• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Binjai Estate Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Binjai Estate Tahun 2009"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS BINJAI ESTATE TAHUN 2009

SKRIPSI

Oleh :

SRI JULIANI

NIM. 061000286

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS BINJAI ESTATE TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

SRI JULIANI

NIM. 061000286

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS BINJAI ESTATE TAHUN 2009

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

SRI JULIANI

NIM. 061000286

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 26 Juni 2008 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji :

Ketua Penguji Penguji I

(dr. Ria Masniari Lubis, MSi (Asfriyati, SKM, MKes)

NIP. 131124053 NIP. 132102006

Penguji II Penguji III

(dr. Yusniwarti Yusad, MSi) (Sri Mislaini, SST, MKes) NIP. 131698717

Medan, Juni 2009

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(4)

ABSTRAK

Makanan utama dan pertama bagi bayi adalah Air Susu Ibu, khususnya ASI Eksklusif tidak dapat digantikan oleh susu manapun mengingat komposisi ASI yang sangat ideal dan sesuai kebutuhan bayi disetiap saat serta mengandung zat kekebalan yang penting mencegah timbulnya penyakit. Seringkali ibu tidak dapat memberikan ASI kepada anaknya dengan baik disebabkan oleh banyak faktor. Berdasarkan data di Dinas Kesehatan Kota Binjai menunjukkan bahwa dari delapan Puskesmas induk jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif yang paling rendah berada di wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate sebesar 47,8%.

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey bersifat deskriptif analitik. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate pada Bulan Maret Tahun 2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate Tahun 2009. Sampel adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi berusia 6-12 bulan pada bulan Maret sebanyak 80 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif adalah faktor umur ibu (p = 0,001), faktor pendidikan (p = 0,003), faktor pekerjaan (p = 0,000), faktor paritas (p = 0,001), faktor pengetahuan (p = 0,004), faktor sikap (p = 0,000).

Disarankan bagi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Binjai Estate agar lebih aktif dalam memberikan dukungan serta penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif, bagi Dinas Kesehatan Kota Binjai diharapkan lebih aktif dalam memberikan motivasi pada tenaga kesehatan khususnya di Puskesmas Binjai Estate dan bagi Pemerintah Kota Binjai dapat mensosialisasikan upaya untuk menerapkan pelayanan Rawat Gabung serta menyediakan fasilitas Klinik Laktasi, Pojok Laktasi dan sejenisnya di Rumah Sakit dan Rumah Bersalin yang ada di Kota Binjai agar setiap ibu dapat menyusui bayinya sesegera mungkin.

Kata Kunci : Pemberian ASI Eksklusif, bayi, faktor-faktor

(5)

ABSTRACT

And the main food for baby is the first breastfeeding, particularly Exclusive breastfeeding can not be replaced by any milk remember that the composition of breastmilk is the ideal fit and needs a baby every time and contains immune substances that are important to prevent the occurrence of disease. Often the mother can not breastfed their children to the well is caused by many factors. Based on data in Binjai City Health Office showed that of the eight main health number of babies who are given the most Exclusive breastfeeding is low in the area of workplace Estate Binjai health of 47.8%.

Type of research is the survey research is descriptive analytical. Data is collected primary data and secondary data. Research was conducted in the area of workplace Estate Binjai health in March year 2009. Goal of this research is to determine factors associated with the Exclusive breastfeeding in the area of workplace Estate Binjai health Year 2009. The sample is all mothers who have babies aged 6-12 months in March as many as 80 people.

Results of research show that factors associated with the Exclusive breastfeeding is maternal age factors (p = 0.001), educational factors (p = 0.003), job factors (p = 0.000), parity factors (p = 0.001), knowledge of factors ( p = 0.004), attitude factors (p = 0.000).

Recommended for Health Workers in health Binjai Estate to be more active in providing support and counseling to the community about the importance of giving Exclusive breastfeeding, for the City Health Office Binjai expected more active in providing the motivation of health workers, especially in Estate Binjai health, and for Estate Binjai City Government can socialize and efforts in implementing the Care and Join Clinic provides Laktasi, Corner Laktasi and the like in the hospital and maternity House in the City that Binjai every mother can breastfeed the baby as soon as possible.

(6)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : SRI JULIANI

Asal : Akademik

Tempat/tanggal lahir : Medan/25 September 1983

Agama : Islam

Status Perkawinan : Sudah kawin Jumlah anggota keluarga : 2 (dua) orang

Pekerjaan : Dosen Akbid Kholisatur Rahmi Binjai

Alamat Rumah : Asmil Yon Arhanudse 11/BS Kel.Tunggorono Binjai Timur Alamat Kantor : Jl. Pasar 3 Tanah Merah Binjai Selatan

Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri No. 066431 Medan Tahun 1989-1995 2. SLTP Negeri 13 Medan Tahun 1995-1998

3. SMU Negeri 18 Medan Tahun 1998-2001

4. Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2002-2005 5. FKM USU Tahun 2006-2008

Riwayat Pekerjaan : Tahun 2005 s/d sekarang (2009) di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas petunjuk, ridho, dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul :

“ Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate Tahun 2009”.

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu serta dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dan masukan serta saran kepada penulis.

2. Ibu Asfriyati, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu serta dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dan masukan serta saran kepada penulis.

(8)

4. Ibu Sri Misleni, SST, M.Kes, selaku Dosen Penguji III, atas saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Ibu Prof. dr. Nerseri Barus, MPH, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

6. Para dosen dan staf di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Dr. H. T. Murad Elfuad, Sp, A, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Binjai yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian.

8. Bapak drg. Nimbangsa Ginting, selaku Kepala Puskesmas Binjai Estate yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian.

9. Suamiku Pratu Ohan Rohani tercinta dan tersayang yang telah memberikan dukungan, perhatian, dan bantuan baik secara moril maupun materiil serta terus mendo’akan penulis selama ini.

10.Ayahanda Riswan dan Ibunda E. Barus, S.Pd, serta abang M. Jauhari, adikku Nurviana, SKM, dan juga keluarga besar penulis, serta mertuaku yang semuanya telah banyak memberikan doa, dukungan, dan perhatian, yang diberikan kepada penulis selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

11.Sahabat-sahabatku Sri Lestari, Siti Rahayuningsih, Efri Sinaga, Nining, Vinda, dll yang telah banyak membantu penulis selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(9)

13.Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan semua pihak yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan dalam penulisan skripsi ini dan selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Semoga kebaikan semua pihak yang telah banyak membantu penulis selama ini mendapat rahmat dan hidayah dari Allah SWT.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini yang harus diperbaiki, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. AminYa Rabbal Alamiin.

