• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA DIORAMA SISWA KELAS IV SD NEGERI REJOWINANGUN 1.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA DIORAMA SISWA KELAS IV SD NEGERI REJOWINANGUN 1."

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA DIORAMA SISWA

KELAS IV SD NEGERI REJOWINANGUN 1

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Angger Yogyantoro NIM 12108244099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKANSEKOLAH DASAR

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

(6)

PERSEMBAHAN Skripsi ini dipersembahkan kepada:

1. Bapak dan ibuku yang selalu memberi dukungan dalam bentuk moril maupun

materil.

2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta.

(7)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA DIORAMA SISWA

KELAS IV SD NEGERI REJOWINANGUN 1 Oleh

Angger Yogyantoro NIM 12108244099

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) meningkatkan kualitas proses pembelajaran, 2) meningkatkan hasil belajar keterampilan menulis karangan deskripsi pada siswa kelas IV SD Negeri Rejowinangun 1.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Rejowinangun 1 yang berjumlah 27 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan penggunaan media diorama dalam pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Peningkatan kualitas proses dapat dilihat dari meningkatnya nilai aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pada siklus I 2,98 termasuk dalam kategori baik dan pada siklus II 3,4 termasuk dalam kategori baik. Peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas pada prasiklus 65, pada siklus I 69,25, dan pada siklus II 72,22.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, petunjuk, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat

melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul “PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS

KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA

DIORAMA SISWA KELAS IV SD NEGERI REJOWINANGUN 1” ini

disusun dalam rangka memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan S1

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri

Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihal

skripsi ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati

penulis menyampaikan terimakasih setingggi-tingginya kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan

belajar di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberi kemudahan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang

telah memberi kelancaran kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

(9)

5. Ibu Septia Sugiarsih, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

bersedia meluangkan waktu guna memberi arahan dan bimbingan dengan penuh

kesabaran serta dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

lancar.

6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan

ilmu dan pengalaman selama di bangku perkuliahan sebagai bekal di masa

sekarang dan yang akan datang.

7. Bapak Kepala Sekolah serta guru-guru SD Negeri Rejowinangun 1 Kota Gede

Yogyakarta yang telah memberikan izin dan bantuan untuk mengadakan

penelitian.

8. Sahabat-sahabat, atas segala dukungan dan segala bantuannya.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat beberapa kekurangan,

oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi

kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk semua pihak.

Yogyakarta, 7 Oktober 2016

(10)

DAFTAR ISI

G. Definisi Operasional... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Menulis ... 10

B. Tujuan Menulis ... 13

C. Manfaat Menulis ... 16

D. Proses Pembelajaran Menulis ... 17

(11)

3. Langkah-Langkah Menulis Karangan Deskripsi ... 21

F. Diorama Sebagai Media Pembelajaran ... ... 23

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 23

2. Manfaat Media Pembelajaran ... 24

3. Pemilihan Media Pembelajaran... 27

4. Media Diorama... 30

5. Contoh-Contoh Diorama ... 31

6. Media Diorama Dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi ... 32

7. Tahap-tahap Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Diorama ... 33

G. Penilaian Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi ... 34

H. Kerangka Pikir ... 37

D. Prosedur Penelitian... 46

1. Pratindakan (Prasiklus) ... 46

F. Instrumen Penelitian... 51

G. Teknik Analisis Data ... 57

H. Indikator Keberhasilan ... 58

(12)

2. Keadaan Tempat Penelitian... 60

3. Kondisi Awal Prasiklus ... 60

B. Hasil Penelitian ... 61

1. Prasiklus ... 61

2. Siklus I ... 63

a. Rencana Tindakan ... 63

b. Pelaksanaan Tindakan ... 63

c. Observasi ... 68

d. Refleksi ... 72

3. Siklus II ... 75

a. Rencana Tindakan ... 75

b. Pelaksanaan Tindakan ... 75

c. Observasi ... 78

d. Refleksi ... 83

C. Penilaian Hasil Karangan Siswa ... 87

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 98

E. Keterbatasan Penelitian ... 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 105

B. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 108

(13)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Ikhtisar Rincian Kecakapan Menulis ... 36

Tabel 2. Pedoman Penilaian Menulis Karangan Deskripsi ... 37

Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Pengamatan Aktivitas Guru ... 52

Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ... 53

Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Penilaian Menulis Karangan Deskripsi ... 55

Tabel 6. Rubrik Penilaian Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi ... 56

Tabel 7. Klasifikasi Indeks Prestasi Belajar ... 59

Tabel 8. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 69

Tabel 9. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 70

Tabel 10. Daftar Nilai Menulis Karangan Deskripsi Siklus I ... 73

Tabel 11. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 80

Tabel 12. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 81

Tabel 13. Daftar Nilai Menulis Karangan Deskripsi Siklus II ... 84

(14)

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir ... 38 Gambar 2. Tahap Penelitian Tindakan Kelas ... 42 Gambar 3. Denah Tempat Duduk Siklus I ... 68 Gambar 4. Diagram Batang Peningkatan Nilai Rata-rata Prasiklus dan

Siklus I ... 74 Gambar 5. Denah Tempat Duduk Siklus II ... 79 Gambar 6. Diagram Batang Peningkatan Nilai Rata-rata Prasiklus, Siklus I,

dan Siklus II ... 87 Gambar 7. Hasil Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas IV SD Negeri

Rejowinangun 1 Kategori Nilai Cukup Siklus I ... 88 Gambar 8. Hasil Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas IV SD Negeri

Rejowinangun 1 Kategori Nilai Cukup Siklus II ... 90 Gambar 9. Hasil Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas IV SD Negeri

Rejowinangun 1 Kategori Nilai Baik Siklus I ... 92 Gambar 10. Hasil Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas IV SD Negeri

Rejowinangun 1 Kategori Nilai Baik Siklus II ... 94 Gambar 11. Hasil Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas IV SD Negeri

Rejowinangun 1 Kategori Nilai Sangat Baik Siklus I ... 96 Gambar 12. Hasil Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas IV SD Negeri

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 111

Lampiran 2. Surat Keterangan Expert Media ... 113

Lampiran 3. Surat Validasi Instrumen ... 116

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 117

Lampiran 5. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ... 131

Lampiran 6. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru ... 133

Lampiran 7. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa... 134

Lampiran 8. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru ... 136

Lampiran 9. Kisi-kisi Penilaian Karangan Deskripsi ... 137

Lampiran 10. Penilaian Hasil Karangan Deskripsi... 140

Lampiran 11. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 142

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia termasuk dalam mata pelajaran wajib yang harus

diajarkan oleh guru dan dikuasai oleh siswa. Pembelajaran bahasa Indonesia

mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu: 1) keterampilan menyimak, 2)

keterampilan berbicara, 3) keterampilan membaca, dan 4) keterampilan

menulis. Keempat keterampilan berbahasa ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena itu keempat keterampilan ini disebut juga “catur tunggal”. Keempat

aspek keterampilan berbahasa ini merupakan fokus tujuan pembelajaran bahasa

Indonesia, hal ini berarti bahwa pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan

membina keterampilan menggunakan bahasa Indonesia dalam menyimak,

berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling

berhubungan dan saling mempengaruhi (Mukh Doyin dan Wagiran 2009: 2).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IV A SD Negeri

Rejowinangun 1 pada tanggal 9 April 2016 tentang pembelajaran bahasa

Indonesia, keterampilan menulis adalah yang paling rendah untuk siswa kelas

IV SD Negeri Rejowinangun 1.

Keterampilan menulis sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Suroso (2007: 37), kecakapan menulis merupakan salah satu aspek

kecakapan berbahasa yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan

(17)

berkomunikasi dengan orang lain tanpa harus berhadapan langsung dengan

orang yang diajak berkomunikasi.

Melalui keterampilan menulis seseorang dapat merekam, mencatat,

meyakinkan, melaporkan, memberitahukan, dan mempengaruhi orang lain.

