ANALISIS KERAGAMAN DAN KERAGAAN PLASMA
NUTFAH RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.) DI
INDONESIA
KUSWANDI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Keragaman dan Keragaan Plasma Nutfah Rambutan (Nephelium lappaceum L.) di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Kuswandi
RINGKASAN
KUSWANDI. Analisis Keragaman dan Keragaan Plasma Nutfah Rambutan (Nephelium lappaceum L.) di Indonesia. Dibimbing oleh SOBIR dan WILLY BAYUARDI SUWARNO.
Indonesia merupakan pusat keragaman rambutan dan kerabatnya, sehingga sumber daya genetiknya sangat besar. Sampai saat ini masih banyak aksesi lokal yang belum teridentifikasi secara lengkap. Upaya pengembangan varietas rambutan memerlukan informasi terkait dengan karakter morfologi, keunggulan aksesi, dan fenologi pembungaan, sementara ketersediaan informasi tersebut masih sangat terbatas. Studi fenologi pembungaan diperlukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan dalam menginisiasi pembungaan.
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan (KP) Aripan dan KP Subang Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu) Tropika, KP Cipaku Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat, dan Kabupaten 50 Kota Sumatera Barat dari bulan Juni 2013 sampai Februari 2014. Bahan tanaman yang digunakan adalah 33 aksesi rambutan, baik yang dikoleksi di kebun percobaan maupun yang tumbuh di alam. Aksesi-aksesi rambutan tersebut adalah Korong Gadang, Tangkue, Garuda, Pirba, Bariah, Antalagi, Gula batu, Sukowono, Rapiah, Binjai, Lebak bulus, Padang Bulan, Sinyonya, Kalimantan, Padang, Lekong, Walahar, Simacan, Aceh Medan, Lebak Bulus Kuning, Gendut Kair, Sibabat, Aceh Gundul, Cianjur, Lokal Subang, Aceh Kuning, Aceh Gendut, Aceh Gendong, Aceh SKWL, Kering Manis, Kapulasan Mungo 01, Kapulasan Mungo 02,dan Kapulasan Cipaku.
Analisis gerombol berdasarkan 29 karakter morfologi pada 33 aksesi rambutan berhasil memisahkan antar spesies rambutan (Nephelium lappaceum) dengan kapulasan (Nephelium ramboutan-ake) dengan koefisien ketidakmiripan 55%.
Aksesi rambutan terbagi dua, yaitu kelompok IIa dan IIb. Kedua kelompok mempunyai ketidakmiripan sebesar 49.43%. Kelompok IIa memiliki karakter bentuk tajuk oblong, bentuk daun obovate, dan bentuk buah lonjong terdiri dari aksesi Kering Manis, Lokal Subang, dan Sinyonya. Kelompok IIb terdiri dari 26 aksesi lainnya memiliki karakter bentuk tajuk spherical,semicircular,broadly
pyramidal, bentuk daun elliptic, dan bentuk buah ovoid, bulat, dan lonjong
Karakter yang berkorelasi dengan bobot per buah adalah bobot kulit, bobot biji dan bobot aril. Model regresi linier berganda yang berisi karakter panjang anak daun (X1), jumlah tandan per cabang (X2), lebar tandan (X3), lebar buah (X4),
bobot per buah (X5), dan bobot aril (X6) dapat menjelaskan keragaman edible
portion sebesar 85%.
Lokasi penanaman yang berbeda menunjukkan perbedaan dalam waktu inisiasi pembungaan pada rambutan. Inisiasi pembungaan ternyata tidak terkait dengan curah hujan.
Aksesi Kering Manis memiliki potensi yang cukup tinggi untuk dikembangkan karena memiliki kerapatan tandan rapat, rasa manis, edible portion sedang dan berkulit tebal.
Kata kunci: aksesi, plasma nutfah, karakter morfologi, dendrogram, biplot, edible
SUMMARY
KUSWANDI. Ethanolic Extract of Eugenia polyantha Leaves and Its Fraction KUSWANDI. Analysis of Diversity and Performance of Rambutan (Nephelium
lappaceum L.) Germplasm in Indonesia. Supervised by SOBIR and WILLY
BAYUARDI SUWARNO.
Indonesia is a center of diversity of rambutan and its relatives. Until recently, there are many local accessions that have not been identified and are spread throughout the country. Rambutan varieties development efforts require information related to morphological characters, superiority of accession, and phenology of flowering, while the availability of these information is still very limited. Flowering phenology studies are needed to identify the factors that play a role in flowering initiation.
The research was conducted at the Aripan Experimental Station (KP), KP Subang of the Indonesian Tropical Fruit Research Institute, KP Cipaku-West Java of the Assessment Institute for Agricultural Technology (AIAT) and District 50 Kota West Sumatra from June 2013 to February 2014. The plant material was 33 rambutan accessions, which were collected in the experimental garden or growing in nature. Rambutan accessions are Korong Gadang, Tangkue, Garuda, Pirba, Bariah, Antalagi, Gula Batu, Sukowono, Rapiah, Binjai, Lebak Bulus, Padang Bulan, Sinyonya, Kalimantan, Padang, Lekong, Walahar, Simacan, Aceh Medan, Lebak Bulus Kuning, Gendut Kair, Sibabat, Aceh Gundul, Cianjur, Lokal Subang, Aceh Kuning, Aceh Gendut, Aceh Gendong, Aceh SKWL, Kering Manis, Kapulasan Mungo 01, Kapulasan Mungo 02, and Kapulasan Cipaku.
The results showed that clusters analysis based on 29 morphological characters in 29 accessions of rambutan (N lappaceum) and 4 accessions of kapulasan (N ramboutan-ake) can separate these two species at a dissimilarity level of 55%.
From the 29 accessions tested, rambutan can be separated into two groups (IIa and IIb) at the level of dissimilarity of 49.43%. Group IIa had characteristics of oblong canopy, obovate leaf shape, oval fruit shape and consisted of Kering Manis, Local Subang, and Sinyonya accessions. Group IIb consisted of 26 other accessions that have spherical, semicircular, broadly pyramidal crown shape,ovoid, round, and oval fruit shape.
The characters that are positively correlated with fruit weight are weight of rind, weight of seed and weight of aryl. A linear regression model consisting of six characters can explain 85% of edible portion variables.
The period of flowering initiation in rambutan were different at each site and not associated with the level of rainfall.
Kering Manis accession has higher potential for breeding than the others because it has clusters dense, sweet taste, moderate edible portion, and thick rind. Keywords: accession, germplasm, morphological characters, dendrogram, biplot,
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada
Program Studi Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman
ANALISIS KERAGAMAN DAN KERAGAAN PLASMA
NUTFAH RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.) DI
INDONESIA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat-Nya sehingga tesis yang berjudul Analisis Keragaman dan Keragaan Plasma Nutfah Rambutan di Indonesia ini berhasil diselesaikan..
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof Dr Ir Sobir, MSi dan Dr Willy Bayuardi Suwarno, SP MSi selaku komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan dan saran selama penelitian sampai selesainya tesis ini.
2. Prof Dr Muhamad Syukur, SP MSi sebagai dosen penguji luar komisi pada ujian tesis atas masukan dan arahannya untuk perbaikan tesis.
3. Dr Ir Yudiwanti Wahyu EK, MS sebagai dosen penguji perwakilan dari program studi Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman pada ujian akhir tesis atas masukan dan arahannya untuk perbaikan tesis.
4. Kepala Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian atas dukungan beasiswa selama penulis melaksanakan studi di Sekolah Pasca Sarjana IPB. 5. Kepala Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hortikultura Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian atas dukungan beasiswa, fasilitas dan sumber daya lainnya selama penulis melaksanakan studi di IPB Bogor.
6. Kepala Kebun Percobaan (KP) Aripan dan Kepala KP Subang Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Kepala KP Cipaku Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat.
7. Kepala Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB yang telah mengijinkan untuk melakukan karakterisasi buah rambutan di laboratorium PKHT.
8. Seluruh staf pengajar Program Studi Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman atas ilmu dan pengetahuan yang diberikan selama penulis mengikuti perku liahan.
