• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Pembelajaran IPA Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri pada Siswa Kelas V SD 5 Lau Semester 1/2012/2013 T1 262011859 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Pembelajaran IPA Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri pada Siswa Kelas V SD 5 Lau Semester 1/2012/2013 T1 262011859 BAB II"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA (Cakupan)

2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Belajar

Menurut Anitah,Sri.2009.Strategi pembelajaran di SD, Jakarta: Universitas Terbuka. Azmiyawati,Choiril dkk.2008.IPA salingtemas untuk kelas V SD/MI,Jakarta Pusat.Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Aktivitas dan Prestasi Belajar,2008,diunduh dari http:// ipotes Wordpress.com/2008/05/24/prestasi-belajar/

Depdiknas.2003.Kurikulum 2004.Jakarta: Depdiknas.

Eddy Wibowo,Mungin dkk.2007.Panduan Penulisan Karya Ilmiah.Semarang : Universitas Negeri Semarang. Endang Poerwanti,dkk.2008.Asesmen Pembelajaran SD.Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Hakikat Kualitas Pembelajaran,2006,diunduh dari http://cepiriyana.blogspot,com tanggal 22 Maret 2011 pukul 11.00

Herrhyanto, Nar dan H.M Akib Hamid. 2008. Statistika Dasar, Jakarta: Universitas Terbuka

Kurnia, Inggridwati. dkk. 2007. Perkembangan belajar peserta didik. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2007, Departemen Pendidikan Nasional

Sugandi, Achmad.2006. Teori Pembelajaran, Semarang: UPT UNNES PRESS

Siddiq, M. Djauhar. 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Tri Anni. Catharina. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri Semarang Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, belajar adalah proses perubahan perilaku individu

(2)

2.1.2. Pengertian Pembelajaran

Menurut Brings, pembelajaran adalah seperangkat peristiwa (events) yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan. Seperangkat peristiwa tersebut membangun suatu pembelajaran yang bersifat internal jika peserta didik melakukan self instruction dan di sisi lain

kemungkinan juga bersifat eksternal, yaitu jika bersumber antara lain dari pendidik, sedangkan menurut Gagne pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Peristiwa ini dirancang agar memungkinkan peserta didik memproses informasi nyata dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Dalam Rifa’i dan Anni, 2009).

Pembelajaran merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar mengajar. Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang belajar, tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar siswa (Nasution dalam Sugihartono, 2007).

Beberapa pengertian di atas dapat disatukan bahwa hakekat pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mendukung peserta didik agar memperoleh kemudahan dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga, tujuan belajar mengajar yang telah ditetapkan dapat tercapai, yang mencakup ranah kognitif, psikomotorik dan afektif.

3. Kualitas Pembelajaran

1) Pengertian Kualitas Pembelajaran

Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau juga keefektifan sedangkan belajar merupakan komunikasi terencana yang menghasilkan perubahan atas sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam hubungan dengan sasaran khusus yang berkaitan dengan pola berperilaku yang diperlukan individu untuk mewujudkan secara lengkap tugas atau pekerjaan tertentu Sehingga dapat disimpulkan bahwa efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran diunduh dari http://cepiriyana.blogspot.com

(3)

2). Aktivitas Guru

Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan instruksional (instructional effect), materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peranan serta ada dalam hubungan

social tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia. Selain tujuan instruksional (instructional effect) terdapat pula tujuan pengiring (nurturant effect) (Hasibuan, 2009)

Mengajar menurut pengertian modern berarti aktivitas guru dalam mengorganisasikan lingkungan dan mendekatkannya kepada anak didik sehingga terjadi proses belajar Keberhasilan mengajar dapat diukur melalui partisipasi anak dalam proses belajar mengajar dan seberapa jauh hasil yang telah dicapainya. Tiap usaha mengajar bertujuan untuk menumbuhkan atau menyempurnakan pola laku tertentu dalam diri peserta. Yang merupakan kerangka dasar dari sejumlah kegiatan yang lazim dilaksanakan manusia untuk bertahan hidup dan untuk memperbaiki mutu hidupnya dalam situasi nyata.

