• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE WONOREJO SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE WONOREJO SURABAYA."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

:

Khoirul Umam

NPM: 0924010024

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN”

JAWATIMUR

(2)

STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE WONOREJO SURABAYA

Disusun oleh :

KHOIRUL UMAM NPM : 0924010024

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal

Menyetujui,

Pembimbing : Tim Dosen Penguji,

1. Pembimbing Utama : 1. Ketua

Dr. Ir. SUDIYARTO, MMA Dr. Ir. SUDIYARTO, MMA

2. Pembimbing Pendamping 2. Sekretaris

Ir. SRI TJONDRO WINARNO, MP Dr. Ir. EKO NURHADI, MS

3. Anggota

Ir. EKO PRIYANTO, MP

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Dr. Ir. RAMDAN HIDAYAT, MS NIP. 19620205 198703 1005

Ketua Pogram Studi Agribisnis

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia- Nya

sehingga Proposal Skripsi dengan judul “ Strategi Pengembangan Ekowisata

Mangrove Wonorejo Surabaya “ Penyusunan Skripsi ini bertujuan untuk

memenuhi salah satu syarat pada program studi Agribisnis Fakultas Pertanian

UPN “ Veteran “ Jawa Timur.

Peneliti menyadari bahwa segala keberhasilan dan kesuksesan tidak

terlepas dari sang khaliq dan juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.

Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

:Dr. Ir. Sudiyarto. MM selaku Dosen Pembimbing Utama dan Ir. Sri Tjondro

Winarno. MM selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah banyak

memberikan banyak pengarahan, motivasi, masukan serta meluangkan waktu

dan tenaganya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk membimbing

peneliti.

Selain itu, peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak -

pihak yang telah membantu dalam proses penulisan Skripsi ini baik secara

langsung maupun tidak langsung, kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto. MP selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian – Universitas

Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

3. Dr.Ir. Eko Nurhadi, MS selaku ketua Jurusan Agribisnis, Fakultas

Pertanian-Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Muchammad Wachid. S.kom selaku Ketua Pengelola Ekowisata

(4)

5. Seluruh Pengelola Mangrove Wonorejo Surabaya yang tidak dapat disebutkan

satu persatu, terima kasih atas kesempatan dan tenaga serta informasi dan

data yang melengkapi laporan ini.

6. Seluruh keluarga besarku terutama Ayahanda tercinta yang bernama

Djumiran, dan Ibunda tercinta yang bernama Nur Hayati, kakak dan

adik-adikku yang bernama (Mochammad Nurul Huda, Kunti Khoiroh, dan Qurota`

Ayun) yang telah banyak memberikan dukungan do’a, semangat dan kasih

sayang yang tak terhingga.

7. Sahabat-sahabatku semuanya (Zaenal Aripin, Rinanda Kirana Oktasari,

Briand Pravilia, Retno Ardila) serta teman-teman semester VII Jurusan

Agribisnis, serta semua pihak terkait yang tidak dapat peneliti sebutkan satu

per satu.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu saran dan kritik yang membangun sangat peneliti harapkan untuk

kesempurnaan Skripsi ini. Akhir kata, Peneliti berharap semoga tulisan ini dapat

memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukannya.

Surabaya, 3 Februari 2013

(5)

Halaman ABSTRAK

RINGKASAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Hasil Penelitian Terdahulu ... 7

B. Konsep Wisata ... 8

1. Pengertian Wisata ... 8

2. Pengertian Pariwisata ... 9

3. Pengertian Wisatawan ... 10

4. Dampak Positif dan dampak negative pariwisata ... 11

C. Konsep Ekowisata ... 13

1. Pengertian Ekowisata ... 13

2. Prinsip Dasar Ekowisata ... 14

D. Hutan Mangroven ... 14

1. Definisi, Jenis, danPenyebaran Mangrove ... 14

(6)

1. Pengertian Strategi ... 18

2. Formulasi Strategi ... 19

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 24

IV. METODE PENELITIAN ... 26

A. Lokasi dan Waktu Tempat Penelitian ... 26

B. Penentuan Responden ... 26

C. Sumber Data Penelitian ... 27

D. Teknik Pengumpulan Data ... 27

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 28

F. Analisis Data ... 29

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Kondisi Geografis Surabaya ... 40

B. Wilayah Kelurahan Wonorejo ... 41

C. Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya ... 42

1. Sejarah Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya ... 44

2. Kepengurusan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya ... 45

D. Potensi Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya ... 48

1. Kondisi Lahan dan Kesesuaian tempat ... 48

2. Sumber Daya Alam ... 49

3. Dukungan Pemerintah ... 51

4. Organisasi Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya ... 52

5. Partisipasi Masyarakat Lokal terhadap Pembangunan Ekowisata Mangrove Wonorejo ... 53

(7)

1. Manfaat dari Segi Aspek Sosial ... 64

2. Manfaat dari Segi Aspek Ekonomi ... 65

3. Manfaat dari Segi Aspek Agribisnis ... 66

F. Jadwal Kunjungan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya ... 66

G. Jumlah pengunjung Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya ... 67

H. Analisis Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal ... 69

1. Analisis Faktor Internal ... 69

2. Analisis Faktor Eksternal ... 76

3. Matrik Pembobotan IFAS dan EFAS ... 82

I. Analisis Strategi Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya ... 84

J. Pemilihan Strategi dan Implementasinya ... 88

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 93

A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 98

LAMPIRAN ... 110

(8)

kebijakan penting Departemen Kelautan dan Perikanan. Kebijakan tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa wilayah pesisir dan laut secara ekologis dan ekonomis sangat potensial untuk dikembangkan dan dimanfaatkan demi untuk kesejahteraan masyarakat. Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut secara berkelanjutan, namun pola pemanfaatan yang sifatnya merusak dan mengancam kelestarian sumberdaya pesisir dan laut masih saja terus berlangsung. Hal ini disebabkan oleh Kebutuhan hidup seseorang yang semakin lama semakin tinggi. Pengembangan ekonomi wisata (ekowisata) merupakan salah satu alternatif pembangunan yang dapat membantu mengatasi masalah tersebut. Salah satu dari sumber yang mendapat perhatian di wilayah pesisir adalah ekosistem mangrove. Fungsi hutan mangrove sebagai tempat penampung sedimen, sehingga hutan mangrove merupakan ekosistem dengan tingkat produktivitas yang tinggi dengan berbagai macam fungsi ekonomi, sosial, dan lingkungan

yang penting. Salah satu fungsi sosial hutan mangrove adalah

memungkinkannya berfungsi sebagai tujuan wisata. Pemanfaatan ekosistem mangrove untuk konsep wisata (ekowisata) sejalan dengan pergeseran minat wisatawan dari old tourisem yaitu wisatawan yang hanya datang melakukan wisata saja tanpa ada unsur pendidikan dan konservasi menjadi new tourisem yaitu wisatawan yang datang untuk melakukan wisata yang di dalamnya ada unsure pendidikan dan konservasi. Untuk mengelola dan mencari daerah tujuan ekowisata yang spesifik alami dan kaya akan keanekaragaman hayati serta dapat melestarikan lingkungan hidup.

(9)

ekowisata mangrove di Wonorejo, Mendeskripsikan manfaat yang dapat diperoleh masyarakat Wonorejo dengan adanya Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya, Menganalisis kondisi lingkungan internal dan eksternal dalam pengembangan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya, dan Merumuskan strategi yang dapat di lakukan lingkungan internal dan eksternal untuk mengembangkan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya. Untuk menjawab tujuan pertama dan kedua menggunakan analisis deskriptif, untuk menjawab tujuan yang ketiga menggunakan metode IFAS (Internal Strategy Factors Analisys Summary) dan EFAS (Eksternal Strategy Factors Analysis Summary) Potensi yang di miliki oleh Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya saat ini antara lain: Ekologi tempat / kesesuaian tempat, Sumber daya alam yang meliputi flora dan fauna, dukungan pemerintah, keorganisasian, dukungan masyarakat Wonorejo dan Sarana & prasarana. Ada tiga segi aspek manfaat yang di miliki oleh Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya yaitu aspek sosial, ekonomi dan agribisnis. Dari hasil perhitungan IFAS dan EFAS, maka Strategi yang harus di tempuh adalah strategi agresif (pertumbuhan) yaitu strategi yang menggunakan kekuatannya untuk mendapatkan peluang.