Sabarti Akhadiah (1991: 64) juga berpendapat “dengan memiliki kecakapan menulis, siswa dapat mengkomunikasikan ide, penghayatan, dan

pengalamannya ke berbagai pihak, selepas dari ikatan waktu dan tempat.

Disamping itu, siswa pun dapat meningkatkan dan memperluas kecakapannya

melalui tulisan-tulisan”. Jadi siswa yang memiliki keterampilan menulis yang baik cenderung memiliki presetasi belajar yang baik pula.

Menurut Canale dan Swaim (Rofi’udin, 2001: 193), keterampilan

menulis dapat dipandang sebagai salah satu keterampilan bahasa yang kompleks.

Kegiatan menulis paling tidak melibatkan aspek penggunaan bahasa dan

pengolahan isi, sehingga menulis termasuk dalam bagian kemampuan

komunikatif.

Keterampilan menulis merupakan kecakapan yang tidak datang secara

tiba-tiba. Kecakapan menulis hanya bisa didapatkan kalau seseorang terus

berlatih menulis secara tekun (Nurdin, 2011: 11). Menulis sifatnya bukan hanya

teoritis, tetapi praktis. Peran guru untuk membimbing dan melatih siswa dalam

menulis sangat penting. Guru mampu merencanakan proses pembelajaran yang

efektif. Metode dan media pembelajaran serta strategi belajar mengajar yang

(18)

Menurut Sabarti Akhadiah (1991: 64) menulis merupakan salah satu

kecakapan yang perlu dimiliki oleh siswa Sekolah Dasar. Menulis di Sekolah

Dasar merupakan landasan bagi tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan wajib

dikuasai dikuasai oleh siswa. Sebagai kecakapan yang mendasari tingkat

pendidikan selanjutnya, menulis perlu mendapat perhatian guru, sebab jika

dasarnya tidak kuat pada pendidikan berikutnya siswa akan mengalami

kesulitan untuk dapat memperoleh dan memiliki pengetahuan. Dalam

pengajaran, kita memiliki asumsi bahwa pembelajar memproses kompetensi

tertentu dan kompetensi ini dapat diukur dan diteliti dengan cara mengamati

performasi. Dalam bidang linguistik, kompetensi mengacu pada pengetahuan

sistem kebahasaan, kaidah-kaidah kebahasaan, dan bagaimana unsur-unsur itu

dirangkaikan sehingga dapat menjadi kalimat yang berarti. Soenardi

Djiwandono (2008: 122) menyatakan bahwa “sebagaimana hubungannya antara kecakapan menyimak dan kecakapan membaca, yang sama-sama

merupakan kecakapan bahasa pasif-reseptif dengan rincian kemapuan yang

mirip satu sama lain, demikian juga halnya dengan hubungan antara kecakapan

membaca dan menulis. Keduanya merupakan kecakapan bahasa aktif-produktif

yang mengasumsikan adanya isi masalah yang hendak disampaikan di samping

penataan yang sistematis terhadap isi masalah tersebut agar dapat dipahami

dengan baik oleh pendengar atau pembaca.” Jadi menulis termasuk dalam kegiatan yang aktif-produktif sehingga memerlukan partisipasi aktif siswa

(19)

Pembelajaran menulis di kelas IV Sekolah Dasar dilaksanakan dengan

mengacu pada tujuan yang terdapat dalam kurikulum bahasa Indonesia dengan

kompetensi dasar pada aspek menulis adalah sebagai berikut: 1) menulis dialog

sederhana, 2) menulis deskripsi, 3) menulis surat undangan, 4) menulis

karangan deskripsi bebas, 5) meringkas isi buku, dan 6) menulis laporan

pengamatan. Dari beberapa kompetensi dasar pada aspek menulis tersebut, hasil

belajar menulis karangan deskripsi adalah yang paling rendah. Hal ini

ditunjukan dengan nilai rata-rata hasil belajar menulis karangan deskripsi siswa

kelas IV SD Negeri Rejowinangun 1 adalah 65.

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 9 April 2015 dalam kegiatan

belajar mengajar di SD Negeri Rejowinangun 1 Kota Gede, diketahui bahwa

keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi rendah yang disebabkan

oleh beberapa hal. Pertama, rendahnya keterampilan siswa dalam menulis

karangan deskripsi disebabkan oleh kurangnya minat siswa dalam menulis

karangan deskripsi. Siswa menganggap menulis merupakan sesuatu yang sulit

dan membosankan, terutama dalam menulis karangan. Kondisi tersebut dapat

dilihat ketika proses pembelajaran siswa cenderung lebih banyak bercanda dan

ngobrol selama kegiatan pembelajaran.

Kedua, siswa kesulitan dalam mengembangkan sebuah tema menjadi

sebuah karangan. Kesulitan tersebut diperparah dengan rendahnya pemahaman

siswa tentang ejaan. Hal tersebut terlihat dari seringnya terjadi kesalahan pada

(20)

Ketiga, guru kurang memanfaatkan media yang menarik dan bervariasi.

Media yang menarik dan bervariasi dapat meningkatkan motivasi siswa

sehingga siswa bisa lebih tertarik dan senang dalam menerima pelajaran menulis

karangan deskripsi. Hendaknya dalam pembelajaran guru harus menggunakan

berbagai media, salah satu media yang dapat digunakan adalah diorama. Hal ini

dikarenakan kecakapan siswa kelas IV SD yang masih berada ditahap

operasional konkrit menuju ke semi konkrit serta masih membutuhkan benda

nyata ataupun benda yang menyerupai aslinya untuk mengembangkan

imajinasinya dalam menulis karangan deskripsi.

Dalam pembelajaran materi menulis karangan deskripsi diperlukan

media untuk memudahkan siswa dan guru. Salah satu media yang cocok

digunakan untuk materi menulis deskripsi adalah diorama. Media tersebut sangat

menarik sehingga bisa meningkatkan minat dan perhatian siswa untuk belajar.

Diorama adalah sejenis benda miniatur tiga dimensi untuk menggambarkan

suatu pemandangan atau suatu adegan (Wikipedia, diakses 1 Maret 2016).

Sejalan dengan pengertian tersebut, menurut Nana Sudjana (1990: 170) diorama

adalah sebuah pemandangan tiga dimensi mini bertujuan untuk menggambarkan

pemandangan sebenarnya. Jadi melalui media diorama, dapat memberikan objek

atau benda untuk siswa amati sehingga siswa bisa menggambarkan atau

mendeskripsikan yang mereka amati dengan terperinci. Dengan menggunakan

media diorama maka pembelajaran berlangsung lebih menarik dan bermakna

(21)

dalam melakukan pengamatan sehingga siswa dapat membuat karangan

deskripsi sesuai dengan hasil pengamatan.

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan di lapangan, penelitian ini

mengangkat masalah keterampilan menulis karangan deskripsi siswa Sekolah

Dasar dalam sebuah penelitian tindakan kelas dengan judul: “Peningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media

Diorama Siswa Kelas IV SD Negeri Rejowinangun 1” pada Tahun Ajaran 2015/2016”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang muncul dapat

diidentifikasikan sebagai berikut.

1. Pembelajaran menulis karangan deskripsi di sekolah dasar hanya menitik

beratkan pada teori saja.

2. Minat siswa dalam menulis karangan deskripsi kurang.

3. Kurangnya pemahaman siswa tentang ejaan.

4. Kurangnya motivasi siswa dalam menulis karangan deskripsi.

5. Siswa masih kesulitan untuk mengungkapkan yang mereka lihat dari suatu

objek melalui tulisan.

6. Media yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan menulis karangan

(22)

C. Pembatasan Masalah

Permasalahan yang diuraikan dalam identifikasi masalah terlalu luas,

sehingga tidak dapat diteliti secara keseluruhan dalam penelitian ini. Oleh

karena, itu permasalahan yang diteliti dibatasi pada “Peningkatan kualitas proses pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi dan peningkatan

hasil belajar keterampilan menulis karangan deskripsi dengan menggunakan

media diorama pada siswa kelas IV SD Negeri Rejowinangun 1 Tahun Ajaran

2015/2016”.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dibuat rumusan masalah

sebagai berikut.

