• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keputusan Investasi Berbasis Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa: studi kasus pada UMKM Etnis Tionghoa di Boyolali T2 912014028 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keputusan Investasi Berbasis Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa: studi kasus pada UMKM Etnis Tionghoa di Boyolali T2 912014028 BAB IV"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Diskripsi Profil Informan

Informan dalam penelitian ini adalah pengusaha etnis Tionghoa yang sudah lama berkecimpung di bidang usahanya serta memiliki pengalaman berusaha sehingga dikenal luas di wilayah Boyolali serta informan tersebut memahami filosofi bisnis etnis Tionghoa yang bisa diketahui saat proses wawancara dimana informan bisa menjelaskan dan mengaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat empat orang pengusaha etnis Tionghoa yang telah diwawancarai dalam penelitian berkenaan dengan masalah yang diteliti dimana profil informan bisa dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Tabel Profil Informan

Sumber: Data diolah, 2016

Profil informan menjelaskan tentang jenis kelamin, usia, tempat, tanggal lahir dan cerita singkat mengenai kehidupan informan. Setelah mengetahui tentang profil informan, peneliti menggali informasi tentang profil usaha masing-masing informan yang bisa dilihat pada tabel berikut:

Kode Jenis Kelamin

Usia (Tahun)

Tempat Lahir

Tanggal Lahir

KI 1 Laki-laki 56

Pangkalan Bun

4 April 1960 KI 2 Laki-laki 29 Surakarta 20 April 1987 KI 3 Perempuan 53

Malang 28 September 1963

(2)

20

Tabel 4.2 Tabel Profil Usaha Kode Kegiatan Usaha

Jenis Usaha Lama Usaha (Tahun) Modal Usaha (Juta) Omzet/ bulan (Juta) Laba/ bulan (Juta) Jumlah Karyawan (Orang) KI 1 Bengkel Motor:

-Penjualan Sparepart

-Service Motor

-Dagang -Jasa 16 ±250 ±50 ±300 ±50 ±60 ±15 4 4

KI 2 Konter HP: -Penjualan HP -Penjualan Aksesoris -Server Pulsa dan Perdana -Service HP -Dagang -Dagang -Dagang -Jasa 9 ±200 ±100 ±150 ±50 ±400 ±60 ±3000 ±50 ±30 ±30 ±50 ±15 6 10 30 4 KI 3 Penjahit:

-Jasa Jahit Halusan -Jasa

25

±100

±50 ±30 11

KI 4 Toko Material:

-Penjualan Material -Dagang

32

(3)

21 Key Informan 1 (KI 1) merupakan informan pertama yang peneliti wawancarai. K1 lahir di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah pada tanggal 4 April 1960. Sejak kecil beliau mengikuti ayahnya berpindah-pindah disekitar pulau jawa karena bekerja sebagai tentara. Saat setelah menikah, beliau memutuskan untuk menetap dan tinggal di Boyolali membangun keluarga. Saat pertama menikah, beliau bekerja sebagai

sopir “omprengan” pada tahun 80an. setelah

sekian lama akhirnya bisa membeli lima angkutan sendiri, dan pada tahun 90an bisa memiliki belasan angkutan. Pada krisis 1998, bisnis angkutannya bangkrut dan pada akhirnya membuka toko sparepart dan service motor pada tahun 2000.

Alasan membuka toko sparepart dan

service ini dikarenakan background keahlian sebelumnya mekanik saat sekolah dan bisa memperbaiki angkutan sendiri jika ada kerusakan. Selain itu dana yang digunakan untuk membuka usaha pertama kali tidak cukup jika membuka sparepart mobil. Modal pertama kali saat membuka usaha ± 100 jutaan dengan status lokasi usaha kontrak, sumber dana ini didapat dari menjual seluruh angkutan yang ada. Awal mula buka usaha pasar yang dituju langsung user atau pemakai. Seiringnya berjalannya waktu, banyak saingan antara usaha sejenis yang bermodal kecil juga buka usaha tersebut maka semenjak tahun 2012 pasar usaha ini fokus pada penjualan partai atau suplaier yang memasoki sparepart di penjual kecil di Boyolali, selain penjualan partai juga masih membuka penjualan langsung ke pemakai.

(4)

22

karyawan di penjualan sparepart dengan gaji harian dan empat teknisi dibagian service dengan sistem bagi hasil 70% untuk teknisi dan 30% untuk pemilik. Untuk sekarang ini modal usaha keseluruhan jika dinominalkan oleh KI 1 ± 300jutaan dengan status lokasi usaha sekarang ini sudah menjadi hak milik. Dengan keuntungan bersih perbulan lebih dari 75 juta.

