• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan karakteristik Ibu dan asuhan yang diterima dengan kejadian persalinan patologis di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan karakteristik Ibu dan asuhan yang diterima dengan kejadian persalinan patologis di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2007"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DAN ASUHAN YANG

DITERIMA DENGAN KEJADIAN PERSALINAN PATOLOGIS

DI RSU SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2007

TESIS

Oleh

CHRISTINA ROOS ETY 047023003/AAK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008

(2)

ABSTRAK

Persalinan adalah peristiwa lahirnya air ketuban, anak, plasenta dari rahim ibu dengan tenaga ibu sendiri. Proses persalinan tidak selamanya berpula langsung normal namun dapat pula abnormal (patologis). Terjadinya persalinan patologis dapat

diakibatkan oleh faktor ibu, faktor bayi, dan faktor penolong.

Di Indonesia angka kematian ibu (AKI) lebih tinggi dari negar Asean lainnya, yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu tersebut berubungan dengan kehamilan pernafasan dan nifas. Di Rumah Sakit Sari Mutiara kejadian persalinan patologis masih tinggi yaitu 67 % dari 577 kelahiran. Ini tidak sesuai dengan angka yang diprogramkan pemerintah di Rumah Sakit Swasta yaitu hanya 15 %.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik dan asuhan yang diterima ibu dengan kejadian persalinan patologis di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2007. Jenis Penelitian ini adalah analitik dengan desai cross sectional dengan jumlah sampel 40. Pengumpulan data diperoleh dari status pasien dan instrumen wawancara. Data dianalisis secara univariat, bivariat, multiivariat dengan analisis regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan umur, pendidikan, paritas dengan kejadian persalinan patologis. Sedangkan perilaku ibu, asuhan kala satu, dua, dan tiga,empat ada hubungannya dengan kejadian persalinan patologis. Belum dilakukan secara lengkap asuhan setiap kala dalam persalinan. Hal ini dapat mengakibatkan masalah pada ibu dan janin, sehingga ibu bersalin dengan patologis.

Kala 1 persalinan memerlukan waktu yang cukup lama sekitar 8-12 jam. Oleh karena itu disarankan agar setiap penolong persalinan lebih sabar dalam memberikan asuhan. Bagi penolong persalinan dimasyarakat baik di RS, klinik bersalin, bidan praktek swasta maupun puskesmas menerapkan APN (Asuhan Persalinan Normal) setiap melonong persalinan.

(3)

ABSTRACT

Childrbirth is an event in which amniotic fluid, baby placenta came out of mother’s womb pushed by mother’s own power. The process of childbirth pathological childbirth can becaused by the factors of the mother, the baby itself and the birth attendant.

In Indonesia, the rate maternal mortality is higher than the other Asean countries, namely 307 per life birth. The maternal mortality is related to preganancy, childbirth, and the period after childbirth. The incident of pathological childbirth in Sari Mutiara Hospital is still high namely 67% out of 577 deliveries. This does not match thenumber programmed by the goverment (15%) which is applied in the private hospitals.

The purpose of this analytical studi with cross-sectional design is to find out of relatinship between the characteristic and treatment received by mothers and the incident of pathological childbirth in Sari Mutiara Hospital in 2007. The sampel for this study is 40. The data were obtained through the study patien’s status and multivariate with logistic regression analysis.

The result of study shows that there is no relationship between age, education, parity and the incident of pathological childbirth. Mothers behaviour and the treatment given at the period of cervix opening (Kala 1, 2,3 dan 4) have a relationship witha the incident of pathological childbirth. Complete treatment at each period of cervix opening during the process of childbirth has not been done. This can cause a problem to the fetus and mother that the mother will have the pathological childbirth.

Kala 1 ( the opening of cervix from 1-10 cm ) during childbirth takes a quite long time (about 8-12 hours). Therefore, it is suggested that the birth attendant must be more patient in giving treatment and any birth attendant or midwife working in the community either in a hospital, clinic for childbirth, private practice or Community Health Center apply the Normal Childbirth Treatment ( APN ) when they involve in the process of childbirth.

Keyword: Pathological childbirth, Treatment.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Tuhan Yang Maha Esa berkat berkah dan karuniaNya tesis

yang berjudul: “Hubungan karakteristik Ibu dan asuhan yang diterima dengan kejadian persalinan patologis di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2007” ini dapat diselesaikan dengan baik. Secara khusus disampaikan kepada pihak-pihak yang telah

berjasa dalam memberi kritik dan saran untuk penulisan tesis ini yaitu:

1. Ibu Prof. Dr.Ir.T.Chairun Nisa B, MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Ketua Program Studi Administrasi

Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Prof.Dr. Dra. Ida Yustina, MS selaku Ketua Program Studi Administrasi

Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Jules H. Hutagalung, MPH selaku Dosen Pembimbing

5. Dra. Syarifah, MS selaku Dosen Penguji

6. Dra. Ivan Elisabeth, M.Kes selaku ketua STIKes Mutiara Indonesia yang telah

memberikan dorongan moril dan materil yang tak terhingga bagi penulis.

7. Teristimewa, rasa hormat dan terima kasih penulis kepada suami tersayang

Lamasi Parhusip, SH dan ananda Monalisa Parhusip yang selalu mendoakan

agar penulis menyelesaikan sekolah ini dengan baik.

Akhirnya penulis menyadari dalam penulisan tesis ini masih banyak

kekurangannya, oleh karene itu saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan

(5)

iv Penulis berharap tesis ini kiranya dapat bermanfaat bagi pihak yang

berkepentingan, semua penolong persalinan di Rumah Sakit, Puskesmas, klinik-klinik

bersalin dan peneliti lain pada masa yang akan datang.

Medan, Mei 2008

Penulis

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Christina Roos Etty

Tempat/ Tanggal Lahir : Nainggolan, 15 Januari 1967

Alamat : Jalan Budi Luhur Gg.Rotan No.8

Sei Kambing Medan

Riwayat Pendidikan

1. Perawat Bidan Pendidik Balige Tahun 1981

2. Sekolah Guru Perawat Badan Tahun 1986

3. Akademi Perawat Program Keguruan Bandung tahun 1994

4. D-IV Pendidik USU tahun 2001

5. Program Magister AAK Peminatan Epidemiologi Tahun 2008

Riwayat Pekerjaan

1. Bidan di Rumah Sakit HKBP Balige Tahun 1981-1984

2. Guru SPK/ Bidan RS HKBP Balige Tahun 1986-1991

3. Dosen AKPER/ AKBID Sari Mutiara Medan Tahun 1994-2001

(7)

DAFTAR ISI

2.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan Patologis ... 7

2.2 Perubahan-perubahan Fisiologis dala Persalinan... 13

2.3Peran Asuhan dalam Persalinan Patologis ... 13

2.3.1 Asuhan Selama Persalinan Kala I ... 13

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional ... 24

3.5.1 Variabel... 24

3.5.2 Defenisi Operasional... 24

3.6 Metode Pengukuran ... 25

3.6.1 Perilaku Ibu ... 25

3.6.2 Asuhan yang diterima Ibu selama Persalinan ... 26

3.7 Metode Analisa Data... 27

(8)

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 28

Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Sari Mutiara

Medan ... 28 Analisis Univariat Karakteristik Responden... 30 Analisis Bivariat Karakteristik dengan Kejadian

Persalinan Patologis ... 34 Hubungan Umur Responden dengan Kejadian

Persalinan Patologis ... 34 Hubungan Paritas Responden dengan Kejadian

Persalinan Patologis ... 35 Hubungan Pendidikan Responden dengan Kejadian

Persalinan Patologis ... 37 Hubungan Perilaku Responden dengan Kejadian

Persalinan Patologis ... 37 Hubungan Asuhan Kala I dengan Kejadian

Persalinan Patologis ... 389 Hubungan Asuhan Kala II dengan Kejadian

Persalinan Patologis ... 39 Hubungan Asuhan Kala III dengan Kejadian

Persalinan Patologis ... 40 Hubungan Asuhan Kala I dengan Kejadian

Persalinan Patologis ... 41 4.4 Analisis Multivariat ... 42

BAB 5 PEMBAHASAN ... 44

5.1 Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Persalinan

Patologis... 44 5.2 Hubungan Paritas Ibu dengan Kejadian Persalinan

Patologis ... 45 5.3 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian Persalinan

Patologis... 45 5.4 Hubungan Perilaku Ibu dengan Kejadian Persalinan

Patologis... 46 5.5 Hubungan Asuhan Kala I dengan Kejadian Persalinan

Patologis... 49 5.6 Hubungan Asuhan Kala II dengan Kejadian Persalinan

Patologis... 50 5.7 Hubungan Asuhan Kala III dengan Kejadian Persalinan

Patologis... 50 5.8 Hubungan Asuhan Kala IV dengan Kejadian Persalinan

Patologis... 51

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 53 6.2 Saran ... 54

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Jumlah Tempat Tidur menurut Kelas di RSU Sari Mutiara Medan