9. Nenek Tirat (Kapulasan Mungo 01), Uni Upik (Kapulasan Mungo 02), Fahrudin (Barabai-Kalsel), Nilam, Eko, Tanti, pak Maman, pak Lamade, pak Herli, pak Yayah, kang Iwan, Mbak Diah, pak Abdurahman, pak Mahpudin, pak Iwan, pak Yoyo, pak Jaka, mbak Pit dan
10. Rekan-rekan PBT 2012 atas kekompakan dan dorongan semangatnya.
11. Keluarga tercinta Apa H. Amzal Rahman, Ama Yoniwarlis, Ibu Asnibar, papa Martias, isteriku tercinta Marza Dona, adik-adikku Irma Ariati, dan Yogi Galiano, anak-anaku tersayang Hamda Amalina dan Azzam Abdillah Sidqi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1. PENDAHULUAN 1 Latar belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan 3 Ruang Lingkup 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 5Botani dan Penyebaran Rambutan 5
Keragaman Genetik Rambutan 5
Pengelolaan Plasma Nutfah Tanaman Buah 6
Fenologi Pembungaan 7
3. KARAKTERISASI KERAGAMAN GENETIK PLASMA NUTFAH
RAMBUTAN 8
Pendahuluan 8
Bahan dan Metode 8
Hasil dan Pembahasan 14
Simpulan 25
4. STUDI FENOLOGI PEMBUNGAAN BEBERAPA AKSESI
RAMBUTAN 26
Pendahuluan 26
Bahan dan Metode 26
Hasil dan Pembahasan 27
Simpulan 33
5. PEMBAHASAN UMUM 34
6. SIMPULAN DAN SARAN 36
Simpulan 36
Saran 36
DAFTAR PUSTAKA 37
LAMPIRAN 41
DAFTAR TABEL
1. Aksesi rambutan dan kerabatnya 9
2. Karakter yang diamati pada rambutan. 10
3. Karakter pembeda antara rambutan dengan kapulasan
(N.ramboutan-ake). 16
4. Karakter pembeda antara rambutan kelompok IIa dan IIb. 16 5. Hasil analisis regresi linier berganda untuk edible portion. 24 6. Hasil analisis sidik lintas untuk karakter edible portion. 25 7. Rata-rata panjang malai, lebar malai, umur panen, jumlah buah
per tandan, bobot kulit, bobot biji, bobot aril, bobot per buah dan
edible portion lima aksesi rambutan. 29
DAFTAR GAMBAR
1. Bagan alir penelitian Analisis Keragaman dan Keragaan Plasma
Nutfah Rambutan di Indonesia. 4
2. Dendrogram pengelompokan 33 aksesi rambutan berdasarkan
karakter morfologi. 15
3. Keragaan daun, bunga dan buah rambutan dan kapulasan. 15 4. Keragaan buah rambutan aksesi Kering Manis, Lokal Subang, dan
Sinyonya. 17
5. Keragaan buah rambutan aksesi Korong Gadang dan Aceh Gundul. 18 6. Keragaan buah rambutan aksesi Lebak Bulus dan Rapiah. 18
7. Keragaan buah lima aksesi rambutan Aceh. 19
8. Pengelompokan 33 aksesi rambutan dengan analisis koordinat
utama. 20
9. Nominal logistic biplot untuk kerapatan tandan 33 aksesi rambutan 21 10. Nominal logistic biplot untuk karakter rasa aril 33 aksesi rambutan. 21 11. Nominal logistic biplot untuk ketebalan aril 33 aksesi rambutan. 22 12. Nominal logistic biplot untuk karakter edible portion 33 aksesi
rambutan. 22
13. Nominal logistic biplot untuk ketebalan kulit 33 aksesi rambutan. 23 14. Hubungan curah hujan dengan inisiasi pembungaan dan umur panen
di tiga lokasi (KP Aripan-Solok, KP Cipaku-Bogor, dan KP
Subang). 28
15. Rata-rata bobot per buah lima aksesi rambutan di Aripan, Subang
dan Cipaku. 30
16. Rata-rata edible portion lima aksesi rambutan di KP Aripan,
KP.Subang dan KP.Cipaku. 30
17. Rata-rata umur panen dan jumlah buah per tandan di Aripan, Cipaku, dan Subang. Error bar menunjukkan standar error. 31 18. Rata-rata panjang dan lebar malai rambutan di Aripan, Cipaku, dan
Subang. Error bar menunjukkan besarnya standar error 31 19. Rata-rata bobot kulit, bobot aril, dan bobot biji rambutan di Aripan,
Cipaku, dan Subang. Error bar menunjukkan standar error. 32 20. Rata-rata bobot per buah dan edible portion rambutan di Aripan,
DAFTAR LAMPIRAN
1. Data curah hujan KP Aripan, KP Subang, dan KP Cipaku. 41
1 PENDAHULUAN
Latar BelakangRambutan (Nephelium lappaceum L) merupakan tanaman berbentuk pohon yang berasal dari Indonesia dan Malaysia. Tanaman ini menghasilkan buah yang menarik dari segi rasa dan tekstur aril. Rambutan tersebar luas di Asia Tenggara dan Thailand merupakan pengekspor terbesar komoditas buah ini). Tanaman rambutan merupakan tanaman menyerbuk silang yang memungkinkan adanya variabilitas genetik yang cukup tinggi di antara progeninya. (Sarip et al. 1999).
Tanaman rambutan selain buahnya bermanfaat untuk konsumsi segar dan olahan, ternyata juga berkhasiat obat. Buah rambutan dapat digunakan untuk mengencangkan otot, obat sakit perut, dan obat cacingan. Akar dan daunnya dapat dijadikan sebagai obat demam. Kulit buahnya dapat digunakan sebagai pestisida nabati karena mengandung saponin. Biji rambutan yang dibakar dapat dimakan dan menimbulkan efek halusinasi (Van Welzen dan Verheij 1997).
Penyebaran rambutan di Indonesia meliputi pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Sampai tahun 2000 sudah ditemukan sebanyak 30 aksesi rambutan yang sebagian besar tersebar di ketiga pulau tersebut (Napitupulu dan Simatupang 2000). Disamping rambutan budidaya juga terdapat beberapa kerabat rambutan seperti: kapulasan, siwau, babuku, buah untit dan pitanak yang memperkaya keragaman genetik tanaman rambutan di Indonesia (Sabran et al. 2003; Krismawati dan Sabran 2003).
Siebert (1997) melaporkan bahwa di seluruh dunia terdapat 22 spesies Nephelium, 16 spesies diantaranya terdapat di Kalimantan, sembilan spesies buahnya dapat dimakan, dan delapan spesies termasuk tumbuhan endemik. Lima spesies diantaranya telah dibudidayakan dan sisanya merupakan tumbuhan endemik.
Tanaman buah tropis lokal semakin berkurang akibat berbagai faktor, antara lain adanya perubahan fungsi lahan untuk pengembangan pertanian, industri dan pemukiman, serta pembukaan hutan untuk lahan perkebunan.
Plasma nutfah yang dimiliki Indonesia merupakan plasma nutfah alami yang mencakup berbagai jenis flora dan fauna yang hidup dan tumbuh di hutan, serta plasma nutfah potensial yang terdapat dalam ekosistem pertanian dan pemukiman. Beberapa plasma nutfah menjadi rawan dan langka bahkan punah karena terjadi perubahan kondisi sumber daya hayati, lahan, dan habitat akibat pemanfaatan yang tidak terkendali (Kusumo et al. 2002). Beberapa buah-buahan lokal memiliki kelemahan dalam hal kualitas buah, misalnya rasa yang asam atau kurang manis sehingga kurang disukai untuk disajikan sebagai buah meja, walaupun demikian umumnya lebih tahan terhadap hama dan penyakit, serta cekaman lingkungan (Wahdah et al. 2002).
Kegiatan pelestarian plasma nutfah diawali dengan eksplorasi, yaitu kegiatan mencari, mengumpulkan, dan meneliti jenis plasma nutfah tertentu untuk mengamankan dari kepunahannya. Plasma nutfah yang ditemukan perlu diamati sifat dan asalnya. Apabila bibitnya berhasil dilestarikan di tempat koleksi baru (di luar habitat alaminya) disebut pelestarian ex situ. Data
2
eksplorasi dilengkapi dengan karakterisasi dan dokumentasi morfologi tanaman. Koleksi plasma nutfah merupakan cara paling efektif di Indonesia untuk menyelamatkan dan mempertahankan keanekaragaman plasma nutfah tanaman. Oleh karena itu, secara proporsional kegiatan dibidang ini lebih menonjol daripada bidang-bidang lainnya (Kusumo et al. 2002).
Tanaman rambutan yang dapat diterima masyaratakat setidaknya harus memiliki karakteristik yang memenuhi beberapa persyaratan berbagai pihak seperti petani, konsumen, dan industri pengolahan. Untuk konsumsi segar, ukuran buah, warna, dan penampilan umum adalah yang paling penting. Pertimbangan lain adalah bahwa aril mempunyai proporsi yang tinggi dari total berat buah dan mudah dipisahkan dari kulit biji, serta memiliki rasa dan tekstur yang baik. Untuk industri pengolahan, buah harus memiliki biji kecil, kulit tipis, daging tebal, dan aril mudah terlepas dari biji. Aril harus tegas dan mampu menahan operasi pengolahan tanpa kehilangan rasa dan penampilan yang menarik. Untuk petani, rambutan yang dapat diterima adalah kultivar unggul berproduksi tinggi, tahan hama dan penyakit, mampu berdaptasi dengan kondisi lingkungan berbeda, khususnya curah hujan dan tanah, dan memiliki buah dengan bentuk tandan yang baik, pematangan seragam dan cepat matang. Hal lain yang diinginkan adalah karakter yang berhubungan dengan penanganan pascapanen seperti tekstur kulit yang tidak mudah memar, tahan disimpan lama, kulit dan spintern yang tidak mudah terdehidrasi dan kemampuan untuk mempertahankan tampilan yang menarik selama proses penyimpanan (Lye et al. 1987)
Salah satu fenomena yang memengaruhi produksi rambutan per tahun adalah adanya biannual bearing, yang menyebabkan produksi buah menjadi tidak stabil, berbuah banyak pada suatu tahun (on year) dan berbuah sedikit pada tahun berikutnya (off year). Fenomena ini disebabkan oleh faktor lingkungan, dan faktor endogen tanaman (Liferdi 2000). Perawatan tanaman terutama pemangkasan juga sangat berpengaruh terhadap biannual bearing. Menurut Pavicic et al.(2004) fenomena biannual bearing tidak terjadi pada tanaman apel yang dipangkas. Tanaman kopi dan kakao yang mendapatkan hujan yang merata sepanjang tahun juga tidak mengalami fenomena ini (Hulupi et al. 2012). Pemahaman tentang fenologi pembungaan diperlukan untuk menghadapi
biannual bearing ini, sehingga produksi tanaman rambutan dapat diatur (Liferdi
2000).
