SKRIPSI
Oleh
:
Khoirul Umam
NPM: 0924010024
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN”
JAWATIMUR
STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE WONOREJO SURABAYA
Disusun oleh :
KHOIRUL UMAM NPM : 0924010024
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal
Menyetujui,
Pembimbing : Tim Dosen Penguji,
1. Pembimbing Utama : 1. Ketua
Dr. Ir. SUDIYARTO, MMA Dr. Ir. SUDIYARTO, MMA
2. Pembimbing Pendamping 2. Sekretaris
Ir. SRI TJONDRO WINARNO, MP Dr. Ir. EKO NURHADI, MS
3. Anggota
Ir. EKO PRIYANTO, MP
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Dr. Ir. RAMDAN HIDAYAT, MS NIP. 19620205 198703 1005
Ketua Pogram Studi Agribisnis
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia- Nya
sehingga Proposal Skripsi dengan judul “ Strategi Pengembangan Ekowisata
Mangrove Wonorejo Surabaya “ Penyusunan Skripsi ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu syarat pada program studi Agribisnis Fakultas Pertanian
UPN “ Veteran “ Jawa Timur.
Peneliti menyadari bahwa segala keberhasilan dan kesuksesan tidak
terlepas dari sang khaliq dan juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
:Dr. Ir. Sudiyarto. MM selaku Dosen Pembimbing Utama dan Ir. Sri Tjondro
Winarno. MM selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah banyak
memberikan banyak pengarahan, motivasi, masukan serta meluangkan waktu
dan tenaganya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk membimbing
peneliti.
Selain itu, peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak -
pihak yang telah membantu dalam proses penulisan Skripsi ini baik secara
langsung maupun tidak langsung, kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto. MP selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian – Universitas
Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
3. Dr.Ir. Eko Nurhadi, MS selaku ketua Jurusan Agribisnis, Fakultas
Pertanian-Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Muchammad Wachid. S.kom selaku Ketua Pengelola Ekowisata
5. Seluruh Pengelola Mangrove Wonorejo Surabaya yang tidak dapat disebutkan
satu persatu, terima kasih atas kesempatan dan tenaga serta informasi dan
data yang melengkapi laporan ini.
6. Seluruh keluarga besarku terutama Ayahanda tercinta yang bernama
Djumiran, dan Ibunda tercinta yang bernama Nur Hayati, kakak dan
adik-adikku yang bernama (Mochammad Nurul Huda, Kunti Khoiroh, dan Qurota`
Ayun) yang telah banyak memberikan dukungan do’a, semangat dan kasih
sayang yang tak terhingga.
7. Sahabat-sahabatku semuanya (Zaenal Aripin, Rinanda Kirana Oktasari,
Briand Pravilia, Retno Ardila) serta teman-teman semester VII Jurusan
Agribisnis, serta semua pihak terkait yang tidak dapat peneliti sebutkan satu
per satu.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat peneliti harapkan untuk
kesempurnaan Skripsi ini. Akhir kata, Peneliti berharap semoga tulisan ini dapat
memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukannya.
Surabaya, 3 Februari 2013
Halaman ABSTRAK
RINGKASAN
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Hasil Penelitian Terdahulu ... 7
B. Konsep Wisata ... 8
1. Pengertian Wisata ... 8
2. Pengertian Pariwisata ... 9
3. Pengertian Wisatawan ... 10
4. Dampak Positif dan dampak negative pariwisata ... 11
C. Konsep Ekowisata ... 13
1. Pengertian Ekowisata ... 13
2. Prinsip Dasar Ekowisata ... 14
D. Hutan Mangroven ... 14
1. Definisi, Jenis, danPenyebaran Mangrove ... 14
1. Pengertian Strategi ... 18
2. Formulasi Strategi ... 19
III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 24
IV. METODE PENELITIAN ... 26
A. Lokasi dan Waktu Tempat Penelitian ... 26
B. Penentuan Responden ... 26
C. Sumber Data Penelitian ... 27
D. Teknik Pengumpulan Data ... 27
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 28
F. Analisis Data ... 29
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40
A. Kondisi Geografis Surabaya ... 40
B. Wilayah Kelurahan Wonorejo ... 41
C. Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya ... 42
1. Sejarah Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya ... 44
2. Kepengurusan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya ... 45
D. Potensi Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya ... 48
1. Kondisi Lahan dan Kesesuaian tempat ... 48
2. Sumber Daya Alam ... 49
3. Dukungan Pemerintah ... 51
4. Organisasi Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya ... 52
5. Partisipasi Masyarakat Lokal terhadap Pembangunan Ekowisata Mangrove Wonorejo ... 53
1. Manfaat dari Segi Aspek Sosial ... 64
2. Manfaat dari Segi Aspek Ekonomi ... 65
3. Manfaat dari Segi Aspek Agribisnis ... 66
F. Jadwal Kunjungan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya ... 66
G. Jumlah pengunjung Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya ... 67
H. Analisis Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal ... 69
1. Analisis Faktor Internal ... 69
2. Analisis Faktor Eksternal ... 76
3. Matrik Pembobotan IFAS dan EFAS ... 82
I. Analisis Strategi Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya ... 84
J. Pemilihan Strategi dan Implementasinya ... 88
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 93
A. Kesimpulan ... 93
B. Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 98
LAMPIRAN ... 110
kebijakan penting Departemen Kelautan dan Perikanan. Kebijakan tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa wilayah pesisir dan laut secara ekologis dan ekonomis sangat potensial untuk dikembangkan dan dimanfaatkan demi untuk kesejahteraan masyarakat. Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut secara berkelanjutan, namun pola pemanfaatan yang sifatnya merusak dan mengancam kelestarian sumberdaya pesisir dan laut masih saja terus berlangsung. Hal ini disebabkan oleh Kebutuhan hidup seseorang yang semakin lama semakin tinggi. Pengembangan ekonomi wisata (ekowisata) merupakan salah satu alternatif pembangunan yang dapat membantu mengatasi masalah tersebut. Salah satu dari sumber yang mendapat perhatian di wilayah pesisir adalah ekosistem mangrove. Fungsi hutan mangrove sebagai tempat penampung sedimen, sehingga hutan mangrove merupakan ekosistem dengan tingkat produktivitas yang tinggi dengan berbagai macam fungsi ekonomi, sosial, dan lingkungan
yang penting. Salah satu fungsi sosial hutan mangrove adalah
memungkinkannya berfungsi sebagai tujuan wisata. Pemanfaatan ekosistem mangrove untuk konsep wisata (ekowisata) sejalan dengan pergeseran minat wisatawan dari old tourisem yaitu wisatawan yang hanya datang melakukan wisata saja tanpa ada unsur pendidikan dan konservasi menjadi new tourisem yaitu wisatawan yang datang untuk melakukan wisata yang di dalamnya ada unsure pendidikan dan konservasi. Untuk mengelola dan mencari daerah tujuan ekowisata yang spesifik alami dan kaya akan keanekaragaman hayati serta dapat melestarikan lingkungan hidup.
ekowisata mangrove di Wonorejo, Mendeskripsikan manfaat yang dapat diperoleh masyarakat Wonorejo dengan adanya Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya, Menganalisis kondisi lingkungan internal dan eksternal dalam pengembangan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya, dan Merumuskan strategi yang dapat di lakukan lingkungan internal dan eksternal untuk mengembangkan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya. Untuk menjawab tujuan pertama dan kedua menggunakan analisis deskriptif, untuk menjawab tujuan yang ketiga menggunakan metode IFAS (Internal Strategy Factors Analisys Summary) dan EFAS (Eksternal Strategy Factors Analysis Summary) Potensi yang di miliki oleh Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya saat ini antara lain: Ekologi tempat / kesesuaian tempat, Sumber daya alam yang meliputi flora dan fauna, dukungan pemerintah, keorganisasian, dukungan masyarakat Wonorejo dan Sarana & prasarana. Ada tiga segi aspek manfaat yang di miliki oleh Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya yaitu aspek sosial, ekonomi dan agribisnis. Dari hasil perhitungan IFAS dan EFAS, maka Strategi yang harus di tempuh adalah strategi agresif (pertumbuhan) yaitu strategi yang menggunakan kekuatannya untuk mendapatkan peluang.
