HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DAN ASUHAN YANG
DITERIMA DENGAN KEJADIAN PERSALINAN PATOLOGIS
DI RSU SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2007
TESIS
Oleh
CHRISTINA ROOS ETY 047023003/AAK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
ABSTRAK
Persalinan adalah peristiwa lahirnya air ketuban, anak, plasenta dari rahim ibu dengan tenaga ibu sendiri. Proses persalinan tidak selamanya berpula langsung normal namun dapat pula abnormal (patologis). Terjadinya persalinan patologis dapat
diakibatkan oleh faktor ibu, faktor bayi, dan faktor penolong.
Di Indonesia angka kematian ibu (AKI) lebih tinggi dari negar Asean lainnya, yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu tersebut berubungan dengan kehamilan pernafasan dan nifas. Di Rumah Sakit Sari Mutiara kejadian persalinan patologis masih tinggi yaitu 67 % dari 577 kelahiran. Ini tidak sesuai dengan angka yang diprogramkan pemerintah di Rumah Sakit Swasta yaitu hanya 15 %.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik dan asuhan yang diterima ibu dengan kejadian persalinan patologis di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2007. Jenis Penelitian ini adalah analitik dengan desai cross sectional dengan jumlah sampel 40. Pengumpulan data diperoleh dari status pasien dan instrumen wawancara. Data dianalisis secara univariat, bivariat, multiivariat dengan analisis regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan umur, pendidikan, paritas dengan kejadian persalinan patologis. Sedangkan perilaku ibu, asuhan kala satu, dua, dan tiga,empat ada hubungannya dengan kejadian persalinan patologis. Belum dilakukan secara lengkap asuhan setiap kala dalam persalinan. Hal ini dapat mengakibatkan masalah pada ibu dan janin, sehingga ibu bersalin dengan patologis.
Kala 1 persalinan memerlukan waktu yang cukup lama sekitar 8-12 jam. Oleh karena itu disarankan agar setiap penolong persalinan lebih sabar dalam memberikan asuhan. Bagi penolong persalinan dimasyarakat baik di RS, klinik bersalin, bidan praktek swasta maupun puskesmas menerapkan APN (Asuhan Persalinan Normal) setiap melonong persalinan.
ABSTRACT
Childrbirth is an event in which amniotic fluid, baby placenta came out of mother’s womb pushed by mother’s own power. The process of childbirth pathological childbirth can becaused by the factors of the mother, the baby itself and the birth attendant.
In Indonesia, the rate maternal mortality is higher than the other Asean countries, namely 307 per life birth. The maternal mortality is related to preganancy, childbirth, and the period after childbirth. The incident of pathological childbirth in Sari Mutiara Hospital is still high namely 67% out of 577 deliveries. This does not match thenumber programmed by the goverment (15%) which is applied in the private hospitals.
The purpose of this analytical studi with cross-sectional design is to find out of relatinship between the characteristic and treatment received by mothers and the incident of pathological childbirth in Sari Mutiara Hospital in 2007. The sampel for this study is 40. The data were obtained through the study patien’s status and multivariate with logistic regression analysis.
The result of study shows that there is no relationship between age, education, parity and the incident of pathological childbirth. Mothers behaviour and the treatment given at the period of cervix opening (Kala 1, 2,3 dan 4) have a relationship witha the incident of pathological childbirth. Complete treatment at each period of cervix opening during the process of childbirth has not been done. This can cause a problem to the fetus and mother that the mother will have the pathological childbirth.
Kala 1 ( the opening of cervix from 1-10 cm ) during childbirth takes a quite long time (about 8-12 hours). Therefore, it is suggested that the birth attendant must be more patient in giving treatment and any birth attendant or midwife working in the community either in a hospital, clinic for childbirth, private practice or Community Health Center apply the Normal Childbirth Treatment ( APN ) when they involve in the process of childbirth.
Keyword: Pathological childbirth, Treatment.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Tuhan Yang Maha Esa berkat berkah dan karuniaNya tesis
yang berjudul: “Hubungan karakteristik Ibu dan asuhan yang diterima dengan kejadian persalinan patologis di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2007” ini dapat diselesaikan dengan baik. Secara khusus disampaikan kepada pihak-pihak yang telah
berjasa dalam memberi kritik dan saran untuk penulisan tesis ini yaitu:
1. Ibu Prof. Dr.Ir.T.Chairun Nisa B, MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Ketua Program Studi Administrasi
Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Prof.Dr. Dra. Ida Yustina, MS selaku Ketua Program Studi Administrasi
Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. Jules H. Hutagalung, MPH selaku Dosen Pembimbing
5. Dra. Syarifah, MS selaku Dosen Penguji
6. Dra. Ivan Elisabeth, M.Kes selaku ketua STIKes Mutiara Indonesia yang telah
memberikan dorongan moril dan materil yang tak terhingga bagi penulis.
7. Teristimewa, rasa hormat dan terima kasih penulis kepada suami tersayang
Lamasi Parhusip, SH dan ananda Monalisa Parhusip yang selalu mendoakan
agar penulis menyelesaikan sekolah ini dengan baik.
Akhirnya penulis menyadari dalam penulisan tesis ini masih banyak
kekurangannya, oleh karene itu saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan
iv Penulis berharap tesis ini kiranya dapat bermanfaat bagi pihak yang
berkepentingan, semua penolong persalinan di Rumah Sakit, Puskesmas, klinik-klinik
bersalin dan peneliti lain pada masa yang akan datang.
Medan, Mei 2008
Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Christina Roos Etty
Tempat/ Tanggal Lahir : Nainggolan, 15 Januari 1967
Alamat : Jalan Budi Luhur Gg.Rotan No.8
Sei Kambing Medan
Riwayat Pendidikan
1. Perawat Bidan Pendidik Balige Tahun 1981
2. Sekolah Guru Perawat Badan Tahun 1986
3. Akademi Perawat Program Keguruan Bandung tahun 1994
4. D-IV Pendidik USU tahun 2001
5. Program Magister AAK Peminatan Epidemiologi Tahun 2008
Riwayat Pekerjaan
1. Bidan di Rumah Sakit HKBP Balige Tahun 1981-1984
2. Guru SPK/ Bidan RS HKBP Balige Tahun 1986-1991
3. Dosen AKPER/ AKBID Sari Mutiara Medan Tahun 1994-2001
DAFTAR ISI
2.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan Patologis ... 7
2.2 Perubahan-perubahan Fisiologis dala Persalinan... 13
2.3Peran Asuhan dalam Persalinan Patologis ... 13
2.3.1 Asuhan Selama Persalinan Kala I ... 13
3.5 Variabel dan Defenisi Operasional ... 24
3.5.1 Variabel... 24
3.5.2 Defenisi Operasional... 24
3.6 Metode Pengukuran ... 25
3.6.1 Perilaku Ibu ... 25
3.6.2 Asuhan yang diterima Ibu selama Persalinan ... 26
3.7 Metode Analisa Data... 27
BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 28
Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Sari Mutiara
Medan ... 28 Analisis Univariat Karakteristik Responden... 30 Analisis Bivariat Karakteristik dengan Kejadian
Persalinan Patologis ... 34 Hubungan Umur Responden dengan Kejadian
Persalinan Patologis ... 34 Hubungan Paritas Responden dengan Kejadian
Persalinan Patologis ... 35 Hubungan Pendidikan Responden dengan Kejadian
Persalinan Patologis ... 37 Hubungan Perilaku Responden dengan Kejadian
Persalinan Patologis ... 37 Hubungan Asuhan Kala I dengan Kejadian
Persalinan Patologis ... 389 Hubungan Asuhan Kala II dengan Kejadian
Persalinan Patologis ... 39 Hubungan Asuhan Kala III dengan Kejadian
Persalinan Patologis ... 40 Hubungan Asuhan Kala I dengan Kejadian
Persalinan Patologis ... 41 4.4 Analisis Multivariat ... 42
BAB 5 PEMBAHASAN ... 44
5.1 Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Persalinan
Patologis... 44 5.2 Hubungan Paritas Ibu dengan Kejadian Persalinan
Patologis ... 45 5.3 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian Persalinan
Patologis... 45 5.4 Hubungan Perilaku Ibu dengan Kejadian Persalinan
Patologis... 46 5.5 Hubungan Asuhan Kala I dengan Kejadian Persalinan
Patologis... 49 5.6 Hubungan Asuhan Kala II dengan Kejadian Persalinan
Patologis... 50 5.7 Hubungan Asuhan Kala III dengan Kejadian Persalinan
Patologis... 50 5.8 Hubungan Asuhan Kala IV dengan Kejadian Persalinan
Patologis... 51
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... 53 6.2 Saran ... 54
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1. Jumlah Tempat Tidur menurut Kelas di RSU Sari Mutiara Medan
Tahun 2007 ... 29
2. Tenaga Para Medis Perawatan RSU Sari Mutiara Medan Tahun
2007 ... 30
3. Distribusi Karakteristik Responden di Rumah Sakit Umum
Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 30
4. Distribusi Perilaku Responden Selama Hamil di Rumah Sakit
Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 32
5. Distribusi Asuhan Persalinan di Rumah Sakit Umum Sari
Mutiara Medan Tahun 2007... 33
6. Hubungan umur Ibu dengan Kejadian Persalinan Patologis
di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 34
7. Hubungan Paritas Ibu dengan Kejadian Persalinan Patologis
di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 35
8. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian Persalinan Patologis
di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 36
9. Hubungan Perilaku Ibu dengan Kejadian Persalinan Patologis
di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 37
10.Hubungan Asuhan Kala I dengan Kejadian Persalinan Patologis
di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 38
11.Hubungan Asuhan Kala II dengan Kejadian Persalinan Patologis
di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 39
12. Hubungan Asuhan Kala III dengan Kejadian Persalinan Patologis
di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 40
13.Hubungan Asuhan Kala IV dengan Kejadian Persalinan Patologis
di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007 ... 42
14.Hasil Uji Regresi Berganda Variabel Perilaku Ibu, Asuhan
yang diterima ibu pada Kala I, II, III dan IV di RSU SariMutiara
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penlitian... 22
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1. Kuesioner Penelitian ... 57
2. Data Hasil Penelitian
3. Out Put SPS
ABSTRAK
Persalinan adalah peristiwa lahirnya air ketuban, anak, plasenta dari rahim ibu dengan tenaga ibu sendiri. Proses persalinan tidak selamanya berpula langsung normal namun dapat pula abnormal (patologis). Terjadinya persalinan patologis dapat
diakibatkan oleh faktor ibu, faktor bayi, dan faktor penolong.