Medan, Juni 2009 Penulis

SRI JULIANI

NIM. 061000286

(10)
(11)

3.3. Populasi dan Sampel ... 33

4.3.1 Hubungan Umur dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 46

4.3.2 Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 47

4.3.3 Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 48

4.3.4 Hubungan Pendapatan dengan Pemberian ASI Eksklusif .. 49

4.3.5 Hubungan Paritas dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 50

4.3.6 Hubungan Manajemen Laktasi dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 51

4.3.7 Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 52

4.3.8 Hubungan Sikap dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 53

BAB 5 PEMBAHASAN ... 54

5.1 Hubungan Antara Umur dengan Pemberian ASI Eksklusif .. ... 54

5.2. Hubungan Antara Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif ... ... 55

5.3 Hubungan Antara Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif .... 56

5.4 Hubungan Pendapatan dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 58

5.5 Hubungan Antara Paritas dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 59

5.6 Hubungan Antara Manajemen Laktasi dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 60

5.7 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 61

(12)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 63 6.1 Kesimpulan ... 63 6.2 Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner penelitian Lampiran 2. Data SPSS

Lampiran 3. Hasil pengolahan statistik

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Kelurahan di Wilayah Kerja

Puskesmas Binjai Estate Tahun 2008 ... 40 Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Menurut Umur di Wilayah Kerja Puskesmas

Binjai Estate Tahun 2008 ... 41 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Umur Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas

Binjai Estate Bulan Maret Tahun 2009 ... 41 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate Bulan Maret Tahun 2009 ... 42 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas

Binjai Estate Bulan Maret Tahun 2009... 42 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pendapatan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate Bulan Maret Tahun 2009 ... 43 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Paritas di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate Bulan Maret Tahun 2009 ... 43 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Manajemen Laktasi di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate Bulan Maret Tahun 2009 ... 44 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate Bulan Maret Tahun 2009 ... 44 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate Bulan Maret Tahun 2009 ... 45 Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate Bulan Maret Tahun 2009 ... 45 Tabel 4.12 Hubungan Umur dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate Bulan Maret Tahun 2009 ... 44 Tabel 4.13 Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah

Kerja Puskesmas Binjai Estate Bulan Maret Tahun 2009 . ... 47 Tabel 4.14 Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah

Kerja Puskesmas Binjai Estate Bulan Maret Tahun 2009 . ... 48 Tabel 4.15 Hubungan Pendapatan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah

Kerja Puskesmas Binjai Estate Bulan Maret Tahun 2009 . ... 49 Tabel 4.16 Hubungan Paritas dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah

Kerja Puskesmas Binjai Estate Bulan Maret Tahun 2009 . ... 50 Tabel 4.17 Hubungan Manajemen Laktasi dengan Pemberian ASI Eksklusif di

Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate Bulan Maret Tahun

2009 . ... 51 Tabel 4.18 Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah

Kerja Puskesmas Binjai Estate Bulan Maret Tahun 2009 . ... 52 Tabel 4.19 Hubungan Sikap dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang peranan. Gizi yang baik akan menghasilkan SDM yang berkualitas yaitu sehat, cerdas dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif. Perbaikan gizi diperlukan pada seluruh siklus kehidupan, mulai sejak masa kehamilan, bayi dan anak balita, prasekolah, anak SD, remaja dan dewasa sampai usia lanjut (Depkes, 2005).

Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan alamiah bagi bayi karena mengandung semua bahan yang diperlukan oleh bayi. Pemberian ASI saja sampai bayi berumur enam bulan disebut dengan ASI Eksklusif. Selanjutnya ASI diteruskan hingga anak berusia dua tahun (Arisman, 2004).

Gerbang pertama untuk membangun SDM yang berkualitas adalah dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Pemberian ASI secara dini dan eksklusif mempunyai efek terhadap keberhasilan kelangsungan pemberian ASI dalam jangka panjang. Hal ini disebabkan adanya antibodi yang penting dalam kolostrum dan ASI untuk melindungi bayi baru lahir (Maternal and Neonatal Central Java Online, 2004).

(15)

Indonesia ini berisi “Sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu

makanan bayi secara optimal sehingga semua ibu dapat memberikan ASI Eksklusif dan semua bayi diberikan ASI Eksklusif sejak lahir sampai berusia enam bulan” (Roesli, 2000).

Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, didalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu pertama memberikan ASI kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya ASI saja atau pemberian ASI secara Eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih (WHO, 2003).

Indonesia telah meratifikasi Global Strategy for Infant and Young Child Feeding melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 237/Menkes/SK/IV/1997 tentang pemasaran produk pengganti ASI dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/SK.IV/2004 tentang pemberian ASI secara Eksklusif pada bayi Indonesia yang semula 4 bulan menjadi 6 bulan. Disamping itu, masih ada perangkat hukum lainnya yang berkaitan dengan upaya tumbuh kembang optimal berupa Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1999 tentang pemasaran makanan bayi (Depkes, 2005).

(16)

Namun banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya jumlah ibu yang memberi ASI Eksklusif antara lain pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI Eksklusif masih rendah. Ibu merasa ASI-nya tidak cukup, atau ASI tidak keluar pada hari pertama kelahiran bayi. Hal ini tidak disebabkan karena ibu tidak memproduksi ASI yang cukup, melainkan karena ibu tidak percaya diri bahwa ASI-nya tidak cukup untuk bayinya. Tatalaksana rumah sakit yang salah yaitu beberapa rumah sakit memberikan susu fomula pada bayi yang baru lahir sebelum ibunya mampu memproduksi ASI dari puting susu ibunya. Banyaknya ibu yang mempunyai pekerjaan diluar rumah dan waktu cutinya terbatas hanya tiga bulan sehingga harus dipikirkan jalan keluar agar bayi tetap mendapat ASI. Misalnya menjemputnya secara rutin, memeras dan menyimpannya di kulkas (Suradi, 2004).

Menyusui adalah hak setiap ibu dan tidak terkecuali ibu yang bekerja. Oleh karena itu salah satu yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif sampai 6 bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun. Sehubungan dengan hal tersebut telah ditetapkan Kepmenkes RI No.450/MENKES/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi Indonesia sampai 6 bulan (Depkes, 2005).

(17)

pemberian ASI Eksklusif. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia cukup rendah (Swasono, 2005).

Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah menyusui secara dini dengan posisi yang benar, teratur dan eksklusif. Dalam hal ini peranan petugas kesehatan sangatlah penting untuk menolong ibu menyusui mengatasi kesulitan-kesulitannya sehingga penyelenggaraan laktasi dapat berjalan dengan baik, maka agar dapat terlaksananya pemberian ASI Eksklusif dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai manfaat dari ASI dan menyusui serta bagaimana melakukan Manajemen Laktasi (Soetjiningsih, 1997).

Tatalaksana yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan menyusui sehingga bayi dapat disusui dengan baik dan benar adalah dengan Manajemen Laktasi. Tujuan dari Manajemen Laktasi adalah meningkatkan penggunaan ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan melalui fasilitas kesehatan Sayang Bayi (Depkes, 1992).

Sesuai dengan Pelaksanaan Manajemen Laktasi yang dibagi dalam tiga periode tahapan kegiatan dimulai pada saat masa kehamilan (antenatal) meliputi pemeriksaan payudara, pemantauan berat badan dan pemberian Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), periode berikutnya adalah pada saat segera setelah melahirkan meliputi membantu kontak langsung ibu dan bayi serta ibu mulai menyusui bayinya pada 30 menit setelah kelahiran, dilanjutkan dengan periode pasca persalinan (neonatal) meliputi pemberian KIE tentang cara menyusui yang baik dan benar (Depkes, 2002).

(18)

menerapkan pemberian ASI Eksklusif dan memahami bahwa pemberian ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan kecerdasan bayi (Swasono, 2005).

Data dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992 pencapaian ASI Eksklusif 63,7%, sedangkan SKTR tahun 2001 menurun menjadi 47%. Hasil Survei Sosial Ekonomi (SUSENAS) tahun 2002 pemberian ASI Eksklusif pada bayi yang berumur kurang dari 4 bulan adalah 49,2%. Sedangkan Pemberian ASI Eksklusif didaerah perkotaan lebih rendah 44,3% dibanding daerah pedesaan 52,9%. Sementara menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 cakupan ASI Eksklusif bayi usia 6 bulan menurun dari 42,2% menjadi 39,5%, pada bayi di bawah usia dua bulan hanya mencakup 64%. Persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi yakni 46% pada bayi usia 2-3 bulan dan 14% pada bayi usia 4-5 tahun (Kesrepro, 2005).