Kata kunci: Strategi pengembangan ekowisata mangrove
ABSTRACT
The purpose of this thesis include: Describe the potential for ecotourism development in mangrove Wonorejo, describe the benefits that can be gained by the community Wonorejo Mangrove Ecotourism Wonorejo Surabaya, analyze the internal and external environment in the development of Mangrove Ecotourism Wonorejo Surabaya, and formulate strategies that can be done internal environment and externally to develop Mangrove Ecotourism Wonorejo Surabaya. To answer the first and second objectives using descriptive analysis, to answer the third objective using IFAS (Internal Factors analisys Strategy Summary) and EFAS (External Factors Analysis Summary Strategy) Potential of which is owned by Mangrove Ecotourism Wonorejo Surabaya today include: Ecology place / suitability places, natural resources including flora and fauna, government support, organizational, and community support facilities & infrastructure Wonorejo. There are three aspects in terms of the benefit that is owned by Mangrove Ecotourism Wonorejo Surabaya ie social, economic and agribusiness. From the calculation of IFAS and EFAS, the strategy must take is an aggressive strategy (growth) is a strategy that uses his strength to get the opportunity.
I.
PENDAHULUANA. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki
17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.000 km, memiliki potensi
sumberdaya pesisir dan lautan yang sangat besar (Bengen, 2001). Besarnya
potensi sumberdaya kelautan Indonesia tersebut, sangat strategis untuk
dikembangkan dalam bidang wisata demi membangun perekonomian dan
menunjang kesejahteraan masyarakat yang mengacu pada semagat otonomi
daerah dan kemandirian masyarakat lokal (Rutana, 2011).
Pembangunan wilayah pesisir dan laut secara berkelanjutan merupakan
kebijakan penting Departemen Kelautan dan Perikanan. Kebijakan tersebut
didasarkan pada pemikiran bahwa wilayah pesisir dan laut secara ekologis dan
ekonomis sangat potensial untuk dikembangkan dan dimanfaatkan demi untuk
kesejahteraan masyarakat. Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai
upaya untuk mendorong pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut secara
berkelanjutan, namun pola pemanfaatan yang sifatnya merusak dan mengancam
kelestarian sumberdaya pesisir dan laut masih saja terus berlangsung. Hal ini
disebabkan oleh Kebutuhan hidup seseorang yang semakin lama semakin tinggi.
Pengembangan ekonomi wisata (ekowisata) merupakan salah satu alternatif
pembangunan yang dapat membantu mengatasi masalah tersebut (Tuwo, 2011).
Salah satu dari sumber yang mendapat perhatian di wilayah pesisir adalah
ekosistem mangrove. Fungsi hutan mangrove sebagai tempat penampung
sedimen, sehingga hutan mangrove merupakan ekosistem dengan tingkat
produktivitas yang tinggi dengan berbagai macam fungsi ekonomi, sosial, dan
lingkungan yang penting. Salah satu fungsi sosial hutan mangrove adalah
Pemanfaatan ekosistem mangrove untuk konsep wisata (ekowisata) sejalan
dengan pergeseran minat wisatawan dari old tourisem yaitu wisatawan yang
hanya datang melakukan wisata saja tanpa ada unsur pendidikan dan konservasi
menjadi new tourisem yaitu wisatawan yang datang untuk melakukan wisata
yang di dalamnya ada unsure pendidikan dan konservasi. Untuk mengelola dan
mencari daerah tujuan ekowisata yang spesifik alami dan kaya akan
keanekaragaman hayati serta dapat melestarikan lingkungan hidup
(Rutana, 2011)
Letak geografis Surabaya boleh dikatakan merupakan sebuah kota yang
berbatasan langsung dengan beberapa pantai. Namun, akses yang mudah
dijangkau bukan merupakan satu-satunya faktor yang menjadikan Surabaya
sebagai pilihan lokasi wisata. Jenis wisata yang ditawarkan maupun kondisi alam
dan lingkungan obyek wisata juga mempengaruhi keinginan wisatawan untuk
mengunjungi berbagai obyek wisata di Surabaya.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan pada suatu
obyek wisata, yang pertama adalah faktor irrasional (dorongan bawah sadar)
yang meliputi lingkup pergaulan dan ikatan keluarga, tingkah laku seseorang,
pengaguman pribadi, perasaan-perasaan keagamaan, hubungan masyarakat
dan promosi pariwisata, iklan dan penyebaran serta kondisi ekonomi
(pendapatan dan biaya). Sedangkan faktor yang kedua merupakan faktor
rasional, meliputi sumber-sumber wisata, fasilitas wisata, kondisi lingkungan,
B. Perumusan Masalah
Menurut beberapa pengamat pariwisata mengatakan bahwa perkembangan
dunia pariwisata saat ini mulai banyak yang meninggalkan konsep pariwisata
konvensional (profit orientet), meskipun tidak murni seratus persen dan konsep
pariwisata saat ini banyak yang mengarah pada lingkungan (ekowisata), dimana
keaslian potensi kekayaan alam dan peran serta masyarakat setempat sangat
dibutuhkan. Indonesia yang merupakan negara yang memiliki potensi kekayaan
alam yang berlimpah ruah, bahkan perananannya yang sangat penting bagi
pengembangan kepariwisataan terutama wisata alam.
Salah satu obyek wisata yang memiliki potensi untuk dikembangkan lebih
lanjut saat ini adalah kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.
Kawasan konservasi hutan mangrove yang terletak di Kelurahan Wonorejo,
Kecamatan Rungkut Surabaya Timur, dengan luas kawasan sekitar ± 200
hektar. Ekowisata manggrove merupakan salah satu tempat wisata yang sudah
menjadi ikon warga Surabaya di mata pelancong wisatawan lokal maupun
wisatawan mancanegara. Di kawasan ini terdapat sedikitnya 30 spesies satwa
dilindungi, terutama kera berekor panjang atau Bekantan yang populasinya
sekitar ± 100 ekor.
Selain itu, kondisi alam yang tenang dan asri dengan pemandangan hutan
mangrove yang menyegarkan menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan
untuk datang berkunjung. Kondisi tersebut ditunjang dengan fasilitas yang
disediakan oleh pihak pengelola antara lain seperti lahan parkir, loket
pembayaran, dermaga, warung , toilet umum, musholla, gazebo dan lain-lain.
Keterbatasan tempat rekreasi yang berbasis lingkungan (ekowisata) yang
ada di Surabaya merupakan salah satu alasan mengapa pemerintah kota
membangun Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya yang di kelola oleh
ini mampu menyedot perhatian masyarakat Surabaya yang ingin berwisata yang
berbasis lingkungan sehingga tiap tahunnya jumlah pengunjung semakin
meningkat. Meskipun demikian, sebenarnya di dalam Ekowisata Mangrove
Wonorejo Surabaya masih banyak kekurangan antara lain dari segi manajemen
dan dari segi fasilitasnya. Kekurangan dari segi manajemen antara lain : masalah
sumber daya manusia, minimnya pengetahuan dan pengalaman tenaga kerja
tentang hutan mangrove, kurangnya pengetahuan tentang usaha wisata, dan
lain-lain. Sedangkan dari segi fasilitas antara lain: banyak fasilitas ekowisata
yang rusak dan kurang respresentatif, di Ekowisata Mangrove Wonorejo
Surabaya.
Penilaian terhadap suatu kawasan wisata memiliki peranan yang dapat
menentukan pengembangan dari tempat wisata itu sendiri yang mencakup
berbagai faktor antara nilai sosial, ekonomi dan budaya yang saling berkaitan.
