mencoba produk baru adalah penting bagi pemasar. Mereka biasanya
disebut sebagai penemu yang sangat mendukung keberhasilan sewaktu produk
atau jasa yang baru. Ciri kepribadian sangat penting untuk membedakan antara
konsumen penemu dan bukan penemu.
Menurut Sellyana dan Dharmesta (2002), menyatakan salah satu faktor
bahwa setiap individu ingin mencari variasi yang baru. Beberapa tipe konsumen
yang mencari variasi, mempunyai ciri-ciri:
a. Perilaku beli eksploratori, merupakan keputusan perpindahan merek untuk
mendapatkan pengalaman baru dan kemungkinan alternative yang lebih
baik.
b. Eksploratori yang dilakukan oleh orang lain, merupakan konsumen mencari
informasi tentang suatu layanan yang baru atau alternatif yang berbeda,
kemudian mencoba menggunakannya.
c. Keinovatifan penggunaan, konsumen telah menggunakan dan mengadopsi
suatu produk yang lebih baru dengan teknologi yang lebih tinggi seperti
layanan internet yang teknologinya berubah.
Jajanan tradisional merupakan jajanan khas Indonesia yang diproduksi
sudah sejak dahulu dan merupakan turun menurun yang sudah menjadi
tradisi dan ikon dari setiap daerah di Indonesia. Jajanan tradisional adalah
warisan budaya yang unik dan sering terlupakan, tetapi sesungguhnya cukup
diminati. Meskipun kecil jajanan tradisional adalah bagian dari atribut tradisi
bangsa Indonesia yang perlu dijaga dan dilestarikan.
Salah satu upaya untuk menjaganya adalah dengan mengenal lebih
jauh tentang bagaimana jenis-jenis jajajan tradisional itu, bukan hanya resep,
bahan dasar, cara membuat, cara menyajikan, namun juga cerita dibalik jajan
pasar itu sendiri. Jajan tradisional punya cita rasa yang khas terbuat dari
bahan alami yang tetap layak dan bisa digali lagi untuk dijadikan sebagai
salah satu pelestarian budaya yang menjadi daya tarik wisatawan.
Jajanan tradisional merupakan salah satu komponen penting dalam
pusaka kuliner Indonesia. Bukan saja karena jajanan tradisional enak rasanya
atau unik warna dan penampilannya, melainkan juga karena jajanan
tradisional sangat sarat dengan unsure simbolisme atau perlambangan,
dimasa lalu sangat banyak jajanan tradisional yang mempunyai makna
khusus dan menjadi bagian dalam upacara pelintasan seperti : kehamilan,
kelahiran, ulang tahun dan kematian (Anonim, 1996).
2.2.4 Pengertian Kemasan
Kemasan adalah wadah atau tutup dan selubung sebelah luar. Kemasan
menjamin stabilitas dari produk ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
bahan kemasan primer karena kontak langsung dengan produk baik cair, padat,
semi padat. Bahan kemasan primer adalah bahan kemas yang kontak langsung
dengan bahan yang dikemas produk. Bahan kemas sekunder adalah
pembungkus selanjutnya, biasanya dikenal dengan inner box. Bahan kemasan
primer adalah pembungkus setelah sekunder biasanya berupa out box. Untuk
menjamin stabilitas produk, harus ditetapkan syarat yang sangat tegas terhadap
bahan kemas primer, yang seringkali menyatu dengan seluruh bahan yang
diisikan baik berupa cairan dan semi padat. Bahan kemasan sekunder pada
umumnya tidak berpengaruh terhadap stabilitas. (Kurniawan, 2012).
Menurut Tjiptono (1997), pengemasan (packaging) merupakan proses
yang berkaitan dengan perancangan dan pembuatan wadah (container) atau
pembungkus (wrapper) untuk suatu produk. Wadah suatu pembungkus itulah
yang disebut kemasan. Kemasan mencakup kemasan utama produk, kemasan
yang dibuang ketika produk digunakan, dan kemasan pengiriman yang
diperlukan untuk menyimpan, mengidentifikasi dan mengirim produk.
Menurut Saladin (1996), kemasan adalah wadah atau bungkus. Jadi
beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan kemasan adalah suatu
kegiatan merancang dan memproduksi bungkus suatu barang yang meliputi
desain bungkus dan pembuatan produk tersebut.
Menurut Saladin (1996) wadah atau kemasan terdiri dari :
b. Kemasan tambahan (secondary package) yaitu bahan yang melindungi
kemasan dasar dan dibuang bila produk tersebut digunakan.
c. Kemasan pengiriman (shipping package) yaitu setiap kemasan yang
diperlukan waktu penyimpanan dan pengangkutan.
