• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan aktivitas belajar melalui implementasi media virtual laboratorium kimia pada masa pandemi covid-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Peningkatan aktivitas belajar melalui implementasi media virtual laboratorium kimia pada masa pandemi covid-19"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Peningkatan aktivitas belajar melalui implementasi media virtual laboratorium kimia pada masa pandemi covid-19

Firdiawan Ekaputra a,1,*; Enung Hasanah b,2

a SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, Jalan Gotong Royong, Yogyakarta 55581, Indonesia

b Universitas Ahmad Dahlan, Indonesia

1 firdiawan.ekaputra@gmail.com *; enung.hasanah@mp.uad.ac.id

* corresponding author

1. Pendahuluan

Penyebaran COVID-19 telah menimbulkan berbagai tekanan psikologi berupa ketakutan, kecemasan, dan kekhawatiran bagi warga di berbagai belahan dunia, termasuk kelompok yang terlibat dalam proses pendidikan, seperti anak-anak, guru, orang tua, dan pemerintah di berbagai negara (Lade et al., 2021). Pemerintah melakukan kebijakan yang hampir sama dengan kebijakan yang terjadi di negara lain yaitu melakukan penutupan sekolah secara fisik, dan mengganti pola pembelajaran menjadi pembelajaran terdistribusi (Asrofah et al., 2010), baik berupa pembelajaran online maupun jarak jauh yang bersifat asynchronous. Praktik pembelajaran online yang berkepanjangan, yang tidak didukung oleh kemampuan pengelolaan kelas yang baik, serta kurangnya media pembelajaran, memiliki pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan kemampuan siswa secara akademik maupun sosial (Bakshi & Bhattacharyya, 2021). Perubahan pola pembelajaran tatap muka menjadi daring, tanpa disertai kelangkapan fasilitas pembelajaran telah menjadi pemicu munculnya rasa bosan dalam diri peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung (Bailey, 2019). Hal tersebut juga terjadi di SMA Muhammadiyah I Yogyakarta, dimana para siswanya mengalami kebosanan dan motivasi untuk belajar rendah, terutama pada mata pelajaran kimia. Pengamatan yang dilakukan terhadap proses belajar mengajar yang terjadi di dalam pembelajaran kimia, para siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta hanya mampu meraih hasil belajar peserta didik sebesar 63,92%. Pembelajaran secara online adalah model belajar dan mengajar yang memanfaatkan perangkat pembelajaran berbasis

A R T I C L E I N F O A B S T R A K

Kata Kunci

Laboratorium Virtual Kimia Aktivitas Belajar Kimia Penelitian Tindakan Kelas

Tujuan ini untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas belajar peserta didik kelas XI materi asam basa SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta melalui implementasi media laboratirum virtual kimia pada masa Covid- 19. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan dilakukan sebanyak dua siklus. PTK ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa catatan lapangan, dokumentasi, dan observasi partisipatif, Untuk mengumpulkan data, PTK ini menggunakan dua jenis instrumen yaitu catatan lapangan dan lembar onservasi partisipatif.

Semua data yang berhasil dikumpulkan, dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan media laboratorium virtual kimia dapat meningkatkan aktivitas belajar kimia peserta didik kelas XI MIPA 8 SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2020/2021 yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan persentase rerata aktivitas belajar kimia sebanyak 15,07%.

This is an open access article under the CC–BY-SA license.

(2)

teknologi tinggi (Supardi & Hasanah, 2020), sebagai perantara dan terhubung melalui jaringan internet.

Di satu sisi, pembelajaran online memiliki berbagai kelebihan jika dibandingkan dengan model pembelajaran tatap muka tradisional sebab pembelajaran dengan memanfaatkan jaringan internet dapat memudahkan pendidik dalam memantau aktivitas belajar peserta didik meski tidak bertatap muka secara langsung, guru dan siswa juga dapat secara langsung mengetahui hasil evaluasi pembelajaran yang dilakukan secara online. Di sisilain, pembelajara jarak jauh telah menimbulkan berbagai kendala dan berpotensi untuk terjadinya learning loss apabila tidak dibarengi oleh kemampuan dan daya adaptasi guru mupun siswa dalam pemanfaatan teknologi tinggi untuk pembelajaran. Oleh sebab itu, secara ideal para guru memiliki kreativitas dan kemampuan tinggi terkait penggunaan media pembelajaran yang menarik dan bervariasi.