Di Indonesia angka kematian ibu (AKI) lebih tinggi dari negar Asean lainnya, yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu tersebut berubungan dengan kehamilan pernafasan dan nifas. Di Rumah Sakit Sari Mutiara kejadian persalinan patologis masih tinggi yaitu 67 % dari 577 kelahiran. Ini tidak sesuai dengan angka yang diprogramkan pemerintah di Rumah Sakit Swasta yaitu hanya 15 %.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik dan asuhan yang diterima ibu dengan kejadian persalinan patologis di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2007. Jenis Penelitian ini adalah analitik dengan desai cross sectional dengan jumlah sampel 40. Pengumpulan data diperoleh dari status pasien dan instrumen wawancara. Data dianalisis secara univariat, bivariat, multiivariat dengan analisis regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan umur, pendidikan, paritas dengan kejadian persalinan patologis. Sedangkan perilaku ibu, asuhan kala satu, dua, dan tiga,empat ada hubungannya dengan kejadian persalinan patologis. Belum dilakukan secara lengkap asuhan setiap kala dalam persalinan. Hal ini dapat mengakibatkan masalah pada ibu dan janin, sehingga ibu bersalin dengan patologis.
Kala 1 persalinan memerlukan waktu yang cukup lama sekitar 8-12 jam. Oleh karena itu disarankan agar setiap penolong persalinan lebih sabar dalam memberikan asuhan. Bagi penolong persalinan dimasyarakat baik di RS, klinik bersalin, bidan praktek swasta maupun puskesmas menerapkan APN (Asuhan Persalinan Normal) setiap melonong persalinan.
Kata Kunci: Persalinan Patologis, Asuhan
ABSTRACT
Childrbirth is an event in which amniotic fluid, baby placenta came out of mother’s womb pushed by mother’s own power. The process of childbirth pathological childbirth can becaused by the factors of the mother, the baby itself and the birth attendant.
In Indonesia, the rate maternal mortality is higher than the other Asean countries, namely 307 per life birth. The maternal mortality is related to preganancy, childbirth, and the period after childbirth. The incident of pathological childbirth in Sari Mutiara Hospital is still high namely 67% out of 577 deliveries. This does not match thenumber programmed by the goverment (15%) which is applied in the private hospitals.
The purpose of this analytical studi with cross-sectional design is to find out of relatinship between the characteristic and treatment received by mothers and the incident of pathological childbirth in Sari Mutiara Hospital in 2007. The sampel for this study is 40. The data were obtained through the study patien’s status and multivariate with logistic regression analysis.
The result of study shows that there is no relationship between age, education, parity and the incident of pathological childbirth. Mothers behaviour and the treatment given at the period of cervix opening (Kala 1, 2,3 dan 4) have a relationship witha the incident of pathological childbirth. Complete treatment at each period of cervix opening during the process of childbirth has not been done. This can cause a problem to the fetus and mother that the mother will have the pathological childbirth.
Kala 1 ( the opening of cervix from 1-10 cm ) during childbirth takes a quite long time (about 8-12 hours). Therefore, it is suggested that the birth attendant must be more patient in giving treatment and any birth attendant or midwife working in the community either in a hospital, clinic for childbirth, private practice or Community Health Center apply the Normal Childbirth Treatment ( APN ) when they involve in the process of childbirth.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health
Organisation (WHO) karena angka kematian ibu dan anak merupakan bahagian dari
negara Asean yang mempunyai angka kematian Ibu dan Anak yang masih tinggi
dibandingkan dengan negara lain.
Menurut SDKI (2003) angka kematian ibu (AKI) di Indonesia 307 per
100.000 kelahiran hidup yaitu 3-6 kali lebih tinggi dari negara ASEAN lainnya. AKI
di Indonesia bahkan lebih jelek dari negara Vietnam yaitu 95 per 100.000 kelahiran
hidup. AKI di Indonesia sekitar 18.000 setiap tahun yang berhubungan dengan
kehamilan dan persalinan, hal ini berarti setiap setengah jam seorang perempuan
meninggal yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, hal ini berarti setiap
setengah jam seorang perempuan meninggal yang berhubungan dengan kehamilan,
persalinan dan nifas.
Kematian ibu tersebut erat kaitannya dengan karakteristik ibu yang meliputi
umur, pendidikan, paritas dan perilaku yang berpengaruh terhadap kondisi kesehatan
ibu selama hamil yang dapat mempengaruhi proses persalinan normal atau patologis.
Resiko terjadi komplikasi pada persalinan terjadi 12% pada usia kurang dari 20 tahun
dan 26% pada usia 40 tahun (Ningrum E.W, 2005). Sementara kematian ibu karena
komplikasi persalinan akibat perdarahan sebelum dan sesudah persalinan meningkat
dengan bertambahnya paritas.
Hasil penelitian Felly dan Snewe (2003), 25,5 % responden yang mengalami
persalinan patologis yang terbesar adalah akibat komplikasi persalinan dengan partus
lama. Dari kejadian persalinan patologis tersebut 27,5 % terjadi pada responden yang
berumur lebih dari 35 tahun, dan pemeriksaan kehamilan kurang dari 4 kali. Bila
kondisi kesehatan ibu selama hamil tidak baik, ibu mempunyai resiko 3,2 kali
mengalami komplikasi dalam persalinan.
Penelitian Sibuea (2007) dari 366 ibu yang mengalami persalinan patologis
tindakan seksio sesaria akibat partus tidak maju sebanyak 226 (50,33%) dan (81,5%)
tidak melakukan perawatan tehadap kehamilan. Kematian akibat pesalinan patologis
lebih rendah pada umur 20-30 tahun dan jumlah paritas rendah dari pada ibu yang
kurang dari 20 tahun. Tingkat pendidikan yang rendah pada persalinan patologis lebih
tinggi dari pendidikan perguruan tinggi.
Penelitian Ridwan dan Wahyuni (2005) komplikasi persalinan yang
mengakibatkan persalinan patologis adalah perilaku ibu selama hamil yang
pemeriksaan kehamilan kurang dari empat kali, tidak makan tablet zat besi dan asupan
gizi yang kurang, mengakibatkan ibu mengalami anemia. Bila ibu mengalami anemia
dapat mengakibatkan komplikasi pada kehamilan dan persalinan yaitu perdarahan
sebelum dan sesudah melahirkan, gangguan kontraksi rahim, partus lama, kurang
daya tahan tubuh terhadap infeksi dan produksi air susu ibu kurang.