Menurut Berkowitz dalam Tjiptono (1997) terdapat tiga manfaat dari
pemberian kemasan pada suatu produk, yaitu :
a. Manfaat Komunikasi
Manfaat utama kemasan adalah sebagai media pemberi informasi produk
yang meliputi cara penggunaan produk, komposisi, symbol halal atau telah
uji, dan informasi khusus (efek samping, frekuensi pemakaian yang optimal,
dan sebagainya).
b. Manfaat Fungsional
Kemasan memberikan manfaat fungsional seperti memberikan kemudahan,
perlindungan dan penyimpanan.
c. Manfaat Perseptual
Kemasan bermanfaat menanamkan persepsi tertentu dalam bentuk
konsumen. Contoh : Rinso anti noda diberi kemasan berwarna hijau untuk
memberikan persepsi bahwa produknya higienis.
2.2.5 Syarat Kemasan
Syarat yang harus dipenuhi sebuah kemasan (Assauri, 2004) dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Harus dapat melindungi produk terhadap kerusakan, kehilangan dan
c. Haruslah ekonomis dan praktis bagi kegiatan pendistribusian produk
tersebut. Hal ini dimaksud bahwa perusahaan harus dapat memilih jenis dan
cara pembungkusan dengan tarif biaya yang relatif murah, akan tetapi dapat
memberi kemudahan bagi konsumen untuk membawa dan menyimpannya.
d. Kemasan haruslah memberikan aspek deskriptif, yaitu menunjukkan merek,
kualitas, rasa, dan campuran atau komposisi yang terdapat dalam produk
tersebut.
e. Kemasan hendaklah mempunyai citra dan aspek seni.
2.2.6 Fungsi Kemasan
a. Kemasan Sebagai Perlindungan
Kemasan harus dapat melindungi produk, baik dari pengaruh luar maupun
dari dalam, seperti sinar ultra violet, dan kelembaban, serta harus dapat
melindungi dari pengaruh handling yang tidak benar. Penggunaan bahan
baku yang berkualitas dan handling yang benar merupakan upaya
melindungi produk mulai dari saat dikemas, dikonsumsi hingga tanggal
kadaluarsa atau saat digunakan konsumen.
b. Kemasan sebagai daya tarik
Diperlukan keahlian dalam memadukan peran desain, proses cetak dan
finishing serta proses pembuatan di mesin pengemasan. Bentuk, ukuran,
warna serta jelas dan lengkapnya informasi yang dicetakkan harus dapat
menimbulkan suatu daya tarik yang luar biaya kuat. Penampilan gambar atau
suatu produk. Jadi, kemasan sangat menentukan ketertarikan konsumen
terhadap suatu produk. Jika kemasannya bagus dan menarik, konsumen akan
mengamati lebih detail produk yang ditawarkan tersebut. Bentuk kemasan
juga harus disesuaikan dengan kebutuhan dan harus selalu merupakan
kemasan juga harus disesuaikan dengan kebutuhan dan harus selalu
merupakan produk kreatif dan inovatif serta mengikuti tren yang sedang
berkembang, sehingga dapat tampil beda atau selangkah lebih maju dari
kemasan-kemasan sejenis yang ada.
c. Kemasan sebagai promosi
Secara tidak langsung, pengawasan total suatu kemasan harus dapat
berkomunikasi dengan baik dan menjadi iklan gratis atau promosi
terselumbung bila didisplay di etalase atau pada saat pendistribusiannya.
d. Kemasan sebagai Alat Penandaan
Cetakan yang tertera di kemasan, harus tertulis, terbaca dan terlihat dengan
jelas jenis produk, nama produsen atau pengimpor dan pengedar di
Indonesia, isi / berat, ukuran, cara penggunaannya dan tanda-tanda lainnya
yang diperlukan.
e. Kemasan sebagai Brand Image
Brand Image membuat konsumen atau siapapun yang melihat sepintas suatu
kemasan, dapat segera mengetahui produk yang dikemasnya. Hal ini
dikarenakan adanya suatu ciri unik yang mudah dikenali atau ciri khusus
yang sudah melekat di kemasan produk tersebut sejak lama. (Satyahdi,
2.2.7 Bahan Kemasan
Bahan yang dipergunakan untuk membuat kemasan akan sangat berpengaruh
terhadap desain dan bentuk kemasan yang akan dibuat sekaligus berpengaruh
terhadap kemasan produk yang dikemas, misalnya suatu produk yang berupa
cairan tidak akan aman atau dapat dikemas dalam bentuk, produk-produk yang
tidak tahap terhadap sinar ultra violet, tidak akan baik bila dikemas dalam
plastik atau kaca transparan.
Menurut syarief dan Irawati (1988) membagi kemasan menjadi beberapa
golongan sebagai berikut :
a. Gelas
Mudah pecah, transparan (sehingga tidak cocok untuk produk yang tidak
tahan pada sinar UV)
b. Metal
Biasanya dibuat dari aluminium, kemasan dari logam mempunyai kekuatan
yang tinggi sehingga cocok untuk mengemas produk-produk yang
membutuhkan kemasan yang muat, misalnya : untuk mengemas produk yang
membutuhkan tekanan udara yang cukup untuk pendorong keluarganya
produk tersebut dari kaleng kemasannya.
c. Kertas
kemasan dari kertas ini tidak tahan terhadap kelembaban dan air jadi mudah
rusak, jadi kemasan kertas tidak cocok untuk mengemas produk-produk
d. Plastik
Kemasan ini dapat berbentuk kantung, wadah dan bentuk lainnya seperti
botol kaleng, toples dan kotak. Pengguna plastik sebagai kemasan semakin
luas karena ongkos produksinya relative murah, mudah dibentuk dan
dimodifikasi.
