• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Strategi Pengembangan Usaha Tepung Makanan Pendamping ASI Gasol Pada Gasol Pertanian Organik, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Strategi Pengembangan Usaha Tepung Makanan Pendamping ASI Gasol Pada Gasol Pertanian Organik, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TEPUNG

MAKANAN PENDAMPING ASI GASOL PADA

GASOL PERTANIAN ORGANIK,

CIANJUR, JAWA BARAT

SKRIPSI

NOVIA FATMA PUTRI H34070036

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

NOVIA FATMA PUTRI. Strategi Pengembangan Usaha Tepung Makanan Pendamping ASI Gasol Pada Gasol Pertanian Organik, Cianjur, Jawa Barat.

Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (di Bawah Bimbingan YANTI NURAENI MUFLIKH)

Kebutuhan setiap rumah tangga untuk dapat meningkatkan kualitas gizi dan terjaminnya pangan seluruh individu merupakan sesuatu yang harus dipenuhi, demikian pula bagi anak dalam suatu rumah tangga, kecukupan gizinya merupakan suatu yang diutamakan keluarga. Kesadaran ibu rumah tangga dalam memahami pentingnya menyediakan makanan bagi anaknya yang berumur 6 hingga 24 bulan dengan memberikan asupan makanan pendamping ASI adalah hal yang mulai berkembang di masyarakat. Dukungan mengenai pentingnya memberikan MP-ASI bagi anak juga disampaikan oleh WHO/UNICEF pada program Global Strategy for Infant and Young Child Feeding dan Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat (RAPGM) 2010-2014.

Gaya hidup yang makin berkembang dewasa ini salah satunya adalah gaya hidup sehat, tercermin dari masyarakat memilih makanan yang lebih sehat dan alami. Gaya hidup tersebut juga yang mengarahkan keluarga untuk lebih selektif dalam memilih makanan untuk anaknya, salah satu nya adalah dengan mengonsumsi MP-ASI yang terbuat dari bahan baku organik. Bergesernya preferensi ibu rumah tangga dalam memilih jenis MP-ASI dari produk MP-ASI instan ke arah MP-ASI yang lebih alami terlihat dari fakta di masyarakat, melalui survei yang dilakukan penulis kepada 155 orang ibu rumah tangga, terdapat 75 persen ibu yang setuju memilih MP-ASI Organik. Hal ini menunjukkan bahwa usaha produksi MP-ASI organik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan.

Gasol Pertanian Organik merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi tepung makanan pendamping ASI Gasol sebagai produk unggulan di perusahaan tersebut. Produk makanan pendamping ASI tersebut berbahan baku organik yang telah terdaftar di dinas kesehatan, bersertifikasi organik dan sertifikat halal. Semakin tingginya permintaan yang tercermin dari selalu meningkatnya penjualan produk MP-ASI Gasol di setiap tahun membuat perusahaan harus menyesuaikan keterbatasan bahan baku. Bahan baku yang berfluktuatif dan modal yang terbatas mengakibatkan perusahaan tersendat dalam pengembangannya. Meskipun perusahaan produsen MP-ASI instant memiliki segmen yang berbeda dengan produk MP-ASI Gasol, namun bukan berarti ancaman itu nihil. Oleh karena itu Gasol Pertanian Organik harus dapat mengatur strategi yang tepat terkait pengembangan usahanya supaya perusahaan dapat unggul di segmennya.

(3)

3) menyusun prioritas strategi yang dapat diterapkan oleh Gasol Pertanian Organik.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi dan pengisian kuesioner. Pihak perusahaan yang dilibatkan dalam proses wawancara dan pengisian kuesioner adalah kedua pemilik sekaligus direktur Gasol Pertanian Organik yaitu Bapak Fleming dan Ibu Ika. Pihak eksternal yang juga dilibatkan dalam memberikan penjelasan mengenai kondisi industri secara luas adalah kepala seksi bina perindustrian agro. Kuesioner preferensi konsumen diberikan kepada responden yaitu kepada 155 ibu rumah tangga konsumen makanan pendamping ASI. Pemberian kuesioner kepada konsumen tersebut bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai perubahan preferensi ibu rumah tangga dalam memilih produk MP-ASI bagi anaknya.

Metode analisis data dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pengembangan perusahaan menggunakan matriks IFE ( Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation). Proses perumusan strategi diawali dengan matriks IE (Internal External dan pencocokan dengan matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dan tahap terakhir yaitu membuat prioritas strategi dengan menggunakan matriks QSP (Quatitative Strategic Planning).

Berdasarkan identifikasi terhadap faktor internal, dihasilkan sembilan faktor kekuatan dan delapan faktor kelemahan yang terdapat pada Gasol Pertanian Organik. Dengan menggunakan matriks IFE, didapatkan nilai rata-rata tertimbang terbesar faktor kekuatan adalah faktor produk yang dihasilkan berkualitas dan memiliki karakteristik yang unik dengan nilai rataan 0,293. Kelemahan utama dengan nilai rataan terendah adalah faktor perusahaan belum memiliki visi, misi dan tujuan yang spesifik dengan nilai rataan 0,065. Total rata-rata tertimbang skor IFE adalah 2,811.

Identifikasi faktor eksternal dengan matriks EFE menghasilkan 7 faktor peluang dan tiga faktor ancaman. Faktor peluang utama dengan nilai rata-rata tertinggi adalah tren hidup sehat dan alami dengan nilai 0,489. Sedangkan faktor ancaman utama yang mempengaruhi perusahaan adalah kemudahan konsumen untuk mendapatkan produk substitusi dengan nilai tertimbang 0, 373. Total rata-rata skor untuk EFE adalah 3, 114. Kombinasi dari skor total matriks IFE 2,737 dengan EFE 3,114 di matriks IE menunjukkan bahwa posisi Gasol Pertanian Organik berada di posisi sel II yaitu strategi growth and build ( tumbuh dan kembangkan) sehingga strategi yang cocok dengan posisi perusahaan seperti ini adalah strategi intensif atau strategi integratif.

(4)

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TEPUNG

MAKANAN PENDAMPING ASI GASOL PADA

GASOL PERTANIAN ORGANIK,

CIANJUR, JAWA BARAT

NOVIA FATMA PUTRI H34070036

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Analisis Strategi Pengembangan Usaha Tepung Makanan Pendamping ASI Gasol Pada Gasol Pertanian Organik,

Kabupaten Cianjur, Jawa Barat Nama : Novia Fatma Putri

NIM : H34070036

Disetujui, Pembimbing

Yanti Nuraeni Muflikh, SP, M.Agribuss

NIP. 19800626 200501 2 004

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dengan skripsi saya yang berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Usaha Tepung Makanan Pendamping Asi Gasol Pada Gasol Pertanian Organik, Cianjur, Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitukan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2011

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 18 November 1989. Penulis merupakan anak bungsu dari pasangan Bapak Ir. Achmad Dachlan dan Ibunda Enny Rahayu Mulyaningsih. Penulis menamatkan pendidikan dasar di SD Cipinang Melayu 03 Pagi, Jakarta timur pada tahun 1995-2001. Pendidikan lanjutan tingkat pertama di SLTPN 109 Jakarta Timur serta pendidikan menengah atas di selesaikan pada tahun 2007 di SMAN 81 Jakarta. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Fakultas Ekonomi dan Manajemen dengan mayor Departemen Agribisnis pada tahun 2007.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Usaha Tepung Makanan Pendamping Asi Gasol Pada Gasol Pertanian Organik, Cianjur, Jawa Barat”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi pengembangan usaha produk Tepung MP-ASI Gasol serta faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha yang dilakukan Gasol Pertanian Organik. Selain itu, penelitian ini juga merumuskan dan merekomendasikan alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat diterapkan Gasol Pertanian Organik.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak serta dapat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang strategi pengembangan usaha.

Bogor, September 2011

(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada:

1. Ayahanda Achmad Dachlan, Ibunda Enny Rahayu, kakak-kakakku tercinta (mbak Lala, dan mbak Menur) beserta seluruh keluarga untuk setiap dukungan, kasih sayang dan doa yang senantiasa diberikan untuk penulis.

2. Ibu Yanti Nuraeni Muflikh, SP, M Agribuss selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, motivasi dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama proses pra-penelitian hingga penyusunan skripsi.

3. Bapak Suprehatin, SP, MAB selaku dosen penguji utama dan Bapak Amzul Rifin, SP, MA, Dr selaku dosen penguji departemen pada ujian sidang penulis atas kritik dan saran dalam perbaikan skripsi ini.

4. Ibu Juniar Atmakusuma yang telah menjadi pembimbing akademik dan beserta seluruh dosen Departemen Agribisnis selama penulis menjadi mahasiswa Departemen Agribisnis

5. Bapak Fleming Wong, Ibu Ika Suryanawati beserta seluruh jajaran Gasol Pertanian Organik sebagai responden penelitian atas penerimaan, perhatian, masukan, waktu, informasi, dan seluruh bantuan yang diberikan selama kegiatan penelitian.