Kata kunci: Strategi pengembangan ekowisata mangrove

ABSTRACT

The purpose of this thesis include: Describe the potential for ecotourism development in mangrove Wonorejo, describe the benefits that can be gained by the community Wonorejo Mangrove Ecotourism Wonorejo Surabaya, analyze the internal and external environment in the development of Mangrove Ecotourism Wonorejo Surabaya, and formulate strategies that can be done internal environment and externally to develop Mangrove Ecotourism Wonorejo Surabaya. To answer the first and second objectives using descriptive analysis, to answer the third objective using IFAS (Internal Factors analisys Strategy Summary) and EFAS (External Factors Analysis Summary Strategy) Potential of which is owned by Mangrove Ecotourism Wonorejo Surabaya today include: Ecology place / suitability places, natural resources including flora and fauna, government support, organizational, and community support facilities & infrastructure Wonorejo. There are three aspects in terms of the benefit that is owned by Mangrove Ecotourism Wonorejo Surabaya ie social, economic and agribusiness. From the calculation of IFAS and EFAS, the strategy must take is an aggressive strategy (growth) is a strategy that uses his strength to get the opportunity.

(10)

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki

17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.000 km, memiliki potensi

sumberdaya pesisir dan lautan yang sangat besar (Bengen, 2001). Besarnya

potensi sumberdaya kelautan Indonesia tersebut, sangat strategis untuk

dikembangkan dalam bidang wisata demi membangun perekonomian dan

menunjang kesejahteraan masyarakat yang mengacu pada semagat otonomi

daerah dan kemandirian masyarakat lokal (Rutana, 2011).

Pembangunan wilayah pesisir dan laut secara berkelanjutan merupakan

kebijakan penting Departemen Kelautan dan Perikanan. Kebijakan tersebut

didasarkan pada pemikiran bahwa wilayah pesisir dan laut secara ekologis dan

ekonomis sangat potensial untuk dikembangkan dan dimanfaatkan demi untuk

kesejahteraan masyarakat. Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai

upaya untuk mendorong pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut secara

berkelanjutan, namun pola pemanfaatan yang sifatnya merusak dan mengancam

kelestarian sumberdaya pesisir dan laut masih saja terus berlangsung. Hal ini

disebabkan oleh Kebutuhan hidup seseorang yang semakin lama semakin tinggi.

Pengembangan ekonomi wisata (ekowisata) merupakan salah satu alternatif

pembangunan yang dapat membantu mengatasi masalah tersebut (Tuwo, 2011).

Salah satu dari sumber yang mendapat perhatian di wilayah pesisir adalah

ekosistem mangrove. Fungsi hutan mangrove sebagai tempat penampung

sedimen, sehingga hutan mangrove merupakan ekosistem dengan tingkat

produktivitas yang tinggi dengan berbagai macam fungsi ekonomi, sosial, dan

lingkungan yang penting. Salah satu fungsi sosial hutan mangrove adalah

(11)

Pemanfaatan ekosistem mangrove untuk konsep wisata (ekowisata) sejalan

dengan pergeseran minat wisatawan dari old tourisem yaitu wisatawan yang

hanya datang melakukan wisata saja tanpa ada unsur pendidikan dan konservasi

menjadi new tourisem yaitu wisatawan yang datang untuk melakukan wisata

yang di dalamnya ada unsure pendidikan dan konservasi. Untuk mengelola dan

mencari daerah tujuan ekowisata yang spesifik alami dan kaya akan

keanekaragaman hayati serta dapat melestarikan lingkungan hidup

(Rutana, 2011)

Letak geografis Surabaya boleh dikatakan merupakan sebuah kota yang

berbatasan langsung dengan beberapa pantai. Namun, akses yang mudah

dijangkau bukan merupakan satu-satunya faktor yang menjadikan Surabaya

sebagai pilihan lokasi wisata. Jenis wisata yang ditawarkan maupun kondisi alam

dan lingkungan obyek wisata juga mempengaruhi keinginan wisatawan untuk

mengunjungi berbagai obyek wisata di Surabaya.

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan pada suatu

obyek wisata, yang pertama adalah faktor irrasional (dorongan bawah sadar)

yang meliputi lingkup pergaulan dan ikatan keluarga, tingkah laku seseorang,

pengaguman pribadi, perasaan-perasaan keagamaan, hubungan masyarakat

dan promosi pariwisata, iklan dan penyebaran serta kondisi ekonomi

(pendapatan dan biaya). Sedangkan faktor yang kedua merupakan faktor

rasional, meliputi sumber-sumber wisata, fasilitas wisata, kondisi lingkungan,

(12)

B. Perumusan Masalah

Menurut beberapa pengamat pariwisata mengatakan bahwa perkembangan

dunia pariwisata saat ini mulai banyak yang meninggalkan konsep pariwisata

konvensional (profit orientet), meskipun tidak murni seratus persen dan konsep

pariwisata saat ini banyak yang mengarah pada lingkungan (ekowisata), dimana

keaslian potensi kekayaan alam dan peran serta masyarakat setempat sangat

dibutuhkan. Indonesia yang merupakan negara yang memiliki potensi kekayaan

alam yang berlimpah ruah, bahkan perananannya yang sangat penting bagi

pengembangan kepariwisataan terutama wisata alam.

Salah satu obyek wisata yang memiliki potensi untuk dikembangkan lebih

lanjut saat ini adalah kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.

Kawasan konservasi hutan mangrove yang terletak di Kelurahan Wonorejo,

Kecamatan Rungkut Surabaya Timur, dengan luas kawasan sekitar ± 200

hektar. Ekowisata manggrove merupakan salah satu tempat wisata yang sudah

menjadi ikon warga Surabaya di mata pelancong wisatawan lokal maupun

wisatawan mancanegara. Di kawasan ini terdapat sedikitnya 30 spesies satwa

dilindungi, terutama kera berekor panjang atau Bekantan yang populasinya

sekitar ± 100 ekor.

Selain itu, kondisi alam yang tenang dan asri dengan pemandangan hutan

mangrove yang menyegarkan menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan

untuk datang berkunjung. Kondisi tersebut ditunjang dengan fasilitas yang

disediakan oleh pihak pengelola antara lain seperti lahan parkir, loket

pembayaran, dermaga, warung , toilet umum, musholla, gazebo dan lain-lain.

Keterbatasan tempat rekreasi yang berbasis lingkungan (ekowisata) yang

ada di Surabaya merupakan salah satu alasan mengapa pemerintah kota

membangun Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya yang di kelola oleh

(13)

ini mampu menyedot perhatian masyarakat Surabaya yang ingin berwisata yang

berbasis lingkungan sehingga tiap tahunnya jumlah pengunjung semakin

meningkat. Meskipun demikian, sebenarnya di dalam Ekowisata Mangrove

Wonorejo Surabaya masih banyak kekurangan antara lain dari segi manajemen

dan dari segi fasilitasnya. Kekurangan dari segi manajemen antara lain : masalah

sumber daya manusia, minimnya pengetahuan dan pengalaman tenaga kerja

tentang hutan mangrove, kurangnya pengetahuan tentang usaha wisata, dan

lain-lain. Sedangkan dari segi fasilitas antara lain: banyak fasilitas ekowisata

yang rusak dan kurang respresentatif, di Ekowisata Mangrove Wonorejo

Surabaya.

Penilaian terhadap suatu kawasan wisata memiliki peranan yang dapat

menentukan pengembangan dari tempat wisata itu sendiri yang mencakup

berbagai faktor antara nilai sosial, ekonomi dan budaya yang saling berkaitan.

Salah satu metode penilaian yang digunakan untuk meneliti Ekowisata Mangrove

Wonorejo Surabaya adalah memakai Metode Analisis SWOT. Metode ini

merupakan dasar bagaimana strategi yang dapat di rumuskan oleh pengelola

Ekowisata Mangrove Wonorejo dalam mengembangkan kawasan wisata.

Berdasarkan kondisi tersebut strategi yang dapat dilakukan dalam

pengelolaan ekowisata mangrove ini secara baik, berkelanjutan dan bertanggung

jawab dapat dimulai dari mengumpulkan data dan informasi tentang nilai strategi

dari obyek wisata ini.