Tahun 2007 ... 29

2. Tenaga Para Medis Perawatan RSU Sari Mutiara Medan Tahun

2007 ... 30

3. Distribusi Karakteristik Responden di Rumah Sakit Umum

Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 30

4. Distribusi Perilaku Responden Selama Hamil di Rumah Sakit

Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 32

5. Distribusi Asuhan Persalinan di Rumah Sakit Umum Sari

Mutiara Medan Tahun 2007... 33

6. Hubungan umur Ibu dengan Kejadian Persalinan Patologis

di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 34

7. Hubungan Paritas Ibu dengan Kejadian Persalinan Patologis

di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 35

8. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian Persalinan Patologis

di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 36

9. Hubungan Perilaku Ibu dengan Kejadian Persalinan Patologis

di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 37

10.Hubungan Asuhan Kala I dengan Kejadian Persalinan Patologis

di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 38

11.Hubungan Asuhan Kala II dengan Kejadian Persalinan Patologis

di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 39

12. Hubungan Asuhan Kala III dengan Kejadian Persalinan Patologis

di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 40

(10)

13.Hubungan Asuhan Kala IV dengan Kejadian Persalinan Patologis

di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 42

14.Hasil Uji Regresi Berganda Variabel Perilaku Ibu, Asuhan

yang diterima ibu pada Kala I, II, III dan IV di RSU SariMutiara

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penlitian... 22

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1. Kuesioner Penelitian ... 57

2. Data Hasil Penelitian

3. Out Put SPS

(13)

ABSTRAK

Persalinan adalah peristiwa lahirnya air ketuban, anak, plasenta dari rahim ibu dengan tenaga ibu sendiri. Proses persalinan tidak selamanya berpula langsung normal namun dapat pula abnormal (patologis). Terjadinya persalinan patologis dapat

diakibatkan oleh faktor ibu, faktor bayi, dan faktor penolong.

Di Indonesia angka kematian ibu (AKI) lebih tinggi dari negar Asean lainnya, yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu tersebut berubungan dengan kehamilan pernafasan dan nifas. Di Rumah Sakit Sari Mutiara kejadian persalinan patologis masih tinggi yaitu 67 % dari 577 kelahiran. Ini tidak sesuai dengan angka yang diprogramkan pemerintah di Rumah Sakit Swasta yaitu hanya 15 %.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik dan asuhan yang diterima ibu dengan kejadian persalinan patologis di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2007. Jenis Penelitian ini adalah analitik dengan desai cross sectional dengan jumlah sampel 40. Pengumpulan data diperoleh dari status pasien dan instrumen wawancara. Data dianalisis secara univariat, bivariat, multiivariat dengan analisis regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan umur, pendidikan, paritas dengan kejadian persalinan patologis. Sedangkan perilaku ibu, asuhan kala satu, dua, dan tiga,empat ada hubungannya dengan kejadian persalinan patologis. Belum dilakukan secara lengkap asuhan setiap kala dalam persalinan. Hal ini dapat mengakibatkan masalah pada ibu dan janin, sehingga ibu bersalin dengan patologis.

Kala 1 persalinan memerlukan waktu yang cukup lama sekitar 8-12 jam. Oleh karena itu disarankan agar setiap penolong persalinan lebih sabar dalam memberikan asuhan. Bagi penolong persalinan dimasyarakat baik di RS, klinik bersalin, bidan praktek swasta maupun puskesmas menerapkan APN (Asuhan Persalinan Normal) setiap melonong persalinan.

Kata Kunci: Persalinan Patologis, Asuhan

(14)

ABSTRACT

Childrbirth is an event in which amniotic fluid, baby placenta came out of mother’s womb pushed by mother’s own power. The process of childbirth pathological childbirth can becaused by the factors of the mother, the baby itself and the birth attendant.

In Indonesia, the rate maternal mortality is higher than the other Asean countries, namely 307 per life birth. The maternal mortality is related to preganancy, childbirth, and the period after childbirth. The incident of pathological childbirth in Sari Mutiara Hospital is still high namely 67% out of 577 deliveries. This does not match thenumber programmed by the goverment (15%) which is applied in the private hospitals.

The purpose of this analytical studi with cross-sectional design is to find out of relatinship between the characteristic and treatment received by mothers and the incident of pathological childbirth in Sari Mutiara Hospital in 2007. The sampel for this study is 40. The data were obtained through the study patien’s status and multivariate with logistic regression analysis.

The result of study shows that there is no relationship between age, education, parity and the incident of pathological childbirth. Mothers behaviour and the treatment given at the period of cervix opening (Kala 1, 2,3 dan 4) have a relationship witha the incident of pathological childbirth. Complete treatment at each period of cervix opening during the process of childbirth has not been done. This can cause a problem to the fetus and mother that the mother will have the pathological childbirth.

Kala 1 ( the opening of cervix from 1-10 cm ) during childbirth takes a quite long time (about 8-12 hours). Therefore, it is suggested that the birth attendant must be more patient in giving treatment and any birth attendant or midwife working in the community either in a hospital, clinic for childbirth, private practice or Community Health Center apply the Normal Childbirth Treatment ( APN ) when they involve in the process of childbirth.

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health

Organisation (WHO) karena angka kematian ibu dan anak merupakan bahagian dari

negara Asean yang mempunyai angka kematian Ibu dan Anak yang masih tinggi

dibandingkan dengan negara lain.

Menurut SDKI (2003) angka kematian ibu (AKI) di Indonesia 307 per

100.000 kelahiran hidup yaitu 3-6 kali lebih tinggi dari negara ASEAN lainnya. AKI

di Indonesia bahkan lebih jelek dari negara Vietnam yaitu 95 per 100.000 kelahiran

hidup. AKI di Indonesia sekitar 18.000 setiap tahun yang berhubungan dengan

kehamilan dan persalinan, hal ini berarti setiap setengah jam seorang perempuan

meninggal yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, hal ini berarti setiap

setengah jam seorang perempuan meninggal yang berhubungan dengan kehamilan,

persalinan dan nifas.

Kematian ibu tersebut erat kaitannya dengan karakteristik ibu yang meliputi

umur, pendidikan, paritas dan perilaku yang berpengaruh terhadap kondisi kesehatan

ibu selama hamil yang dapat mempengaruhi proses persalinan normal atau patologis.

Resiko terjadi komplikasi pada persalinan terjadi 12% pada usia kurang dari 20 tahun

dan 26% pada usia 40 tahun (Ningrum E.W, 2005). Sementara kematian ibu karena

komplikasi persalinan akibat perdarahan sebelum dan sesudah persalinan meningkat

dengan bertambahnya paritas.

(16)

Hasil penelitian Felly dan Snewe (2003), 25,5 % responden yang mengalami

persalinan patologis yang terbesar adalah akibat komplikasi persalinan dengan partus

lama. Dari kejadian persalinan patologis tersebut 27,5 % terjadi pada responden yang

berumur lebih dari 35 tahun, dan pemeriksaan kehamilan kurang dari 4 kali. Bila

kondisi kesehatan ibu selama hamil tidak baik, ibu mempunyai resiko 3,2 kali

mengalami komplikasi dalam persalinan.

Penelitian Sibuea (2007) dari 366 ibu yang mengalami persalinan patologis

tindakan seksio sesaria akibat partus tidak maju sebanyak 226 (50,33%) dan (81,5%)

tidak melakukan perawatan tehadap kehamilan. Kematian akibat pesalinan patologis

lebih rendah pada umur 20-30 tahun dan jumlah paritas rendah dari pada ibu yang

kurang dari 20 tahun. Tingkat pendidikan yang rendah pada persalinan patologis lebih

tinggi dari pendidikan perguruan tinggi.

Penelitian Ridwan dan Wahyuni (2005) komplikasi persalinan yang

mengakibatkan persalinan patologis adalah perilaku ibu selama hamil yang

pemeriksaan kehamilan kurang dari empat kali, tidak makan tablet zat besi dan asupan

gizi yang kurang, mengakibatkan ibu mengalami anemia. Bila ibu mengalami anemia

dapat mengakibatkan komplikasi pada kehamilan dan persalinan yaitu perdarahan

sebelum dan sesudah melahirkan, gangguan kontraksi rahim, partus lama, kurang

daya tahan tubuh terhadap infeksi dan produksi air susu ibu kurang.

Penelitian lain tentang perilaku senam selama kehamilan menunjukkan bahwa

ibu yang melakukan senam hamil mengalami persalinan lebih cepat dibanding dengan

ibu hamil yang tidak melakukan senam hamil, karena senam hamil dapat

meningkatkan aliran darah ke uterus, membantu ibu hamil memperoleh power

(17)

Gulardi H, (2006) menyatakan AKI dapat diturunkan sekitar 317 (85%) dari

AKI saat ini, jika ibu berperilaku hidup sehat selama kehamilan yaitu merawat

kehamilan dengan baik melalui asupan gizi yang baik, memakan tablet zat besi,

melakukan senam hamil, perawatan jalan lahir, menghindari merokok dan makan obat

tanpa resep. Melakukan kunjungan minimal empat kali untuk mendapat informasi dari

petugas kesehatan tentang perawatan yang harus dilakukan.