Berdasarkan penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru berkaitan erat dengan pengorganisasian dan pendekatan yang dilakukan pada peserta didik sehingga terbentuk proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar tersebut terdapat berbagai komponen yang saling mempengaruhi satu sama lain serta bertujuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif diperlukan berbagai keterampilan. Ketrampilan yang diperlukan guru agar pembelajaran dapat optimal meliputi:

a) Keterampilan Memberi Penguatan

Penghargaan mempunyai pengaruh positif dalam kehidupan manusia sehari-hari, yaitu mendorong seseorang memperbaiki tingkah laku serta meningkatkan kegiatan atau usahanya. Memberikan penguatan diartikan dengan tingkah laku guru dalam merespon positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut kembali. Penguatan bertujuan untuk:

(1) Meningkatkan perhatian siswa

(2) Melancarkan atau memudahkan proses belajar

(4)

(4) Mengontrol atau mengubah sikap yang mengganggu kea rah tingkah laku yang lebih produktif

(5) Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar

(6) Mengarahkan kepada cara berpikir yang baik / divergen dan inisiatif pribadi (Hasibuan, 2009)

b) Keterampilan Bertanya

Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenai. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Bertanya bertujuan untuk:

(1) Merangsang kemampuan berpikir siswa (2) Membantu siswa dalam belajar

(3) Mengarahkan siswa pada tingkat interaksi belajar yang mandiri

(4) Meningkatkan kemampuan berpikir siswa kemampuan berpikir tingkat rendah ke tingkat yang lebih tinggi.

(5) Membantu siswa dalam mencapai tujuan pelajaran yang dirumuskan. (Hasibuan, 2009) c) Keterampilan Menggunakan Variasi

Penggunaan variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga proses belajar siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan serta berperan serta secara aktif. Kegunaan variasi dalam kelas yaitu:

(1) Memelihara dan meningkatkan perhatian siswa terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aspek belajar

(2) Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi rasa ingin tahu melalui kegiatan investigasi dan eksplorasi

(3) Membentuk sikap positif antara guru dan sekolah

(4) Kemungkinan dilayaninya siswa secara individual sehingga member kemudahan belajar (5) Mendorong aktivitas belajar dengan cara melibatkan siswa dengan berbagai kegiatan atau

pengalaman belajar yang menarik dan berguna dalam berbagai tingkat kognitif (Hasibuan, 2009)

d) Keterampilan Menjelaskan

(5)

pembelajaran. Kegiatan menjelaskan mengandung makana pengkajian informasi secara sistimatis sehingga penerima penjelasan mempunyai gambaran yang jelas tentang

hubungan

informasi yang satu dengan yang lain.Kegiatan menjelaskan bertujuan untuk

(1) Membantu siswa memahami berbagai konsep, hukum, dalil, dan sebagainya secara objektif dan benar.

(2) Membimbing siswa menjawab pertanyaan “mengapa” yang muncul dalam proses pembelajaran

(3) Meningkatkan keterlibatan siswa dalam memecahkan berbagai masalah melalui cara berpikir yang lebih sistematis

(4) Mendapatkan balikan dari siswa tentang tingkat pemahamannya terhadap konsep yang dijelaskan dan untuk mengatasi salah pengertian

(5) Memberi kesempatan pada siswa untuk menghayati proses penalaran dalam penyelesaian ketidakpastian (Anitah, 2009)

e) Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Membuka pelajaran diartikan dengan perbuatan guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat kepada apa yang dipelajari. Menutup pelajaran adalah kegiatan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran yakni memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa, dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar( Hasibuan, 2009).

Tujuan yang ingin dicapai dengan menerapkan keterampilan membuka pelajaran yaitu (1) menyiapkan mental siswa untuk memasuki kegiatan inti pelajaran, (2) membangkitkan motivasi dan perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran, (3) memberikan gambaran yang jelas tentang batas-batas tugas yang harus dikerjakan siswa, (4) menyadarkan siswa akan hubungan antara pengalaman/bahan yang sudah dimiliki/diketahui dengan yang akan dipelajari, (5) memberikan gambaran tentang pendekatan atau kegiatan yang akan diterapkan atau dilaksanakan dalam kegiatan belajar. Sedangkan tujuan penerapan keterampilan menutup pelajaran meliputi: (1) memantapkan pemahaman siswa terhadap kegiatan belajar yang telah berlangsung, (2) mengetahui keberanian siswa dan guru dalam kegiatan yang telah dijalani (3) memberikan tindak lanjut untuk mengembangkan kemampuan yang baru saja dikuasai (Anitah, 2009)

f), Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.