Penggunaan media pembelajaran yang bervariasi dan cenderung baru dapat membantu membangun iklim belajar yang kondusif dalam suasana belajar jarak jauh (Nishimura et al., 2020), para siswa menjadi lebih aktif. Salah satu media pembelajaran yang diidentifikasi sebagai media yang efektif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran adalah media laboratorium virtual (Udin et al., 2020). Proses belajar-mengajar akan lebih efektif dan mengasyikkan dengan melibatkan siswa agar lebih proaktif dan kreatif. Kelas interaktif harus berupa diskusi dua arah dengan lebih melibatkan siswa, difasilitasi oleh media belajar-mengajar seperti perangkat lunak simulasi (Dewi et al., 2018).

Laboratorium virtual merupakan suatu media pembelajaran berbasis teknologi tinggi yang dapat mensimulasikan suatu percobaan pada laboratorium riil dalam bentuk semirip mungkin (Dobrzański

& Honysz, 2007), (Hafsyah et al., 2012), (Yuniarti et al., 2012). Penerapan media laboratorium virtual berpotensi untuk menghasilkan pembelajaran lebih bermakna, sehingga dapat mengembangkan ranah kognitif siswa mengenai konsep, prinsip, dan proses yang diajarkan. Melalui laboratorium virtual, peserta didik memiliki kesempatan untuk dapat melakukan suatu percobaan karena dapat mengulang percobaan yang telah dilakukan (Tatli & Ayas, 2013).

Kelebihan dari penerapan media laboratorium virtual yang lain yaitu dapat memvisualisasikan dari suatu gejala bersifat abstrak atau percobaan rumit yang biasa dialami saat melakukan percobaan secara nyata di laboratorium, sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar dari peserta didik untuk memecahan masalah yang dihadapi (Swandi et al., 2015) dan (Aziz & Yusuf, 2013). Penerapan media laboratorium virtual kimia sebagai media pembelajaran pengganti percobaan nyata di laboratorium diharapkan dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran, karena peserta didik tetap dapat melakukan praktikum walaupun pembelajaran dilakukan secara daring dan dapat memvisualisasikan materi pembelajaran yang bersifat abstrak terutama pada materi Asam Basa. Hal tersebut sesuai Kurikulum 2013 yang diterapkan pada SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, yaitu proses pembelajaran harus berdasarkan pada suatu fakta atau fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar dan berpusat pada peserta didik, sehingga kendali belajar berada pada diri peserta didik sepenuhnya. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di bagian terdahulu, peneliti mencoba melakukan pembelajaran dengan memanfaatkan laboratorium virtual sebagai upaya meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas XI di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta pada materi asam basa. Perubahan perilaku pembelajaran dalam pemanfaatan laboratoorium virtual ini, diukur secara detil untuk setiap proses dan hasilnya

2. Metode

Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Brydon-Miller et al., 2003), dengan jumlah siklus sebanyak dua kali. PTK ini dilakukan sebagai langkah perbaikan proses pembelajaran agar dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar pada mata pelajaran kimia, khususnya pada materi asam basa. PTK berfokus pada proses pembelajaran yang dilakukan di kelas (Arikunto, 2015). Terdapat empat fase dalam penelitian tindakan kelas, yaitu fase pengenalan, fase tindakan, tahap observasi, dan fase refleksi. Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta yang dilaksanakan pada bulan Maret hingga bulan Mei 2021. Partisipan dalam PTK ini adalah para peserta didik Kelas XI MIPA 8 SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta tahun pelajaran 2020/2021 yang terdiri dari 35 peserta didik. PTK ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa catatan lapangan, dokumentasi, dan observasi partisipatif, Untuk mengumpulkan data, PTK ini menggunakan dua jenis instrumen yaitu catatan lapangan dan lembar onservasi partisipatif. Semua data dari kegiatan PTK ini, diolah dengan teknik analisis data kuantitatif. Indikator keberhasilan dalam

(3)

PTK ini ditentukan dengan standar minimal 75% dari peserta didik terlihat aktif selama proses pembelajaran, secara mental, sosial, maupun fisik.

3. Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini dilakukan karena masih rendahnya tingkat keaktivan belajar dalam mata pelajaran kimia peserta didik pada kelas XI MIPA 8 SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2020/2021. Tahapan dalam pelaksanaan penelitian ini pada setiap siklusnya meliputi kegiatan presentasi, diskusi materi dan soal, dan penerapan media laboratorium virtual kimia. Aktivitas belajar kimia dalam penelitian ini dilihat dari kemampuan peserta didik membaca materi pembelajaran kimia, memperhatikan materi yang disampaikan, mengajukan pertanyaan kepada guru saat kegiatan pembelajaran kimia, menjawab pertanyaan dari guru, berdiskusi dengan teman untuk memecahkan masalah yang diberikan, mendengarkan penjelasan guru pada saat menggunakan laboratorium virtual kimia, mendengarkan penjelasan teman, mencatat materi kimia yang disampaikan, mengerjakan latihan yang diberikan, menjawab pertanyaan dari teman. Aktivitas belajar kimia peserta didik dengan implementasi media laboratorium virtual kimia meningkat dari siklus I ke siklus II. Peningkatan tersebut disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Skor Penilaian Aktivitas Belajar Kimia Siklus I dan Siklus II

Indikator Skor Aktivitas Belajar Kimia

Peningkatan Siklus I Siklus II

Peserta didik membaca materi pembelajaran kimia 79,81% 94,30% 14,49%

Peserta didik memperhatikan materi yang disampaikan 81,41% 88,53% 7,12%

Peserta didik mengajukan pertanyaan kepada guru saat kegiatan

pembelajaran kimia 65,53% 89,96% 24,43%

Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru 66,78% 86,99% 20,21%

Peserta didik berdiskusi dengan teman untuk memecahkan masalah

yang diberikan 85,65% 92,85% 7,20%

Peserta didik mendengarkan penjelasan guru pada saat

menggunakan laboratorium virtual kimia 81,16% 91,22% 10,06%

Peserta didik mendengarkan penjelasan teman 78,36% 90,18% 11,82%

Peserta didik mencatat materi kimia yang disampaikan 68,22% 90,27% 22,05%

Peserta didik mengerjakan latihan soal 81,32% 94,30% 12,98%

Peserta didik menjawab pertanyaan dari teman 76,91% 97,20% 20,29%

Skor Rerata Aktivitas Belajar Kimia 76,52% 91,58% 15,07%

Berdasarkan Tabel 1, adanya peningkatan aktivitas belajar kimia dari 35 peserta didik kelas XI MIPA 8 dari siklus 1 ke siklus 2. Skor rerata aktivitas belajar kimia pada siklus I sebesar 76,52%.

Terdapat tiga indikator yang belum mencapai batas minimal dari tingkat aktivitas belajar yang ditentukan yaitu sebesar 75%, pada siklus I yang diukur di kelas XI MIPA 8, sehingga penelitian dilaksanakan kembali pada siklus II agar sepuluh indikator aktivitas belajar kimia yang dikukur di kelas XI MIPA 8 telah mencapai batas minimal dari aktivitas belajar. Setelah dilakukan tindakan pengukuran aktivitas belajar kimia di kelas XI MIPA 8 pada siklus II, diperoleh hasil persentase skor rerata aktivitas belajar kimia sebesar 91,58%. Skor tersebut meningkat 15,07% dan pada siklus II seluruh indikator dari aktivitas belajar kimia telah mencapai batas minimal. Berdasarkan pada Tabel 1, hasil aktivitas belajar kimia yang diukur di peserta didik kelas XI MIPA 8 dapat dijelaskan sebagai berikut; indikator pertama yaitu peserta didik membaca buku teks pembelajaran kimia. Aktivitas belajar kimia peserta didik dalam membaca bahan ajar pembelajaran kimia mengalami peningkatan sebesar 14,49%, dari 79,81% pada siklus I menjadi 94,30% pada siklus II. Penggunaan media LVK merupakan hal baru yang membuat peserta didik lebih termotivasi dalam membaca bahan ajar.