Asuhan persalinan yang diberikan pada ibu selama persalinan sejak kala satu,

dua, tiga dan empat, menentukan jenis persalinannya apakah normal, atau patologis.

adapun asuhan yang diberikan adalah informasi tentang proses persalinan, perawatan

selama persalinan, tindakan persalinan dan dukungan persalinan dari keluarga dan

petugas (IBI, 2005)

Letsi (2006) menyatakan hanya 2 dari 10 persalinan memerlukan tindakan

spesialis kebidanan, atau sekitar 10-15% proses kehamilan dan persalinan berakhir

dengan patologis. Ini erat kaitannya dengan perawatan ibu selama masa kehamilan

dan persalinan kurang baik, sehingga dalam persalinan banyak mengalami masalah

bahkan komplikasi sehingga persalinan menjadi patologis.

Tingginya kejadian persalinan patologis diakibatkan oleh tiga terlambat yaitu

terlambat melihat tanda-tanda bahaya kehamilan, terlambat mengambil keputusan

untuk merujuk, terlambat memperoleh asuhan asuhan persalinan yang tepat setelah

sampai di sarana kesehatan.

Selain itu karakteristik ibu juga dapat mempengaruhi persalinan patologis,

yang dikenal dengan empat terlalu yaitu: terlalu muda melahirkan anak, dimana

panggul ibu belum tumbuh secara sempurna sehingga kepala tidak dapat melewati

jalan lahir, terlalu tua melahirkan. Ibu yang melahirkan anak pertama lebih dari umur

35 tahun jalan lahir menjadi kaku sehingga sulit anak sulit lahir, terlalu banyak

(18)

melahirkan anak dan terlalu sering melahirkan (jarak <2 tahun). Kondisi tersebut

dapat mengakibatkan gangguan kontraksi uterus, sehingga dapat mengakibatkan

perdarahan setelah persalinan. Di Indonesia kejadian persalinan patologis 65 % terjadi

disebabkan pada salah satu dari empat T tersebut diatas. Selain itu kurangnya

partisipasi masyarakat karena tingkat pendidikan, sosial ekonomi dan kedudukan

wanita dalam keluarga masih rendah, serta sosial budaya yang tidak mendukung

(Sarwono, 2005).

WHO mengembangkan konsep melalui empat pilar safe motherhood yaitu

keluarga berencana, asuhan antenatal, persalinan bersih dan aman serta pelayanan

obstetri dasar. Tujuan upaya ini adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan

kematian ibu hamil, bersalin dan nifas, disamping menurunkan angka kesakitan dan

kematian bayi baru lahir. Untuk mencapai tujuan tersebut Depkes RI (1999)

melakukan upaya safe motherhood yaitu berupaya menyelamatkan wanita agar

setiap wanita yang hamil dan bersalin dapat dilalui dengan sehat dan aman serta

menghasilkan bayi yang sehat dan aman.

Di Indonesia kejadian persalinan patologis dengan tindakan seksio sesaria

meningkat terus, baik di rumah sakit pendidikan, maupun rumah sakit swasta.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gulardi dan Basamalah (1993) terhadap

64 rumah sakit di Jakarta tercatat 17.665 kelahiran hidup, sekitar 35,7-55,3 %

melahirkan dengan seksio sesaria. Di Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo

Jakarta pada tahun 1999-2000 dari 404 persalinan per bulan 30 % seksio sesaria.

Sementara di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan tahun 2005-2006 tercatat dari

712 persalinan, 45,4 % diantaranya adalah persalinan patologis bedah sesaria dan

(19)

Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan adalah salah satu rumah sakit

swasta yang dipercayakan menerima pasien Jamsostek, Askeskin dan pasien

umum. Di rumah sakit ini angka persalinan patologis juga cukup tinggi yaitu

631 persalinan tahun 2004, 64 % diantaranya persalinan patologis dan tahun

2005 dari 551 persalinan 67 % merupakan persalinan patologis. Angka ini jauh

lebih tinggi dibanding dengan angka standar yang ditetapkan oleh Departemen

Kesehatan yaitu sebanyak 15 % bagi rumah sakit swasta (Data Rekam Medik

RS Sari Mutiara, 2004 dan 2005).

Mengingat pentingnya kesehatan ibu dan bayi pada tanggal 12 Oktober

2000, pemerintah telah mencanangkan Making Pregnancy Safer (MPS),

Gerakan Nasional Kehamilan yang aman melindungi hak reproduksi dan hak

azazi manusia dengan cara mengurangi beban kesalahan, kecacatan, kematian,

yang berhubungand dengan kehamilan dan persalinan. Oleh karena itu

Departemen Kesehatan melalui dinas kesehatan propinsi menganjurkan kepada

setiap penolong persalinan baik di klinik, puskesmas maupun rumah sakit harus

mendapatkan pelatihan dan mempunyai sertifikat Asuhan Persalinan Normal

(APN) supaya ibu mendapat asuhan yang tepat sejak kala satu, dua, tiga dan

empat selama persalinan sehingga persalinan dapat berlangsung normal.

Berdasarkan gambaran di atas, maka penulis merasa tertarik untuk

meneliti tentang hubungan karakteristik dan asuhan yang diterima ibu dengan

kejadian persalinan patologis.

(20)

1.2Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan karakteristik ibu: umur, paritas, pendidikan,

perilaku dan asuhan kala I,II,III,IV yang diterima ibu selama persalinan dengan

kejadian persalinan patologis?

1.3Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu (umur, paritas,

pendidikan, perilaku) dan asuhan kala (I, II, III, IV) yang diterima ibu selama

persalinan dengan kejadian persalinan patologis.

1.4Hipotesis Penelitian

a. Ada hubungan umur, pendidkan, paritas, perilaku dengan kejadian

persalinan patologis.

b. Ada hubungan asuhan yang diterima ibu pada kala I,II,III dan IV dengan

kejadian persalinan patologis.

c. Ada hubungan karakteristik ibu dan asuhan kala I-IV dengan kejadian

persalinan.

1.5Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan pada rumah sakit dalam menyusun program dan

pembuatan protokol tetap pada ibu hamil, bersalin dan nifas.

b. Bagi peneliti, pengalaman melakukan penelitian pada ibu bersalin.

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persalinan Patologis.

Persalinan patologis disebut juga dengan dystocia berasal dari bahasa

Yunani. Dys atau dus artinya jelek atau buruk, tocos artinya persalinan.

Persalinan patologis adalah persalinan yang membawa satu akibat buruk bagi

ibu dan anak. (Departemen of Gynekologi, 1999). Sementara persalinan normal

menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko rendah

pada awal persalinan dan tetap selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara

spontan dalam persentase belakang kepala usia kehamilan 37 minggu sampai 42

minggu, setelah persalinan ibu dan bayi dalam kondisi sehat. (Depkes, 2002).

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup dari uterus melalui vagina ke dunia luar (Wikjiosastro, 2002). Sementara

menurut Irene dan Margaret (2002) persalinan adalah proses bergeraknya janin,

plasenta dan membrane keluar dari uterus yang tidak disadari yang

menghasilkan affacement dan dilatasi cerviks yang menghasilkan persalinan.

2.1.1 Faktor-Faktor yang mempengaruhi persalinan patologis

1. Power adalah kekuatan oleh adanya His atau Kontraksi rahim. Kontraksi

rahim terjadi sejak awal persalinan yaitu pada kala I. His yang tidak adekuat

dapat mengakibatkan persalinan patologis pada setiap kala persalinan. Pada

awal kala I his masih jarang yaitu satu kali dalam 15 menit dan kekuatan 20

detik, semakin lama makin cepat, yaitu 3 kali dalam 10 menit dengan kekuatan

60 detik, yang memerlukan waktu sekitar 8 sampai 12 jam pada primi para dan

12 jam pada multi para. Bila kontraksi rahim tidak adekuat, dapat

mengakibatkan serviks sebagai jalan lahir tidak terbuka. Oleh karena itu untuk

(22)

merangsang kontraksi rahim dilakukan induksi persalinan dengan menggunakan

sintosinon drip. Apabila kemajuan persalinan juga tidak ada maka biasanya

dilakukan tindakan bedah yaitu dengan seksio sesaria (Sarwono, 2005).

Pada kala II, yaitu sejak pembukaan jalur pertama jalan lahir lengkap,

bila kontraksi rahim tidak adekuat maka dilakukan induksi persalinan dengan

menggunakan sintosinon drip. Apabila ibu kelelahan dan tidak mampu untuk

mengedan untuk menyelamatkan ibu dan janin dilakukan tindakan pertolongan

persalinan dengan menggunakan Vakum ekstraksi untuk melahirkan kepala.

(Sarwono, 20005).

