• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Budaya Cina Terhadap Motif Batik Lasem T1 152008001 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Budaya Cina Terhadap Motif Batik Lasem T1 152008001 BAB II"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Batik

Asal kata Batik dari Bahasa Jawa yaitu Amba yang artinya menulis sedangkan Tik artinya titik atau tetes. Jadi batik adalah gamabaran atau lukisan yang dibuat

pada kain dengan lilin atau malam dan pewarna, menggunakan alat canting dan kuas serta teknik tutup celup. Kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan ‘malam’ yang diaplikasikan keatas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna. Batik dapat berupa gambar pola ragam hias atau lukisan yang ekspresif. Menggambar atau melukis dengan bahan lilin atau malam yang dipanaskan dan menggunakan alat canting atau kuas disebut membatik. Batik memiliki fungsi ganda, yaitu fungsi pratis dan estetis.

1. Secara praktis, kain batik dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan akan pakaian, penutup tempat tidur, taplak meja, sarung bantal, dan lain sebagainya.

2. Secara estetis, batik lukis bias dibingkai dan dijadikan perhiasan ruangan atau

hiasan dinding (Eni, 2009: 38).

(2)

produksi batik tulis di samping dipasarkan di lokal, juga telah diekspor ke manca negara. Lahirnya indutri batik Lasem ini pun sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, bahkan sejak kedatangan orang Cina ke Rembang pada sekitar abad ke-13. Komunitas Cina di Rembang sendiri semakin banyak dengan terjadinya eksodus besar-besaran orang Cina dari Batavia pada sekitar tahun 1740 akibat pemberontakan orang Cina di Batavia terhadap pemerintah kolonial Belanda. Sejak saat itu bangsa Cina seolah menjadi bagian dari Rembang dan hidup damai dengan penduduk pribumi setempat.

Para pembantik (pengrajin atau pekerja batik) di Kabupaten Rembang sendiri pada umumnya terdiri dari para perempuan yang berasal dari keluarga petani gurem atau buruh tani di 25 desa (atau 4 kecamatan: Lasem, Pancur, Rembang dan Pamotan) di Kabupaten Rembang yang memiliki angka kemiskinan cukup tinggi. Seperti telah disebutkan sebelumnya, pembatikan dilakukan oleh para pembatik (pekerja batik) dengan memanfaatkan waktu luang di antara masa tanam dan masa panen untuk menambah penghasilan keluarga. Dengan demikian, industri batik Lasem memiliki peranan yang sangat penting untuk penciptaan lapangan pekerjaan dan penanggulangan kemiskinan di daerah pedesaan Kabupaten Rembang (Hempri, dkk, 2010: 31 - 32).

B. Budaya Cina

(3)

kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan lain, serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat. Pada sisi yang agak berbeda, Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat (Sukidin, dkk, 2003: 4 - 5).

Orang Tionghoa yang ada di Indonesia, sebenarnya tidak merupakan satu kelompok yang asal dari satu daerah di negara Cina, tetapi terdiri dari beberapa suku bangsa yang berasal dari dua propinsi yaitu Fukien dan Kwangtung, yang sangat terpencar daerah-daerahnya. Setiap imigran ke Indonesia membawa kebudayaan suku bangsanya sendiri-sendiri bersama dengan perbedaan bahasanya. Para imigran Tionghoa yang terbesar ke Indonesia mulai abad ke-16 sampai kira-kira pertengahan abad ke-19, asal dari suku bangsa Hokkien. Kepandaian berdagang ini yang ada di dalam kebudayaan suku bangsa Hokkien telah terendap berabad-abad lamanya dan masih tampak jelas pada orang Tionghoa di Indonesia. Orang Hokkien dan keturunannya yang telah berasimilasi sebagai keseluruhan paling banyak terdapat di Indonesia Timur, Jawa Tengah, Jawa Timur dan pantai Barat Sumatra. Walaupun orang Tionghoa perantau itu, terdiri dari paling sedikit empat suku bangsa, namun dalam pandangan orang Indonesia pada umumnya mereka hanya terbagi ke dalam dua golongan ialah Peranakan dan Totok. Peranakan itu, bukan hanya orang Tionghoa yang lahir di

(4)

Indonesia, sedangkan orang Totok bukan hanya orang Tionghoa yang lahir di negara Tionghoa (Koentjaraningrat, 1971: 346 - 347).