6. Ibu Euis Sukaeni sebagai Kasie bina perindustrian agro, Dinas Perindustrian perdagangan Kota Cianjur yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam memberikan masukan bagi penulis.

7. Staf pelayanan akademik (Ibu Ida dan Mbak Dian) yang senantiasa membantu penulis dalam urusan administrasi serta seluruh staf Departemen Agribisnis. 8. M. Fadhil Adinugroho yang telah meluangkan waktu dan menyumbangkan

pikiran melalui pertanyaan, kritik, serta saran yang diberikan saat menjadi pembahas seminar penulis.

(10)

10.Teman-teman satu bimbingan, Lika Oktavia dan Catharina atas dukungan serta motivasi kepada penulis.

11.Teman-Teman Agribisnis 44 atas kebersamaannya selama menuntut ilmu di Departemen Agribisnis. Semoga kebersamaan ini tak akan lapuk oleh jarak dan waktu.

12.Teman-teman satu kelompok gladikarya Desa Tugu Selatan, Cisarua : Gita, Abed, Nuning, dan Dini. Terima kasih atas kebersamaannya selama gladikarya yang tak terlupakan.

13.Teman-teman UKM Paduan Suara Mahasiswa IPB AgriaSwara yang senantiasa mendukung penulis serta menjadi teman seperjuangan dalam meraih prestasi di bidang Paduan Suara terutama Tasha, Pipit, Dina, Rabiah dan Fajri. 14.Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dengan tidak

mengurangi rasa hormat dan terimakasih atas bantuan serta dukungan kepada penulis.

(11)
(12)

... 4.5.1. Analisis Deskriptif ... 47

(13)

V. GAMBARAN UMUMGASOL PERTANIAN ORGANIK . 56

5.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 56

5.2. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan ... 58

5.3. Lokasi dan Letak Geografis Perusahaan ... 58

5.4. Sumberdaya Fisik Perusahaan ... 59

5.5. Sumberdaya Keuangan ... 60

VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN ... 61

6.1. Analisis Lingkungan Internal ... 61

6.1.1. Kegiatan Utama ... 61

6.1.2. Kegiatan Penunjang ... 73

6.2. Lingkungan Ekternal Perusahaan ... 80

6.2.1. Lingkungan Jauh ... 80

6.2.2. Lingkungan Industri ... 92

VII. FORMULASI STRATEGI ... 97

7.1. Tahap Masukan ... 97

7.1.1. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal ... 97

7.1.2. Analisis Matriks IFE ... 108

7.1.3. Analisis Matriks EFE ... 110

7.2. Tahap Pencocokan ... 111

7.2.1. Matriks IE ... 112

7.2.2. Matriks SWOT ... 113

7.3. Tahap Pengambilan Keputusan ... 121

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 123

8.1. Kesimpulan ... 123

8.2. Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 125

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Pertumbuhan Populasi di Indonesia ... 2

2. Pengeluaran Rata-Rata per Kapita Masyarakat Indonesia untuk Konsumsi Bubur Bayi Kemasan ... 2

3. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 23

4. Format Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal ... 48

5. Format Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal ... 49

6. Matriks IFE ... 51

7. Matriks EFE ... 51

8. Format Matriks SWOT ... 53

9. Tabel QSMP ... 55

10. Fasilitas, Perlengkapan dan Peralatan Perusahaan ... 60

11. Pengeluaran Rata-rata per Kapita Masyarakat Indonesia Untuk Konsumsi Bubur Bayi Kemasan ... 80

12. Laju Inflasi ... 81

13. Kredit UMKM Menurut Sektor Ekonomi ... 82

14. Data Parameter Demografik Indonesia ... 83

15. Hasil Kuesioner Preferensi Konsumen MP-ASI ... 86

16. Daftar Harga Beberapa Produk Subsitusi ... 95

17. Matriks IFE Gasol Pertanian Organik ... 109

18. Matriks EFE Gasol Pertanian Organik ... 111

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pertumbuhan Luas Area Pertanian Organik yang Disertifikasi . 3

2. Nilai Penjualan Rata-Rata/Bulan Tepung MP-ASI Gasol Tahun 2008-2010 ... 6

3. Model Manajemen Strategis ... 25

4. Kekuatan yang Memengaruhi Persaingan Industri ... 32

5. Diagram Alir Kerangka Pemikiran ... 43

6. Matriks IE ... 52

7. Alur Proses Produksi Tepung MP-ASI Gasol ... 66

8. Saluran Distribusi Tepung MP-ASI Gasol ... 69

9. Struktur Organisasi Gasol Pertanian Organik ... 74

10. Matriks IE Gasol Pertanian Organik ... 112

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil Kuesioner Sifat Kewiirausahaan ... 128

2. Daftar Distributor Produk MP-ASI Gasol ... 132

3. Daftar Pemasok Bahan Baku Gasol Pertanian Organik ... 132

4. Kuesioner Penelitian ... 134

5. Indikator Faktor Strategis ... 146

6. Hasil Kuesioner Faktor Internal dan Eksternal ... 148

7. Hasil Analisis Matriks IFE ... 150

8. Hasil Analisis Matriks EFE ... 151

9. Analisis QSPM ... 152

(17)

I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan esensial setiap rakyat pada setiap umur dan golongan. Indonesia dengan dianugerahi kekayaan serta keanekaragaman hayati, memiliki modal besar untuk dapat menjamin kebutuhan pangan rakyatnya. Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996 menyatakan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

Ketahanan pangan tercapai, jika setiap rumah tangga selalu dapat mengakses, secara fisik maupun ekonomi, memperoleh pangan yang cukup aman dan sehat bagi seluruh anggotanya (FAO, 1996). Berdasarkan pernyataan tersebut, menjelaskan bahwa titik pusat dari kondisi ketahanan pangan terletak pada level rumah tangga. Pada keluarga yang memiliki anak, sebaiknya usaha tersebut dimulai sejak dini yaitu sejak bayi. Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis1. Pada usia ini, pemberian makanan pendamping ASI adalah kebutuhan penting yang harus diberikan oleh ibu kepada anaknya. Hal ini sesuai dengan rekomendasi program ketiga Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF yaitu memberikan makanan pendamping air susu ibu ( MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan.

Apabila ditinjau dari aspek permintaan, permintaan konsumsi bubur (MP-ASI) kemasan di Indonesia berpotensi meningkat bila didukung oleh peningkatan jumlah populasi bayi umur bawah tiga tahun. Terlihat pada Tabel 1, populasi bayi di bawah tiga tahun cenderung meningkat. Pada tahun 2006 jumlahnya mencapai 12.308 jiwa dan selanjutnya meningkat di tahun 2008 yaitu 12.452 jiwa. Demikian pula pada tahun 2009 hingga 2010 jumlah bayi bawah tiga tahun ini meningkat sebesar 1,22 persen menjadi 12.450 jiwa. Peningkatan penduduk

1

(18)

berdasarkan parameter umur bawah tiga tahun mengindikasikan hubungan yang berbanding lurus terhadap kebutuhan terhadap makanan bayi.

Tabel 1 . Data Parameter Demografik di Indonesia Tahun 2006-2010 (Ribu Jiwa)

Parameter

Namun, berdasarkan data pengeluaran penduduk rata-rata atas produk bubur bayi kemasan yang terdapat di Tabel 2 dapat terlihat penurunan pengeluaran pendapatan untuk konsumsi bubur bayi kemasan. Hal ini menggambarkan bahwa rumah tangga mengurangi konsumsi makanan bayi kemasan yang dipasarkan di Indonesia. Penurunan konsumsi rumah tangga terhadap produk bubur bayi kemasan dapat dilihat pada Tabel 2, total pengeluaran per kapita untuk bubur bayi kemasan di perkotaan dan perdesaan pada tahun 2007 nilai konsumsi masyarakat untuk setiap 150 g adalah 0,009. Pada tahun 2008, terjadi penurunan jumlah pengeluaran rata-rata per kapita masyarakat menjadi 0,007 dan terus turun hingga 2009 menjadi 0,004 setiap 150 g per kapita.

Tabel.2 Pengeluaran Rata-Rata/ Kapita Masyarakat Indonesia Untuk Konsumsi Bubur Bayi Kemasan (satuan 150 g)

Tahun Perkotaan Perdesaan Perkotaan

+perdesaan

(19)

yang dijual bebas di pasaran pada umumnya diproduksi secara industri, mengandung bahan pengawet, dan bahan tambahan pangan kimiawi yang kurang baik bagi anak. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa keluarga kini cenderung semakin peduli atas pangan yang lebih sehat dan alami. Orangtua sebagai pihak yang melakukan pemilihan atau pembelian pangan yang tepat untuk bayinya cenderung lebih peduli terhadap keamanan pangan dari bahan dan produk pangan bayi.