Kala III persalinan adalah kala pengeluaran uri, Uri lahir sekitar 10

sampai 15 menit setelah anak lahir. Jika uri belum lahir lebih dari 30 menit,

kemungkinan masalah pada kala III yaitu uri tertahan akibat kontraksi rahim

tidak ada, selain itu uri lengket erat pada dinding rahim, hal ini dapat

mengakibatkan pendarahan. Untuk merangsang rahim dilakukan manajemen

aktif kala III yaitu: Pemberian sintosinon satu ampul, disuntik dengan intra

muskuler. Melakukan message pada rahim, peregangan pusat terkendali.

Apabila uri tidak lahir dilakukan Manual plasenta yaitu memasukkan tangan

kedalam rahim untuk melahirkan uri. (Pusdiknakes, 2003).

Kala IV persalinan yaitu sejak uri lahir sampai 2 jam pasca persalinan.

Kala IV disebut juga dengan kala pengawasan. Kemungkinan terjadi pendarahan

masih ada akibat kontraksi rahim yang tidak ada, robekan jalan lahir, Uri

tertinggal sebagian dan adanya gangguan pembekuan darah. Peredaran selama

persalinan dianggap patologis apabila perdarahan lebih dari 500 CC ( Sarwono

2005)

(23)

9 Waktu persalinan anak akan melewati jalan lahir, yang terdiri dari

tulang dan otot. Tulang panggul terdiri dari tiga bidang, yaitu pintu bawah

panggul. Selain itu otot-otot vagina dan perineum apabila kaku dapat

menghalangi lahirnya anak. Bila salah salah satu ukuran panggul tersebut tidak

normal, janin tidak dapat melewati jalan lahir sehingga harus dilahirkan dengan

seksio sesaria, vakum ekstraksi.

3. Passenger (anak)

Berat anak yang normal adalah 2500 sampai 4000 gram. Apabila

ukuran anak melebihi 4000 gram anak tidak bisa melewati jalan lahir. Untuk

mencegah macet persalinan dan robekan jalan lahir yang luas dan aspeksia pada

janin biasanya dilakukan persalinan dengan tindakan seksio sesaria.

4. Posisi Ibu

Posisi ibu mempengaruhi anatomi dan fisiologi penyesuaian untuk

kelahiran. Posisi yang benar memberi keuntungan . perobahan posisi sering

menghilangkan letih, penambahan kenyamanan dan memperbaiki sirkulasi.

Posisi yang benar termasuk jongkok, berdiri jalan. Dalam posisi yang benar

dapat membantu penurunan janin, kontraksi uterus umumnya lebih kuat dan

kuat dan juga efisien untuk dilatasi servik, menghasilkan persalinan yang lebih

pendek, cepat. Dalam penambahan posisi benar, mengambil posisi yang benar

menurunkan timbulnya tekanan tali umbilicalis.

2.2 Peran Karakteristik Ibu dalam Persalinan Patologis

1. Umur

Pada umur ibu kurang dari 20 tahun rahim dan panggul belum tumbuh

mencapai ukuran dewasa. Akibanya apabila ibu hamil pada umur ini mungkin

mengalami persalinan lama atau macet, karena ukuran kepala bayi lebih besar

(24)

sehingga tidak dapat melewati panggul. Sedangkan pada umur ibu yang lebih

dari 35 tahun, kesehatan ibu sudah mulai menurun, jalan lahir kaku, sehingga

rigiditas tinggi. Selain itu beberapa penelitian yang dilakukan bahwa komplikasi

penelitian yang dilakukan bahwa komplikasi kehamilan yaitu Preeklamasi,

Abortus, partus lama lebih sering terjadi pada usia dini. Lebih dari 35 tahun

akibatnya ibu hamil. Lebih dari 35 tahun. Pada zaman dahulu akibanya ibu

hamil pada usi ini mungkin lebih besar anak cacat, persalinan lama, yaitu lebih

dari 12 jam pada primi para dan lebih dari 12 jam dan 8 jam pada multi para.

Selain itu dapat mengakibatkan perdarahan karena uterus tidak berkontraksi

(Depkes, 2001).

2. Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu. Sampai dengan paritas

tiga rahim ibu bisa kembali seperti sebelum hamil. Setiap kehamilan rahim

mengalami pembesaran, terjadi peregangan otot-otot rahim selama 9 bulan

kehamilan. Akibat regangan tersebut elastisitas otot-otot rahim tidak kembali

seperti sebelum hamil setelah persalinan. Semakin sering ibu hamil dan

melahirkan, semakin dekat jarak kehamiilan dan kelahiran, elastisitas uterus

semakin terganggu, akibatnya uterus tidak berkontraksi secara sempurna dan

mengakibatkan perdarahan pasca kehamilan (Sarwono, 2005).

3. Pendidikan

Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi, yang bekerja di sektor formal

mempunyai akses yang lebih baik terhadap informasi tentang kesehatan, lebih

aktif menentukan sikap dan lebih mandiri mengambil tindakan perawatan.

(25)

Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Makin rendah pengetahuan ibu,

makin sedikit keiinginan memanfaatkan pelayanan kesehatan (Rukmini, 2005).

4. Perilaku Ibu

Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktifitas

seseorang yang merupakan hasil bersama baik eksternal maupun internal.

Seorang ahli pedidikan membagi perilaku kedalam 3 domain: pengetahuan,

sikap dan tindakan. Bila perilaku didasari rendah pengetahuan akan langgeng

dari yang tidak didasari pengetahuan (Rogers, 1974). Ibu hamil harus

berperilaku sehat, agar kehamilan tidak mempunyai masalah yang dapat

mengakibatkan komplikasi dalam persalinan. Adapun perilaku ibu selama hamil

meliputi: kunjungan, asupan gizi, makan tablet zat besi sejak kehamilan 20 mg,

senam hamil, perawatan jalan lahir, pemanfaatan layanan kesehatan.

(Syaiffudin, 2005).

Untuk memantau kondisi kesehatan ibu, pertumbuhan dan

perkembangan janin, serta mendeteksi dini masalah dan komplikasi selama

kehamilan, ibu dianjurkan memeriksakan kehamilan minimal 4 kali: yaitu 1 kali

pada trimester pertama, satu kali selama trimester, trimester dua dan dua kali

pada trimester ketiga. Selain itu untuk meningkatkan kondisi kesehatan ibu

waktu kunjungan diberi informasi mengenai perawatan kehamilan, bahaya

kehamilan.

Asupan gizi selama hamil penting untuk uterus, plasenta dan janin.

Oleh karena itu jika asupan gizi kurang dapat menyebabkan malnutrisi ultra

utrin, yang mengakibatkan berat badan bayi lahir rendah. sebaliknya bila ibu

hamil makan berlebihan dapat menyebabkan bayi besar, yang dapat

(26)

mengakibatkan anak sulit lahir melewati jalan lahir. Adapun asupan gizii selama

hamil meliputi karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin.

Makan tablet zat besi selama kehamilan sejak umur kehamilan 20

minggu. Penambahan volume darah ibu naik sekitar 33%. Volume plasma

meningkat 50 % dalam kehamilan. Selama trimester II terjadi hemeokonsentrasi,

oleh karena itu kemungkinan hemoglobin (Hb) ibu menurun. Hb ibu normal

minimal 11 gr%. Apabila hb itu rendah kemungkinan komplikasi dalam

kehamilan dan persalinan yaitu persalinan macet atonia uteri, perdarahan pasca

persalinan (Bobak I, 2000).

Perawatan jalan lahir: Cerviks, Vagina dan Vulva merupakan jalan

lahir yang dilalui oleh bayi. Selama kehamilan terjadi peningkatan cairan (Fluor

albus). Oleh karena peningkatan hormon esterogen dan progesteron. Selain itu

PH vagina meningkat dan sedikit asam yaitu sekitar 5,5 sampai 6,5. Hal ini

dapat mengakibatkan ibu sangat rentan infeksi jalan lahir, infeksi jamur yang

dapat mengakibatkan khorioamnites, yang berpengaruh terhadap kondisi

kesehatan janin (Bobak I, 2000). Oleh karena itu ibu hamil dianjurkan merawat

jalan lahir dengan memperhatikan kebersihan, cebok dengan air bersih, hangat,

air sirih antiseptik dan memakai pakaian dalam bersih dan mengisap.

5. Status pasien

Menurut Roekmini dan Wiludjeng (2005) status ibu bersalin yang

dirawat di ruang bersalin terdiri dari 2 bagian yaitu ibu bersalin, ibu yang datang

sendii dan ibu yang dirujuk. Bila ibu di rujuk sejak kala I kemungkinan ibu

masih bisa mendapatkan asuhan yang lengkap pada tiap tahap persalinan,

namun bila ibu dirujuk pada kala dua, tiga dan empat, biasanya kondisi ibu

(27)

persalinan dengan tindakan persalinan yaitu: seksio sesaria, vakum ekstraksi,

induksi persalinan, manual plasenta dan lain-lain.

2.3 Peran asuhan dalan persalinan patologis 2.3.1 Asuhan Selama Persalinan kala I

Persalinan kala I adalah waktu yang diperlukan untuk pembukaan jalan lahir dari 1 CM pada awal persalinan kala I sampai pembukaan serviks 10 CM.