Penelitian dan pengembangan Depkes RI, pencapaian pemberian ASI Eksklusif Propinsi Sumatera Utara sebesar 33,92% (Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2006 ), dan untuk Kota Binjai saat ini 62,39% (Dinas Kesehatan Kota Binjai, 2006). Berdasarkan target 2010 cakupan ini diharapkan mencapai 80%, sehingga dalam tahun ke depan diharapkan ada peningkatan agar target yang sudah ditetapkan dapat tercapai (Depkes, 2006).

Berdasarkan data di Dinas Kota Binjai menunjukkan bahwa dari delapan puskesmas induk di Kota Binjai jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif yang paling rendah ada di wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate sebesar 47,8% (Dinas Kesehatan Kota Binjai, 2006). Hal ini tentu saja menjadi permasalahan, karena tidak sesuai dengan target Nasional.

(19)

bulan, tidak satu orang pun diantaranya yang memberikan ASI Eksklusif. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan tidak keluarnya ASI setelah 30 menit bayi lahir sehingga petugas kesehatan langsung memberikan susu formula. Selain itu, karena faktor ibu yang bekerja dapat menyebabkan ketidakberhasilan pemberian ASI Eksklusif.

Pemberian ASI Eksklusif sangat berkaitan langsung dengan ibu. Dalam hal ini ibu bertindak sebagai pelaku utama yang memegang peranan penting terhadap keberhasilan program ASI Eksklusif. Berkaitan dengan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate Tahun 2009.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah belum tercapainya target pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

(20)

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan antara umur ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. b. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI

Eksklusif.

c. Untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif.

d. Untuk mengetahui hubungan antara pendapatan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif.

e. Untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan pemberian ASI Eksklusif. f. Untuk mengetahui hubungan antara manajemen laktasi dengan pemberian ASI

Eksklusif.

g. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif.

h. Untuk mengetahui hubungan antara sikap ibu dengan pemberian ASI Eksklusif.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi Tenaga Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate dalam upaya peningkatan Cakupan Program dengan memberikan penyuluhan pada masyarakat tentang ASI Eksklusif.

(21)
(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Air Susu Ibu (ASI)

Air Susu Ibu (ASI) adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar mamma dari ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang mudah didapat, selalu tersedia, siap diminum tanpa adanya persiapan yang khusus dengan temperatur yang sesuai dengan bayi. Air Susu Ibu (ASI) memiliki kandungan zat gizi yang lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi serta mengandung zat gizi yang lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi serta mengandung zat anti infeksi. Oleh karenanya Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan terbaik dan paling cocok untuk bayi (Perinasia, 2004).

Banyak keunggulan Air Susu Ibu dibanding dengan susu sapi, antara lain:

1. Air Susu Ibu mengandung zat makanan yang dibutuhkan bayi dalam jumlah yang cukup dengan susunan zat gizi yang sesuai untuk bayi.

2. Air Susu Ibu sedikit sekali berhubungan dengan udara luar, sehingga Air Susu Ibu bersih dan kecil kemungkinan tercemar oleh kuman (bibit penyakit).

3. Air Susu Ibu selalu segar dan temperatur Air Susu Ibu sesuai dengan temperatur tubuh bayi.

4. Mengandung zat kekebalan (immunoglobulin). Antibodi dalam Air Susu Ibu dapat bertahan di dalam saluran pencernaan bayi karena tahan terhadap asam dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan membuat lapisan pada mukosanya sehingga mencegah bakteri patogen dan enterovirus masuk ke mukosa usus.

(23)

6. Kolostrum (susu awal) adalah Air Susu Ibu yang keluar pada hari-hari pertama setelah kelahiran bayi, berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental, karena banyak mengandung vitamin A, protein dan zat kekebalan yang penting untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi. Kolostrum juga mengandung vitamin E dan K serta beberapa mineral seperti natrium dan seng (Depkes, 2005, Perinasia, 2004).

2.1.1. Pola Pemberian ASI

Menurut Herniwati (1999), berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pola pemberian ASI seperti kontinuitas pemberian, waktu pemberian, pemanfaatan kolostrum dan usia anak saat disapih. Akan tetapi sejalan dengan kemajuan teknologi maka terjadi pula perubahan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat, maka pola pemberian ASI sudah banyak diganti dengan susu botol.

Dalam upaya perbaikan gizi keluarga ditekankan agar semua ibu-ibu menyusui dapat memberikan ASI kepada bayi dan anak-anaknya selama dua tahun. Dari beberapa penelitian yang dilakukan terdapat bermacam-macam alasan penyapihan, akan tetapi dapat dikelompokkan menjadi alasan tiga golongan besar, yaitu:

1. Karena alasan ibu

Keadaan kesehatan ibu dan pembagian waktu yang sulit khususnya pada ibu bekerja dalam memberikan ASI akan mendorong penyapihan lebih awal.

2. Karena alasan ASI

Penyapihan akan dilakukan lebih awal bila ASI yang diproduksi oleh ibu tidak keluar atau kurang mencukupi bagi bayi.

(24)

Keadaan kesehatan anak yang tidak memungkinkan untuk disusui oleh ibu akan mendorong penyapihan lebih awal, hal ini dapat terjadi pada bayi yang harus berada didalam inkubatorium. Dalam alasan penyapihan ini terdapat juga perbedaan yang nyata antara masyarakat pedesaan dan perkotaan. Pada masyarakat pedesaan, alasan penyapihan adalah karena anak sudah besar dan ibu hamil lagi, sedangkan di perkotaan, faktor ibu lebih berperan karena ibu bekerja atau sibuk (Arisman, 2004).

2.1.2. Produksi ASI

Banyak faktor yang menyebabkan seseorang tidak dapat menyusui bayi. Salah satunya ialah karena air susu tidak keluar, penyebab air susu tidak keluar juga tidak sedikit, mulai dari stres mental sampai ke penyakit fisik, termasuk malnutrisi. Namun demikian, perilaku tidak menyusui bayi segera setelah lahir atau dengan catatan bahwa ibu tidak dalam keadaan terbius dan mengidap penyakit tertentu sehingga tidak memungkinkan untuk menyusui.

Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi tiga yaitu : 1. Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang keluar pertama kali setelah bayi lahir sampai hari ketiga atau keempat, agak kental berwarna kekuningan, lebih kuning dibanding dengan ASI mature. Kolostrum berkhasiat antara lain :

- Sebagai laxantia yang baik untuk membersihkan selaput usus bayi yang baru lahir sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan.

- Kolostrum terutama mengandung globulin tinggi, sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.

(25)

2. Air susu transisi

Air susu transisi adalah ASI yang diproduksi hari ketiga atau hari keempat sampai hari kesepuluh sesudah kelahiran. Kadar proteinnya lebih kecil dari kolostrum.

3. Air susu mature

Air susu mature yaitu ASI yang diproduksi mulai dari hari kesepuluh sesudah kelahiran. Kadar proteinnya lebih kecil dari pada kolostrum, sedangkan kadar lemak dan hidrat arang lebih tinggi (Arisman, 2004).