Berdasarkan berbagai penjelasan di atas maka perlu untuk dilakukan

penelitian mengenai “Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove

Wonorejo”

(14)

Dari latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Apa saja potensi yang di miliki oleh ekowisata mangrove di Kecamatan

Wonorejo ?

2. Manfaat pengembangan ekowisata mangrove bagi masyarakat Wonorejo ?

3. Bagaimana kondisi lingkungan internal dan eksternal dalam

pengembangan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya ?

4. Bagaimana merumuskan strategi pengembangan Ekowisata Mangrove

Wonorejo Surabaya ?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan potensi pengembangan ekowisata mangrove di

Wonorejo

2. Mendeskripsikan manfaat yang dapat diperoleh masyarakat Wonorejo

dengan adanya Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.

3. Menganalisis kondisi lingkungan internal dan eksternal dalam

pengembangan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.

4. Merumuskan strategi yang dapat di lakukan lingkungan internal dan

eksternal untuk mengembangkan Ekowisata Mangrove Wonorejo

(15)

D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Manfaat dan kegunaan yang dapat diharapkan dari penelitian ini antara lain :

1. Dapat memberikan informasi kepada pemerintah maupun masyarakat

sebagai bahan pertimbangan mengenai pentingnya keberadaan

Ekowisata Mangrove dan sebagai penentu kebijakan untuk pengambilan

keputusan tentang keberlangsungan mangrove ke arah yang lebih baik.

2. Dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang akan mempelajari atau

membahas mengenai pemanfaatan ekowisata mangrove sekaligus

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Topik yang dibahas pada penelitian ini, pernah dibahas dan di teliti oleh

peneliti lain yaitu penelitian menggunakan hutan mangrove, antara lain:

1. Penelitian yang di lakukan oleh Foltra Feronika Rutana (2011) tentang “

Studi Kesesuaian Ekosistem Mangrove sebagai Obyek Ekowisata di

Pulau Kapota Taman Nasional Wakatobi Sulawesi Tenggara. Hasil

penelitian ini menyimpulkan bahwa:

a. Pulau Kapota layak untuk dijadikan kegiatan ekowisata dan

pengembangan kegiatan wisata khususnya di Danau Tailarontoga

pada stasiun I, stasiun II dan stasiun III yang terdapat di Pantai

Peuwaume di sebelah timur Pulau Kapota.

b. Ekosistem mangrove di Pulau Kapota layak untuk dijadikan ekowisata

mangrove karena sangat spesifik yaitu tidak tumbuh di pinggir pantai

tetapi tumbuh mengarah kedarat yaitu 300 meter dari garis pantai

Pulau Kapota

c. Ketersediaan sarana dan prasarana cukup mendukung untuk

melakukan kegiatan wisata.

d. Berdasarkan persepsi pengunjung bahwa daerah lokasi ekowisata

hutan mangrove di Pulau Kapota sangat menarik dan penuh dengan

keunikan sehingga memiliki daya tarik untuk melakukan ekowisata di

daerah tersebut.

2. Penelitian yang di lakukan oleh Nurul Chaerani (2011) tentang “

kerapatan, frekuensi, dan tingkat penutupan jenis mangrove di desa

Coppo Kecamatan Barru, Kabupaten Barru. Hasil penelitian ini

(17)

a. Kerapatan relatif jenis tumbuhan mangrove jenis Sonneratia sp dan

Bruguiera gymnorrhiza di pemukiman cenderung lebih tinggi dibanding

di muara sungai.

b. Frekuensi relatif jenis tumbuhan mangrove jenis Avicennia marina,

Sonneratia sp, dan Rhizophora stylosa di daerah muara sungai

cenderung lebih besar di banding yang berada di pemukiman.

c. Tingkat Penutupan jenis Mangrove memberikan proporsi nilai yang

hampir seimbang baik di pemukiman maupun di daerah muara sungai

d. Badeva blosvilley dan Strombus striatus spesies gastropoda yang tidak

ditemukan di daerah pemukiman tetapi ditemukan pada daerah muara

sungai.

e. Pengukuran suhu pada lokasi pemukiman dan lokasi muara sungai

adalah 270C, dari hasil pengamatan pada 2 lokasi yaitu pemukiman

dan muara sungai diperoleh salinitas yang tidak jauh berbeda.

Sedangkan untuk nilai Do tertinggi terdapat pada lokasi muara sungai.

Dari beberapa hasil penelitian terdahulu tersebut, maka dapat di simpulkan

bahwa hutan mangrove dapat di jadikan tempat wisata yang berbasis lingkungan

yaitu ekowisata dan hutan mangrove memiliki Kerapatan serta Frekuensi yang

relatif. Sehingga mendukung hutan mangrove itu sendiri untuk berkembang

menjadi tempat ekowisata mangrove.

B. Konsep Wisata

1. Pengertian Wisata

Wisata adalah perjalanan keluar tempat tinggalnya mengunjungi tempat

tertentu secara sukarela dan bersifat sementara dengan bertujuan untuk

berlibur, bertamasya, dan atau kepentingan lain ditempat lain yang

(18)

Menurut Yulianda (2006), wisata dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktifitas wisata yang ditujukan

pada pemanfaatan sumberdaya alam atau daya tarik panoramanya.

2. Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan

budaya sebagai obyek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.

3. Ecotourism, green tourism atau alternative tourism, merupakan wisata

berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan

perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan

2. Pengertian Pariwisata

Pariwisata adalah keluar untuk rekreasi diluar domisili dengan tujuan

melepas diri dari perkerjaan rutin atau mencari suasana lain.

Menurut Undang-undang No. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan,

menyatakan Pariwisata sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan

wisata, termasuk objek dan daya tarik serta usaha-usaha yang terkait

dibidang tersebut. Kepariwisataan mempunyai peranan penting untuk

memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja,

mendorong pembangunan daerah, memperbesar pendapatan nasional dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat serta memupuk

rasa cinta tanah air, memperkaya kebudayaan nasional dan memantapkan

pembinaannya dalam memperkukuh jati diri bangsa (Damanik dan Weber,

2006).

Pariwisata merupakan suatu proses kepergian sementara seseorang atau

lebih menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya

adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi,

(19)

seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun sekedar

untuk belajar (Utama,2009).

Menurut Utama (2009), mendeskripsikan bahwa yang membatasi

tentang wisata bertumpu pada lingkungan alam dan budaya yang terkait

dengan:

1. Mendidik tentang fungsi dan manfaat lingkungan,

2. Meningkatkan kesadaran lingkungan,

3. Bermanfaat secara ekologi, sosial dan ekonomi,

4. Menyumbang langsung pada keberkelanjutan.

Interaksi lingkungan hidup dengan manusia menciptakan lingkungan

hidup seperti yang ada di suatu tempat dan sebaliknya kebudayaan manusia di

tempat tersebut tercipta dari interaksi itu juga. Lingkungan hidup biogeofisik tak

dapat dipisahkan dari lingkungan hidup sosial-budaya, kepada para

ekowisatawan disajikan keduanya secara utuh. Secara keseluruhan tidak ada

yang membedakan antara pariwisata, wisata dan ekowisata, pembeda yang

nyata adalah ruang dan waktu pelaksanaan wisata tersebut, karena dalam

penyelenggaraan suatu kegiatan satu komponen dengan yang lainnya saling

berkaitan dan mendukung, sehingga penyelenggaraan wisata dapat berjalan

dengan baik (Utama,2009)

3. Pengertian Wisatawan

Wisatawan atau pelancong atau turis adalah orang yang melakukan

kegiatan wisata. Wisatawan dapat dipilah dalam kategori wisatawan

mancanegara yaitu wisatawan dari berbagai negara lain yang berkunjung

kewilayah negara indonesia, dan warga negara indonesia yang berwisata

keluar wilayah negara indonesia. Wisatawan nasional (domestik) yaitu

(20)

sendiri. Di Indonesia wisatawan domestik terdiri atas wisatawan nusantara,

yaitu warga negara Indonesia; dan wisatawan domestik asing, yaitu warga

negara asing yang tinggal di Indonesia dan berwisata di dalam wilayah

Indonesia (Warpani, 2007).