Mudahnya jangkauan informasi dalam memahami pentingnya keamanan pangan, meningkatnya kesadaran dalam memilih pangan yang tidak hanya memiliki rasa yang enak, tapi juga menimbang nilai gizi, nilai kesehatan serta keamanannya mendorong tren masyarakat untuk memilih bahan pangan dan produk yang organik. Tren masyarakat dalam memilih produk organik pun membuka peluang yang besar bagi perkembangan pertanian organik dan produsen produk pangan organik baik di Indonesia maupun di dunia.

Tumbuhnya luas area pertanian organik di Indonesia merupakan suatu respon para produsen produk organik terhadap adanya perubahan tren masyarakat tersebut yang berdampak pada peningkatan permintaan akan makanan organik. Pada Gambar 1. digambarkan peningkatan luas area pertanian organik pada tahun 2007-2010, di tahun 2007 luasan lahan pertanian organik yaitu 41.431 ha, meningkat hingga pada tahun 2010 dengan semakin meningkatnya pasar produk organik menjadi 103.908,09 ha.

Gambar 1. Pertumbuhan Luas Area Pertanian Organik yang Disertifikasi (Sumber : SPOI, 2010)

41.431

78.303 83.478

103.908,09

0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000

2007 2008 2009 2010

(20)

Diperkirakan pada tahun 2010 pasar dunia untuk produk pertanian organik akan mencapai US$ 100 milyar. Terdapat peningkatan preferensi konsumen terhadap produk organik dan secara umum tingginya tingkat pertumbuhan permintaan produk pertanian organik di seluruh dunia mencapai rata-rata 20 persen per tahun2.

Gaya hidup memilih produk organik berkembang mulai dari lingkup keluarga, contohnya orangtua yang memilih produk organik untuk anaknya. Pentingnya menentukan pangan yang baik dalam hal gizi, kualitas dan keamanannya juga diterapkan ibu dalam memilih makanan untuk bayinya. Makanan memiliki pengaruh yang besar terhadap kesehatan gizi bayi. Makanan yang baik untuk bayi adalah makanan yang dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bayi (Berg,1986). Gaya hidup sehat yang disertai kebutuhan rumah tangga untuk memenuhi pangan anaknya menciptakan permintaan terhadap makanan bayi organik sebagai salah satu alternatif pilihan makanan pendamping ASI. Berdasarkan data penelitan pendahuluan penulis terhadap preferensi 155 orang ibu rumah tangga terhadap makanan pendamping asi, sebanyak 75 persen responden menyatakan lebih memilih produk MP-ASI yang organik. Hal ini dapat merepresentasikan besarnya potensi pengembangan makanan organik untuk bayi.

Gasol Pertanian Organik merupakan suatu perusahaan yang mengembangkan pertanian organik di Cianjur, Jawa Barat. Perusahaan ini mengutamakan pertanian yang sehat dalam setiap proses pertanian yang dikelolanya. Perusahaan semakin mengarahkan usahanya untuk mengembangkan subsistem hilir dari suatu sistem agribisnis yaitu dengan melakukan pengolahan dan pemberian nilai tambah pada hasil pertanian yang dihasilkannya. Salah satu bukti nyata terhadap hal tersebut yaitu perusahaan mengembangkan kegiatan agroindustri untuk produk Tepung MP-ASI Gasol Organik. Kedepannya, pengembangan kegiatan pengolahan berbasis bahan baku organik merupakan suatu hal yang ingin dilakukan perusahaan untuk meningkatkan keunggulan bersaing dari perusahaan. Tepung MP-ASI Gasol merupakan produk unggulan dari Gasol Pertanian Organik dengan kontribusi pendapatan sekitar 60 persen di

2

(21)

dalam perusahaan. Produk tersebut merupakan tepung mentah yang terbuat dari serealia, umbi dan buah. Dalam kelompok pangan balita, tepung MP-ASI merupakan tepung murni yang sebaiknya dikombinasikan dengan bahan lain supaya dapat memenuhi kecukupan nutrisi bayi. Terdapat pula tepung yang merupakan campuran dari beberapa serealia. Tepung mentah tersebut belum merupakan makanan yang lengkap, namun masih harus dilengkapi dengan susu atau daging dan sayur mayur (Pudjiadi, 1997).

Melihat berbagai potensi dan kondisi yang ada di perusahaan, Gasol Pertanian Organik memerlukan suatu strategi ke depannya supaya usaha produksi makanan pendamping ASI organik Gasol ini dapat berkembang dan bertahan dalam ketatnya persaingan di industri produsen makanan bayi dan lingkungan yang senantiasa berubah.

1.2.Perumusan Masalah

Gasol Pertanian Organik merupakan salah satu unit usaha yang bergerak di bidang pertanian organik. Selain memproduksi beras organik varietas lokal Cianjur yaitu padi hawara batu, peuteuy, pandan wangi, gobang omyok dan beureum sengit, Gasol Pertanian Organik juga memproduksi serta memasarkan produk turunan dari beras berupa tepung bubur organik bagi bayi yaitu tepung Makanan pendamping ASI (MP-ASI) Gasol. Produk pangan olahan organik dengan merek tepung MP-ASI Gasol tersebut hingga saat ini berkembang menjadi sepuluh varian tepung, yang tidak hanya terbatas pada tepung beras tapi juga palawija dan buah, diantaranya tepung beras coklat, beras merah wangi, kacang hijau, pisang, kedelai, jagung, kacang merah, umbi garut, beras merah dan ubi. Pemilihan bahan baku, proses pembuatan, dan bahan pendukung dalam produksi bubur MP-ASI organik ini mendapat pengawasan yang ketat dari perusahaan untuk menjamin kualitas dan kemurniannya.

(22)

sertifikasi proses produksi pertanian, selain itu Tepung MP-ASI Gasol telah mendapatkan pengakuan dari Dinas Kesehatan, Majelis Ulama Indonesia (MUI), serta paten merek dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Hak dan Kekayaan Intelektual. Berdasarkan harga, kualitas dan mutu produk tepung MP-ASI Gasol Pertanian Organik, menunjukkan bahwa produk ditujukan bagi pangsa pasar rumah tangga ekonomi golongan menengah hingga atas yaitu harga eceran tertinggi Rp 24.000,00/kemasan @ 200 g untuk wilayah pulau Jawa dan Bali.

Hingga saat ini, produk Tepung MP-ASI Gasol telah dipasarkan tidak hanya di Pulau Jawa tapi juga ke Pulau Sumatera, Kalimantan, Lombok, Bali, Sulawesi, Papua, bahkan Malaysia. Menurut pemilik Gasol Pertanian Organik, sejak awal produksi Tepung MP-ASI Gasol penjualannya selalu mengalami peningkatan. Pada Gambar 2 terlihat peningkatan pendapatan bulanan rata-rata dari penjualan Tepung MP-ASI Gasol, seperti pada tahun 2008, perusahaan menerima pendapatan sebesar Rp 36.500.000,00 dari penjualan MP-ASI, meningkat pada tahun berikutnya menjadi Rp 100.000.000,00 dan pada tahun 2010 terjadi peningkatan sebesar 95 persen pada pendapatan bulanan rata-rata menjadi Rp195.000.000,00. Peningkatan ini mengindikasikan permintaan masyarakat yang semakin meningkat terhadap setiap tahunnya seiring dengan meningkatnya kesadaran rumah tangga untuk memilih produk pangan yang lebih alami.

Gambar 2. Nilai Penjualan Rata-Rata/Bulan Tepung MP-ASI Gasol 2008-2010 (dalam Juta Rupiah)

Gasol Pertanian Organik masih menemui beberapa kendala mengembangkan usahanya. Kendala tersebut berupa keterbatasan ketersediaan

36,5

100

195

0 50 100 150 200 250

2008 2009 2010

173,9 %

(23)

bahan baku, kualitas sumber daya manusia, permodalan dan dukungan lembaga penunjang yang masih terbatas. Salah satu tantangan dalam pertanian organik adalah waktu yang dibutuhkan untuk padi organik dapat dipanen, lebih lama dibanding beras non-organik. Produksi beras cianjur, dengan pola pertanian yang organik diperlukan waktu kurang lebih 6 bulan untuk dapat panen kembali, dalam rentang waktu yang panjang tersebut, Gasol kerap menghadapi keterbatasan bahan baku untuk produksi tepung MP-ASI Gasol. Selain itu, perusahaan pada dasarnya masih membutuhkan bahan baku eksternal, yaitu yang berasal dari mitra. Seiring dengan meningkatnya permintaan, perusahaan pun semakin membutuhkan pasokan bahan baku. Namun, menjalin kerjasama dengan mitra pun tidak selalu mudah dilakukan karena sulitnya menemukan petani yang ingin bermitra dengan kriteria yang telah ditentukan Gasol. Kondisi-kondisi tersebut mempengaruhi ketersediaan bahan baku di Gasol Pertanian Organik. Untuk menjaga ketersediaan bahan baku untuk tepung MP-ASI yang permintaannya semakin meningkat, Gasol kerap kali menanggulanginya dengan mengurangi atau meniadakan beras organik kemasan untuk dialihkan sebagai bahan baku tepung MP-ASI Gasol. Sedangkan untuk bahan baku berupa palawija sebagian besar didatangkan dari mitra yang berada di Jawa Tengah.