1. Bagaimana peningkatan kualitas proses pembelajaran keterampilan menulis

karangan deskripsi dengan menggunakan media diorama siswa kelas IV SD

Negeri Rejowinangun 1 Kota Gede, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016?

2. Seberapa besar peningkatan hasil belajar keterampilan menulis karangan

deskripsi dengan menggunakan media diorama siswa kelas IV SD Negeri

Rejowinangun 1 Kota Gede, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dibuat tujuan penelitian

(23)

1. Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran keterampilan menulis

karangan deskripsi dengan menggunakan media diorama siswa kelas IV SD

Negeri Rejowinangun 1 Kota Gede, Yogyakarta.

2. Untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi dengan

menggunakan media diorama siswa kelas IV SD Negeri Rejowinangun 1

Kota Gede, Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat. Manfaat praktis dari

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman yang

menyenangkan dalam kegiatan menulis sehingga meningkatkan

keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi dan meningkatkan

hasil belajar dalam menulis karangan deskripsi.

2. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan pengalaman bagi guru

dalam menggunakan media diorama dan menjadi bahan masukan bagi guru

kelas dalam usaha meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi

siswa.

3. Bagi kepala sekolah

(24)

G. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini, agar diperoleh pemahaman atau presepsi yang

sama antara penyusun dan pembaca tentang istilah pada judul penelitian ini,

maka perlu adanya pembatasan istilah. Batasan istilahnya adalah sebagai

berikut.

1. Keterampilan menulis karangan deskripsi adalah kecakapan menulis

karangan sesuai dengan isi yang relevan, organisasi penulisan yang

sistematis, gramatika penulisan, dan penggunaan ejaan yang baik dan benar,

sehingga menghasilkan tulisan yang dapat menggambarkan maksud dari

penulis atau penyampai informasi kepada pembaca atau penerima informasi

setiap kalimatnya.

2. Media diorama adalah media visual yang menyajian suatu pemandangan

dalam bentuk miniatur yang di dalamnya dilengkapi dengan benda-benda

yang dapat menggambarkan keadaan lingkungan seperti keadaan aslinya

yang dikemas dalam suatu wadah. Media diorama yang digunakan berupa

bentuk 3 dimensi yang hanya dapat dilihat, dan tidak mengandung unsur

audio atau suara. Media diorama dapat berupa kumpulan miniatur

lingkungan dan juga benda-benda yang ada di dalam lingkungan tersebut

yang dibuat dari sterofoam ataupun kertas. Sebagai contoh diorama

perkotaan yang di dalamnya terdapat gedung-gedung, jalan raya,

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis merupakan komunikasi antara penulis dengan

pembaca walaupun tidak bertatap secara muka langsung. Menulis berasal dari

kata tulis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1219) tulis berarti

huruf yang dibuat dengan pena. Menulis berarti membuat huruf dengan pena.

Sependapat dengan pengertian tersebut, menurut Saleh Abbas (2006: 125) “keterampilan menulis adalah kecakapan mengungkapkan gagasan, pendapat,

dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis. Dalam tulisan

terdapat pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Dapat disimpulkan dari

pendapat tersebut bahwa pesan merupakan muatan yang terkandung dalam

suatu tulisan sedangkan tulisan merupakan sebuah lambang bahasa yang dapat

dilihat dan disepakati oleh pemakainya.

Dalam komunikasi tulis terdapat empat hal yang terlibat yaitu penulis

sebagai penyampai pesan atau pemberi pesan, pesan atau isi dari apa yang

disampaikan oleh penyampai pesan atau pemberi pesan, saluran media atau

media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan yang disampaikan atau diberikan oleh penulis. Saleh Abbas juga menambahkan “ketepatan

pengungungkapan gagasan harus didukung oleh ketepatan bahasa yang

(26)

Keterampilan berasal dari kata terampil yang artinya cakap. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1180) terampil berarti cakap dalam

menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Sedangkan menurut Muhamad

Nurul Ibad (2007: 125) keterampilan adalah kecakapan yang dimiliki

seseorang. Terampil atau cekatan merupakan kecakapan yang dimiliki

seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan atau perbuatan dengan cepat dan

benar. Keterampilan lebih ditujukan kepada praktis sehingga terampil lebih dari

sekedar memahami. Untuk menjadi terampil diperlukan latihan-latihan secara

praktis sehingga membuat seseorang terbiasa dalam melakukan suatu

pekerjaan.

Keterampilan berarti kecakapan menggunakan pikiran atau nalar,

sedangkan perbuatan yang efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil

tertentu termasuk kreatifitas. Keterampilan mengandung beberapa unsur

kecakapan, yaitu kecakapan olah pikir (psikis) dan kecakapan perbuatan (fisik)

(Subana, & Sunarti, 2000: 36). Keterampilan merupakan perpaduan antara

kecakapan berfikir dan bertindak dalam mengerjakan suatu pekerjaan sehingga

dapat terlaksana dengan cepat dan tepat.

Setiap orang memiliki kesempatan yang sama dalam mengembangkan

kecakapan dan keterampilan tergantung seberapa keras untuk berusaha dalam

belajar dan berlatih. Keterampilan menulis dapat dilatih sejak dini. Apabila

keterampilan menulis dilatih sejak dini maka anak akan terbiasa menulis dan

(27)

berguna untuk masa depannya seperti halnya dalam menulis karangan deskripsi,

menulis opini, menulis pidato, dan lain-lain.

Menulis dapat didefenisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan

dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya, sebagaimana

dikatakan oleh Murray (Saleh Abbas, 2006: 127) bahwa menulis adalah “proses berpikir yang berkesinambungan, mulai dari mencoba sampai dengan mengulas kembali”. Menulis sebagai proses berfikir berarti bahwa sebelum dan atau saat

setelah menuangkan gagasan dan perasaan secara tertulis diperlukan

keterlibatan proses berfikir. Proses berfikir menurut Pappas (Saleh Abbas,

2006: 127) merupakan proses yang bersifat aktif, konstruktif dan menuangkan

gagasan berdasarkan skemata, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki

secara tertulis. Dalam proses tersebut diperlukan kesungguhan mengolah,

menata, mempertimbangkan secara kritis dan menata ulang gagasan yang

dicurahkan. Hal tersebut diperlukan agar tulisan yang dihasilkan dapat

dipahami pembaca dengan baik.

Menurut Rusyana Yus (1988: 191), “menulis merupakan kecakapan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan”. Kecakapan mengungkapkan bahasa dalam bentuk tulisan

yang memiliki pola dan arti untuk menyampaikan suatu gagasan atau pesan

kepada pembaca atau orang yang dituju. Pola-pola bahasa tersebut tentu harus

dapat dipahami oleh pembaca agar pesan dapat diterima dengan baik oleh

(28)

Menurut Sabarti Akhadiah (1991: 104) kegiatan menulis merupakan

sebuah proses, artinya kegiatan dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu tahap

prepenulisan, tahap penulisan, tahap revisi. Untuk menjadi terampil dalam

menulis seseorang memerlukan proses yang tidak singakat dan harus berlatih

secara terus menerus.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan sebagai

berikut: 1) keterampilan adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk

melakukan suatu pekerjaan dengan efektif dan efisien yang diperoleh melalui

belajar dan latihan yang dilakukan secara terus-menerus untuk mencapai tujuan

tertentu sehingga dapat melakukannya dengan mudah, 2) menulis merupakan

salah satu komponen dalam sistem komunikasi atau menulis merupakan salah

satu media untuk komunikasi, 3) menulis adalah kecakapan menggunakan

pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan, dan

4) menulis dan berfikir merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara bersama

dan berulang-ulang.