Perumusan Masalah
Indonesia merupakan pusat keragaman rambutan dan kerabatnya, sehingga sumber daya genetiknya sangat besar. Sampai saat ini terdapat 20 aksesi rambutan yang telah dilepas dan didaftarkan di Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian, dan masih banyak lagi aksesi lokal yang belum didaftarkan dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Upaya pengembangan rambutan memerlukan informasi terkait dengan karakter morfologi, keunggulan aksesi, dan fenologi pembungaan, sementara ketersediaan informasi tersebut masih sangat terbatas dan data yang tersedia belum tersusun dalam basis data yang memadai. Melalui karakterisasi dan evaluasi keragaman plasma nutfah rambutan akan dapat diidentifikasi kedekatan hubungan antaraksesi plasma nutfah, juga akan didapatkan informasi tentang
3 aksesi yang mempunyai keunggulan seperti yang diinginkan pasar (warna kulit merah, edible portion tinggi, produksi tinggi, ukuran buah besar dan seragam, rasa manis dan mengelotok, kandungan air aril rendah, Spintern berukuran pendek atau tidak ada, dan tahan simpan).
Studi fenologi pembungaan yang mengidentifikasi faktor lingkungan dan faktor endogen tanaman dalam inisiasi pembungaan diperlukan untuk perencanaan produksi, panen dan menjamin ketersediaan buah rambutan sepanjang tahun.
Tujuan Penelitian
1. Mempelajari kedekatan hubungan dan pengelompokan antar aksesi sumber daya genetik rambutan di Indonesia.
2. Mengetahui karakter yang berkorelasi dengan bobot per buah dan edible
portion rambutan.
3. Mempelajari keragaan beberapa genotipe rambutan pada lingkungan yang berbeda.
Ruang Lingkup Penelitian
Kegiatan penelitian diawali dengan pengumpulan informasi tentang keberadaan plasma nutfah rambutan baik di daerah pusat keragamannya maupun di daerah pengembangan. Informasi dikumpulkan melalui lembaga penelitian yang bergerak dalam bidang plasma nutfah terutama tanaman buah tropika. Selanjutnya dilakukan eksplorasi, yang dilanjutkan dengan karakterisasi dan dokumentasi. Data hasil karakterisasi diperkuat dengan mendokumentasikan morfologi tanaman (Percobaan 1). Informasi tentang fenologi pembungaan diperoleh dengan mengamati waktu berbunga, panjang malai, lebar malai, jumlah malai, jumlah buah per malai, jumlah buah per pohon,bobot segar kulit, biji, dan aril. Hasil pengamatan terhadap variabel-variabel di atas dapat menyimpulkan fenologi pembungaan pada tanaman rambutan (Percobaan 2). Seluruh tahapan penelitian disajikan pada bagan alir (Gambar 1).
4
Gambar 1. Bagan alir penelitian Analisis Keragaman dan Keragaan Plasma Nutfah Rambutan di Indonesia.
Pengumpulan informasi dan eksplorasi plasma nutfah rambutan
Karakterisasi
Karakterisasi morfologi dan identifikasi buah berkualitas unggul pada beberapa aksesi rambutan dan kerabatnya Karakterisasi fenologi pembungaan beberapa kultivar rambutan
1. Informasi kedekatan hubungan dan pengelompokan antar aksesi sumber daya genetik rambutan di Indonesia.
2. Informasi karakter yang berkorelasi dengan bobot per buah dan
edible portion rambutan.
3. Informasi keragaan beberapa genotipe rambutan pada lingkungan yang berbeda
5
2 TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Penyebaran Rambutan
Rambutan merupakan tumbuhan asli Indonesia yang telah dibudidayakan di berbagai pulau, karena dapat beradaptasi dengan baik pada daerah tropis basah, daerah dengan keasaman tinggi, dan daerah yang berdrainasi sangat baik dengan kandungan bahan organik tinggi dari beberapa meter di atas permukaan laut hingga ketinggian 600 m di atas permukaan laut (dpl), dari daerah kering hingga daerah rawa (Tindall, 1994) Sentra produksi rambutan di Indonesia terletak di Pulau Jawa, sisanya di Sumatera dan pulau-pulau lainnya. Kebanyakan ditanam dalam bentuk kebun rakyat dengan luasan yang kecil.
Tanaman rambutan merupakan tanaman yang berbentuk pohon dengan tinggi tanaman mencapai 15-25 m. Daunnya hijau sampai hijau tua dengan susunan daun berselang-seling (alternate), merupakan daun majemuk dengan arah pertumbuhan menyirip, daun muda agak berbulu. Bentuk daun lonjong,
elliptic, dan obovate.
Malai bunga rambutan muncul pada ujung daun (terminalis) dan pada beberapa aksesi muncul di ketiak daun (axilaris). Kelopak bunga rambutan berbentuk seperti cangkir, berjumlah 4-6 buah, jumlah benang sari adalah 4-10 tangkai (Kubitzki 2011). Bunganya kecil terdiri dari tiga jenis: jantan, hermafrodit berfungsi sebagai jantan, dan hermafrodit berfungsi sebagai betina. Buah rambutan berbentuk bulat telur, atau ellipsoid, berwarna merah muda, merah, merah tua, oranye-merah, merah maroon, kekuningan-merah, atau semua kuning atau oranye-kuning. Kulit buahnya tipis, kasar dan ditutupi rambut, sehingga tanaman ini dinamakan rambutan. Daging buah (aril) berwarna bening, atau putih, berair, rasanya manis segar. Aril menyelaputi biji yang berbentuk pipih, berwarna putih sampai coklat (Morton 1987).
Buah yang disenangi konsumen adalah yang memiliki kualitas baik secara visual (ukuran, warna, bersinar, bentuk, tekstur, ketegasan, tidak adanya cacat), aroma, dan kandungan nutrisi, vitamin dan mineral. Karakter kualitatif yang penting untuk pasar internasional meliputi: warna buah merah seragam, bebas dari serangga dan penyakit, bersih, berat > 30 g/buah, panjang spintern < 1 cm, aril tebal dan mudah dipisahkan dari biji, serta total padatan terlarut berkisar antara 16° brix sampai 18°brix (Wills et al, 1981;. Kader 2001).
Rambutan cocok ditanam pada daerah beriklim tropis dan lembab. Tanaman ini sesuai pada sebagian besar jenis tanah, kecuali lahan tergenang, lahan gambut, perbukitan, dan daerah berpasir. Tanah aluvial dengan solum dalam dan mengandung bahan organik tinggi, sangat ideal untuk pertumbuhan dan perkembangannya (Janssens and Pohlan 2003).
Keragaman Genetik Rambutan
Tanaman rambutan termasuk ke dalam famili Sapindaceae, sub famili
Sapindoideae. Rambutan termasuk ke dalam genus Nephelium yang terdiri dari
16 spesies, dan hanya rambutan dan kapulasan saja yang banyak dibudidayakan dan dimanfaatkan buahnya. Rambutan merupakan tanaman dioecious berbentuk pohon. Ciri khas rambutan adalah memiliki rambut (spintern) yang panjang, dan
6
ketiadaan spintern inilah yang membedakan rambutan dengan kerabat dekatnya kapulasan (N.ramboutan-Ake syn. N.mutabile) (Menzel 2002).
Nephelium merupakan salah satu dari 130 genus dalam famili Sapindaceae,
yang pusat asalnya diperkirakan berada di wilayah Indonesia dan Malaysia. Menurut Soepadmo (1979) ada 30 spesies dari Nephelium di Asia Tenggara, 14 di antaranya terdapat di Semenanjung Malaysia. Nephelium spp. berbentuk pohon dan menghasilkan buah yang dapat dimakan, baik manis atau asam. Contoh spesies yang dapat dimakan adalah N. lappaceum (rambutan), N.
ramboutan-ake (kapulasan), N. cuspidatum, N. hypoleucum, N. maingayi dan N. uncinatum (Siebert, 1997). Selain N. lappaceum dan N. ramboutan-ake, yang
dibudidayakan untuk dimanfaatkan buahnya, spesies Nephelium lainnya jarang diperdagangkan (Verheij dan Coronel 1997).
Kapulasan merupakan tanaman berbentuk pohon dengan tinggi 10-15 m, dengan percabangan rendah. Letak daunnnya menyirip berbentuk elips sampai dengan lanset. Buah kapulasan umumnya berbentuk bulat telur, dengan panjang 5-7,5 cm, berwarna merah, merah tua, merah terang atau kuning. Kulit buahnya kasar dan tidak memiliki spintern, sehingga sering disebut rambutan tanpa rambut. Arilnya berkilau putih atau putih kekuningan dengan tebal 0,4 cm, dan mudah dipisahkan dari biji. Rasa umumnya lebih manis daripada rambutan. Biji berbentuk bulat telur, lonjong atau ellipsoid, berwarna coklat muda, agak pipih pada satu sisi, dengan panjang sekitar 2-3,5 cm (Morton 1987).