Key Informan 2 (KI 2), lahir di Surakarta pada tanggal 20 April 1987. Ia sudah dari kecil berdomisili di Boyolali. Ia bersekolah di SD Kanisius Boyolali. Saat SMP, ia disekolahkan di SMP Regina Pacis Solo. Awal masuk SMP dia termasuk anak yang pintar yang mendapat ranking di kelas, tetapi karena jauh dari pantauan orang tua dan pergaulan yang kurang baik maka pada akhirnya sempat tidak lulus SMP. Akhirnya dipindahkan ke SMP Widya Wacana dan lulus. SMA berada di Boyolali. Saat SMA belum sampai satu semester, dia tidak mau melanjutkan sekolah dikarenakan terlalu banyak aturan disekolah. Saat SMA dia sudah mempunyai usaha sampingan yaitu jualan pulsa dan HP bekas di teman-temannya atau disebut konter berjalan. Hal ini juga yang memperkuat alasan, dia tidak mau sekolah karena sudah merasa enak kalau memegang uang. Setelah tidak sekolah, dia mulai mebuka usaha dengan temannya dengan join tempat usaha. Usahanya mulai berkembang dan cukup mempunyai nama, akhirnya meminta dibukakan toko kecil berukuran 4x4 meter di rumahnya semenjak tahun 2007 sampai sekarang. Awal membuka usaha diperkirakan modal belasan juta yang didapat dari keuntungan usaha yang sudah didapat sebelumnya.

(5)

23

Boyolali. Luas bangunan sekarang diperbesar kurang lebih 10x20 meter dengan berbagai bidang usaha baik server pulsa, penjualan aksesoris, perdana, handphone, service dan semua seputar HP. Saat ini konter ini memiliki sepuluh orang karyawan dibagian aksesoris HP, enam karyawan dibagian penjualan HP, sepuluh karyawan di bagian deposit dan penjualan pulsa, delapan karyawan dibagian admin server, empat karyawan di bagian service HP dan belasan sales marketing kelilingan deposit pulsa di Boyolali dan sekitarnya. Sistem kerja adalah shift dengan jam kerja toko 08.00 – 21.00 WIB. Selain itu juga terdapat empat cabang lain yaitu dua cabang di swalayan daerah Boyolali dan tempat usaha lainnya di Ampel dan Kartasura. Untuk sekarang ini diperkirakan modal yang digunakan ± 500juta dengan keuntungan bersih lebih dari 125jt perbulan.

Key Informan 3 (KI 3) lahir di Malang pada tanggal 28 September 1963. Pada saat menempuh pendidikan SLTA, beliau pindah di Boyolali. Tidak lama setelah lulus sekolah, beliau langsung menikah. Setelah menikah, beliau menjalani kursus ketrampilan menjahit dan akhirnya membuka usaha menjahit seorang diri dirumah dengan pelanggan tetangga-tetangganya. Berawal dari mulut ke mulut, pelanggan bertambah banyak dan akhirnya mempekerjakan beberapa karyawan. Hingga pada sekarang ini sudah memiliki karyawan sebelas orang yang terbagi menjadi dua tugas yaitu delapan orang menjahit dan tiga orang membuat pola beserta KI 3 sendiri.

(6)

24

berbeda dengan penjahit konveksi. Didalam penjahit halusan, pelanggan datang sendiri serta mengukur dan meminta model sebagaimana yang diinginkan sedangkan penjahit konveksi cenderung sudah ada ukuran dan model yang telah ada sebelumnya. Pelanggan beliau berasal dari karyawan kantoran, PNS, dan keluarga yang mempunyai hajatan. Menurut beliau, usaha tersebut terbesar di Boyolali jika dilihat dari jumlah karyawan yang dipekerjakan. Modal usaha pertama kali membuka usaha ini hanya bermodal sebuah mesin jahit, tetapi sekarang ini beliau sudah memiliki belasan mesin jahit,

perlengkapan menjahit bahkan sudah

mempunyai tempat usaha sendiri yang diperkirakan nominalnya lebih dari 100juta diluar tempat usaha. Penghasilan bersih usaha perbulan diperkirakan lebih dari 30juta.

Key Informan 4 (KI 4) adalah informan terakhir dalam penelitian ini. KI 4 lahir di Boyolali pada tanggan 23 April 1956. Beliau dari kecil hingga sekarang ini tinggal di Boyolali. Usaha beliau adalah toko bangunan yang menjual material bangunan. Toko beliau sudah berdiri sekitar 32 tahun yang lalu dimana dari awal sampai sekarang toko tersebut berada disekitar pasar Boyolali. Pemilihan tempat di dekat pasar didasarkan pada waktu itu pusat berdagangan hanya ada disekitar pasar sehingga apabila ingin laku harus mendekati keramaian. Toko ini buka pada hari senin sampai sabtu dari pukul 08.00 sampai 16.00 dengan memiliki empat belas karyawan dimana terbagi menjadi enam orang bagian toko, empat orang bagian gudang dan empat orang bagian antar pesanan.

(7)

25

Pelanggan dari usaha ini adalah orang individu yang sedang membangun rumah dan sebagian pengembang perumahan. Pembayarannya selain tunai juga bisa secara kredit tetapi hanya pada orang-orang tertentu yang dirasa bisa dipercaya. Sistim kredit ini diberlakukan karena biasanya orang-orang tersebut mengambil bahan dan diberi nota dahulu dan biasanya pembayaran dikemudian hari bisa seminggu sekali, sebulan sekali, bahkan bisa tiga bulan sekali saat rumah tersebut baru selesei. Untuk total modal pada saat ini lebih 1 milyar sudah masuk disini yang terdiri dari persediaan material dan alat transportasi yaitu 1 truk dan 1 pick up. Dengan keuntungan kira-kira 100jutaan perbulan. Meskipun dana piutang juga besar, dikarenakan untuk nominal-nominal transaksi besar biasanya berbentuk kredit.

