HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KEJADIAN ABORTUS DI RUMAH
SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH MAKASSAR
Sitti Maemunah1,Hasifah2, Sri Suryani3
1
STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2
STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3
Poltekkes Kemenkes Makassar
ABSTRAK
Menurut WHO, setiap tahun diperkirakan 40 – 70 kasus abortus per wanita usia reproduksi terjadi setiap tahun di seluruh dunia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan umur ibu, jumlah persalinan dan status perkawinan dengan kejadian abortus di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar. Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasi dengan rancangan retrospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien abortus yang dirawat di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar dengan total 389 kasus.Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling, didapatkan 197 responden sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi.Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan komputer program microsoft excel dan program statistik (SPSS) versi 18.0. Analisis data mencakup analisis univariat dengan mencari distribusi frekuensi, analisis bivariat dengan uji chi square(p<0,05). Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna (signifikan) antara umur ibu dengan kejadian abortus(p=0.000), adanya hubungan antara jumlah persalinan dengan kejadian abortus(p=0.001), dan terdapat pula hubungan antara status perkawinan dengan kejadian abortus(p=0.000).
Kata Kunci : Umur Ibu, Jumlah Persalinan, Status Perkawinan, Kejadian Abortus.
PENDAHULUAN
Kematian ibu merupakan tolak ukur kemampuan pelayanan kesehatan di suatu Negara. Penyebab kematian ibu seperti kehamilan yang dikendaki atau yang tidak dikendaki, komplikasi kehamilan dan peralinan seperti pendarahan, preeklamsia dan eklamsia, infeksi emboli air ketuban, dan anestesi. Selain itu angka kematian tersebut disebabkan juga oleh perdarahan pasca partus empat kali lebih banyak dibandingkan perdarahan antepartu (Johanes,2009).
Masalah abortus merupakan salah satu penyebab perdarahan yang terjadi pada kehamilan trisemester pertama dan kedua. Perdarahan ini dapat menyebabkan berakhirnya kehamilan (Wiknjosastro,2006). Abortus dapat terjadi secara spontan maupun provokatus. Abortus provokatus merupakan cara tertua yang dilakukan terhadap kehamilan yang tidak diinginkan. Abortus yang bedasarkan pertimbangan medis, misalnya bila kehamilan itu diteruskan dan membahayakan keselamatan atau nyawa ibu yang bersangkutan.Atas pertimbangan medik maka janin yang dikandung dapat digugurkan.Atau ibu mengidap suatu penyakit, misalnya mengalami gangguan jiwa atau jantung. Pengguran berlatar belakang medis
pun ada ketentuannya yaitu dengan catatan bahwa janin yang dikandungnya belum berumur 12 minggu (Firman, 2009).
Aborsi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah pengguguran kandungan. Makna aborsi lebih mengarah kepada suatu tindakan yang disengaja untuk mengakhiri kehamilan seorang ibu ketika janin sudah ada tanda-tanda kehidupan dalam rahim.Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau umur kurang dari 22 minggu (Sarwono,2008). Definisi lain abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun, spontan maupun buatan, sebelum janin mampu bertahan hidup. Batasan ini berdasar umur kehamilan dan berat badan (Handono,2009).
Berdasarkan data yang diperoleh di Rekam Medik Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar bahwa pada tahun 2010 jumlah abortus 383 orang, tahun 2011 jumlah abortus 408 orang dan pada bulan Januari sampai Desember 2012 jumlah abortus sebanyak 389 kasus dengan abortus spontan 254 dan abortus provacatus 135 kasus. Dari data tersebut menunjukkan bahwa kasus abortus yang terjadi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar masih cukup tinggi sehingga peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Karakteristik Ibu dengan kejadian abortus di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar (Data Rekam Medik RSIA Siti Fatimah Makassar).
BAHAN DAN METODE
Lokasi, populasi dan sampel penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian ini adalah korelasional dengan menggunakan rancangan retrospektif. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar pada tanggal 09 Januari sampai 04 Februari tahun 2013.
Populasi penelitian adalah semua pasien abortus yang di rawat di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar, dengan jumlah pasien abortus pada tahun 2012 sebanyak 389 orang. Penentuan besar sampel dengan menggunakan rumus didapatkan 197 responden sesuai dengan kriteria inklusi.
Jumlah responden di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar yang sesuai dengan criteria inklusi sebanyak 197 orang diambil dengan menggunakan rumus, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian adalah 197 responden.
b. Pasien yang rekam mediknya lengkap c. Ibu yang mengalami abortus tapi belum
menikah Pengumpulan data
Pengumpulan data dengan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari tempat penelitian, yaitu bagian rekam medik Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar. Pengolahan data dilakukan dengan:
1. Editing
Melihat apakah data telah terisi dengan lengkap.