Kerabat rambutan lainnya adalah Nephelium maingayi (ridan), tumbuhan ini bisa mencapai tinggi 40 m. Bunga dan buah terletak di ujung ranting, dan ketiak daun. Buahnya berbentuk lonjong pipih, kulit buah berwarna merah muda. Rasa aril manis asam sampai manis (Verheij dan Coronel 1997).
Pengelolaan Plasma Nutfah Tanaman Buah
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan keanekaragaman hayati karena terletak di daerah katulistiwa yang mempunyai tipe hutan hujan tropis cukup unik dengan keanekaragaman jenis tertinggi di dunia. Kekayaan keanekaragaman jenis buah-buahan asli Indonesia juga cukup tinggi dan masih banyak yang belum dimanfaatkan dengan baik. Hal ini terlihat antara lain dengan masih banyaknya buah-buahan impor yang dijual di pasar-pasar ataupun di toko-toko swalayan di berbagai kota di seluruh Indonesia (Uji 2005). Kekayaan keanekaragaman jenis dan plasma nutfah buah-buahan asli Indonesia yang cukup besar sangat penting terutama sebagai modal dasar untuk pemuliaan tanaman buah-buahan. Inventarisasi kekayaan jenis buah-buahan asli Indonesia perlu dilakukan agar dapat dimanfaatkan terutama dalam usaha meningkatkan kualitas dan kuantitas buah-buahan asli Indonesia. Hal ini juga diperlukan untuk meningkatkan usaha penganekaragaman jenis buah-buahan yang dapat dimakan di Indonesia.
Apabila dilihat berdasarkan lokasi maka jumlah spesies buah-buahan paling banyak ditemukan di Sumatera (148 spesies) kemudian Kalimantan (144 spesies), selanjutnya adalah Jawa (96 spesies), Sulawesi (43 spesies), Maluku (30 spesies), Nusa Tenggara (21 spesies), Papua (16 spesies) dan 34 spesies lainnya tersebar diseluruh Indonesia (Uji 2004). Tercatat paling sedikit ada 4 genus dari 4 famili buah-buahan asli Indonesia yang bernilai ekonomi cukup
7 tinggi dan juga mempunyai keanekaragaman spesies yang tinggi. Masing-masing berasal dari famili Anacardiaceae (genus Mangifera), Clusiaceae (genus
Garcinia), Sapindaceae (genus Nephelium) dan suku Bombacaceae (genus Durio) (Winarno 2000).
Dalam rangka mewujudkan pembangunan pertanian, khususnya di bidang pengembangan hortikultura, maka kekayaan plasma nutfah buah-buahan yang beraneka ragam dan tersebar di wilayah Indonesia merupakan potensi sumber daya yang menguntungkan, karena memiliki nilai jual dan digemari oleh masyarakat.
Fenologi Pembungaan
Studi fenologi merupakan suatu pendekatan khusus yang berguna untuk pengembangan strategi dalam meningkatkan cabang pohon buah-buahan dimana terjadi kompetisi antara pertumbuhan vegetatif dan generatif dalam pembentukan buah. Cull (1991) menjelaskan bahwa pengembangan fenologi bertujuan untuk menghasilkan kultivar-kultivar yang bentuk fenologinya normal dari tahun ke tahun, yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan yang spesifik.
Studi tentang fenologi pada tanaman buah-buahan sangat penting untuk dipelajari karena diperlukan dalam pengelolaan kebun, agar jadwal pemupukan, pemangkasan, irigasi, dan manipulasi tanaman dapat dilakukan dengan tepat (Liferdi 2000).
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman jeruk Pamelo dapat dilihat dari ritme pertumbuhan tajuk, pertumbuhan akar, pembungaan, dan pembuahan. Aktivitas fisiologi yang berperan dalam memengaruhi perubahan fenologi antara lain adalah kandungan nitrogen, karbohidrat, dan nisbah C/N yang terdapat dalam tanaman (Vemmos 1995). Selain itu, faktor lingkungan tanaman akan memengaruhi aktivitas fisiologi tanaman yang berdampak langsung terhadap fase-fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur iklim yang memengaruhi proses fisiologi adalah cekaman abiotik seperti suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, kekeringan, panjang hari, dan intensitas radiasi (Darjanto dan Satifah 1990; Thamrin et al. 2009).
Rambutan merupakan tanaman yang berbuah musiman (alternate bearing) yaitu berbuah banyak pada suatu musim dan berbuah sedikit pada musim berikutnya. Fenomena tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama iklim mikro dan faktor endogen tanaman. Produksi buah pohon golongan
biannual bearing memiliki masa panen raya selang dua tahun, dan
kultivar-kultivar alternate bearing tidak membentuk bunga pada tahun berikutnya setelah berbuah lebat, disebabkan menipisnya cadangan karbohidrat pada semua organ tanaman (Goldschmidt dan Golomb 1982).
Perubahan fisiologi tanaman yang paling berperan dalam fenomena
biannual bearing adalah terjadinya pengurasan karbohidrat dan hara pada saat
panen raya (on year). Cara yang biasa digunakan untuk mengatasi fenomena ini diantaranya adalah melakukan kombinasi antara pemupukan dan pemangkasan berdasarkan fenofisiologi tanaman, serta penjarangan buah pada saat on year (Sangtong dan Chongpraditnun 1996).
8
3 KARAKTERISASI KERAGAMAN GENETIK PLASMA
NUTFAH RAMBUTAN
PENDAHULUAN
Rambutan (Nephelium lappaceum L) merupakan tanaman asli Indonesia dan Malaysia. Penyebaran rambutan di Indonesia meliputi pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Indonesia memiliki 16 spesies dalam genus Nephelium, dan sembilan spesies di antaranya dapat dimakan. Keragaman genetik rambutan tertinggi dapat ditemukan di Kalimantan (Siebert 1997).
Pengetahuan tentang keragaman genetik dan hubungan antaraksesi sangat berguna dalam memahami variabilitas genetik yang tersedia dan potensi penggunaannya bagi program pemuliaan tanaman. Kegunaan lainnya adalah dalam pemilihan genotipe yang diprioritaskan untuk konservasi (Thormann et al, 1994).
Penanda genetik yang dapat digunakan sebagai pembeda antaraksesi tanaman dapat berupa penanda morfologi, agronomi, maupun molekuler. Penanda morfologi merupakan penanda yang yang paling mudah digunakan, lebih murah, dan sederhana. Penanda morfologi dapat digunakan untuk analisis kekerabatan dan sebagai penduga jarak genetik antaraksesi tanaman. Menurut Stoskopf et
al.( 2009), penanda morfologi merupakan penanda yang dapat digunakan untuk
mengukur besarnya keragaman pada tanaman berdasarkan karakter fenotipe, baik pada fase vegetatif maupun fase generatif. Karakter kualitatif meliputi warna dan bentuk dikendalikan oleh gen sederhana (satu atau dua gen) dan sedikit dipengaruhi oleh lingkungan. Teknik ini telah digunakan pada tanaman buah seperti pisang (Sukartini 2007) dan nenas (Hadiati et al. 2009).
Pendugaan kekerabatan dan jarak genetik antaraksesi tanaman dapat dilakukan dengan analisis klaster. Teknik analisis klaster dapat menilai kesamaan dan perbedaan genetik dalam suatu koleksi plasma nutfah, serta dapat digunakan dalam menyeleksi tetua pada berbagai tingkat segregasi (Peeters dan Martinelli 1989).
Sampai tahun 2000 telah ditemukan lebih dari 30 aksesi rambutan yang tersebar di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan (Napitupulu dan Simatupang 2000). Walaupun demikian, jumlah aksesi tersebut belum tentu mencerminkan tingkat keragaman yang tinggi. Karakterisasi dan analisis kekerabatan pada aksesi yang ada sangat diperlukan. Penelitian bertujuan untuk 1) mengetahui pengelompokan dan jarak genetik pada plasma nutfah rambutan. 2) mengetahui karakter yang berkorelasi dengan bobot per buah dan edible portion rambutan.
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu
Lokasi penelitian terdiri dari (1) Kebun Percobaan (KP) Aripan, Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, (2) KP Subang, Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (3) KP Cipaku, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, dan (4) Kabupaten 50 Kota Sumatera Barat. Analisis laboratorium dilaksanakan di (1) Laboratorium Pasca Panen Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, dan
9 (2) Laboratorium Pusat Kajian Hortikultura Tropika. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni 2013 sampai Februari 2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 33 aksesi yang tersebar di tiga kebun percobaan dan di lahan penduduk (Tabel 1).