4.2 Diskripsi Profil Investasi

(8)

26

Tabel 4.3 Tabel Profil Investasi

Sumber: Data diolah, 2016

Dari penjelasan informan, dapat diketahui jenis investasi yang dilakukan terbagi menjadi dua macam yaitu yang berkenaan dengan usaha dan tidak berkenaan dengan usaha. Setiap informan melakukan investasi dalam sektor usaha yaitu tempat lokasi berusaha, untuk KI 3 dan KI 4 memiliki tempat usaha yang terpisah dari rumah tempat tinggalnya, KI 1 memilih tempat usaha yang gabung dengan rumah atau rumah dan toko (ruko), sedangkan KI 2 tempat usaha berada dibagian depan jalan dan rumah ada dibagian belakang toko. Setiap informan melakukan investasi di peralatan usaha yang berbeda-beda sesuai jenis usaha yang digelutinya seperti yang bisa dilihat di tabel diatas. Selain tempat usaha dan peralatan usaha yang dimiliki setiap informan, diketahui bahwa khusus untuk

Kode

Macam-macam Investasi yang dimilik Berkenaan dengan

usaha

Tidak berkenaan dengan usaha KI 1 a. Bangunan Ruko

b. Peralatan Service

Motor

a. Deposito Bank Daerah.

b. Investasi Tanah KI 2 a. Tempat Usaha Toko.

b. Peralatan Server Pulsa dan Service HP. c. Tempat Cabang Baru.

a. Tanah dan

Bangunan Tempat Tinggal.

b. Deposito Bank Swasta

KI 3 a. Tempat Usaha Jahit. b. Peralatan Mesin Jahit

a. Tanah dan

Bangunan Tempat Tinggal.

b. Deposito Bank Daerah.

c. Emas Perhiasan KI 4 a. Tempat Usaha Toko.

b. Gudang Material. c. Peralatan atau Mesin

Pengolah Material. d. Truk dan Pickup.

a. Tanah dan

Bangunan Tempat Tinggal.

(9)

27

KI 2 mempunyai beberapa cabang lokasi tempat usaha meliputi di Kartasura, Ampel dan beberapa lokasi di swalayan yang ada di sekitar Boyolali. Untuk KI 4 mempunyai lokasi gudang guna menyimpan material dan truk besar serta pickup

digunakan untuk mengantar material.

Dari penelitian ini terungkap bahwa informan KI 1 dan KI 3 yang memiliki usaha lebih lama, mereka sudah tidak terlalu banyak melakukan investasi di usaha yang digeluti untuk sekarang ini. Hal ini dikarenakan usaha tersebut sudah mempunyai pasar tersendiri yang sudah dibangun sejak puluhan tahun yang lalu. Untuk KI 2 yang memiliki usaha yang terbilang belum lama, ia masih melakukan investasi yang sangat besar di sektor usaha sekarang ini dikarenakan untuk memperbanyak alat-alat, stok barang yang dijual, penambahan karyawan bahkan pembukaan beberapa cabang guna memperluas pasar. Disisi lain faktor usia juga mempengaruhi tentang intensitas investasi yang dilakukan. Usia yang relatif masih muda, melihat masa depannya masih panjang sehingga sering memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Sedangkan usia yang sudah cukup tua yang lebih suka menikmati hidupnya dan lebih nyaman menjalani apapun yang sudah ada sehingga mereka sudah tidak berfikir untuk melakukan investasi besar-besaran. Terdapat hal yang berbeda pada KI 4, meskipun terbilang berumur KI 4 sekarang ini gencar investasi pada usahanya dengan mempunyai rencana untuk memperbesar gudangnya dan memperbanyak modal guna memperbanyak persediaan bahan material, hal ini dilakukan karena pembangunan di Boyolali sedang berkembang pesat dan kebutuhan akan bahan material terus melonjak.

(10)

28

jawaban yang ada di tabel diatas diketahui semua informan menjawab persediaan barang dagang sebagai salah satu contoh investasi. Dari hal tersebut diketahui bahwa informan belum bisa membedakan pasti antara penganggaran modal dimana pemanfaatan lebih dari satu tahun atau modal kerja dimana pemanfaatannya kurang dari satu tahun. Sehingga saat wawancara, peneliti harus menjelaskan lebih detail akan hal tersebut.

Sedangkan investasi tidak berkenaan dengan kegiatan usaha bisa dilihat dari sisi sektor keuangan, Semua informan diketahui memiliki deposito. Mereka melakukan investasi dalam bentuk deposito dikarenakan adanya kelebihan dana diluar kebutuhan dana untuk operasional usahanya. Terdapat perbedaan dalam menanamkan deposito di masing-masing informan. Untuk KI 1, KI 3 dan KI 4 menanamkan dananya di Bank Daerah yaitu BPD Boyolali sedangkan untuk KI 2 melakukan kegiatan deposit di bank swasta BCA dan Mandiri.