(6)

untuk kelompok kecil, dan hanya seorang untuk perorangan. Pengajaran ini dapat dikerjakan dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.

Peran guru dalam kelompok kecil yaitu: (1) organisator kegaiatan pembelajaran, (2) sumber informasi bagi siswa, (3) pendorong bagi siswa untuk belajar (motivator), (4) penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa, (5) orang yang mendiagnosis kesulitan siswa dan member bantuan yang sesuai dengan kebutuhannya, (6) peserta kegiatan yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan peserta lainnya. (Anitah, 2009

f) Keterampilan Mengelola Kelas

Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial. Penggunaan keterampilan pengelolaan kelas yaitu: (1) mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya, (2) membantu siswa untuk mengerti tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas, dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan, (3) menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas terhadap tingkah laku yang sesuai dengan aktivitas kelas (Hasibuan, 2009)

g) Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Hasibuan (2009) mengatakan bahwa diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur dengan melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagai informasi atau pengalaman, mengambil keputuan atau memecahkan suatu masalah. Anitah (2009) memberikan penegasan, agar pembimbingan guru dapat efektif seorang guru harus memiliki keterampilan memusatkan perhatian, memperjelas masalah dan uraian pendapat, menganalisis pandangan, meningkatkan urunan, menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dan menutup diskusi.

Proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif jika guru dapat menerapkan berbagai ketrampilan mengajar. Peneliti menyimpulkan keterampilan yang harus dikuasai oleh guru meliputi keterampilan memberikan.

(7)

3, Aktivitas Siswa

Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas

yang diberikan. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Ciri-ciri siswa

yang aktif meliputi sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya

semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa mengakibatkan terbentuknya

pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi. (diunduh dari http://ipotes.wordpress.com/2008/05/24/prestasi-belajar/)

Peneliti menyimpulkan berdasarkan pemaparan diatas bahwa aktivitas merupakan segala kegiatan yang dilakukan dengan baik dalam proses belajar mengajar. 4, Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. (Dalam Rifa’i dan Anni, 2009)

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berik

a) Ranah Kognitif

(8)

b) Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

c). Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

(http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html) Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang diperoleh setelah mengalami proses belajar yang meliputi 3 ranah yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif sebagai akibat dari proses pembelajaran.

2.2. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta. Dalam kurikulum pendidikan dasar terdahulu (1994) dijelaskan pengertian IPA (sains) sebagai hasil kegiatan manusia berupa pengetahun, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pen- gujian gagasan-gagasan. Sedangkan dalam kurikulum 2004 sains (IPA) diartikan sebagai cara mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta. Agar proses belajar mengajar IPA memperoleh hasil belajar yang optimal. Maka siswa sebagai subyek belajar sebaiknya dilihatnya secara fisik dan mental. Pada pembelajaran siswa diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa secara aktif, baik fisik, mental, intelektual maupun sosial untuk memahami konsep-konsep.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagaimana dikemukakan oleh Hardy & Fleer (dalam Ibrahim, Dkk 2000) sehingga memungkinkan para guru memahami IPA dalam perspektif yang lebih luas. Menurut mereka, sekurang-kurangnya ada 7 ruang lingkup pemahaman IPA sebagaimana berikut :

a. IPA sebagai kumpulan pengetahuan

b. IPA sebagai suatu proses penelusuran (investigation) c. IPA sebagai kumpulan nilai

(9)

e. IPA sebagai institusi sosial

f. IPA sebagai hasil konstruksi manusia g. IPA sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari

h. Mengembangkan pembelajaran IPA yang diharapkan adalah mengutamakan keterlibatan siswa aktif dalam pembelajaran yang menentukan sendiri pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan.

Menurut Laksmi Prihantoro dkk, 1986 (dalam Trianto, 2010) mengatakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep.