Tabel 1. Aksesi rambutan dan kerabatnya
No Nama Aksesi Kode Asal Koleksi
1 Korong Gadang Kga Aripan
2 Tangkue Tke Cipaku, Subang
3 Garuda Gar Cipaku, Subang
4 Pirba Pir Cipaku, Subang
5 Bariah Bar Cipaku, Subang
6 Antalagi Ant Cipaku, Subang
7 Gula batu Gba Cipaku, Subang
8 Sukowono Suk Subang
9 Rapiah Rph Aripan, Cipaku, Subang
10 Binjai Bji Aripan, Cipaku, Subang
11 Lebak bulus Lbs Aripan, Cipaku, Subang
12 Padang Bulan Pbl Aripan, Cipaku, Subang
13 Sinyonya Sin Aripan, Cipaku, Subang
14 Kalimantan Kal Cipaku, Subang
15 Padang Pad Subang
16 Lekong Lek Subang
17 Walahar Wal Subang
18 Simacan Smc Cipaku, Subang
19 Aceh Medan Amd Subang
20 Lebak Bulus Kuning Lbk Subang
21 Gendut Kair Gkr Subang
22 Kering Manis Krm Cipaku
23 Aceh Gundul Agdl Cipaku, Subang
24 Cianjur Cjr Subang
25 Lokal Subang Sub Subang
26 Aceh Kuning Akg Cipaku
27 Aceh Gendut Agdt Cipaku
28 Aceh Gendong Agdg Cipaku
29 Aceh SKWL Skwl Cipaku, Subang
30 Sibabat Sib Subang
31 Kapulasan Mungo 01 K01 50 kota 32 Kapulasan Mungo 02 K02 50 kota
10
Alat yang digunakan dalam kegiatan ini antara lain meteran, jangka sorong, alat tulis, kamera digital, hand held refractometer, timbangan dan panduan deskripsi rambutan.
Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan eksplorasi dan karakterisasi plasma nutfah dilakukan di slah satu pusat keragaman rambutan di Indonesia yaitu di pulau Sumatera. Eksplorasi dan koleksi plasma nutfah dilakukan dengan menggali keterangan dari petani tentang manfaat dan alasan penanaman suatu aksesi, preferensi, dan sifat aksesi yang diinginkan, hambatan adopsi aksesi unggul, dan informasi awal dari aksesi yang dikumpulkan. Rute eksplorasi dan tempat-tempat perolehan plasma nutfah dicatat agar diketahui di daerah mana saja telah dilakukan eksplorasi. Materi koleksi dilengkapi dengan form data paspor.
Karakterisasi dilakukan dengan mengidentifikasi karakter-karakter yang dimiliki tanaman ataupun penciri dari kultivar tersebut. Karakter yang diamati adalah karakter morfologi, baik kualitatif maupun kuantitatif sesuai dengan
Descriptors for Rambutan (IPGRI 2003) (Tabel 2).
Tabel 2. Karakter yang diamati pada rambutan.
Karakter Kategori
Tinggi tanaman, cm Diukur dari permukaan tanah sampai puncak
pohon
Lingkar batang, cm Diukur 50 cm di atas permukaan
Permukaan batang 1. Licin
2. Kasar 3. Sangat kasar
Diameter tajuk,cm Diukur diameter rata-rata dua arah: Utara-Selatan dan Timur-Barat
Bentuk tajuk
Kebiasaan tumbuh pohon 1.Tegak
2.Semi Tegak 3.Menyebar 4.Terkulai 99. Lainnya
Kerapatan cabang 1. Jarang (sparse)
2. Sedang (medium) 3. Rapat (dense)
Pola percabangan
Warna daun 1.Hijau Muda
2.Hijau 3.Hijau Tua
Jumlah helaian daun Dihitung jumlah helaian dari 10 daun
Panjang tangkai daun, cm Diukur dari batang sampai pangkal helaian daun
11 Tabel 2. Karakter yang diamati pada rambutan (lanjutan).
Karakter Kategori
Panjang helaian daun, cm Diukur dari pangkal sampai ujung helaian daun
Lebar daun, cm Diukur pada bagian terlebar
Bentuk helaian daun
Bentuk ujung daun Bentuk pangkal daun
Tepi daun 1.Penuh
2.Bergelombang 3.Tidak Beraturan 4.Keriting
Posisi malai
Bentuk malai
Warna malai 1. Hijau Muda
2. Hijau
Kelimpahan bunga pada malai 1. Jarang 2. Sedang 3. Rapat
Panjang malai, cm Diukur dari pangkal sampai ujung malai
Lebar malai, cm Diukur pada bagian terlebar
Panjang tandan, cm Diukur dari pangkal sampai ujung tandan
Lebar tandan, cm Diukur pada bagian terlebar
Jumlah buah per tandan Dihitung pada 10 tandan
Jumlah tandan per cabang Dihitung jumlah tandan pada tiap cabang
Jumlah tandan per pohon Dihitung jumlah tandan di dalam satu pohon
Kerapatan tandan buah 1. Jarang 2. Sedang 3. Rapat 9.Lainnya
Kebiasaan tumbuh buah 1.Teratur
2.Dua Tahun Sekali 3.Tidak Beraturan
Bentuk buah
Panjang buah, cm Diukur pada 20 buah
Lebar buah,cm Diukur pada 20 buah
Bobot buah, g Diukur pada 20 buah
Ketebalan kulit buah 1 Tipis
2 Sedang 3 Tebal 4 Sangat tebal
12
Tabel 2. Karakter yang diamati pada rambutan
Karakter Kategori
Ketebalan kulit buah 1 Tipis
2 Sedang 3 Tebal 4 Sangat tebal
Warna kulit buah 1 Hijau
2 Kuning 3 Merah kekuningan 4 Orange 5 Orange merah 6 Merah 7 Merah tua 99 lainnya
Berat kulit buah, g Diamati pada 20 buah
Berat aril,g Diamati pada 20 buah
Berat biji, g Diamati pada 20 buah Porsi yang dapat dimakan, % Diamati pada 20 buah Total padatan terlarut, Obrix Diamati pada 20 buah Tekstur rambut 1. Lembut
2. Sedang 3. Kaku Kerapatan rambut 1 Jarang
2 Sedang 3 Rapat Warna rambut 1.Merah
2.Kuning 3.Hijau Warna aril 1. Putih
2. Putih Keruh 3. Putih Krem Ketebalan aril 1.Tipis
2. Sedang 3. Tebal Tekstur aril 1. Lembut
2. Keras 3. Renyah 99.Lainnya Rasa aril 1.Hambar
2. Asam 3. Manis Asam 4. Manis 99. Lainnya Kandungan air aril 1.Kering
2.Berair
13 Tabel 2. Karakter yang diamati pada rambutan (lanjutan)
Karakter Kategori
Kemudahan aril dipisahkan dari biji 0.Tidak Mengelotok 1.Mengelotok Bentuk biji
Prosedur Analisis Data
Data karakter morfologi yang digunakan dalam pengelompokan terdiri dari 29 karakter kualitatif. Perhitungan jarak genetik antar aksesi dilakukan dengan metode Gower, kemudian dilanjutkan dengan pengelompokan hirarkhis menggunakan metode average linkage dalam paket „cluster‟ di perangkat lunak R versi 3.0.1. Pengelompokan aksesi berdasarkan koefisien ketidakmiripan juga dilakukan menggunakan analisis koordinat utama (principal coordinate
analysis).
Analisis nominal logistic biplot dilakukan untuk melihat sifat penciri dari suatu kumpulan aksesi, menggunakan paket „NominalLogisticBiplot‟ di R. Pada penelitian ini dilakukan pelabelan biplot untuk karakter kerapatan tandan, citarasa aril, ketebalan aril, ketebalan kulit, dan edible portion. Karakter-karakter tersebut dipilih karena memiliki hubungan dengan produksi dan kualitas buah.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan produksi dapat diduga menggunakan analisis regresi linier berganda, dengan persamaan sebagai berikut:
Y = + + +...
Variabel produksi yang merupakan variabel tidak bebas (Y) pada penelitian ini adalah bobot per buah dan edible portion. Variabel bebas (X) yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang berhubungan dengan bobot per buah dan edible portion pada percobaan ini terdiri dari: jumlah anak daun (X1),
panjang tangkai daun (X2), panjang daun (X3), lebar daun (X4), panjang malai
(X5), lebar malai (X6), jumlah tandan per cabang (X7), panjang tandan (X8), lebar
tandan (X9), jumlah buah per tandan (X10), panjang buah (X11), lebar buah (X12),
bobot kulit (X13), bobot aril (X14), dan bobot biji (X15). Program yang digunakan
adalah R 3.0.1 dengan metode stepwise model selection yang dapat menyeleksi faktor X yang paling berhubungan dengan faktor Y, sehingga diperoleh suatu persamaan regresi linier berganda.
Untuk mengetahui karakter-karakter yang memiliki pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung terhadap bobot per buah dan edible portion dilakukan analisis sidik lintas (path analysis). Faktor yang digunakan dalam pendugaan pengaruh langsung dan tidak langsung pada kedua variabel produksi tersebut merupakan hasil pengolahan dari regresi linier berganda, yaitu hanya menggunakan faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap edible portion. Analisis sidik lintas mengungkapkan pengaruh langsung dan tidak langsung dari masing-masing komponen pendukung terhadap hasil tanaman (Singh and
14
Chaudhary 1977). Besarnya koefisien korelasi antara peubah x1, x2, x3 dan y
dapat dihitung dengan rumus :
r (x1, Y) = a + r ( x1, x2)b +r (x1,x3)c r (x2,Y) = r (x2 ,x1)a +b + r (x2 ,x3)c r (x3,Y) = r (x3,x1)a + r (x3,x2)b + c r (R,Y) = h dimana,
, koefisien lintas dari x1 ke Y
, koefisien lintas dari x2 ke Y
, koefisien lintas dari x3 ke Y
Penghitungan sidik lintas menggunakan metode matriks seperti yang dikemukakan oleh Singh and Chaudary (1977), dengan persamaan seperti di bawah ini. Nilai vektor R adalah korelasi antara karakter X dengan edible
portion (Y), dimana matriks R unsur-unsurnya terdiri dari korelasi antara
peubah bebas X. a, b dan c merupakan koefisien sidik lintas. rx1x1, rx2x2 dan rx3 merupakan pengaruh langsung peubah X terhadap Y. Matriks sidik lintas di bawah ini merupakan contoh matriks jika menggunakan tiga peubah X.