Perangkat pengajaran yang sangat fleksibel dan mudah digunakan memungkinkan peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam belajar dan meningkatkan motivasi belajar peserta didik (Poore, 2013).

Indikator kedua yaitu peserta didik memperhatikan bahan ajar yang disampaikan. Tingkat aktivitas belajar kimia peserta didik kelas XI MIPA 8 dalam memperhatikan bahan ajar yang disampaikan mengalami peningkatan rerata skor dari siklus I dari 81,41% menjadi 88,53% pada siklus II, sehingga terjadi peningkatan rerata skor sebesar 7,12% karena dalam siklus II guru menekanan pada materi

(4)

yang tidak dapat dijelaskan tanpa adanya bantuan media laboratorium virtual sehingga peserta didik bisa lebih konsentrasi untuk memperhatikan bahan ajar yang dijelaskan guru. Media merupakan sebuah sarana untuk menghasilkan sebuag situasi belajar yang menarik, efektif dan untuk meningkatkan kualitas dari proses pembelajaran yang akan dilaksakan (Nurseto, 2011).

Indikator ketiga yaitu, peserta didik mengajukan pertanyaan kepada guru selama kegiatan pembelajaran kimia. Indikator dari aktivitas belajar kimia dalam mengajukan pertanyaan terkait bahan ajar yang telah disampaikan oleh guru mengalami peningkatan skor rerata dari 65,53% hingga 89,96% pada siklus II atau terdapat peningkatan sebesar 24,43%. Peningkatan indikator ini merupakan peningkatan tertinggi apabila dibanding dengan indikator lain dalam aktivitas belajar pada penelitian ini. Peningkatan ini dikarenakan pada siklus II guru lebih memberikan motivasi dan memfasilitasi peserta didik dalam mengajukan pertanyaan saat pembelajaran berlangsung. Indikator yang keempat adalah peserta didik menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Aktivitas belajar kimia pada indikator jawaban pertanyaan dari guru mengalami hasil peningkatan skor sebesar 20,21% dari 66,78% menjadi 86,99%. Peningkatan skor mengenai indikator ini dapat disebabkan karena pembelajaran yang dilakukan telah menggunakan media pembelajaran yang bervariasi seperti laboratorium virtual menjadikan kegiatan pembelajaran lebih hidup. Penerapan media berbasis laboratorium virtual untuk proses pembelajaran akan menjadikan peserta didik aktif dalam mengikuti pembelajaran (Ikhsan & Afdal., 2016). Indikator yang kelima yaitu peserta didik melakukan diskusi dengan teman sebaya untuk menyelesaikan suatu permasalahan tertentu. Aktivitas belajar kimia dalam melakukan diskusi dengan teman dalam suatu kelompok peningkatan skor s e b e s a r 7 , 2 0 % a t a u dari 85,65% dan meningkat menjadi 92,85%. Kelebihan proses pembelajaran secara kooperatif yaitu dapat menjadikan setiap peserta didik untuk lebih memiliki rasa tanggungjawab tugas yang harus diselesaikan. Aktivitas peserta didik dalam mengerjakan latihan yang diberikan guru meningkat diimplementasikan media laboratorium virtual kimia (Sanjawa, 2006)