Salah satu metode penilaian yang digunakan untuk meneliti Ekowisata Mangrove
Wonorejo Surabaya adalah memakai Metode Analisis SWOT. Metode ini
merupakan dasar bagaimana strategi yang dapat di rumuskan oleh pengelola
Ekowisata Mangrove Wonorejo dalam mengembangkan kawasan wisata.
Berdasarkan kondisi tersebut strategi yang dapat dilakukan dalam
pengelolaan ekowisata mangrove ini secara baik, berkelanjutan dan bertanggung
jawab dapat dimulai dari mengumpulkan data dan informasi tentang nilai strategi
dari obyek wisata ini.
Berdasarkan berbagai penjelasan di atas maka perlu untuk dilakukan
penelitian mengenai “Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove
Wonorejo”
Dari latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Apa saja potensi yang di miliki oleh ekowisata mangrove di Kecamatan
Wonorejo ?
2. Manfaat pengembangan ekowisata mangrove bagi masyarakat Wonorejo ?
3. Bagaimana kondisi lingkungan internal dan eksternal dalam
pengembangan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya ?
4. Bagaimana merumuskan strategi pengembangan Ekowisata Mangrove
Wonorejo Surabaya ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan potensi pengembangan ekowisata mangrove di
Wonorejo
2. Mendeskripsikan manfaat yang dapat diperoleh masyarakat Wonorejo
dengan adanya Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.
3. Menganalisis kondisi lingkungan internal dan eksternal dalam
pengembangan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.
4. Merumuskan strategi yang dapat di lakukan lingkungan internal dan
eksternal untuk mengembangkan Ekowisata Mangrove Wonorejo
D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian
Manfaat dan kegunaan yang dapat diharapkan dari penelitian ini antara lain :
1. Dapat memberikan informasi kepada pemerintah maupun masyarakat
sebagai bahan pertimbangan mengenai pentingnya keberadaan
Ekowisata Mangrove dan sebagai penentu kebijakan untuk pengambilan
keputusan tentang keberlangsungan mangrove ke arah yang lebih baik.
2. Dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang akan mempelajari atau
membahas mengenai pemanfaatan ekowisata mangrove sekaligus
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Penelitian Terdahulu
Topik yang dibahas pada penelitian ini, pernah dibahas dan di teliti oleh
peneliti lain yaitu penelitian menggunakan hutan mangrove, antara lain:
1. Penelitian yang di lakukan oleh Foltra Feronika Rutana (2011) tentang “
Studi Kesesuaian Ekosistem Mangrove sebagai Obyek Ekowisata di
Pulau Kapota Taman Nasional Wakatobi Sulawesi Tenggara. Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa:
a. Pulau Kapota layak untuk dijadikan kegiatan ekowisata dan
pengembangan kegiatan wisata khususnya di Danau Tailarontoga
pada stasiun I, stasiun II dan stasiun III yang terdapat di Pantai
Peuwaume di sebelah timur Pulau Kapota.
b. Ekosistem mangrove di Pulau Kapota layak untuk dijadikan ekowisata
mangrove karena sangat spesifik yaitu tidak tumbuh di pinggir pantai
tetapi tumbuh mengarah kedarat yaitu 300 meter dari garis pantai
Pulau Kapota
c. Ketersediaan sarana dan prasarana cukup mendukung untuk
melakukan kegiatan wisata.
d. Berdasarkan persepsi pengunjung bahwa daerah lokasi ekowisata
hutan mangrove di Pulau Kapota sangat menarik dan penuh dengan
keunikan sehingga memiliki daya tarik untuk melakukan ekowisata di
daerah tersebut.
2. Penelitian yang di lakukan oleh Nurul Chaerani (2011) tentang “
kerapatan, frekuensi, dan tingkat penutupan jenis mangrove di desa
Coppo Kecamatan Barru, Kabupaten Barru. Hasil penelitian ini
a. Kerapatan relatif jenis tumbuhan mangrove jenis Sonneratia sp dan
Bruguiera gymnorrhiza di pemukiman cenderung lebih tinggi dibanding
di muara sungai.
b. Frekuensi relatif jenis tumbuhan mangrove jenis Avicennia marina,
Sonneratia sp, dan Rhizophora stylosa di daerah muara sungai
cenderung lebih besar di banding yang berada di pemukiman.
c. Tingkat Penutupan jenis Mangrove memberikan proporsi nilai yang
hampir seimbang baik di pemukiman maupun di daerah muara sungai
d. Badeva blosvilley dan Strombus striatus spesies gastropoda yang tidak
ditemukan di daerah pemukiman tetapi ditemukan pada daerah muara
sungai.
e. Pengukuran suhu pada lokasi pemukiman dan lokasi muara sungai
adalah 270C, dari hasil pengamatan pada 2 lokasi yaitu pemukiman
dan muara sungai diperoleh salinitas yang tidak jauh berbeda.
Sedangkan untuk nilai Do tertinggi terdapat pada lokasi muara sungai.
Dari beberapa hasil penelitian terdahulu tersebut, maka dapat di simpulkan
bahwa hutan mangrove dapat di jadikan tempat wisata yang berbasis lingkungan
yaitu ekowisata dan hutan mangrove memiliki Kerapatan serta Frekuensi yang
relatif. Sehingga mendukung hutan mangrove itu sendiri untuk berkembang
menjadi tempat ekowisata mangrove.
B. Konsep Wisata
1. Pengertian Wisata
Wisata adalah perjalanan keluar tempat tinggalnya mengunjungi tempat
tertentu secara sukarela dan bersifat sementara dengan bertujuan untuk
berlibur, bertamasya, dan atau kepentingan lain ditempat lain yang
Menurut Yulianda (2006), wisata dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktifitas wisata yang ditujukan
pada pemanfaatan sumberdaya alam atau daya tarik panoramanya.
2. Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan
budaya sebagai obyek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.
3. Ecotourism, green tourism atau alternative tourism, merupakan wisata
berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan
perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan
2. Pengertian Pariwisata
Pariwisata adalah keluar untuk rekreasi diluar domisili dengan tujuan
melepas diri dari perkerjaan rutin atau mencari suasana lain.
Menurut Undang-undang No. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan,
menyatakan Pariwisata sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan
wisata, termasuk objek dan daya tarik serta usaha-usaha yang terkait
dibidang tersebut. Kepariwisataan mempunyai peranan penting untuk
memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja,
mendorong pembangunan daerah, memperbesar pendapatan nasional dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat serta memupuk
rasa cinta tanah air, memperkaya kebudayaan nasional dan memantapkan
pembinaannya dalam memperkukuh jati diri bangsa (Damanik dan Weber,
2006).
Pariwisata merupakan suatu proses kepergian sementara seseorang atau
lebih menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya
adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi,
seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun sekedar
untuk belajar (Utama,2009).
Menurut Utama (2009), mendeskripsikan bahwa yang membatasi
tentang wisata bertumpu pada lingkungan alam dan budaya yang terkait
dengan:
1. Mendidik tentang fungsi dan manfaat lingkungan,
2. Meningkatkan kesadaran lingkungan,
3. Bermanfaat secara ekologi, sosial dan ekonomi,
4. Menyumbang langsung pada keberkelanjutan.
Interaksi lingkungan hidup dengan manusia menciptakan lingkungan
hidup seperti yang ada di suatu tempat dan sebaliknya kebudayaan manusia di
tempat tersebut tercipta dari interaksi itu juga. Lingkungan hidup biogeofisik tak
dapat dipisahkan dari lingkungan hidup sosial-budaya, kepada para
ekowisatawan disajikan keduanya secara utuh. Secara keseluruhan tidak ada
yang membedakan antara pariwisata, wisata dan ekowisata, pembeda yang
nyata adalah ruang dan waktu pelaksanaan wisata tersebut, karena dalam
penyelenggaraan suatu kegiatan satu komponen dengan yang lainnya saling
berkaitan dan mendukung, sehingga penyelenggaraan wisata dapat berjalan
dengan baik (Utama,2009)
3. Pengertian Wisatawan
Wisatawan atau pelancong atau turis adalah orang yang melakukan
kegiatan wisata. Wisatawan dapat dipilah dalam kategori wisatawan
mancanegara yaitu wisatawan dari berbagai negara lain yang berkunjung
kewilayah negara indonesia, dan warga negara indonesia yang berwisata
keluar wilayah negara indonesia. Wisatawan nasional (domestik) yaitu
sendiri. Di Indonesia wisatawan domestik terdiri atas wisatawan nusantara,
yaitu warga negara Indonesia; dan wisatawan domestik asing, yaitu warga
negara asing yang tinggal di Indonesia dan berwisata di dalam wilayah
Indonesia (Warpani, 2007).