Penelitian lain tentang perilaku senam selama kehamilan menunjukkan bahwa
ibu yang melakukan senam hamil mengalami persalinan lebih cepat dibanding dengan
ibu hamil yang tidak melakukan senam hamil, karena senam hamil dapat
meningkatkan aliran darah ke uterus, membantu ibu hamil memperoleh power
Gulardi H, (2006) menyatakan AKI dapat diturunkan sekitar 317 (85%) dari
AKI saat ini, jika ibu berperilaku hidup sehat selama kehamilan yaitu merawat
kehamilan dengan baik melalui asupan gizi yang baik, memakan tablet zat besi,
melakukan senam hamil, perawatan jalan lahir, menghindari merokok dan makan obat
tanpa resep. Melakukan kunjungan minimal empat kali untuk mendapat informasi dari
petugas kesehatan tentang perawatan yang harus dilakukan.
Asuhan persalinan yang diberikan pada ibu selama persalinan sejak kala satu,
dua, tiga dan empat, menentukan jenis persalinannya apakah normal, atau patologis.
adapun asuhan yang diberikan adalah informasi tentang proses persalinan, perawatan
selama persalinan, tindakan persalinan dan dukungan persalinan dari keluarga dan
petugas (IBI, 2005)
Letsi (2006) menyatakan hanya 2 dari 10 persalinan memerlukan tindakan
spesialis kebidanan, atau sekitar 10-15% proses kehamilan dan persalinan berakhir
dengan patologis. Ini erat kaitannya dengan perawatan ibu selama masa kehamilan
dan persalinan kurang baik, sehingga dalam persalinan banyak mengalami masalah
bahkan komplikasi sehingga persalinan menjadi patologis.
Tingginya kejadian persalinan patologis diakibatkan oleh tiga terlambat yaitu
terlambat melihat tanda-tanda bahaya kehamilan, terlambat mengambil keputusan
untuk merujuk, terlambat memperoleh asuhan asuhan persalinan yang tepat setelah
sampai di sarana kesehatan.
Selain itu karakteristik ibu juga dapat mempengaruhi persalinan patologis,
yang dikenal dengan empat terlalu yaitu: terlalu muda melahirkan anak, dimana
panggul ibu belum tumbuh secara sempurna sehingga kepala tidak dapat melewati
jalan lahir, terlalu tua melahirkan. Ibu yang melahirkan anak pertama lebih dari umur
35 tahun jalan lahir menjadi kaku sehingga sulit anak sulit lahir, terlalu banyak
melahirkan anak dan terlalu sering melahirkan (jarak <2 tahun). Kondisi tersebut
dapat mengakibatkan gangguan kontraksi uterus, sehingga dapat mengakibatkan
perdarahan setelah persalinan. Di Indonesia kejadian persalinan patologis 65 % terjadi
disebabkan pada salah satu dari empat T tersebut diatas. Selain itu kurangnya
partisipasi masyarakat karena tingkat pendidikan, sosial ekonomi dan kedudukan
wanita dalam keluarga masih rendah, serta sosial budaya yang tidak mendukung
(Sarwono, 2005).
WHO mengembangkan konsep melalui empat pilar safe motherhood yaitu
keluarga berencana, asuhan antenatal, persalinan bersih dan aman serta pelayanan
obstetri dasar. Tujuan upaya ini adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu hamil, bersalin dan nifas, disamping menurunkan angka kesakitan dan
kematian bayi baru lahir. Untuk mencapai tujuan tersebut Depkes RI (1999)
melakukan upaya safe motherhood yaitu berupaya menyelamatkan wanita agar
setiap wanita yang hamil dan bersalin dapat dilalui dengan sehat dan aman serta
menghasilkan bayi yang sehat dan aman.
Di Indonesia kejadian persalinan patologis dengan tindakan seksio sesaria
meningkat terus, baik di rumah sakit pendidikan, maupun rumah sakit swasta.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gulardi dan Basamalah (1993) terhadap
64 rumah sakit di Jakarta tercatat 17.665 kelahiran hidup, sekitar 35,7-55,3 %
melahirkan dengan seksio sesaria. Di Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo
Jakarta pada tahun 1999-2000 dari 404 persalinan per bulan 30 % seksio sesaria.
Sementara di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan tahun 2005-2006 tercatat dari
712 persalinan, 45,4 % diantaranya adalah persalinan patologis bedah sesaria dan
Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan adalah salah satu rumah sakit
swasta yang dipercayakan menerima pasien Jamsostek, Askeskin dan pasien
umum. Di rumah sakit ini angka persalinan patologis juga cukup tinggi yaitu
631 persalinan tahun 2004, 64 % diantaranya persalinan patologis dan tahun
2005 dari 551 persalinan 67 % merupakan persalinan patologis. Angka ini jauh
lebih tinggi dibanding dengan angka standar yang ditetapkan oleh Departemen
Kesehatan yaitu sebanyak 15 % bagi rumah sakit swasta (Data Rekam Medik
RS Sari Mutiara, 2004 dan 2005).
Mengingat pentingnya kesehatan ibu dan bayi pada tanggal 12 Oktober
2000, pemerintah telah mencanangkan Making Pregnancy Safer (MPS),
Gerakan Nasional Kehamilan yang aman melindungi hak reproduksi dan hak
azazi manusia dengan cara mengurangi beban kesalahan, kecacatan, kematian,
yang berhubungand dengan kehamilan dan persalinan. Oleh karena itu
Departemen Kesehatan melalui dinas kesehatan propinsi menganjurkan kepada
setiap penolong persalinan baik di klinik, puskesmas maupun rumah sakit harus
mendapatkan pelatihan dan mempunyai sertifikat Asuhan Persalinan Normal
(APN) supaya ibu mendapat asuhan yang tepat sejak kala satu, dua, tiga dan
empat selama persalinan sehingga persalinan dapat berlangsung normal.
Berdasarkan gambaran di atas, maka penulis merasa tertarik untuk
meneliti tentang hubungan karakteristik dan asuhan yang diterima ibu dengan
kejadian persalinan patologis.
1.2Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan karakteristik ibu: umur, paritas, pendidikan,
perilaku dan asuhan kala I,II,III,IV yang diterima ibu selama persalinan dengan
kejadian persalinan patologis?
1.3Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu (umur, paritas,
pendidikan, perilaku) dan asuhan kala (I, II, III, IV) yang diterima ibu selama
persalinan dengan kejadian persalinan patologis.
1.4Hipotesis Penelitian
a. Ada hubungan umur, pendidkan, paritas, perilaku dengan kejadian
persalinan patologis.
b. Ada hubungan asuhan yang diterima ibu pada kala I,II,III dan IV dengan
kejadian persalinan patologis.
c. Ada hubungan karakteristik ibu dan asuhan kala I-IV dengan kejadian
persalinan.
1.5Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan masukan pada rumah sakit dalam menyusun program dan
pembuatan protokol tetap pada ibu hamil, bersalin dan nifas.
b. Bagi peneliti, pengalaman melakukan penelitian pada ibu bersalin.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persalinan Patologis.
Persalinan patologis disebut juga dengan dystocia berasal dari bahasa
Yunani. Dys atau dus artinya jelek atau buruk, tocos artinya persalinan.
Persalinan patologis adalah persalinan yang membawa satu akibat buruk bagi
ibu dan anak. (Departemen of Gynekologi, 1999). Sementara persalinan normal
menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko rendah
pada awal persalinan dan tetap selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara
spontan dalam persentase belakang kepala usia kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu, setelah persalinan ibu dan bayi dalam kondisi sehat. (Depkes, 2002).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari uterus melalui vagina ke dunia luar (Wikjiosastro, 2002). Sementara
menurut Irene dan Margaret (2002) persalinan adalah proses bergeraknya janin,
plasenta dan membrane keluar dari uterus yang tidak disadari yang
menghasilkan affacement dan dilatasi cerviks yang menghasilkan persalinan.
2.1.1 Faktor-Faktor yang mempengaruhi persalinan patologis
1. Power adalah kekuatan oleh adanya His atau Kontraksi rahim. Kontraksi
rahim terjadi sejak awal persalinan yaitu pada kala I. His yang tidak adekuat
dapat mengakibatkan persalinan patologis pada setiap kala persalinan. Pada
awal kala I his masih jarang yaitu satu kali dalam 15 menit dan kekuatan 20
detik, semakin lama makin cepat, yaitu 3 kali dalam 10 menit dengan kekuatan
60 detik, yang memerlukan waktu sekitar 8 sampai 12 jam pada primi para dan
12 jam pada multi para. Bila kontraksi rahim tidak adekuat, dapat
mengakibatkan serviks sebagai jalan lahir tidak terbuka. Oleh karena itu untuk
merangsang kontraksi rahim dilakukan induksi persalinan dengan menggunakan
sintosinon drip. Apabila kemajuan persalinan juga tidak ada maka biasanya
dilakukan tindakan bedah yaitu dengan seksio sesaria (Sarwono, 2005).