(24)

Banyaknya merek bubur bayi kemasan yang beredar di pasaran, menggambarkan persaingan yang ada. Misalnya beberapa produsen MP-ASI PT indoofood Sukses Makmur Tbk dengan produk SUN, PT. Nestle Indonesia dengan Cerelac, Kalbe Nutritionals dengan produk Milna dan selanjutnya PT. Mentari Kharisma Utama dengan produknya “Bubuk MP-ASI dan Diet Raja Hitam”, “Ratu Merah” dan “Mata Beras” yang menyerupai produk MP-ASI Gasol menuntut perusahaan untuk dapat mengembangkan usahanya dengan strategi yang sesuai dengan kondisi perusahaan serta kondisi persaingan yang ada di dalam industri makanan bayi.

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan permasalahan penelitian yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan yang memengaruhi pengembangan produk tepung MP-ASI Gasol Pertanian Organik?

2. Bagaimana alternatif strategi yang dapat diimplementasikan perusahaan dalam pengembangan usaha pada produk tepung MP-ASI Gasol Pertanian Organik?

3. Bagaimana urutan prioritas strategi pengembangan usaha yang sebaiknya dilaksanakan oleh Gasol Pertanian Organik?

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kondisi lingkungan internal dan lingkungan eksternal yang mempengaruhi pengembangan usaha Gasol Pertanian Organik dalam mengembangkan produk pangan olahan organik.

2. Merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha terbaik dengan memperhatikan kondisi lingkungan perusahaan di Gasol Pertanian Organik. 3. Menyusun prioritas strategi yang dapat diterapkan oleh Gasol Pertanian

(25)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi perusahaan, dapat membantu dalam memberikan alternatif strategi pengembangan usaha di masa mendatang sebagai saran bagi manajemen perusahaan.

2. Bagi pembaca, dapat memperluas wawasan mengenai produk makanan penunjang asi kemasan dan pangan olahan organik, serta strategi pengembangannya sehingga dapat menjadi rujukan untuk penelitan terkait selanjutnya.

(26)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Makanan Pendamping Air Susu Ibu

Makanan pendamping ASI adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 4-6 bulan (berat badan antara 6-7 kg) sampai bayi berusia 24 bulan. Selain makanan pendamping ASI, ASI pun harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan. Makanan pendamping ASI berbeda dengan makanan sapihan, karena makanan sapihan diberikan ketika bayi tidak lagi mengonsumsi ASI (Krisnatuti dan Yenrina, 2000). Manfaat Makanan Pendamping, MP-ASI adalah makanan bergizi yang diberikan disamping ASI kepada bayi berusia 6 bulan keatas atau berdasarkan indikasi medik, sampai anak berusia 24 bulan untuk mencapai kecukupan gizinya.

Makanan tambahan pendamping ASI yaitu berupa makanan semipadat hingga padat yang berfungsi sebagai bahan makanan tambahan dengan ASI sebagai menu utamannya. Pada rentang usia 6-12 bulan, ASI masih perlu diberikan kepada bayi, karena ASI menyumbang nutrisi sampai 70 persen. Pemberian makanan tambahan bertujuan agar bayi selalu mendapatkan semua jenis zat gizi yang dibutuhkan. Pemberian Makanan pendamping ASI kepada bayi harus sesuai dengan kecukupan umurnya. Pemberian makanan yang terlalu awal pada bayi dapat berakibat (1) anak cenderung obesitas, (2) anak belum siap menerima makanan padat (3) meningkatnya insiden alergi makanan (4) sekresi enzim-enzim pencernaan yang belum sempurna.

Menurut Muchtadi (1994), hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan tambahan untuk bayi adalah sebagai berikut.

1) Makanan bayi (termasuk ASI) harus mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi.

2) Makanan tambahan bayi yang telah berumur 4-6 bulan kali/ hari.

3) Sebelum berumur dua tahun, bayi belum dapat mengonsumsi makanan orang dewasa.

(27)

Berdasarkan uraian di atas, makanan tambahan bayi sebaiknya memiliki beberapa kriteria berikut:

1) memiliki nilai energi dan kandungan protein yang tinggi

2) memiliki nilai suplementasi yang baik serta mengandung vitamin dan mineral yang cocok

3) dapat diterima oleh alat pencernaan bayi dengan baik 4) harga relatif terjangkau

5) sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara lokal 6) bersifat padat gizi

7) kandungan serat kasar atau bahan lain yang sukar dicerna dalam jumlah yang sedikit. Kandungan serat kasar yang terlalu banyak justru akan mengganggu pencernaan bayi.

Seiring dengan pertumbuhan anak, kebutuhan kecukupan gizi bayi pun semakin meningkat. Pada usia 4 hingga 6 bulan, ASI saja kurang mampu mencukupi kebutuhan tersebut. Pada waktu tersebut, bayi membutuhkan asupan tambahan yaitu makanan pendamping ASI. Tujuan pemberian makanan pendamping ASI bagi bayi adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang dipertlukan bayi. Selain itu, pemberian Makanan tambahan dapat membantu bayi dalam proses belajar makan dan menanamkan kebiasaan makan yang baik (Krisnatuti dan Yenrina, 2006).

2.2. Jenis Makanan Pendamping Asi

Menurut Krisnatuti dan Yenrina (2006), makanan pendamping terdiri dari

1) Makanan Komersial

(28)

a. Formula

Formula dibuat berdasarkan angka kecukupan gizi bayi dan balita, bahan baku yang diizinkan, kriteria, zat gizi protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Secara umum, ciri konsep formula produk :

i. Padat gizi dan seimbang, meliputi :

 Bahan baku yang kaya akan energi dan protein

 Mengandung protein dengan mutu yang baik (PER >2,1; susunan asam amino optimal dan nilai cerna meliputi telur)

 Perbandingan yang seimbang anara karbohidrat dan lemak

 Kandungan lemaknya mapu mencukupi kebutuhan asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh yang berguna menunjang pertumbuhan otak

 Membatasi konsumsi serat kasar (fiber)

 Membatasi konsumsi gula,

 Membatasi konsumsi garam (terutama Natrium)

 Cukup vitamin dan mineral, dan

 Karena sifatnya suplemen / pendamping, berarti harus mampu menyuplai kecukupan gizi per hari

ii. Dapat diterima anak dengan baik, meliputi

 Makanan tersebut disukai, dibutuhkan dan harganya terjangkau

 Disamping memiliki nilai cerna yang tinggi, makanan tersebut memiliki nilai sosial, ekonomi, budaya dan agama.

b. Teknologi proses

Aspek pemilihan teknologi proses berhubungan dengan spesifikasi produk, sanitasi dan higienitas, keamanan pangan serta mutu akhir produk yang dikehendaki olah produsen. Hal-hal yang terkait dengan pemilihan teknologi proses, diantaranya adalah:

1) Dapat mengolah makanan dengan kehilangan zat gizi minimal

2) Dapat mengurangi sifat kamba dari produk, sehingga ekonomis dalam pengemasan dan padat gizi.

(29)

faktor flatulens (rafinosa, stachyosa) yang dapat menyebabkan perut kembung.

4) Mampu meningkatkan ketersediaan mineral 5) Mampu memperbaiki penerimaan produk

6) Mampu mengawetkan makanan sehingga tahan lama dan mudah didistribusikan

c. Higienitas

Produk makanan pendamping ASI yang telah jadi, dikatakan memenuhi syarat apabila telah memenuhi hal-hal dibawah ini:

1) Bebas dari mikroorganisme patogen.

2) Bebas dari kontaminan hasil pencemaran mikroba penghasil racun atau alergi. 3) Bebas racun.

4) Kemasan tertutup sehingga terjamin sanitasi dan disimpan di tempat yang terlindung.

d. Pengemas

Kemasan yang dipergunakan untuk produk makanan pendamping asi ini harus memenuhi food grade, terbuat dari bahan yang kuat, tidak beracun, tidak mempengaruhi mutu inderawi produk (penampakan, aroma, rasa, dan tekstur), serta mampu melindungi mutu produk selama jangka waktu tertentu.

e. Label

Persyaratan label makanan bayi harus mengikut codex standard 146-1985, dan Peraturan Pemerintah 69/1999 tentang label dan iklan pangan.