Indikator yang keenam yaitu peserta didik mendengarkan materi yang dijelaskan oleh guru pada saat menggunakan LVK. Indikator dari aktivitas peserta didik dalam mendengarkan penjelasan guru pada saat kegiatan pemaparan bahan ajar meningkat 10,06%, dari 81,16% menjadi 91,22%. Peserta didik yang mendengarkan penjelasan guru pada saat diimplementasikan media LVK, karena pada bahan ajar yang ditampilkan dengan LVK mampu menunjukkan reaksi kimia yang bersifat mikro, sehingga peserta didik lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran. LVK dapat memvisualisasikan segala sesuatu bersifat abstrak yang sering dialami saat melakukan percobaan secara nyata di laboratorium, sehingga hal ini dapat meningkatkan aktivitas belajar dari peserta didik untuk memecahan masalah yang dihadapi (Azis & Yusuf, 2013; Swandi et al., 2014). Indikator aktivitas belajar yang ketujuh yaitu peserta didik XI MIPA8 mendengarkan pemaparan bahan ajar yang disampaikan oleh teman sebaya. Indikator aktivitas belajar peserta didik peserta didik kelas XI MIPA 8 dalam mendengarkan pemaparan oleh teman sebaya pada saat kegiatan diskusi dan dalam kegiatan presentasi kelompok mengalami peningkatan sebesar 11,82%, dari 78,36% menjadi 90,27%. Hal tersebut dikarenakan penerapan media laboratorium virtual kimia dapat membantu peserta didik dalam meningkatkan kemampuan interaksi sosial sehingga antar peserta didik saling menghormati dan menghargai orang lain. Suatu media pembelajaran yang diterapkan secara daring dengan bantuan koneksi internet akan menjadikan pembelajaran akan bersifat kolaboratif dengan melibatkan interaksi pendidik dan peserta didik di waktu yang sama (Hendrayati & Pamungkas, 2007).

Indikator aktivitas belajar yang kedelapan yaitu, peserta didik menuliskan materi kimia yang disampaikan. Aktivitas peserta didik dalam membuat catatan mengenai bahan ajar yang disampaikan oleh guru saat menjelaskan suatu bahan ajar meningkat sebesar 22,05%, dari 68,22% menjadi 90,27%. Peserta didik tampak lebih rajin mencatat materi yang disampaikan guru, peningkatan tersebut disebabkan peserta didik kelas XI MIPA 8 mendapatkan ilmu tambahan yang tidak dijelaskan secara rinci di bahan ajar yang dimiliki oleh peserta didik karena ilmu tersebut akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian harian. Indikator yang kesembilan dari aktivitas belajar yaitu peserta didik menyelesaikan soal latihan yang diberikan oleh guru. Indikator dari aktivitas peserta didik dalam mengerjakan latihan soal yang diberikan guru pada kegiatan diskusi dalam suatu kelompok mengalami peningkatan sebesar 12,98%, meningkat 81,32% pada siklus I dan menjadi 94,30% pada siklus II. Peserta didik terlihat semangat dan aktif dalam mengerjakan soal latihan, peserta didik memasukkan jawaban dari latihan soal pada laman google form sehingga peserta didik bisa langsung melihat hasil yang telah dikerjakan. Penggunaan media pembelajaran elektronik dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, dan mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran,

(5)

serta dapat memberikan tanggapan dari pendidik dan peserta didik dengan cepat sehingga proses pembelajaran akan berjalan lebih efektif (Tseng et al., 2011). Indikator aktivitas belajar yang kesepuluh yaitu keaktifan peserta didik dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh teman sebaya dalam suatu proses presentasi diskusi kelompok. Indikator kesepuluh ini mengalami peningkatan sebesar dari 76,91% menjadi 97,20% atau 20,29%. Kegiatan diskusi dan tanya jawab antar peserta didik lebih mudah dilakukan karena seusia, sehingga tidak ada rasa canggung saat kegiatan tanya jawab dilakukan. Pertanyaan yang berhasil dijawab akan menambahkan nilai keaktifan dari masing- masing peserta didik. Hal ini akan memotivasi peserta didik untuk dapat memecahkan setiap pertanyaan yang diajukan peserta didik yang lain. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan media laboratorium virtual kimia pada peserta didik kelas XI MIPA 8 di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta di massa pandemi Covid-19 Tahun Pelajaran 2020/2021 dapat meningkatkan aktivitas belajar kimia secara keseluruhan dikarenakan kesepuluh indikator penilaian aktivitas belajar kimia dalam penelitian ini sudah berada di atas 75% atau di atas dari batas minimal yang telah ditentukan. Proses pembelajaran dinyatakan berhasil apabila tiga perempat dari subjek penelitian terlibat langsung dalam proses pembelajaran, baik terlibat aktif secara fisi, sosial, maupun terlibat aktif dalam mental dalam mengikuti proses pembelajaran secara keseluruhan (Mulyasa, 2009).

4. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahawa penerapan media laboratorium virtual kimia dapat meningkatkan aktivitas belajar kimia peserta didik kelas XI MIPA 8 SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2020/2021 yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan persentase rerata aktivitas belajar kimia sebanyak 15,07%.

Referensi

Arikunto, S. (2015). Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. https://doi.org/10.21831/jpai.v6i1.1793 Asrofah, T., Zailani, S., & Fernando, Y. (2010). Best practices for the effectiveness of benchmarking in the

Indonesian manufyacturing companies. Benchmarking. https://doi.org/10.1108/14635771011022343 Azis, A., & Yusuf, I. (2013). Aktivitas dan persepsi peserta didik dalam implementasi laboratorium virtual

pada materi Fisika Modern di SMA. Berkala Fisika Indonesia: Jurnal Ilmiah Fisika, Pembelajaran Dan Apliksinya, 5(2), 37–42.

Aziz, A., & Yusuf, I. (2013). Aktivitas Dan Persepsi Peserta Didik Dalam Implementasi Laboratorium Virtual Pada Materi Fisika Modern Di Sma. Berkala Fisika Indonesia, 5(2), 37–42.

Bailey, M. A. (2019). Teaching statistics: Going from scary, boring, and useless to, well, something better. PS - Political Science and Politics, 52(2). https://doi.org/10.1017/S1049096518002044

Bakshi, T., & Bhattacharyya, A. (2021). Socially Distanced or Socially Connected? Well-being through ICT Usage among the Indian Elderly during COVID-19. Millennial Asia.

https://doi.org/10.1177/0976399621989910

Brydon-Miller, M., Greenwood, D., & Maguire, P. (2003). Why Action Research? In Action Research (Vol. 1, Issue 1). https://doi.org/10.1177/14767503030011002

Dewi, T., Risma, P., & Oktarina, Y. (2018). Fuzzy logic simulation as a teaching-learning media for artificial intelligence class. Journal of Automation, Mobile Robotics and Intelligent Systems, 12(3).

https://doi.org/10.14313/JAMRIS_3-2018/13

Dobrzański, L. A., & Honysz, R. (2007). Materials science virtual laboratory as an example of the computer aid in materials engineering. Journal of Achievements in Materials and Manufacturing Engineering, 24(2), 219–222.

Hafsyah, S. N., Prihandono, T., & Yushardi. (2012). Penerapan model pembelajaran kolaboratif dengan Media Sederhana Pada Pembelajaran Fisika Di SMP. Jurnal Pembelajaran Fisika, 1(2), 160.

Hendrayati, H., & Pamungkas, B. (2007). Implementasi model hybrid learning pada proses pembelajaran mata kuliah statistika II di prodi manajemen FPEB UPI. FPEB UPI.

Ikhsan, M., & Afdal. (2016). Kajian motivasi belajar siswa dalam pembelajaran kimia menggunakan virtual lab). Jurnal Pendas Mahakam, 1(1), 66.

(6)

Keengwe, J., & Georgina, D. (2012). The digital course training workshop for online learning and teaching.

Education and Information Technologies, 17(4), 365–379. https://doi.org/10.1007/s10639-011-9164-x Lade, K., Chib, S., Karangutkar, S., & Jha, R. K. (2021). Impact of COVID-19 on mental health of management

students. European Journal of Molecular and Clinical Medicine, 8(1).

Mulyasa, E. (2009). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Remaja Rosdakarya.

Nishimura, T., Wakuta, M., Tsuchiya, K. J., Osuka, Y., Tamai, H., Takei, N., & Katayama, T. (2020).