Menurut Endar (2000) menjelaskan bahwa menurut WTO yang dimaksud
dengan wisatawan adalah setiap pengunjung yang tinggal paling sedikit 24
jam, akan tetapi tidak lebih dari enam bulan di tempat yang dikunjunginya.
Definisi liga bangsa-bangsa menyebutkan motif-motif orang asing sehingga
disebut wisatawan adalah:
a. Orang yang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang, karena
alasan keluarga, kesehatan dan sebagainya.
b. Orang yang mengadakan perjalanan untuk mengunjungi
pertemuan-pertemuan atau sebagai utusan (ilmiah, administratif, diplomatik atletik
dan sebagainya.
c. Orang yang mengadakan perjalanan bisnis.
d. Orang yang datang dalam rangka pelayaran pesiar (seacruise), juga
kalau ia tinggal kurang dari 24 jam.
4. Dampak Positif Dan Negatif Pariwisata
Kegiatan pengembangan pariwisata, disamping mempunyai dampak
positif tentunya juga mempunyai dampak negatif. Oleh karena itu diperlukan
perencanaan untuk menekan sekecil mungkin dampak negatif yang
ditimbulkan.
Dampak positif dari adanya kegiatan pengembangan pariwisata meliputi :
1) Terciptanya lapangan kerja, dimana pada umumnya pariwisata merupakan
industri padat karya dimana tenaga kerja tidak dapat digantikan dengan
2) Sebagai sumber devisa Negara.
3) Pariwisata dan distribusi pembangunan spiritual, disini pariwisata secara
wajar cenderung mendistribusikan pembangunan dari pusat industri
kearah wilayah desa yang belum berkembang, bahkan pariwisata disadari
dapat menjadi dasar pembangunan regional.
Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya pengembangan
pariwisata meliputi :
1) Pariwisata dan vulnerability ekonomi, karena di negara kecil dengan
perekonomian terbuka, pariwisata menjadi sumber mudah kena serang
atau luka (vulnerability), khususnya kalau negara tersebut sangat
tergantung pada satu pasar asing.
2) Banyak kasus kebocoran sangat luas dan besar, khususnya kalau
proyek-proyek pariwisata berskala besar dan diluar kapasitas perekonomian,
seperti barang-barang impor, biaya promosi keluar negeri, tambahan
pengeluaran untuk warga negara sebagai akibat dari penerimaan dan
percontohan dari pariwisata dan lainnya.
3) Polarisasi spasial dari industri pariwisata dimana perusahaan besar
mempunyai kemampuan untuk menerima sumber daya modal yang besar
dari kelompok besar perbankan atau lembaga keuangan lain. Sedangkan
perusahaan kecil harus tergantung dari pinjaman atau subsidi dari
pemerintah dan tabungan pribadi. Hal ini menjadi hambatan dimana terjadi
konflik aspasial antara perusahaan kecil dan perusahaan besar.
4) Sifat dari pekerjaan dalam industri pariwisata cenderung menerima gaji
yang rendah, menjadi pekerjaan musiman, tidak ada serikat buruh.
5) Dampak industri pariwisata terhadap alokasi sumber daya ekonomi industri
ini dapat menaikkan harga tanah dimana kenaikan harga tanah dapat
disektor pariwisata yang ingin membangun rumah atau mendirikan bisnis
disini.
6) Dampak terhadap lingkungan, bisa berupa polusi air atau udara,
kekurangan air, keramaian lalu lintas dan kerusakan dari pemandangan
alam yang tradisional.
C. Konsep Ekowisata
1. Pengertian Ekowisata
Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan baik alam
yang alami maupun buatan serta budaya yang ada yang bersifat informatif
dan partisipatif yang bertujuan untuk menjamin kelestarian alam dan
sosial-budaya. Ekowisata menitik beratkan pada tiga hal utama yaitu;
keberlangsungan alam atau ekologi, memberikan manfaat ekonomi, dan
secara psikologi dapat diterima dalam kehidupan sosial masyarakat. Jadi,
kegiatan ekowisata secara langsung memberi akses kepada semua orang
untuk melihat, mengetahui, dan menikmati pengalaman alam, intelektual dan
budaya masyarakat lokal.
Ekowisata memberikan kesempatan bagi para wisatawan untuk menikmati
keindahan alam dan budaya untuk mempelajari lebih jauh tentang pantingnya
berbagai ragam mahluk hidup yang ada di dalamnya dan budaya lokal yang
berkembang di kawasan tersebut (Subadra, 2008).
Ekowisata merupakan salah satu produk pariwisata alternatif yang
mempunyai tujuan pelestarian lingkungan, seiring dengan pembangunan
pariwisata berkelanjutan yaitu pembangunan pariwisata yang secara ekologis
memberikan manfaat yang layak secara ekonomi dan adil secara etika,
memberikan manfaat sosial terhadap masyarakat guna memenuhi kebutuhan
dan memberi peluang bagi generasi muda sekarang dan yang akan datang
untuk memanfaatkan dan mengembangkannya (Subadra, 2008).
2. Prinsip Dasar Ekowisata
Menurut Yulianda (2006), prinsip dasar ekowisata dapat dibagi menjadi :
a. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan
terhadap alam, budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan
dengan sifat dan karakter alam serta budaya setempat.
b. Pendidikan konservasi lingkungan
c. Pendapatan langsung untuk kawasan
d. Patisipasi masyarakat dalam perencanaan
e. Penghasilan masyarakat
f. Menjaga keharmonisan dengan alam
D. Hutan Mangrove
1. Definisi, Jenis, dan Penyebaran Mangrove
Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan sub
tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove mampu tumbuh
pada daerah pasang surut pantai berlumpur (Bengen, 2001) Menurut
Nybakken (1988), hutan bakau atau mangal adalah sebutan umum yang
digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang
didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau yang
mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin.
Kata mangrove mempunyai dua arti, pertama sebagai komunitas yaitu
komunitas tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar garam atau
salinitas (pasang surut air laut), dan kedua sebagai individu spesies
Mangrove juga sering diterjemahkan sebagai komunitas hutan bakau,
sedangkan tumbuhan bakau merupakan salah satu jenis dari tumbuhan yang
hidup di hutan pasang surut tersebut. Jenis-jenis pohon Mangrovenya seperti
Avicennia sp, Sonneratia sp, Rhizophora sp, Bruguiera sp dan Ceriops sp.
Mangrove atau mangal adalah sebutan umum yang digunakan untuk
menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh
beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang
mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin (Huda, 2008).
Mangrove merupakan komunitas tumbuhan vegetasi yang berada di
pantai tropis dan sub tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon
(seperti Avicennia, Sonneratia, Rhizopora, Bruguiera, dan Nypa) yang mampu
tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut lumpur (Bengen, 2004).
2. Karakteristik Habitat dan Ekosistem Mangrove
Karakteristik habitat mangrove yakni: (1) umumnya tumbuh pada daerah
yang jenis tanah berlumpur atau berpasir; (2) daerah yang tergenang air laut
secara berkala baik setiap hari maupun yang hanya tergenang pada saat
pasang purnama, frekuensi genangan menentukan komposisi vegetasi
mangrove; (3) menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat; (4)
terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat (Huda,
2008).
Ekosistem mangrove adalah suatu sistem di dalam tempat
berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu sendiri.
Terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan di
dominasi oleh spesies pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh
Ekosistem mangrove sangat penting artinya dalam pengelolaan
sumberdaya pesisir terutama pulau-pulau kecil. Mangrove berperan sebagai
filter untuk mengurangi efek yang merugikan dan perubahan lingkungan
utama dan sebagai sumber makanan bagi biota laut (pantai). Selain itu,
ekosistem ini juga berfungsi dalam mengolah limbah melalui penyerapan
untuk mencegah pencemaran dan kontaminasi di perairan sekitarnya
(Huda, 2008).
3. Fungsi dan Manfaat Mangrove
Ekosistem mangrove memiliki fungsi antara lain: (1) sebagai pelindung
pantai dari hempasan ombak, arus, dan angin; (2) sebagai tempat berlindung,
berkembang biak berbagai jenis biota; (3) sebagai penghasil bahan organik
yang sangat produktif. (4) Sebagai sumber bahan baku industri; (5) pemasok
larva ikan, udang, dan biota laut lainnya; (6) tempat pariwisata (Huda, 2008).
Mangrove merupakan SDA yang dapat mempunyai manfaat ganda
(manfaat ekonomis dan ekologis). Berdasarkan sejarah, sudah sejak dulu
hutan mangrove merupakan penyedia berbagai keperluan hidup bagi berbagai
masyarakat sekitar. Seiring dengan perkembangan IPTEK, maka hutan
mangrove menyediakan berbagai jenis sumber daya sebagai bahan baku
industri dan berbagai komoditas perdagangan yang bernilai ekonomis tinggi
yang dapat menambah devisa negara. Secara garis besar, manfaat ekonomis
dan ekologis mangrove adalah :
a. Manfaat ekonomis, terdiri atas :
1). Hasil berupa kayu, seperti: kayu konstruksi, tiang/pancang, kayu
2). Hasil bukan kayu
a.) Hasil hutan ikutan, seperti: tannin, madu, alkohol, makanan,
obat-obatan, dan lain-lain.
b.) Jasa lingkungan wisata (ekowisata)
b. Manfaat ekologis, yang terdiri atas berbagai fungsi lindung lingkungan,
baik bagi lingkungan ekosistem daratan dan lautan maupun habitat
berbagaia jenis fauna, diantaranya :
1.Sebagai proteksi dari abrasi/erosi, gelombang atau angin kencang
2. Pengendali intrusi air laut
3. Habitat berbagai jenis fauna
4. Sebagai tempat mencari makan, memijah dan berkembang biak
berbagai jenis ikan, udang dan biota laut lainnya.
5. Pembangunan lahan melalui proses sedimentasi
6. Memelihara kualitas air (mereduksi polutan, pencemar air)
7. Penyerap C02 dan penghasil O2 yang relatif tinggi dibandingkan tipe
hutan lain (Anonim, 2003).
Mangrove sangat penting artinya dalam pengelolaan sumber daya pesisir
di sebagian besar-walaupun tidak semua-wilayah Indonesia. Fungsi mangrove
yang terpenting bagi daerah pantai adalah menjadi penghubung antara daratan
dan lautan. Tumbuhan, hewan benda-benda lainnya, dan nutrisi tumbuhan
ditransfer ke arah daratan atau ke arah laut melalui mangrove. Mangrove
berperan sebagai filter untuk mengurangi efek yang merugikan dari perubahan
lingkungan utama, dan sebagai sumber makanan bagi biota laut (pantai) dan
biota darat. Jika mangrove tidak ada maka produksi laut dan pantai akan
E. Konsep Strategi
1. Pengertian Strategi
Dalam Pengembangannya, konsep mengenai strategi terus berkembang
dengan seiring waktu yang terus berjalan. Menurut Grant (1999), dalam
perkembangannya penerapan yang mulanya dari strategi militer , sekarang
strategi dapat memberi masukan yang penting dalam pengelolahan dunia
bisnis. Sehingga strategi mengandung makna suatu rencana keseluruhan
dalam memanfaatkan sumber daya untuk memperoleh keuntungan.
Menurut Kotler (1990 ), strategi merupakan suatu proses manajerial yang
meliputi pengembangan dan pemeliharaan yang berlangsung secara
terus-menerus antara sasaran organisasi dengan sumber daya dan berbagai
peluang yang terdapat di dalam lingkungan tersebut.
Menurut Jauch dan Glueck (1990) adalah rencana yang di satukan,
luas dan terintergrasi, yang menghubungkan keunggulan strategi lembaga
dengan tantangan lingkungan yang di rancang untuk memastikan bahwa
tujuan utama dari Lembaga/instansi dapat di capai melalui pelaksanaan yang
tepat oleh suatu organisasi.
Strategi adalah suatu upaya untuk memutuskan bagaimana lembaga
tersebut mencapai tujuannya dan bagaimana langkah-langkah yang akan di
tempuh oleh lembaga dalam mencapai tujuan tersebut. Strategi juga
merupakan suatu perencanaan yang di lakukan oleh top manajer untuk
mengkoordinasikan misi dan tujuan perusahaan. Pengembangan strategi
lembaga, seorang manajer bertugas mengevaluasi dari lingkungan eksternal,
terutama yang menyangkut ancaman (threath) dan persaingan usaha di mana
menyangkut ancaman dan persaingan usaha di mana ekstitensinya lembaga
dan analisis kritik terhadap kapabilitas dalam jangka waktu yang sedang
Menurut Rangkuti, 2001 Strategi merupakan tindakan yang senantiasa
meningkat dan terus menerus serta di lakukan berdasarkan sudut pandang
tentang apa yang di harapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan
demikian perencanaan strategi hampir selalu di mulai dari “ apa yang terjadi “
bukan dari” apa yang terjadi” . Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan
perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti. Oleh karenanya perlu
mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang di lakukan .
Strategi merupakan aktivitas secara komprehensif yang menyatukan
berbagai arah usaha kegiatan untuk mencapai tujuan dengan penuh daya
guna dan hasil guna. Dengan demikian strategi bisnis yang di rumuskan
menjadi sebagai urut payung yang menaungi seluruh tujuan dan sasaran.
Perumusan strategi tersebut di sertai pula dengan penjabaran dalam bentuk
kebijakan – kebijakan yang di perlukan sebagai pedoman untuk di
implementasikan ( Dewi 2009).
2. Formulasi Strategi
a. Pengertian Formulasi
Formulasi adalah bentuk penyederhanaan situasi nyata menjadi bentuk
matematis. Dalam memformulasikan suatu strategi yang baik, maka perlu
diketahui hal-hal yang mempengaruhi strategi tersebut. Dan variabel-variabel
tersebut adalah sebagai berikut:
1.) Variabel Internal
a) Proses bisnis, proses-proses yang menggambarkan bagaimana
pekerjaan itu dilakukan, baik proses yang ber-interface dengan para
pemasok atau para pelanggan ataupun yang berkepentingan internal.
b) Tujuan Lembaga, ukuran sukses finansial maupun non finansial bertolak
maupun untuk ukuran-ukuran yang khusus yang terpancar ke seluruh
organisasi.
c) Kemampuan manusia, ketrampilan dan pengetahuan kerja dari sumber
daya manusia baik dari segi proses, kadar, sifat teknis sangat
berpengaruh dalam formulasi strategi.
d) Struktur organisasi, yang dimulai dari pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab secara hierarki perlu dirancang berdasarkan fungsi,
geografi, pelanggan, produk, satuan unit usaha ataupun prosesnya.
e) Manajemen informasi/pengetahuan, data yang terhimpun dan kemudian
dianalisis, disebarluaskan dan diaplikasikan guna mendukung penciptaan
nilai suatu organisasi.
f) Budaya lembaga, merupakan efek gabungan dari perilaku, nilai-nilai,
warisan,pola pikir, dan hubungannya serta caranya semua diterapkan
atau ditanamkan dalam organisasi dan tentunya bagaimana performanya
(Anonim, 2010).