2) Makanan pendamping ASI olahan sendiri

Menyiapkan sendiri makanan pendamping ASI dengan bahan baku yang tersedia merupakan pilihan dari berbagai rumah tangga untuk menjaga kualitas kebersihan dan gizi makanan untuk bayinya. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan meliputi bahan pangan yang aman dan sehat. Menurut Cameron dan Hofvander (1983), campuran bahan pangan untuk makanan bayi terdiri dari dua jenis, yaitu:

(30)

gizi yang lengkap, sehingga masih perlu tambahan zat gizi yang lainnya untuk kebutuhan vitamin dan mineral.

b) Campuran ganda (multi mix), pada jenis ini, pangan terdiri dari empat kelompok bahan pangan, diantaranya;

i. Makanan pokok sumber karbohidrat,

ii. Lauk pauk (hewani dan nabati) sebagai sumber protein

iii. Sumber vitamin dan mineral, berupa sayuran dan buah yang berwarna iv. Tambahan energi berupa lemak, minyak atau gula yang berfungsi untuk

meningkatkan kandungan energi makanan campuran.

Berdasarkan ketentuan Badan Standardisasi Nasional, Makanan Pendamping Asi terbagi dalam jenis-jenis tertentu. Badan Standardisasi Nasional menetapkan berdasarkan bentuknya, produk MP-ASI dapat dikelompokkan menjadi : (1) MP-ASI bubuk instan, (2) MP-ASI biskuit, (3) MP-ASI siap masak dan (4) MP-ASI Siap Santap. Klasifikasi ini sesuai dengan ketetapan Badan Standardisasi Nasional yaitu meliputi : (a) SNI 01-7111.1-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 1 : Bubuk Instan, (b) SNI 01-7111.2-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) - Bagian 2 : Biskuit , (c) SNI 01-7111.3-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) - Bagian 3 : Biskuit , (d) SNI 01-7111.4-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) –Bagian 4 : Siap Santap.

Komposisi produk MP-ASI terdiri dari dua bahan yaitu bahan utama dan bahan lain. Sebagai bahan utama, produk MP-ASI terbuat dari salah satu atau campuran bahan- bahan berikut dan atau turunannya : serealia (beras, jagung, gandum, sorgum, barley, oats, rye, millet, buckwheat), umbi-umbian (ubi jalar, ubi kayu, garut, kentang), bahan berpati (misal sagu, pati aren), kacang-kacangan (misal kacang hijau, kacang merah),susu, ikan, daging, unggas, buah dan atau bahan makanan lain yang sesuai ( BSN 2005a, 2005b, 2005c)

2.3.Teknologi Pembuatan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)

(31)

sistem ini, cairan kental dikeringkan dengan melewatkannya pada dua panas yang berdekatan dan berputar dengan arah yang berlawanan. Selama adonan mengalir dan drum panas berputar, terjadi proses pengeringan dan adonan menjadi lempeng kering yang dikeruk dari drum. Lempeng kering tersebut digiling sehingga diperoleh produk bubuk kering yang matang (Fellows, 1992). Teknik ini menghasilkan MP-ASI instan yang siap dimatangkan dengan menambahkan air hangat.

Teknik lain yang umum digunakan untuk memproduksi MP-ASI dan makanan campuran lain adalah melalui ekstrusi dengan mesin extuder. Bahan yang akan diextrusi dapat berupa tepung, adonan padat, biji-bijian maupun pecahan biji. Mesin ini menghasilkan produk dengan bentuk sesuai pada rancangan mulut mesin. Hasil ekstrusi bersifat matang bila mesin dilengkapi dengan pemanas. Untuk produk yang berbentuk tepung, setelah diekstrusi, produk dapat digiling. Teknik ini menghasilkan MP-ASI siap santap atau siap masak, yaitu produk yang dapat dimakan setelah dicampur dengan air dan dididihkan.

Teknik ketiga yaitu, metoda sangrai dan penggilingan. Pada sistem ini, bahan baku umumnya adalah biji-bijian atau kacang. Bahan baku disangrai selanjutnya bahan digiling lalu diayak. Produk yang diperoleh dapat bersifat instan ataupun siap masak, tergantung dari varisai yang diterapkan selama proses pemasakan.

2.4. Pertanian Organik

(32)

Menurut IFOAM (International Federation of Agriculture Movements) terdapat prinsip-prinsip dalam pertanian organik, diantaranya adalah3:

1) Prinsip Kesehatan

Pada dasarnya pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan buni sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

2) Prinsip keadilan

Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagti semua pihak disegala tingkatan seperti petani, pekerja, penyalur, pedagang, dan konsumen. Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang baik bagi setiap orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan pangan, dan pengurangan kemiskinan.

3) Prinsip perlindungan

Dalam melakukan pertanian organik, perlindungan terhadap pelaku, pengguna, dan lingkungan juga harus diperhatikan, oleh karena itu diperlukan ilmu pengetahuan yang mendukung pertanian organik agar produk yang dihasilkan bersifat organik, menyehatkan, aman, serta ramah terhadap lingkungan.

4) Prinsip kesaling ketergatungan

Prara petani organik harus menganggap unit usahatani sebagai sebuah ekosistem dan menyadari bahwa merubah satu bagian dari ekosistem tersebut dapat mengganggu hubungan-hubungan yang kompleks dalam unit tersebut.

5) Prinsip keragaman

Ekosistem alami memiliki keragaman dan jaring kehidupan yang rumit serta menciptakan keseimbangan hayati, sehingga dapat mencegah datangnya hama, karena kebutuhan tenaga kerja dan keterbatasan sumberdaya, tidaklah praktis untuk meniru keragaman sistem alamiah. Pertanian organik menyiasatinya dengan rotasi berbagai jenis tanaman, menjaga kelestarian habitat alamiah dalam

3

Husnain dan Haris Syahbudin. 2005. Prinsip-prinsip Pertanian Organik.

(33)

usahatani dan ternak, sehingga keseimbangan antara tanaman dan ternak dapat terjaga.

6) Prinsip pendaur ulangan

Usahatani organik tidak dapat sepenuhnya meniru sistem pendaurulangan hara sebagaimana ekosistem alamiah, namun pertanian organik menggunakan sistem alami sebagai model dan mengarah. pada swasembada dengan mendaur ulang hara pada usahatani. Residu tanaman dan ternak dikembalikan pada tanah untuk membantu kesuburan tanah.

Menurut IFOAM (International Federation of Organik Agriculture Movements) menjelaskan pertanian organik adalah sistem pertanian yang holistik yang mendukung dan mempercepat biodiversiti, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Sertifikasi produk organik yang dihasilkan, penyimpanan, pengolahan, pasca panen dan pemasaran harus sesuai standar yang ditetapkan oleh badan standardisasi.

Pertanian organik merupakan sistem pertanian yang diharapkan dapat memberi kebaikan pada alam dalam jangka panjang. Pertanian dan pangan organik dapat menjadi potensi besar bagi pemulihan ekonomi Indonesia. Indonesia memiliki peluang yang besar untuk berhasil dalam penerapan pertanian organik.

2.5. Pengertian Agroindustri

Agroindustri menurut Soeharjo (1991), Soekartawi (1991, 1992a) dan Badan Agribisnis DEPTAN (1995) menyebutkan bahwa agroindustri adalah pengolahan hasil pertanian dan karena itu agroindustri merupakan bagian dari lima subsistem agribisnis yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan, usahatani, pengolahan hasil, pemasaran, saran, dan pembinaan.

Menurut FAO, agroindustri merupakan suatu industri yang menggunakan bahan baku dari pertanian dengan jumlah minimal 20 persen dari jumlah bahan baku yang digunakan.

Adapun peran agro-industri dalam perekinomian nasional suatu negara adalah: 1) mampu meningkatkan pendapatan pelaku agribisnis khususnya dan

(34)

2) mampu menyerap tenaga kerja

3) mampu meningkatkan perolehan devisa, dan

4) mampu menumbuhkan industri yang lain, khususnya industri perdesaan

2.6. Pangan Olahan Organik

Menurut peraturan kepala badan pengawas obat dan makanan Republik Indonesia tentang pengawasan pangan olahan, pangan olahan organik adalah makanan atau minuman yang berasal dari pangan segar organik hasi proses dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan yang diizinkan.

Kegiatan penanganan pasca panen dan pengolahan hasil merupakan salah satu tahapan produksi pertanian organik. Dua kegiatan tersebut dilakukan untuk menghasilkan pangan organik yang berkualitas yang tetap terjaga status organiknya. Pangan organik merupakan pangan yang dihasilkan dari sistem pertanian organik, dari budidaya, pascapanen hingga pengolahan hasil. Pangan dapat dinyatakan organik apabila sistem produksi tersebut dijalankan dengan benar dan mengikuti kaidah-kaidah pangan organik. Untuk menghasilkan pangan organik, perlu dilakukan budidaya, pasca panen, pengolahan, pelabelan hingga pemasaran yang memenuhi prinsip pangan organik yang sesuai dengan SNI 01-6729-2002 tentang Sistem Pangan Organik.