Waktu yang dibutuhkan 12 jam pada primi para dan 6 sampai 8 jam pada multi

para. His pada awal kala 1 tiap 10 -15 menit dan kekuatan 20 detik dan

berangsur bertambah menjadi 3 kali dalam 10 menit dengan kekuatan sekitar 60

detik menjelang bayi lahir. (Syaiffudin, 2002). Selama kala I ibu perlu

mendapatkan asuhan sayang ibu yang meliputi:

1. Dukungan emosioanl

Kelahiran seorang bayi akan mempengaruhi kondisi emosional seluruh

keluarga. Oleh karena itu usahakan suami atau anggota keluarga yang lain

terlibat dalam proses persalinan. Usahakan agar mereka melihat, membantu jika

memungkinkan. Selama persalinan ibu akan merasa nyeri menderita dan merasa

kuatir tentang proses persalinan yang akan dilalui. Yakinkan ibu agar tidak

merasa takut dan cemas.

a. Memberikan dukungan dan meyakinkan diri pasien

b. Memberikan informasi mengenai proses dan kemajuan persalinanya

c. Mendengar keluhannya dan mencoba untuk sensistif terhadap perasaannya

2. Pengaturan posisi

Anjurkan ibu yang sedang dalam proses persalinan untuk mendapatkan

posisi yang paling nyaman. Berjalan, duduk atau jongkok akan membantu

(28)

proses penurunan kepala janin. Anjurkan ibu untuk berjalan dan bergerak, tidak

berbaring telentang. Tidur telentang dapat menekan pembuluh darah (Vena

Cava Inferior), yang dapat mengakibatkan suplai berdarah ke janin berkurang

sehingga bayi gawat janin. (Syaiffudin, 2005). Posisi yang dianjurkan:

a. Melakukan perubahan posis

b. Menganjurkan posisi sesuaid dengan keinginan ibu, jika ibu ingin di tempat

tidur dianjurkan tidur miring ke kiri

c. Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan di ruang bersalin

d. Anjurkan ibu didampingi suami atau keluarga untuk memijat atau menggosok

pungung dan membasuh muka antar kontraksi.

e. Ibu diperbolehkan melakukan aktifitas sesuai kesanggupannya .

f. Ajarkan ibu teknik relaksasi, cara bernafas. Ibu diminta untuk menarik nafas

panjang, menahan nafasnya sebentar kemudian dilepas dengan cara meniup

udara keluar sewaktu serasa kontraksi

3. Pemberian cairan

Anjurkan ibu untuk minum cairan yang mengandung nutrisi atau air

bias. Cairan akan memberi tenaga dan mencegah ibu dari dehidrasi yang akan

dapat mempengaruhi His. Dehidrasi akan membuat ibu lelah, menurunkan

kekuatan his.

4. Kebersihan

Infeksi yang dapat terjadi selama proses persalinan akan dapat

menyebabkan kematian atau penyakit pada janin. Penolong persalinan harus

mencari sesering mungkin, menggunakan alat yang steril untuk mencegah

(29)

menghambat penurunan kepala janin dan kenyamanan ibu. Tidak dianjurkan

melakukan kateterisasi (mengeluarkan urin dengan alat).

2.3.2 Asuhan Selama Persalinan Kala II

Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam

untuk memastikan pembukaan serviks sudah lengkap atau kepala janin sudah

tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm. Penanganan yang sebaiknya

deiberikan pada ibu antara lain (Syaiffudin, 2002).

1. Anjurkan pendamping memberikan dorongan/ dukungan selama

proses persalinan dan kelahiran.dengan alasan memisahkan ibu orang

yang memberikan dukungan akan berkaitan dengan hasil persalinan

yang baik.

2. Berikan dorongan dan besarkan hati ibu. Jelaskan kemajuan

persalinan pada ibu dan keluarga, serta ibu dalam meneran.

3. Biarkan ibu memilih posisi yang sesuai meneran

4. Penolong harus memberikan rasa aman dan nyaman,

menghilangkan rasa takut pada ibu, memberikan dukungan moral

serta membesarkan hati ibu.dukungan ini membantu ibui agar santai.

Memberikan pujian saat ibu mengejan.

5. Menjaga kebersihan diri, agarn terhindar dari infeksindir. Jika ada

darah lendir atau cairan ketuban keluar dari vagina segera

dibersihkan.

6. Mengipas dan memijat untuk menambah kenyamanan bagi ibu.

7. Memberi dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau

ketakutan ibu dengan cara: menjaga privasi ibu, penjelasan tentang

proses dan kemajuan persalinan.

(30)

8. Mengatur posisi ibu dalam membimbing mengedan dapat dipilih

berbagai macam posisi berikut: jongkok, tidur miring, setengah

duduk. Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri,

mudah mengedan, kurangya mentrauma vagina dan perineum dan

infeksi.

9. Menjaga kandung kemih tetap kosong, oleh karena itu itu ibu

dianjurkan berkemih sesering mungkin.

10. Memberikan cukup minum, disamping untuk memberi tenaga dan

mencegah dehidrasi.

11. Pada saat mengedan, bantu ibu memperoleh posisi yang paling

nyaman. Setian posisi memiliki keuntungannya masing-masing,

misalnya posisi setengah duduk dapat membantu turunya kepala

janin jika persalinan berjalan lambat.

12. Ibu di bimbing mengedan, selama his, anjurkan kepada ibu untuk

mengambil nafas. Mengedan tanpa diselingi bernafas,

kemungkinan dapat menurunkan PH pada arteri umbilcius yang

dapat menyebabkan denyut jantung tidak normal. Minta ibu

bernafas selagi kontrraksi ketika kepala janin akan lahir. Hal ini

menjaga agar perineum meregang pelandan mengontrol lainnya

kepala serta mencegah robekan. Setelah bayi lahir nilai warna kulit,

tonus otot, kemampuan bernafas dan aktifitas.

13. Periksa denyut jantung janin (DJJ) pada saat kontraksi dan setelah

setiap kontraksi untuk memastikan janin tidak mengalami

(31)

2.3.3 Asuhan Selama Persalinan Kala III

Asuhan pada kala III (Pengeluaran Aktif Plasenta) membantu

menghindarkan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penatalaksanaan aktif

kala III meliputi:

1. Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga

mempercepat pelepasan plasenta. Oksotosin dapat diberikan dalam 2

menit setelah kelahiran bayi. Jika oksotosin tidak tersedia, rangsangan

puting payudara ibu atau susukan bayi guna menghasilkan oksitosin

alamiah.

2. Lakukan penegangan tali pusat terkendali ( PTT) dengan cara: satu

tangan diletakkan pada korups uteri tepat di atas simfisis puubis. Selama

kontraksi tangan mendorong korups uteri dengan gerakan dorso cranial

kearah beakang dan ke arah kepala ibu. Tangan yang lain memegang

tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat (2-3 menit). Selama

kontraksi dilakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus

menerus, dalam tegangan yang sama dengan tangan ke uterus.

3. PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi. Tangan pada uterus

merasakan kontraksi atau ibu dapat juga memberi tahu petugas ketika ia

merasakan kontraksi. Ketika uterus sedang tidak berkontraksi, tangan

petugas dapat tetap berada pada uterus tetapi bukan melakukan PTT.

Ulangi langkah-langkah PTT pada setiap kontraksi sampai plasenta

terlepas.

4. Begitu plasenta terasa terlepas, plasenta di keluarkan dengan

menggerakkan tangan atau klem pada tali pusat mendekati plasenta.

Plasenta di keluarkan dengan gerakan ke bawah dan ke atas sesuai

(32)

dengan kalan lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan

perlahan memutar plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan

selaput ketuban.

5. Segera setela plasenta dan selaputnya dikeluarkan, fundus uteri dipijat

agar menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran

darah dan mencegah perdarahan pasca persalinan, jika uterus tidak

berkontraksi kuat selama 10-15 detik atau jika perdarahan hebat terjadi

maka segera laktoni kompresi bimanual dalam. Jika atonia uteri tidak

teratasi dalam waktu 1-2 menit, ikuti protokol untuk perdarahan pasca

persalinan.

6. Jika amenggunakan manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir

dalam waktu 30 menit, periksa kandung kemih dan lakukan katerisasi

jika kandung kemih penuh, periksa adanya tanda-tanda pelepasan

plasenta, berikan oksitosin 10 unit Intra muskuler dimana dosis ketiga

dalam jarak waktu 15 menit dari pemberian oksitosin dosis pertama,

siapkan rujukan jika tidak ada tanda-tanda pelepasan plasenta.

7. Periksa ibu secara seksama dan jahit semua robekan pada serviks atau

vagina atau perbaiki episiotomi.

2.3.4 Asuhan Selama Persalinan Kala IV

Dua jam pertama setelah persalinan merupakan awal yang kritis bagi

ibu dan bayi.kemungkinan perdarahan akibat tidak adanya kontraksi, uterus

yang lelah karena rahim ibu baru saja mengalami perubahan fisik. Rahim yang

selama inii membesar akan berangsur kembali seperti di luar hamil. Penolong

harus tinggal bersama ibu untuk memastikan kondisi fital sgn, keadaan rahim.