2. Codding
Mengelompokkan jawaban sesuai menurut jenisnya dan member kode pada masing-masing jawaban menurut item pada lembar instrument.
3. Tabulasi
Memasukkan data dalam table distribusi frekuensi untuk memudahkan analisa data. Analisis data
Setelah data terkumpul kemudian ditabulasi dalam table dengan variable yang hendak diukur. Analisa data dilakukan melalui tahap editing, koding, tabulasi dan uji statistik. Analisis univariat dilakukan dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi.
Menggunakan bantuan program SPSS for windows 18,0. Melalui tahapan-tahapan, kemudian data dianalisis dengan menggunakan metode uji statistik univariat dilakukan untuk variable tunggal yang dianggap terkait dengan penelitian dan analisis bivariat untuk melihat distribusi atau hubungan beberapa variabel yang dianggap terkait dengan menggunakan uji chisquare.
Analisi data dilakukan dengan pengujian hipotesis nol (Ho) atau hipotesis yang akan ditolak. Dengan menggunakan uji Chi-square. Batas kemaknaan = 0,05, Ho ditolak jika p <0,05 dan Ho diterima jika p > 0,05. Jika p < α (0,05) maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima yang berarti ada hubungan antara karakteristik ibu dengan kejadian abortus.
Sedangkan jika p > α (0,05) maka hipotesis nol diterima dan hipotesis alternatif ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara karakteristik ibu dengan kejadian abortus. HASIL PENELITIAN
1. Hasil Analisis Univariat
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir, di Rumah Sakit Ibu
Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan,di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar, Tahun 2013
Pekerjaan Frekuensi Persentasi (%) responden terbanyak berjumlah 134 responden (68%) bekerja sebagai IRT, 15 responden (7.6%) tidak bekerja, terdapt 32 responden (16.2%) berwiraswasta dan hanya 16 responden (8.1%) yang bekerja sebagai PNS.
Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan kejadian abortus, di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar, Tahun 2013
Kejadian
Memperlihatkan bahwa terdapat 147 responden (74.6%) yang mengalami abortus spontan dan 50 responden (25.4%) mengalami abortus provokatus. Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan
umur ibu, di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar, Tahun 2013
Umur Ibu Frekuensi Persentasi (%) <20 dan >35
tahun 122 61.9
20-35 tahun 75 38.1
Total 197 100.0
Sumber: Data Sekunder 2013
Memperlihatkan bahwa terdapat 122 responden (61.9%) berada pada umur yang berisiko untuk terjadinya abortus yaitu usia< 20 tahun dan > 35 tahun.Sedangkan 75 responden (38.1%) tidak berisiko yang berada pada rentang umur 20 – 25 tahun. Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan jumlah persalinan, di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar, Tahun 2013
Jumlah
Memperlihatkan bahwa 66 responden (33.5%) berisiko untuk melakukan abortus apabila dilihat dari jumlah persalinan yang mana jumlah persalinan ibu ≥ 4 kali, dan 131 responden (66.5%) tidak berisiko untuk melakukan abortus apabila ditinjau dari jumlah persalinan ibu yang ≤ 3 kali.
Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan status perkawinan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar, Tahun 2013
Status
Sumber: Data Sekunder 2013
Memperlihatkan bahwa terdapat 179 responden (90.9%) tidak berisiko untuk melakukan abortus apabila dilihat dari status perkawinan dan 18 responden (9.1%) berisiko untuk melakukan abortus apabila ditinjau dari status perkawinan. 2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang apakah ada hubungan anatara variabel independent dengan variabel dependen. a. Umur responden terhadap kejadian
abortus di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar
Dari tabel 7 memperlihatkan bahwa terdapat 109 responden (55,3%) yang umurnya beresiko mengalami abortus spontan, 38 responden (19,3%) yang umurnya tidak berisiko mengalami abortus spontan. Terdapat pula 13 responden (6,6%) yang umurnya beresiko mengalami abortus provokatus. Dan 37 responden (18,8%) yang umurnya tidak beresiko mengalami abortus provokatus.
Hasil uji statistik memperlihatkan x2 hitung sebesar 36.688, sedangkan x2tabel berdasarkan df = 1 dengan taraf signifikansi 5% sebesar 3.841 dan nilai signifikansi sebesar 0.000. Oleh karena x2hitung <x2tabel (36.688>3.841) dan nilai signifikansi lebih besar dari 5% (p=0.000<α0.05) maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara umur ibu dengan kejadian abortus di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar.
b. Jumlah persalinan terhadap kejadian abortus di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar.