Menurut Endar (2000) menjelaskan bahwa menurut WTO yang dimaksud

dengan wisatawan adalah setiap pengunjung yang tinggal paling sedikit 24

jam, akan tetapi tidak lebih dari enam bulan di tempat yang dikunjunginya.

Definisi liga bangsa-bangsa menyebutkan motif-motif orang asing sehingga

disebut wisatawan adalah:

a. Orang yang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang, karena

alasan keluarga, kesehatan dan sebagainya.

b. Orang yang mengadakan perjalanan untuk mengunjungi

pertemuan-pertemuan atau sebagai utusan (ilmiah, administratif, diplomatik atletik

dan sebagainya.

c. Orang yang mengadakan perjalanan bisnis.

d. Orang yang datang dalam rangka pelayaran pesiar (seacruise), juga

kalau ia tinggal kurang dari 24 jam.

4. Dampak Positif Dan Negatif Pariwisata

Kegiatan pengembangan pariwisata, disamping mempunyai dampak

positif tentunya juga mempunyai dampak negatif. Oleh karena itu diperlukan

perencanaan untuk menekan sekecil mungkin dampak negatif yang

ditimbulkan.

Dampak positif dari adanya kegiatan pengembangan pariwisata meliputi :

1) Terciptanya lapangan kerja, dimana pada umumnya pariwisata merupakan

industri padat karya dimana tenaga kerja tidak dapat digantikan dengan

(21)

2) Sebagai sumber devisa Negara.

3) Pariwisata dan distribusi pembangunan spiritual, disini pariwisata secara

wajar cenderung mendistribusikan pembangunan dari pusat industri

kearah wilayah desa yang belum berkembang, bahkan pariwisata disadari

dapat menjadi dasar pembangunan regional.

Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya pengembangan

pariwisata meliputi :

1) Pariwisata dan vulnerability ekonomi, karena di negara kecil dengan

perekonomian terbuka, pariwisata menjadi sumber mudah kena serang

atau luka (vulnerability), khususnya kalau negara tersebut sangat

tergantung pada satu pasar asing.

2) Banyak kasus kebocoran sangat luas dan besar, khususnya kalau

proyek-proyek pariwisata berskala besar dan diluar kapasitas perekonomian,

seperti barang-barang impor, biaya promosi keluar negeri, tambahan

pengeluaran untuk warga negara sebagai akibat dari penerimaan dan

percontohan dari pariwisata dan lainnya.

3) Polarisasi spasial dari industri pariwisata dimana perusahaan besar

mempunyai kemampuan untuk menerima sumber daya modal yang besar

dari kelompok besar perbankan atau lembaga keuangan lain. Sedangkan

perusahaan kecil harus tergantung dari pinjaman atau subsidi dari

pemerintah dan tabungan pribadi. Hal ini menjadi hambatan dimana terjadi

konflik aspasial antara perusahaan kecil dan perusahaan besar.

4) Sifat dari pekerjaan dalam industri pariwisata cenderung menerima gaji

yang rendah, menjadi pekerjaan musiman, tidak ada serikat buruh.

5) Dampak industri pariwisata terhadap alokasi sumber daya ekonomi industri

ini dapat menaikkan harga tanah dimana kenaikan harga tanah dapat

(22)

disektor pariwisata yang ingin membangun rumah atau mendirikan bisnis

disini.

6) Dampak terhadap lingkungan, bisa berupa polusi air atau udara,

kekurangan air, keramaian lalu lintas dan kerusakan dari pemandangan

alam yang tradisional.

C. Konsep Ekowisata

1. Pengertian Ekowisata

Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan baik alam

yang alami maupun buatan serta budaya yang ada yang bersifat informatif

dan partisipatif yang bertujuan untuk menjamin kelestarian alam dan

sosial-budaya. Ekowisata menitik beratkan pada tiga hal utama yaitu;

keberlangsungan alam atau ekologi, memberikan manfaat ekonomi, dan

secara psikologi dapat diterima dalam kehidupan sosial masyarakat. Jadi,

kegiatan ekowisata secara langsung memberi akses kepada semua orang

untuk melihat, mengetahui, dan menikmati pengalaman alam, intelektual dan

budaya masyarakat lokal.

Ekowisata memberikan kesempatan bagi para wisatawan untuk menikmati

keindahan alam dan budaya untuk mempelajari lebih jauh tentang pantingnya

berbagai ragam mahluk hidup yang ada di dalamnya dan budaya lokal yang

berkembang di kawasan tersebut (Subadra, 2008).

Ekowisata merupakan salah satu produk pariwisata alternatif yang

mempunyai tujuan pelestarian lingkungan, seiring dengan pembangunan

pariwisata berkelanjutan yaitu pembangunan pariwisata yang secara ekologis

memberikan manfaat yang layak secara ekonomi dan adil secara etika,

memberikan manfaat sosial terhadap masyarakat guna memenuhi kebutuhan

(23)

dan memberi peluang bagi generasi muda sekarang dan yang akan datang

untuk memanfaatkan dan mengembangkannya (Subadra, 2008).

2. Prinsip Dasar Ekowisata

Menurut Yulianda (2006), prinsip dasar ekowisata dapat dibagi menjadi :

a. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan

terhadap alam, budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan

dengan sifat dan karakter alam serta budaya setempat.

b. Pendidikan konservasi lingkungan

c. Pendapatan langsung untuk kawasan

d. Patisipasi masyarakat dalam perencanaan

e. Penghasilan masyarakat

f. Menjaga keharmonisan dengan alam

D. Hutan Mangrove

1. Definisi, Jenis, dan Penyebaran Mangrove

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan sub

tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove mampu tumbuh

pada daerah pasang surut pantai berlumpur (Bengen, 2001) Menurut

Nybakken (1988), hutan bakau atau mangal adalah sebutan umum yang

digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang

didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau yang

mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin.

Kata mangrove mempunyai dua arti, pertama sebagai komunitas yaitu

komunitas tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar garam atau

salinitas (pasang surut air laut), dan kedua sebagai individu spesies

(24)

Mangrove juga sering diterjemahkan sebagai komunitas hutan bakau,

sedangkan tumbuhan bakau merupakan salah satu jenis dari tumbuhan yang

hidup di hutan pasang surut tersebut. Jenis-jenis pohon Mangrovenya seperti

Avicennia sp, Sonneratia sp, Rhizophora sp, Bruguiera sp dan Ceriops sp.

Mangrove atau mangal adalah sebutan umum yang digunakan untuk

menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh

beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang

mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin (Huda, 2008).

Mangrove merupakan komunitas tumbuhan vegetasi yang berada di

pantai tropis dan sub tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon

(seperti Avicennia, Sonneratia, Rhizopora, Bruguiera, dan Nypa) yang mampu

tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut lumpur (Bengen, 2004).

2. Karakteristik Habitat dan Ekosistem Mangrove

Karakteristik habitat mangrove yakni: (1) umumnya tumbuh pada daerah

yang jenis tanah berlumpur atau berpasir; (2) daerah yang tergenang air laut

secara berkala baik setiap hari maupun yang hanya tergenang pada saat

pasang purnama, frekuensi genangan menentukan komposisi vegetasi

mangrove; (3) menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat; (4)

terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat (Huda,

2008).

Ekosistem mangrove adalah suatu sistem di dalam tempat

berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara

makhluk hidup dengan lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu sendiri.

Terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan di

dominasi oleh spesies pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh

(25)

Ekosistem mangrove sangat penting artinya dalam pengelolaan

sumberdaya pesisir terutama pulau-pulau kecil. Mangrove berperan sebagai

filter untuk mengurangi efek yang merugikan dan perubahan lingkungan

utama dan sebagai sumber makanan bagi biota laut (pantai). Selain itu,

ekosistem ini juga berfungsi dalam mengolah limbah melalui penyerapan

untuk mencegah pencemaran dan kontaminasi di perairan sekitarnya

(Huda, 2008).

3. Fungsi dan Manfaat Mangrove

Ekosistem mangrove memiliki fungsi antara lain: (1) sebagai pelindung

pantai dari hempasan ombak, arus, dan angin; (2) sebagai tempat berlindung,

berkembang biak berbagai jenis biota; (3) sebagai penghasil bahan organik

yang sangat produktif. (4) Sebagai sumber bahan baku industri; (5) pemasok

larva ikan, udang, dan biota laut lainnya; (6) tempat pariwisata (Huda, 2008).