Pada kala II, yaitu sejak pembukaan jalur pertama jalan lahir lengkap,
bila kontraksi rahim tidak adekuat maka dilakukan induksi persalinan dengan
menggunakan sintosinon drip. Apabila ibu kelelahan dan tidak mampu untuk
mengedan untuk menyelamatkan ibu dan janin dilakukan tindakan pertolongan
persalinan dengan menggunakan Vakum ekstraksi untuk melahirkan kepala.
(Sarwono, 20005).
Kala III persalinan adalah kala pengeluaran uri, Uri lahir sekitar 10
sampai 15 menit setelah anak lahir. Jika uri belum lahir lebih dari 30 menit,
kemungkinan masalah pada kala III yaitu uri tertahan akibat kontraksi rahim
tidak ada, selain itu uri lengket erat pada dinding rahim, hal ini dapat
mengakibatkan pendarahan. Untuk merangsang rahim dilakukan manajemen
aktif kala III yaitu: Pemberian sintosinon satu ampul, disuntik dengan intra
muskuler. Melakukan message pada rahim, peregangan pusat terkendali.
Apabila uri tidak lahir dilakukan Manual plasenta yaitu memasukkan tangan
kedalam rahim untuk melahirkan uri. (Pusdiknakes, 2003).
Kala IV persalinan yaitu sejak uri lahir sampai 2 jam pasca persalinan.
Kala IV disebut juga dengan kala pengawasan. Kemungkinan terjadi pendarahan
masih ada akibat kontraksi rahim yang tidak ada, robekan jalan lahir, Uri
tertinggal sebagian dan adanya gangguan pembekuan darah. Peredaran selama
persalinan dianggap patologis apabila perdarahan lebih dari 500 CC ( Sarwono
2005)
9 Waktu persalinan anak akan melewati jalan lahir, yang terdiri dari
tulang dan otot. Tulang panggul terdiri dari tiga bidang, yaitu pintu bawah
panggul. Selain itu otot-otot vagina dan perineum apabila kaku dapat
menghalangi lahirnya anak. Bila salah salah satu ukuran panggul tersebut tidak
normal, janin tidak dapat melewati jalan lahir sehingga harus dilahirkan dengan
seksio sesaria, vakum ekstraksi.
3. Passenger (anak)
Berat anak yang normal adalah 2500 sampai 4000 gram. Apabila
ukuran anak melebihi 4000 gram anak tidak bisa melewati jalan lahir. Untuk
mencegah macet persalinan dan robekan jalan lahir yang luas dan aspeksia pada
janin biasanya dilakukan persalinan dengan tindakan seksio sesaria.
4. Posisi Ibu
Posisi ibu mempengaruhi anatomi dan fisiologi penyesuaian untuk
kelahiran. Posisi yang benar memberi keuntungan . perobahan posisi sering
menghilangkan letih, penambahan kenyamanan dan memperbaiki sirkulasi.
Posisi yang benar termasuk jongkok, berdiri jalan. Dalam posisi yang benar
dapat membantu penurunan janin, kontraksi uterus umumnya lebih kuat dan
kuat dan juga efisien untuk dilatasi servik, menghasilkan persalinan yang lebih
pendek, cepat. Dalam penambahan posisi benar, mengambil posisi yang benar
menurunkan timbulnya tekanan tali umbilicalis.
2.2 Peran Karakteristik Ibu dalam Persalinan Patologis
1. Umur
Pada umur ibu kurang dari 20 tahun rahim dan panggul belum tumbuh
mencapai ukuran dewasa. Akibanya apabila ibu hamil pada umur ini mungkin
mengalami persalinan lama atau macet, karena ukuran kepala bayi lebih besar
sehingga tidak dapat melewati panggul. Sedangkan pada umur ibu yang lebih
dari 35 tahun, kesehatan ibu sudah mulai menurun, jalan lahir kaku, sehingga
rigiditas tinggi. Selain itu beberapa penelitian yang dilakukan bahwa komplikasi
penelitian yang dilakukan bahwa komplikasi kehamilan yaitu Preeklamasi,
Abortus, partus lama lebih sering terjadi pada usia dini. Lebih dari 35 tahun
akibatnya ibu hamil. Lebih dari 35 tahun. Pada zaman dahulu akibanya ibu
hamil pada usi ini mungkin lebih besar anak cacat, persalinan lama, yaitu lebih
dari 12 jam pada primi para dan lebih dari 12 jam dan 8 jam pada multi para.
Selain itu dapat mengakibatkan perdarahan karena uterus tidak berkontraksi
(Depkes, 2001).
2. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu. Sampai dengan paritas
tiga rahim ibu bisa kembali seperti sebelum hamil. Setiap kehamilan rahim
mengalami pembesaran, terjadi peregangan otot-otot rahim selama 9 bulan
kehamilan. Akibat regangan tersebut elastisitas otot-otot rahim tidak kembali
seperti sebelum hamil setelah persalinan. Semakin sering ibu hamil dan
melahirkan, semakin dekat jarak kehamiilan dan kelahiran, elastisitas uterus
semakin terganggu, akibatnya uterus tidak berkontraksi secara sempurna dan
mengakibatkan perdarahan pasca kehamilan (Sarwono, 2005).
3. Pendidikan
Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi, yang bekerja di sektor formal
mempunyai akses yang lebih baik terhadap informasi tentang kesehatan, lebih
aktif menentukan sikap dan lebih mandiri mengambil tindakan perawatan.
Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Makin rendah pengetahuan ibu,
makin sedikit keiinginan memanfaatkan pelayanan kesehatan (Rukmini, 2005).
4. Perilaku Ibu
Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktifitas
seseorang yang merupakan hasil bersama baik eksternal maupun internal.
Seorang ahli pedidikan membagi perilaku kedalam 3 domain: pengetahuan,
sikap dan tindakan. Bila perilaku didasari rendah pengetahuan akan langgeng
dari yang tidak didasari pengetahuan (Rogers, 1974). Ibu hamil harus
berperilaku sehat, agar kehamilan tidak mempunyai masalah yang dapat
mengakibatkan komplikasi dalam persalinan. Adapun perilaku ibu selama hamil
meliputi: kunjungan, asupan gizi, makan tablet zat besi sejak kehamilan 20 mg,
senam hamil, perawatan jalan lahir, pemanfaatan layanan kesehatan.
(Syaiffudin, 2005).
Untuk memantau kondisi kesehatan ibu, pertumbuhan dan
perkembangan janin, serta mendeteksi dini masalah dan komplikasi selama
kehamilan, ibu dianjurkan memeriksakan kehamilan minimal 4 kali: yaitu 1 kali
pada trimester pertama, satu kali selama trimester, trimester dua dan dua kali
pada trimester ketiga. Selain itu untuk meningkatkan kondisi kesehatan ibu
waktu kunjungan diberi informasi mengenai perawatan kehamilan, bahaya
kehamilan.
Asupan gizi selama hamil penting untuk uterus, plasenta dan janin.
Oleh karena itu jika asupan gizi kurang dapat menyebabkan malnutrisi ultra
utrin, yang mengakibatkan berat badan bayi lahir rendah. sebaliknya bila ibu
hamil makan berlebihan dapat menyebabkan bayi besar, yang dapat
mengakibatkan anak sulit lahir melewati jalan lahir. Adapun asupan gizii selama
hamil meliputi karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin.
Makan tablet zat besi selama kehamilan sejak umur kehamilan 20
minggu. Penambahan volume darah ibu naik sekitar 33%. Volume plasma
meningkat 50 % dalam kehamilan. Selama trimester II terjadi hemeokonsentrasi,
oleh karena itu kemungkinan hemoglobin (Hb) ibu menurun. Hb ibu normal
minimal 11 gr%. Apabila hb itu rendah kemungkinan komplikasi dalam
kehamilan dan persalinan yaitu persalinan macet atonia uteri, perdarahan pasca
persalinan (Bobak I, 2000).
Perawatan jalan lahir: Cerviks, Vagina dan Vulva merupakan jalan
lahir yang dilalui oleh bayi. Selama kehamilan terjadi peningkatan cairan (Fluor
albus). Oleh karena peningkatan hormon esterogen dan progesteron. Selain itu
PH vagina meningkat dan sedikit asam yaitu sekitar 5,5 sampai 6,5. Hal ini
dapat mengakibatkan ibu sangat rentan infeksi jalan lahir, infeksi jamur yang
dapat mengakibatkan khorioamnites, yang berpengaruh terhadap kondisi
kesehatan janin (Bobak I, 2000). Oleh karena itu ibu hamil dianjurkan merawat
jalan lahir dengan memperhatikan kebersihan, cebok dengan air bersih, hangat,
air sirih antiseptik dan memakai pakaian dalam bersih dan mengisap.