Keorganikan produk organik ditentukan oleh proses produksinya, dari lahan hingga produk akhir. Produk pangan organik olahan harus terdiri dari bahan baku pangan yang dibudidayakan dan diolah secara organik. Jika bahan baku asal produk pertanian organik tidak tersedia, atau dalam jumlah yang tidak mencukupi, bahan pangan non organik yang dapat digunakan dalam pangan olahan organik maksimal sebesar lima persen dari total berat, tidak termasuk air dan garam4.

2.7. Kajian Penelitian Terdahulu

Dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi, studi literatur juga dilakukan dengan mempelajari hasil penelitian terdahulu dengan judul yang relevan dengan skripsi yang sedang dibuat. Penelitian mengenai topik strategi

4

(35)

pengembangan telah banyak dilakukan sebelumnya. Supaya diperoleh perbandingan yang baik mengenai setiap skripsi, maka studi literatur skripsi dilakukan dengan mengacu pada dua hingga tiga tahun yang berbeda. Tujuan penelitian yang mengkaji strategi pengembangan usaha adalah untuk menganalisis kondisi internal dan eksternal suatu perusahaan/organisasi, menganalisis peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan/organisasi, merumuskan strategi terbaik untuk perusahaan yang diteliti.

Amanda (2005), melakukan penelitian tentang “ Analisis Faktor Perilaku Ibu Rumah Tangga Dalam Keputusan Pembelian Bubur Bayi Dalam Kemasan dan Implikasinya Pada Strategi Pemasarn PT. Heinz ABC Indonesia” bertujuan menganalisis tahapan proses keputusan pembelian bubur bayi dalam kemasan oleh konsumen dan implikasinya terhadap strategi pemasaran PT. Heinz ABC Indonesia, mengidentifikasi faktor-faktor pada strategi pemasaran yang mempengaruhi proses keputusan pembelian bubur bayi dalam kemasan, dan untuk mengetahui strategi bauran pemasaran produk bubur bayi dalam kemasan yang telah diterapkan oleh PT Heinz ABC Indonesia. Alat analisis yang digunakan adalah komponen utama dengan bantuan program Minitab.

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa hal yang dapat dimanfaatkan sebagai masukan untuk Gasol Pertanian Organik terkait kegiatan pemasaran. Dalam tahap pengenalan kebutuhan, sebagian besar konsumen yaitu 53 persen menggunakan bubur bayi kemasan untuk dapat memenuhi kesehatan bayinya. Berdasarkan sumber informasi, responden sebesar 30 persen mengetahui produk makanan bayi tersebut melalui bidan dan dokter. Aspek utama yang menarik perhatian konsumen yang mempengaruhi pembelian produk sekaligus mencerminkan kualitas produk tersebut adalah kemasan (20 persen), harga (17,1 persen), dan kelengkapan label (14,3 persen). Informasi-informasi tersebut dapat dimanfaatkan bagi Gasol Pertanian Organik dalam mengoptimalkan proses promosi dan meningkatkan kualitas produk MP-ASI Gasol.

(36)

kelompok acuan yang memengaruhi ibu rumah tangga dalam menggunakan bubur bayi kemasan, menganalisis tingkat kepentingan atribut bubur bayi kemasan, mengidentifikasi aspek pembelian bubur bayi kemasan, mengidentifikasi aspek penggunaan bubur bayi kemasan, menganalisis sikap ibu rumah tangga terhadap produk bubur bayi kemasan, menganalisis hubungan faktor individu terhadap pembelian, serta menganalisis hubungan umur bayi dengan penggunaan bubur bayi kemasan.

Pada penelitian ini metode pengolahan data evaluasi atribut dan sikap dengan menggunakan uji Duncan’s Multiple Range dan uji Kruskal-Wallis. Hubungan antara faktor individu (status pekerjaan dan pengeluaran rumah tangga rata-rata per bulan) dengan pembelian (merek, motivasi, frekuensi, jumlah, jenis kemasan dan penggunaan (frekuensi, tujuan penggunaan dan penyajian) serta hubungan antara umur anak dengan penggunaan dianalisis dengan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber informasi yang paling banyak digunakan responden adalah iklan TV. Bubur bayi merek Creme Nutricia merupakan bubur bayi kemasan yang paling sering dibeli oleh 31,5 persen responden. Mayoritas responden yaitu sebesar 83,3 persen memberikan bubur bayi kemasan pada bayi karena termotivasi oleh kandungan gizi yang baik dan lengkap. Selain itu, kebutuhan bayi akan nutrisi tambahan selain ASI juga memotivasi responden untuk menggukanan bubur bayi kemasan. menghasilkan urutan atribut yang penting untuk suatu produk bubur bayi kemasan, terdapat 29 atribut yang dinilai penting oleh responden. Aspek gisi merupakan hal yang diutamakan oleh responden, selanjutnya aspek keamanan pangan yaitu bebasnya produk makanan bayi dari bahan pengawet. Aspek-aspek tersebut menunjukkan perhatian ibu rumah tangga terhadap pilihan produk makanan untuk bayinya yaitu dengan mengutamakan gizi serta keamanan produk tersebut. Hal tersebut memberikan masukan dalam proses analisis eksternal pada penelitian terhadap Gasol Pertanian Organik.

(37)

Coffee” pada CV Agrifamili Renanthera, Bogor bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor internal perusahaan yang dapat digunakan untuk menentukan kekuatan dan kelemahan perusahaan, menganalisis faktor-faktor eksternal perusahaan yang dapat digunakan untuk menentukan peluang dan ancaman perusahaan, dan merumuskan alternatif dan prioritas strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh CV Agrifamili Renanthera. Alat analisis yang digunakan penulis adalah matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT, dan matriks QSPM. Berdasarkan hasil analisis matriks IE, menempatkan bahwa CV Agrifamili Renanthera berada pada posisi kuadran II (tumbuh dan kembangkan) yaitu memiliki kemampuan internal yang sedang dan eksternal yang tinggi.

Berdasarkan analisis SWOT, strategi yang tepat antara lain melakukan promosi yang lebih intensif, meningkatkan kualitas produk dan pelayanan purna jual kepada distributor, memperbaiki manajemen perusahaan, melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan dalam peminjaman modal untuk pengembangan usaha, meningkatkan brand image, mengembangkan produk baru berupa inovasi, mengoptimalkan bagian riset dan pengembangan produk. Prioritas pertama strategi yang dihasilkan melalui alat QSPM terkait pengembangan usaha CV Agrifamili Renanthera yaitu meningkatkan kualitas produk dan pelayanan purna jual. Hal ini dapat dilakukan perusahaan dengan melakukan pengawasan yang lebih ketat dalam kegiatan produksi, memperbaiki kemasan, serta meningkatkan usaha dalam menanggapi keluhan konsumen. Kelemahan dalam penelitian ini yaitu penulis tidak memberikan memberikan saran yang ditujukan langsung dalam rangka pelaksanaan strategi yang telah diprioritaskan. Hal yang dapat dipelajari berdasarkan penelitian ini adalah gambaran mengenai analisis lingkungan eksternal dan internal suatu perusahaan yang bergerak dalam proses pengolahan produk minuman kemasan.

(38)

diterapkan Cresh. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT dan matriks QSPM melalui pendekatan arsitektur strategi. Halsil matriks IE menunjukkan posisi Cresh berada pada kuadran II yang memberi rekomendasi untuk tumbuh dan berkembang. Sedangkan berdasarkan matrik SWOT menghasilkan sembilan alternatif strategi. Berdasarkan QPM diperoleh prioritas strategi yang sebaiknya dilakukan oleh Cresh dengan tingkat teratas yaitu membangun mitra kerjasama yang kontinu dalam hal penyediaan input, sumber modal, pemasaran produk, serta penelitian dan pengembangan pdalam usaha pengembangan produk.

Siwang (2009), melakukan penelitian dengan judul Analisis Strategi Pemasaran Produk Susu Kuda Organik “Asambugar” UKM Diana Hermawati. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengidentifaksi faktor lingkungan internal dan eksternal, 2) merumuskan alternatif strategi pemasaran utnuk produk susu kuda organik, dan 3) menentukan prioritas strategi pemasaran yang dapat direkomendasikan. Alat analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT dan matriks QSPM. Hasil analisis dari IFE dan EFE pada matriks IE menunjukkan bahwa posisi UKM Diana Hermawati berada pada posisi II yaitu grow and build (tumbuh dan berkembang). Analisis SWOT UKM Diana Hermawati menghasilkan enam alternatif strategi yaitu dengan prioritas utama di analisis QSPM memanfaatkan fasilitas kredit dari pemerintah (nilai TAS 7,448). Kesamaan sifat yang ada pada penelitian Siwang (2009) dan penelitian yang akan dilakukan yaitu objek produk yang diangkat adalah produk olahan organik.