Mangrove merupakan SDA yang dapat mempunyai manfaat ganda

(manfaat ekonomis dan ekologis). Berdasarkan sejarah, sudah sejak dulu

hutan mangrove merupakan penyedia berbagai keperluan hidup bagi berbagai

masyarakat sekitar. Seiring dengan perkembangan IPTEK, maka hutan

mangrove menyediakan berbagai jenis sumber daya sebagai bahan baku

industri dan berbagai komoditas perdagangan yang bernilai ekonomis tinggi

yang dapat menambah devisa negara. Secara garis besar, manfaat ekonomis

dan ekologis mangrove adalah :

a. Manfaat ekonomis, terdiri atas :

1). Hasil berupa kayu, seperti: kayu konstruksi, tiang/pancang, kayu

(26)

2). Hasil bukan kayu

a.) Hasil hutan ikutan, seperti: tannin, madu, alkohol, makanan,

obat-obatan, dan lain-lain.

b.) Jasa lingkungan wisata (ekowisata)

b. Manfaat ekologis, yang terdiri atas berbagai fungsi lindung lingkungan,

baik bagi lingkungan ekosistem daratan dan lautan maupun habitat

berbagaia jenis fauna, diantaranya :

1.Sebagai proteksi dari abrasi/erosi, gelombang atau angin kencang

2. Pengendali intrusi air laut

3. Habitat berbagai jenis fauna

4. Sebagai tempat mencari makan, memijah dan berkembang biak

berbagai jenis ikan, udang dan biota laut lainnya.

5. Pembangunan lahan melalui proses sedimentasi

6. Memelihara kualitas air (mereduksi polutan, pencemar air)

7. Penyerap C02 dan penghasil O2 yang relatif tinggi dibandingkan tipe

hutan lain (Anonim, 2003).

Mangrove sangat penting artinya dalam pengelolaan sumber daya pesisir

di sebagian besar-walaupun tidak semua-wilayah Indonesia. Fungsi mangrove

yang terpenting bagi daerah pantai adalah menjadi penghubung antara daratan

dan lautan. Tumbuhan, hewan benda-benda lainnya, dan nutrisi tumbuhan

ditransfer ke arah daratan atau ke arah laut melalui mangrove. Mangrove

berperan sebagai filter untuk mengurangi efek yang merugikan dari perubahan

lingkungan utama, dan sebagai sumber makanan bagi biota laut (pantai) dan

biota darat. Jika mangrove tidak ada maka produksi laut dan pantai akan

(27)

E. Konsep Strategi

1. Pengertian Strategi

Dalam Pengembangannya, konsep mengenai strategi terus berkembang

dengan seiring waktu yang terus berjalan. Menurut Grant (1999), dalam

perkembangannya penerapan yang mulanya dari strategi militer , sekarang

strategi dapat memberi masukan yang penting dalam pengelolahan dunia

bisnis. Sehingga strategi mengandung makna suatu rencana keseluruhan

dalam memanfaatkan sumber daya untuk memperoleh keuntungan.

Menurut Kotler (1990 ), strategi merupakan suatu proses manajerial yang

meliputi pengembangan dan pemeliharaan yang berlangsung secara

terus-menerus antara sasaran organisasi dengan sumber daya dan berbagai

peluang yang terdapat di dalam lingkungan tersebut.

Menurut Jauch dan Glueck (1990) adalah rencana yang di satukan,

luas dan terintergrasi, yang menghubungkan keunggulan strategi lembaga

dengan tantangan lingkungan yang di rancang untuk memastikan bahwa

tujuan utama dari Lembaga/instansi dapat di capai melalui pelaksanaan yang

tepat oleh suatu organisasi.

Strategi adalah suatu upaya untuk memutuskan bagaimana lembaga

tersebut mencapai tujuannya dan bagaimana langkah-langkah yang akan di

tempuh oleh lembaga dalam mencapai tujuan tersebut. Strategi juga

merupakan suatu perencanaan yang di lakukan oleh top manajer untuk

mengkoordinasikan misi dan tujuan perusahaan. Pengembangan strategi

lembaga, seorang manajer bertugas mengevaluasi dari lingkungan eksternal,

terutama yang menyangkut ancaman (threath) dan persaingan usaha di mana

menyangkut ancaman dan persaingan usaha di mana ekstitensinya lembaga

dan analisis kritik terhadap kapabilitas dalam jangka waktu yang sedang

(28)

Menurut Rangkuti, 2001 Strategi merupakan tindakan yang senantiasa

meningkat dan terus menerus serta di lakukan berdasarkan sudut pandang

tentang apa yang di harapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan

demikian perencanaan strategi hampir selalu di mulai dari “ apa yang terjadi “

bukan dari” apa yang terjadi” . Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan

perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti. Oleh karenanya perlu

mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang di lakukan .

Strategi merupakan aktivitas secara komprehensif yang menyatukan

berbagai arah usaha kegiatan untuk mencapai tujuan dengan penuh daya

guna dan hasil guna. Dengan demikian strategi bisnis yang di rumuskan

menjadi sebagai urut payung yang menaungi seluruh tujuan dan sasaran.

Perumusan strategi tersebut di sertai pula dengan penjabaran dalam bentuk

kebijakan – kebijakan yang di perlukan sebagai pedoman untuk di

implementasikan ( Dewi 2009).

2. Formulasi Strategi

a. Pengertian Formulasi

Formulasi adalah bentuk penyederhanaan situasi nyata menjadi bentuk

matematis. Dalam memformulasikan suatu strategi yang baik, maka perlu

diketahui hal-hal yang mempengaruhi strategi tersebut. Dan variabel-variabel

tersebut adalah sebagai berikut:

1.) Variabel Internal

a) Proses bisnis, proses-proses yang menggambarkan bagaimana

pekerjaan itu dilakukan, baik proses yang ber-interface dengan para

pemasok atau para pelanggan ataupun yang berkepentingan internal.

b) Tujuan Lembaga, ukuran sukses finansial maupun non finansial bertolak

(29)

maupun untuk ukuran-ukuran yang khusus yang terpancar ke seluruh

organisasi.

c) Kemampuan manusia, ketrampilan dan pengetahuan kerja dari sumber

daya manusia baik dari segi proses, kadar, sifat teknis sangat

berpengaruh dalam formulasi strategi.

d) Struktur organisasi, yang dimulai dari pelimpahan wewenang dan

tanggung jawab secara hierarki perlu dirancang berdasarkan fungsi,

geografi, pelanggan, produk, satuan unit usaha ataupun prosesnya.

e) Manajemen informasi/pengetahuan, data yang terhimpun dan kemudian

dianalisis, disebarluaskan dan diaplikasikan guna mendukung penciptaan

nilai suatu organisasi.

f) Budaya lembaga, merupakan efek gabungan dari perilaku, nilai-nilai,

warisan,pola pikir, dan hubungannya serta caranya semua diterapkan

atau ditanamkan dalam organisasi dan tentunya bagaimana performanya

(Anonim, 2010).

2. Variabel Eksternal

a) Lingkungan, ekspektasi badan pemerintah dan badan regulasi, komunitas

lokal dan global dimana organisasi beroperasi, kecenderungan yang

bersifat ekonomis dan teknologis, ancaman dan peluang serta

kecenderungan dalam masyarakat luas turut berperan dalam penentuan

strategi lembaga.

b) Para pemegang saham dan lembaga induk, tergambar dalam hubungan

timbal balik antara perusahaan dengan mereka yang menyumbang pada

kemampuan finansial lembaga organisasi dan keuntungan hasil finansial.

c) Para pelanggan dan pasar, hubungan yang saling membutuhkan antara

mereka berkeinginan untuk memenuhi produk dan jasa yang ada di

(30)

d) Para pemasok dan pemilik sumber daya, yang memiliki bahan baku dan

komponen diluar organisasi perlu mendapat perhatian tentang teknologi,

manusia, dan modal apakah perlu di-‘outsourcing’-kan tidak.

e) Para kompetitor, dengan adanya kompetitor yang terlibat maka akan

menciptakan nilai yang sama. Persaingan akan terjadi baik di hulu (para

pemasok/ sumber daya) maupun di hilir (pelanggan/ pasar).

b. Analisis SWOT

Analisa SWOT merupakan singkatan dari strength (kekuatan), weakness

(kelemahan), opportunity (peluang) dan threats (ancaman). Pendekatan ini

mencoba menyeimbangkan kekutaan dan kelemahan internal organisasi

dengan peluang dan ancaman lingkungan eksternal organisasi.