5. Status pasien
Menurut Roekmini dan Wiludjeng (2005) status ibu bersalin yang
dirawat di ruang bersalin terdiri dari 2 bagian yaitu ibu bersalin, ibu yang datang
sendii dan ibu yang dirujuk. Bila ibu di rujuk sejak kala I kemungkinan ibu
masih bisa mendapatkan asuhan yang lengkap pada tiap tahap persalinan,
namun bila ibu dirujuk pada kala dua, tiga dan empat, biasanya kondisi ibu
persalinan dengan tindakan persalinan yaitu: seksio sesaria, vakum ekstraksi,
induksi persalinan, manual plasenta dan lain-lain.
2.3 Peran asuhan dalan persalinan patologis 2.3.1 Asuhan Selama Persalinan kala I
Persalinan kala I adalah waktu yang diperlukan untuk pembukaan jalan lahir dari 1 CM pada awal persalinan kala I sampai pembukaan serviks 10 CM.
Waktu yang dibutuhkan 12 jam pada primi para dan 6 sampai 8 jam pada multi
para. His pada awal kala 1 tiap 10 -15 menit dan kekuatan 20 detik dan
berangsur bertambah menjadi 3 kali dalam 10 menit dengan kekuatan sekitar 60
detik menjelang bayi lahir. (Syaiffudin, 2002). Selama kala I ibu perlu
mendapatkan asuhan sayang ibu yang meliputi:
1. Dukungan emosioanl
Kelahiran seorang bayi akan mempengaruhi kondisi emosional seluruh
keluarga. Oleh karena itu usahakan suami atau anggota keluarga yang lain
terlibat dalam proses persalinan. Usahakan agar mereka melihat, membantu jika
memungkinkan. Selama persalinan ibu akan merasa nyeri menderita dan merasa
kuatir tentang proses persalinan yang akan dilalui. Yakinkan ibu agar tidak
merasa takut dan cemas.
a. Memberikan dukungan dan meyakinkan diri pasien
b. Memberikan informasi mengenai proses dan kemajuan persalinanya
c. Mendengar keluhannya dan mencoba untuk sensistif terhadap perasaannya
2. Pengaturan posisi
Anjurkan ibu yang sedang dalam proses persalinan untuk mendapatkan
posisi yang paling nyaman. Berjalan, duduk atau jongkok akan membantu
proses penurunan kepala janin. Anjurkan ibu untuk berjalan dan bergerak, tidak
berbaring telentang. Tidur telentang dapat menekan pembuluh darah (Vena
Cava Inferior), yang dapat mengakibatkan suplai berdarah ke janin berkurang
sehingga bayi gawat janin. (Syaiffudin, 2005). Posisi yang dianjurkan:
a. Melakukan perubahan posis
b. Menganjurkan posisi sesuaid dengan keinginan ibu, jika ibu ingin di tempat
tidur dianjurkan tidur miring ke kiri
c. Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan di ruang bersalin
d. Anjurkan ibu didampingi suami atau keluarga untuk memijat atau menggosok
pungung dan membasuh muka antar kontraksi.
e. Ibu diperbolehkan melakukan aktifitas sesuai kesanggupannya .
f. Ajarkan ibu teknik relaksasi, cara bernafas. Ibu diminta untuk menarik nafas
panjang, menahan nafasnya sebentar kemudian dilepas dengan cara meniup
udara keluar sewaktu serasa kontraksi
3. Pemberian cairan
Anjurkan ibu untuk minum cairan yang mengandung nutrisi atau air
bias. Cairan akan memberi tenaga dan mencegah ibu dari dehidrasi yang akan
dapat mempengaruhi His. Dehidrasi akan membuat ibu lelah, menurunkan
kekuatan his.
4. Kebersihan
Infeksi yang dapat terjadi selama proses persalinan akan dapat
menyebabkan kematian atau penyakit pada janin. Penolong persalinan harus
mencari sesering mungkin, menggunakan alat yang steril untuk mencegah
menghambat penurunan kepala janin dan kenyamanan ibu. Tidak dianjurkan
melakukan kateterisasi (mengeluarkan urin dengan alat).
2.3.2 Asuhan Selama Persalinan Kala II
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan pembukaan serviks sudah lengkap atau kepala janin sudah
tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm. Penanganan yang sebaiknya
deiberikan pada ibu antara lain (Syaiffudin, 2002).
1. Anjurkan pendamping memberikan dorongan/ dukungan selama
proses persalinan dan kelahiran.dengan alasan memisahkan ibu orang
yang memberikan dukungan akan berkaitan dengan hasil persalinan
yang baik.
2. Berikan dorongan dan besarkan hati ibu. Jelaskan kemajuan
persalinan pada ibu dan keluarga, serta ibu dalam meneran.
3. Biarkan ibu memilih posisi yang sesuai meneran
4. Penolong harus memberikan rasa aman dan nyaman,
menghilangkan rasa takut pada ibu, memberikan dukungan moral
serta membesarkan hati ibu.dukungan ini membantu ibui agar santai.
Memberikan pujian saat ibu mengejan.
5. Menjaga kebersihan diri, agarn terhindar dari infeksindir. Jika ada
darah lendir atau cairan ketuban keluar dari vagina segera
dibersihkan.
6. Mengipas dan memijat untuk menambah kenyamanan bagi ibu.
7. Memberi dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau
ketakutan ibu dengan cara: menjaga privasi ibu, penjelasan tentang
proses dan kemajuan persalinan.
8. Mengatur posisi ibu dalam membimbing mengedan dapat dipilih
berbagai macam posisi berikut: jongkok, tidur miring, setengah
duduk. Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri,
mudah mengedan, kurangya mentrauma vagina dan perineum dan
infeksi.
9. Menjaga kandung kemih tetap kosong, oleh karena itu itu ibu
dianjurkan berkemih sesering mungkin.
10. Memberikan cukup minum, disamping untuk memberi tenaga dan
mencegah dehidrasi.
11. Pada saat mengedan, bantu ibu memperoleh posisi yang paling
nyaman. Setian posisi memiliki keuntungannya masing-masing,
misalnya posisi setengah duduk dapat membantu turunya kepala
janin jika persalinan berjalan lambat.
12. Ibu di bimbing mengedan, selama his, anjurkan kepada ibu untuk
mengambil nafas. Mengedan tanpa diselingi bernafas,
kemungkinan dapat menurunkan PH pada arteri umbilcius yang
dapat menyebabkan denyut jantung tidak normal. Minta ibu
bernafas selagi kontrraksi ketika kepala janin akan lahir. Hal ini
menjaga agar perineum meregang pelandan mengontrol lainnya
kepala serta mencegah robekan. Setelah bayi lahir nilai warna kulit,
tonus otot, kemampuan bernafas dan aktifitas.
13. Periksa denyut jantung janin (DJJ) pada saat kontraksi dan setelah
setiap kontraksi untuk memastikan janin tidak mengalami
2.3.3 Asuhan Selama Persalinan Kala III
Asuhan pada kala III (Pengeluaran Aktif Plasenta) membantu
menghindarkan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penatalaksanaan aktif
kala III meliputi:
1. Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga
mempercepat pelepasan plasenta. Oksotosin dapat diberikan dalam 2
menit setelah kelahiran bayi. Jika oksotosin tidak tersedia, rangsangan
puting payudara ibu atau susukan bayi guna menghasilkan oksitosin
alamiah.
2. Lakukan penegangan tali pusat terkendali ( PTT) dengan cara: satu
tangan diletakkan pada korups uteri tepat di atas simfisis puubis. Selama
kontraksi tangan mendorong korups uteri dengan gerakan dorso cranial
kearah beakang dan ke arah kepala ibu. Tangan yang lain memegang
tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat (2-3 menit). Selama
kontraksi dilakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus
menerus, dalam tegangan yang sama dengan tangan ke uterus.
3. PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi. Tangan pada uterus
merasakan kontraksi atau ibu dapat juga memberi tahu petugas ketika ia
merasakan kontraksi. Ketika uterus sedang tidak berkontraksi, tangan
petugas dapat tetap berada pada uterus tetapi bukan melakukan PTT.
Ulangi langkah-langkah PTT pada setiap kontraksi sampai plasenta
terlepas.
4. Begitu plasenta terasa terlepas, plasenta di keluarkan dengan
menggerakkan tangan atau klem pada tali pusat mendekati plasenta.
Plasenta di keluarkan dengan gerakan ke bawah dan ke atas sesuai
dengan kalan lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan
perlahan memutar plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan
selaput ketuban.
5. Segera setela plasenta dan selaputnya dikeluarkan, fundus uteri dipijat
agar menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran
darah dan mencegah perdarahan pasca persalinan, jika uterus tidak
berkontraksi kuat selama 10-15 detik atau jika perdarahan hebat terjadi
maka segera laktoni kompresi bimanual dalam. Jika atonia uteri tidak
teratasi dalam waktu 1-2 menit, ikuti protokol untuk perdarahan pasca
persalinan.