(39)

bagi perusahaan berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal yang terjadi secara nyata di perusahaan tersebut.

Berdasarkan penelitian terdahulu pada Tabel.4 yang telah dilakukan, terdapat beberapa perbedaan dan persamaan dengan penelitian ini. Secara umum, perbedaan terletak pada lokasi dilakukannya penelitian. Pada penelitian Riza (2000) dan Amanda (2005), terdapat persamaan yaitu meneliti produk olahan berupa MP-ASI kemasan. Perbedaan penelitian ini terhadap kedua penelitian terdahulu tersebut yaitu penelitian Amanda (2005) menggunakan analisis komponen utama, sedangkan penelitian Riza (2000) menggunakan uji Duncan’s Multiple Range, uji Kruskal-Wallis dan uji Chi-Square. Sedangkan pada penelitian Apriande (2009), Wahyudi (2010) dan Siwang (2009) memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu tentang analisis strategi pengembangan usaha dengan alat analisis yang digunakan yaitu Matriks EFE, IFE, SWOT, IE dan QSPM.

Tabel 3. Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Penelitian Alat Analisis

1 Riza

(40)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Manajemen Strategis

Manajemen strategis merupakan salah satu hal yang penting untuk dipahami oleh perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu pertumbuhan dan profitabilitas yang baik. Hal ini terkait pengambilan keputusan yang dilakukan oleh eksekutif perusahaan dengan menyesuaikan kebutuhan, serta kondisi lingkungan internal maupun eksternal. Pearce dan Robinson (1997) menyebutkan bahwa manajemen strategis merupakan satu set keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang untuk meraih tujuan suatu perusahaan. Menurut Dirgantoro (2001) manajemen stratejik adalah suatu proses berkesinambungan yang membuat organisasi secara keseluruhan dapat cocok dengan lingkungannya, atu dengan kata lain, organisasi secara keseluruhan dapat selalu responsif terhadap perubahan-perubahan di dalam lingkungannya baik yang bersifat internal maupun eksternal.

3.1.2. Proses Manajemen Strategis

Proses Manajemen strategis menurut David (2009), Terdiri dari tiga tahapan, yaitu perumusan strategi, implementasi strategi dan penilaian strategi. Perumusan strategi meliputi pengembangan pernyataan visi dan misi perusahaan, menjalankan audit eksternal dan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, menciptakan, mengevaluasi dan memilih strategi.

1) Formulasi Strategi

Tahapan ini merupakan proses untuk merancang, menyeleksi dan memilih strategi yang lebih tepat untuk diterapkan dari serangkaian strategi yang disusun untuk mencapai tujuan organisasi.

2) Implementasi Strategi

(41)

melengkapi dengan kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi yang dirumuskan dapat dilaksanakan.

3) Evaluasi Strategi

Evaluasi strategi merupakan tahap dalam manajemen strategis untuk mengetahui atau melihat sejauh mana efektivitas dari implementasi strategi. Kegiatan dalam tahap ini meliputi review faktor eksternal dan internal, menilai performance strategi dan mengambil langkah koreksi.

Gambar 3. Model Manajemen Strategis Sumber: David (2006)

3.1.3. Konsep Strategi

Menurut Pearce dan Robinson (2008) strategi mencerminkan kesadaran perusahaan mengenai bagaimana, kapan dan di mana ia harus bersaing menghadapi lawan dan dengan maksud dan tujuan apa. Menurut David (2006), strategi merupakan alat untuk mencapai sasaran jangka panjang. Strategi dapat dikatakan sebagai sarana yang digunakan dalam mencapai tujuan akhir perusahaan. Strategi generik dibagi menjadi empat, yaitu strategi integrasi vertikal, strategi intensif, strategi diversifikasi, dan strategi defensif.

(42)

1) Strategi Integrasi

Strategi ini memungkinkan perusahaan untuk dapat mengendalikan distributor, pemasok, dan atau pesaing, dibagi menjadi tiga, yaitu:

a) Integrasi ke depan, (forward integration), yaitu perusahaan memiliki atau meningkatkan kendali atas peran distributor atau pengecer.

b) Integrasi ke belakang (backward integration), yaitu ketika perusahaan memiliki atau meningkatkan kendali atas perusahaan pemasok.

c) Integrasi horizontal, yaitu perusahaan meningkatkan kepemilikan atau kendali atas perusahaan pesaing.

2) Strategi Intensif

Strategi ini diperlukan ketika perusahaan ingin meningkatkan posisi di dalam persaingan dengan produk yang dihasilkan, strategi terdiri dari:

a) Penetrasi pasar, yaitu mencari pangsa pasar yang lebih besar dari produk atau jasa yang sudah ada sekarang, melalui usaha pemasaran yang lebih gencar. Strategi ini dapat pula dikombinasikan dengan strategi yang lain. Penetrasi pasar terdiri dari upaya seperti menambah pramuria, belanja iklan dan promosi penjualan yang intensif.

b) Pengembangan pasar, yaitu memperkenalkan produk atau jasa yang sudah ada ke dalam wilayah baru.

c) Pengembangan produk, yaitu mencoba meningkatkan penjuatan atas produk dan jasa yang telah ada dengan melakukan pembaharuan dari produk atau jasa yang telah ada atau mengembangkan produk baru.

3) Strategi Diversifikasi

Strategi ini mengacu pada sekelompok bentuk strategi yang berbeda-beda, seperti perubahan produk, pasar, atau fungsi, yang terdiri dari :

a) Diversifikasi konsentrik, yaitu menambah produk atau jasa baru, tetapi masih ada keterkaitan. Strategi ini diterapkan ketika perusahaan bersaing dalam industri yang pertumbuhannya lambat, dengan produk perusahaan saat ini dalam daur hidup produk yang menurun, dan perusahaan memiliki kekuatan.

(43)

ketika industri dasar organisasi sedang mengalami penjualan dan laba yang menurun. Adanya modal dan sumber daya manajerial yang baik serta kondisi pasar yang jenuh, memicu perusahaan untuk menjalankan strategi ini.

c) Diversifikasi horizontal, yaitu menambah produk atau jasa baru yang tidak terkait kepada pelanggan yang sudah ada. Strategi ini dapat dijalankan ketika pendapatan perusahaan yang berasal dari produk atau jasa yang telah ada dapat meningkat secara signifikan dengan penambahan produk yang tidak terkait. Kondisi yang mendukung adalah ketika perusahaan bersaing dalam industri yang tingkat kompetisinya tinggi serta perusahaan memiliki saluran distribusi yang baik.

4) Strategi Defensif

Strategi ini merupakan strategi yang dilakukan perusahaan dalam tanggapannya terhadap tekanan lingkungan akibat keaadaan yang memaksa. Strategi alternatif yang termasuk ke dalam strategi defensif, diantaranya adalah a) Rasionalisasi biaya, yaitu merestrukturisasi dengan pengurangan biaya

dan aset, supaya dapat meningkatkan rasio penjualan dan keuntungan. Strategi ini disebut juga sebagai strategi (turn around) atau reorganisasi. b) Divestasi, yaitu menjual suatu divisi atau bagian dari suatu organisasi.

Tujuan dari strategi ini adalah untuk meningkatkan modal yang selanjutnya digunakan untuk akuisisi atau investasi strategis lebih lanjut. Divestasi dapat menjadi bagian dari strategi rasionalisasi biaya menyeluruh untuk melepaskan organisasi dari bisnis yang kurang atau tidak menguntungkan, yang memerlukan modal terlalu besar atau kurang cocok dengan aktivitas lainnya dalam perusahaan.

c) Likuidasi, adalah menjual semua aset perusahaan secara bertahap sesuai nilai nyata aset tersebut. Likuidasi merupakan strategi terakhir untuk mengantisipasi kerugian yang akan diterima perusahaan.

3.1.4. Strategi Pengembangan Usaha

(44)

fungsional dan operasional. Pada tingkat korporat, fokus strategi adalah pada aspek bisnis, keuangan dan hukum terkait perusahaan. Pada tingkat fungsional, yang bertanggungjawab terhadap implementasi dan evaluasi strategi adalah para manajer seperti manajaer pemasaran, litbang, sumberdaya manusia dan sebagainya. Tingkat operasional adalah strategi di ranah manajer pabrik, manajer penjualan, dan manajer produksi.

Menurut Campbell (1997) strategi pengembangan usaha memerlukan manajer yang dapat memahami tujuan yang stabil dan pentingnya menemukan, memahami, mendokumentasikan, serta memanfaatkan wawasan tentang bagaimana untuk menciptakan nilai lebih dibanding kompetitor. Secara universal, tujuan yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah dengan memperhatikan profitabilitas, biaya, omset, penjualan, dan kualitas. Hal tersebut memberikan arahan tentang apa yang semestinya dilakukan perusahaan untuk dapat bertahan.