Dalam penelitian ini, keterampilan menulis merupakan kecakapan

mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan

melalui bahasa tulis. Tulisan dibuat secara jelas dan terperinci sehingga

pembaca dapat memahami maksud dari penulis.

B. Tujuan Menulis

(29)

siswa agar dapat menulis atau memanipulasi lingkungan sehingga memberi

kemudahan bagi siswa dalam pembelajaran menulis. Pembelajaran dapat

berupa penciptaan serangkaian kegiatan sehingga siswa dengan mudah belajar

atau dapat juga dengan kondisi yang sengaja dirancang untuk mempengaruhi

pembelajaran sehingga dapat dengan mudah untuk belajar.

Menurut Sabarti Akhadiah (1991: 104), “keterampilan menulis merupakan kecakapan yang kompleks yang menuntut sejumlah pengetahuan

dan keterampilan sekaligus”. Pembelajaran menulis ini diajarkan dengan tujuan agar siswa mempunyai kecakapan dalam menuangkan ide, gagasan, pikiran,

pengalaman, dan pendapatnya dengan benar. Jika siswa sering berlatih dalam

menuangkan ide, gagasan, pikiran dan pengalaman serta pendapatnya maka

siswa akan terampil dalam menulis.

Seorang penulis memiliki tujuan-tujuan tersendiri sesuai dengan

bentuk-bentuk tulisannya. Namun, di sekolah dasar pembelajaran menulis memiliki

tujuan tersendiri sesuai dengan tingkatan kelas siswa sekolah dasar yang

bersangkutan. Adapun menurut Hugo Hartig (Henry Guntur Tarigan 2008: 25)

tujuan penulisan suatu tulisan itu sebagai berikut.

a. Assignment purpose (tujuan penugasan)

Tujuan penugugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri.

b. Altruistic purpose (tujuan altruistik)

(30)

Tulisan yang bertujuan menyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

d. Informational purpose (tujuan informsional, tujuan penerangan) Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca.

e. Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri)

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

f. Creative purpose (tujuan kreatif)

Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi “keinginan kreatif” disini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman.

g. Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)

Tujuan dalam tulisan ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan , menjelajahi, serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.

Pembelajaran menulis berfungsi pula sebagai sarana untuk membantu

siswa mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat

dengan menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan

kecakapan analitis dan imajinatif (Depdiknas, 2006).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan tujuan

menulis karangan deskripsi yaitu memberikan informasi pada pembaca, baik

suatu peristiwa, masalah, berita, dan pernyataan yang tujuannya untuk pembaca

dan dapat menyalurkan serta mengembangkan kreativitas seseorang. Selain itu

tulisan juga dapat digunakan untuk menuangkan ide-ide maupun gagasan untuk

dipublikasikan.

Dalam penelitian ini, tujuan menulis adalah untuk memberi informasi

(31)

oleh penulis melalui tulisan. Informasi ditulis secara jelas dan terperinci sesuai

dengan pengamatan objek yang dilakukan penulis.

C. Manfaat menulis

Kegiatan menulis banyak manfaatnya, seperti yang diungkapkan Sabarti

Akhadiah (1998: 1) yaitu: 1) dapat mengenali kemampuan dan potensi diri yang

dimiliki, 2) dapat mengembangkan dan menghubung-hubungkan beberapa

gagasan atau pemikiran, 3) dapat memperluas wawasan dan kecakapan berfikir,

baik dalam bentuk teoritis maupun dalam bentuk berfikir terapan, 4) melalui

kegiatan menulis dapat mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta

mengungkapkannya secara tersurat, 5) dapat menilai gagasan sendiri secara

objektif, 6) melalui kegiatan menulis akan lebih mudah memecahkan

permasalahan dengan menganalisis permasalahan yang tersurat dalam konteks

yang lebih kongkret, 7) melalui kegiatan menulis dapat mendorong penulis

untuk terus belajar secara aktif, dan 8) melalui kegiatan menulis dapat

membiasakan diri penulis untuk berfikir dan berbahasa secara tertib.

Pembelajaran menulis berfungsi pula sebagai sarana untuk membantu

siswa mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat

dengan menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan

kecakapan analitis dan imajinatif (Departemen Pendidikan Nasional, 2006).

Sesuai dengan pendapat di atas, dapat disimpulkan manfaat menulis

(32)

mempertegas permasalahan, memotivasi diri untuk terus belajar, dan

membiasakan diri untuk berbahasa secara tertib. Menulis juga memiliki manfaat

untuk mempublikasikan.

Dalam penelitian ini, menulis memiliki manfaat untuk menggambarkan

tentang suatu objek yang diamati oleh penulis sehingga pembaca dapat

seolah-olah ikut melihat dan merasakan tanpa harus berhadapan langsung dengan objek

yang dituliskan. Objek harus dituliskan secara jelas dan terperinci sesuai dengan

keadaan sesungguhnya.

D. Proses Pembelajaran Menulis

Menurut Suparno dan Mohamad Yunus (2007: 1.14) tahap menulis ada

tiga, yaitu a) tahap prapenulisan atau tahap persiapan menulis, b) tahap

penulisan yaitu mengembangkan butir demi butir yang terdapat dalam kerangka

cerita, c) tahap pasca penulisan merupakan tahap penghalusan dan

penyempurnaan.

Senada dengan pendapat tersebut menurut Sabarti Akhadiah (1991: 104)

tahap menulis ada tiga yaitu: a) tahap prapenulisan merupakan tahap persiapan

menulis dan mencakup beberapa langkah kegiatan, b) tahap menulis yaitu tahap

yang membahas butir topik yang ada di dalam kerangka cerita yang sudah

disusun, c) tahap revisi maksudnya menulis kembali buram yang telah ditulis,

kemudian buram tersebut direvisi. Dalam tahap pramenulis direncanakan

(33)

telah direncanakan itu, yaitu mengembangkan gagasan dalam kalimat-kalimat,

satuan paragraf, bagian atau bab. Dalam tahap revisi yang dilakukan adalah

membaca dan menilai kembali apa yang sudah ditulis, memperbaiki, bahkan

kalau perlu memperluasnya lagi.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulan

bahwa tahap-tahap menulis ada tiga yaitu prapenulisan, saat menulis, dan pasca

menulis. Tahap-tahap tersebut dilakukan agar proses pembelajaran dan hasil

pembelajaran meningkat.

Dalam penelitian ini, penggunaan media yang menarik dan metode

pembelajaran yang tepat dapat membantu meningkatkan proses pembelajaran

dan hasil belajar siswa. Proses pembelajaran menulis tentu akan menunjang

hasil pembelajaran yang baik. Pada tahap prapenulisan guru memberikan

penjelasan mengenai langkah-langkah menulis, contoh-contoh karangan,

hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tulisan, dll. Pada tahap saat menulis, guru

membimbing siswa menulis dan siswa diberi kebebasan dalam

mengembangkan tulisannya. Pada tahap pasca menulis, siswa diberikan waktu

untuk merevisi baik secara individu maupun dengan bantuan temannya. Setelah

(34)

E. Menulis Karangan Deskripsi

1. Pengertian Menulis Karangan Deskripsi

Menurut Sabarti Akhadiah (1991: 131), deskripsi merupakan usaha

untuk menggambarkan dengan kata-kata wujud atau sifat lahiriah suatu objek.

Melalui deskripsi, seorang penulis berusaha memindahkan kesan-kesan hasil

pengamatan dan perasaannya kepada pembaca dengan membeberkan sifat dan

semua perincian yang ada pada sebuah objek. Dalam deskripsi penulis dapat

juga mendeskripsikan perasaan hati penulis terhadap objek, misalnya perasaan

takut, cemas, enggan, jijik, cinta, dan sebagainya.