Measuring school climate among japanese students—development of the Japan school climate inventory (JASC). International Journal of Environmental Research and Public Health, 17(12).

https://doi.org/10.3390/ijerph17124426

Nurseto, T. (2011). Membuat media pembelajaran yang menarik. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, 8(1), 21–22.

Poore, M. (2013). Using Social Media in the Classroom. British Library.

Sanjawa, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Strandar Proses Pendidikan. Kencana Perdana Media.

Supardi, S., & Hasanah, E. (2020). Junior high school students’ experiences of high technology based learning in Indonesia. International Journal of Learning, Teaching and Educational Research, 19(5).

https://doi.org/10.26803/ijlter.19.5.9

Swandi, A., Hidayah, S. N., & Irsan, L. J. (2014). Pengembangan Media Pembelajaran Laboratorium Virtual untuk Mengatasi Miskonsepsi Pada Materi Fisika Inti di SMAN 1 Binamu, Jeneponto (Halaman 20 sd 24). Jurnal Fisika Indonesia, 18(52).

Swandi, A., Nurul Hidayah, S., & Irsan, L. J. (2015). Pengembangan Media Pembelajaran Laboratorium Virtual untuk Mengatasi Miskonsepsi Pada Materi Fisika Inti di SMAN 1 Binamu, Jeneponto (Halaman 20 s.d. 24). Jurnal Fisika Indonesia, 18(52), 21. https://doi.org/10.22146/jfi.24399

Tatli, Z., & Ayas, A. (2013). Effect of a Virtual Chemistry Laboratory on Students ’ Achievement. Educational Technology & Society, 16(1), 159–170.

Tseng, M. L., Lin, R. J., & Chen, H. P. (2011). Evaluating the effectiveness of e-learning system in uncertainty.

Industrial Management and Data Systems, 111(6), 869–889.

https://doi.org/10.1108/02635571111144955

Udin, W. N., Ramli, M., & Muzzazinah. (2020). Virtual laboratory for enhancing students’ understanding on abstract biology concepts and laboratory skills: A systematic review. Journal of Physics: Conference Series, 1521(4). https://doi.org/10.1088/1742-6596/1521/4/042025

Yuniarti, F., Dewi, P., & Susanti, R. (2012). Pengembangan Virtual Laboratory Sebagai Media Pembelajaran Berbasis Komputer Pada Materi Pembiakan Virus. Journal of Biology Education, 1(1), 28–35.

https://doi.org/10.15294/jbe.v1i1.371

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan arah vertikal batang untuk kedua jenis kayu karet, tren menunjukkan bahwa nilai tekan sejajar serat kayu memiliki variasi.Untuk kayu karet bekas sadapan

hubungan yang sangat erat antara ayah, ibu dan anak. Hubungan tersebut terjadi karena anggota keluarga saling berinteraksi. Dari lingkungan itulah anak mengalami

Abstrak, -XGXO³ Peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen di kelas IV SDN 01 Sebetung Menyala´ WXMXDQ penelitian untuk

Kata hijrah dalam al- Qur‟an digunakan untuk meninggalkan sesuatu yang buruk dan jelek. Oleh karenanya hijrah merupakan bukti keimanan seseorang dalam usahanya

Masennus lisää sekä Alzheimerin taudin että verisuoniperäisen muistisairauden riskiä, joista jälkimmäisen riskiä enemmän (16,17).. Masennus lisää myös riskiä

Menurut (Sutaman 1993) bahwa kerang mutiara jenis (Pinctada Maxima) termasuk dalam kelompok hewan (filterfeeder) yaitu mengambil makanan dengan cara menyaring air laut

Teks Prosedural dapat kita temuakan di dalam media cetak maupun dalam jaringan (daring)/online. Salah satu media cetak yang memuat tekls prosedural yaitu pada sebuah majalah. Majalah

Berbatang kayu dengan warna hijau kotor yang bulat tebal dan tegak dengan diameter batang 45 cm memiliki daun tunggal yang berwarna hijau dan berbentuk