(33)

1. Pemeriksaan undus uteri tiap 15 menit pada jam pertama dan setiap

20-30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, pijat uterus sampai

menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi,otot uterus akan menjepit

pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan. Hal ini dapat

mengurangi kehilangan darah dan mencegah perdarahan pasca

persalinan

2. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap

15 menit pada jam pertamadan setiap 30 menit selama jam kedua.

3. Menganjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi dan

menawarkan ibu makanan dan minuman yang disukainnya

4. Membersihkan ibu, vulva, dan perineum. Kenakan pakaian ibu yang

bersih dan kering

5. Membiarkan ibu beristirahat karna lelah melahirkan bayinya dan

membantu ibu pada posisi yang aman.

6. Membiarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan bayi

dan ibu sebagai permulaan dengan menyusui bayinya .

7. Segera seteslah bayi lahir adalah waktu yang tepat untuk memulai

memberikan ASI (Air Susu Ibu) karena menyusui juga membantu uterus

berkontraksi.

8. Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun dan dibantu karena

masih dalam keadaan lemah atu pusing setelah persalinan. Pastikan ibu

sudah buang air kecil dam 3 jam pasca persalinan.

9. Ajari ibu atauanggota keluarga tentang bagaimana merangsang kontraksi

mengenal tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi

(34)

2.4 Kerangka Konsep _ Variabel Independen

Variabel Dependen

Karakteristik Ibu

- umur - paritas

- tingkat pendidikan - perilaku

- status pasien

Asuhan yang diterima Ibu - Asuhan Kala I - Asuhan Kala II - Asuhan Kala III - Asuhan kala IV

Lingkungan - Fasilitas - Alat

(35)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian adalah analitik dengan menggunakan pendekatan

Explanatory research untuk mengetahui hubungan kasual antara variabel

independen dengan variabel dependen melalui pengujian hipotesa

(Singarimbun.M dan Effendi. S, 1995)

3.2 Lokasi dan Waktu 3.2.1 Lokasi

Lokasi penelitian adalah Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan

Jalan Kapten Muslim No. 79 Medan. Dengan alasan bahwa di RSU Sari Mutiara

Medan masih tinggi kasus persalinan patologis.

3.2.2 Waktu

Penelitian berlangsung pada bulan Februari sampai April 2007

3.3 Populasi dan Sampel 3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua ibu bersalin patologis di Rumah

Sakit Umum Sari Mutiara Medan, pada bulan Februari s/d April 2007.

(36)

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian dihitung dengan rumus beda dua proporsi (Iwan

Ariawan, 1998)

n=

(

Z1-α/2

2P (1-P) + Z1-β

P1(1-P1) + P2 (1-P2)

(

P1-P2

)

²

n = Jumlah Sampel

P = P1+ P2

2

P1 = Proporsi kejadian persalinan patologis di beberapa rumah sakit

(55%)

P2 = Prevalansi kejadian persalinan patologis menurut Standart Nasional

Depkes (15%)

Derajat Kemaknaan (

α

) 5%

Kekuatan Uji = 80 %

Pada penelitian terdahulu di beberapa rumah sakit diperoleh proporsi

persalinan patologis 35,7 -55,3 %. Dengan menggunakan rumus di atas

diperoleh besar sampel minimal 40 orang, dengan tehnik pengambilan data

bertujuan (Purposive Sampling)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

a. Data primer: data yang langsung diperoleh dari respon den melalui

(37)

b. Data sekunder: data yang mendukung data primer yang diperoleh dari

dokumen/ status pasien

3.4.2 Hasil Uji Realibilitas

Pada penelitian ini, sebelum data dikumpulkan terlebih dahilu

dilakukan. Coba instrumen. Uji coba dilakukan selama 4 ( empat hatri yaitu

pada tahap 20 orang pasien di RSU Sari mutiara medan. Hasil uji vadilitas

terhadap butir-butir pengamatan dari masing-masing item pertanyaan

digunakan kolerasi Product moment. Dikatakan valid apabila r lebih besar dari r

tabel=0,1806. Hasil pengolahan diperoleh nilai r dan masing- masing item

instrumen mempunyai r lebih besar dari 0,1806 sehingga instrumen pertanyaan

tersebut dapat dikatakan valid.

a.Uji reabilitas dilakukan setelah uji vadilitaa dengan mengambil

butir-butir instrumen dari masing-masing variabel digunakan rumus koefisien

alpha cronchbach. Dikatakan instrumen realibel apabila nilai koefisien

alpha cronchbach lebih besar dari r tabel = 0,1806. dari hasil

pengamatan diperoleh bahwa koefisien alpha cronchbach dari semua

variabel lebih besar dari 0,1806, sehingga dapat dikatakan bahwa

instrumen dari masing-masing variabel sudah realibel.

b.Setelah dilakukan uji validitas dan realibilitas maka dilakukan penelitian

dengan cara mengisi kuisioner. Pada saat responden mengisi kuisioner

peneliti mendampingi dan memberikan penjelasan kepada responden

tentang hal-hal yang tidak diketahui responden. Kuisioner diisi

dihadapan peneliti, demikian seterusnya sampai selesai pengisian

kuisioner sebanyak 40 orang responden..

(38)

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel

Adapun variabel –variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Karakteristik Ibu yang meliputi umur, pendidikan, paritas dan perilaku

yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya persalinan patologis.

2. Asuhan yang diterima ibu adalah tindakan yang dilakukan kepada ibu

selama persalinan.

3. Persalinan patologis

4. Lingkungan

3.5.2 Defenisi Operasional

1. Umur adalah ulang tahun Ibu terakhir pada saat dilakukan wawancara.

2. Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan

3. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir

4. Perilaku ibu adalah perawatan yang tidak dilakukan ibu selama kehamilan

meliputi: kunjungan, asupan gizi, tablet zat besi, perawatan jalan lahir,

senam hamil dan pemeriksaan laboratorium hb dan urine.

5. Status pasien adalah latar belakang pasien pada saat masuk rumah sakit

(rujuk atau tanpa rujukan)

6. Asuhan kala I adalah tindakan yang tidak diterima ibu sejak awal

persalinan sampai pembukaan jalan lahir (servic) lengkap.

7. Asuhan Kala II adalah tindakan yang tidak diterima ibu sejak

pembukaan jalan lahir (servic) lengkap sampai dengan anak lahir.

8. Asuhan kala II adalah tindakan yang tidak diterima ibu sejak

(39)

9. Asuhan kala III adalah tindakan yang diterima ibu sejak uri lahir sampai

dua jam pasca persalinan.

10. Persalinan Patologis adalah persalinan dengan tidak normal yaitu

dengan penyulit pada kala I, II, III, dan IV yaitu: seksio sesaria, vakum

ekstraksi, induksi persalinan dengan sintosinon, manual plasenta,

perdarahan dan lain-lain.

11. Lingkungan adalah fasilitas dan alat adalah kondisi ruang bersalin dan

alat-alat pertolongan persalinan (dalam hal ini tidak diteliti)

3.6 Metode Pengukuran 3.6.1 Perilaku Ibu

Untuk menilai perilaku ibu (perawatan yang dilakukan) selama

kehamilan dinilai dengan 12 item pertanyaan, dikelompokkan menjadi 2 bagian.

a.bagian I (Soal no 1-9) bila responden menjawab no 1, skor 4, bila

menjawab no 2, skor 3, bila menjawab no 3, skor 2, bila menjawab

no 4 skor 1 dan bila menjawab no 5 skor 0.

b. Bagian II (Soal no 10-12) setiap jawaban diberi skor 1. responden

bisa memilih jawaban lebih dari 1.

c.Berdasarkan skor tersebut, nilai minimal perilaku 3 dan maksimal 48.

Selanjutnya dikategorikan sebagai berikut:

1.Buruk apabila mempunyai skor 3-8

2.Cukup apabila mempunyai skor: 19-34

3.Baik apabila mempunyai skor: 35-48

(40)

Asuhan Kala I

a. Bagian I ( Soal no 13-19) bila responden menjawab no 1, skor 4, bila

menjawan no 2 skor 3, bila menjawab no 3 skor 2, bila menjawab no 4

skor 1. Sehingga skor minimal 7 dan maksimal 28

b. Bagian II ( Soal no 20-25) setiap jawaban diberi skor 1. responden bisa

memilih jawaban lebih dari 1. Sehingga nilai minimal 6 maksimal 24.

Berdasarkan skor tersebut, nilai minimal asuhan kala I, 13 dan maksimal

52.

Asuhan Kala II,III,IV

a. Bagian I bila responden menjawab no.1, skore 4, bila menjawab no 2 skor

3, bila menjawab no3 skor 2, bila menjawab no 4 skor 1.

b.Bagian setiap jawaban diberi skor 1. Responden bisa memilih jawaban

lebih dari 1

Berdasarkan penelitian tersebut, nilai minimal asuhan kala I, II, III, IV

adalah 4 dan nilai maksimal 16

Tabel 3.1 Aspek pengukuran Asuhan yang diterima Ibu selama Persalinan.