2. Variabel Eksternal
a) Lingkungan, ekspektasi badan pemerintah dan badan regulasi, komunitas
lokal dan global dimana organisasi beroperasi, kecenderungan yang
bersifat ekonomis dan teknologis, ancaman dan peluang serta
kecenderungan dalam masyarakat luas turut berperan dalam penentuan
strategi lembaga.
b) Para pemegang saham dan lembaga induk, tergambar dalam hubungan
timbal balik antara perusahaan dengan mereka yang menyumbang pada
kemampuan finansial lembaga organisasi dan keuntungan hasil finansial.
c) Para pelanggan dan pasar, hubungan yang saling membutuhkan antara
mereka berkeinginan untuk memenuhi produk dan jasa yang ada di
d) Para pemasok dan pemilik sumber daya, yang memiliki bahan baku dan
komponen diluar organisasi perlu mendapat perhatian tentang teknologi,
manusia, dan modal apakah perlu di-‘outsourcing’-kan tidak.
e) Para kompetitor, dengan adanya kompetitor yang terlibat maka akan
menciptakan nilai yang sama. Persaingan akan terjadi baik di hulu (para
pemasok/ sumber daya) maupun di hilir (pelanggan/ pasar).
b. Analisis SWOT
Analisa SWOT merupakan singkatan dari strength (kekuatan), weakness
(kelemahan), opportunity (peluang) dan threats (ancaman). Pendekatan ini
mencoba menyeimbangkan kekutaan dan kelemahan internal organisasi
dengan peluang dan ancaman lingkungan eksternal organisasi.
1) Kekuatan (strength) adalah suatu kondisi di mana lembaga mampu
melakukan semua tugasnya secara sangat baik (diatas rata-rata industri).
2) Kelemahan (weakness) adalah kondisi di mana lembaga kurang mampu
melaksanakan tugasnya dengan baik di karenakan sarana dan
prasarananya kurang mencukupi.
3) Peluang (opportunity) adalah suatu potensi bisnis menguntungkan yang
dapat diraih oleh lembaga yang masih belum di kuasai oleh pihak pesaing
dan masih belum tersentuh oleh pihak manapun.
4) Ancaman (threats) adalah suatu keadaan di mana lembaga/instansi
mengalami kesulitan yang disebabkan oleh kinerja pihak pesaing, yang
jika dibiarkan maka lembaga akan mengalami kesulitan dikemudiaan hari
c. Memformulasikan Strategi
Formulasi strategi juga melibatkan penetapan serangkaian tindakan yang
tepat guna untuk mencapai tujuan lembaga. Cara untuk memformulasikan
suatu strategi yang paling terpopuler saat ini yaitu dengan menggunakan
Analisis SWOT. Analisis SWOT adalah indentifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini di dasarkan
pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang
(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan
strategi selalu berkaitan dengan pengembangan misi,tujuan,strategi, dan
kebijakan lembaga. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic
planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis lembaga (kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini
(Rangkuti, 2004).
Dalam memformulasikan suatu strategi ada ciri-ciri yang terpenting yang
dapat dipakai sebagai acuan, diantaranya adalah:
1. Strategi dibangun berdasarkan jawaban-jawaban atas beberapa
pertanyaan yang vital dan bukan berdasarkan data yang banyak. Karena
pertanyaan yang vital akan sangat berkaitan erat dengan visi dan misi
dari suatu organisasi, sehingga akan dengan cepat keputusan strategis
akan terbangun. Tentunya data yang banyak tersebut untuk mendukung
suatu keputusan strategis.
2. Pertanyaan-pertanyaan yang solid tentang proses akan menhasilkan
deviden strategis yang lebih besar dari pada pertanyaan yang fokusnya
3. Keberhasilan upaya memformulasikan dan mengimplementasikan strategi
tergantung dari ketrampilan dan komitmen tim para eksekutif puncak
(Anonim, 2010 ).
d. Mengimplementasikan Strategi
Di dalam implementasi strategi, lembaga diharapkan dapat menetapkan
atau merumuskan tujuan lembaga tiap tahunnya (annual objective of the
business), memikirkan dan merumuskan kebijakan, memotivasi karyawan
serta mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang telah di
formulasikan dapat dilaksanakan. Mengimplementasikan berarti menggerakan
para karyawan dan manajer untuk menempatkan strategi yang telah
formulasikan menjadi tindakan nyata. Implementasi strategi memerlukan
kinerja dan disiplin yang tinggi tetapi juga diimbangi dengan imbalan yang
memadai. Tantangan implementasi adalah menstimulir para manajer dan
karyawan melalui organisasi agar mau bekerja dengan penuh kebanggaan
dan antusias ke arah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
e. Mengevaluasi Strategi
Evaluasi strategi merupakan tahap terakhir di dalam proses strategi. Pada
dasarnya evaluasi strategi mencakup 3 hal, yaitu:
1. Mereview faktor internal dan eksternal yang menjadi dasar
bagi strategi yang sedang berlangsung,
2. Mengukur kinerja yang telah dilakukan, dan
3. Mengambil berbagai tindakan perbaikan.
Evaluasi strategi sangat diperlukan sebab keberhasilan lembaga dewasa ini tidak
menjadi jaminan keberhasilan lembaga di masa yang akan datang
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Di era global saat ini sangatlah peka terhadap permasalahan lingkungan.
Dengan adanya para wisatawan yang peduli pada lingkungan, maka di perlukan
konsep-konsep pariwisata yang dapat menimbulkan inovasi-inovasi baru dalam
melestarikan lingkungan. Salah satu konsep pariwisata yang sedang marak saat
ini ialah ekowisata, dengan berbagai teknik pengelolaan seperti pengelolaan
sumber daya pesisir yang berbasiskan masyarakat yang dilaksanakan secara
terpadu. dimana dalam konsep pengelolaan ini melibatkan seluruh stakeholder
yang kemudian menetapkan prioritas–prioritas. Dengan berpedoman tujuan
utama, yaitu tercapainya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan.
Semakin maraknya perkembangan wisata yang berbasis lingkungan tersebut,
maka Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya berusaha mengembangkan
hutan mangrove dengan cara penanaman hutan mangrove sejak dini dan
berfungsi sebagai tempat penampung sedimen, biota-biota laut serta
penyeimbang lingkungan pesisir laut. Dari latar belakang Ekowisata Mangrove
Wonorejo tersebut untuk melakukan Strategi – strategi pengembangan dengan
menggunakan analisis SWOT.
Langkah – langkah dalam kerangka pemikiran penelitian Ekowisata
Mangrove Wonorejo Surabaya meliputi :
1.) Keberadaan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya itu sendiri.
2.) Kemudian analisis lingkungannya, analisis lingkungan tersebut meliputi;
lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal terdiri
dari kekuatan dan kelemahan. Sedangkan lingkungan Eksternalnya
3.) Kemudian lingkungan internal dan lingkungan eksternalnya tersebut di
analisis SWOT.
4.) Setelah di analisis SWOT, kemudian merumuskan strategi
pengembangan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya
5.) Kemudian yang terakhir bagaimana implementasinya ? maksudnya yaitu
dengan adanya strategi-strategi pengembangan yang di lakukan peneliti
terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya apakah pengelola
masih menerapkan konsep yang lama / konsep yang baru ?
Berikut ini adalah gambar Alur kerangka pemikiran strategi pengembangan
Ekowisata Mangrove Wonorejo sebagai Tempat Wisata yang berkonsep
Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.
EKOWISATA MANGROVE WONOREJO
ANALISIS LINGKUNGAN
Rumusan Strategi Pengembangan Ekowisata MangroveWonorejo
IMPLEMENTAS
I
Analisis SWOT Lingkungan Internal
Kekuatan
Kelemahan
Lingkungan Eksternal
IV. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo
Surabaya. Penelitian ini berlangsung pada bulan Oktober sampai dengan bulan
Desember 2012. Lokasi di dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa
kawasan Ekowisata Mangrove Surabaya merupakan salah satu kawasan
mangrove yang pengelolaan dan pemanfaatannya ditetapkan sebagai kawasan
wisata, kawasan konservasi, hutan penelitian dan pendidikan. Hal ini
berdasarkan atas asas kelestarian dan pembangunan yang berkelanjutan.
B. Penentuan Responden
Penentuan Responden di lakukan dengan secara sengaja (purposive)
dengan cara menggunakan metode judgement sampling yaitu pengambilan
sample secara sengaja terhadap orang-orang tertentu yang dapat memberikan
informasi yang berkaitan dengan permasalahan (Nur Indriantoro, 1999). Oleh
karena itu responden yang di pilih dalam penelitian ini berjumlah 30 orang yaitu
terdiri dari 10 orang pengelola dan 20 orang pengunjung Ekowisata Mangrove
Wonorejo Surabaya, karena dengan mengambil responden sebanyak itu, yang
terdiri dari 10 orang pengelola dan 20 orang pengunjung sudah mampu mewakili
semuanya. Kriteria dalam pengambilan sampel tersebut adalah seseorang yang
sudah berumur di atas 17 tahun (Dewasa), karena usia di atas 17 tahun,
seseorang sudah di anggap dewasa dan jawabannya bisa di pertanggung
C. Sumber Data Penelitian
Sumber data yang digunakanan pada penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder.
a. Data Primer
Merupakan data yang di dapatkan secara langsung dari pengelolah maupun
pengunjung Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya yang berada di lokasi
penelitian melalui observasi, interview maupun dokumentasi yang terkait dengan
tujuan penelitian.
b. Data Sekunder
Merupakan data pendukung yaitu data yang di peroleh di literatur-literatur
yang berhubungan dengan penelitian, dan data primer yang diperoleh dari
lembaga terkait yang mendukung penelitian yang berhubungan dengan
permasalahan yang akan dikaji yaitu antara lain : Potensi pengembangan
ekowisata mangrove, manfaat ekowisata mangrove, kondisi internal dan
eksternal ekowisata mangrove, dan yang terakhir merumuskan strategi
pengembangannya.
D. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Dilakukan dengan mengadakan peninjauan langsung mengenai operasional
di lokasi penelitian untuk memperoleh gambaran lokasi penelitian yang
sebenarnya.
b. Interview/ Wawancara
Dilakukan dengan wawancara langsung dengan melakukan tanya jawab
terhadap responden yaitu pengelola dan pengunjung Ekowisata Mangrove
c. Studi Pustaka
Dilakukan dengan mengumpulkan data melalui kajian pustaka yang ada
hubungannya dengan penelitian.
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Mangrove adalah komunitas tumbuhan yang mampu tumbuh pada daerah
pasang surut pantai berlumpur.
2. Ekowisata merupakan salah satu produk pariwisata alternatif yang
mempunyai tujuan pelestarian lingkungan.
3. Strategi yaitu suatu cara untuk mencapai tujuan lembaga/instansi, dalam
kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta
prioritas alokasi sumberdaya.
4. Analisis Strategi adalah suatu analisis untuk tujuan jangka panjang dari
suatu daerah yang potensinya mencakup pendayagunaan dalam alokasi
semua sumberdaya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut.
5. Analisis SWOT adalah sebagai proses identifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini di dasarkan
pada logika yang memaksimalkan kekuatan (strenght) dan peluang
(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(Weakness) dan ancaman (Threats).
6. Lingkungan internal adalah lingkungan proses yang di gunakan dalam
perencanaan strategi untuk memantau dan menentukan kekuatan dan
kelemahan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.
7. Lingkungan eksternal adalah lingkungan proses yang di gunakan dalam
perencanaan strategi untuk memantau dan menentukan peluang dan
8. Kekuatan (Strenght) adalah suatu Kelebihan / Keunggulan yang di miliki
oleh Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.
9. Kelemahan (Weakness) adalah keterbatasan atau kekurangan yang di
miliki Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.
10. Peluang (Opportunities) adalah situasi utama yang menguntungkan
dalam lingkungan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.
11. Ancaman (Threats) adalah situasi yang tidak menguntungkan dalam
lingkungan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.
12. Implementasi adalah penerapan yang seharusnya di lakukan.
F. Analisis Data
Analisis data yang saya lakukan untuk meneliti Strategi Pengembangan
Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya tersebut berdasarkan tujuan –
tujuan penelitian saya, antara lain;
1. Tujuan penelitian pertama, yaitu Mendeskripsikan potensi hutan Mangrove
dalam pengembangan ekowisata di Wonorejo Surabaya, menggunakan
analisis deskriptif, yakni dengan menguraikan potensi – potensi apa saja
yang ada di Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya antara lain meliputi:
a. Kondisi lahan, yang tidak terlalu kering (lembab) yang cocok untuk hutan
mangrove.
b. Sumber daya alam : Sumber daya yang berasal dari pesisir pantai yang
sangat banyak dengan beraneka ragam flora dan fauna yang tinggal di
sana, contohnya; hutan mangrove, bekantan, kepiting, dan hewan laut
lainnya yang dapat mendukung Ekowisata Mangrove Wonorejo..
c. Dukungan pemerintah ; dukungannya berupa dukungan modal,
dukungan moral, dan dukungan partisipasi.
d. Organisasi Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya yang sudah di
e. Partisipasi masyarakat lokal terhadap pembangunan Ekowisata
Mangrove Wonorejo Surabaya.
f. Dukungan sarana & prasarana dapat meliputi : Jalan transportasi ke
arah Ekowisata Mangrove Wonorejo dan fasilitas - fasilitas wisata yang
di miliki oleh Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.
2. Tujuan penelitian kedua, yaitu Mendeskripsikan manfaat - manfaat yang
dapat diperoleh masyarakat Wonorejo dengan adanya Ekowisata
Mangrove Wonorejo Surabaya. Yakni dengan menguraikan manfaat –
manfaat Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya dari segi sosial,
ekonomi dan agribisnisnya.
3. Tujuan penelitian ketiga, yaitu menganalisis kondisi lingkungan internal dan
eksternal dalam pengembangan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.
Untuk menganalisis tujuan yang ketiga maka, peneliti menggunakan
analisis SWOT, Yaitu dengan Metode IFAS & EFAS.
a. Menggunakan analisis faktor-faktor strategi internal dan di susun di
dalam table IFAS atau disebut dengan Internal Strategy Factors
Analisys Summary, yang merumuskan faktor-faktor strategi internal dan
di masukkan dalam rangka mengetahui Kekuatan (Strenght) dan
kelemahan (weakness) Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.
Langkah –langkah adalah sebagai berikut :
1.) Menentukan faktor –faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan
Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya dalam kolom 1.
2.) Memberi bobot masing – masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0
adalah sangat penting sampai dengan 0,0 merupakan faktor yang tidak
penting berdasarkan pengaruh faktor – faktor tersebut terhadap posisi
strategi lembaga. Jumlah semua bobot tidak boleh melebihi skor total
3.) Menghitung rating yang di masukkan dalam kolom 3, untuk setiap
faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 yang merupakan
outstanding sampai dengan 1 atau poor.
4.) Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk
mendapatkan pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk setiap faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4
yang di sebut outstanding sampai dengan 1,0 atau poor.
5.) Menggunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan
mengenai alasan dipilihnya faktor-faktor tertentu dan bagaimana
perhitungan skor pembobotannya.
6.) Menjumlahkan skor pembobotan pada kolom 4 untuk mendapatkan
total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total
menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor
faktor strategi internalnya. Untuk lebih jelasnya tentang faktor – faktor
Dari Tabel 1 tentang analisis strategi faktor internal dalam ekowisata
mangrove Wonorejo Surabaya, berdasakan faktor internal yaitu kekuatan dan
kelemahan dengan menggunakan angka atau nilai maka penelitian dapat
memperoleh hasil secara kuantitatif untuk memperoleh suatu strategi yang tepat.
b. Menggunakan analisis faktor – faktor strategi eksternal yang di susun
dalam suatu table EFAS atau di sebut Eksternal Strategy Factors
Analysis Summary dalam kerangka Opportunities (peluang) dan Threats
(ancaman) lembaga. Langkah – langkahnya sebagai berikut:
1.) Menentukan faktor – faktor yang menjadi peluang serta ancaman
ekowisata mangrove dalam kolom 1.