(11)

29

usaha. Selain itu ada hal menarik yang dijelaskan oleh informan, bahwa mereka mempunyai suatu komunitas sesama etnis Tionghoa di Boyolali biasanya dari teman-teman gereja dikarenakan etnis Tionghoa di boyolali relatif sedikit dan kebanyakan dalam satu gereja yang sama yaitu Bethel. Komunitas ini dijadikan sarana sharing informasi apapun, salah satunya soal deposito di bank daerah ini. Sehingga etnis Tionghoa di Boyolali cenderung memilih Bank Daerah untuk kegiatan deposito dikarenakan masukan sesama etnis Tionghoa.

(12)

30

yang lain seperti saham dan sebagainya. Diketahui keempat informan hanya memiliki deposito, bahkan mereka tidak tahu menahu bagaimana cara kerja investasi saham.

Investasi yang tidak berkenaan dengan kegiatan usaha bisa dilihat dalam investasi sektor riil yang dilakukan. Keempat informan memilih investasi yang sama yaitu memiliki tempat tinggal. Tetapi ada juga investasi lain yang dilakukan selain itu serperti pada KI 1 menjelaskan bahwa sekarang ini beliau lebih sering investasi tanah. Menurut beliau investasi tanah dirasa memiliki risiko yang kecil jika sedangkan peluang keuntungannya sangat besar, ditambah lagi perekonomian di Boyolali yang sedang tumbuh jadi kalau mau investasi yang paling bagus sekarang di tanah. Saat ditanya soal sumber dana yang digunakan investasi tanah, KI 1 menjelaskan hanya menggunakan uang dari hasil keuntungan usaha sparepartnya yang sudah berjalan puluhan tahun selain itu juga keuntungan dari jual beli tanah yang ada. Beliau juga menjelaskan tidak berani melakukan peminjaman di bank, dikarenak tidak mau seperti terkejar-kejar hutang dan tidak mau usaha sparepart yang sudah ada ini nanti kena dampak dari peminjaman hutang.

(13)

31

investasi pada usahanya, hal ini dikarenakan kebutuhan akan bahan material yang tambah besar, sehingga sekarang fokus pada mencukupi permintaan itu dahulu.

4.3 Analisis Penelitan

Setelah mendapatkan hasil wawancara dari informan, selanjutnya peneliti melakukan analisis dan menjelaskan secara terperinci sebagai berikut :

4.3.1 Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa

Didalam penelitian ini, peneliti pertama-tama ingin menggali pemahaman informan tentang filosofi bisnis etnis Tionghoa yang meliputi cuan, cengli dan cincai. Pertama-tama yang dilakukan peneliti adalah menanyakan apa arti yang terlintas pertama kali jika peneliti menyebutkan kata cuan, cengli dan cincai (Top of mind) dimana hasilnya bisa dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4 Tabel Top of Mind

Pemahaman Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa

Kode Top of Mind Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa

Cuan Cengli Cincai

KI 1 Laba Jujur, Terpercaya

Jangan "Saklek", Jangan Kaku, Monoton

KI 2 Laba Terpercaya Yang penting tidak rugi

KI 3 Laba Kepercayaan Sikap saling bantu / dermawan KI 4 Laba Fair / adil Bisa memaklumi

(14)

32

Hal pertama kali yang terlintas dari kata cuan, keempat informan menjawab hal yang sama yaitu keuntungan/laba/

profit. Sedangkan saat diajukan kata cengli, yang terlintas dipikiran informan adalah kepercayaan, terpercaya, kejujuran dan keadilan. Tetapi ada hal yang menarik saat peneliti ajukan kata cincai. Saat kata cincai diajukan peneliti, keempat informan dalam menjawab tidak selancar saat ditanya arti kata cuan dan cengli sebelumnya. Keempat informan seperti berfikir kata yang tepat yang mewakili kata cincai. Hal ini terbukti dengan jawaban informan tentang cincai yang beragam. Informan pertama, KI 1 saat diajukan kata cincai menjawab demikian, “jangan “saklek”, jangan kaku”. Informan kedua yaitu KI 2 menjelaskan cincai dengan arti “yang penting sama-sama

jalan”. Informan ketiga, KI 3 menjelaskan cincai dengan kata “saling bantu”. Sedangkan informan terakhir KI 4

menjelaskan cincai dengan kata “bisa memaklumi keadaan”. Berdasarkan top of mind masing-masing informan kata cuan, cengli dan cincai diketahui jawaban yang beragam, yang harus digali lagi apakah

maksud kata tersebut mempunyai

kesamaan pemahaman atau tidak.

Setelah mengetahui top of mind dari masing-masing filosofi bisnis etnis Tionghoa. Selanjutnya peneliti ingin menggali lagi apa maksud top of mind

(15)

33

berikut “Kalau cuan semua orang sudah tau

ya soal keuntungan atau duitlah”. Jawaban tersebut peneliti gali terus dengan menanyakan apakah ada arti atau penjelasan lainnya dari kata cuan, semua informan seperti agak kesusahan dalam menjelaskan arti lain dari cuan dan pada akhirnya hanya menjelaskan hal sekitar apa yang sudah dijelaskan tersebut.