Strategi pengembangan usaha menurut Mc Queen et al. (2007) adalah

program yang dilakukan untuk menyukseskan pengembangan usaha dalam

pertumbuhan dan profitabiliti ketika perusahaan menjalani usaha yang inti. Usaha

inti tersebut diantaranya a) menjaga fokus pada pasar dan konsumen; b)

mengembangkan sumberdaya manusia; dan c) menempa kemitraan yang inovatif.

a) Perusahaan mengembangkan bisnis dengan menganalisa pasar prospektif

mereka dan mengembangkan produk atau layanan yang menawarkan daya

kompetitif untuk keuntungan yang optimal. Pemilik perusahaan mewujudkan

visi dalam rencana bisnis yang mengartikulasi antara ukuran, laju

pertumbuhan pasar, dan praktik pembelian pelanggan.

b) Perusahaan yang ingin mengembangkan usahanya memerlukan beberapa

ukuran pelatihan tenaga kerja untuk meningkatkan kualitas sumberdaya

manusia yang ikut berperan dalam perusahaan. Bagi perusahaan, hal ini

meruapakan salah satu kegiatan investasi yang baik.

c) Suatu bisnis membutuhkan jasa serta sumberdaya tambahan dari apa yang

perusahaan dapat sediakan sendiri. Hal itu yang mengharuskan perusahaan

(45)

3.1.5. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan

Arti sebuah visi dalam suatu perusahaan ataupun organisasi adalah sebagai pandangan, cita-cita mengenai perusahaan tersebut mengenai masa depan yang ideal. Pandangan tersebut sepatutnya dimiliki oleh seorang pemimpin perusahaan atau organisasi dengan mengatasnamakan seluruh komponennya. Menurut Dirgantoro (2001), visi adalah suatu pandangan yang jauh tentang perusahaan, tujuan-tujuan perusahaan dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Terkait dengan pernyataan tersebut maka dapat dikatakan bahwa pemilik perusahaan tidak hanya harus mengembangkan suatu visi perusahaan yang terarah, tapi juga harus mengerti bagaimana mengimplemetasikan visi tersebut menjadi nyata.

Sasaran misi perusahaan menurut King and Cleland dalam Pearce dan Robinson (1997) adalah:

1) memastikan kesamaan tujuan dalam organisasi.

2) menjadi landasan untuk memotivasi pemanfaatan sumber daya organisasi. 3) mengembangkan landasan, atau standar, untuk pengalokasian sumber daya

organisasi.

4) menetapkan warna umum iklim organisasi.

5) sebagai titik fokus yang sepakat dengan tujuan umum dan arah organisasi dan menghalangi mereka yang tidak sepakat dengan itu supaya tidak lagi melibatkan diri dengan kegiatan-kegiatan organisasi.

6) Memudahkan penerjemahan sasaran dan tujuan ke dalam suatu struktur yang mencakup penetapan tugas kepada elemen yang bertanggung jawab dalam organisasi

7) Menegaskan tujuan umum organisasi dan pewujudan tujuan umum menjadi tujuan yang lebih spesifik sehingga parameter biaya, waktu, dan kinerja dapat ditetapkan dan dikendalikan

3.1.5. Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan

(46)

mempengaruhi keputusan yang ada di perusahaan. Oleh karena itu perusahaan wajib melakukan analisis lingkungan eksternal. Menurut David (2009) kekuatan eksternal dapat dibagi menjadi lima, yaitu 1) kekuatan ekonomi, 2) kekuatan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan, 3) kekuatan politik, pemerintah, dan hukum, 4) kekuatan teknologi, dan 5) kekuatan kompetitif. Menurut Pearce dan Robinson, lingkungan eksternal dibagi menjadi lingkungan jauh, lingkungan industri dan lingkungan bersaing.

1) Lingkungan Jauh

Lingkungan jauh terdiri dari komponen-komponen yang pada umumnya memiliki cakupan yang luas dan tidak bisa segera diaplikasikan untuk mengelola perusahaan, dan tidak berhubungan dengan situasi operasional suatu perusahaan. Faktor tersebut yaitu ekonomi, sosial, politik, teknologi dan ekologi.

a) Faktor Ekonomi

Keadaan ekonomi di suatu wilayah atau negara dimana suatu perusahaan beroperasi mempengaruhi kinerja perusahaan. Kondisi ekonomi tersebut mempengaruhi kesejahteraan relatif berbagai segmen pasar yang perpengaruh pula kepada pola konsumsi. Hal ini berlaku baik di tingkat nasional maupun internasional. Perusahaan harus mempertimbangkan beberapa hal, yaitu ketersediaan kredit secara umum, tingkat penghasilan yang dibelanjakan, kecenderungan belanja masyarakat, suku bunga primer, dan laju inflasi.

b) Faktor Sosial

Faktor sosial menjelaskan karakteristik dari masyarakat dimana perusahaan tersebut berada. Faktor yang mempengaruhi suatu perusahaan adalah kepercayaan, nilai, sikap, opini, dan gaya hidup orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan, yang berkembang dari pengaruh budaya, ekologi, demografi, agama, pendidikan dan etnik. Kekuatan faktor eksternal sosial bersifat dinamik dan selalu berubah sebagai akibat dari upaya orang dalam memuaskan keinginginan dan kebutuhan melalui pengendalian penyesuaian diri terhadap faktor lingkungan.

c) Faktor Politik

(47)

perusahaan melalui keputusan tentang perdagangan yang adil, undang-undang antitrust, program perpajakan, ketentuan upah minimum, kebijakan tentang polusi dan penetapan harga, batasan administratif, perlindungan terhadap pekerja, konsumen, masyarakat umum dan lingkungan.

d) Faktor Teknologi

Terobosan teknologi mempunyai dampak segera dan dramatis atas lingkungan perusahaan. Hal ini terkait pula dengan pendekatan baru dalam memproduksi barang dan jasa. Perusahaan harus senantiasa sensitif terhadap perubahan teknologi yang mungkin mempengaruhi industrinya. Adaptasi teknologi yang kreatif selain dapat menciptakan produk baru juga sebagai penyempurnaan produk yang sudah ada, atau penyempurnaan dalam teknik produksi dan pemasaran. Analisis menyeluruh mengenai dampak perubahan teknologi meliputi telaah dampak yang diharapkan dari teknologi baru terhadap lingkungan jauh, terhadap situasi persaingan bisnis, dan terhadap antarmuka bisnis dengan masyarakat.

e) Faktor Ekologi

Ekologi mengacu pada hubungan antara manusia dan mahluk hidup lainnya dengan udara, tanah, dan air yang mendukung kehidupan mereka. Bisnis di saat ini tidak dapat mengabaikan faktor ekologi dalam setiap operasi bisnisnya. Isu-isu lingkungan yang berkembang mengharuskan perusahaan memberi perhatian terhadap proses bisnis yang meminimalisir hasil samping berbahaya, dan membersihkan kembali lingkungan yang telah tercemar sebelumnya oleh perusahaan tersebut.

2) Lingkungan Industri

(48)

Gambar 4. Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri

Sumber: Porter (1991)

a) Ancaman Masuknya Pendatang Baru

Keberadaan pendatang baru yang masuk ke dalam industri merupakan suatu ancaman bagi perusahaan yang sudah ada. Hal tersebut menjadikan persaingan yang sebelumnya telah ada, menjadi meningkat. Namun besarnya ancaman tersebut tergantung pula pada seberapa besar hambatan yang diciptakan perusahaan dalam industri terhadap pendatang baru. Terdapat enam sumber utama hambatan masuk pendatang baru:

i) Skala ekonomis

Ketika perusahaan baru ingin memasuki suatu industri, perusahaan kesulitan karena perusahaan yang telah ada dalam industri tersebut telah memiliki skala besar dan keunggulan biaya yang besar pula.hal tersebut membentuk suatu hambatan kepada perusahaan baru karena memaksa pendatang baru ini untuk mengeluarkan biaya yang tinggi (cost disadvantage) karena bersaing dengan berbagai perusahaan dengan operasi berskala besar.

ii)Diferensiasi Produk

Ancaman dari adanya diferensiasi produk muncul karena pendatang baru harus mengeluarkan biaya besar untuk merebut kesetiaan pelanggan yang sebelumnya telah terbentuk pada merek yang telah ada.

Kekuatan

tawar-menawar pembeli

Ancaman masuknya

pendatang baru

Kekuatan tawar-

menawarpemasok

Ancaman produk/

jasa substitusi

Pendatang baru

Pemasok Pembeli

Produk Substitusi Persaingan di kalangan

anggota industri

Persaingan di antara

perusahaan yang sudah

Gambar

GAMBARAN UMUM GASOL PERTANIAN ORGANIK  .
Tabel QSMP   .............................................................................
Tabel 1 . Data Parameter Demografik di Indonesia Tahun 2006-2010 (Ribu Jiwa)
Tabel 3. Tinjauan Penelitian Terdahulu
+7

Referensi

Dokumen terkait