• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Perencanaan Gerakan Berjalan Robot Humanoid R2CR9 Bioloid GP Menggunakan Metode Proyeksi Bidang Kartesian T1 612012010 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Perencanaan Gerakan Berjalan Robot Humanoid R2CR9 Bioloid GP Menggunakan Metode Proyeksi Bidang Kartesian T1 612012010 BAB II"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DASAR TEORI

Pada bab ini akan dibahas teori-teori pendukung yang digunakan sebagai acuan

dalam merancang sistem.

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Perancangan Sistem Kontrol dan Algoritma Untuk Optimalisasi Gerakan dan Kestabilan pada Robot Humanoid (Yonas Aditya Darmawan, 2014)[1] Pada tugas akhir ini juga dirancang algoritma cut motion untuk robot Kondo KHR

3 HV. Sistem kontrol pada robot dibagi menjadi 2 bagian, yaitu kontrol aktuator dan

kontrol utama. Kontrol aktuator berupa servo controller yang mengatur sistem gerak

robot. Kontroller utama bertugas mensinkronisasi gerak robot dengan perintah dari

smartphone yang telah diolah melalui mikrokontroler.

Keberhasilan proses cut motion saat robot melakukan pergantian gerakan tanpa

adanya delay dari program sudah mencapai 95,3% untuk semua kemungkinan

perpindahan motion yang biasa dilakukan robot. Dan kecepatan rata-rata yang dicapai

robot adalah 14,53 cm/detik. Robot banyak mengalami kegagalan saat peralihan antara

gerakan maju kecil ke gerakan maju kurva dikarenakan pertambahan kecepatan yang

terlalu drastis.

2.1.2. Perancangan Algoritma dan sistem gerakan pada RoboSoccer R2C R9 (Robotis GP) (Kurnia Sanjaya 2015)[2]

Pada perancangan tugas akhir ini, penulis membuat sebuah algoritma pemotongan

siklus gerakan robot dalam melangkah atau cut motion untuk menciptakan pergerakan

robot yang lebih dinamis dan respon robot yang lebih cepat pada robot humanoid Robotis

GP.

Algoritma cut motion merupakan algoritma memotong gerakan di mana robot

diperintah untuk mengganti gerakan sebelum pose gerakan selesai dengan cara memberi

nilai pada setiap pose gerakan robot, sehingga robot dapat mengetahui posisi terakhir

robot. Ketika robot mengetahui posisi terakhirnya maka robot dapat mengetahui langkah

(2)

Robot dapat melakukan cut motion dengan keberhasilan 100% dan peralihan

motion berulang dengan keberhasilan mencapai lebih dari 75%. Rata-rata kecepatan robot

dalam merespon perintah adalah 356,67 mili detik. Kecepatan gerakan robot untuk

gerakan maju 10,59 cm/detik, mundur 10,51 cm/detik, geser kanan 3,6 cm/detik, geser

kiri 3,5 cm/detik, putar kanan 22,67 °/detik, dan putar kiri 26,06 °/detik.

2.1.3. Online Walking Pattern Generation and Its Application to a Biped Humanoid Robot —KHR-3 (HUBO) (Ill-Woo Park, et. al. 2008 )[3]

Penulis dari jurnal ini mengusulkan sebuah metode pembangkitan gerakan berjalan

yang sederhana untuk robot humanoid KHR-3 (HUBO). Permasalahan dari realisasi

gerakan berjalan pada robot humanoid meliputi dua hal: pembangkitan pola gerakan

berjalan dasar dan kompensasi yang dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan robot.

Pola gerakan berjalan KHR-3 memiliki empat mode: maju/mundur, kiri/kanan,

berjalan kurva, dan berputar arah. Pola berjalan pada jurnal ini memungkinkan variasi

pada pola, waktu, dan jarak untuk tiap langkah berjalan. Pola gerakan berjalan dihasilkan

berdasarkan bentuk matematis sederhana dari kurva lintasan, terutama kurva sinus,

cosinus, linear, dan polinomial orde tiga, dan superposisi dari kurva-kurva tersebut

digunakan untuk mengurangi kompleksitas dan beban komputasi.

Penulis menggunakan polinomial orde tiga untuk menghasilkan lintasan panggul

robot. Dengan bantuan persamaan zero-moment point (ZMP) sederhana, lintasan panggul

dapat dibentuk sehingga memiliki hubungan langsung dengan lintasan ZMP.

2.2. Konsep Gerakan Berjalan Humanoid

Humanoid memiliki sistem berjalan bipedal, atau memiliki dua tungkai. Hal

tersebut menimbulkan berbagai tantangan dalam mewujudkan sebuah robot atau mesin

yang dapat berjalan hanya dengan dua tungkai, karena gerakan berjalan bipedal

membutuhkan dua fase saat berjalan atau melangkah: fase penunjang tunggal atau single

support phase (SSP) dan fase penunjang ganda atau double support phase (DSP) (Gambar

(3)

Gambar 2.1. Bentuk fase DSP dan SSP robot

SSP adalah fase di mana robot berdiri hanya ditopang oleh salah satu tungkai,

sedangkan DSP adalah fase ketika robot berdiri ditopang oleh kedua tungkai[4]. Siklus

pergantian dari kedua fase tersebut yang membentuk sebuah pola gerakan berjalan, di

mana dibutuhkan bentuk fase yang memungkinkan robot untuk tetap tegak atau

seimbang. Keseimbangan robot pada kedua fase tersebut ditentukan oleh proyeksi pusat

massa robot pada bidang transversal terhadap support polygon. Support polygon adalah

daerah yang terbentuk dari kontak telapak kaki pada permukaan lapangan yang

membentuk bentuk polygon seperti pada Gambar 2.2[4]. Supaya keseimbangan robot

tercapai maka proyeksi pusat masa harus berada di dalam area support polygon.