Peneliti masih kurang puas dan

menanyakan apakah mempunyai banyak

pelanggan, mempunyai nama baik,

mempunyai banyak relasi merupakan sebuah keuntungan dalam usaha. Dan apakah hal ini termasuk dalam cuan? Respons dari keseluruhan informan seperti baru mengetahui bahwa cuan tidak hanya pada profit atau uang. Hal ini seperti disampaikan KI 2 yaitu “ya bisa dikatakan

keuntungan juga berarti, termasuk cuan juga berarti itu”.

Filosofi bisnis yang kedua adalah cengli. Top of mind yang terbentuk dari cengli adalah kepercayaan, terpercaya, kejujuran dan keadilan. Penjelasan dari keempat informan ini saling berhubungan, arti kejujuran disini seperti yang dijelaskan oleh KI 1 bahwa “kalau orang mau jualan harus jujur, apa yang dijual kualitasnya harus sesuai yang diomongkan jangan

sampai pelanggan seperti ditipu”. Keadilan

disini dimaksudkan KI 4 bahwa “orang

hidup harus fair/adil, misal orang sudah bekerja keras untuk kita ya harus kita hargai sesuai apa yang dia kerjakan, kalau

orang salah juga harus kita tegur jadi adil”.

(16)

34

bisa dipercaya dan terpercaya. Sehingga orang dalam berbisnis itu harus cengli, harus bisa dipercaya oleh semua stakeholder. Penjelasan diatas merupakan satu kesatuan yang mendasari orang itu cengli seperti yang diungkapkan oleh KI 1, “kalau cengli yang om pahami, orang itu harus jujur, berkualitas dan bisa

dipercaya”.

Filosofi terakhir adalah cincai. Top of mind dari cincai dijawab beragam dari masing-masing informan. Dari KI 1 tadi menyebutkan bahwa cincai itu “jangan

“saklek”, jangan kaku”.Hal ini hampir sama

seperti yang dikemukakan oleh KI 4 yaitu

“bisa memaklumi keadaan”. Setelah peneliti

gali lebih lanjut dari kedua informan ini ternyata dijelaskan kalau membuka usaha harus fleksibel / tidak kaku/ memaklumi keadaan terhadap perubahan dan keadaan baik perubahan waktu dan zaman serta keadaan sosial karena kalau kaku tidak bisa menyesuaikan keadaan bakal susah sendiri. Hal ini beliau contohkan dengan pengalaman dahulu sampai sekarang tentang keadaan etnis Tionghoa di Boyolali seperti yang diutarakan KI 1 berikut:

“yang jelas yang om rasain disini kan etnis minoritas gak bisa saklek disini. Kalau misal kita keras/kaku nanti pasti ada yang seneng buat-buat masalah dalam usaha. Suka tidak suka kita harus pahami kita numpang disini, jadi harus pintar-pintar atur suasana dengan masyarakat asli sini.”

(17)

35

di Boyolali sehingga usaha bisa berjalan dengan lancar. Selain itu beliau juga menjelaskan perubahan pergerakan bisnis karena perubahan waktu, pesaing, dan sebagainya. Seperti yang usaha beliau lakukan yaitu dari yang awalnya hanya

melakukan penjualan langsung ke

konsumen sekarang ditambah menjadi penyuplai sparepart, hal ini ditempuh karena dalam menajalankan usaha tidak boleh kaku. Karena kalau kaku sekarang ini pasti akan menurun dan bangkrut.

Sedangkan top of mind cincai menurut KI 2 adalah “yang penting sama

-sama jalan”. Maksud arti kata tersebut ia jelaskan seperti ini :

“Meskipun disini harga agak tinggi, tapi kalau ada pembeli yang suka nawar masih aku kasih potongan juga. Yang penting dia beli, barangku keluar. Untung dikit gak papa. Daripada cuannya dikasih ke konter lainnya mending buat aku aja.”

KI 2 menjelaskan bahwa target

konsumen dari usahanya adalah

masyarakat mengengah keatas sehingga dia menerapkan harga yang relatif lebih mahal dibanding konter kecil lainnya. tetapi jika ada yang menawar harga sering kali ia kasih potongan yang penting barang laku terjual. Prinsip dia selama tidak ada yang dirugikan, tidak jadi masalah yang penting sama-sama jalan.

KI 3 menjelaskan sekilas makna cincai dengan kata “saling menolong. Saling bantu” ini dijelaskan lebih mendetail seperti

(18)

36 “Cincai atau saling bantu ini tante pegang teguh, ini prinsip hidup tante sih. Hidup didunia ini ya harus saling bantu karena dulu tante pas pertama jadi orang “kere” disini juga sering dibantu orang sampai jadi begini, makanya harus tante balas bantu orang juga. Kalau dihubungkan sama usaha jahitan ini, tadi misal karyawan sini udah gak kerja sini tapi saya tetep tawarin kerjaan yang dibawah kerumah itu kalau mau. Ini juga anak-anak deket sini juga banyak yang cari ilmu disini,tante terima karena biasanya anak lulusan sma susah dapat kerjaan, apalagi banyak juga cuman lulusan smp. Keluarganya miskin,anak-anak ini kerja juga bantu keluarganya. Saya dulu juga pernah merasakan miskin soalnya.”