2.2.8 Daya Tarik Kemasan
Daya tarik kemasan sangat penting guna tertangkapnya stimulus oleh
konsumen yang disampaikan ke produsen sehingga diharapkan konsumen
tertarik pada produk tersebut.
Menurut Wirya (1999) daya tarik kemasan dapat digolongkan menjadi
dua yaitu : daya tarik visual dan daya tarik praktis.
2.2.8.1 Daya Tarik Visual
Daya tarik visual mengacu pada penampilan kemasan atau lebel suatu
produk mencakup warna, bentuk, merk, ilustrasi, teks, tata letak (Wirya,
1999)
1. Warna
Warna adalah suatu mutu cahaya yang dapat dipantulkan dari suatu obyek
kemata manusia. Warna terbagi dalam kategori terang (mudah), sedang,
gelap (tua).
a. Untuk identifikasi produk sehingga berbeda dengan produk pesaing
b. Untuk menarik perhatian, warna terang atau cerah akan memantulkan
cahaya lebih jauh dibanding dengan warna gelap.
c. Untuk menimbulkan pengaruh, misalnya untuk meningkatkan selera
konsumen terhadap produk makanan.
d. Untuk mengembangkan asosiasi tertentu terhadap produknya
e. Untuk menciptakan suatu citra dalam mengembangkan produknya
f. untuk menghiasi produk
g. untuk memastikan keterbacaan yang maksimum dalam penggunaan
warna kontras
h. Untuk mendorong tindakan
i. Untuk proteksi terhadap cahaya yang membahayakan
j. Untuk mengendalikan temperatur didalamnya
k. Untuk membangkitkan dalam mode
2. Bentuk
Bentuk kemasan disesuaikan dengan produknya pertimbangan yang
digunakan adalah pertimbangan mekanis, kondisi penjualan, perkembangan
penjualan, pemajangan dan cara penggunaan kemasan tersebut.
a. Bentuk yang sederhana lebih disukai daripada yang rumit
c. Bentuk harus seimbang agar menyenangkan
d. Bentuk bujur sangkar lebih disukai dari pada persegi panjang
e. Bentuk cembung lebih disukai daripada cekung
f. Bentuk harus mudah terlihat dari jarak jauh
3. Merek / logo
Tanda-tanda identifikasi seperti merek dengan logo perusahaan adalah
meningkatkan daya tarik konsumen. Merek atau logo ini dipandang dapat
menaikkan gengsi atau status seorang pembeli.
Syarat-syarat logo yang baik adalah :
a. mengandung keaslian
b. mudah dibaca atau diucapkan
c. mudah diingat
d. sederhana dan ringkas
e. tidak mengandung konotasi yang negatif
f. tidak sulit digambarkan
4. Ilustrasi
Merupakan alat komunikasi sebuah kemasan bahasa universal yang dapat
menembus rintangan perbedaan bahasa. Ilustrasi ini termasuk fotografi dan
gambar-gambar untuk menarik konsumen.
Topografi adalah teks pada kemasan yang berupa pesan-pesan kita untuk
menjelaskan produk yang ditawarkan sekaligus menyerahkan konsumen
untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan harapan produsen.
6. Tata letak
Tata letak adalah paduan semua unsure grafis meliputi warna, bentuk,
merek, ilustrasi, topografi, menjadi suatu kesatuan baru yang disusun dan
ditempatkan pada halaman kemasan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pengaturan tata letak adalah :
a. keseimbangan
b. Titik pandang dengan menjadikan satu unsur yang paling menarik
c. Perbandingan Ukuran yang serasi
d. Tata urutan alur keterbatasan yang sesuai
2.2.8.2 Daya Tarik Praktis
Daya tarik praktis ini merupakan efektifitas efisiensi suatu kemasan
yang ditujukan kepada konsumen maupun distributor atau pengecer.
Daya tarik kemasan menurut (Wirya, 1999) antara lain :
a. kemasan yang menjamin dapat melindungi produk
b. kemasan yang mudah dibuka atau ditutup kembali untuk disimpan
c. kemasan dengan porsi yang sesuai
d. kemasan yang dapat digunakan kembali
f. Kemasan yang memudahkan pemakaian dalam menghabiskan dan
mengisinya kembali.
2.3 Produk
Pengertian produk menurut Kotler (2005) yaitu, segala sesuatu yang dapat
ditawarkan untuk memuaskan suatu hubungan dan keinginan konsumen.
Sedangkan Tjiptono (1997) menyatakan bahwa pengertian produk adalah
merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada seluruh pasar untuk
dipertahankan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai
pemenuhan kebutuhan atau keinginan yang bersangkutan secara lebih
terperinci.