Masnur Muslich (2007: 2) menyatakan bahwa “karangan deskripsi adalah karangan yang berisi gambaran mengenai suatu hal atau keadaan

sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut”. Deskripsi adalah penggambaran. Dalam menulis karangan deskripsi,

hindari jadi otak pembaca dengan menyisipkan kesimpulan dan penafsiran

sendiri, sehingga pembaca dapat lebih memahami yang digambarkan oleh

penulis. Harus diingat bahwa penulis adalah mata, hidung dan telinga bagi

pembaca. Deskripsi adalah tulisan yang bertujuan memberikan perincian dan

detail tentang objek sehingga memberi pengaruh pada sensivitas dan amajinasi

pembaca atau pendengar.

Sesuai dengan pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian karangan

deskripsi sebagai suatu jenis karangan yang melukiskan suatu objek secara

(35)

yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dicium oleh penulis tentang objek yang

dimaksud/dilukiskan tersebut tanpa harus melihat atau merasakannya secara

langsung.

Dalam penelitian ini, siswa diberi kebabasan untuk menulis karangan

deskripsi sesuai dengan tema ataupun objek yang disediakan oleh guru. Siswa

mengembangkan karangan sesuai dengan yang mereka amati sehingga sejelas

dan selengkap mungkin sehingga pembaca dapat solah-olah ikut langsung

mengamati objek.

2. Jenis-Jenis Deskripsi

Menurut Sabarti Akhadiah (1991: 131) deskripsi ada dua jenis, yaitu 1)

deskripsi tempat, merupakan penggambaran suatu tempat. Tempat merupakan

gelanggang berlangsungnya peristiwa-peristiwa. Sebuah kisah akan selalu

mempunyai latar belakang tempat.

Menurut Gorys Keraf (1981: 136) cara-cara yang baik dalam deskripsi

tempat harus memperhatikan hal-hal berikut: a) Suasana hati, pengarang harus

menetapkan suasana hati manakah yang paling menonjol untuk dijadikan

landasan, b) penulis deskripsi harus mampu memilih detail-detail yang relevan

untuk menggambarkan suasana hati, c) pengarang dituntut pula mampu

menetapkan urutan yang paling baik dalam menampilkan detai-detail yang

dipilih.

2) Deskripsi orang, menggambarkan kekomplekan manusia yang tidak

(36)

yang memuaskan. Untuk membuat deskripsi orang/tokoh maka harus

mengetahui ciri utama kepribadian sang tokoh. Misal mengenai tingkah laku,

bentuk tubuh, watak, penampilan, dan sebagainya.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan jenis-jenis deskripsi ada 2

yaitu deskripsi tempat dan deskripsi orang. Deskripsi tempat merupakan

penggambaran suatu tempat yang digambarkan secara detail meliputi suasana

tempat, latar tempat, maupun hal-hal lain yang merupakan ciri tempat yang

diamati. Deskripsi orang merupakan penggambaran orang/tokoh meliputi ciri

fisik, tingkah laku, penampilan, maupun ciri lain yang menggambarkan orang

yang dideskripsikan.

Dalam penelitian ini, siswa diminta mendeskripsikan diorama suatu

tempat sehingga termasuk jenis deskripsi tempat. Diorama yang dideskripsikan

siswa adalah berupa miniatur sebuah hutan, pedesaan, dan perkotaan. Siswa

diberi kebebasan mendiskripsikan sesuai dengan pengamatan mereka terhadap

objek secara detail.

3. Langkah-Langkah Menulis Karangan Deskripsi

Deskripsi merupakan sebuah tulisan yang berusaha menggambarkan

sesuatu sejelas mungkin. Karena itu deskripsi selalu dimulai dengan

pengamatan. Siswa dilatih melakukan pengamatan sedetail mungkin. Menurut

Sabarti Akhadiah (1991: 97) langkah-langkah menulis karangan deskripsi

(37)

Masnur Muslich (2007: 3) juga memaparkan langkah-langkah menulis

karangan deskripsi sebagai berikut: ”1) tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan, 2) tentukan tujuan, 3) tentukan aspek-aspek yang akan

dideskripsikan dengan melakukan pengamatan, 4) susunlah aspek-aspek

tersebut ke dalam arutan yang baik, 5) apakah lokasi, urutan waktu, atau urutan

menurut kepentingan, dan 6) mengembangkan kerangka menjadi deskripsi.” Deskripsi termasuk salah satu bentuk tulisan yang menggambarkan suatu objek

sehingga pembaca seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan keadaan

yang dilukiskan oleh penulis karangan deskripsi yang sukses.

Berdasarkan langkah-langkah menulis karangan deskripsi yang

dipaparkan para ahli di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) menentukan

tema yang sesuai setelah memiliki gambaran tentang hal yang akan ditulis, 2)

mengumpulkan bahan dan data dengan melakukan pengamatan, dalam menulis

karangan deskripsi tidak semua hal dari objek dirinci atau diceritakan akan

tetapi harus dipilih hal/bagian yang akan dirinci, 3) membuat kerangka

karangan untuk menata perincian dengan fakta yang logis,

penulis/penggambaran keadaan dari suatu objek harus sesuai dengan keadaan

yang sebenarnya, sehingga tidak melihat unsur rekayasa, dan 4)

mengembangkan kerangka menjadi karangan utuh dengan mencermati

pemilihan dan pemakaian kata. Kata-kata yang digunakan dalam melukiskan

suatu objek dalam bentuk kalimat hendaklah dipilih dengan cermat sehingga

(38)

Dalam penelitian ini, langkah pertama yang dilakukan dalam menulis

karangan deskripsi adalah menentukan tema. Tema ditentukan sesuai dengan

media diorama yang ditampilkan guru untuk diamati siswa. Selanjutnya

mengumpulkan bahan melalui pengamatan yang dilakukan siswa secara

mandiri dan individu. Setelah melakukan pengamatan siswa membuat kerangka

karangan sesuai dengan hasil pengamatan untuk dikembangkan menjadi

karangan utuh. Setelah kerangka selesai dibuat siswa mengembangkan menjadi

karangan utuh dengan memperhatikan pilihan kata, sistematikan penulisan,

gramatika, dan ejaan.

F. Diorama sebagai Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran

Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan melaksanakan

kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa

mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam metodologi

pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yaitu metode mengajar dan

media pengajaran sebagai alat bantu mengajar. Sedangkan penilaian adalah alat

untuk mengukur atau menentukan taraf tercapai tidaknya tujuan pengajaran

(Nana Sudjana, 1990: 1).

Media merupakan alat bantu yang digunakan oleh guru dalam proses

belajar mengajar. Menurut Arif Sadiman (2008: 6), kata media berasal dari

(39)

medoe adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.

Gagne (Arif Sadiman, 2008: 6) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis

komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.

Briggs (Arif Sadiman, 2008: 6) juga berpendapat bahwa media adalah segala

alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan media

pembelajaran sebagai alat bantu mengajar ada dalam komponen metodologi

sebagai salah satu lingkungan belajar yang diatur oleh guru untuk meningkatkan

rangsangan belajar siswa. Penggunaan media harus disesuaikan dengan materi,

tingkatan siswa, dan kecakapan guru untuk menggunakan media dalam

pembelajaran.

Dalam penelitian ini, media pembelajaran digunakan untuk

meningkatkan hasil belajar dan proses pembelajaran. Melalui media

pembelajaran dapat meningkatkan rangsangan belajar siswa sehingga antusias

siswa dalam belajar meningkat yang akan berpengaruh pada proses dan hasil

belajar.

2. Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa yang

diharapkan dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswa. Menurut Nana

Sudjana (1990: 2) ada beberapa alasan mengapa media pembelajaran dapat

mempertinggi proses pembelajaran siswa. Alasan tersebut berkenaan dengan

(40)

a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar;

b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami

oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran

yang lebih baik;

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata melalui

komunikasi verbar melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa

tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga;

d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan pembelajaran, sebab tidak hanya

mendengarkan uraian dari guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,

melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.