1) Konsep hakikat IPA sebagai proses

Proses adalah urutan atau langkah-langkah suatu kegiatan untuk memperoleh hasil pengumpulan data melalui metode ilmiah. Contoh: pengamatan tentang tumbuhan kacang hijau ditempat terang dan ditempat gelap.

(http://marianiportofolio.blogspot.com/2008/12/hakikat-ipa_10.html)

Tahapan dalam proses penelitian adalah observasi, klasifikasi, interpretasi, prediksi, hipotesis, mengendalikan variabel, merencanakan dan melaksanakan penelitian eksperimen, menetapkan format tabulasi data

2) Konsep hakikat IPA sebagai produk

Produk adalah hasil yang diperoleh dari suatu pengumpulan data yang disusun secara lengkap dan sistimatis. Contoh: dari hasil pengamatan tanaman ditempat terang dan ditempat gelap maka dihasilkan perbedaan antara lain : bentuk daun, tinggi tumbuhan, warna tumbuhan.

(http://marianiportofolio.blogspot.com/2008/12/hakikat-ipa_10.html) IPA sebagai produk ada 4 antara lain:

a) fakta adalah pernyataan tentang benda yang benar-benar ada atau terjadi. Contoh: Kupang adalah ibu kota propinsi NTT

b) Konsep adalah kumpulan dari beberapa fakta yang saling berhubungan. Contoh: manusia

c) Prinsip adalah kumpulan dari beberapa konsep. Contoh: tumbuhan akan tumbuh keatas

(10)

3) Konsep hakikat IPA sebagai sikap ilmiah

Beberapa aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada diri anak SD yakni: sikap ingin tahu, sikap ingin mendapatkan sesuatu, sikap kerja sama, sikap tidak putus asa, sikap tidak berprasangka, sikap mawas diri, sikap bertanggung jawab, sikap berpikir bebas, dan sikap kedisiplinan diri.

(http://marianiportofolio.blogspot.com/2008/12/hakikat-ipa_10.html) 4. Pembelajaran IPA di SD

Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran IPA di sekolah dasar meliputi :

1) Melakukan pengamatan terhadap gejala alam dan menceritakannya secara lisan dan tulisan

2) Memahami pengolongan ewan dan tumbuhan, serta manfaat hewan dan tumbuhan bagi manusia, upaya pelestariannya, dan interaksi antara mahluk hidup dengan lingkungannya.

3) Memahami bagian – bagian tubuh manusia, hewan dan tumbuhan, serta fungsinya dan perubahanmahluk hidup

4) Memahami berbagai sifat benda hubungannya dengan penyususnannnya, perubahan wujud bendadankegunaannya

5) Memahamiberbagaibentukenergy,perubahandanmanfaatnya.

6) Memahami mataharisebagai pusat tata sury, kenampakan dan perubahan permukaan bumi, hubungan kegiatan alam dengan kegiatan manusia

5. Tujuan Pembelajaran IPA diSD

1) Tujuanpemebelajaran IPA di sekolah dasar meliputi :Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat

(11)

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs

2.2.3. Strategi Pembelajaran Inkuiri

Gulo (2002) menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pambelajaran, dan (3) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam prose inkuiri (Triyanto, 2007).

Adapun peranan guru dalam proses pembelajaran inkuiri adalah sebagai : 1) Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berfikir 2) Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan 3) Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat 4) Administrator, bertanggungjawab atas seluruh kegiatan kelas

5) Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan 6) Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas

7) Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa

2.3. Langkah-langkah strategi pembelajaran inkuiri 1) Orientasi

Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:

i. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa ii.Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai

tujuan.

iii.Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

(12)

2) Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu

3) Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

4) Mengumpulkan data

5) Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual

6) Menguji hipotesis

7) Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasiona

8) Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan

Adapun kelemahan dan kelebihan strategi inkuiri adalah : 1) Kelemahan .