Dari pendapatan diatas disimpulkan bahwa produk adalah suatu bentuk
penawaran kepada calon pelanggan mengenai suatu barang dan yang dapat
memenuhi kebutuhan mereka.
Menurut Tjiptono (1997) dalam merencanakan penawaran atau produk
terdapat lima tingkat produk yang meliputi :
1. Produk utama atau inti (core benefit), yaitu manfaat yang sebenarnya
dibutuhkan dan akan dikonsumsi oleh pelanggan dari setiap produk.
2. Produk generik, yaitu produk dasar yang mampu memenuhi fungsi produk
yang paling dasar (rancangan produk minimal agar dapat berfungsi)
3. Produk harapan yaitu, produk formal yang ditawarkan dengan berbagai
atribut dan kondisinya secara normal (layak) diharapkan dan disepakati
4. Produk pelengkap yakni berbagai atribut produk yang dilengkapi atau
ditambahi berbagai manfaat dan layanan, sehingga dapat memberikan
tambahan kepuasan dan bisa dibedakan dengan produk pesaing.
5. Produk potensial yaitu, segala macam tambahan dan perubahan yang
mungkin dikembangkan untuk suatu produk dimasa mendatang.
Konsep produk meliputi barang, kemasan, lebel, merek, pelayanan dan
jaminan seperti terlihat pada gambar 2.1
KONSEP PRODUK
Gambar 2.1 Konsep produk (Tjiptono 1997) BARANG
KEMASAN
MEREK
LABEL
PELAYANAN
BARANG BARANG
2.3.1 Tingkatan dan Klasifikasi Produk
Menurut Tjiptono (1997) untuk merencanakan produk apa yang hendak
ditawarkan kepasar, para pemasar perlu memahami lima tingkatan produk,
yaitu :
1. Produk Inti
Produk inti yaitu manfaat inti yang dicari konsumen ketika mereka membeli
suatu produk. Jadi, ketika merancang produk terlebih dahulu pemasar harus
menetapkan inti manfaat yang diberikan produk bagi konsumen.
2. Produk Generik
Produk generik yaitu produk yang dirancang untuk memenuhi fungsi dasar
dari produk tersebut.
3. Produk Harapan
Produk harapan yaitu produk yang ditawarkan dengan berbagai atribut dan
layak untuk dibeli. Produk ini mempunyai lima karakteristik yaitu, merek,
mutu, desain kemasan dan sifat.
4. Produk Pelengkap
Produk pelengkap yaitu berbagai atribut produk yang dilengkapi atau
ditambah dengan berbagai manfaat atau layanan, sehingga dapat
memberikan tambahan kepuasan dan bisa dibedakan dengan produk pesaing.
5. Produk potensial
Produk potensial yaitu segala macam tambahan dan perubahan yang
ragam produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan menurut perusahaan
untuk mengklasifikasikan produk-produk tersebut agar memudahkan
perusahaan dalam menentukan strategi pemasaran yang tepat untuk setiap
jenis produknya.
Menurut Tjiptono (1997), produk dibagi menjadi dua kelas besar menurut
jenis konsumen yang menggunakannya, yaitu :
a. produk konsumen
produk konsumen merupakan produk yang dibeli konsumen akhir
(individu dan rumah tangga) untuk dikonsumsi pribadi. Produk konsumen
diklasifikasikan lagi berdasarkan cara konsumen membeli yakni :
1. Produk sehari-hari (convenience goods) yaitu produk dan jasa
konsumen yang biasanya sering dan cepat dibeli oleh pelanggan dan
disertai dengan usaha yang sedikit dalam membandingkan dan
membeli. Contohnya sabun, deterjen, bahan kebutuhan pokok.
2. Produk Shopping (shopping product) yaitu produk atau jasa yang
jarang dibeli konsumen, sehingga pelanggan perlu membandingkan
kecocokan kualitas, harga, dan gayanya dengan cermat. Ketika
membeli produk dan jasa ini, konsumen menghabiskan waktu dan
tenaga yang cukup besar dalam mengumpulkan informasi dan
membuat perbandingan, contohnya : perabotan, pakaian dan peralatan
rumah tangga.
3. Produk special (specialty goods) adalah produk yang memiliki
konsumen bersedia usaha untuk membelinya. Contohnya; mobil,
peralatan fotografi, dan barang elektronik.
4. Produk yang tidak dicari (unsought product) yaitu produk konsumen
dimana keberadaannya tidak diketahui atau jika diketahui oleh
konsumen pun tidak berfikir oleh mereka untuk membelinya. Sebagai
besar inovasi baru yang paling tidak dicari sampai konsumen
menyadarinya lewat iklan. Contohnya pendeteksi asap.
b. Produk Industri
Produk industri merupakan produk yang dibeli untuk pemerosesan lebih
lanjut atau penggunaan yang terkait dengan bisnis. Jadi, perbedaan produk
konsumen dan produk industri didasarkan pada tujuan dibelinya produk
tersebut. Tiga kelompok meliputi :
1. Bahan dan suku cadangan
2. Yang tergolong kelompok ini adalah barang-barang yang seluruhnya tau
sepenuhnya masuk kedalam produk jadi. Kelompok ini masih dapat
diperinci menjadi dua kelas yaitu, bahan baku serta bahan jadi dan suku
cadang.