Arif Sadiman (2008: 17) menyatakan bahwa secara umum media

mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:

a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam

bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya:

1) objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita, gambar,film

bingkai, film atau model;

2) objek yang kecil, dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film,

atau gambar;

3) gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan

(41)

4) kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi

lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal;

5) objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan

dengan model, diagram, dan lain-lain, dan

c. konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain)

dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.

Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi

sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk:

1) menimbulkan kegairahan belajar;

2) memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan

lingkungan dan kenyataan;

3) memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan

dan minatnya.

d. Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan

dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan

ditentukan sama untuk setiap siswa maka guru banyak mengalami kesulitan

jika semua itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar

belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat

ditangani dengan media pendidikan, yaitu dengan kecakapan guru dalam:

1) memberi perangsang yang sama;

2) mempersamakan pengalaman;

(42)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan manfaat

media yaitu untuk membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran

sehingga dapat diterima oleh siswa. Penggunaan media harus dapat menarik

perhatian siswa, memperjelas materi, dan meningkatkan proses pembelajaran.

Dalam penelitian ini, media digunakan untuk memberi rangsangan

kepada siswa sehingga meningkatkan interaksi antara siswa dan guru. Melalui

media dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran. Selain itu, media

juga digunakan untuk mengatasi keterbatasan ruang sehingga pembelajaran

dapat berjalan dengan efektif.

3. Pemilihan Media Pembelajaran

Pemilihan media pembelajaran tentu merupakan salah satu kunci sukses

dalam proses pembelajaran. pemilihan media tidak dilihat atau dinilai dari segi

kecanggihan medianya, tetapi lebih penting adalah fungsi dan peranannya

dalam membantu mempertinggi proses pengajaran. Pemilihan media

pembelajaran sebagai alat bantu kegiatan belajar mengajar harus didasarkan

pada kriteria pemilihan yang objektif sebab penggunaan media pembelajaran

tidak hanya menampilkan materi pembelajaran di kelas akan tetapi harus

mengkaitkan dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai, strategi kegiatan

belajar mengajar dan bahan. Oleh sebab itu penggunaan media pembelajaran

sangat bergantung pada tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, kemudahan

memperoleh media yang diperlukan serta kecakapan guru dalam

(43)

Menurut Nana Sudjana (1990: 4) ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan guru dalam menggunakan media pembelajaran untuk

mempertinggi kualitas pengajaran.

a. Guru perlu memiliki pemahaman media pembelajaran antara lain jenis dan

manfaat media pembelajaran, kriteria memilih dan menggunakan media

pengajaran, menggunakan media sebagai alat bantu mengajar dan tindak

lanjut penggunaan media dalam proses belajar siswa.

b. Guru terampil membuat media pengajaran sederhana untuk keperluan

pengajaran, terutama media dua dimensi atau media grafis, dan beberapa

media tiga dimensi, serta media proyeksi.

c. Pengetahuan dan keterampilan dalam menilai keefektifan media

pengajaran penting agar ia bisa menentukan apakah penggunaan media

mutlak diperlukan atau tidak selalu diperlukan dalam pengajaran

sehubungan dengan prestasi belajar yang dicapai siswa dan kualitas

pengajaran, sebaiknya guru tidak memaksakan penggunaannya, dan perlu

mencari usaha lain di luar media pengajaran.

Berdasarkan ketiga faktor di atas, maka dalam memberikan prioritas

pengadaan media pendidikan perlu adanya pengukuran untuk ketiga faktor

tersebut, sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan. Pengetahuan tentang

keunggulan dan keterbatasan setiap jenis media menjadi penting, sehingga

guru dapat memperkecil kelemahan atas media yang digunakan, sekaligus

(44)

sekaligus pemanfaat media perlu memperbaiki kriteria sebagai berikut (Nana

Sudjana, 1990: 4).

a. Ketepatannya dengan tujuan pengajaran; artinya media pengajaran dipilih

atas dasar tujuan-tujuan intruksional yang ditetapkan. Tujuan-tujuan

instruksional yang berisikan unsur pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis

lebih memungkinkan digunakannya media pengajaran.

b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran; artinya bahan pelajaran yang

sifatnya fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi sangat memerlukan

bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa.

c. Kemudahan memperoleh media; artinya media yang diperlukan mudah

diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar.

d. Keterampilan guru dalam menggunakannya; apapun jenis media yang

diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses

pengajaran. Media tidak ada artinya jika guru tidak dapat

menggunakannya dalam pengajaran untuk mempertinggi kualitas

pengajaran.

e. Tersedia waktu untuk menggunakannya; sehingga media tersebut dapat

bermanfaat bagi siswa selama pembelajaran berlangsung.

f. Sesuai dengan taraf berfikir siswa; memilih media untuk penddikan dan

pengajaran harus sesuai dengan taraf berfikir siswa, sehingga makna yang

terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa.

(45)

penggunaan media dalam proses pembelajaran jangan dipaksakan karena akan

mempersulit tugas guru, tapi harus sebaliknya yakni mempermudah guru

dalam menjelaskan bahan pengajaran.

Sesuai dengan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

pemilihan media pembelajaran pada akhirnya adalah keputusan untuk

memakai, tidak memakai, atau mengadaptasi media yang bersangkutan. Selain

itu menilai keefektifan media pendidikan adalah hal yang penting bagi guru agar

ia bisa menentukan penggunaan media mutlak diperlukan atau tidak. Apabila

penggunaan media pendidikan tidak mempengaruhi proses dan kualitas

pengajaran, sebaiknya guru tidak memaksakan penggunaannya, dan mencari

usaha lain di luar media pendidikan, metode yang variatif.

Pemilihan media dalam penelitian ini didasarkan pada diskusi yang

dilakukan oleh peneliti dan guru kelas karena keputusan dalam penggunaan

media berada ditangan guru. Selain itu, disesuaikan dengan taraf befikir siswa

yaitu tahap operasional kongkrit menuju semi kongkrit. Sehingga siswa

membutuhkan benda nyata ataupun yang menyerupai benda nyata untuk

menunjang proses pembelajaran.

4. Media Diorama

Diorama adalah sebuah pemandangan tiga dimensi mini bertujuan untuk

meggambarkan pemandangan sebenarnya. Diorama biasanya terdiri atas

bentuk-bentuk sosok atau objek-objek ditempatkan di pentas yang berlatar

(46)

pengajaran terutama berguna untuk mata pelajaran ilmu bumi, ilmu hayat,

sejarah bahkan dapat diusahakan pula untuk berbagai macam mata pelajaran.

Sesuai dengan pendapat di atas dapat disimpulkan diorama adalah suatu

pemandangan tiga dimensi yang digambarkan dalam bentuk kecil di atas

panggung kecil sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Pemandangan tersebut

digambarkan dengan detail dan terperinci sesuai dengan yang dapat diamati.

5. Contoh-contoh Diorama

Contoh-contoh diorama menurut Nana Sudjana (1990: 171) adalah

sebagai berikut.

a. Peristiwa bersejarah: ditemukannya beberapa negara maju, ilmu kedokteran

dan ilmu pengetahuan, pertempuran-pertempuran besar, peristiwa politik

yang penting dan peristiwa kehidupan penting sastrawan, artis, dan

pemusik.

b. Ilmu Bumi: Interior gua, peman dangan suatu padang pasir, hutan dan

binatang, tiruan dari sebuah pemandangan hutan, pemandangan sebuah desa

pegunungan dan perkotaan.

c. Hasil produksi pabrik dan perindustrian: roda baja, penggergajian, pabrik

gelas, penyaringan minyak, pabrik kaleng, industri pembuatan mobil.

d. Adegan cerita: peristiwa pokok dari suatu cerita atau sandiwara yang

menggambarkan urutan kejadian dari cerita bisa digambarkan dalam suatu

rangkaian diorama.