2.2. ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai usia 6 bulan. Selama itu bayi tidak diharapkan mendapatkan tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, air teh, air putih. Pada pemberian ASI Eksklusif bayi juga tidak diberikan makanan tambahan seperti pisang, biskuit, bubur susu, bubur nasi, tim, dan sebagainya (Roesli, 2000).

Sedangkan menurut Purwanti (2004), bahwa ASI Ekskusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih sampai bayi berusia 6 bulan.

Adapun alasan pemberian ASI Eksklusif adalah:

a. ASI mengandung zat gizi yang ideal dan mencukupi untuk menjamin tumbuh kembang sampai umur 6 bulan. Bayi yang mendapat makanan lain, misalnya nasi lumat atau pisang hanya akan mendapat karbohidrat, sehingga zat gizi yang masuk tidak seimbang.

(26)

c. Ginjal bayi yang masih muda belum mampu bekerja dengan baik. Makanan tambahan termasuk susu sapi biasanya mengandung banyak mineral yang dapat memberatkan fungsi ginjal yang belum sempurna pada bayi.

d. Makanan tambahan mungkin mengandung zat tambahan yang berbahaya bagi bayi misalnya zat warna dan zat pengawet.

e. Makanan tambahan bagi bayi yang mudah menimbulkan alergi (Perinasia, 2004).

Menurut Irawati (2005), bayi yang tidak mendapat ASI Eksklusif akan mudah kena infeksi. Jika sekarang banyak balita mengalami gizi buruk atau busung lapar, karena anak itu tidak mendapat ASI Eksklusif. Kalau bayi tidak mendapat ASI Eksklusif tetapi sudah mendapatkan makanan lain maka kemampuan dia mengisap ASI pun menurun. Kalau kemampuan mengisapnya menurun maka si ibu pun tidak menghasilkan ASI yang banyak.

2.2.1. Manfaat ASI Eksklusif

Manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi bayi sangat banyak antara lain : a. ASI sebagai nutrisi yang terbaik

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang karena disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya. ASI adalah makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan melaksanakan tata laksana menyusui yang tepat dan benar, produksi ASI seorang ibu akan cukup sebagai makanan tunggal bagi bayi normal sampai dengan usia enam bulan. Setelah usia enam bulan, bayi harus mulai diberi makanan padat tambahan, tetapi ASI masih dapat diteruskan sampai dua tahun atau lebih (Danuatmaja, 2004, Roesli, 2000).

(27)

Bayi baru lahir secara alamiah mendapat Immunoglobuin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari. Namun, kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Pada saat kadar zat kekebalan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi.

Kesenjangan akan hilang apabila bayi diberi ASI, karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur.

Bayi ASI Eksklusif ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI Eksklusif. Anak yang sehat tentu akan lebih berkembang kepandaiannya dibanding anak yang sering sakit terutama bila sakitnya berat (Roesli, 2000).

c. ASI Eksklusif meningkatkan kecerdasan

Perkembangan kecerdasan anak sangat berkaitan erat dengan pertumbuhan otak. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan otak anak adalah nutrisi yang diterima saat pertumbuhan otak, terutama saat pertumbuhan otak cepat.

Air susu ibu selain merupakan nutrien ideal, dengan komposisi tepat, dan sangat sesuai kebutuhan bayi, juga mengandung nutrien-nutrien khususnya yang sangat diperlukan pertumbuhan optimal otak bayi (Danuatmaja, 2004, Roesli, 2001).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan (Roesli, 2000) meliputi : 1.Faktor Genetik

Faktor genetik atau faktor bawaan menentukan potensi genetik atau bawaan yang diturunkan oleh orangtua. Faktor ini tidak dapat dimanipulasi atau direkayasa.

(28)

Faktor lingkungan adalah faktor yang menentukan apakah faktor genetik akan dapat tercapai secara optimal. Faktor ini mempunyai banyak aspek dan dapat dimanipulasi dan direkayasa.

Secara garis besar terdapat tiga jenis kebutuhan untuk faktor lingkungan, yaitu : - kebutuhan untuk pertumbuhan fisik-otak (asuh)

- kebutuhan untuk perkembangan emosional (asih)

- kebutuhan untuk perkembangan intelektual dan sosialisasi (asah) (Roesli, 2000). d. ASI Eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang

Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusui akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spritual yang baik (Roesli, 2000). 2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

A. Kondisi Ibu

(29)

memenuhi kebutuhan bayi. Dukungan dan pengertian keluarga (suami dan orang tua) sangat diperlukan untuk ketentraman ibu menyusui, di samping itu nasehat dari mereka yang lebih berpengalaman akan membantu keberhasilan menyusui (Depkes, 2005).

B. Kondisi Bayi

Bayi dalam keadaan sakit apapun harus tetap diberi ASI, termasuk diare. Bagi bayi kembar, ASI tetap mencukupi sesuai kebutuhan bayi. Posisi sepak bola (football position) dapat digunakan untuk menyusui bayi kembar. Demikian juga dengan bayi prematur, kalau bayi dapat menghisap langsung dari payudara ibu, kalau tidak dengan sendok atau lainnya. Produksi ASI harus dipertahankan dengan mengeluarkan ASI dan apabila keadaan bayi sudah memungkinkan, bayi dapat menyusu langsung dari ibu (Depkes, 2005).

C. Umur

(30)

Menyusui memerlukan persiapan, dan persiapan itu harus sudah dimulai sejak masa hamil (antenatal), segera setelah melahirkan dan masa pasca persalinan. Kepada calon ibu perlu diajarkan cara memberikan ASI pertama, upaya yang perlu dilakukan untuk memperbanyak ASI, serta cara perawatan payudara selama menyusui (Arisman, 2004).

Berdasarkan penelitian Raden dan Dasuki di RSUP dr. Sarjito tahun 1994, proporsi pemberian ASI Eksklusif oleh ibu yang berusia ≤ 35 tahun (45,5%) lebih tinggi dari ibu yang berusia > 35 tahun (30,5%), namun secara statistik tidak terdapat hubungan bermakna antara umur dan pemberian ASI Eksklusif tersebut, sehingga usia diatas 35 tahun tidak dapat menyebabkan resiko untuk menyusui secara non eksklusif.

Sedangkan penelitian Alkatiri (1996), menyatakan bahwa ada hubungan antara umur ibu dengan pemberian ASI Ekslusif. Ibu yang lebih muda kemampuan laktasinya lebih baik daripada ibu yang sudah tua, hal ini dapat dilihat dari usia ibu 20-35 tahun dimana kesehatan reproduksinya masih baik belum mengalami penurunan sehingga untuk memproduksi ASI masih lancar dibandingkan ibu yang usianya > 35 tahun kesehatan reproduksinya mulai menurun dan menyebabkan produksi ASI juga mulai berkurang apalagi jika jumlah kelahiran sebelumnya banyak atau lebih dari tiga, ibu dapat menghentikan kehamilannya dengan cara ber-KB.

D. Pendidikan

(31)

Tingkat pendidikan ibu mempunyai pengaruh dalam pola pemberian ASI, makin tinggi tingkat pendidikan ibu makin rendah prevalensi menyusui secara Eksklusif. Dalam penelitian Wahyuni (1998), diperoleh kecenderungan ibu-ibu berpendidikan sekolah lanjut atas untuk tidak lagi memberikan ASI pada bayinya.

Pendidikan bertujuan untuk mengubah pengetahuan/pengertian, pendapat dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi serta menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru pada pendidikan rendah serta meningkatkan pengetahuan yang cukup/kurang bagi responden yang masih memakai adat istiadat lama (Notoatmodjo, 1993).

E. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan kegiatan formal yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yang berpengaruh terhadap orang lain dan kegiatan yang dilakukan orang tua bersifat menghasilkan uang sehingga pendapatan keluarga dapat memadai kebutuhan anak guna pertumbuhan dan perkembangan anak (Irawati, 2005).

Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Masyarakat pekerja memiliki peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan, dimana dengan berkembangnya IPTEK dituntut adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan mempunyai produktifitas yang tinggi sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan (Maiza, 2003)

(32)

Sedangkan menurut pendapat Arifin (2008), yang menyatakan bahwa ibu bekerja tetap dapat memberikan ASI Eksklusif pada bayinya adalah dengan mempersiapkan ASI perah dan memberikan ASI peras/perah-nya pada bayi selama ibu bekerja. Selain itu dengan bantuan “Tempat Kerja Sayang Ibu” maka memungkinkan ibu menyusui secara eksklusif.

F. Pendapatan Keluarga

Tingkat ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan pola pemberian ASI. Di daerah pedesaan keadaan ini tidak cukup nyata. Di daerah perkotaan keadaan ini cukup nyata, makin tinggi tingkat ekonomi makin berkurang prevalensi menyusui. Namun di negara-negara industri frekuensi menyusui lebih tinggi di kalangan tingkat sosial atas (Purnamawati, 2003).

Menurut penelitian Wahyuni (1998) ada perbedaan bermakna dalam pemberian ASI dan penyapihan dengan penghasilan atau pendapatan keluarga, jadi semakin tinggi pendapatan keluarga, semakin cepat menyapih. Disini orang yang berpenghasilan tinggi akan lebih mudah untuk menggantikan ASI dengan susu Formula.

Beberapa faktor yang mempengaruhi ibu-ibu tidak menyusui bayinya :

1. Ibu-ibu lebih banyak memperoleh informasi mengenai susu botol daripada menyusui. 2. Umumnya yang melahirkan di Rumah Sakit dan Rumah Bersalin ada yang tidak

menganjurkan menyusui dan menerapkan pelayanan Rawat Gabung serta tidak menyediakan fasilitas Klinik Laktasi, Pojok Laktasi dan sejenisnya.

(33)

habis cuti bersalin dan semakin meningkat daya beli ibu-ibu untuk susu formula. Hal ini menjadi kendala tersendiri bagi kelangsungan pemberian ASI Eksklusif (Purnamawati, 2003). G. Paritas

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seorang ibu menyusui meperoleh pengetahuan dari pengalaman pada saat menyusui sebelumnya tentang ASI eksklusif. Semakin sering ibu menyusui semakin tinggi pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif (Notoatmodjo, 2003). Menurut Manuaba (1998), bahwa paritas seorang ibu sangat berpengaruh pada kesehatan dan pengalaman ibu dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayinya.

Penelitian yang dilakukan oleh Purnamawati (2003) menunjukkan bahwa paritas merupakan salah satu variabel yang berpengaruh terhadap menyusui secara eksklusif. Berdasarkan hasil penelitiannya, lama menyusui tampak lebih lama pada anak kedua dan ketiga.

Jika jumlah kelahiran sebelumnya banyak atau lebih dari tiga, ibu dapat menghentikan kehamilannya dengan cara ber-KB karena kesehatan reproduksi mulai menurun dan menyebabkan produksi ASI juga mulai berkurang (Alkatiri, 1996).

H. Manajemen Laktasi

(34)

Segala tata laksana yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan menyusui sehingga bayi dapat disusui dengan baik dan benar disebut dengan Manajemen Laktasi. Tujuan dari Manajemen Laktasi adalah meningkatkan penggunaan ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan. Manajemen Laktasi dimulai dari sejak masa hamil (antenatal), segera setelah melahirkan dan masa pasca persalinan (Perinasia, 2004).

Ada 3 (tiga) tahapan manajemen laktasi, antara lain : A. Periode Masa Kehamilan (Antenatal)

Pelayanan kesehatan diberikan pada masa antenatal yaitu pelayanan pada setiap ibu hamil yang datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya, maka dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut :

a. Pemeriksaan kesehatan atau fisik yang dimulai dengan anamnesa b. Pemeriksaan kehamilan dimulai dengan anamnesa, inspeksi, palpasi c. Mengukur tekanan darah ibu hamil

d. Pemeriksaan payudara dilanjutkan perawatan, yang paling penting puting susu untuk mempersiapkan menyusui apabila sudah melahirkan

e. Melakukan pemantauan berat badan dengan menimbang berat badan ibu hamil f. Pemberian tablet zat besi (Fe) pada ibu hamil sebanyak 90 butir selama kehamilan

g. Pemberian suntikan Tetanus Toksoid (TT) sebanyak 2 kali selama kehamilan (Depkes, 2002).

(35)

1. Pemeriksaan Payudara

Dalam masa kehamilan payudara ibu perlu diperiksa sebagai persiapan menyusui untuk mengetahui keadaan payudara sehingga bila terdapat kelainan dapat segera diketahui. Penemuan adanya kelainan payudara di tingkat dini diharapkan dapat diperiksa agar ketika menyusui nanti bisa lancar. Pemeriksaan payudara dilaksanakan pada kunjungan pertama ibu ketika memeriksa kehamilannya (Depkes, 2005). Pemeriksaan dilakukan dengan 2 (dua) cara (Perinasia, 2004) :

1.1. Inspeksi a. Payudara

Ukuran dan bentuk payudara tak seperti yang diduga masyarakat awam, ukuran dan bentuk payudara tidak berpengaruh pada produksi ASI. Perlu diperhatikan bila ada kelainan, seperti pembesaran, gerakan yang tidak simetris pada perubahan posisi. Warna kulit payudara pada umumnya sama dengan warna kulit perut atau punggung, yang perlu diperhatikan ialah adanya warna kemerahan tanda radang, penyakit kulit.

b. Aerola

(36)

c. Puting susu

Ukuran dan bentuk bervariasi dan tidak mempunyai arti khusus. Permukaan pada umumnya tidak beraturan, adanya luka dan sisik merupakan ada suatu kelainan, warna sama dengan aerola karena mempunyai pigmen yang sama (Perinasia, 2004).

1.2. Palpasi

a. Konsistensi payudara dari waktu ke waktu berbeda karena pengaruh hormonal.

b. Masa tujuan utama pemeriksaan palpasi payudara adalah untuk mencari masa, setiap masa harus digambarkan secara jelas letak dan ciri-ciri masa yang teraba harus dievaluasi dengan baik. Pemeriksaan ini sebaiknya diperluas sampai ke daerah ketiak.

c. Pemeriksaan puting susu merupakan hal penting dalam mempersiapkan ibu untuk menyusui (Perinasia, 2004).

2. Pemantauan Berat Badan

Pada masa hamil terjadi perubahan pada payudara, dimana ukuran payudara bertambah besar. Ini disebabkan proliferasi sel duktus laktiferus dan sel kelenjar pembuat ASI karena pengaruh hormon yang dibuat placenta yaitu laktogen, prolaktin kariogonadotropin, estrogen dan progesterone. Pembesaran juga disebabkan oleh bertambahnya pembuluh darah.

(37)

3. Pemberian KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi)

Persiapan menyusui pada masa kehamilan merupakan hal yang penting karena dengan persiapan yang lebih baik maka ibu lebih siap untuk menyusui bayinya. Untuk itu, ibu hamil sebaiknya diberikan pengertian dan bimbingan melalui pemberian KIE (Perinasia, 2004).