3. Barang Modal
Barang modal merupakan barang-barang tahan lama (long lasting) yang
memberikan kemudahan dalam mengembangkan atau mengelola produk
jadi. Barang modal dibagi dua kelompok yaitu, instansi dan peralatan
4. Perlengkapan dan jasa
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah barang-barang yang tidak
tahan lama (short lasting) dan jasa yang memberikan kemudahan dalam
mengembangkan atau mengelola keseluruhan produk jadi.
Sedangkan berdasarkan berwujud tidaknya, produk dapat dibedakan
menjadi dua kelompok utama:
a. Barang
Barang merupakan produk berwujud fisik, sehingga dapat dilihat, diraba,
dirasa, dipegang, dipindahkan, dan diperlukan fisik lainnya. Ditinjau dari
aspek daya tahannya, terdapat dua macam barang, yaitu :
1. Barang tidak tahan lama (nondurable goods)
Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis
dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian.
2. Barang tahan lama (durable goods)
Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya bisa
bertahan lama dengan banyak pemakaian.
b. Jasa
2.4 Harga
Menurut Kotler dan Amstrong, 2001. Harga adalah sejumlah uang yang
dibebankan atas suatu produk atau jasa atau jumlah dari nilai yang ditukar
konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk
atau jasa tersebut.
Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan
para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peran informasi.
1. peran alokasi dan harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli
untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang
diharapkan berdasarkan daya belinya, dengan demikian adanya harga dapat
membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasinya daya
belinya pada berbagai jenis barang dan jasa.
2. Peranan informasi dari harga yaitu, fungsi harga dalam mendidik konsumen
mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat
dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor
produk atau manfaatnya secara obyektif. Persepsi yang sering berlaku adalah
bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi.
Adapun empat tujuan penetapan harga yaitu terdiri dari :
2. Peranan informasi dari harga yaitu, fungsi harga dalam mendidik konsumen
mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat
dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor
produk atau manfaatnya secara obyektif. Persepsi yang sering berlaku adalah
Adapun empat tujuan penetapan harga yaitu terdiri dari :
1. Tujuan berorientasi pada laba
Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu
memilih harga yang dapat menghasilkan laba paling tinggi. Tujuan ini
dikenal dengan istilah maksimalasi laba.
2. Tujuan berorientasi pada volume
Harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume
penjualan.
3. Tujuan berorientasi pada citra
Cita (image) suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan
harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau
mempertahankan citra prestisius.
4. Tujuan Stabilitas harga
Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, beliau
suatu perusahaan menurunkan pula harga merek.
5. Tujuan-tujuan lainnya
Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing,
mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau
2.5 Produsen
Produsen dalam ekonomi adalah orang yang menghasilkan barang dan
jasa untuk dijual atau dipasarkan. Orang yang memakai atau memanfaatkan
barang dan jasa hasil produksi untuk memenuhi kebutuhan adalah konsumen.
Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai
guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat
dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanpa
mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah
daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan
produksi barang. Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk
mencapai kemakmuran. Kemakmuran dapat tercapai jika tersedia berang dan
jasa dalam jumlah yang mencukupi. Pramayudha, H. (2011).
2.5.1 Hak dan Kewajiban Produsen
Hak Produsen antara lain :
1. Hak untuk menerima uang pembayaran sesuai dengan kesepakatan
2. Hak untuk menuntut konsumen apabila terjadi penipuan alat pembayaran
3. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dan pembelaan apabila produk
yang dijuak tidak terbukti berdampak negative.
Kewajiban produsen antara lain :
1. Memberikan informasi yang benar dan sesuai dengan keadaan produk
3. Memberikan jaminan kepada konsumen bahwa produk yang ditawarkan
merupakan produk yang aman dan layak untuk dikonsumsi
4. Memberikan ganti rugi apabila produk yang dijual berdampak negatif bagi
konsumen.
2.5.2 Perilaku Produsen
Shirou P. (2013) perilaku produsen adalah kegiatan pengaturan produksi
sehingga produk yang dihasilkan bermutu tinggi sehingga bisa diterima di
masyarakat dan menghasilkan laba. Seorang produsen mempunyai satu
masalahpokok, yaitu bagaimana dengan sumber daya yang terbatas mereka
dapat mencapai hasil yang optimal atau keuntungan yang besar. Oleh karena itu
laba adalah suatu ukuran keberhasilan bagi produsen. Seorang produsen
dituntut untuk bisa membandingkan antara pengorbanan yang dilakukan dengan
hasil yang didapat. Berikut ini adalah beberapa contoh perilaku produsen.