6. Jika amenggunakan manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir
dalam waktu 30 menit, periksa kandung kemih dan lakukan katerisasi
jika kandung kemih penuh, periksa adanya tanda-tanda pelepasan
plasenta, berikan oksitosin 10 unit Intra muskuler dimana dosis ketiga
dalam jarak waktu 15 menit dari pemberian oksitosin dosis pertama,
siapkan rujukan jika tidak ada tanda-tanda pelepasan plasenta.
7. Periksa ibu secara seksama dan jahit semua robekan pada serviks atau
vagina atau perbaiki episiotomi.
2.3.4 Asuhan Selama Persalinan Kala IV
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan awal yang kritis bagi
ibu dan bayi.kemungkinan perdarahan akibat tidak adanya kontraksi, uterus
yang lelah karena rahim ibu baru saja mengalami perubahan fisik. Rahim yang
selama inii membesar akan berangsur kembali seperti di luar hamil. Penolong
harus tinggal bersama ibu untuk memastikan kondisi fital sgn, keadaan rahim.
1. Pemeriksaan undus uteri tiap 15 menit pada jam pertama dan setiap
20-30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, pijat uterus sampai
menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi,otot uterus akan menjepit
pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan. Hal ini dapat
mengurangi kehilangan darah dan mencegah perdarahan pasca
persalinan
2. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap
15 menit pada jam pertamadan setiap 30 menit selama jam kedua.
3. Menganjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi dan
menawarkan ibu makanan dan minuman yang disukainnya
4. Membersihkan ibu, vulva, dan perineum. Kenakan pakaian ibu yang
bersih dan kering
5. Membiarkan ibu beristirahat karna lelah melahirkan bayinya dan
membantu ibu pada posisi yang aman.
6. Membiarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan bayi
dan ibu sebagai permulaan dengan menyusui bayinya .
7. Segera seteslah bayi lahir adalah waktu yang tepat untuk memulai
memberikan ASI (Air Susu Ibu) karena menyusui juga membantu uterus
berkontraksi.
8. Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun dan dibantu karena
masih dalam keadaan lemah atu pusing setelah persalinan. Pastikan ibu
sudah buang air kecil dam 3 jam pasca persalinan.
9. Ajari ibu atauanggota keluarga tentang bagaimana merangsang kontraksi
mengenal tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi
2.4 Kerangka Konsep _ Variabel Independen
Variabel Dependen
Karakteristik Ibu
- umur - paritas
- tingkat pendidikan - perilaku
- status pasien
Asuhan yang diterima Ibu - Asuhan Kala I - Asuhan Kala II - Asuhan Kala III - Asuhan kala IV
Lingkungan - Fasilitas - Alat
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian adalah analitik dengan menggunakan pendekatan
Explanatory research untuk mengetahui hubungan kasual antara variabel
independen dengan variabel dependen melalui pengujian hipotesa
(Singarimbun.M dan Effendi. S, 1995)
3.2 Lokasi dan Waktu 3.2.1 Lokasi
Lokasi penelitian adalah Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan
Jalan Kapten Muslim No. 79 Medan. Dengan alasan bahwa di RSU Sari Mutiara
Medan masih tinggi kasus persalinan patologis.
3.2.2 Waktu
Penelitian berlangsung pada bulan Februari sampai April 2007
3.3 Populasi dan Sampel 3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua ibu bersalin patologis di Rumah
Sakit Umum Sari Mutiara Medan, pada bulan Februari s/d April 2007.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian dihitung dengan rumus beda dua proporsi (Iwan
Ariawan, 1998)
n=
(
Z1-α/2√
2P (1-P) + Z1-β√
P1(1-P1) + P2 (1-P2))²
(
P1-P2)
²
n = Jumlah Sampel
P = P1+ P2
2
P1 = Proporsi kejadian persalinan patologis di beberapa rumah sakit
(55%)
P2 = Prevalansi kejadian persalinan patologis menurut Standart Nasional
Depkes (15%)
Derajat Kemaknaan (
α
) 5%Kekuatan Uji = 80 %
Pada penelitian terdahulu di beberapa rumah sakit diperoleh proporsi
persalinan patologis 35,7 -55,3 %. Dengan menggunakan rumus di atas
diperoleh besar sampel minimal 40 orang, dengan tehnik pengambilan data
bertujuan (Purposive Sampling)
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer: data yang langsung diperoleh dari respon den melalui
b. Data sekunder: data yang mendukung data primer yang diperoleh dari
dokumen/ status pasien
3.4.2 Hasil Uji Realibilitas
Pada penelitian ini, sebelum data dikumpulkan terlebih dahilu
dilakukan. Coba instrumen. Uji coba dilakukan selama 4 ( empat hatri yaitu
pada tahap 20 orang pasien di RSU Sari mutiara medan. Hasil uji vadilitas
terhadap butir-butir pengamatan dari masing-masing item pertanyaan
digunakan kolerasi Product moment. Dikatakan valid apabila r lebih besar dari r
tabel=0,1806. Hasil pengolahan diperoleh nilai r dan masing- masing item
instrumen mempunyai r lebih besar dari 0,1806 sehingga instrumen pertanyaan
tersebut dapat dikatakan valid.
a.Uji reabilitas dilakukan setelah uji vadilitaa dengan mengambil
butir-butir instrumen dari masing-masing variabel digunakan rumus koefisien
alpha cronchbach. Dikatakan instrumen realibel apabila nilai koefisien
alpha cronchbach lebih besar dari r tabel = 0,1806. dari hasil
pengamatan diperoleh bahwa koefisien alpha cronchbach dari semua
variabel lebih besar dari 0,1806, sehingga dapat dikatakan bahwa
instrumen dari masing-masing variabel sudah realibel.
b.Setelah dilakukan uji validitas dan realibilitas maka dilakukan penelitian
dengan cara mengisi kuisioner. Pada saat responden mengisi kuisioner
peneliti mendampingi dan memberikan penjelasan kepada responden
tentang hal-hal yang tidak diketahui responden. Kuisioner diisi
dihadapan peneliti, demikian seterusnya sampai selesai pengisian
kuisioner sebanyak 40 orang responden..
3.5 Variabel dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel
Adapun variabel –variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Karakteristik Ibu yang meliputi umur, pendidikan, paritas dan perilaku
yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya persalinan patologis.
2. Asuhan yang diterima ibu adalah tindakan yang dilakukan kepada ibu
selama persalinan.
3. Persalinan patologis
4. Lingkungan
3.5.2 Defenisi Operasional
1. Umur adalah ulang tahun Ibu terakhir pada saat dilakukan wawancara.
2. Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan
3. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir
4. Perilaku ibu adalah perawatan yang tidak dilakukan ibu selama kehamilan
meliputi: kunjungan, asupan gizi, tablet zat besi, perawatan jalan lahir,
senam hamil dan pemeriksaan laboratorium hb dan urine.
5. Status pasien adalah latar belakang pasien pada saat masuk rumah sakit
(rujuk atau tanpa rujukan)
6. Asuhan kala I adalah tindakan yang tidak diterima ibu sejak awal
persalinan sampai pembukaan jalan lahir (servic) lengkap.
7. Asuhan Kala II adalah tindakan yang tidak diterima ibu sejak
pembukaan jalan lahir (servic) lengkap sampai dengan anak lahir.
8. Asuhan kala II adalah tindakan yang tidak diterima ibu sejak
9. Asuhan kala III adalah tindakan yang diterima ibu sejak uri lahir sampai
dua jam pasca persalinan.
10. Persalinan Patologis adalah persalinan dengan tidak normal yaitu
dengan penyulit pada kala I, II, III, dan IV yaitu: seksio sesaria, vakum
ekstraksi, induksi persalinan dengan sintosinon, manual plasenta,
perdarahan dan lain-lain.
11. Lingkungan adalah fasilitas dan alat adalah kondisi ruang bersalin dan
alat-alat pertolongan persalinan (dalam hal ini tidak diteliti)
3.6 Metode Pengukuran 3.6.1 Perilaku Ibu
Untuk menilai perilaku ibu (perawatan yang dilakukan) selama
kehamilan dinilai dengan 12 item pertanyaan, dikelompokkan menjadi 2 bagian.
a.bagian I (Soal no 1-9) bila responden menjawab no 1, skor 4, bila
menjawab no 2, skor 3, bila menjawab no 3, skor 2, bila menjawab
no 4 skor 1 dan bila menjawab no 5 skor 0.
b. Bagian II (Soal no 10-12) setiap jawaban diberi skor 1. responden
bisa memilih jawaban lebih dari 1.
c.Berdasarkan skor tersebut, nilai minimal perilaku 3 dan maksimal 48.