Gambar 2.2. Support Polygon dengan warna abu-abu: (a) Double Support Polygon, (b)

(4)

Sistem gerakan berjalan robot dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan kriteria

kestabilannya :

1. Static Walking

Static walking adalah cara berjalan robot di mana titik pusat masa atau

center of mass (CoM) robot selalu berada di dalam area support polygon pada

setiap waktu (Gambar 2.3)[4]. Dengan kata lain, robot seimbang secara statis,

di mana bila gerakan berjalan dihentikan pada posisi apapun robot akan tetap

stabil atau dalam posisi berdiri. Hal tersebut mencakup fase DSP maupun fase

SSP. Sistem berjalan seperti ini memerlukan telapak kaki yang cukup luas

dan sendi engkel yang kuat. Selain itu kecepatan berjalan robot harus rendah

supaya gaya inersia robot tidak mempengaruhi keseimbangan.

Gambar 2.3 Posisi CoM terhadap support polygon untuk static walking

2. Dynamic Walking

Dynamic walking adalah cara berjalan yang memungkinkan pusat masa atau

center of mass (CoM) robot keluar dari area support polygon (Gambar

2.4)[4]. Tidak ada kriteria absolut yang menyatakan apakah dynamic walking

stabil atau tidak, tetapi apabila robot memiliki sendi engkel aktif dan selalu

memiliki minimal satu kaki yang menyentuh tanah maka ZMP atau

zero-moment point dapat dijadikan kriteria keseimbangan. ZMP adalah titik di

mana momentum sudut total pada telapak kaki sama dengan nol. Selama ZMP

(5)

dinamis. Dynamic walking memungkinkan robot untuk memiliki ukuran

telapak kaki yang lebih kecil dan gerakan berjalan yang lebih cepat.

Gambar 2.4 Posisi CoM terhadap support polygon untuk dynamic walking

2.3. Ruang Kartesian Tiga Dimensi

Dalam matematika, sistem koordinat kartesius digunakan untuk menentukan posisi

sebuah titik dalam ruang tiga dimensi dengan menggunakan tiga buah bilangan yang

disebut koordinat x, koordinat y, dan koordinat z. Dalam tugas akhir ini titik yang

diproyeksikan dalam ruang kartesian adalah titik pada pergelangan kaki atau engkel, dan

titik pada panggul atau pelvis.

(6)

Proyeksi titik engkel dan panggul dilihat dari tiga bidang anatomis manusia, di

mana postur dilihat dari tiga bidang sisi seperti pada Gambar 2.5. Yang pertama adalah

bidang sagital, bidang ini membagi tubuh menjadi kiri dan kanan, atau dalam bidang

kartesian adalah bidang XY. Yang kedua adalah bidang frontal/coronal, yang membagi

tubuh menjadi depan dan belakang. Bidang tersebut merupakan bidang YZ. Dan yang

terakhir adalah bidang transversal, yaitu bidang XZ[4].

Laju robot ke depan atau belakang akan dilihat berdasarkan proyeksi laju engkel

dan panggul pada bidang sagital atau arah koordinat x dan y seperti pada Gambar 2.6a.

Sedangkan bidang frontal akan menunjukkan posisi kemiringan robot ke kanan dan kiri

panggul pada arah sumbu z saat melangkah dan posisi engkel saat melangkah ke samping

seperti pada Gambar 2.6b. Lintasan tersebut ditinjau dari waktu t1 hingga t2 pada tiap

ayunan langkah kaki.

(a) (b)

Gambar

Gambar 2.2. Support Polygon dengan warna abu-abu: (a) Double Support Polygon, (b)
Gambar 2.3 Posisi CoM terhadap support polygon untuk static walking
Gambar 2.4 Posisi CoM terhadap support polygon untuk dynamic walking
Gambar 2.6 Lintasan pada bidang sagital (a) dan lintasan bidang frontal (b)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut diatas, maka sebagai hipotesis dapat dikemukakan bahwa perlindungan terhadap perempuan menurut Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006

Menurut Barrie (1987), tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk mengurangi kesakitan dan penderitan manusia, baik untuk pekerja itu sendiri maupun bagi

Dalam survei yang dilakukan, empat responden ayah sepakat bahwa tugas pengasuhan adalah tugas ayah dan ibu, namun ketika kebutuhan anak sudah tertangani oleh ibu,

Kesalahan strategi pengembangan UMKM di Indonesia selama ini yang akhirnya membuat kinerja UMKM Indonesia tertinggal dibandingkan UMKM di negara-negara lain adalah

[r]

[r]

29.11 Pembatasan (jika ada) mengenai penggunaan dokumen dan piranti lunak tersebut di atas di kemudian hari diatur dalam SSKK.. Penghentian Kontrak dapat dilakukan karena

Seseorang dilarang mewakili lebih dari 1 (satu) perusahaan dalam mengambil Dokumen Pemilihan. Dokumen Pemilihan dapat diambil dalam bentuk cetakan di Panitia Pengadaan