4.3.2 Pertimbangan Keputusan Investasi Berbasis Filosofi Bisnis Etnis Tionghoa

Setelah mengetahui pemahaman filosofi bisnis dan keputusan investasi dari informan, selanjutnya peneliti ingin mengetahui apa penggunaan filosofi bisnis

etnis Tiongha dijadikan sebagai

pertimbangan dalam membuat keputusan investasi. Apakah penerapan filosofi cuan, cengli dan cincai digunakan sebagai pertimbangan dalam membuat keputusan investasi. Filosofi pertama yang ditanyakan peneliti adalah filosofi cuan diartikan sebagai keuntungan yang berhubungan dengan materi. Filosofi cuan ini merupakan pertimbangan dalam membuat keputusan investasi yang sangat penting seperti yang dikemukakan oleh KI 3 berikut:

(19)

37

Keseluruhan informan menjelaskan hal yang sama yaitu dalam membuat keputusan investasi hal yang harus diperhatikan adalah cuan, mereka tidak mau melakukan investasi jika tidak menghasilkan cuan. Dan jika ada beberapa alternatif investasi maka yang diutamakan adalah yang menghasilkan cuan terbesar seperti yang diutarakan KI 1 berikut:

“Kalau om invest di usaha om sekarang ini ya mungkin gak ada variasinya. Gara-gara tau invest tanah lebih menguntungkan ya boleh lah om coba.”

Tetapi pada situasi-situasi tertentu tidak hanya cuan yang dicari terus

menerus, terkadang juga ada

pertimbangan-pertimbangan lain yang diperhatikan yang berhubungan dengan filosofi lainnya seperti cincai yaitu dermawan contohnya meskipun mencari cuan tetapi juga membantu orang yang kesusahan. Seperti yang dikemukakan oleh KI 1 berikut:

(20)

38

Filosofi kedua yang ditanyakan adalah cengli yang dipahami sebagai kejujuran dan keadilan yang mengarah ke integritas dan kredibelitas yang nantinya membentuk kepercayaan. Kepercayaan ini sangat dipegang teguh oleh etnis Tionghoa dalam melakukan kegiatan usaha maupun investasinya. Dari penuturan informan, dapat diketahui bahwa kepercayaan ini berhubungan terhadap pihak lain. Dikalangan etnis Tionghoa dikenal dengan istilah hopeng (teman baik) dimana hopeng ini sangat dipengaruhi dari cengli atau kepercayaan. Hal ini seperti apa yang terjadi pada pemilihan investasi sektor keuangan berupa deposito dimana deposito yang dipilih oleh K1, K3 dan K4 sama-sama memilih deposit di bank daerah. K1, K3 dan K4 diketahui merupakan teman baik sesama etnis Tionghoa di Boyolali dan merupakan jemaat di gereja yang sama. Setidaknya seminggu sekali mereka berkumpul menjadi satu meskipun dalam acara komsel, selain beribadah di acara tersebut juga dijadikan share informasi mengenai hal-hal lainnya salah satunya informasi soal deposito tersebut dimana dari informasi tersebut mayoritas dalam kelompok komsel tersebut melakukan deposito di bank yang sama yaitu bank daerah. Seperti yang dijelaskan oleh KI 3 berikut :

(21)

39

Hopeng atau teman baik tidak selalu harus se-etnis dengan etnis Tionghoa, hopeng disini lebih mengarah pada kejujuran, fair, integritas maupun kredibelitas yang berasal dari pengalaman terhadap orang tersebut atau orang lain sehingga nantinya bisa dipercaya dan dijadikan hopeng. Seperti yang di sampaikan oleh K1 :

“Om, pertama kali mau investasi tanah ragu-ragu awalnya. Memang tau kalau keuntungannya besar, tapi kurang tau mengawalinya. Waktu itu om coba cari-cari informasi, sampai ketemu temen om ini. Temen om ini meskipun bukan dari etnis Tionghoa, tapi om percaya sama dia. Dia sudah lama kerja di bidang perumahan di Boyolali, jadi sudah punya pengalaman soal hal itu. Sampai sekarang pun, om kadang-kadang masih minta nasihatnya kalau ada tanah yang mau om beli, prospeknya bagaimana buat pertimbangan jadi dibeli atau tidak ”.