Batik Lasem awalnya dikenal sebagai “batik encim”, yaitu batik yang dipakai oleh wanita keturunan Tionghoa yang berusia lanjut. Encim adalah sebutan kaum Tionghoa peranakan untuk wanita yang usianya telah lanjut (Sumijati dan Septi, tt: 23). Pengaruh asing khususnya budaya Cina turut mewarnai corak, motif dan ragam batik tulis Lasem. Melalui pengamatan terhadap sehelai batik Lasem kita dapat mengenali hasil silang budaya tersebut, antara lain silang budaya melalui motif. Secara umum pada batik Lasem kita jumpai kombinasi motif khas Cina dan motif Jawa. Motif Cina disini dapat berupa fauna (burung hong atau phoenix, kilin, liong atau naga, ikan mas, kelelawar, ayam hutan dan sebagainya), motif

flora (bunga seruni, delima, magnolia, peoni, sakura, dan sebagainya), motif geometris (banji, swastika, dan lain-lain), motif benda alam (awan, gunung, rembulan, dan sebagainya), serta motif Cina lainnya (mata uang, gulungan surat, dan sebagainya). Sedangkan motif Jawa pada umumnya merupakan motif geometris khas batik vorstenlanden (Surakarta dan Jogjakarta) seperti parang, lereng, kawung, udan liris dan sebagainya.

(5)

berasosiasi dengan komunitas Muslim. Batik Lasem kemudian berkembang menjadi industri masyarakat lokal di mana sebagian besar perempuan Lasem bekerja sebagai pembatik. Industri batik Lasem pernah mengalami masa kejayaan pada periode akhir abad ke-19. Pada saat itu, industri batik Lasem termasuk salah satu dari Enam Besar Industri Batik di Hindia Belanda yang terjadi dari Surakarta, Jogjakarta, Pekalongan, Lasem, Banyumas dan Cirebon (Hempri, dkk, 2010: 35-37).

C. Pengertian Motif

(6)

D. Jenis Motif

Secara umum motif batik Lasem dibedakan dalam 2 (dua) jenis:

1. Motif Cina, yaitu motif yang dipengaruhi budaya Cina. Motif ini antara lain: burung hong, lok can, banji, pat sian, dll

2. Motif non-Cina, antara lain: sekar jagad, gringsing, pasiran, bledak, kawung mlati, dan lain-lain.

(7)

membawa banyak korban pekerja paksa di Lasem’. Pembatik lain melihat ‘kricak’ sebagai ‘tanah bebatuan di Lasem yang kering dan sering tampak retak-retak’ (William, dkk, 2010: 46 - 52).

E. Penelitian yang Relevan

1. Hempri, dkk. tahun 2010 menulis tentang Potret Kehidupan Pembatik di Lasem Rembang. Dalam buku tersebut penulis menjelaskan bagaimana awal

mula perkembangan batik di Lasem, pengaruh budaya Cina, serta potret kehidupan para pembatiknya.

2. William, dkk. tahun 2010 menulis tentang Eksplorasi Sejarah Batik Lasem.

Dalam buku tersebut penulis menjelaskan gambaran sejarah Kota Lasem sejak jaman dahulu sampai sekarang dan sejarah perkembangan budaya batik Lasem.

3. Andri Susanto. tahun 2010. Skripsi: Potensi Batik Plumpungan bagi Pengembangan Pariwisata di Kota Salatiga. Menulis tentang batik khas

Referensi

Dokumen terkait

Gemawang memiliki motif khas yang yang membedakan dengan batik-batik pada. umumnya di mana motif batik Gemawang seperti seri kopi, tolo madu,

Ragam hias geometris isian motif batik diterapkan pada benda-benda pakai.. dengan bentuk yang pada dasarnya menggunakan pola benda dengan

Batik motif Jlamprang dan Buketan merupakan batik khas di kota Pekalongan. Keunikan dari batik jlamprang dan buketan ialah motif dan warna yang beranekaragam. Seiring berjalannya

Presenter : Pemirsa, apa kabar? Selamat datang di kota batik, Lasem. Disini adalah kecamatan Lasem di Jawa Tengah. Sekalipun Lasem hanyalah kota kecil, namun ia memiliki

Batik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari budaya serta kehidupan.. sosial masyarakat di

Metode penelitian yang digunakan adalah metode linear strategy, sehingga film dokumenter ini, dapat digunakan untuk menginformasikan dan mengenalkan motif batik mbakau

peneliti yang mengetahui konsep awal dari produksi video documenter asal – usul batik plumpungan “ dari batu menjadi sebuah batik khas Salatiga ” ini.. Selain itu, peneliti

Berikutnya menampilkan batik motif Papua yang kenakan oleh model dalam memperlihatkan beragam motif dan warna batik Papua, dimana pada bagian ini akan menunjukan