Selanjutnya dikategorikan sebagai berikut:
1.Buruk apabila mempunyai skor 3-8
2.Cukup apabila mempunyai skor: 19-34
3.Baik apabila mempunyai skor: 35-48
Asuhan Kala I
a. Bagian I ( Soal no 13-19) bila responden menjawab no 1, skor 4, bila
menjawan no 2 skor 3, bila menjawab no 3 skor 2, bila menjawab no 4
skor 1. Sehingga skor minimal 7 dan maksimal 28
b. Bagian II ( Soal no 20-25) setiap jawaban diberi skor 1. responden bisa
memilih jawaban lebih dari 1. Sehingga nilai minimal 6 maksimal 24.
Berdasarkan skor tersebut, nilai minimal asuhan kala I, 13 dan maksimal
52.
Asuhan Kala II,III,IV
a. Bagian I bila responden menjawab no.1, skore 4, bila menjawab no 2 skor
3, bila menjawab no3 skor 2, bila menjawab no 4 skor 1.
b.Bagian setiap jawaban diberi skor 1. Responden bisa memilih jawaban
lebih dari 1
Berdasarkan penelitian tersebut, nilai minimal asuhan kala I, II, III, IV
adalah 4 dan nilai maksimal 16
Tabel 3.1 Aspek pengukuran Asuhan yang diterima Ibu selama Persalinan.
27
Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan tekhnik analisa:
1. Analisis Univariat: tujuan analisis untuk menjelaskan distribusi frekuensi
atau besarnya proporsi menurut variabel independen dan variabel
dependen.
2. Analisis bivariat: tujuan analisis ini untuk menjelaskan hubungan antara
variabel independen dengan dependen yang diduga kuat mempunyai
hubungan analisa ini menggunakan uji chi-square dengan menggunakan
derajat kepercayaan 95%. Bila expected count 25 % maka yang dibaca
adalah uji Fischer Exact.
3. Analisa mltivariat: tujuan analisis ini untuk melihat faktor mana yang
paling dominan pada variabel independen dalam mempengaruhi variabel
dependen dengan menggunakan uji Regresi Berganda.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan
Rumah Sakit Umum (RSU) Sari Mutiara Medan merupakan salah satu
unit pelayanan kesehatan kelas madya plus yang berstatus swasta milik dari
Yayasan Sari Mutiara Medan. Pada pertama kali didirikan berbentuk praktek
bidan berizazah pada tanggal 23 September 1963 oleh Bidan S. Sitanggang.
Setelah mengalami beberapa kali perubahan nama, akhirnya pada tanggal 08
Januari 1988 menjadi RSU Sari Mutiara yan diresmikan oleh Bapak Kepala
Kantor Wilayah Depkes RI Propinsi Sumatera. RSU Sari Mutiara Medan juga
digunakan sebagai tempat mahasiswa yang akan melakukan praktek/ pelatihan
untuk mendapatkan asuhan keperawatan. RSU Sari Mutiara ini didirikan diatas
tanah seluas 2.414 m² dengan luas ruang dan kantor 2.043 m².
Tujuan didirikanya RSU Sari Mutiara adalah untuk meningkatkan
derajat kesehatan bagi masyarakat dengan visinya menciptakan pelayan yang
berkualitas nasional dan dengan misi memberikan pelayan kesehatan yang
bermutu, nyaman dan terjangkau oleh masyarakat. Fasilitas dan pelayanan yang
ada pada RSU Sari Mutiara antara lain Instalasi Gawat Darurat (IGD), poliklinik
spesialis, rawat inap, perawatan, Intensive Care Unit (ICU) , kamar operasi,
kamar bersalindan bayi, laboratorium, farmasi, endoskopi, radiology (CT-scan,
Rontgen, USG), medical check up, rehabilitasi medik, rekam medik, ambulans,
gizi dan tempat pendidikan.
Ruang kebidanan RSU Sari Mutiara Medan terdiri dari kelas III= 15
VIP 3 tempat tidur. Ruang bersalin mempunyai 3 tempat tidur khusus bersalin
dan mempunyai alat diagnostik (Ultra Sono Grafi) alat pertolongan persalinan
normal dan patologis yaitu Vacum Extracto. Perawatan ibu bersalin dilakukan
dengan Roomming in yaitu bayi dengan kapasitas 10 tempat tidur bayi dan 4
tidur khusus bagi bayi prematur (lahir kurang bulan). Disamping untuk ruang
bersalin, RSU Sari Mutiara Medan juga memiliki tempat tidur untuk ruangan
lain yang dicantumkan menurut kelas seperti dibawah ini:
Tabel 4.1 Jumlah Tempat Tidur menurut Kelas di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2007
No Kelas Jumlah Tempat Tidur
1
Keberadaan RSU Sari Mutiara Medan didukung oleh berbagai tenaga medis
maupun non medis. Adapun komposisi ketenagaan tersebut dapat digambarkan
seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel. 4.2 Tenaga Para Medis Perawatan di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2007
Nomor Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah
1
4.2 Analisis Univariat Karakteristik Responden
Analisis univariat dari karakteristik responden dan asuhan persalinan
yang diterima ibu serta status pasien berturut-turut akan dijabarkan dibawah ini.
Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Responden di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2007
Lanjutan tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Responden di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara
No Variabel Jumlah %
3 Tingkat pendidikan
a. SLTA
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat nahwa 95 responden pada
kelompok umur antara 20-35m tahun selebihnya pada kelompok umur > 35
tahun. Berdasarkan paritas 82,5 % responden mempunyai paritas < hanya
sebagian kecil yaitu 17,5 % responden mempunyai lebih dari 3 anak. Semetara
berdasarkann pendidikan terlihat 90% berpendidikan SLTA. Selebihnya
berpendidkan DIII dan Sarjana. Perilaku responden 67,5% mempunyai perilaku
buruk dan selebinhya responden mempunyai perilaku cukup.Berdasarkan status
pasien 65% responden berstatus rujukan dan selebihnya buku rujukan.
Tabel 4.4 Distribusi perilaku responden selama hamil di rumah sakit Umum Sari Mutiara Medan tahun 2007
No Perilaku ibu N %
1 Pemeriksaan Kehamilan
1 kali
2 Frekuensi makan
3 kali ½ gelas dengan kuah
6 34
15 35
Total 40 100
4 Konsumsi tablet besi
Usia kehamilan 36 minggu Usia kehamilan 28minggu Usia kehamilan 24 minggu Usia kehamilan 20 minggu
2 Minum obat tanpa resep Minum jamu-jamuan Minum obat beli diwarung Pergi ke petugas kesehatan
Lanjutan Tabel 4.4. Distribusi Karakteristik Responden di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007
No Perilaku Ibu n %
8 Pemeriksaan Laboratorium
Pernah
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hanya 52,5 ibu memeriksa
kehamilan lebih dari 4 kali, frekuensi lebih dari 3 kali 27,5 % makan sayur 85%
kurang dari 1 gelas, mengkonsumsi tablet zat besi hanya 47,5 % sejak
kehamilan 20 minggu, tidak melakukan senam hamil 72,5 % maka obat tanpa
resep ,82,5% dan berobat ke petugas kesehatan bila ada keluhannya 5 %.
Tabel 4.5 Distribusi Asuhan Persalinan di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007
Total 40 100
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat sebanyak 70 % responden tidak
menerima asuhan kala I secara lengkap, selebihnyua responden mencerima
asuhan kala I dengan lengkap. Demikian juga dengan asuhan kala II 80 %
menerima asuhan tetapi tidak lengkap dan 20 % menerima asuhans secara
lengkap. Untuk asuhan kala III terlihat bahwa 77,5 % menerima asuhan tetapi
tidak lengkap selebihnya responden menerima asuhin kala III dengan lengkap.
Adapun asuhan kala IV responden 87,5 % menerima asuhan secara lengkap dan
selebihnya tidak menerima asuhann kala IV secara lengkap.
4.3 Analisis Bivariat Karakteristk4.. Ibu dengan kejadian persalinan dan patologis.
4.3.1 Hubungan Umur Responden dengan kejadian persalinan patologis.
Hubungan kelompok umur ibu yang bersalin dengan persalinan patologis
dapat dilihat dari tabel.
Tabel 4.6 Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Persalinan Patologis di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007
No Umur
Responden
Kejadian persalinan
Sintosinon, Vakum Sintosinon
Ekstraksi,Seksio Vakum Ekstraksi Jumlah
Sesaria, lainnya Lainnya
N % N % N %
1 >35 Tahun 3 7,5 - - 3 7,5
2 20-35 Tahun 22 55 15 37,5 37 92,5
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas usia
responden antara 20-35 tahun sebanyak 92,5% dengan persalinan patologis:
sintosinon, vakum ekstraksi, dan seksio sesaria dan 55 % dengan jenis
persalinan sintosinon, vakum ekstraksi, dan lainnya. Dari hasil Chu Square
Expected Count>25% sehingga, dibaca uji Fisher Exact, hasilnya P= 0,279
(P>0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian
persalinan patologis.