Salah satu penyebab menurunnya pemberian ASI adalah faktor kurangnya petugas kesehatan memberikan penerangan atau dorongan tentang manfaat dan keunggulan ASI dan bahaya susu botol kepada masyarakat (Soetjiningsih, 1997).

B. Periode Segera Setelah Bayi Lahir

Setelah persalinan, dengan terlepasnya plasenta, kadar estrogen dan progesterone menurun, sedangkan prolaktin tetap tinggi. Karena tidak ada hambatan oleh estrogen maka terjadi sekresi ASI. Pada saat mulai menyusui, maka dengan segera rangsangan isapan bayi memacu lepasnya prolaktin dan hipofise yang memperlancar sekresi ASI.

Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotivasi agar mulai kontak dengan bayi dan mulai menyusui bayi. Karena saat ini bayi dalam keadaan peka terhadap rangsangan, selanjutnya bayi akan mencari payudara ibu secara naluriah. Refleks hisap bayi paling kuat adalah jam-jam pertama setelah lahir, setelah itu bayi mengantuk. Bila bayi lahir segera mungkin berikan ASI dalam waktu 30 menit setelah kelahiran. Dalam hal ini seorang ibu membutuhkan bantuan orang lain agar ibu dan bayi sedini mungkin kontak langsung dan memberikan rasa aman dan kehangatan (Depkes, 2002).

(38)

C. Masa Pasca Persalinan

Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai masalah, hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana, misalnya cara menaruh bayi pada payudara ketika menyusui, isapan bayi yang mengakibatkan puting terasa nyeri dan keadaan ibu yang lebih peka dalam emosi terlebih pada minggu pertama setelah persalinan. Untuk itu, seorang ibu butuh seseorang yang dapat membantunya membimbing, merawat bayi termasuk dalam menyusui seperti petugas kesehatan, kelompok ibu-ibu pendukung ASI, suami, keluarga atau kerabat lain (Soetjiningsih, 1997).

Uraian kegiatan pada fase ini adalah pelaksanaan rawat gabung dan pemberian komunikasi, informasi dan edukasi tentang :

1. Rawat Gabung

Agar terbentuk hubungan erat (bounding) antara ibu dan bayi, maka segera setelah lahir bayi harus kontak kembali dengan ibu. Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi baru lahir tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam sebuah ruangan selama 24 jam penuh (Soetjiningsih, 1997).

Manfaat rawat gabung dalam proses laktasi adalah sebagai berikut :

1. Ibu dapat dengan mudah menjangkau bayinya dan menyusui setiap saat kapan saja bayi menginginkannya.

2. Bila ibu dekat dengan bayi, maka bayi dapat disusui dengan frekuensi lebih sering sehingga bayi mendapat nutrisi alami yang paling baik.

(39)

4. Dengan rawat gabung ibu akan mempunyai pengalaman yang berguna yaitu mampu menyusui serta merawat bayinya sepulang dari rumah sakit.

5. Dengan rawat gabung maka pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin. 6. Ibu dapat mengamati bayinya sendiri dalam satu ruangan (Soetjiningsih, 1997). 2. Cara Menyusui yang Baik dan Benar

1. Posisi dan perlekatan menyusui

2. Langkah-langkah menyusui yang baik dan benar

a. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting susu sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu (Perinasia, 2004).

b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara (Perinasia, 2004).

1. Ibu duduk atau berbaring, bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala bayi tdak boleh menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).

2. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu.

3. Perut bayi menempel pada badan ibu dan kepala menghadap payudara. 4. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.

c. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah, jangan menekan puting susu.

(40)

2.3. Perilaku Ibu Menyusui

Pemberian ASI tak terlepas dari tatanan budaya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2001), dimana ibu yang memberikan ASI sebelum 30 menit setelah melahirkan, kemungkinan untuk tidak memberikan makanan dan minuman pralaktal (susu formula, air jeruk, air teh, air putih, pisang, biskuit, bubur susu, bubur nasi, tim) pada bayinya sebesar 1,8 - 5,3 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak segera memberikan ASI.

Menurut penelitian Soeparmanto (2001), dimana pendidikan ibu yang relatif kurang dapat menurunkan perilaku pemberian ASI Eksklusif. Ibu yang mempunyai pengetahuan tentang ASI atau menyusui yang baik bisa memberi ASI secara Eksklusif dan memberikan kolostrum pada bayi. Namun apabila pengetahuan ibu mengenai ASI Eksklusif rendah maka perilaku pemberian ASI secara Eksklusif tidak dapat diberikan pada bayi.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap pemberian ASI adalah sikap ibu terhadap lingkungan sosialnya dan kebudayaan dimana dia dididik. Selain itu, kemampuan ibu yang usianya lebih tua juga amat rendah produksi ASI-nya, sehingga cenderung mengalami malnutrisi (Depkes, 2005).

2.3.1. Konsep Perilaku

Perilaku adalah keadaan jiwa (berpendapat, berpikir, bersikap dan lain sebagainya) untuk memberikan reaksi terhadap situasi yang ada di subjek.

(41)

2.3.2. Bentuk Operasional Perilaku

Bentuk operasional perilaku ada tiga jenis yaitu: 1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan yang akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 1993).

2. Sikap

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Ciri-ciri sikap adalah:

1. Sikap dibentuk dan diperoleh sepanjang perkembangan seseorang dalam hubungan dengan objek tertentu.

2. Sikap dapat berubah sesuai dengan keadaan dan syarat-syarat tertentu terhadap suatu kelompok.

3. Sikap dapat mengubah suatu hal tertentu tetapi dapat juga berupa kumpulan dari hal-hal tersebut. 4. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan.

(42)

menghindari bayi dari berbagai penyakit. Akhirnya dapat dikatakan bahwa ibu tersebut mempunyai sikap terhadap objek yaitu berupa pemberian ASI Eksklusif pada bayi.

Sikap mengandung daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah seseorang harus pro dan kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan, mengesampingkan apa yang tidak diinginkan dan apa yang harus dihindari.

Sikap relatif lebih menetap, timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah. Dalam psikologi sosial, sikap adalah kecenderungan individu yang dapat ditentukan dari cara-cara berbuat (Notoatmodjo, 1993).

3. Tindakan

Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan, untuk terwujudnya suatu tindakan (perbuatan yang nyata) dibutuhkan suatu pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan dukungan dari berbagai pihak. Adanya hubungan erat antara sikap dan tindakan didukung oleh pengertian sikap yang menyatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak.

(43)

2.4. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 1. Kerangka Konsep

Pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi oleh umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, paritas, manajemen laktasi, pengetahuan, dan sikap.

Kararakterisik Ibu : Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Paritas

Pemberian ASI Eksklusif Manajemen laktasi

Pengetahuan Ibu

(44)

2.5. Hipotesa Penelitian

1. Ada hubungan antara umur ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. 2. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. 3. Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. 4. Ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif. 5. Ada hubungan antara paritas dengan pemberian ASI Eksklusif.

(45)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah survei yang bersifat deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional.

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah kerja puskesmas Binjai Estate. 3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai dari survei awal pada bulan Oktober 2008 sampai dengan Juni 2009.

3.3.Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi berusia 6-12 bulan pada bulan Maret tahun 2009 di wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate yaitu sebanyak 80 orang. Alasan pengambilan populasi adalah ibu yang telah selesai memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan usia bayi dibatasi sampai 12 bulan agar ibu masih mengingat waktu pemberian ASI eksklusif.