Tabel 8. Distribusi jumlah persalinan terhadap kejadian abortus di Rumah Sakit Ibu dan anak Siti Fatimah Sumber: Data Sekunder 2013
Dari tabel 8 memperlihatkan bahwa terdapat 40 responden (20,3%) yang jumlah persalinannya beresiko mengalami abortus spontan. 107 responden (54,3%) yang jumlah persalinannya tidak berisiko mengalami abortus spontan. Terdapat pula 26 responden (13,2%) yang jumlah persalinanya beresiko mengalami abortus provokatus Dan 24 responden (12,2%) yang status perkawinannya tidak beresiko mengalami abortus provokatus.
Hasil uji statistik memperlihatkan x2 hitung sebesar 10.291, sedangkan x2tabel berdasarkan df = 1 dengan taraf signifikansi 5% sebesar 3.841 dan nilai
signifikansi sebesar 0.001. Oleh karena x2hitung >x2tabel (10.291>3.841) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 5% (p=0.001<α0.05) maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara jumlah persalinan dengan kejadian abortus di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar.
c. Status perkawinan terhadap kejadian abortus di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar.
Tabel 9. Distribusi status perkawinan terhadap kejadian abortus di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Sumber: Data Sekunder 2013
Dari tabel 9 memperlihatkan bahwa terdapat 147 responden (74,6%) yang status perkawinannya tidak beresiko mengalami abortus spontan. Tidak terdapat ibu yang status perkawinannya berisiko mengalami aboortus spontan. Terdapat pula 32 responden (16,2%) yang status perkawinannya tidak beresiko mengalami abortus provokatus. Dan 18 responden (9,1%) yang status perkawinannya beresiko mengalami abortus provokatus.
Hasil uji statistik memperlihatkan x2 hitung sebesar 58.242, sedangkan x2tabel berdasarkan df = 1 dengan taraf signifikansi 5% sebesar 3.841 dan nilai signifikansi sebesar 0.000. Oleh karena x2hitung >x2tabel (58.242>3.841) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 5% (p=0.000<α0.05) maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara status perkawinan dengan kejadian abortus di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar.
PEMBAHASAN
1. Hubungan antara umur ibu dengan kejadian abortus di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar.
berada pada umur yang berisiko untuk terjadinya abortus yaitu usia < 20 tahun dan > 35 tahun.Sedangkan 75 responden (38.1%) tidak berisiko yang berada pada rentang umur 20 – 25 tahun.
Hasil ujistatistik memperlihatkan bahwa ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara umur ibu dengan kejadian abortus di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassardengan nilai signifikansilebih kecil dari 5% (p=0.000>α=0.05).
Hasil penelitian ini sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan Kasman (2010) yang mengatakan bahwa perempuan dengan umur kategori risiko tinggi lebih banyak melakukan aborsi sebanyak 60,1%. Begitu halnya dengan penelitian yang dilakukan Fattah (2001) di RS Labuang Baji Makassar, menemukan bahwa kelompok umur yang paling banyak melakukan aborsi adalah umur kelompok berisiko (umur <25 tahun dan wanita ≥35) sebanyak 55,5%.
Apabila dibandingkan dengan teori yang ada, tidak terdapat kesenjangan anatara hasil penelitian dengan pendapat Erlina yang menyatakan bahwa usia seorang ibu memiliki peranan yang penting dalam terjadinya abortus. Semakin tinggi usia maka risiko terjadinya abortus semakin tinggi pula. Umur maternal merupakan faktor risiko independen terhadap terjadinya keguguran selanjutnya karena semakin tua umur ibu berpengaruh terhadap fungsi ovarium, dimana sel telur yang berkualitas akan semakin sedikit, yang berakibat abnormalitas kromosom hasil konsepsi yang selanjutnya akan sulit berkembang (Cunningham dkk.,2000). 2. Hubungan jumlah persalinan terhadap
kejadian abortus di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar.
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa terdapat 66 responden (33.5%) berisiko untuk melakukan abortus apabila dilihat dari jumlah persalinan yang mana jumlah persalinan ibu ≥ 4 kali, dan 131 responden (66.5%) tidak berisiko untuk melakukan abortus apabila ditinjau dari jumlah persalinan ibu yang ≤ 3 kali.
Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara jumlah persalinan terhadap kejadian abortus di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 5% (p=0.001<α0.05).
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa perempuan dengan paritas yang tidak berisiko (pernah melahirkan sebanyak 1-3 kali), cenderung memiliki sikap positif terhadap aborsi, sedangkan perempuan dengan paritas yang berisiko (belum pernah melahirkan atau telah melahirkan ≥4 kali) cenderung memiliki sikap negatif terhadap aborsi. Ini dikarenakan perempuan yang sering melahirkan cenderung untuk melakukan aborsi apalagi ketika mengalami kehamilan yang tidak dinginkan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang mengemukakan bahwa sikap ibu terhadap aborsi dipengaruhi oleh banyaknya pengalaman melahirkan. Aborsi sering terjadi pada kehamilan pertama, karena faktor fisik ataupun alasan sosial (hamil diluar nikah), belum siap memiliki anak, dimana mereka berada pada paritas 0. Aborsi juga banyak terjadi pada paritas tinggi ≥4 karena kegagalan kontrasepsi dengan alasan ekonomi (Saifuddin, 2002). 3. Hubungan status perkawinan terhadap
kejadian abortus di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar.