[ ] [ ] [ ]
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Klaster dan Jarak Genetik 33 Aksesi Rambutan
Dendrogram menunjukkan adanya dua kelompok utama yang berisi 29 aksesi rambutan (Nephelium lappaceum) dan 4 aksesi kapulasan (Nephelium
ramboutan-ake syn. N. mutabile), dengan koefisien ketidakmiripan rata-rata
antara keduanya sekitar 55% (koefisien kemiripan 45%) (Gambar 2). 2
15
Gambar 2. Dendrogram pengelompokan 33 aksesi rambutan berdasarkan karakter morfologi.
Perbedaan karakter antara kedua spesies di antaranya helaian daun rambutan berukuran sedang sampai lebar, sedangkan kapulasan agak sempit. Kulit buah rambutan dipenuhi rambut (spintern) sedangkan kapulasan tidak memiliki rambut. Kerapatan malai rambutan biasanya sedang sampai rapat, sedangkan kapulasan mempunyai kerapatan malai yang sangat rapat. Kerapatan tandan rambutan, biasanya sedang sampai sangat rapat, sedangkan kapulasan mempunyai kerapatan tandan sangat jarang sampai jarang (Tabel 3). Keragaan buah rambutan dan kapulasan dapat dilihat pada Gambar 3.
16
Tabel 3. Karakter pembeda antara rambutan dengan kapulasan (N.ramboutan-ake).
Karakter Rambutan Kapulasan
Kerapatan cabang Sedang-rapat Jarang
Warna daun Hijau tua Hijau
Kelimpahan bunga Sedang-rapat Jarang
Kebiasaan berbuah Tiap tahun kecuali Korong Gadang
Tidak beraturan Kerapatan tandan Sedang-rapat Jarang-sangat jarang
Tebal kulit Sedang Tebal-sangat tebal
Tekstur rambut Lembut-kaku Tidak ada
Kerapatan rambut Jarang-rapat Tidak ada
Warna rambut Merah,kuning,hijau Tidak ada
Ketebalan aril Sedang-tebal Tipis-sedang
Tekstur aril Lembut-renyah Alot
KandunganAir Kering,berair,sangat berair Kering
Kelompok kapulasan terdiri dari empat aksesi, yaitu Kapulasan Mungo 01, Kapulasan Mungo 02, Sibabat, dan Kapulasan Cipaku. Nilai kemiripan genetik terbesar adalah antara Kapulasan Mungo 01 dengan Kapulasan Mungo 02 sebesar 80,17% (ketidakmiripan 19,83%). Perbedaan antara kedua aksesi di antaranya, Kapulasan Mungo 01 permukaan batangnya sangat kasar, ketebalan aril tipis, rasa aril asam, dan tidak mengelotok, sedangkan Kapulasan Mungo 02 permukaan batangnya licin, tebal aril sedang, rasa aril manis asam, dan mengelotok. Karakter buah masing-masing aksesi dapat dilihat pada Lampiran 2.
Variasi fenotipik pada karakter kualitatif hanya sedikit dipengaruhi oleh lingkungan. Karakter kualitatif umumnya dicirikan dengan sebaran fenotipe diskontinu yang dikendalikan oleh gen monogenik ataupun oligogenik yang pengaruh gennya secara individu mudah dikenali (Trustinah 1997).
Kelompok rambutan selanjutnya dapat dikelompokkan lagi menjadi dua kelompok, (IIa) aksesi Kering Manis, Lokal Subang, dan Sinyonya (IIb) 26 aksesi rambutan. Nilai ketidakmiripan antara kedua kelompok adalah sebesar 49.43%. Perbedaan antara kedua kelompok rambutan ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Karakter pembeda antara rambutan kelompok IIa dan IIb.
Karakter IIa IIb
Bentuk tajuk Oblong
Spherical,Semicircular,Broadly pyramidal
Kerapatan cabang Jarang-sedang Jarang-rapat Bentuk cabang Tidak beraturan
Tegak,mendatar,tidak beraturan
Warna daun Hijau Hijau-hijau tua
Bentuk daun Obovate Elliptic
Bentuk ujung daun Obtuse Acuminate
17 Tabel 4. Karakter pembeda antara rambutan kelompok IIa dan IIb (lanjutan).
Karakter IIa IIb
Bentuk buah Lonjong Ovoid, bulat, dan lonjong
Tekstur rambut Lembut Lembut-kaku
Warna rambut Merah Hijau,merah,kuning
Kering Manis, Sinyonya, Lokal Subang
SKWL, Aceh Gendut, Pirba, Garuda, Binjai, Aceh Kuning, Gula Batu, Lebak Bulus, Rapiah, Walahar, Antalagi, Lebak Bulus Kuning, Aceh Medan, Padang, Sukowono, Kalimantan, Padang Bulan, Simacan, Aceh Gendong, Bariah, Lekong, Cianjur, Gendut Kair, Tangkue, Aceh Gundul, Korong Gadang
Aksesi Sinyonya, Lokal Subang, dan Kering Manis memiliki beberapa kemiripan antara lain bentuk daun obovate sedangkan secara umum daun rambutan berbentuk elliptic, bentuk ujung daun obtuse, dan pangkal daun acute, buah sama-sama berbentuk lonjong dengan rambut berwarna merah (Gambar 4). Aksesi Lokal Subang dan Sinyonya memiliki koefisien ketidakmiripan 17.82% (kemiripan 82.18%), dimana keduanya hanya memiliki perbedaan pada lima karakter dari 29 karakter yang diamati. Sinyonya memiliki tandan yang sangat rapat, tebal kulit buah sedang dengan warna merah, kerapatan rambut sedang, dan rasa aril manis asam. Lokal Subang memiliki tandan rapat, kulit buahnya tipis berwarna merah tua, kerapatan rambut sedang, dan citarasa aril manis.
Gambar 4. Keragaan buah rambutan aksesi Kering Manis, Lokal Subang, dan Sinyonya.
Aksesi Korong Gadang dan Aceh Gundul memiliki koefisien ketidakmiripan sebesar 35,92% atau kemiripan sebesar 64,08% (Gambar 5). Kemiripan karakter antara kedua aksesi ini antara lain permukaan batang sama-sama kasar, bentuk helaian daun obovate, bentuk ujung dan pangkal daun obtuse dan cuneate. warna malai hijau(berbeda dari kebanyakan aksesi rambutan yang malainya berwarna hijau muda). Di samping kemiripan tersebut, aksesi Korong Gadang memiliki karakter unik seperti berbunga dua tahun sekali, warna kulit buah oranye merah, dan berkulit tebal.
18
Gambar 5. Keragaan buah rambutan aksesi Korong Gadang dan Aceh Gundul. Beberapa aksesi memiliki koefisien ketidakmiripan yang sangat kecil, seperti antara aksesi Lebak Bulus dengan Rapiah (koefisien kemiripan 90,52%, ketidakmiripan 9,48%). Kedua aksesi tersebut mempunyai 25 karakter yang sama, dan hanya memiliki 4 karakter yang berbeda. Kedua aksesi tersebut mempunyai 25 karakter yang sama, dan hanya memiliki 4 karakter yang berbeda. Karakter yang sama pada kedua aksesi antara lain bentuk tajuk, kebiasaan tumbuh pohon, bentuk helaian daun, posisi malai, kelimpahan bunga pada malai, dan kebiasaan berbuah. Perbedaan mendasar pada kedua aksesi diantaranya, Lebak Bulus bentuk buahnya oval, warna kulit buahnya merah kekuningan, dan rasa arilnya manis asam, sedangkan Rapiah memiliki bentuk buah bulat, warna kulit buah kuning, dan cita rasa aril manis (Gambar 6).
Gambar 6. Keragaan buah rambutan aksesi Lebak Bulus dan Rapiah.
Aksesi lain yang memiliki nilai kemiripan genetik besar adalah Bariah dengan Aceh Gendong. Koefisien ketidakmiripan antara kedua aksesi sebesar 12%, atau kemiripan genetik sebesar 88%. Kedua aksesi memiliki 24 karakter morfologi yang sama dan 5 karakter yang berbeda. Kemiripan antara kedua aksesi meliputi karakter tekstur permukaan batang licin, bentuk tajuk semi-circular, kerapatan cabang sedang, bentuk buah oval dan warna kulit buah merah. Perbedaan antara kedua aksesi antara lain, Bariah mempunyai kerapatan cabang yang jarang, tekstur rambut lembut, dan ketebalan aril sedang, sedangkan Aceh Gendong memiliki kerapatan cabang sedang, tekstur rambut kaku, dan ketebalan aril tipis.
19 Rambutan Aceh yang terdiri dari lima aksesi yaitu Aceh Gendut, Aceh Gundul, Aceh Gendong, Aceh Kuning, dan Aceh SKWL, memiliki kemiripan yaitu arilnya sama-sama mengelotok. Di antara kelima aksesi, Aceh Gendut memiliki malai yang paling rapat, paling panjang, dan paling lebar, serta citarasa aril manis (Gambar 7).