(46)

menderita penyakit. Kriteria inklusi adalah kondisi payudara ibu yang memungkinkan memberikan dan memproduksi ASI serta kesehatan ibu bebas dari penyakit.

3.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi pada bulan Maret tahun 2009 di wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate sebanyak 80 orang (Total Sampling).

3.4.Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara langsung menggunakan kuesioner yang telah disusun dengan melakukan kunjungan dari rumah ke rumah oleh peneliti, dan mengacu pada variabel yang diteliti.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan data ibu yang mempunyai bayi berusia 6-12 bulan pada bulan Maret di Kelurahan Binjai Estate dan Puskesmas Binjai Estate.

3.5.Definisi Operasional

1. Karakteristik ibu adalah sesuatu yang berhubungan dengan identitas responden meliputi : umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, paritas, manajemen laktasi.

- Umur adalah usia ibu yang dihitung pada ulang tahun terakhir.

(47)

- Pekerjaan adalah segala bentuk aktivitas seseorang yang dilakukan secara rutin untuk bekerja atau tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga).

- Pendapatan keluarga adalah seluruh penghasilan keluarga termasuk penghasilan pokok dan sampingan.

- Paritas adalah keadaan ibu berkaitan dengan jumlah anak hidup yang pernah dilahirkan.

- Manajemen laktasi adalah perawatan payudara/pemeriksaan kehamilan yang dilakukan ibu sampai melahirkan.

2. Pengetahuan ibu adalah segala sesuatu yang diketahui ibu tentang ASI Eksklusif. 3. Sikap ibu adalah tanggapan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif.

4. Pemberian ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja selama 6 bulan pertama tanpa ada makanan tambahan.

3.6.Aspek Pengukuran

1. Pemberian ASI Eksklusif

1= jika ASI Eksklusif tidak diberikan mulai sejak lahir sampai usia 6 bulan 2= jika ASI Eksklusif diberikan mulai sejak lahir sampai usia 6 bulan 2. Umur dikategorikan berdasarkan kemampuan laktasi seorang ibu yaitu :

1= jika umur ibu yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan > 35 tahun 2 = jika umur ibu yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan ≤ 35 tahun

(48)

1 = rendah, jika pendidikan responden tidak sekolah, tamat SD, tamat SLTP, atau tamat SMU

2 = tinggi, jika pendidikan responden tamat Akademi/PT 4. Status pekerjaan ibu dibagi menjadi 2 kategori yaitu :

1 = jika ibu bekerja

2 = jika ibu tidak bekerja/IRT

5. Pendapatan keluarga dibagi dalam 2 kategori yaitu : 1 = jika pendapatan keluarga rendah

2 = jika pendapatan keluarga tinggi 6. Paritas dibagi menjadi 3 kategori yaitu :

1 = jika jumlah anak 1 2= jika jumlah anak 2-3 3= jika jumlah anak > 3

7. Manajemen laktasi terdiri dari 7 pertanyaan masing-masing mempunyai nilai, apabila jawaban benar skor 1 dan jawaban salah skor 0, sehingga total skor adalah 7. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden dapat dikategorikan sebagai berikut : (Arikunto, 1998)

1= Baik (bila total nilai 75%), bila responden menjawab 5-7 pertanyaan dengan benar.

(49)

8. Pengetahuan Ibu

Item pertanyaan tentang pengetahuan berjumlah 9 pertanyaan. Dengan kriteria baik, dan kurang baik. Pertanyaan no. 1, 6, 7, dan 9 apabila jawaban benar skor 1 dan jawaban salah skor 0. Sedangkan pertanyaan no. 2 jawaban benar tertinggi 2 skor 2, pertanyaan no. 3, 4, dan 8 dengan jawaban benar tertinggi 3 skor 3, dan pertanyaan no. 5 apabila jawaban benar 3 skor 3, dan jawaban salah nilai 0, sehingga total skor adalah 18. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden dapat dikategorikan sebagai berikut : (Arikunto, 1998)

1 = Baik (bila total nilai 75%), bila responden menjawab 14-18 pertanyaan dengan benar.

2 = Kurang baik (bila total nilai 74%), bila responden menjawab 1-13 pertanyaan dengan benar.

9. Sikap terdiri dari 9 pertanyaan yang terdiri atas jawaban setuju dan tidak setuju, apabila jawaban benar skor 1 dan jawaban salah skor 0, sehingga total skor adalah 9. Jawaban setuju yang benar pada pertanyaan no. 1-7 dan jawaban tidak setuju bernilai benar pada pertanyaan no.8 dan 9. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden dapat dikategorikan sebagai berikut : (Arikunto, 1998)

1 = Baik (bila total nilai 75%), bila responden menjawab 7-9 pertanyaan dengan benar.

(50)

3.7.Metode Pengolahan dan Penyajian Data

Data yang terkumpul diedit dan diolah dengan bantuan computer dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Sebelum dianalisis data diolah dahulu melalui beberapa tahapan :

1. Editing data yaitu kegiatan pemeriksaan kelengkapan pengisian kuesioner oleh pewawancara dan dilakukan segera setelah wawancara dilakukan.

2. Koding data yaitu kegiatan pemberian kode pada data yang telah dikumpulkan. 3. Entri data yaitu kegiatan memasukkan data ke komputer.

3.8.Teknik Analisa Data

Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah dengan menggunakan komputer. Analisis dilakukan secara bertahap yaitu :

1. Analisis Univariat

Untuk mengetahui distribusi masing-masing variabel dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

(51)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Binjai Estate 4.1.1 Kondisi Geografis

Secara geografis Puskesmas Binjai Estate terletak pada 3,25 – 3,290LU dan 98,310BT dengan luas wilayah 23 km2, terdiri dari empat kelurahan, yaitu kelurahan Binjai Estate, Bakti Karya, Pujidadi, dan kelurahan Tanah Merah dibagi dalam tiga puluh lima lingkungan.

Adapun batas-batas wilayahnya sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Binjai Kota Binjai.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat. c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Selesai

Kabupaten Langkat.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tanah Seribu Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai.

4.1.2 Kondisi Topografi dan Klimatologi

(52)

Dari arah selatan dan utara diapit oleh 2 buah sungai yaitu Sungai Mencirim dan Sungai Bingei yang merupakan sungai terbesar dan terpanjang yang bermuara ke Sungai Wampu di Stabat Kabupaten Langkat.

4.1.3 Gambaran Demografi

Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan dengan tiga unit puskesmas pembantu yaitu Puskesmas Pembantu Pujidadi, Marcapada dan Tanah Merah pada tahun 2008 adalah 25.935 jiwa yang terdiri dari menurut jenis kelamin laki-laki 12.617 jiwa dan perempuan 13.318 jiwa. Rata-rata kepadatan penduduk dengan luas wilayah yaitu 1.135/km².

4.1.4 Gambaran Penduduk

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate Tahun 2008

(53)

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Menurut Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate Tahun 2008

No. Umur Binjai

Estate

Binjai

Karya Pujidadi

Tanah

Merah Jumlah

1. < 1 tahun 159 92 109 49 409

2. 1 – 4 tahun 1094 464 443 624 2625

3. 5 – 14 tahun 2458 1136 1109 1317 6020 4. 15 – 44 tahun 5802 2290 3000 2990 14082

5. 45- 59 tahun 1002 125 154 154 1435

6. > 59 tahun 896 212 132 124 1364

Jumlah 11411 4319 4947 5258 25.935

Sumber : Profil Puskesmas Binjai Estate, 2008

4.2 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran masing-masing variabel bebas melalui tabel 4.3 s/d tabel 4.15 berikut ini :

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Umur Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate Bulan Maret Tahun 2009.