(13)

b)Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan

c)Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka SPI akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru

d)Jika strategi pembelajaran inkuiri (SPI) digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa

2) Kelebihan

a)SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada Pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna

b)SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai gaya belajar mereka

c)SPI merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman

d)Strategi ni dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar

2.4.Kajian Empiris

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Retno Saparinten tahun 2011 dengan judul Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Pada Siswa Kelas IV SDN Kradenan 02 Kaliwungu Kabupaten Semarang. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan guru

dalam mengelola pembelajaran inkuiri pada siklus I skor rata- rata 2,3 dengan kriteria kurang, pada siklus II skor rata- rata 3 dengan kriteria baik dan pada siklus III mengalami

peningkatan yang sangat baik yaitu 3,6. (2) aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus I skor rata- rata 1,58 dengan kriteria cukup, pada siklus II skor rata- rata 2,57 dengan kriteria baik

(14)

(3) Ketuntasan hasil belajar siswa dari siklus I, II dan III mengalami peningkatan yang cukup siknifikan. Dalam hal ini hampir semua siswa mencapai batas ketuntasan hasil belajar, yang semula dari hasil tes awal diketahui hanya 5 dari 15 siswa yang mencapai KKM (70). Sedangkan pada tes akhir menunjukkan 13 dari 15 siswa telah berhasil mencapai nilai KKM (70). Perolehan nilai tiap siklusnya yaitu siklus I nilai rata- rata sebesar 64 dengan prosentasenya 40%, sedangkan pada siklus II nilai rata- rata meningkat menjadi 69,3 prosentasenya 60% kemudian pada siklus III mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu dengan rata- rata sebesar 78 dan prosentasenya 86,7%. Berdasarkan hasil analisis data sesuai rumusan masalah dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui strategi inkuiri dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SDN Kradenan 02 Kaliwungu Kabupaten Semarang (http://lib.unnes.ac.id/867/).

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas V SDN 5 Lau..

1.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri 5 Lau Dawe Kudus masih rendah. Hal ini dikarenakan gaya mengajar guru yang masih monoton, yaitu hanya menggunakan ceramah.. Dari segi siswanya juga kurang aktif dalam mengikuti pelajaran. Siswa cenderung hanya memdengarkan penjelasan dari guru dan asyik bermain sendiri, sehingga siswa mengalami kesulitan menerima materi.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka peneliti menggunakan model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Dalam pembelajaran model ini siswa diajak untuk mengidentifikasi suatu masalah.

(15)

Bagan Kerangka Berpikir

2.6.Hipotesa Tindakan

Dengan menggunkan model pembelajaran inkuiri maka diharapkan hasil pembelajaran IPA di SD Negeri 5 Lau dapat meningkat.

Kondisi Awal

Hasil belajar siswa rendah karena guru mengajar monoton, siswa kurang aktif dalam pembelajaran, dan strategi yang diterapkan kurang sesuai

Tindakan

Guru menerapkan model pembelajaran inkuiri Langkah-langkah penerapan model inkuiri sebagai berikut :

1) Orientasi

2) Merumuskan masalah

3) Merumuskan hipotesis

4) Mengumpulkan data

5) Menguji hipotesis

6) Menarik kesimpulan

Kondisi

Akhir .1.Hasil belajar siswa akan meningkat.

Referensi

Dokumen terkait

3.Secara rekursif mencetak seluruh data pada subpohon kanan..

(2) Memiliki SBU yang masih berlaku dengan Klasifikasi Bangunan Sipil, Sub Klasifikasi Jasa Pelaksana Konstruksi Jalan Raya (Kecuali Jalan Layang), Jalan, Rel Kereta Api,

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, kami mengundang saudara untuk melakukan pembuktian dokumen kualifikasi, maka diharapkan kehadiran Direktur/Pimpinan

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH UTARA.. DINAS PERINDUSTRIAN

Panduan Penggunaan Aplikasi Kenaikan Pangkat Guru Online 17 JIka salah satu dari ketiga pilihan di atas diklik, maka akan terbuka tampilan pengisian untuk diisi

UPAYA PELESTARIAN NILAI-NILAI BUDAYA SEBAGAI CIVIC CULTURE PADA PERKAWINAN SUKU BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Based on Diagram 3, plan a laboratory experiment to compare the effectiveness of cleaning agent X and cleaning agent Y in hard water. You are required to give a name of cleaning agent

Berdasarkan gambaran umum responden dapat dijelaskan dan di analisa bahwa secara keseluruhan karyawan PT BTPN Divisi Mobile Marketing Syariah mayoritas merasa