(41)

27

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan tekhnik analisa:

1. Analisis Univariat: tujuan analisis untuk menjelaskan distribusi frekuensi

atau besarnya proporsi menurut variabel independen dan variabel

dependen.

2. Analisis bivariat: tujuan analisis ini untuk menjelaskan hubungan antara

variabel independen dengan dependen yang diduga kuat mempunyai

hubungan analisa ini menggunakan uji chi-square dengan menggunakan

derajat kepercayaan 95%. Bila expected count 25 % maka yang dibaca

adalah uji Fischer Exact.

3. Analisa mltivariat: tujuan analisis ini untuk melihat faktor mana yang

paling dominan pada variabel independen dalam mempengaruhi variabel

dependen dengan menggunakan uji Regresi Berganda.

(42)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan

Rumah Sakit Umum (RSU) Sari Mutiara Medan merupakan salah satu

unit pelayanan kesehatan kelas madya plus yang berstatus swasta milik dari

Yayasan Sari Mutiara Medan. Pada pertama kali didirikan berbentuk praktek

bidan berizazah pada tanggal 23 September 1963 oleh Bidan S. Sitanggang.

Setelah mengalami beberapa kali perubahan nama, akhirnya pada tanggal 08

Januari 1988 menjadi RSU Sari Mutiara yan diresmikan oleh Bapak Kepala

Kantor Wilayah Depkes RI Propinsi Sumatera. RSU Sari Mutiara Medan juga

digunakan sebagai tempat mahasiswa yang akan melakukan praktek/ pelatihan

untuk mendapatkan asuhan keperawatan. RSU Sari Mutiara ini didirikan diatas

tanah seluas 2.414 m² dengan luas ruang dan kantor 2.043 m².

Tujuan didirikanya RSU Sari Mutiara adalah untuk meningkatkan

derajat kesehatan bagi masyarakat dengan visinya menciptakan pelayan yang

berkualitas nasional dan dengan misi memberikan pelayan kesehatan yang

bermutu, nyaman dan terjangkau oleh masyarakat. Fasilitas dan pelayanan yang

ada pada RSU Sari Mutiara antara lain Instalasi Gawat Darurat (IGD), poliklinik

spesialis, rawat inap, perawatan, Intensive Care Unit (ICU) , kamar operasi,

kamar bersalindan bayi, laboratorium, farmasi, endoskopi, radiology (CT-scan,

Rontgen, USG), medical check up, rehabilitasi medik, rekam medik, ambulans,

gizi dan tempat pendidikan.

Ruang kebidanan RSU Sari Mutiara Medan terdiri dari kelas III= 15

(43)

VIP 3 tempat tidur. Ruang bersalin mempunyai 3 tempat tidur khusus bersalin

dan mempunyai alat diagnostik (Ultra Sono Grafi) alat pertolongan persalinan

normal dan patologis yaitu Vacum Extracto. Perawatan ibu bersalin dilakukan

dengan Roomming in yaitu bayi dengan kapasitas 10 tempat tidur bayi dan 4

tidur khusus bagi bayi prematur (lahir kurang bulan). Disamping untuk ruang

bersalin, RSU Sari Mutiara Medan juga memiliki tempat tidur untuk ruangan

lain yang dicantumkan menurut kelas seperti dibawah ini:

Tabel 4.1 Jumlah Tempat Tidur menurut Kelas di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2007

No Kelas Jumlah Tempat Tidur

1

Keberadaan RSU Sari Mutiara Medan didukung oleh berbagai tenaga medis

maupun non medis. Adapun komposisi ketenagaan tersebut dapat digambarkan

seperti pada tabel dibawah ini:

(44)

Tabel. 4.2 Tenaga Para Medis Perawatan di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2007

Nomor Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah

1

4.2 Analisis Univariat Karakteristik Responden

Analisis univariat dari karakteristik responden dan asuhan persalinan

yang diterima ibu serta status pasien berturut-turut akan dijabarkan dibawah ini.

Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Responden di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2007

(45)

Lanjutan tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Responden di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara

No Variabel Jumlah %

3 Tingkat pendidikan

a. SLTA

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat nahwa 95 responden pada

kelompok umur antara 20-35m tahun selebihnya pada kelompok umur > 35

tahun. Berdasarkan paritas 82,5 % responden mempunyai paritas < hanya

sebagian kecil yaitu 17,5 % responden mempunyai lebih dari 3 anak. Semetara

berdasarkann pendidikan terlihat 90% berpendidikan SLTA. Selebihnya

berpendidkan DIII dan Sarjana. Perilaku responden 67,5% mempunyai perilaku

buruk dan selebinhya responden mempunyai perilaku cukup.Berdasarkan status

pasien 65% responden berstatus rujukan dan selebihnya buku rujukan.

(46)

Tabel 4.4 Distribusi perilaku responden selama hamil di rumah sakit Umum Sari Mutiara Medan tahun 2007

No Perilaku ibu N %

1 Pemeriksaan Kehamilan

1 kali

2 Frekuensi makan

3 kali ½ gelas dengan kuah

6 34

15 35

Total 40 100

4 Konsumsi tablet besi

Usia kehamilan 36 minggu Usia kehamilan 28minggu Usia kehamilan 24 minggu Usia kehamilan 20 minggu

2 Minum obat tanpa resep Minum jamu-jamuan Minum obat beli diwarung Pergi ke petugas kesehatan

(47)

Lanjutan Tabel 4.4. Distribusi Karakteristik Responden di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007

No Perilaku Ibu n %

8 Pemeriksaan Laboratorium

Pernah

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hanya 52,5 ibu memeriksa

kehamilan lebih dari 4 kali, frekuensi lebih dari 3 kali 27,5 % makan sayur 85%

kurang dari 1 gelas, mengkonsumsi tablet zat besi hanya 47,5 % sejak

kehamilan 20 minggu, tidak melakukan senam hamil 72,5 % maka obat tanpa

resep ,82,5% dan berobat ke petugas kesehatan bila ada keluhannya 5 %.

Tabel 4.5 Distribusi Asuhan Persalinan di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007

(48)

Total 40 100

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat sebanyak 70 % responden tidak

menerima asuhan kala I secara lengkap, selebihnyua responden mencerima

asuhan kala I dengan lengkap. Demikian juga dengan asuhan kala II 80 %

menerima asuhan tetapi tidak lengkap dan 20 % menerima asuhans secara

lengkap. Untuk asuhan kala III terlihat bahwa 77,5 % menerima asuhan tetapi

tidak lengkap selebihnya responden menerima asuhin kala III dengan lengkap.

Adapun asuhan kala IV responden 87,5 % menerima asuhan secara lengkap dan

selebihnya tidak menerima asuhann kala IV secara lengkap.

4.3 Analisis Bivariat Karakteristk4.. Ibu dengan kejadian persalinan dan patologis.

4.3.1 Hubungan Umur Responden dengan kejadian persalinan patologis.

Hubungan kelompok umur ibu yang bersalin dengan persalinan patologis

dapat dilihat dari tabel.

Tabel 4.6 Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Persalinan Patologis di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007

No Umur

Responden

Kejadian persalinan

Sintosinon, Vakum Sintosinon

Ekstraksi,Seksio Vakum Ekstraksi Jumlah

Sesaria, lainnya Lainnya

N % N % N %

1 >35 Tahun 3 7,5 - - 3 7,5

2 20-35 Tahun 22 55 15 37,5 37 92,5

(49)

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas usia

responden antara 20-35 tahun sebanyak 92,5% dengan persalinan patologis:

sintosinon, vakum ekstraksi, dan seksio sesaria dan 55 % dengan jenis

persalinan sintosinon, vakum ekstraksi, dan lainnya. Dari hasil Chu Square

Expected Count>25% sehingga, dibaca uji Fisher Exact, hasilnya P= 0,279

(P>0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian

persalinan patologis.

Hubungan Paritas Responden dengan Kejadian Persalinan Patologis

Hubungan paritas responden yang bersalin dengan kejadian persalinan

patologis dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7. Hubungan Paritas Responden dengan Kejadian Persalinan Patologis di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007

No Paritas

Responden

Kejadian persalinan

Sintosinon, Vakum Sintosinon

Ekstraksi,Seksio Vakum Ekstraksi Jumlah

Sesaria, lainnya Lainnya

n % n % n %

1 < 3 anak 20 50 13 32,5 33 82,5

2 > Anak 5 12,5 2 5 7 17,5

Jumlah 25 62,5 15 37,5 40 100

Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas paritas

responden < 3 anak yaitu sebanyak 82,5 dengan kejadian persalinan sintosinon,

vakum ekstraksi dan seksio sesaria dan lainnya 50%. Sedangkan pada paritas >

3 jenis persalinan sintosinon, vakum ekstraksi, dan lainnya yaitu 17,5%. Dari

hasil uji Chi square Expected Count > 25% sehingga, dibaca Fisher Exact,

(50)

hasilnya P= 0,691 (P>0,05) artinya tidak ada hubungan paritas dengan kejadian

persalinan patologis.

