• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI MUJAHADAH AN-NAFS, HUSNUZHAN DAN UKHUWWAH KELAS X SMK MIFTAHUSSALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI MUJAHADAH AN-NAFS, HUSNUZHAN DAN UKHUWWAH KELAS X SMK MIFTAHUSSALAM"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 2 No.2 Oktober 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:

1118

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI MUJAHADAH AN-NAFS, HUSNUZHAN DAN

UKHUWWAH KELAS X SMK MIFTAHUSSALAM

Rahmaniah

Prodi Pendidikan Profesi Guru, IAIN Palangka Raya Email : rahmaniah062@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan Model Problem Based Learning dalam meningkatkan hasil belajar materi Mujahadah An-Nafs, Husnuzhan dan Ukhuwwah Siswa Kelas X SMK Miftahussalam Pembuang Hulu Kecamatan Hanau Kabupaten Seruyan Tahun Pelajaran 2022/2023. Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, materi pokok tentang Mujahadah An-Nafs, Husnuzhan dan Ukhuwwah, pada siswa kelas X SMK Miftahussalam, dengan jumlah 31 siswa. Tempat penelitian perbaikan pembelajaran adalah di SMK Miftahussalam Pembuang Hulu Kecamatan Hanau Kabupaten Seruyan. Waktu penelitian ini dilakukan ini melalui dua siklus, siklus I tanggal 19-25 September 2022, siklus II tanggal 28 September-4 Oktober 2022. Hasil penelitian ini adalah pembelajaran dengan Model Problem Based Learning memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti materi Mujahadah An-Nafs, Husnuzhan dan Ukhuwwah pada Siswa Kelas X SMK Miftahussalam Pembuang Hulu Kecamatan Hanau Kabupaten Seruyan.

Hal ini dapat dilihat pada Siklus I, dari 31 siswa yang tuntas sebanyak 16 siswa (52%) dan yang belum tuntas sebanyak 15 siswa (48%). Sedangkan pada Siklus II, siswa yang tuntas sebanyak 27 siswa (87%) dan yang belum tuntas sebanyak 4 siswa (13%). Jadi, setelah diadakan Siklus II hasil belajar siswa meningkat sebesar 35%. Pembelajaran dengan menggunakan Model Problem Based Learning ini ternyata sangat tepat untuk digunakan pada materi Mujahadah An- Nafs, Husnuzhan dan Ukhuwwah

Kata Kunci :Model Problem Based Learning, Hasil Belajar, Mujahadah An-Nafs, Husnuzzan dan Ukhuwah

(2)

Vol. 2 No.2 Oktober 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:

1119 PENDAHULUAN

Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum pada suatu lembaga pendidikan agar dapat mendorong peserta didik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan siswa menuju perubahan tingkah laku baik intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan mahluk sosial.

Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas dan kuantitas pengajaran yang dilakukannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, agar siswa dapat belajar dengan baik sehingga tujuan pembelajran bisa tercapai.

Berdasarkan hasil studi pra penelitian yang dilakukan pada siswa kelas X SMK Miftahussalam dapat diketahui bahwa sebagian hasil belajar siswa rendah.

Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya hasil tes ulangan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti materi Mujahadah an-Nafs, Husnuzhan dan Ukhuwwah. Dari 31 siswa kelas X, terdapat 27 siswa atau 87% yang mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal. Oleh karena itu, diperlukan tindakan yang nyata dari guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa, salah satunya melalui perubahan model pembelajaran. Problem Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar.

Pengajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran (Nurhadi, 2004).

Penggunakan model Problem Based Learning dalam proses pembelajaran peserta didik dapat memecahkan masalah, belajar sendiri, kerja sama tim, dan memperoleh pengetahuan yang luas. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu kiranya ada sebuah bahan kajian yang mendalam tentang apa dan bagaimana Problem Based Learning ini untuk selanjutnya diterapkan dalam sebuah proses pembelajaran, sehingga dapat memberi masukan, khususnya kepada para guru tentang pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning).

(3)

Vol. 2 No.2 Oktober 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:

1120

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, peneliti merasa perlu melakukan penelitian tentang upaya untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar peserta didik. Penelitian yang akan dilakukan berjudul “Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Mujahadah An-Nafs, Husnuzzan dan Ukhuwah Kelas X SMK Miftahussalam”.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagi peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kaloboratif dan partisifatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus (Kunandar, 2008:44-45).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara pendekatan kualitatif dan pendekatan kuntitatif. Pendekatan kualitatif digunakan karena penelitian tindakan kelas menunjukan pada pemaknaan apa yang terjadi dalam proses pembelajaran baik yang terkait dengan kondisi awal pembelajaran maupun yang terjadi setelah diterapkannya tindakan. Adapun pendekatan kuantitatif digunakan karena tetap ada proses perhitungan nilai rerata belajar anak-anak di dalam penelitian tindakan kelas.

Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2022/2023 pada bulan september sampai dengan bulan oktober 2022. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Miftahussalam Pembuang Hulu yang berjumlah 31 orang yang terdiri 20 orang perempuan dan 11 orang laki-laki. Objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa. Data mengenai hasil belajar kognitif tersebut dikumpulkan melalui pelaksanaan tes di setiap akhir siklus berupa pemberian soal kepada siswa, wawancara, observasi dan dokumentasi.

Penelitian Tindakan Kelas ini dipilih dengan menggunakan model spiral dari Kemmis dan Taggart yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto dalam bukunya

“Penelitian Tindakan Kelas” yang terdiri dari beberapa siklus tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil tindakan-tindakan pada siklus sebelumnya. Dalam setiap siklusnya terdiri dari empat elemen penting, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

Untuk mengalinasis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:

(4)

Vol. 2 No.2 Oktober 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:

1121 1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan klasikal. Seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 85% atau nilai 75, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85%

yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 75. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

.

HASIL PENELITIAN

Suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dianggap tuntas secara klasikal jika siswa yang mendapat nilai 75 lebih dari atau sama dengan 85%, sedangkan seorang siswa dinyatakan tuntas belajar pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan tertentu jika mendapat nilai minimal 75.

Siklus I

Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan model Problem Based Learning, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 20 September 2022 di Kelas X SMK Miftahussalam jumlah siswa 31 siswa.

Dalam hal ini peneliti juga bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

(5)

Vol. 2 No.2 Oktober 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:

1122

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I

1 Nilai rata-rata tes formatif 71,61 2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 16 3 Persentase ketuntasan belajar 52%

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan model Problem Based Learning diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 71,61 dan ketuntasan belajar mencapai 52% atau ada 16 siswa dari 31 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai lebih dari 75 hanya sebesar 52% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan pembelajaran model Problem Based Learning.

Refleksi

Pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:

1. Model Problem Based Learning sudah dapat diterapkan dan dapat mengurangi metode ceramah yang sering digunakan selama ini.

2. Guru kurang maksimal memotivasi siswa untuk belajar serta model pembelajaran yang diterapkan guru masih belum bisa membuat siswa aktif dalam pembelajaran di kelas, dominasi guru masih tinggi dalam proses pembelajaran.

3. Siswa dianggap lulus tes atau dapat mengerjakan tes tanpa memperhatikan aspek lain seperti kejujuran, pengendalian diri, penghargaan kepada orang lain, kemampuan bekerja sama.

4. Guru kurang maksimal dalam mengelola waktu.

5. Hasil belajar akhir siklus pembelajaran ke I ini semakin meningkat dibanding sebelum siklus, dari rata-rata 13% menjadi 52%. Namun, secara klasikal belum tuntas.

(6)

Vol. 2 No.2 Oktober 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:

1123 Revisi

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.

1. Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.

2. Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan.

3. Penilaian harus mencakup ranah afektif, kognitif dan psikomotorik.

Siklus II

Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 03 September 2022 di Kelas X SMK Miftahussalam dengan jumlah siswa 31 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.

Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II

1 Nilai rata-rata tes formatif 84,84 2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 27 3 Persentase ketuntasan belajar 87%

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 84,84 dan dari 31 siswa telah tuntas sebanyak 27 siswa dan 4 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 87% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini

(7)

Vol. 2 No.2 Oktober 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:

1124

mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran modelProblem Based Learning sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.

Refleksi

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran model Problem Based Learning. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Keaktifan siswa untuk mengikuti pembelajaran semakin meningkat, karena pembelajaran dengan model Problem Based Learning lebih membuat semua siswa dapat berperan aktif secara merata.

2. Komunikasi antar guru dan siswa juga sering terjadi karena guru memperhatikan dan menghargai ide atau pendapat siswa serta guru sudah berperan sebagai fasilitator.

3. Guru tidak sekedar menilai dari segi pengetahuan saja tetapi dari segi sikap dan keterampilan juga dinilai.

4. Hasil belajar akhir siklus pembelajaran ke II ini semakin meningkat dibanding siklus I, dari rata-rata 52% menjadi 87%. Dengan demikian, secara klasikal hasil belajar dinilai tuntas.

Revisi Pelaksanaan

Pada siklus II guru telah menerapkan model Problem Based Learning dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran model Problem Based Learning memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, dan II) yaitu masing-masing 52% dan 87% Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan model Problem Based Learning dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

(8)

Vol. 2 No.2 Oktober 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:

1125

Peningkatan hasil belajar siswa terjadi karena model Problem Based Learning membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, dan keterampilan intelektual. Selain itu, siswa juga dilatih untuk menjadi lebih mandiri. Menurut Sungur, dkk (2016:156) Problem Based Learning dirancang untuk menciptakan suatu lingkungan di mana siswa secara aktif berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam proses pembelajaran dan lebih baik dalam keterampilan mengelola waktu.

Peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa tidak terlepas dari aktivitas siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa telah aktif dalam kegiatan diskusi dan saling bekerjasama serta berkomunikasi dalam kelompoknya.

Melalui kegiatan belajar kelompok, siswa belajar menyampaikan pendapat berdasarkan pemahaman materi yang dibebankan sehingga konsep yang dapat diingat dalam jangka waktu yang lebih lama, serta masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata. Hal ini sejalan dengan kelebihan-kelebihan model Problem Based Leraning (PBL) yang dikemukan oleh Sitiatava, (2013:82) yaitu:

1. Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan lantaran ia menemukan konsep tersebut.

2. Melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir kritik siswa yang lebih tinggi.

3. Pengetahuan tertanam berdasarkan skema yang dimiliki oleh siswa, sehingga pembelajaran lebih bermakna.

4. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran, karena masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata.

5. Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, serta menanamkan sikap sosial yang positif dengan siswa lainnya.

6. Pengondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berintegrasi terhadap pembelajar dan temannya, sehingga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan.

7. Problem Based Leraning diyakini pula dapat menumbuhkembangkan kemampuan kreativitas siswa, baik secara individual maupun kelompok, karena hampir di setiap langkah menuntut adanya keaktifan siswa.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tareh Aji (2012), Nisaul Azmi Hajar, A.Y. Djoko Darmono, Atik Catur Budiati (2015) dan rahmawati (2019) yang mengatakan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan modul dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa.

(9)

Vol. 2 No.2 Oktober 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:

1126 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama dua siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai beriku:

1. Pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning pada materi Mujahadah An Nafs, Husnuzzan dan Ukhuwah Kelas X SMK Miftahussalam pada siklus I mengalami kesulitan karena siswa belum terbiasa. Dengan bimbingan, arahan dan petunjuk guru, maka pelaksanaan model pembelajaran kedua dapat dilakukan dengan baik dan lancar.

2. Hasil belajar materi Mujahadah An Nafs, Husnuzzan dan Ukhuwah yang diperoleh siswa kelas X SMK Miftahussalam dengan melaksanakan model pembelajaran Problem Based Learning mengalami peningkatan yang cukup signifikan ditinjau dari rata-rata nilai hasil belajar. Rata-rata nilai hasil belajar mulai pra siklus, siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu dari 49,03 kemudian pada siklus I menjadi 71,61 selanjutnya pada siklus II menjadi 84,84. Ketuntasan belajar juga mengalami peningkatan dari pra siklus 13%, siklus I 52 % dan siklus II 87%. Dengan demikian, hasil belajar materi Mujahadah An-Nafs, Husnuzzan dan Ukhuwah yang diperoleh siswa kelas X SMK Miftahussalam mengalami peningkatan yang cukup signifikan setelah dilaksanakan model pembelajaran problem based learning.

DAFTAR PUSTAKA

Aji, Tareh. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas pada Bab Perkembangan Teknologi di KelaS IV SDN 1 Sende Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon).

Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

Bumi Perkasa.

Kunandar, 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Jakarta: Rajawali Pers

Nurhadi. (2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang:

Universitas Negeri Malang.

Rahmawati, 2019, Pelaksanaan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Alquran Hadits Materi Mujahadah An Nafs, Husnuzzan Dan Ukhuwah, Jurnal PTK & Pendidikan Vol. 5, No. 1, Januari – Juni

Sungur, S., C. Tekkaya & Ö. Geban. (2016). Improving Achievement through Problem-Based Learning. Educational Research Journal. 40(4): 156.

Referensi

Dokumen terkait

Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran metode demonstrasi sehingga siswa

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam varian (ANOVA) menunjukan bahwa pada permen jelly dengan perlakuan konsentrasi rumput laut menunjukan adanya pengaruh yang nyata

Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan masalah dengan dua atau lebih strategi untuk menyelesaikan masalah, siswa dapat.. memilih satu strategi yang tepat

Kegiatan pemungutan Pajak Daerah yang menjadi wewenang Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kampar diselenggarakan oleh Bidang Pendapatan Asli Daerah (PAD). Secara berurutan sistem

Itu berarti skor ketuntasan siswa kelas IV hanya 34,5% dari batas minimal ketuntasan rata-rata kelas, yaitu 75% sedangkan sesudah diterapkan model Inkuiri Sosial menunjukkan

Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam meningkatkan pembangunan fisik Di Desa Sapobonto, dilakukan dengan tiga proses tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan

PENGARUH METODE PROCESS GOAL SETTING TERHADAP MOTIVASI OLAHRAGA DAN PENGUASAAN KETERAMPILAN DASAR DROPSHOT CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS PADA ATLET PEMULA PB. 27) menyatakan

Fraudulent statement meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang