BAB IV
PRAKTEK PROSTITUSI
4.1 Gambaran Prostitusi “Ayam Kampus”
Prostitusi atau pelacuran merupakan salah satu bentuk penyakit sosial
masyarakat yang harus diberantas sebagai sebuah perilaku yang menyimpang.
Meskipun beberapa cara telah ditempuh oleh pemerintah dan aparat terkait untuk
memberantas keberadaannya, tidak dipungkiri bahwa prostitusi masih ada dan
terus tumbuh serta berkembang dalam masyarakat.
Soedjono mendefinisikan prostitusi berasal dari kata prostituere (bahasa
Latin) yang berarti menonjolkan diri dalam hal yang buruk atau tercela atau
menyerahkan diri secara terang-terangan kepada umum. Di Indonesia istilah ini
dikenal dengan “pelacuran” yang secara umum dapat diartikan sebagai
penyerahan badan wanita dengan pembayaran, kepada orang laki-laki guna
pemuasan nafsu seksual orang-orang itu (Soedjono, 1973:115).
SF Habeyb menyebutkan bahwa prostitusi berasal dari kata prostitutie
(Belanda) yang berarti pelacuran, persundalan (sebagai mata pencarian).
Sedangkan seseorang yang melakukannya disebut prostitu’ee (Perancis) yang
berarti pelacur atau perempuan sundal. Prostitusi yaitu pertukaran hubungan
seksual dengan imbalan uang atau hadiah-hadiah sebagai suatu transaksi
perdagangan atau pelacuran (Sudarsono, 1992:377).
Dari beberapa pengertian tentang prostitusi diatas, penelitian ini sangat
erat dengan dunia tersebut. Keberadaan germo yang memiliki “ayam kampus”
merupakan bagian dari praktek prostitusi. Dimana dalam kesempatan ini, penulis
melakukan penelitian mengenai fenemona “ayam kampus” yang ada di Salatiga. Dengan fokus penelitian mengenai komunikasi interpersonal germo kepada “ayam kampus”.
Praktek prostitusi yang dilakukan oleh germo dan “ayam kampus”
merupakan praktek yang terselubung atau diam-diam. Berbeda dengan praktek
menemukannya. Tetapi untuk pratek “ayam kampus” ini, butuh perantara, yaitu germo, untuk bisa “menikmati” pelayanan dari “ayam kampus”.
Salatiga adalah sebuah kota kecil yang berada di Jawa Tengah, tetapi
memiliki beberapa universitas atau sekolah tinggi untuk menempuh jenjang
diploma maupun sarjana. Seperti Universitas Kristen Satya Wacana, Institut
Agama Islam Negeri Walisongo, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AMA, Akademi
Kebidanan Ar-Rum, Akademi Kebidanan Bhakti Nusantara, LPK Amika Dharma
Nusantara, LPK Yasa Luhur, Sekolah Tinggi Theologi Berea. Keberadaan
beberapa kampus ini memungkinkan adanya keberadaan “ayam kampus”.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan melakukan
wawancara kepada germo Luna, didapatkan hasil bahwa di Salatiga, tidak hanya
Luna saja yang memiliki “ayam kampus”. Ada beberapa germo lain yang juga
menjual jasa “ayam kampus” dimana mereka saling mengenal antara germo yang satu dengan germo yang lain.
Tabel 4.1.
Germo lain yang memiliki “ayam kampus” di Salatiga
No. Nama
(bukan sebenarnya) Jenis kelamin Pekerjaan
1. Mirna
Dalam pekerjaannya, Luna dan germo lain saling bekerjasama, terutama
Apabila germo satu tidak mempunyai persediaan “ayam kampus” pada saat ada
pelanggan yang membutuhkan, maka germo tersebut akan menghubungi germo
lain yang mempunyai “ayam kampus” untuk meminjam dan kemudian dijual.
Dari hasil pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti kepada germo
Luna mempunyai 32 wanita pekerja seks. Latar belakang pekerjaan wanita ini
berbeda-beda. Tidak semuanya bekerja atau berstatus sebagai seorang mahasiswi.
32 wanita ini masih aktif bekerja sebagai wanita pekerja seks dan berada di bawah
naungan Luna.
Tabel 4.2. Wanita Pekerja Seks
yang berada di bawah Luna dan masih aktif
No. Latar belakang pekerjaan Jumlah (orang)
1. Mahasiswi Aktif 5
2. SPG Event/Produk 9
3. Pekerja Pabrik 2
4. Pelayan Kafe 1
5. Pelayan Toko 4
6. Pengangguran 6
7. Single Parent 3
8. Ibu Rumah Tangga 2
Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa hanya ada 5 orang yang merupakan
mahiswi aktif sehingga bisa disebut sebagai “ayam kampus”.
“Ayam kampus” tersebut tidak semua berasal dari Salatiga, tetapi berasal
dari Semarang, Palembang, Purwodadi dan Blora. Keberadaan mereka di Salatiga
Tabel 4.3.
“Ayam kampus” yang berada di bawah Luna
No. Nama berasal dari 3 kampus saja. Sedikitnya jumlah “ayam kampus” yang dimiliki oleh
Luna dikarenakan dalam perekrutan “ayam kampus”, Luna tidak melakukan
publikasi melalui broadcast messege atau iklan tertentu. Melainkan melaui mulut
ke mulut. Biasanya, “ayam kampus” yang sudah mengenal Luna mengajak
temannya yang lain dan dikenalkan dengan Luna. Melaui proses bertemu secara
langsung dan pendekatan dengan calon “ayam kampus” untuk mengetahui latar
belakangnya, hingga akhirnya Luna bisa menerima seorang mahasiswi menjadi
“ayam kampus” yang berada di bawah naungannya.
Melalui sebuah proses komunikasi, germo Luna berhasil menjaga para
“ayam kampus” agar tetap berada di bawah naungannya. Pada bab ini, peneliti akan membahas mengenai strategi komunikasi apa saja yang dilakukan oleh Luna
sehingga menghasilkan modal sosial yang digunakan Luna dalam menjalankan
bisnisnya. Sebelum membahas strategi komunikasi apa saja yang digunakan oleh
Luna, peneliti akan membahas bagaimana profil germo dan “ayam kampus” yang
peneliti amati.
4.2Profil Germo dan “Ayam kampus”
Gambar 2.
Germo Luna
Luna (bukan nama sebenarnya) merupakan seorang waria
yang lahir di Salatiga 16 November, mulai menekuni pekerjaan
sebagai germo pada tahun 2009. Awal keterlibatannya sebagai
seorang germo dimulai dari sebuah ketidak sengajaan bersama 4
orang sahabat wanitanya yang merupakan teman semasa kuliah, pada
tahun 1998. Luna bersama 4 orang teman wanitanya sering pergi
bersama walaupun hanya sekedar makan atau karaoke.
Seringnya Luna bersama 4 orang teman wanitanya pergi ke
karaoke, hingga akhirnya ditawari untuk menjadi pemandu karaoke
oleh laki-laki yang akan berkaraoke. Penampilan Luna sebagai waria1, membuat dia dikira sebagai mami2 dari wanita yang bersamanya.
1
Waria merupakan seseorang yang secara fisik mempunyai jenis kelamin pria tetapi berperasaan dan bertingkahlaku seperti seorang wanita (Kartono, 1998).
2
Walaupun sebenarnya pada waktu itu Luna dan teman-temannya
bukan seorang pemandu karaoke atau PK.
Tawaran dari seorang pengunjung untuk menjadi pemandu
karaoke akhirnya diterima oleh Luna dan teman-temannya, walaupun
mereka berlima tidak tahu bagaimana pekerjaan seorang pemandu
karaoke. Berawal dari itu, mereka mulai ketagihan dan menerima
tawaran untuk menjadi pemandu karaoke hingga ke pelayanan seks.
Dalam hal ini, Luna menjadi mami atau orang yang melakukan
negosiasi dengan pelanggan.
Melihat peluang tersebut, Luna yang pada saat itu tidak
melanjutkan kuliahnya, dan berganti-ganti pekerjaan sebagai
karyawan pabrik, pelayan kafe, dan pelayan di tempat billyard,
mengembangkan bisnis barunya sebagai germo dari pemandu karaoke
hingga wanita pekerja seks. Luna mulai merintis dan membangun
jaringan dengan pelanggan dan para wanita pekerja seks mulai tahun
2000.
Tahun 2009, Luna mulai mantap dengan bisnisnya dan
bergantung pada kehidupan sebagai germo. Pelanggannya mulai
banyak dan wanita pekerja seks yang ada dibawah naungannya terus
bertambah. Lebih dari 100 wanita pekerja seks hingga tahun 2015,
pernah bekerjasama dengan Luna. Para pekerja ini datang dan pergi
seiring dengan waktu karena alasan insyaf, menikah, pulang
kampung, dan memiliki pekerjaan lain yang lebih baik.
Dalam mendapatkan wanita pekerja seks, Luna tidak
menyebarkan iklan secara khusus. Hanya melalui mulut ke mulut.
Wanita pekerja seks yang ada dalam naungan Luna, sering mengajak
temannya yang ingin bergabung. Dari sini, Luna mendapatkan wanita
pekerja seks, termasuk “ayam kampus” untuk dijual. Syarat wanita
pekerja seks yang bisa bergabung dengan Luna harus berusia minimal
nilai jual menurut Luna. Nilai jual menurut Luna tidak ada kriteria
khusus, karena mengingat selera dari pelanggan yang berbeda-beda.
Dalam menjalankan bisnisnya, Luna tidak memiliki tempat
khusus atau seperti panti. Sehingga bisnis yang dijalankan oleh Luna
ini terselebung. Dalam menjalankan pekerjaannya, Luna hanya
menggandalkan handphone dan bantuan dari Satpam atau pegawai
dari beberapa hotel atau tempat penginapan yang ada di Salatiga.
Pelanggan baru dari Luna biasanya menggunakan jasa para satpam
atau pegawai hotel untuk menggunakan jasa dari wanita pekerja seks.
“Ayam kampus” mempunyai nilai lebih dalam bisnis ini.
Untuk itu, hampir semua wanita pekerja seks, Luna jual dengan
sebutan “ayam kampus”. Walaupun, latar belakang dari wanita pekerja seks tersebut adalah bukan mahasiswi. Alasanya, pelanggan
lebih suka dengan “ayam kampus” karena dianggap lebih eksklusif
dan tidak ada ditempat pelacuran atau panti. Bagi Luna, menjual
mengatasnamakan “ayam kampus” membuat tarif menjadi mahal.
Alasan pelanggan menggunakan jasa wanita pekerja seks
atau “ayam kampus” dari Luna sebagian besar adalah untuk kepuasan seks saja. Ada juga sekitar 10 kasus yang berlanjut menjadi istri
simpanan. Mereka yang berlanjut hingga menjadi istri simpanan
rata-rata hanya bertahan selama 1 tahun. Putusnya status menjadi istri
simpanan karena masalah jarak yang jauh antara istri simpanan dan
suami, serta masalah kesibukan pekerjaan si suami. Setelah putus dari
hubungan istri simpanan tadi, mereka kembali menjadi pekerja seks di
bawah naungan Luna.
Luna juga menerapkan sistem lamanya pemakaian wanita
pekerja seks di bawah naungannya kedalam 2 waktu pemakaian, yaitu
Short Time (ST) yang biasanya hanya sekali main dengan durasi
sekitar 1 jam, dan Long Time (LT) yang bisa hingga 3 kali main
Membagi ke dalam 2 kategori tipe atau kualitas wanita
pekerja seks, juga dilakukan Luna:
1. Kategori A 1 (special pake telor)
Dalam kategori ini memiliki ciri-ciri fisik cantik, tinggi,
putih, rambut panjang, berat ideal, smart, dan bisa
berkomunikasi serta membawa suasana ketika bertemu
dengan pelanggan. Kategori ini lebih sering digunakan
untuk long time, dengan tarif berkisar antara Rp
2.000.000 hingga Rp 3.500.000.
2. Kategori A 2 (special)
Kategori ini mempunyai kriteria fisik dibawah kategori
A 1. Biasanya digunakan untuk main short time, dengan
tarif minimal Rp 500.000.
Tabel 4.4
Kategorisasi wanita pekerja seks di bawah Luna (tidak termasuk mahasiswi atau ayam kampus)
No. Kategori Latar belakang pekerjaan Jumlah (orang)
1. A 1 SPG Event/Produk 4
Pengangguran 2
Single parent 2
2. A 2 SPG Event/Produk 5
Pekerja pabrik 2
Pelayan kafe 1
Pelayan toko 4
Pengangguran 4
Single parent 1
Tabel 4.5.
penyakit kelamin menular dan HIV/AIDS, dimana Luna selalu
mengajak wanita pekerja seks di bawahnya untuk mengikuti VCT3 secara rutin.
Urutan prosedur dalam bertransaksi yang dilakukan oleh
Luna dengan pelanggannya adalah:
1. Pelanggan atau melalui pihak ketiga, yaitu satpam atau
pegawai hotel atau tempat penginapan, menghubungi
Luna melalui telepon. Lalu Luna menanyakan kriteria
yang diinginkan pelanggan, lama main, tempat main, dan
tarif. Apabila ada pelanggan yang minta dikirim foto
anak wanita pekerja seks yang akan dipakai melau media
sosial, Luna tidak melayani karena alasan kemanan dan
privacy. Luna lebih memilih untuk mengajak bertemu
langsung untuk memperlihatkan foto tersebut.
3
2. Luna menentukan anak buah mana yang akan dikirim
sesuai dengan kriteria yang diinginkan pelanggan. Bila
dapat, dia menghubungi wanita pekerja seks, menjemput
dan mengantarkannya langsung ke hotel atau tempat
penginapan.
3. Apabila pelanggan tidak cocok dengan wanita pekerja
seks yang dibawa oleh Luna, pelanggan dikenakan biaya
pembatalan sebesar Rp 100.000, dan bisa meminta
diganti dengan wanita pekerja seks yang lain.
4. Bila cocok, transaksi pembayaran langsung dilakukan
dimuka secara cash dan dibayar penuh di muka. Untuk
pelanggan tetap biasanya melalui transfer rekening bank.
Pelanggan diberikan kondom. Bagi pelanggan di Luna
wajib menggunakan kondom dengan alasan kemanan
serta kesehatan dari wanita pekerja seksnya. Apabila
pada saat “main” si pelanggan tidak mau menggunakan
kondom, anak buah langsung menghubungi Luna dan
melaporkan.
5. Setelah selesai transaksi, Luna meninggalkan wanita
pekerja seks tersebut kepada pelanggan. Kemudian akan
menjemputnya kembali sesuai dengan kesepakatan.
Apabila dari waktu yang ditentukan ternyata wanita
pekerja seks tersebut tidak bisa dihubungi, Luna
langsung datang ke hotel atau meminta bagian hotel
untuk menghubungi kamar yang dimaksud.
6. Apabila ada hal lain diluar kesepakatan, biasanya wanita
pekerja seks akan menghubungi Luna dan
mengkoordinasikannya.
Indah (bukan nama sebenarnya) merupakan salah satu dari
“ayam kampus” yang ada dibawah naungan dari Luna. Indah
bergabung dengan Luna sudah hampir 2 tahun ini.
Indah merupakan mahasiswi yang sekarang ini memasuki
semester 6 di sebuah perguruan tinggi di Salatiga. Menjalani profesi
sebagai “ayam kampus” sudah selama 2 tahun.
Alasan Indah memilih profesi sebagai “ayam kampus”
salah satunya adalah karena faktor ekonomi. Tetapi faktor ekonomi
bukan yang utama. Melainkan untuk memenuhi kebutuhan gaya
hidup, seperti belanja barang-barang yang menunjang penampilannya,
adalah alasan utamanya. Penghasilan yang Indah dapat biasanya
digunakan untuk membeli barang-barang seperti tas dan pakaian.
Ketertarikan Indah memilih berprofesi menjadi “ayam
kampus” ketimbang yang lain, karena melihat teman kuliahnya yang
juga teman mainnya berprofesi sebagai “ayam kampus”.
Indah menyadari bahwa profesinya ini beresiko besar.
Seperti, bila kampus tau tentang profesinya sebagai “ayam kampus”
maka dia bisa di drop out (DO) oleh pihak kampus. Selain itu, akan
adanya image negatif yang menempel pada dirinya oleh
teman-temanya.
Besarnya resiko akan profesinya, membuat Indah harus bisa
menjaga dan merahasiakan identitasnya sebagai “ayam kampus”.
Untuk merahasiakan identitasnya, Indah berpenampilan yang sopan
dalam kesehariannya, terutama bila dia berada di kampus. Tidak
berpenampilan yang menyolok seperti saat dia bekerja dan menemui
pelanggan. Sehingga, teman-temannya akan menganggap dirinya
sebagai mahasiswi biasa.
Seperti yang diungkapkan oleh Joni Lisungan dari Balai
Pelestarian Nilai Budaya Semarang (2014), bahwa orang awam tidak
akan mengenali “ayam kampus” bila tidak diberitahu. Orang ayam
umumnya, mereka berperilaku santun, kelihatan lugu, bahkan sangat
menjaga citra sebagai mahasiswi.4
Menurut Indah, dia bisa mengenali seseorang yang
berprofesi sebagai “ayam kampus” atau tidak. Dia melihat dari penampilan seseorang yang menonjol atau terkesan “wah” atau
mencoba terlihat high class dalam dandanannya. Dan berbanding
terbalik dengan latar belakangnya yang hanya orang kalangan biasa.
Selain itu, biasanya dalam berperilaku terlihat lebih percaya diri.
Dalam hubungannya dengan Luna, Indah sudah mengenal
Luna sebelum dia menjadi “ayam kampus”, dan hubungan mereka
sudah berlangsung sekitar 4 tahun. Perkenalan mereka berawal dari
sering bertemunya di tempat nongkrong. Dari situ mereka berkenalan
dan mulai saling sapa. Hingga akhirnya mereka berteman. Mereka
sering ngobrol dan Indah sering juga main ke tempat Luna.
Awal menjalani profesi sebagai “ayam kampus”, Indah
bernaung pada germo lain. Tetapi hanya singkat, kurang dari 1 tahun
dia bergabung dengan germo tersebut. Dan pada awalnya, Indah tidak
tahu bahwa Luna juga berprofesi sebagai germo. Tetapi akhirnya
Indah tahu bahwa Luna seorang germo dari seorang temannya yang
berprofesi sebagai “ayam kampus” yang bernaung dibawah Luna.
Dan dari situlah Indah bergabung dan bekerjasama dengan Luna.
4