(47)

perindustrian, dan adegan cerita. Dalam penelitian ini contoh diorama yang

digunakan adalah diorama Ilmu bumi karena sesuai dengan tema yang diambil

yaitu hewan, tumbuhan, desa dan kota. Di dalam diorama yang digunakan juga

terdapat miniatur sungai, jembatan, sawah, jalan raya, dan gedung-gedung yang

sesuai dengan keadaan sesungguhnya.

6. Media Diorama dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi

Menurut Nana Sudjana (1990: 170) media diorama dapat digunakan

untuk berbagai macan mata pelajaran. Diorama dalam mata pelajaran bahasa

Indonesia dengan materi menulis karangan deskripsi tentu akan sangat

membantu siswa, terutama untuk melatih siswa menentukan tema penulisan dan

melakukan pengamatan.

Dalam langkah-langkah menulis karangan deskripsi, diorama dapat

membantu siswa dalam menentukan tema tulisan dan melakukan pengamatan.

Dalam keterampilan menulis karangan deskripsi sangat penting untuk

menentukan tema dan melakukan pengamatan agar siswa dapat

menggambarkan yang mereka amati dengan batasan tema dan hasil pengamatan

sehingga pembaca dapat melihat, mendengar, merasakan, mencium secara

imajinatif apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dicium oleh penulis tentang

objek yang dimaksud/dilukiskan tersebut tanpa harus melihat atau

(48)

7. Tahap-tahap Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Diorama

Sesuai dengan langkah-langkah menulis karangan deskripsi yaitu Proses

pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi menggunakan media

diorama dilakukan dalam tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal pembelajaran,

kegiatan inti pembelajaran, dan kegiatan akhir pembelajaran. Dalam kegiatan

awal, guru mengkondisikan siswa agar siap belajar dan menyampaikan

apersepsi. Kegiatan inti dimulai dengan penjelasan guru tentang karangan

deskripsi, EYD, dan tahapan dalam menulis karangan deskripsi menggunakan

media diorama. Selanjutnya siswa diajak mengamati media diorama sambil

menyimak penjelasan dari guru agar siswa dapat menggunakan panca inderanya

untuk mengetahui ciri khusus yang menonjol dalam diorama, misalnya pohon,

hewan, orang, tempat, dan suasana. Siswa diminta untuk menyebutkan objek

apa saja yang ada dalam diorama. Selanjutnya siswa diminta untuk mulai

menggunakan imajinasi mereka tentang keadaan yang ada dalam diorama.

Selanjutnya, siswa diminta untuk menulis hasil pengamatan mereka dan

mencoba menggambarkan apa yang mereka lihat. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa penggunaan media diorama adalah mengamati secara detail sebuah

media diorama kemudian menuangkan rincian-rinciannya ke dalam bentuk

tulisan dan mengembangkannya menjadi sebuah karangan deskripsi yang baik

dan sesuai dengan objek yang diamati, serta sesuai dengan ejaan.

(49)

terhadap pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi. Pembelajaran

keterampilan menulis karangan deskripsi memang tidak mudah, penggunaan

diorama dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi adalah suatu latihan

yang baik bagi siswa agar mampu menguasai keterampilan menulis karangan

deskripsi. Digunakannya media diorama dalam pembelajaran keterampilan

menulis karangan deskripsi dapat merangsang siswa untuk aktif menulis. Selain

itu bentuknya yang mini dan unik serta warnanya yang menarik dapat

meningkatkan antusiasme dan minat siswa terhadap pembelajaran keterampilan

menulis karangan deskripsi.

G. Penilaian Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi

Bentuk penilaian yang digunakan ada 2, yaitu tes dan non tes. Bentuk

penilaian tes meliputi: pilihan ganda, uraian objektif, uraian bebas, jawaban

singkat, menjodohkan, benar-salah, unjuk kerja (permomance) dan

portofolio. Sedangkan bentuk penilaian non tes meliputi: wawancara, invintori

dan pengamatan (Saleh Abbas, 2006: 147).

Dalam penelitian ini, penilaian dilakukan melalui tes dan observasi.

Penilaian tes dilakukan melalui penilaian karangan deskripsi siswa melalui

rubrik penilaian yang telah dibuat. Sedangkan observasi digunakan untuk

menilai proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Bentuk penilaian tes yaitu melalui unjuk kerja. Unjuk kerja dilakukan

(50)

Penilaian pengamatan/observasi dilakukan sesuai dengan instrumen yang

dibuat sebelumnya oleh peneliti.

Menurut Burns (Saleh Abbas, 2006: 168) ada beberapa cara yang dapat

dilakukan dalam penilaian yaitu: bertanya jawab atau berdiskusi, memantau

kegiatan siswa pada tiap proses menulis baik pramenulis, penulisan, dan

pascapenulisan dengan menggunakan obsevasi catatan lapangan dan ceklis,

serta memantau hasil karangan siswa. Cara tersebut cukup tepat karena guru

dapat memantau setiap perkembangan keterampilan menulis siswa.

Penelitian ini menggunakan pedoman penilaian menulis karangan

deskripsi dengan menggunakan acuan dari buku Tes Bahasa (Soenardi

Djiwandono 2008: 122) dan unsur-unsur penilaian dalam menulis menurut

Suhendar (1997: 17) yang telah dimodifikasi. Penialaian keterampilan menulis

karangan deskripsi ini memiliki keterbatasan pada aspek yang dinilai dan

pemberian skor. Penilaian disesuaikan dengan kecakapan siswa tingkat SD

khusunya kelas IV. Pedoman penilaian menulis karangan deskripsi siswa dapat

(51)

Tabel 1. Ikhtisar Rincian Kecakapan Menulis (Soenardi Djiwandono, 2008: 122)

Ikshtisar Rincian Kecakapan Menulis No Unsur Kecakapan Menulis Rincian Kecakapan

1. Isi yang relevan Isi karangan tulis sesuai dan relevan dengan topik yang dimaksudkan untuk dibahas

2. Organisasi yang Sistematis Isi karangan disusun secara sistematis menurut suatu pola tertentu

3. Penggunaan Bahasa yang baik dan benar

Karangan diungkapkan dengan bahasa, dengan susunan kalimat yang gramatikan, penulisan kata yang tepat, serta gaya penulisan yang sesuai

Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Suhendar (1997: 17)

unsur-unsur dalam penilaian menulis sebagai berikut.

a. Isi karangan, merupakan gagasan atau ide pengarang yang dituangkan dalam keseluruhan karangan atau biasa disebut topik atau tema yang merupakan bahan permasalahan yang menarik. b. Bentuk karangan, berupa surat, laporan, iklan, pengumuman,

petunjuk, dan lain-lain.

c. Gramatika, perangkat kebahasaan yang harus sesuai dengan kaidah yang berlaku, serta memenuhi syarat sebagai bahasa tulis.

d. Ejaan, merupakan perangkat sistem yang mengatur mekanisme pemindahan bahasa lisan ke dalam bahasa tulis. Ketepatan ejaan meliputi (a) cara penulisan huruf, (b) cara penulisan kata, (c) cara penulisan unsur serapan, dan (d) pemakaian tanda baca.

e. Selain keempat unsur di atas, biasanya di sekolah dasar ditambah satu unsur yang umum, yaitu kerapian tulisan. Hal ini penting karena tulisan akan mudah dibaca apabila ditulis dengan rapi, kertas yang bersih, dan tidak sering dihapus.