Gambar 7. Keragaan buah lima aksesi rambutan Aceh.
Informasi jarak genetik sangat diperlukan untuk meningkatkan efisiensi persilangan dalam menghasilkan hibrida (Yadav et al. 2011). Menurut Sukartini (2007), aksesi-aksesi yang jarak genetiknya jauh berpotensi untuk digunakan sebagai tetua pada program pemuliaan tanaman, sementara aksesi-aksesi yang jarak genetiknya kecil sebaiknya dipilih salah satunya saja sebagai materi koleksi plasma nutfah jika kebun koleksi terbatas.
Pengelompokan plasma nutfah rambutan juga dapat dilakukan dengan metode analisis koordinat utama (Gambar 8). Hasil analisis koordinat utama sebagian besar berhubungan dengan yang diperoleh pada analisis klaster (Rahimmalek 2012). Pengelompokan menggunakan analisis koordinat utama mirip dengan pengelompokan menggunakan dendrogram. Metode ini juga berhasil memisahkan antara rambutan dengan kapulasan. Seperti pada pengelompokan dengan dendrogram ternyata dengan analisis koordinat utama aksesi Lokal Subang, Sinyonya, dan Kering Manis juga berada pada kelompok terpisah. Keragaman genetik yang sangat tinggi pada rambutan, menurut Sarip et
al.(1999) disebabkan karena tanaman rambutan merupakan tanaman menyerbuk
20
Gambar 8. Pengelompokan 33 aksesi rambutan dengan analisis koordinat utama. Pengelompokan aksesi berdasarkan karakter spesifik dapat dilakukan menggunakan Nominal logistic biplot. Analisis biplot sangat bermanfaat untuk mendeskripsikan dan menarik kesimpulan dari matrik data multivariat. Titik-titik yang dihasilkan pada grafik biplot mewakili n baris (aksesi) dan m kolom (karakter) dalam dua arah, sedangkan sudut yang dibentuk antara dua garis menunjukkan hubungan berbagai karakter yang diamati (Kuo 1992).
Secara khusus, dalam nominal logistic biplot dapat digambarkan partisi kelompok berdasarkan sifat tertentu yang menjadi ciri umum aksesi-aksesi di dalamnya. Pengelompokan menggunakan Nominal logistic biplot dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pengembangan aksesi ke depan. Metode ini dapat dikembangkan untuk seleksi terhadap karakter tertentu.
Nominal logistic biplot berdasarkan karakter kerapatan tandan ternyata
menunjukkan pola pengelompokan yang mirip dengan dendrogram, karena dapat memisahkan kapulasan dengan rambutan. Semua aksesi kapulasan mempunyai kerapatan tandan yang sangat jarang. Aksesi Lokal Subang, Sinyonya, Garuda, Kering Manis dan Aceh Gundul memiliki tandan yang rapat (Gambar 9).
-0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 -0 .2 -0 .1 0. 0 0. 1 0. 2
Analisis Koordinat Utama 33 Aksesi Rambutan
Koordinat 1 K oo rd in at 2 Kga Tke Gar Pir Bar Ant Gba Suk Rph Bji Lbs Pbl Sin Kal Pad Lek Wal Smc Amd Lbk Gkr Sbb Agdl Cjr Sub Akg Agdt Agdg Skw l Krm K01 K02 Kcip
21
Gambar 9. Nominal logistic biplot untuk kerapatan tandan 33 aksesi rambutan
Pola pengelompokan aksesi rambutan berdasarkan karakter rasa aril mengelompokkan 33 aksesi rambutan menjadi dua kelompok yaitu aksesi-aksesi dengan citarasa manis asam dan manis (Gambar 10). Aksesi yang memiliki citarasa manis di antaranya Aceh Gundul, Kering Manis, Pirba dan Garuda. Aksesi dengan citarasa manis asam di antaranya Sibabat, Sukowono, dan Aceh SKWL.
Gambar 10. Nominal logistic biplot untuk karakter rasa aril 33 aksesi rambutan. Berdasarkan ketebalan aril, 33 aksesi rambutan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu aksesi dengan ketebalan aril sedang dan aksesi dengan aril tipis. Pola pengelompokan ini mirip dengan dendrogram karena dapat memisahkan antara rambutan dengan kapulasan. Semua aksesi rambutan memiliki ketebalan aril sedang, sedangkan semua aksesi kapulasan mempunyai aril yang tipis (Gambar 11). -2 -1 0 1 2 -1 .5 -1 .0 -0 .5 0 .0 0 .5 1 .0 1 .5
Nominal Logistic Biplot for KrptnTndn
Axis 1 A xi s 2 Kga Tke Gar Pir BAR Ant GbaSuk Rph Bji Lbs Pbl Sin Kal Pad Lek Wal SmcAmd LBK Gkr Sib Agdl Cjr Sub Akg Agdt Agdg SKWL Krm K01 K02 Kcip Rapat Sangat Jarang Sedang -2 -1 0 1 2 -1 .5 -1 .0 -0 .5 0. 0 0. 5 1. 0 1. 5
Nominal Logistic Biplot for RasaAril
Axis 1 A xi s 2 Kga Tke Gar Pir BAR Ant GbaSuk Rph Bji Lbs Pbl Sin Kal Pad Lek Wal SmcAmd LBK Gkr Sib Agdl Cjr Sub Akg Agdt Agdg SKWL Krm K01 K02 Kcip Manis Asam Manis Manis Manis Asam Rapat Sangat Jarang Sedang Lbk Bar Lbk Bar
22
Gambar 11. Nominal logistic biplot untuk ketebalan aril 33 aksesi rambutan. Pola pengelompokan aksesi rambutan berdasarkan persentase edible
portion ternyata juga tidak mirip dengan dendrogram. Nominal logistic biplot
mengelompokkan 33 aksesi rambutan menjadi dua kelompok, yaitu aksesi dengan persentase edible portion rendah dan sedang (Gambar 12). Aksesi yang edible
portion-nya rendah adalah semua aksesi kapulasan, rambutan Aceh Kuning dan
Aceh SKWL. Sedangkan 27 aksesi rambutan lainnya memiliki persentase edible
portion sedang.
Gambar 12. Nominal logistic biplot untuk karakter edible portion 33 aksesi rambutan.
Pola pengelompokan Nominal logistic biplot pada karakter ketebalan kulit buah juga tidak mirip dengan dendrogram. Berdasarkan tebal kulit, 33 aksesi rambutan dan kapulasan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu
-2 -1 0 1 2 -1 .5 -1 .0 -0 .5 0 .0 0 .5 1 .0 1 .5
Nominal Logistic Biplot for KtblnAril
Axis 1 A xi s 2 Kga Tke Gar Pir BAR Ant GbaSuk Rph Bji Lbs Pbl Sin Kal Pad Lek Wal SmcAmd LBK Gkr Sib Agdl Cjr Sub Akg Agdt Agdg SKWL Krm K01 K02 Kcip Tipis Sedang -2 -1 0 1 2 -1 .5 -1 .0 -0 .5 0. 0 0. 5 1. 0 1. 5
Nominal Logistic Biplot for edible
Axis 1 A xi s 2 Kga Tke Gar Pir BAR Ant GbaSuk Rph Bji Lbs Pbl Sin Kal Pad Lek Wal SmcAmd LBK Gkr Sib Agdl Cjr Sub Akg Agdt Agdg SKWL Krm K01 K02 Kcip sedang rendah Sedang Tipis Sedang Rendah Lbk Bar Lbk Bar
23 aksesi dengan ketebalan kulit sedang dan tebal (Gambar 13). Aksesi yang memiliki kulit buah tebal adalah Kering Manis, Lokal Subang, dan semua aksesi kapulasan. Aksesi dengan tebal kulit sedang terdiri dari 27 aksesi rambutan seperti Gendut Kair, Tangkue, Aceh Gendut, Padang Bulan, dan lainnya.
Gambar 13. Nominal logistic biplot untuk ketebalan kulit 33 aksesi rambutan. Ketebalan kulit buah berhubungan dengan umur simpan buah. Menurut Antarlina (2009), umur simpan buah dipengaruhi oleh faktor genetik, tingkat kematangan, dan tekstur kulit. Buah yang berkulit tipis cenderung mempunyai umur simpan pendek. Walaupun demikian, kulit buah yang terlalu tebal juga tidak memenuhi persyaratan buah berkualitas baik karena memiliki edible portion rendah.
Identifikasi Karakter yang Berhubungan dengan Bobot per buah dan Edible Portion.