1) Kekuatan (strength) adalah suatu kondisi di mana lembaga mampu

melakukan semua tugasnya secara sangat baik (diatas rata-rata industri).

2) Kelemahan (weakness) adalah kondisi di mana lembaga kurang mampu

melaksanakan tugasnya dengan baik di karenakan sarana dan

prasarananya kurang mencukupi.

3) Peluang (opportunity) adalah suatu potensi bisnis menguntungkan yang

dapat diraih oleh lembaga yang masih belum di kuasai oleh pihak pesaing

dan masih belum tersentuh oleh pihak manapun.

4) Ancaman (threats) adalah suatu keadaan di mana lembaga/instansi

mengalami kesulitan yang disebabkan oleh kinerja pihak pesaing, yang

jika dibiarkan maka lembaga akan mengalami kesulitan dikemudiaan hari

(31)

c. Memformulasikan Strategi

Formulasi strategi juga melibatkan penetapan serangkaian tindakan yang

tepat guna untuk mencapai tujuan lembaga. Cara untuk memformulasikan

suatu strategi yang paling terpopuler saat ini yaitu dengan menggunakan

Analisis SWOT. Analisis SWOT adalah indentifikasi berbagai faktor secara

sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini di dasarkan

pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang

(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan

strategi selalu berkaitan dengan pengembangan misi,tujuan,strategi, dan

kebijakan lembaga. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic

planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis lembaga (kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini

(Rangkuti, 2004).

Dalam memformulasikan suatu strategi ada ciri-ciri yang terpenting yang

dapat dipakai sebagai acuan, diantaranya adalah:

1. Strategi dibangun berdasarkan jawaban-jawaban atas beberapa

pertanyaan yang vital dan bukan berdasarkan data yang banyak. Karena

pertanyaan yang vital akan sangat berkaitan erat dengan visi dan misi

dari suatu organisasi, sehingga akan dengan cepat keputusan strategis

akan terbangun. Tentunya data yang banyak tersebut untuk mendukung

suatu keputusan strategis.

2. Pertanyaan-pertanyaan yang solid tentang proses akan menhasilkan

deviden strategis yang lebih besar dari pada pertanyaan yang fokusnya

(32)

3. Keberhasilan upaya memformulasikan dan mengimplementasikan strategi

tergantung dari ketrampilan dan komitmen tim para eksekutif puncak

(Anonim, 2010 ).

d. Mengimplementasikan Strategi

Di dalam implementasi strategi, lembaga diharapkan dapat menetapkan

atau merumuskan tujuan lembaga tiap tahunnya (annual objective of the

business), memikirkan dan merumuskan kebijakan, memotivasi karyawan

serta mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang telah di

formulasikan dapat dilaksanakan. Mengimplementasikan berarti menggerakan

para karyawan dan manajer untuk menempatkan strategi yang telah

formulasikan menjadi tindakan nyata. Implementasi strategi memerlukan

kinerja dan disiplin yang tinggi tetapi juga diimbangi dengan imbalan yang

memadai. Tantangan implementasi adalah menstimulir para manajer dan

karyawan melalui organisasi agar mau bekerja dengan penuh kebanggaan

dan antusias ke arah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

e. Mengevaluasi Strategi

Evaluasi strategi merupakan tahap terakhir di dalam proses strategi. Pada

dasarnya evaluasi strategi mencakup 3 hal, yaitu:

1. Mereview faktor internal dan eksternal yang menjadi dasar

bagi strategi yang sedang berlangsung,

2. Mengukur kinerja yang telah dilakukan, dan

3. Mengambil berbagai tindakan perbaikan.

Evaluasi strategi sangat diperlukan sebab keberhasilan lembaga dewasa ini tidak

menjadi jaminan keberhasilan lembaga di masa yang akan datang

(33)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Di era global saat ini sangatlah peka terhadap permasalahan lingkungan.

Dengan adanya para wisatawan yang peduli pada lingkungan, maka di perlukan

konsep-konsep pariwisata yang dapat menimbulkan inovasi-inovasi baru dalam

melestarikan lingkungan. Salah satu konsep pariwisata yang sedang marak saat

ini ialah ekowisata, dengan berbagai teknik pengelolaan seperti pengelolaan

sumber daya pesisir yang berbasiskan masyarakat yang dilaksanakan secara

terpadu. dimana dalam konsep pengelolaan ini melibatkan seluruh stakeholder

yang kemudian menetapkan prioritas–prioritas. Dengan berpedoman tujuan

utama, yaitu tercapainya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan

lingkungan.

Semakin maraknya perkembangan wisata yang berbasis lingkungan tersebut,

maka Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya berusaha mengembangkan

hutan mangrove dengan cara penanaman hutan mangrove sejak dini dan

berfungsi sebagai tempat penampung sedimen, biota-biota laut serta

penyeimbang lingkungan pesisir laut. Dari latar belakang Ekowisata Mangrove

Wonorejo tersebut untuk melakukan Strategi – strategi pengembangan dengan

menggunakan analisis SWOT.

Langkah – langkah dalam kerangka pemikiran penelitian Ekowisata

Mangrove Wonorejo Surabaya meliputi :

1.) Keberadaan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya itu sendiri.

2.) Kemudian analisis lingkungannya, analisis lingkungan tersebut meliputi;

lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal terdiri

dari kekuatan dan kelemahan. Sedangkan lingkungan Eksternalnya

(34)

3.) Kemudian lingkungan internal dan lingkungan eksternalnya tersebut di

analisis SWOT.

4.) Setelah di analisis SWOT, kemudian merumuskan strategi

pengembangan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya

5.) Kemudian yang terakhir bagaimana implementasinya ? maksudnya yaitu

dengan adanya strategi-strategi pengembangan yang di lakukan peneliti

terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya apakah pengelola

masih menerapkan konsep yang lama / konsep yang baru ?

Berikut ini adalah gambar Alur kerangka pemikiran strategi pengembangan

Ekowisata Mangrove Wonorejo sebagai Tempat Wisata yang berkonsep

(35)

Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.

EKOWISATA MANGROVE WONOREJO

ANALISIS LINGKUNGAN

Rumusan Strategi Pengembangan Ekowisata MangroveWonorejo

IMPLEMENTAS

I

Analisis SWOT Lingkungan Internal

Kekuatan

Kelemahan

Lingkungan Eksternal

(36)

IV. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo

Surabaya. Penelitian ini berlangsung pada bulan Oktober sampai dengan bulan

Desember 2012. Lokasi di dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa

kawasan Ekowisata Mangrove Surabaya merupakan salah satu kawasan

mangrove yang pengelolaan dan pemanfaatannya ditetapkan sebagai kawasan

wisata, kawasan konservasi, hutan penelitian dan pendidikan. Hal ini

berdasarkan atas asas kelestarian dan pembangunan yang berkelanjutan.

B. Penentuan Responden

Penentuan Responden di lakukan dengan secara sengaja (purposive)

dengan cara menggunakan metode judgement sampling yaitu pengambilan

sample secara sengaja terhadap orang-orang tertentu yang dapat memberikan

informasi yang berkaitan dengan permasalahan (Nur Indriantoro, 1999). Oleh

karena itu responden yang di pilih dalam penelitian ini berjumlah 30 orang yaitu

terdiri dari 10 orang pengelola dan 20 orang pengunjung Ekowisata Mangrove

Wonorejo Surabaya, karena dengan mengambil responden sebanyak itu, yang

terdiri dari 10 orang pengelola dan 20 orang pengunjung sudah mampu mewakili

semuanya. Kriteria dalam pengambilan sampel tersebut adalah seseorang yang

sudah berumur di atas 17 tahun (Dewasa), karena usia di atas 17 tahun,

seseorang sudah di anggap dewasa dan jawabannya bisa di pertanggung

(37)

C. Sumber Data Penelitian

Sumber data yang digunakanan pada penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder.

a. Data Primer

Merupakan data yang di dapatkan secara langsung dari pengelolah maupun

pengunjung Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya yang berada di lokasi

penelitian melalui observasi, interview maupun dokumentasi yang terkait dengan

tujuan penelitian.

b. Data Sekunder

Merupakan data pendukung yaitu data yang di peroleh di literatur-literatur

yang berhubungan dengan penelitian, dan data primer yang diperoleh dari

lembaga terkait yang mendukung penelitian yang berhubungan dengan

permasalahan yang akan dikaji yaitu antara lain : Potensi pengembangan

ekowisata mangrove, manfaat ekowisata mangrove, kondisi internal dan

eksternal ekowisata mangrove, dan yang terakhir merumuskan strategi

pengembangannya.

D. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Dilakukan dengan mengadakan peninjauan langsung mengenai operasional

di lokasi penelitian untuk memperoleh gambaran lokasi penelitian yang

sebenarnya.

b. Interview/ Wawancara

Dilakukan dengan wawancara langsung dengan melakukan tanya jawab

terhadap responden yaitu pengelola dan pengunjung Ekowisata Mangrove

(38)

c. Studi Pustaka

Dilakukan dengan mengumpulkan data melalui kajian pustaka yang ada

hubungannya dengan penelitian.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Mangrove adalah komunitas tumbuhan yang mampu tumbuh pada daerah

pasang surut pantai berlumpur.

2. Ekowisata merupakan salah satu produk pariwisata alternatif yang

mempunyai tujuan pelestarian lingkungan.

3. Strategi yaitu suatu cara untuk mencapai tujuan lembaga/instansi, dalam

kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta

prioritas alokasi sumberdaya.

4. Analisis Strategi adalah suatu analisis untuk tujuan jangka panjang dari

suatu daerah yang potensinya mencakup pendayagunaan dalam alokasi

semua sumberdaya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut.

5. Analisis SWOT adalah sebagai proses identifikasi berbagai faktor secara

sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini di dasarkan

pada logika yang memaksimalkan kekuatan (strenght) dan peluang

(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(Weakness) dan ancaman (Threats).

6. Lingkungan internal adalah lingkungan proses yang di gunakan dalam

perencanaan strategi untuk memantau dan menentukan kekuatan dan

kelemahan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.

7. Lingkungan eksternal adalah lingkungan proses yang di gunakan dalam

perencanaan strategi untuk memantau dan menentukan peluang dan

(39)

8. Kekuatan (Strenght) adalah suatu Kelebihan / Keunggulan yang di miliki

oleh Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.

9. Kelemahan (Weakness) adalah keterbatasan atau kekurangan yang di

miliki Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.

10. Peluang (Opportunities) adalah situasi utama yang menguntungkan

dalam lingkungan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.

11. Ancaman (Threats) adalah situasi yang tidak menguntungkan dalam

lingkungan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.

12. Implementasi adalah penerapan yang seharusnya di lakukan.

F. Analisis Data

Analisis data yang saya lakukan untuk meneliti Strategi Pengembangan

Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya tersebut berdasarkan tujuan –

tujuan penelitian saya, antara lain;

1. Tujuan penelitian pertama, yaitu Mendeskripsikan potensi hutan Mangrove

dalam pengembangan ekowisata di Wonorejo Surabaya, menggunakan

analisis deskriptif, yakni dengan menguraikan potensi – potensi apa saja

yang ada di Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya antara lain meliputi:

a. Kondisi lahan, yang tidak terlalu kering (lembab) yang cocok untuk hutan

mangrove.

b. Sumber daya alam : Sumber daya yang berasal dari pesisir pantai yang

sangat banyak dengan beraneka ragam flora dan fauna yang tinggal di

sana, contohnya; hutan mangrove, bekantan, kepiting, dan hewan laut

lainnya yang dapat mendukung Ekowisata Mangrove Wonorejo..

c. Dukungan pemerintah ; dukungannya berupa dukungan modal,

dukungan moral, dan dukungan partisipasi.

d. Organisasi Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya yang sudah di

(40)

e. Partisipasi masyarakat lokal terhadap pembangunan Ekowisata

Mangrove Wonorejo Surabaya.

f. Dukungan sarana & prasarana dapat meliputi : Jalan transportasi ke

arah Ekowisata Mangrove Wonorejo dan fasilitas - fasilitas wisata yang

di miliki oleh Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.

2. Tujuan penelitian kedua, yaitu Mendeskripsikan manfaat - manfaat yang

dapat diperoleh masyarakat Wonorejo dengan adanya Ekowisata

Mangrove Wonorejo Surabaya. Yakni dengan menguraikan manfaat –

manfaat Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya dari segi sosial,

ekonomi dan agribisnisnya.

3. Tujuan penelitian ketiga, yaitu menganalisis kondisi lingkungan internal dan

eksternal dalam pengembangan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.

Untuk menganalisis tujuan yang ketiga maka, peneliti menggunakan

analisis SWOT, Yaitu dengan Metode IFAS & EFAS.

a. Menggunakan analisis faktor-faktor strategi internal dan di susun di

dalam table IFAS atau disebut dengan Internal Strategy Factors

Analisys Summary, yang merumuskan faktor-faktor strategi internal dan

di masukkan dalam rangka mengetahui Kekuatan (Strenght) dan

kelemahan (weakness) Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.

Langkah –langkah adalah sebagai berikut :

1.) Menentukan faktor –faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan

Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya dalam kolom 1.

2.) Memberi bobot masing – masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0

adalah sangat penting sampai dengan 0,0 merupakan faktor yang tidak

penting berdasarkan pengaruh faktor – faktor tersebut terhadap posisi

strategi lembaga. Jumlah semua bobot tidak boleh melebihi skor total

(41)

3.) Menghitung rating yang di masukkan dalam kolom 3, untuk setiap

faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 yang merupakan

outstanding sampai dengan 1 atau poor.

4.) Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk

mendapatkan pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor

pembobotan untuk setiap faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4

yang di sebut outstanding sampai dengan 1,0 atau poor.

5.) Menggunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan

mengenai alasan dipilihnya faktor-faktor tertentu dan bagaimana

perhitungan skor pembobotannya.

6.) Menjumlahkan skor pembobotan pada kolom 4 untuk mendapatkan

total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total

menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor

faktor strategi internalnya. Untuk lebih jelasnya tentang faktor – faktor

(42)
(43)

Dari Tabel 1 tentang analisis strategi faktor internal dalam ekowisata

mangrove Wonorejo Surabaya, berdasakan faktor internal yaitu kekuatan dan

kelemahan dengan menggunakan angka atau nilai maka penelitian dapat

memperoleh hasil secara kuantitatif untuk memperoleh suatu strategi yang tepat.

b. Menggunakan analisis faktor – faktor strategi eksternal yang di susun

dalam suatu table EFAS atau di sebut Eksternal Strategy Factors

Analysis Summary dalam kerangka Opportunities (peluang) dan Threats

(ancaman) lembaga. Langkah – langkahnya sebagai berikut:

1.) Menentukan faktor – faktor yang menjadi peluang serta ancaman

ekowisata mangrove dalam kolom 1.

2.) Memberikan bobot masing – masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 4

yaitu sangat penting sampai dengan 0,0 yaitu tidak penting.

3.) Menghitung rating dalam kolom 3 untuk setiap faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 yang di sebut outstanding sampai

dengan 1,00 atau poor.

4.) Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk

mendapatkan pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor

pembobotan untuk setiap faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4

yang di sebut outstanding sampai dengan 1,0 atau poor.

5.) Menggunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan

mengenai alasan dipilihnya faktor – faktor tertentu dan bagaimana

perhitungan skor pembobotannya.

6.) Menjumlahkan skor pembobotan pada kolom 4 untuk mendapatkan

total skor pembobotan bagi lembaga yang bersangkutan. Nilai total

menunjukkan bagaimana lembaga tertentu bereaksi terhadap faktor –

(44)

Dari langkah – langkah dalam penentuan faktor eksternal lembaga dapat di

sajikan dalam Tabel 2, tentang faktor – faktor eksternal lembaga.

Tabel 2. Analisis Strategi Faktor Eksternal atau EFAS.