(22)

40 “Dalam situasi-situasi tertentu om tidak melulu mencari cuan semata, seperti waktu itu tetangga yang orang pasar ada yang sedang kesusahan. Dia itu kaki tangan koperasi yang ditugaskan cari nasabah dipasar. Koperasinya ini suatu saat kabur, terus dia dicari-cari semua nasabahnya yang dipasar. Mau gak mau harus kembalikan dana para nasabahnya makanya dia kepepet jual tanah ke om. Om juga tau kalau dia kepepet butuh dana cepat, tapi om juga gak beli semurah-murahnya. Malah om pikir kasih harga lebih itu. Om mikir bantu orang dahulu, baru mikir cuan-cuan dikit gak papa. Tapi siapa sangka, Tuhan punya jalan. Ini sekarang malah jadi pusat kota tanah yang om beli dulu karena kabupaten pindah”

Sehingga diketahui bahwa cincai merupakan salah satu pertimbangan dalam melakukan keputusan investasi selain melihat cuan semata. Sikap saling membantu dan toleransi terhadap sesama ini dipegang teguh oleh KI 1 dengan alasan bahwa beliau hidup sudah berumur dan selama ini sudah terpenuhi semua kebutuhan yang ada tinggal berdampak dan membantu sesama yang perlu ditingkatkan sehingga dalam menjalankan aktifitasnya beliau tidak hanya memikirkan cuan semata. Tetapi beliau jelaskan juga perbedaan antara berinvestasi atau memberikan bantuan. Jika berinvestasi tetap pertimbangan cuan harus tetap ada, baru cincai bisa dimasukkan kedalamnya. Sedangkan kalau beramal atau memberi bantuan murni harus cincai yang ada, jangan ada unsur mencari cuan ada didalamnya.

Setelah diketahui bahwa filosofi bisnis etnis Tionghoa ini digunakan sebagai

pertimbangan keputusan investasi,

(23)

41

yang digunakan pertama kali dalam pengambilan keputusan investasi. Hasil skala prioritas yang dipilih informan dapat dilihat di tabel berikut :

Tabel 4.5

Tabel Prioritas Penggunaan Filosofi Bisnis dalam Pengambilan Keputusan Investasi

Sumber: Data diolah, 2016

Untuk prioritas pertama, keempat informan sepakat bahwa cuan merupakan pertimbangan prioritas yang digunakan pertama kali dalam membuat keputusan investasi. Hal ini dilakukan karena tidak ada yang mau dalam melakukan investasi tidak memperoleh keuntungan seperti yang diutarakan oleh KI 2 berikut :

“Cuan sih yang pertama, cuan itu prinsip utama kalau mau investasi. Mana ada mau investasi atau yang jualan rugi. Ya harus untung. Tapi ya jangan kejar untung terus.”

Tetapi terdapat hal yang menarik setelah pemilihan cuan, untuk KI 2 dan KI 4 memilih cengli sedangkan KI 1 dan KI 3 memilih cincai. KI 2 dan KI 4 berpendapat bahwa cengli ini merupakan upaya untuk meyakinkan bahwa benar-benar cuan itu bisa didapat nantinya. Upaya ini dilakukan karena informan takut akan risiko dari

Kode

Prioritas Penggunaan Filosofi Bisnis dalam Pengambilan Keputusan

Investasi

Pertama Kedua Ketiga

KI 1 Cuan Cincai Cengli

KI 2 Cuan Cengli Cincai

KI 3 Cuan Cincai Cengli

(24)

42

investasi tersebut dimana dilihat dari ketidakyakinan informasi dari kondisi yang berubah-ubah sehingga sangat perlu informan diyakinkan dengan pihak-pihak yang bisa dipercaya yaitu yang memiliki sikap kejujuran, fair, integritas dan kredibelitas. Seperti yang dikemukakan oleh KI 2 berikut :

“Pertama kali aku buka server pulsa sendiri itu kan dari rekomendasi temenku yang dari Surabaya, sama-sama main di pulsa. Dia kasih saran buka sendiri saja karena lebih menguntungkan dan tidak seribet yang saya pikirkan diawal, ya aku percaya saja karena udah udah temen dari SMP. Jadi aku ikut saja dan memang bener lebih menguntungkan dan tidak ribet.”

Sedangkan KI 1 dan KI 3 memilih prioritas kedua adalah cincai. Cincai disini dimaksud dengan kepedulian terhadap sesama. Cincai dipilih setelah cuan karena dalam investasi tidak boleh hanya mementingkan harta semata, selain itu harus juga memikirkan sekitarnya karena orang hidup tidak hanya mencari materi saja. Hal ini dijelaskan oleh KI 1 berikut :

“Kalau investas cari untung juga jangan banyak-banyak, kalau bisa sekalian bantu orang. Karena orang hidup kan mati juga gak bawa harta.”

Selain itu, terdapat hal menarik yang dikemukakan informan, bahwa meskipun informan bisa memprioritaskan cuan,

cincai maupun cengli sebagai

(25)

43

meniadakan salah satu diantara filosofi tersebut.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan diatas diketahui bahwa keempat informan memiliki pemahaman yang sama tentang investasi yaitu mengeluarkan sejumlah dana dan akan mendapatkan keuntungan dikemudian hari. Sehingga diketahui bahwa investasi berhubungan dengan dua aspek yaitu sumber dana yang dikeluarkan dan keuntungan yang didapat. Pemahaman ini sama seperti yang dikemukakan menurut Tandelilin (2001) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Penerapan investasi yang dilakukan pun beraneka ragam seperti dalam bidang usaha terdapat persediaan barang dagang, peralatan dan tempat usaha, selain itu mereka juga berinvestasi jenis deposito, tanah bahkan emas. Hal ini sesuai dengan Haming dan Basalamah (2003) yang menjelaskan investasi merupakan pengeluaran pada saat sekarang untuk membeli aktiva riil (tanah, rumah, mobil dan sebagainya), pengadaan barang modal atau aktiva keuangan dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar di masa yang akan datang. Dari penjelasan apa dan bagaimana investasi yang dilakukan etnis Tionghoa bisa diketahui bahwa mereka paham tentang investasi.