4.3.3 Hubungan Pendidikan Responden dengan Kejadian Persalinan Patologis

Hubungan pendidikan responden yang bersalin dengan kejadian

persalinan patologis dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8. Hubungan Pendidikan Responden dengan Kejadian Persalinan Patologis Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007

No Pendidkan

Responden

Kejadian persalinan

Sintosinon, Vakum Sintosinon

Ekstraksi,Seksio Vakum Ekstraksi Jumlah

Sesaria, lainnya Lainnya

n % n % n %

1 SLTA 23 57,5 13 32,5 36 90

2 DIII dan

Sarjana

2 5 2 5 4 10

Jumlah 25 62,5 15 37,5 40 100

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa mayoritas ibu

berpendidikan SLTA sebanyak 90% dengan kejadian persalinan sintosinon,

vakum ekstraksi, seksio sesaria, dan lainnya sebesar 57,5 %. Sedangkan

Pendidikan DIII dan sarjana jenis persalinan 10% dengan sintosinon, vakum

ekstrasi, dan lainnya. Dari hasil uji Chi Square expected count>25% sehingga.

Dibaca Fisher Exact, hasilnya P = 0,622 (P>0,05) yang artinya tidak ada

(51)

Hubungan Perilaku Responden dengan Kejadian Persalinan Patologis

Hubungan perilaku responden yang bersalin dengan kejadian

persalinan patologis dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9 Hubungan Perilaku Ibu dengan Kejadian Persalinan Patologis di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007

No Perilaku

Responden

Kejadian persalinan

Sintosinon, Vakum Sintosinon

Ekstraksi,Seksio Vakum Ekstraksi Jumlah

Sesaria, lainnya Lainnya

n % n % n %

1 Buruk 22 57,5 4 10 27 67,5

2 Cukup 2 5 11 27,5 13 32,5

Jumlah 25 62,5 15 37,5 40 100

Berdasarkan Tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas perilaku

ibu selama kehamilan buruk sebanyak 67,5 % dengan kejadian persalinan

sintosinon, vakum ekstrasi, seksio sesaria, dan lainnya sebanyak 57,5 % dan

32,5 % dengan kejadian persalinan sintosinon, vakum ekstrasi, dan lainnya

berperilaku cukup 27,5%. Dari hasil uji Chi Square diperoleh hasil P=0,00

(>0,05)

Hubungan Asuhan Kala I dengan Kejadian Persalina Patologis ubungan Asuhan Kala I dengan Kejadian Persalina Patologis

(52)

Hubungan Asuhan Kala I dengan Kejadian Persalinan Patologis dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10 Hubungan Asuhan Kala I dengan Kejadian Persalinan Patologis di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2007

No Asuhan

Kala I

Kejadian persalinan

Sintosinon, Vakum Sintosinon

Ekstraksi,Seksio Vakum Esktrasi Jumlah

Sesaria, lainnya Lainnya

n % n % n %

1 Tidak

Lengkap

22 55 6 15 28 70

2 Lengkap 3 7,5 9 22,5 12 30

Jumlah 25 62,5 15 37,5 40 100

Berdasarkan Tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas

responden tidak menerima asuhan kala 1 secara lengkap yaitu sebesar 70 %

dengan kejadian persalinan patologis sintosinon, vakum esktrasi, seksio sesaria,

lainnya 55 %. Sementara dari 30% menerima asuhan lengkap 22,5% jenis

persalinan dengan sintosinon, vakum ektrasi dan lainnya. Dari hasil uji Chi

Square diperoleh hasil 0,001 (P < 0,05) yang berarti ada hubungan antara

Asuhan Kala I yang diterima dengan kejadian persalinan patologis.

(53)

Hubungan Asuhan Kala II dengan Kejadian Persalinan Patologis dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.11 Hubungan Asuhan Kala II dengan Kejadian Persalinan Patologis di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2007.

No Asuhan

Kala II

Kejadian persalinan

Sintosinon, Vakum Sintosinon

Ekstraksi,Seksio Vakum Esktrasi Jumlah

Sesaria, lainnya Lainnya

n % n % n %

1 Tidak

Lengkap

23 57,5 9 22,5 32 80

2 Lengkap 2 5 6 15 8 20

Jumlah 25 62,5 15 37,5 40 100

Berdasarkan Tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas ibu pada

asuhan kala II tidak menerima asuhan secara lengkap sebanyak 80% dengan

kejadian persalinan patologis sintosinon, vakum ekstrasi, seksio sesaria dan

lainnya sebesar 57,5%. Sementara 20 % menerima asuhan secara lengkap 15%

dengan kejadian persalinan sintosinon, vakum ekstrasi, dan lainnya. Dari hasil

uji Chi Square diperoleh nilai P = 0,014 (P< 0,05) yang artinya ada hubungan

asuhan kala II dengan kejadian persalinan patologis.

Hubungan Asuhan Kala III dengan Kejadian Persalinan Patologis bungan Asuhan Kala III dengan Kejadian Persalinan Patologis

(54)

Hubungan Asuhan Kala III dengan Kejadian Persalinan Patologis

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.12 Hubungan Asuhan Kala III dengan Kejadian Persalinan Patologis di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2007

No Asuhan

Kala III

Kejadian persalinan

Sintosinon, Vakum Sintosinon

Ekstraksi,Seksio Vakum Esktrasi Jumlah

Sesaria, lainnya Lainnya

n % n % n %

1 Tidak

Lengkap

23 57,5 8 20 31 77,5

2 Lengkap 2 5 7 17,5 9 22,5

Jumlah 25 62,5 15 37,5 40 100

Berdasarkan Tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas

responden tidak menerima asuhan kala III secara lengkap yaitu 77,5 % dengan

kejadian persalinan patologis sintosinon, vakum ekstrasi, seksio sesaria dan

lainnya sebesar 57,5%. Sedangkan sebanyak 22,5% yang menerima asuhan kala

III secara lengkap 17,5% dengan kejadian sintosinon, vakum ekstrasi dan

lainnya. Dari hasil uji Chi Square diperoleh P=0,005 (P<0,05) yang artinya ada

hubungan asuhan kala III yang diterima dengan kejadian persalinan patologis.

(55)

Hubungan Asuhan Kala IV dengan Kejadian Persalinan Patologis

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.13 Hubungan Asuhan Kala IV dengan Kejadian Persalinan Patologis di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2007

No Asuhan

Kala IV

Kejadian persalinan

Sintosinon, Vakum Sintosinon

Ekstraksi,Seksio Vakum Esktrasi Jumlah

Sesaria, lainnya Lainnya

n % n % n %

1 Tidak

Lengkap

24 60 11 27,5 35 87,5

2 Lengkap 1 2,5 4 10 5 12,5

Jumlah 25 62,5 15 37,5 40 100

Berdasarkan Tabel 4.13 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas

responden tidak menerima asuhan kala IV secara lengkap yaitu 87,5 % dengan

kejadian persalinan patologis sintosinon, vakum ekstrasi, seksio sesaria dan

lainnya. Sementara 12,5% yang menerima asuhan kala IV tidak lengkap 10 %

dengan kejadian sintosinon, vakum ekstrasi dan lainnya. Dari hasil uji Chi

Square diperoleh P=0,036 (P<0,05) yang artinya ada hubungan asuhan kala IV

yang diterima dengan kejadian persalinan patologis.

Analisis Multivariat isis Multivariat

Gambar

Tabel 3.1 Aspek pengukuran Asuhan yang diterima Ibu selama Persalinan.
Tabel 4.1 Jumlah Tempat Tidur menurut Kelas di RSU Sari Mutiara
Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Responden di Rumah Sakit  Sari
Tabel 4.4 Distribusi perilaku responden selama hamil di rumah sakit
+7

Referensi

Dokumen terkait

your code and debugging your application easier, and once you’ve written some classes that work well and do something that you’d like to use again, it’s easy to copy and paste the

Berdasarkan hasil analisis binary logistic dengan pendekatan uji Chi Square dapat dinyatakan secara simultan pendidikan, pengetahuan, persepsi, motivasi, dan sikap

Adanya peraturan yang jelas serta dipahami oleh karyawan, adanya kesempatan untuk bertanggung jawab, budaya yang mampu menumbuhkan kekompakan serta kerjasama yang

Jika terdapat indikasi tersebut atau pada saat pengujian tahunan atas penurunan nilai aset tertentu (yaitu aset takberwujud dengan umur manfaat tidak terbatas,

forest areas along West Bengal, Bhutan, Arunachal Pradesh and Assam border in Eastern Himalaya using temporal satellite imagery of 1975, 1990 and 2009 and predicted forest cover

Rincian Perubahan Anggaran Belanja Langsung Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. Kode

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menelaah hubungan antara tingkat pengetahuan tentang jenis doping dan bahayanya dengan perilaku pemakaian doping pada

• Peringkat 65 di PISA vs Prestasi individual (tren Olympiade Matematika, Fisika,