No. Umur Frekuensi Persen (%)

1. ≤ 35 tahun 62 77,5

2. > 35 tahun 18 22,5

Jumlah 80 100,0

(54)

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate Bulan Maret Tahun 2009.

No. Pendidikan Frekuensi Persen (%)

1. Dasar 30 37,5

2. Menengah 42 52,5

3. Tinggi 8 10,0

Jumlah 80 100,0

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pendidikan ibu menengah (SMU) sebanyak 42 orang (52,5%), lebih banyak dibandingkan dengan pendidikan dasar (SD dan SLTP) 30 orang (37,5%) dan pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi) 8 orang (10,0%).

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate Bulan Maret Tahun 2009.

No. Pekerjaan Frekuensi Persen (%)

1. Bekerja 44 55,0

2. Tidak bekerja/ IRT 36 45,0

Jumlah 80 100,0

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pekerjaan ibu bekerja sebanyak 44 orang (55,0%), lebih banyak dibandingkan dengan tidak bekerja/ IRT 36 orang (45,0%).

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pendapatan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate Bulan Maret Tahun 2009.

No. Pendapatan Frekuensi Persen (%)

1. Rendah 52 65,0

2. Tinggi 28 35,0

(55)

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pendapatan keluarga rendah sebanyak 52 orang (65,0%), lebih banyak dibandingkan dengan pendapatan keluarga tinggi 28 orang (35,0%).

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Paritas Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate Bulan Maret Tahun 2009.

No. Paritas Frekuensi Persen (%)

1. 1 23 28,8

2. 2-3 35 43,7

3. > 3 22 27,5

Jumlah 80 100,0

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa paritas 2-3 sebanyak 35 orang (43,7%), lebih banyak dibandingkan dengan paritas 1 yaitu 23 orang (28,8%) dan paritas > 3 yaitu 22 orang (27,5%).

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Manajemen Laktasi Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate Bulan Maret Tahun 2009.

No. Manajemen Laktasi Frekuensi Persen (%)

1. Baik 47 58,8

2. Kurang baik 33 41,2

Jumlah 80 100,0

(56)

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate Bulan Maret Tahun 2009.

No. Pengetahuan Ibu Frekuensi Persen (%)

1. Baik 56 70,0

2. Kurang baik 24 30,0

Jumlah 80 100.0

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pengetahuan ibu baik sebanyak 56 orang (70,0%), lebih banyak dibandingkan pengetahuan kurang baik 24 orang (30,0%). Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate

Bulan Maret Tahun 2009.

No. Sikap Ibu Frekuensi Persen (%)

1. Baik 41 51,2

2. Kurang baik 39 48,8

Jumlah 80 100,0

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sikap ibu baik sebanyak 41 orang (51,2%), lebih banyak dibandingkan sikap kurang baik 39 orang (48,8%).

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate Bulan Maret Tahun 2009.

No. Pemberian ASI

Eksklusif Frekuensi Persen (%)

1. Ya 25 31,2

2. Tidak 55 68,8

(57)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 55 orang (68,8%), lebih banyak dibandingkan yang memberikan ASI Eksklusif 25 orang (31,2%).

4.3. Analisis Bivariat

4.3.1 Hubungan Umur dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hasil uji Chi-square hubungan umur dengan pemberian ASI Eksklusif dapat dilihat dalam tabel 4.12 sebagai berikut :

Tabel 4.12 Hubungan Umur dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate Bulan Maret Tahun 2009.

No. Umur

Pemberian ASI

Eksklusif Total

x

2 P-value

Ya Tidak

n % n % n %

1. 20 - 35 tahun 25 40,3 37 59,7 62 100

10,557 0,001 2. > 35 tahun - - 18 100 18 100

TOTAL 25 31,3 55 68,8 80 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 62 ibu yang berumur 20-35 tahun ada 25 ibu (40,3%) yang memberikan ASI Eksklusif dan ada 37 ibu (59,7%) yang tidak memberikan ASI Eksklusif. Sedangkan dari 18 ibu yang berumur > 35 tahun ada 18 ibu (100%) yang tidak memberikan ASI Eksklusif dan tidak ada ibu yang memberikan ASI Eksklusif.

(58)

4.3.2 Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hubungan pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.13 Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate Bulan Maret Tahun 2009.

No. Pendidikan

Pemberian ASI

Eksklusif Total

x

2 P-value

Ya Tidak

n % n % n %

1. Dasar 5 16,7 25 83,3 30 100

11,844 0,003 2. Menengah 20 47,6 22 52,4 42 100

3. Tinggi - - 8 100 8 100

TOTAL 25 31,3 55 68,8 80 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 30 ibu yang berpendidikan dasar ada 5 ibu (16,7%) yang memberikan ASI Eksklusif dan ada 25 ibu (83,3%) yang tidak memberikan ASI Eksklusif. Sedangkan dari 42 ibu yang berpendidikan menengah ada 20 ibu (47,6%) yang memberikan ASI Eksklusif dan ada 22 ibu (52,4%) yang tidak memberikan ASI Eksklusif. Dan dari 8 ibu yang berpendidikan tinggi ada 8 ibu (100,0%) yang tidak memberikan ASI Eksklusif dan tidak ada ibu yang memberikan ASI Eksklusif.

(59)

4.3.3 Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hubungan pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.14 Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate Bulan Maret Tahun 2009.

No. Pekerjaan Pemberian ASI

Eksklusif Total

x

2 P-value

Ya Tidak

n % n % n %

1. Bekerja 5 11,4 39 88,6 44 100

17,998 0,000 2. Tidak Bekerja 20 55,6 16 44,4 36 100

TOTAL 25 31,2 55 68,8 80 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 44 ibu yang bekerja ada 5 ibu (11,4%) yang memberikan ASI Eksklusif dan ada 39 ibu (88,6%) yang tidak memberikan ASI Eksklusif. Sedangkan dari 36 ibu yang tidak bekerja ada 20 ibu (55,6%) yang memberikan ASI Eksklusif dan ada 16 ibu (44,4%) yang tidak memberikan ASI Eksklusif.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Konsep
Tabel 4.1  Distribusi Penduduk Menurut Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas
Tabel 4.3
Tabel 4.4  Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate Bulan Maret Tahun 2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor ibu yang berhubungan dengan praktek pemberian ASI eksklusif di

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif yang meliputi faktor usia, paritas, pendidikan,

Salah satu penelitian tentang pemberian ASI Eksklusif yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dewi Susilaningsih pada tahun 2010 tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ariwati, dkk (2014) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dengan pemberian ASI

mendapatkan dukungan lebih memilih untuk memberikan ASI Eksklusif dibandingkan dengan tidak memberikan ASI Eksklusif (Ferawati, 2010). Ibu yang memberikan ASI Eksklusif

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan pengetahuan, tingkat pekerjaan, usia dan Dukungan

Hasil tabulasi silang antara efikasi diri dengan pemberian ASI eksklusif menunjukkan bahwa yang mempunyai efikasi diri yang cukup terdapat sebesar 71,4% yang memberikan

HASIL PENELITIAN Tabel 1 Hubungan Pengetahuan Dengan Pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Baiturrahman Berdasarkan tabel 1: menunjukkan presentase responden dengan