(26)

44

kondisi yang bermanfaat, apapun itu bentuknya. Cuan merupakan faktor penting dalam pengambilan keputusan investasi, hal ini dikarenakan tidak ada yang mau rugi dalam melakukan investasi. Tetapi jika ada beberapa alternatif investasi, cuan yang terbesar yang dijadikan pertimbangn pertama dalam pemilihan alternatif investasi tersebut. Setelah diketahui keuntungan apa yang didapat, baru berfikir tentang risiko, pendanaan dan bagaimana cara menjalankan investasi tersebut.

Filosofi yang kedua adalah cengli. Cengli disini dipahami dengan kepercayaan yang bisa diketahui dari pengalaman akan sikap-sikap yang terbentuk selama ini. Sikap ini meliputi kejujuran dan sikap fair sehingga terbentuk integritas dan kredibelitas. Hal ini serupa apa yang dijelaskan oleh Seng (2013) yaitu sikap cengli menjadikan dirinya pribadi yang berkarakter yang memiliki integritas dan kredibel. Cengli sendiri dalam keputusan investasi tidak berdiri sendiri, cengli disini berhubungan dengan filosofi lainnya yaitu hopeng atau teman baik. Sehingga dalam memilih teman baik pasti harus ada cengli agar orang tersebut bisa dipercaya sehingga akhirnya bisa meyakinkan dengan memberikan informasi-informasi yang relevan dalam pertimbangan mengambil keputusan suatu investasi yang ada.

Filosofi cincai memiliki arti yang sangat luas, hal ini bisa dilihat dari jawaban informan yang beranekaragam tetapi peneliti menarik kesimpulan yang sama yaitu cincai mengajarkan agar tidak kaku, menjadi fleksibel dan bisa kompromi (Thoe, 2008). Cincai sendiri bisa diartikan dengan sikap dermawan, saling bantu dan toleransi terhadap sesama. cincai disini

mengajarkan kita bahwa memang ada

(27)

45

dalam keputusan investasi, tetapi selain itu juga harus dijunjung nilai-nilai lain yang ada yaitu cincai merupakan toleransi terhadap sesama. Pertimbangan cincai sangat penting karena orang hidup tidak hanya mengejar kekayaan semata melainkan juga bisa berdampak dan membantu sesama.

Ketiga filosofi bisnis yang dipegang teguh oleh etnis Tionghoa yaitu cuan, cengli dan cincai digunakana sebagai pertimbangan dalam membuat keputusan investasi. Filosofi ini tidak bisa berdiri sendiri atau meniadakan filosofi lainnya. Keseluruhan filosofi merupakan satu kesatuan yang harus digunakan secara bersama-sama. Cincai dan cengli merupakan pertimbangan formal dalam keputusan investasi tetapi harus ada nilai-nilai cincai yang mendasari keputusan investasi sehingga investasi yang dilakukan bisa berdampak luas dan tidak merugikan orang lain.

(28)

46

Gambar

Tabel 4.1 Tabel Profil Informan
Tabel 4.2 Tabel Profil Usaha
Tabel 4.3 Tabel Profil Investasi
Tabel Tabel 4.4 Top of Mind
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dengan membawa data – data perusahaan sebagaimana yang tercantum dalam lampiran surat ini sehingga anggota pokja dapat melakukan pembuktian sebagaimana perihal tersebut di

Selanjutnya kegiatan eksperimen dilakukan sebagai berikut: (a) melaksanakan pretes untuk mengetahui kemampuan awal pemahaman dan penalaran matematis sebelum diberikan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pendekatan scientific dan model pembelajaran think pair share (PS-MP TPS) terhadap hasil belajar IPS siswa kelas

Sedangkan jika ditinjau dari kandungan serat yang dibutuhkan tubuh, hasil penelitian Rodhiyah pada perlakuan konsentrasi tepung terigu 100% / tanpa tepung kedelai menghasilkan

Nama Paket Pekerjaan : PENGADAAN BENIH KACANG TANAH, KACANG HIJAU, KACANG NAGARA, STEK UBI NAGARA, HERBISIDA DAN INSEKTISIDA. (Lelang Ulang) Nilai Total HPS

Seperti itu terus, bahkan saya selalu di ikuti dan harus diantar kemanapun pergi.  Dia melarang saya untuk jalan-jalan dengan teman-teman saya, saya mulai merasa sedikit kurang

Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan makanan bergizi dengan praktek konsumsi makanan jajanan (p-value=0,538), tidak ada hubungan

Pembayaran Retribusi Daerah adalah besarnya kewajiban yang harus dipenuhi oleh Wajib Retribusi sesuai dengan SKRD dan STRD ke Kas Daerah atau ketempat lain yang ditunjuk dengan