1. Mencari keuntungan dengan pemakaian modal seminimal mungkin tapi
dengan hasil semaksimal mungkin.
2. Mematok biaya produksi berdasarkan tingkat harga barang modal
3. Member potongan harga kepada konsumen yang membeli produk dalam
jumlah banyak
4. Tidak hanya menghasilkan barang atau jasa yang sesuai kebutuhan tetapi
juga sesuai trend pasar saat ini
5. Member diskon besar-besaran untuk produksi yang sudah alam mereka
6. Produsen juga mengadaptasi isu global atau keadaan sosial yang sedang
terkenal saat itu untuk memasarkan barang atau jasa yang mereka jual.
Perilaku produsen dilakukan semata-mata agar tidak merugikan produsen
namun juga tidak memberatkan konsumen. Dengan demikian daya konsumsi
akan stabil karena antara konsumen maupun produsen sama-sama saling
membutuhkan.
Perilaku produsen dalam kegiatan perekonomian :
1. bagi masyarakat : tanggung jawab sosial produsen kepada masyarakat
2. Bagi pemerintah : produsen merupakan partner untuk menjalankan tugas
pemerintah dalam mewujudkan tatanan masyarakat.
Perilaku produsen dalam kegiatan produksi :
1. Perencanaan : Faktual dan realistis, logis dan rasional, fleksibel, komitmen,
komprehensif
2. Pengorganisasian : dalam pengorganisasian ini rencana dilakukan dalam
sebuah dengan cara mengkoordinasi.
3. Pengarahan : suatu cara agar produsen bisa melakukan rencana dengan baik
atau rencana bisa terwujud.
2.6 Produksi
Produksi adalah kegiatan yang menciptakan, mengolah, mengupayakan
pelayanan, menghasilkan barang dan jasa atau usaha untuk meningkatkan suatu
benda agar menjadi lebih berguna bagi kebutuhan manusia. Orang atau badan
yang mengolah, menciptakan, dan menghasilkan barang atau jasa disebut
sebagai produsen.
2.6.1 Tujuan Produksi
Menurut Maulana P. (2013) berikut ini adalah beberapa tujuan produksi :
1. Memenuhi kebutuhan manusia. Manusia memiliki beragam kebutuhan
terhadap barang dan jasa yang harus dipenuhi dengan kegiatan produksi.
2. Mencari keuntungan atau laba. Dengan memproduksi barang dan jasa,
produsen (orang yang memproduksi) berharap bisa menjualnya dan
memperoleh laba sebanyak-banyaknya.
3. Menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Dengan memproduksi barang dan
jasa, produsen akan memperoleh pendapatan dan laba dari penjualan
produknya, yang dapat digunakan untuk menjaga kelangsungan hidup
perusahaan termasuk kehidupan para karyawan.
4. Meningkatkan mutu dan jumlah produksi. Produsen selalu berusaha
memuaskan keinginan konsumen. Dengan berproduksi, produsen mendapat
kesempatan melakukan uji coba (eksperimen) untuk meningkatkan mutu
5. mengganti barang-barang yang aus dan rusak karena dipakai atau karena
bencana alam. Semua itu diganti dengan cara memproduksi barang yang
baru.
6. Memenuhi pasar dalam negeri dan luar negeri
7. Meningkatkan kemakmuran
8. Memperluas lapangan usaha
Produksi dapat digolongkan menjadi beberapa bidang :
1. Produksi ekstraktif adalah produksi yang memungut langsung hasil yang
disediakan alam tanpa melakukan pengolahan lebih lanjut.
Seperti : pertambangan, penangkapan ikan, dan lain-lain
2. Produksi agraris adalah produksi yang mengolah alam untuk memelihara
tanaman dan hewan. Seperti : pertanian, perkebunan, peternakan, dan
lain-lain.
3. Produksi industry
2.6.2 Tingkatan Produksi
Produksi dapat dibagi dalam beberapa tingkat atau tahap sebagai berikut :
1. Produksi primer, adalah produksi yang menghasilkan bahan-bahan dasar
yang bisa langsung dikonsumsi atau yang akan digunakan dalam proses
produksi selanjutnya. Bidang produksi ekstraktif dan agraris merupakan
2. Produksi sekunder, adalah produksi yang mengolah bahan-bahan dasar yang
dihasilkan oleh tingkat produksi primer. Bidang produksi industri merupakan
produksi tingkat sekunder.
3. Produksi Tersier, adalah produksi yang bersifat memperlancar proses
produksi dan menyalurkan hasil produksi. Bidang produksi perdagangan dan
jasa merupakan produksi tingkat tersier.
2.7 Perilaku Konsumen
Pemahaman mengenai perilaku konsumen merupakan kunci kesuksesan bagi
para pemasar. Para pemasar membutuhkan informasi yang handal mengenai
para konsumennya dan keterampilan khusus untuk menganalisis dan
menginterpretasikan informasi tersebut. Kebutuhan berkontribusi pada
pengembangan perilaku konsumen sebagai bidang studi spesifik dalam
pemasaran.