Analisis regresi linier berganda menggunakan metode stepwise model
selection menjelaskan bahwa karakter lebar buah (X1), bobot kulit (X2), bobot aril
(X3), bobot biji (X4) dan edible portion (X5) berhubungan dengan peningkatan
bobot per buah pada tanaman rambutan. Faktor-faktor tersebut kemudian digunakan pada analisis sidik lintas. Hasil analisis sidik lintas menunjukkan bahwa ternyata bobot kulit (X2), bobot aril (X3), dan bobot biji (X4) memiliki
korelasi fenotipe mendekati 1.00, yang berarti bahwa bobot per buah pada rambutan dapat dijelaskan hanya dengan persamaan regresi linier sederhana, yaitu menggunakan salah satu dari ketiga faktor di atas. Persamaan regresi linier sederhana untuk menduga faktor yang berhubungan dengan bobot per buah dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = -0.48 + 0.85 X2 R² terkoreksi = 0.99
Y = 1.28 + 2.43 X3 R² terkoreksi = 0.97
Y = 4.81 + 9.16 X4 R² terkoreksi = 0.98
Persamaan pertama menduga bahwa dengan peningkatan bobot kulit buah sebesar 1 g dapat meningkatkan bobot per buah sebesar 0.85 g. Persamaan kedua menjelaskan bahwa penambahan bobot aril sebesar 1 g dapat meningkatkan bobot per buah sebesar 2.43g. Sedangkan persamaan ketiga menjelaskan bahwa dengan
-2 -1 0 1 2 -1 .5 -1 .0 -0 .5 0. 0 0. 5 1. 0 1. 5
Nominal Logistic Biplot for T blKulit
Axis 1 A xi s 2 Kga Tke Gar Pir BAR Ant GbaSuk Rph Bji Lbs Pbl Sin Kal Pad Lek Wal SmcAmd LBK Gkr Sib Agdl Cjr Sub Akg Agdt Agdg SKWL Krm K01 K02 KcipTebal Sedang Tebal Sedang Lbk Bar
24
penambahan bobot biji sebesar 1 g dapat meningkatkan bobot per buah rambutan sebesar 9.16 g.
Analisis regresi linier berganda untuk karakter edible portion menunjukkan bahwa panjang anak daun (X1), jumlah tandan per cabang (X2), lebar tandan (X3),
lebar buah (X4), bobot per buah (X5), dan bobot aril (X6) berhubungan dengan
persentase edible portion pada tanaman rambutan (Tabel 5). Persamaan regresi untuk bobot per buah dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = 0.035 + 0.04 X1 + 0.002 X2 – 0.002 X3 + 0.09 X4 – 0.01 X5 +0.03 X6
Persamaan di atas memberikan dugaaan bahwa peningkatan panjang anak daun, jumlah tandan per cabang, lebar buah dan bobot aril, serta penurunan lebar tandan dan bobot per buah, dapat meningkatkan persentase edible portion pada rambutan.
Tabel 5. Hasil analisis regresi linier berganda untuk edible portion.
Estimate Std.Error t value Pr(>|t|)
(Intercept) 0.035 0.097 0.360 0.723
Panjang Anak Daun (X1) 0.004 0.002 1.762 0.092
Jumlah Tandan per Cabang (X2) 0.002 0.000 4.686 <0.001
Lebar Tandan (X3) -0.002 0.001 -1.512 0.145
Lebar Buah (X4) 0.090 0.027 3.349 0.003
Bobot per Buah (X5) -0.011 0.001 -7.759 <0.001
Bobot Aril (X6) 0.026 0.004 7.219 <0.001
R² terkoreksi pada persamaan di atas adalah sebesar 0.8546 atau 85.46% keragaman dari edible portion dapat dijelaskan oleh panjang anak daun, jumlah tandan per cabang, lebar tandan, lebar buah, bobot buah dan bobot aril dalam model regresi linier berganda. Sedangkan sisanya diterangkan oleh faktor lain yang tidak terdapat di dalam model.
Identifikasi pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung komponen pertumbuhan terhadap karakter yang berhubungan dengan edible portion, dilakukan menggunakan analisis sidik lintas. Analisis sidik lintas di antaranya telah digunakan pada pinang (Miftahorrachman 2005), kedelai (Wirnas et al. 2005), dan nenas (Nasution 2010).
Hasil analisis sidik lintas terhadap edible portion menunjukkan bahwa karakter panjang anak daun, jumlah tandan per cabang, lebar buah, dan bobot aril memiliki pengaruh langsung yang positif terhadap persentase edible portion rambutan. Panjang anak daun memiliki pengaruh langsung terhadap persentase
edible portion rambutan sebesar 0.13, jumlah tandan per cabang memiliki
pengaruh langsung sebesar 0.44, lebar buah memiliki pengaruh langsung sebesar 0.30, dan bobot aril memiliki pengaruh langsung sebesar 5.10 (Tabel 8).
25 Tabel 6. Hasil analisis sidik lintas untuk karakter edible portion.
PjgAnkDaun JmTdCbg LbTdn LbBuah BbBuah BbAril rP PjgAnkDaun 0.13 -0.02 -0.03 -0.01 -0.47 0.41 0.13 JmTdCbg -0.01 0.44 0.00 -0.04 -3.55 3.41 0.27 LbTdn 0.04 -0.01 -0.11 0.14 -0.31 0.61 0.36 LbBuah 0.00 -0.05 -0.05 0.3 -1.04 1.48 0.62 BbBuah -0.01 0.3 -0.01 0.06 -5.22 5.04 0.17 BbAril -0.01 0.3 -0.01 0.09 -5.16 5.1 0.29 Keterangan : PjgAnkDaun = panjang anak daun, JmTdCbg = jumlah tandan per cabang, LbTdn = lebar tandan, LbBuah = lebar buah, BbBuah = bobot per buah, BbAril = bobot
aril, dan rP = korelasi fenotipik dengan edible portion. Angka-angka pada diagonal
merupakan pengaruh langsung terhadap edible portion.
Lebar tandan dan bobot buah memiliki pengaruh langsung yang negatif terhadap persentase edible portion rambutan. Lebar tandan memiliki pengaruh langsung sebesar -0.11. Pengaruh tidak langsung lebar tandan terhadap edible
portion melalui lebar buah sebesar 0.14 dan melalui bobot buah sebesar -0.31 g.
Bobot buah memiliki pengaruh langsung sebesar -5.22. SIMPULAN
Analisis gerombol berdasarkan 29 karakter morfologi pada 33 aksesi rambutan berhasil memisahkan antar spesies rambutan (N lappaceum) dengan kapulasan (N ramboutan-ake) dengan jarak ketidakmiripan 55%.
Aksesi rambutan terbagi dua, yaitu kelompok IIa dan IIb. Kedua kelompok mempunyai ketidakmiripan sebesar 49.43%. Kelompok IIa memiliki karakter bentuk tajuk oblong, bentuk daun obovate, dan bentuk buah lonjong terdiri dari aksesi Kering Manis, Lokal Subang, dan Sinyonya. Kelompok IIb terdiri dari 26 aksesi lainnya memiliki karakter bentuk tajuk spherical, semicircular, broadly
pyramidal, bentuk daun elliptic, dan bentuk buah buah ovoid, bulat, dan lonjong.
Aksesi Kering Manis memiliki kerapatan tandan rapat, rasa aril manis, dan berkulit tebal.
Karakter yang berkorelasi sangat kuat dengan peningkatan bobot per buah adalah bobot kulit, bobot biji dan bobot aril. Model regresi linier berganda yang berisi karakter panjang anak daun (X1), jumlah tandan per cabang (X2), lebar
tandan (X3), lebar buah (X4), bobot per buah (X5), dan bobot aril (X6) dapat
26
4 STUDI FENOLOGI PEMBUNGAAN BEBERAPA
AKSESI RAMBUTAN
PENDAHULUAN
Pembungaan dan pembentukan buah merupakan salah satu kendala dalam berkebun rambutan. Beberapa pihak menyatakan bahwa rambutan merupakan tanaman yang mengalami fenomena biannual bearing. Fenomena ini ditandai dengan berbuah lebat pada satu musim dan berbuah sedikit pada musim berikutnya. Permasalahan ini disebabkan oleh faktor lingkungan dan faktor endogen tanaman (Liferdi 2000).
Pemeliharaan tanaman ternyata juga sangat berperan pada fenologi pembungaan. Salakpetch (2003) menjelaskan bahwa pemangkasan cabang adventif dan cabang-cabang mati, serta pemberian pupuk kandang dan NPK setelah panen, dapat memacu pertumbuhan vegetatif rambutan. Peningkatan pertumbuhan vegetatif ini akan berakhir pada musim kemarau dan berganti dengan pembentukan bakal bunga.
Pengetahuan tentang fenologi diperlukan untuk memahami proses pembungaan pada tanaman rambutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi fenologi pembungaan rambutan berdasarkan keragaan pertumbuhan lima aksesi rambutan pada tiga lokasi berbeda.
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu
Kegiatan dilaksanakan di tiga lokasi, yaitu: Kebun Percobaan Aripan (Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika), Kebun Percobaan Subang (Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika), dan Kebun Percobaan Cipaku (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat) dari bulan Juli 2013 sampai dengan bulan Maret 2014.
Bahan dan Alat
Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah meteran, alat tulis, kamera,
hand refractometer, peta, jangka sorong, tangga dan descriptor list for rambutan
yang diterbitkan oleh International Plant Genetic Resourcess Institute (IPGRI). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: lima aksesi rambutan, yaitu Binjai, Lebak Bulus, Sinyonya, Padang Bulan, dan Rapiah. Jumlah materi tanaman per aksesi yang diamati di KP Aripan sebanyak tiga tanaman, KP Cipaku satu tanaman, dan KP Subang lima tanaman.
Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan dengan mengumpulkan data dan melakukan pengamatan terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan pembungaan tanaman rambutan. Informasi penting yang diperlukan disamping peubah morfologi adalah tanggal berbunga dan tanggal panen di ketiga lokasi penelitian.
Pelabelan dilakukan pada saat tanaman mulai berbunga atau bertepatan dengan pengamatan malai. Pelabelan dimaksudkan untuk menentukan malai yang akan diambil sampel buahnya.