Mengacu pada kedua teori di atas, pada penelitian ini peneliti

(52)

Tabel 2. Pedoman Penilaian Menulis Karangan Deskripsi

No Aspek penilaian Rincian kecakapan

1 Isi karangan Isi karangan deskripsi ditulis sesuai dan relevan dengan objek yang diamati 2 Organisasi penulisan karangan Karangan deskripti disusun secara

sistematis

3 Gramatika penulisan Perangkat kebahasaan tulisan sesuai dengan kaidah yang berlaku

4 Ejaan tulisan Cara penulisan huruf, cara penulisan kata, cara penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca

H. Kerangka Pikir

Pembelajaran menulis karangan deskripsi untuk siswa di kelas IV SD

termasuk jenis pembelajaran menulis lanjutan. Tujuan utamanya adalah

menggupayakan siswa dapat memahami cara menulis untuk pemahaman yang

lebih tinggi. Umumnya guru mengalami kendala dalam pembelajaran di dalam

kelas. Penggunaan diorama sebagai media pembelajaran merupakan salah satu

upaya mengurangi kendala dalam pembelajaran sehingga meningkatkan proses

dan hasil pembelajaran. Dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi

diorama membantu siswa dalam menemukan ide penulisan sehingga siswa

dapat mengamati diorama untuk menemukan bahan yang akan dibuat kerangka

karangan. Siswa dapat mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan

utuh. Penggunaan diorama bermaksud untuk membantu siswa dalam

menentukan ide penulisan, pengamatan untuk pengumpulan bahan yang akan

buat kerangka dan dikembangkan menjadi karangan deskripsi. Untuk lebih

(53)

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

Pada proses pembelajaran menulis karangan deskripsi tidak mudah

untuk mencapai hasil maksimal. Umumnya guru hanya memberikan

contoh-contoh karangan deskripsi kepada siswa tanpa memberi gambaran-gambaran

nyata untuk proses membelajarkan keterampilannya. Siswa hanya mencontoh

dan mengikuti apa yang dikatakan gurunya sehingga tampak proses

pembelajaran yang pasif, padahal diperlukan kreativitas dan inovasi pada

keterampilan menulis. Selain itu, pembelajaran yang hanya bersumber pada

buku paket saja bisa membuat siswa menjadi jenuh dan kurang bersemangat.

Kendala tersebut muncul diakibatkan kurangnya variasi media pembelajaran

yang dipakai oleh guru ketika mengajar keterampilan menulis khususnya Kondisi

Melalui media diorama dapat meningkatkan hasil belajar dan proses pembelajaran menulis karangan deskripsi

Proses pembelajaran hanya terfokus pada guru dan hasil belajar siswa rendah

(54)

adalah keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kurang dan hasil

belajar menulis karangan deskripsi tidak maksimal.

Dalam proses pembelajaran menulis karangan deskripsi seorang guru

harus pandai dalam memilih strategi dan media yang digunakan. Hal tersebut

penting karena berkaitan dengan ketertarikan siswa terhadap materi dan

konsentrasi pembahaman siswa terhadap pembelajaran. Selain itu melalui

pemilihan strategi dan media yang tepat dapat meningkatkan kreatifitas siswa.

Penggunaan media diorama dalam pembelajaran menulis karangan

deskripsi dapat memberikan gambaran terhadap siswa sehingga siswa dapat

menuangkannya dalam bentuk tulisan. Setelah siswa menemukan gambaran

terhadap apa yang akan ditulisnya, tentu siswa akan lebih mudah untuk

menuangkannya dalam tulisan. Dengan menggunakan media ini diharapkan

mampu menarik minat dan perhatian siswa sehingga semangat dalam berlatih

menulis karangan deskripsi. Jika siswa dan guru semangat dalam

pembelajaran dan didukung oleh pemilihan strategi serta media pembelajaran

maka dapat terciptalah pembelajaran yang efektif dan siswa tidak merasa

bosan. Melalui media diorama merupakan salah satu media yang cocok

digunakan dalam keterampilan menulis karangan deskripsi atau dengan kata

lain dapat berdampak pada peningkatan kecakapan menulis karangan

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action

research). Ciri utama dari penelitian tindakan kelas adalah memperbaiki

pelaksanaan praktik pendidikan, khususnya dalam pembelajaran di kelas.

Penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian tindakan kolaboratif,

penelitian tindakan kolaboratif merupakan upaya bersama dari berbagai pihak

untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan. Upaya perbaikan proses dan

hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh peneliti, tetapi ia harus

berkolaborasi dengan guru. Dalam hal ini guru bertindak sebagai pelaksana

tindakan (pengajar) dan peneliti bertindak sebagai observer serta perancang

tindakan.

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan permasalahan pada siswa

kelas IV SD Negeri Rejowinangun 1 yaitu keterampilan menulis karangan

deskripsi siswa masih rendah. Peneliti bermaksud memecahkan permasalahan

tersebut dengan cara melakukan penelitian tindakan kelas (classroom action

research), dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan

Deskripsi Menggunakan Media Diorama Siswa Kelas IV SD Negeri

(56)

2. Model Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan,

pelaksanaan (tindakan), observasi (pengamatan), dan refleksi. Rencana

penelitian merupakan tindakan yang tersusun, dan dari segi definisi mengarah

pada tindakan. Rencana disusun berdasarkan hasil pengamatan (observasi)

awal yang reflektif. Tindakan yang dimaksud adalah tindakan yang dilakukan

secara sadar dan terkendali. Tindakan yang dilakukan berdasarkan rencana yang

telah disusun secara cermat dan mengandung inovasi. Tujuannya adalah agar

proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan yang direncanakan.

Refleksi adalah mengingat atau merenungkan kembali suatu tindakan

persis seperti yang telah dicatat dalam pengamatan. Refleksi ini berusaha

memahami proses yang telah berjalan, masalah dalam proses yang telah

dijalani, kendala yang terjadi dalam tindakan. Jadi refleksi berusaha memahami

persoalan dan keadaan tempat timbulnya persoalan itu.

Empat tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas tersebut digambarkan

(57)

Gambar 2. Tahap Penelitian Tindakan Kelas

Penjelasan dari tahap-tahap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Tahap 1: Perencanaan / Planning (menyusun rancangan tindakan)

Penelitian tindakan yang sebaiknya dilakukan secara berpasangan

antara pihak yang melakukan tindakan (guru) dan pihak yang mengamati

proses jalanya tindakan (pengamat) yang disebut penelitian kolaborasi.

Perencanaan dilakukan melalui pengamatan awal untuk mengetahui

permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran. Selain melalui

pengamatan awal, diskusi dengan guru kelas perlu dilakukan untuk lebih

memastikan permasalahannya. Dari pengamatan awal di lapangan ini dapat

diketahui bahwa permasalahannya adalah rendahnya keterampilan menulis

karangan deskripsi siswa sehingga hasil belajar kurang maksimal. Refleksi

Refleksi

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Pelaksanaan

Pelaksanaan

Gambar

Tabel 1. Ikhtisar Rincian Kecakapan Menulis (Soenardi Djiwandono,   2008: 122)
Tabel 2. Pedoman Penilaian Menulis Karangan Deskripsi No Aspek penilaian Rincian kecakapan
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Gambar 2. Tahap Penelitian Tindakan Kelas
+7

Referensi

Dokumen terkait

memperoleh pengalaman berbeda dalam menggali pengetahuan dan memperkaya wawasannya. Siswa akan merasakan kedekatan dengan alam sehingga dapat meningkatkan kecintaan

Pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan media objek langsung dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi pada siswa kelas IVA SD

Media film kartun dapat menambah perbendaharaan kata yang dimiliki siswa, serta dapat membantu siswa mengembangkan imajinasi dan ide-ide yang dimiliki. Penggunaan media

Adapun tahapan proses meningkatkan keterampilan menulis deskripsi menggunakan media gambar yaitu: siswa mengamati demontrasi media gambar; siswa diberi kesempatan bertanya

Dari kesimpulan umum tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan dari sub masalah yang telah diuraikan, antara lain sebagai berikut: (1) Peningkatan kemampuan guru

Penelitian yang dilaksanakan sebanyak 3 siklus ini, terlihat adanya peningkatan dari kemampuan guru merancang pembelajaran bahasa Indonesia khusus menulis karangan

Dari nilai rata-rata siswa tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan media audio visual secara keseluruhan siswa sudah mampu menuliskan

Penelitian yang dilaksanakan sebanyak 3 siklus ini, terlihat adanya peningkatan dari kemampuan guru merancang pembelajaran bahasa Indonesia khusus menulis karangan