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa terdapat 18 responden (9.1%) berisiko untuk melakukan abortus apabila dilihat dari status perkawinan dan 179 responden (90.9%) tidak berisiko untuk melakukan abortus apabila ditinjau dari status perkawinan.
Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara status perkawinan dengan kejadian abortus di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 5% (p=0.000<α0.05).
Berdasarkan tabel 9 Menunjukkan bahwa terdapat 147 responden yang tidak beresiko/menikah mengalami abortus spontan dan 32 responden yang tidak beresiko/menikah mengalami abortus provokatus. Terdapat pula 18 responden yang belum menikah melakukan abortus provokatus.
113 kasus kehamilan yang tidak dikehendaki (KTD) sehingga status perkawinan berhubungan dengan kejadian abortus (Tanjung et al., 2001 dalam Mariana, 2006)
KESIMPULAN
1. Terdapat hubungan yang bermakna (signifikan) antara umur ibu dengan kejadian abortus di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar.
2. Terdapat hubungan yang bermakna (signifikan) antara jumlah persalinan dengan kejadian abortus di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar. 3. Terdapat hubungan yang bermakna
(signifikan) antara status perkawinan dengan kejadian abortus di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar. SARAN
1. Kepada pihak Rumah Sakit Ibu dan anak Siti Fatimah Makassar agar dapat
meningkatkan promosi, konseling dan penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan terutama pada awal kehamilan sebagai deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dan tanda bahaya kehamilan dalam usaha menurunkan angka kejadian abortus inkompletus. 2. Kepada Dinas kesehatan agar lebih
menekankan kepada petugas kesehatan dalam pelaksanaan Ante Natal Care (pemeriksaan kehamilan) untuk mendeteksi faktor risiko yang berpengaruh kepada kesehatan ibu dan janin sedini mungkin sehingga dapat menurunkan kejadian abortus inkompletus.
3. Diupayakan memantapkan pelayanan program keluarga berencana yang bertujuan untuk menunda kehamilan, mengatur jarak kehamilan atau mencegah kehamilan jika jumlah anak yang diinginkan sudah tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Ariani,Fluriola.2011.Manajemen Aborsi Inkomplit. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Aziz,Alimul. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.Salemba. Medika:Jakarta.
Cunningham dkk, 2000. Abortus, Suyono,J., dan Hartono, A.,(alih bahasa), Obstetri Williams, EGC:Jakarta.
Darmayan,yahya.2004. Abortus di Indonesia, (on-line).(http://www.bpkpenabur.or.id. Diakses 11 november 2012).
Enjun,J. 2005. Abortus Aman dan tidak Aman, (on-line). (http://www.kesrepro.co.id. Diakses 10 novemebr 2012).
Fattah, Sri Yanti. 2001. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Abortus Di Rumah Sakit Labuang Baji
Makassar Tahun 2009. Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS Makassar.
Fauzi,Ahmad.2005.Abortus tidak aman penyebab kematian ibu,(on-line) (http://www.kesrepro.info.com. Diakses 5 november 2012).
Hardono, Budi. 2009. Abortus Berulang, Refika Aditama:Bandung.
Hawari, Dadang. 2006. Psikiater Aborsi Dimensia Psikoreligi, Fakultas Kedokteran UI: Jakarta.
Helianty, Sri. 2005. Aborsi sebagai solusi, (on-line), (http://www.republika.co.id. Diakses 5 november 2012).
Kasman, 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Sikap Terhadap Aborsi Pada Wanita Usia Subur Di
Kelurahan Tamalanrea Kecamatan Tamalanrea Makassar Tahun 2010. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Makassar-UNHAS.
Mariana, 2006. Hubungan Kehamilan Yang Tidak Dikehendaki Dengan Aborsi Pada Perempuan Muda (Remaja)
Menikah Dan Tidak Menikah Di Kota Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur. Thesis : Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta.
Mitayani, 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika:Jakarta.
Saifuddin, A, B, dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:Jakarta.
Subaidah.2010. Abortus Provocatus pada korban perkosaan dalam perspektif hukum pidana, (on-line), diakses 15 november 2012.
Sujiyatini. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Nuha Medika.Yogyakarta.
Sulistyawati.2009. Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan. Salemba Medika:Jakarta.
Suyanto. 2011. Metode dan Aplikasi Penelitian Keparawatan. Ed I. Nuha Medika: Yogyakarta.
Syahputra M, Ridho. 2005. Legalisasi Aborsi, Nilai pancasila, agama dan hukum, (on-line), (http://waspada.co.id. Diakses 7 november 2012).