Faktor – faktor Eksternal ( Peluang dan Ancaman)

Bobot Rating Bobot X

Rating

Komentar

1 2 3 4 5

C. Peluang ( Opportunities)

1. Sebagai alternatife pariwisata

baru

2. Dukungan kebijakan pemerintah

3. Kebutuhan rekreasi masyarakat

Surabaya dan sekitarnya.

4. Sarana dan prasarana wisata.

5. Dukungan dan partisipasi warga

Wonorejo.

D. Ancaman (Threaths)

1. Pesaing yang sejenis

2. Penebangan hutan mangrove

secara liar.

3. Abrasi / kerusakan pantai.

4. Sampah

5.Kerusakan yang di lakukan oleh

pengunjung (wisatawan).

(45)

Dalam Tabel 2 tentang faktor – faktor eksternal yang di miliki oleh

ekowisata mangrove Wonorejo Surabaya, memiliki beberapa gambaran peluang

dan ancaman lembaga dengan perhitungan secara kuantitatif sehingga dapat di

rumuskan suatu strategi yang tepat.

4. Tujuan penelitian keempat yaitu Merumuskan strategi yang dapat di

lakukan lingkungan internal maupun lingkungan eksternal untuk

mengembangkan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya. Untuk

merumuskan strategi tersebut, maka peneliti menggunakan matrik SWOT.

Dengan menggunakan Matrik SWOT dapat di gambarkan secara jelas

bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang di hadapi Ekowisata

Mangrove Wonorejo Surabaya, sehingga dapat di sesuaikan dengan

kekuatan dan kelemahan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya. Matrik

SWOT juga dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternative

strategi yang di sajikan di bawah ini :

IFAS

pencocokan yang sering di gunakan oleh para direktur untuk mengembangkan

empat tipe strategi yaitu Strategi SO, Strategi WO, Strategi ST, dan Strategi WT.

(46)

untuk memanfaatkan peluang eksternal, Strategi WO atau strategi yang

bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan cara memanfaatkan peluang

eksternal, Strategi WT atau strategi yang mengarahkan untuk mengurangi

kelemahan internal dan menghindari ancaman lingkungan.

Tujuan dari penggunaan matrik SWOT adalah untuk menghasilkan

strategi alternative yang layak, dan bukan untuk memilih atau menetapkan

strategi yang terbaik. Langkah – langkah membuat matrik SWOT adalah sebagai

berikut:

1. Membuat daftar kekuatan internal Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.

2. Membuat daftar kelemahan internal Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.

3. Membuat daftar peluang eksternal Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.

4. Membuat daftar daftar ancaman Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.

5. Mencocokkan kekuatan – kekuatan internal dengan peluang – peluang

eksternal serta mencatat hasilnya dalam sel strategi SO.

6. Mencocokkan kelemahan – kelemahan internal dengan peluang – peluang

eksternal serta mencatat hasilnya dalam sel Strategi WO.

7. Mencocokkan kekuatan – kekuatan internal dengan peluang – peluang internal

dan mencatat hasilnya dalam sel Strategi ST.

8. Mencocokkan kelemahan kelemahan internal dengan ancaman – ancaman

eksternal serta mencatat hasilnya dalam sel Strategi WT.

Untuk Mengetahui kinerja Lembaga dan arah perkembangan selanjutnya

dapat di tentukan oleh kombinasi faktor internal dan faktor eksternal. Kedua

faktor tersebut harus di pertimbangkan dalam analisis SWOT, yaitu faktor

eksternal yaitu peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor

internal yaitu kekuatan (Strenght) dan kelemahan (weakness). (Rangkuti, 2004).

Untuk lebih jelasnya tentang Diagram Analisis SWOT dapat di lihat pada

(47)

Diagram Analisis SWOT

Gambar 3 : Diagram Analisis SWOT (Siagian, 2005)

Keterangan :

Kuadran 1 : Merupakan situasi yang menguntungkan bagi Ekowisata

Mangrove Wonorejo Surabaya, karena ekowisata ini dapat

menggunakan kekuatan internalnya untuk memanfaatkan peluang

eksternal dan mengatasi internal untuk menghindari ancaman

eksternal. Strategi yang di terapkan dalam kondisi kuadran 1 adalah

untuk mendukung kebijakan perkembangan yang agresif.

Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, Ekowisata Mangrove

Wonorejo Surabaya masih memiliki kekuatan dari segi internal.

Strategi yang harus di terapkan adalah menggunakan kekuatan untuk

menghadapi berbagai ancaman guna mendapatkan peluang jangka

(48)

Kuadran 3: Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya menghadapi peluang

pasar yang sangat besar, tetapi pada pihak lain perusahaan

menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Tujuan dari

strategi perusahaan pada kuadran 3 adalah meminimalkan masalah

– masalah internal lembaga sehingga dapat memperoleh peluang

pasar yang lebih baik.

Kuadran 4 : Pada kondisi kuadran 4 sangat tidak memungkinkan, karena

Lembaga di hadapkan oleh berbagai ancaman dan kelemahan

(49)

V. PEMBAHASAN

A. Kondisi Geografis Surabaya

Surabaya merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia memiliki luas

sekitar 326,37 km2 dan secara astronomis terletak di antara 07° 21’Lintang

Selatan dan 112° 36’ s/d 112° 54’ Bujur Timur. Sebagian besar wilayah Surabaya

merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3 – 6 meter di atas permukaan air

laut, kecuali di sebelah Selatan dengan ketinggian 25 – 50 meter di atas

permukaan air laut. Batas wilayah Kota Surabaya adalah sebelah Utara dan

Timur dibatasi oleh Selat Madura, sebelah Selatan dibatasi oleh Kabupaten

Sidoarjo dan sebelah Barat dibatasi oleh Kabupaten Gresik.

Secara topografi Kota Surabaya merupakan dataran rendah yaitu 80,72 %

(25.919,04 Ha) dengan ketinggian antara -0,5 – 5m SHVP atau 3 – 8 m LWS,

sedang sisanya merupakan daerah perbukitan yang terletak di Wilayah Surabaya

Barat (12,77%) dan Surabaya Selatan (6,52%). Adapun kemiringan lereng tanah

berkisar 0 - 2% daerah dataran rendah dan 2 - 15 % daerah perbukutan landai.

Jenis batuan yang ada terdiri dari 4 jenis yang pada dasarnya merupakan tanah

liat atau unit-unit pasir. Sedang jenis tanah, sebagian besar berupa tanah

alluvial, selebihnya tanah dengan kadar kapur yang tinggi (daerah perbukitan).

Sebagaimana daerah tropis lainnya, Surabaya mengenal 2 musim yaitu musim

hujan dan kemarau. Curah hujan rata-rata 172 mm, dengan temperatur berkisar

Gambar

Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran Strategi Pengembangan Ekowisata
Tabel 1. Analisis Strategi Faktor Internal atau IFAS.
Tabel 2. Analisis Strategi Faktor Eksternal atau EFAS.
Gambar 2. Matrik SWOT
+7

Referensi

Dokumen terkait

Desain yang digunakan mengacu pada keyword yaitu sebuah perjalanan alam, dimana digambarkan ada 2 orang yang melakukan perjalanan ke tempat Ekowisata Mangrove

Tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi lingkungan dan masyarakat di sekitar, tingkat keberlanjutan penanaman, serta dapat dilakukan penentuan strategi

Ekowisata Mangrove Wonorejo berada dalam kawasan yang dilindungi (protected area). Perlindungan diberikan sejak perencanaan, implementasi pengembangan dan operasional,

Hal tersebut dapat terjadi karena Monyet ekor panjang di kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo merupakan satwa yang masih liar dan diharapkan masih tetap terjaga sifat

yang diperoleh dari manfaat hutan mangrove adalah berupa jasa ekowisata

Penelitian struktur komunitas mangrove di daerah Wonorejo Pantai Timur Surabaya bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman, jenis dan pola zonasi mangrove di daerah Wonorejo

Studi Kandungan Nitrogen (N) dan Fosfor (P) Pada Sedimen Mangrove Di Wilayah Ekowisata Wonorejo Surabaya dan Pesisir Jenu Kabupaten Tuban.. Dosen Pembimbing

Penelitian struktur komunitas mangrove di daerah Wonorejo Pantai Timur Surabaya bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman, jenis dan pola zonasi mangrove di daerah Wonorejo