Sejauh ini terdapat definisi spesifik mengenai perilaku konsumen menurut beberapa pakar dalam buku “Pemasaran Jasa” (Tjiptono, 2007) diantaranya
sebagai berikut :
1. Perilaku konsumen adalah aktivitas-aktivitas individu dalam pencarian,
pengevaluasian, pemerolehan, pengonsumsian, dan penghentian pemakaian
barang dan jasa (Craig-Less, Joy & Browne, 1995 dalam Tjiptono. 2007).
2. Perilaku konsumen adalah studi mengenai proses-proses yang terjadi saat
individu atau kelompok menyeleksi, membeli, menggunakan, atau
memuaskan keinginan dan hasrat tertentu (Solomon, 1999, dalam Tjiptono.
2007).
3. Perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen dalam
mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghentikan
konsumsi produk, jasa dan gagasan (Schiffman dan Kanu, 2000, dalam
Tjiptono, 2007).
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, secara ringkas dapat dikatakan
bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
individu, kelompok, atau organisasi yang hubungan dengan proses pengambilan
keputusan dalam mendapatkan atau menggunakan barang-barang serta jenis
jasa ekonomi yang dapat dipengaruhi lingkungan.
2.7.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
Keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan,
sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli. Sebagian besar adalah faktor-faktor
yang tidak dapat dikendalikan oleh pemasar, tetapi harus benar-benar
2.7.1.1 Faktor-faktor kebudayaan
a. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan
dan perilaku seseorang. Bila makhluk lainnya bertindak berdasarkan
naluri, maka perilaku manusia umumnya dipelajari. Seorang anak yang
sedang tumbuh mendapatkan seperangkat nilai, persepsi, perfernsi dan
perilaku melalui proses sosialisasi yang melibatkan keluarga dan
lembaga-lembaga sosial penting lainnya.
b. Sub Budaya
Setiap kebudayaan terdiri dari sub- budaya yang lebih kecil yang
memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para
anggotanya.
c. Kelas Sosial
Kelas-kelas sosial adalah kelompok-kelompok yang relative homogeny
dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki
dalam keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa.
2.7.1.2 Faktor-faktor Sosial
1. Kelompok Referensi
Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang
mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap
atau perilaku seseorang. Beberapa diantaranya adalah
seperti keluarga, teman, tetangga, dan teman sejawat.
Kelompok-kelompok sekunder, yang cenderung lebih resmi dan yang mana interaksi
yang terjadi kurang berkesinambungan. Para pemasar berusaha
mengidentifikasi kelompok-kelompok referensi dari konsumen sasaran
mereka. Orang umumnya sangat dipengaruhi oleh kelompok referensi
mereka pada tiga cara yaitu :
a. Kelompok referensi memperlihatkan pada seseorang perilaku dan gaya
hidup baru.
b. Mereka juga mempengaruhi sikap dan konsep jati diri seseorang
karena orang tersebut umumnya ingin menyesuaikan diri.
c. Mereka menciptakan tekanan untuk menyesuaikan diri yang dapat
mempengaruhi pilihan produk dan merek seseorang.
2. Keluarga
Kita dapat membedakan antara dua keluarga dalam kehidupan pembeli,
yaitu :
a. Keluarga Orientasi, yang merupakan orang tua seseorang. Dari orang
tualah seseorang mendapatkan pandangan tentang agama, politik,
ekonomi dan merasakan ambisi pribadi nilai atau harga diri dan cinta.
b. Keluarga prokreasi yaitu pasangan hidup anak-anak seseorang
keluarga merupakan organisasi pembeli dan konsumen yang paling
penting dalam suatu masyarakat dan telah diteliti secara intensif.
Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya,
keluarga, klub, organisasi. Posisi seseorang dalam setiap kelompok
dapat di identifikasikan dalam peran dan satatus.
3. Faktor Pribadi
a. Umum dan Tahapan Dalam Siklus Hidup
Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga,
beberapa penelitian terakhir telah mengidentifikasi tahapan-tahapan
dalam siklus hidup psikologis. Orang-orang dewasa biasanya
mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka
menjalani hidupnya.
b. Pekerjaan
Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja
yang memiliki minat diatas rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu.
c. Keadaan Ekonomi
yang dimaksud dengan keadaan ekonomi seseorang adalah terdiri dari
pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkatannya, stabilitas, dan
polanya), tabungan dan hartanya, kemampuan untuk meminjam dan
sikap terhadap mengeluarkan lawan menabung.
d. Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan
oleh kegiatan, minat dan pendapatan seseorang. Gaya hidup
dengan lingkungan. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu dibalik
kelas sosial seseorang.
e. Kepribadian dan Konsep Diri
Yang dimaksud dengan kepribadian adalah karakteristik psikologis
yang berbeda dari setiap orang yang memandang terhadap lingkungan
yang relative konsisten. Kepribadian dapat merupakan suatu variabel
yang sangat berguna dalam menganalisis perilaku konsumen.