2.) Memberikan bobot masing – masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 4
yaitu sangat penting sampai dengan 0,0 yaitu tidak penting.
3.) Menghitung rating dalam kolom 3 untuk setiap faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 yang di sebut outstanding sampai
dengan 1,00 atau poor.
4.) Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk
mendapatkan pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk setiap faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4
yang di sebut outstanding sampai dengan 1,0 atau poor.
5.) Menggunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan
mengenai alasan dipilihnya faktor – faktor tertentu dan bagaimana
perhitungan skor pembobotannya.
6.) Menjumlahkan skor pembobotan pada kolom 4 untuk mendapatkan
total skor pembobotan bagi lembaga yang bersangkutan. Nilai total
menunjukkan bagaimana lembaga tertentu bereaksi terhadap faktor –
Dari langkah – langkah dalam penentuan faktor eksternal lembaga dapat di
sajikan dalam Tabel 2, tentang faktor – faktor eksternal lembaga.
Tabel 2. Analisis Strategi Faktor Eksternal atau EFAS.
Faktor – faktor Eksternal ( Peluang dan Ancaman)
Bobot Rating Bobot X
Rating
Komentar
1 2 3 4 5
C. Peluang ( Opportunities)
1. Sebagai alternatife pariwisata
baru
2. Dukungan kebijakan pemerintah
3. Kebutuhan rekreasi masyarakat
Surabaya dan sekitarnya.
4. Sarana dan prasarana wisata.
5. Dukungan dan partisipasi warga
Wonorejo.
D. Ancaman (Threaths)
1. Pesaing yang sejenis
2. Penebangan hutan mangrove
secara liar.
3. Abrasi / kerusakan pantai.
4. Sampah
5.Kerusakan yang di lakukan oleh
pengunjung (wisatawan).
Dalam Tabel 2 tentang faktor – faktor eksternal yang di miliki oleh
ekowisata mangrove Wonorejo Surabaya, memiliki beberapa gambaran peluang
dan ancaman lembaga dengan perhitungan secara kuantitatif sehingga dapat di
rumuskan suatu strategi yang tepat.
4. Tujuan penelitian keempat yaitu Merumuskan strategi yang dapat di
lakukan lingkungan internal maupun lingkungan eksternal untuk
mengembangkan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya. Untuk
merumuskan strategi tersebut, maka peneliti menggunakan matrik SWOT.
Dengan menggunakan Matrik SWOT dapat di gambarkan secara jelas
bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang di hadapi Ekowisata
Mangrove Wonorejo Surabaya, sehingga dapat di sesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya. Matrik
SWOT juga dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternative
strategi yang di sajikan di bawah ini :
IFAS
pencocokan yang sering di gunakan oleh para direktur untuk mengembangkan
empat tipe strategi yaitu Strategi SO, Strategi WO, Strategi ST, dan Strategi WT.
untuk memanfaatkan peluang eksternal, Strategi WO atau strategi yang
bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan cara memanfaatkan peluang
eksternal, Strategi WT atau strategi yang mengarahkan untuk mengurangi
kelemahan internal dan menghindari ancaman lingkungan.
Tujuan dari penggunaan matrik SWOT adalah untuk menghasilkan
strategi alternative yang layak, dan bukan untuk memilih atau menetapkan
strategi yang terbaik. Langkah – langkah membuat matrik SWOT adalah sebagai
berikut:
1. Membuat daftar kekuatan internal Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.
2. Membuat daftar kelemahan internal Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.
3. Membuat daftar peluang eksternal Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.
4. Membuat daftar daftar ancaman Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.
5. Mencocokkan kekuatan – kekuatan internal dengan peluang – peluang
eksternal serta mencatat hasilnya dalam sel strategi SO.
6. Mencocokkan kelemahan – kelemahan internal dengan peluang – peluang
eksternal serta mencatat hasilnya dalam sel Strategi WO.
7. Mencocokkan kekuatan – kekuatan internal dengan peluang – peluang internal
dan mencatat hasilnya dalam sel Strategi ST.
8. Mencocokkan kelemahan kelemahan internal dengan ancaman – ancaman
eksternal serta mencatat hasilnya dalam sel Strategi WT.
Untuk Mengetahui kinerja Lembaga dan arah perkembangan selanjutnya
dapat di tentukan oleh kombinasi faktor internal dan faktor eksternal. Kedua
faktor tersebut harus di pertimbangkan dalam analisis SWOT, yaitu faktor
eksternal yaitu peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor
internal yaitu kekuatan (Strenght) dan kelemahan (weakness). (Rangkuti, 2004).
Untuk lebih jelasnya tentang Diagram Analisis SWOT dapat di lihat pada
Diagram Analisis SWOT
Gambar 3 : Diagram Analisis SWOT (Siagian, 2005)
Keterangan :
Kuadran 1 : Merupakan situasi yang menguntungkan bagi Ekowisata
Mangrove Wonorejo Surabaya, karena ekowisata ini dapat
menggunakan kekuatan internalnya untuk memanfaatkan peluang
eksternal dan mengatasi internal untuk menghindari ancaman
eksternal. Strategi yang di terapkan dalam kondisi kuadran 1 adalah
untuk mendukung kebijakan perkembangan yang agresif.
Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, Ekowisata Mangrove
Wonorejo Surabaya masih memiliki kekuatan dari segi internal.
Strategi yang harus di terapkan adalah menggunakan kekuatan untuk
menghadapi berbagai ancaman guna mendapatkan peluang jangka
Kuadran 3: Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya menghadapi peluang
pasar yang sangat besar, tetapi pada pihak lain perusahaan
menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Tujuan dari
strategi perusahaan pada kuadran 3 adalah meminimalkan masalah
– masalah internal lembaga sehingga dapat memperoleh peluang
pasar yang lebih baik.
Kuadran 4 : Pada kondisi kuadran 4 sangat tidak memungkinkan, karena
Lembaga di hadapkan oleh berbagai ancaman dan kelemahan
V. PEMBAHASAN
A. Kondisi Geografis Surabaya
Surabaya merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia memiliki luas
sekitar 326,37 km2 dan secara astronomis terletak di antara 07° 21’Lintang
Selatan dan 112° 36’ s/d 112° 54’ Bujur Timur. Sebagian besar wilayah Surabaya
merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3 – 6 meter di atas permukaan air
laut, kecuali di sebelah Selatan dengan ketinggian 25 – 50 meter di atas
permukaan air laut. Batas wilayah Kota Surabaya adalah sebelah Utara dan
Timur dibatasi oleh Selat Madura, sebelah Selatan dibatasi oleh Kabupaten
Sidoarjo dan sebelah Barat dibatasi oleh Kabupaten Gresik.
Secara topografi Kota Surabaya merupakan dataran rendah yaitu 80,72 %
(25.919,04 Ha) dengan ketinggian antara -0,5 – 5m SHVP atau 3 – 8 m LWS,
sedang sisanya merupakan daerah perbukitan yang terletak di Wilayah Surabaya
Barat (12,77%) dan Surabaya Selatan (6,52%). Adapun kemiringan lereng tanah
berkisar 0 - 2% daerah dataran rendah dan 2 - 15 % daerah perbukutan landai.
Jenis batuan yang ada terdiri dari 4 jenis yang pada dasarnya merupakan tanah
liat atau unit-unit pasir. Sedang jenis tanah, sebagian besar berupa tanah
alluvial, selebihnya tanah dengan kadar kapur yang tinggi (daerah perbukitan).
Sebagaimana daerah tropis lainnya, Surabaya mengenal 2 musim yaitu musim
hujan dan kemarau. Curah hujan rata-rata 172 mm, dengan temperatur berkisar