Hubungan Paritas Responden dengan Kejadian Persalinan Patologis
Hubungan paritas responden yang bersalin dengan kejadian persalinan
patologis dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7. Hubungan Paritas Responden dengan Kejadian Persalinan Patologis di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007
No Paritas
Responden
Kejadian persalinan
Sintosinon, Vakum Sintosinon
Ekstraksi,Seksio Vakum Ekstraksi Jumlah
Sesaria, lainnya Lainnya
n % n % n %
1 < 3 anak 20 50 13 32,5 33 82,5
2 > Anak 5 12,5 2 5 7 17,5
Jumlah 25 62,5 15 37,5 40 100
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas paritas
responden < 3 anak yaitu sebanyak 82,5 dengan kejadian persalinan sintosinon,
vakum ekstraksi dan seksio sesaria dan lainnya 50%. Sedangkan pada paritas >
3 jenis persalinan sintosinon, vakum ekstraksi, dan lainnya yaitu 17,5%. Dari
hasil uji Chi square Expected Count > 25% sehingga, dibaca Fisher Exact,
hasilnya P= 0,691 (P>0,05) artinya tidak ada hubungan paritas dengan kejadian
persalinan patologis.
4.3.3 Hubungan Pendidikan Responden dengan Kejadian Persalinan Patologis
Hubungan pendidikan responden yang bersalin dengan kejadian
persalinan patologis dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.8. Hubungan Pendidikan Responden dengan Kejadian Persalinan Patologis Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007
No Pendidkan
Responden
Kejadian persalinan
Sintosinon, Vakum Sintosinon
Ekstraksi,Seksio Vakum Ekstraksi Jumlah
Sesaria, lainnya Lainnya
n % n % n %
1 SLTA 23 57,5 13 32,5 36 90
2 DIII dan
Sarjana
2 5 2 5 4 10
Jumlah 25 62,5 15 37,5 40 100
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa mayoritas ibu
berpendidikan SLTA sebanyak 90% dengan kejadian persalinan sintosinon,
vakum ekstraksi, seksio sesaria, dan lainnya sebesar 57,5 %. Sedangkan
Pendidikan DIII dan sarjana jenis persalinan 10% dengan sintosinon, vakum
ekstrasi, dan lainnya. Dari hasil uji Chi Square expected count>25% sehingga.
Dibaca Fisher Exact, hasilnya P = 0,622 (P>0,05) yang artinya tidak ada
Hubungan Perilaku Responden dengan Kejadian Persalinan Patologis
Hubungan perilaku responden yang bersalin dengan kejadian
persalinan patologis dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.9 Hubungan Perilaku Ibu dengan Kejadian Persalinan Patologis di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007
No Perilaku
Responden
Kejadian persalinan
Sintosinon, Vakum Sintosinon
Ekstraksi,Seksio Vakum Ekstraksi Jumlah
Sesaria, lainnya Lainnya
n % n % n %
1 Buruk 22 57,5 4 10 27 67,5
2 Cukup 2 5 11 27,5 13 32,5
Jumlah 25 62,5 15 37,5 40 100
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas perilaku
ibu selama kehamilan buruk sebanyak 67,5 % dengan kejadian persalinan
sintosinon, vakum ekstrasi, seksio sesaria, dan lainnya sebanyak 57,5 % dan
32,5 % dengan kejadian persalinan sintosinon, vakum ekstrasi, dan lainnya
berperilaku cukup 27,5%. Dari hasil uji Chi Square diperoleh hasil P=0,00
(>0,05)
Hubungan Asuhan Kala I dengan Kejadian Persalina Patologis ubungan Asuhan Kala I dengan Kejadian Persalina Patologis
Hubungan Asuhan Kala I dengan Kejadian Persalinan Patologis dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.10 Hubungan Asuhan Kala I dengan Kejadian Persalinan Patologis di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2007
No Asuhan
Kala I
Kejadian persalinan
Sintosinon, Vakum Sintosinon
Ekstraksi,Seksio Vakum Esktrasi Jumlah
Sesaria, lainnya Lainnya
n % n % n %
1 Tidak
Lengkap
22 55 6 15 28 70
2 Lengkap 3 7,5 9 22,5 12 30
Jumlah 25 62,5 15 37,5 40 100
Berdasarkan Tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas
responden tidak menerima asuhan kala 1 secara lengkap yaitu sebesar 70 %
dengan kejadian persalinan patologis sintosinon, vakum esktrasi, seksio sesaria,
lainnya 55 %. Sementara dari 30% menerima asuhan lengkap 22,5% jenis
persalinan dengan sintosinon, vakum ektrasi dan lainnya. Dari hasil uji Chi
Square diperoleh hasil 0,001 (P < 0,05) yang berarti ada hubungan antara
Asuhan Kala I yang diterima dengan kejadian persalinan patologis.
Hubungan Asuhan Kala II dengan Kejadian Persalinan Patologis dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.11 Hubungan Asuhan Kala II dengan Kejadian Persalinan Patologis di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2007.
No Asuhan
Kala II
Kejadian persalinan
Sintosinon, Vakum Sintosinon
Ekstraksi,Seksio Vakum Esktrasi Jumlah
Sesaria, lainnya Lainnya
n % n % n %
1 Tidak
Lengkap
23 57,5 9 22,5 32 80
2 Lengkap 2 5 6 15 8 20
Jumlah 25 62,5 15 37,5 40 100
Berdasarkan Tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas ibu pada
asuhan kala II tidak menerima asuhan secara lengkap sebanyak 80% dengan
kejadian persalinan patologis sintosinon, vakum ekstrasi, seksio sesaria dan
lainnya sebesar 57,5%. Sementara 20 % menerima asuhan secara lengkap 15%
dengan kejadian persalinan sintosinon, vakum ekstrasi, dan lainnya. Dari hasil
uji Chi Square diperoleh nilai P = 0,014 (P< 0,05) yang artinya ada hubungan
asuhan kala II dengan kejadian persalinan patologis.
Hubungan Asuhan Kala III dengan Kejadian Persalinan Patologis bungan Asuhan Kala III dengan Kejadian Persalinan Patologis
Hubungan Asuhan Kala III dengan Kejadian Persalinan Patologis
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.12 Hubungan Asuhan Kala III dengan Kejadian Persalinan Patologis di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2007
No Asuhan
Kala III
Kejadian persalinan
Sintosinon, Vakum Sintosinon
Ekstraksi,Seksio Vakum Esktrasi Jumlah
Sesaria, lainnya Lainnya
n % n % n %
1 Tidak
Lengkap
23 57,5 8 20 31 77,5
2 Lengkap 2 5 7 17,5 9 22,5
Jumlah 25 62,5 15 37,5 40 100
Berdasarkan Tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas
responden tidak menerima asuhan kala III secara lengkap yaitu 77,5 % dengan
kejadian persalinan patologis sintosinon, vakum ekstrasi, seksio sesaria dan
lainnya sebesar 57,5%. Sedangkan sebanyak 22,5% yang menerima asuhan kala
III secara lengkap 17,5% dengan kejadian sintosinon, vakum ekstrasi dan
lainnya. Dari hasil uji Chi Square diperoleh P=0,005 (P<0,05) yang artinya ada
hubungan asuhan kala III yang diterima dengan kejadian persalinan patologis.
Hubungan Asuhan Kala IV dengan Kejadian Persalinan Patologis
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.13 Hubungan Asuhan Kala IV dengan Kejadian Persalinan Patologis di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2007
No Asuhan
Kala IV
Kejadian persalinan
Sintosinon, Vakum Sintosinon
Ekstraksi,Seksio Vakum Esktrasi Jumlah
Sesaria, lainnya Lainnya
n % n % n %
1 Tidak
Lengkap
24 60 11 27,5 35 87,5
2 Lengkap 1 2,5 4 10 5 12,5
Jumlah 25 62,5 15 37,5 40 100
Berdasarkan Tabel 4.13 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas
responden tidak menerima asuhan kala IV secara lengkap yaitu 87,5 % dengan
kejadian persalinan patologis sintosinon, vakum ekstrasi, seksio sesaria dan
lainnya. Sementara 12,5% yang menerima asuhan kala IV tidak lengkap 10 %
dengan kejadian sintosinon, vakum ekstrasi dan lainnya. Dari hasil uji Chi
Square diperoleh P=0,036 (P<0,05) yang artinya ada hubungan asuhan kala IV
yang diterima dengan kejadian persalinan patologis.
Analisis Multivariat isis Multivariat