4. Faktor-Faktor Psikologis
a. Motivasi
Beberapa kebutuhan bersifat biogenik, kebutuhan ini timbul dari suatu
keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa lapar, rasa haus, rasa tidak
nyaman. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lain bersifat psikogenik
yaitu kebutuhan yang timbul dari keadaan fisiologis tertentu, seperti
kebutuhan untuk diakui kebutuhan harga diri atau kebutuhan diterima
(Nugroho, 20003).
2.7.1.3 Pengambilan Keputusan Konsumen
Amirullah (2003) mendefinisikan pengambilan keputusan adalah suatu
proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternatif sesuai dengan
kepentingan-kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu pilihan yang
2.7.1.4 Tahap-Tahap Keputusan Konsumen
Tugas pemasar adalah memahami perilaku pembeli pada tiap-tiap
tahap dan pengaruh apa yang bekerja dalam tahap-tahap tersebut. Pendirian
orang lain, faktor situasi tidak diantisipasi, dan resiko yang dirasakan dapat
mempengaruhi keputusan pembelian, demikian pula tingkat kepuasan pasca
pembelian konsumen dan tindakan pasca pembelian di pihak perusahaan.
Pelanggan yang puas akan terus melakukan pembelian, pelanggan yang tidak
puas akan menghentikan pembelian produk yang bersangkutan dan
kemungkinan akan menyebarkan berita tersebut pada teman-teman mereka
pada semua tingkat dalam proses pembelian (Nugroho, 2013)
Proses pembelian yang spesifik terdiri dari urutan kejadian berikut :
pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian
MENGENALI KEBUTUHAN
PENCARIAN ALTERNATIF
EVALUASI ALTERNATIF
KEPUTUSAN MEMBELI
Gambar 2.2 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian (Nugroho, 2013)
Gambar 2.2 nampak bahwa konsumen melewati kelima tahap seluruhnya
pada setiap pembelian. Namun dalam pembelian yang lebih rutin, konsumen
seringkali melompati atau membalik beberapa tahap ini. Seseorang wanita
yang membeli pasta gigi merek yang sudah biasa akan mengenali kebutuhan
dan langsung ke keputusan pembelian, melompati tahap pencarian informasi
dan evaluasi. Model tersebut menunjukkan semua pertimbangan untuk
muncul ketika konsumen menghadapi situasi membeli yang kompleks dan
baru. Secara rinci tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pengenalan Masalah
Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah
kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi
sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat
disebabkan oleh rangsangan internal dalam kasus pertama dari kebutuhan
normal seseorang, yaitu rasa lapar atau dahaga. Atau suatu kebutuhan
dapat timbul karena disebabkan rangsangan eksternal seseorang yang
melewati sebuah toko roti dan melihat roti yang baru selesai dibakar
dapat merangsang rasa lapar.
2. Pencarian Informasi
Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk
mencari informasi lebih banyak, kita dapat membedakan dua tingkat yaitu
keadaan tingkat pencarian informasi yang sedang-sedang saja yang
dimana ia mencari bahan-bahan bacaan, menelpon teman-temannya, dan
melakukan kegiatan mencari-mencari untuk mempelajari yang lain.
Salah satu faktor kunci bagi pemasar adalah sumber-sumber informasi
utama yang dipertimbangkan oleh konsumen dan pengaruh relatif dari
masing-masing sumber terhadap keputusan-keputusan membeli.
Sumber-sumber informasi konsumen dapat dikelompokkan menjadi empat
kelompok :
a. sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan
b. Sumber komersil : iklan, tenaga penjualan, penyalur, kemasan dan
pameran.
c. sumber umum : media massa, organisasi konsumen
d. Sumber pengalaman : pernah menangani, menguji, menggunakan
produk
3. Evaluasi Alternatif
Ada beberapa proses evaluasi keputusan, kebanyakan model dari proses
evaluasi konsumen sekarang bersifat kognitif, yaitu mereka memandang
konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk berdasarkan
pada pertimbangan yang sadar dan rasional.
a. Keputusan Membeli
Kepada tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi terhadap
merek-merek yang terdapat pada perangkat pilihan. Konsumen juga
walaupun demikian dua faktor dapat mempengaruhi tujuan membeli dan
keputusan membeli.
b. Perilaku sesudah membeli
sesudah pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan konsumen akan
mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen
tersebut juga akan terlibat dalam tindakan-tindakan sesudah pembelian
dan penggunaan produk yang akan menarik minat pemasar.
c. keputusan tentang merek
konsumen harus mengambil keputusan tentang merek mana yang akan
diambil. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui bagaimana
konsumen memilih sebuah merek.
d. Keputusan tentang penjual
Konsumen harus mengambil keputusan tentang apa saja yang akan dibeli.
Dalam hal ini produsen, pedagang besar, dan pengecer harus mengetahui
bagaimana konsumen memilih penjual tertentu.
e. Keputusan jumlah produk
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk
yang akan dibelinya pada suatu saat. Dalam hal ini produsen
mempersiapkan banyak produk yang sesuai dengan keinginan yang