• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GILINGAN

SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Disusun Oleh :

Nofia Tyas Tribuaneswari J 410 151 032

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)

IIALAシ■

N PEESETUЛ

IAN

FAKTOR―

FAKTOR YANG BEREUBUNGAN DENGAN PEM[BEttN

ASIEttKLUSIF DI ttWrAE KEMA PIUSKESMAS GⅡ LINGAN

SURAKARTA

PUBLIKASI ILⅣIIAH

C)lehi

NOFIA TYAS TRIBUANESWARI

J410151032

Telah diperiksa dan disettui un枷ditti oleh:

十 Dosen Pembirnbing I Dosen Pembipbing

II

Purwa 磯 s 8101993Y12001

(3)

HALAprAN PENGESAⅡ

AN

FAKTOR‐

FAKTOR YANG BERIIUBⅢ GAN DENGAN PEMBERIAN

ASI EttKLUSIF DI WLAYAⅡ KERJA PUSKESpIAS CILINGAN

SURAICARTA

OLEH

INOFIA TYAS TRIBUANESWARI

J410151032

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas IImu Кbsehatall

IIniversitas plllhalnlnadiyah Sttrakal・ta

Pada hari Sabtu,20 JanuaFi 2018

Dan dillyatakall telah lnernenulli syarat

Dewan Penguji:

Pur-wanti, SI(M, M,Kes (Ketua Dewan Penguji)

Windi Wulantlari, SKM, N'I.PH (Anggota Penguji

I)

Kusuma Estu Werdani, SKM, M.Kes (Anggota Penguji

I$

■ ■ 2. 3.

(4)

PERNYATAAN

Dcngall ini saya mcnyatakan b=h、 va dalalll naskah pllblikasi ini tidak tcrdゃat kawa yang pcrllah dittuktt untuk lttc懇 rOleh ttlar kcsattanatt di Sua極

pergtlrLlan tinggi dan scpaη ang pcngctahuan saya Jllga tidak tcrdapat krawa atau peildapat yang pcrllah ditulis atau ditcrbitkan orang lain, kccuali secara tertulis ぱiacuごalξ覆■■askah dan disebutkan dalarll datar pttstaka

Apabila kelak terbukti ada kctidakbcnattn dalam pcnyataan saya diatas, 趣aka akan saya pertanggtlliga、 vabkan scpcnllhnya.

Surakarta,2CI JaERIlari 201 8

Penths

夕 ・

麹 fia Tvas Tribuatteswa亘 J410151032

(5)

1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GILINGAN

SURAKARTA Abstrak

Angka Kematian Neonatal (AKN) dan Angka Kematian Balita (AKB) dapat ditekan dengan pemberian ASI eksklusif. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan pengetahuan, dukungan suami, dukungan tenaga kesehatan, dan motivasi ibu dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi yang berusia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta yang berjumlah sebanyak 72 bayi. Pemilihan sampel sebanyak 66 bayi dilakukan dengan menggunakan teknik sampling jenuh. Teknik uji statistik menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan (p-value=0,009; r=0,331), ada hubungan antara dukungan suami (p-value=0,002; r=0,378), ada hubungan antara dukungan tenaga kesehatan value=0,008; r=0,335), ada hubungan antara motivasi (p-value=0,001; r=0,405) dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta. Hasil analisi multivariat menunjukkan bahwa motivasi merupakan faktor yang paling dominan dalam hubungannya dengan pemberian ASI eksklusif ((p=0,001; OR=13,405; 95%CI=2,728-65,864). Puskesmas Gilingan perlu meningkatkan penyuluhan ASI eksklusif dengan melibatkan suami sebagai sasaran promosi kesehatan.

Kata Kunci : ASI eksklusif, Pengetahuan, Dukungan Suami, Dukungan Tenaga Kesehatan, Motivasi

Abstract

Neonatal mortality (AKN) and under-five mortality (AKB) can be suppressed by exclusive breast feeding. The purpose of this research is to analyze the relationship of knowledge, husband’s support, healthcare support, and mother motivation with exclusive breastfeeding in the working area of Puskesmas Gilingan in Surakarta. The type of this research is quantitative analytic research with cross sectional approach. The population in this research were all mothers who have babies 6-12 months old in the working area of Community Health Center Gilingan in Surakarta that amounted to 72 babies. The sample selection of 66 babies was done by using exhaustive sampling technique. Statistical test technique using Chi Square test. The result of the research shows that there is a correlation between knowledge (p-value = 0,009; r= 0,331), there is correlation between husband’s support (p-value = 0,002; r= 0,378), there is correlation between healthcare support (p-value = 0,008; r= 0,335), there is correlation between mother motivation (p-value = 0,001; r= 0,405) with exclusive

(6)

2

breastfeeding in the working area of Community Health Center Gilingan in Surakarta. The result of multivariate analysis showed that the motivation (p=0,001; OR=13,405; 95%CI=2,728-65,864) is the most dominant factor in association with exclusive breastfeeding. Community Health Center Gilingan needs to improve exclusive breastfeeding by involving your health as a health promotion target.

Keywords: exclusive breastfeeding, knowledge, husband’s support, healthcare support, and mother motivation

1. PENDAHULUAN

Angka Kematian Neonatal (AKN) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu Negara. Tingginya Angka Kematian Neonatal (AKN) akan berpengaruh pada 59% kematian bayi (Kemenkes, 2015). Tujuan Milenium Development Goal’s (MDGs) adalah menekan kematian bayi dari 90 kematian per 1000 kelahiran hidup di tahun 1990 menjadi 23 kematian per 1000 kelahiran di tahun 2015. Namun saat ini, Angka Kematian Bayi (AKB) masih 32 kematian per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Sehingga, upaya penurunan kematian bayi dan balita masih menjadi prioritas Sustainable Development Goals (SDGs) di tahun 2030.

Berdasarkan kerangka kerja Mosley dan Chen (1984) dalam Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, faktor penyebab tingginya angka kematian anak adalah karakteristik ibu, kontaminasi lingkungan, kecelakaan, gizi dan penyakit. Tingginya kematian balita disebabkan rentan penyakit dan dapat dicegah dengan memberikan imunisasi, meningkatkan sanitasi dan pemberian ASI (Soetjiningsih, 2014). UNICEF bersama WHA (Worldt Health Assembly) tahun 2001 menetapkan pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan (Fikawati dkk, 2015). Cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia tahun 2015 yaitu 55,7% (Kemenkes, 2015). Namun, angka tersebut belum mencapai target nasional yaitu 80%. Berdasarkan profil kesehatan Propinsi Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 61,6%. Kota Surakarta tahun 2015 sebesar 52,4%, terendah di Puskesmas Gilingan sebesar 61,7%. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada 12 ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Gilingan, didapatkan hasil

(7)

3

bahwa 5 (41,6%) ibu memberikan ASI eksklusif dan 7 (58,3%) ibu tidak memberikan ASI eksklusif.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan pengetahuan, dukungan suami, dukungan tenaga kesehatan dan motivasi ibu dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember 2017. Tempat penelitian di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi berusia 6-12 bulan yang berjumlah sebanyak 72 bayi. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh seluruh ibu yang memiliki bayi berusia 6-12 bulan yang berjumlah sebanyak 66 bayi. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan menggunakan semua anggota populasi sebagai sampel. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase dari variabel yang diteliti dan analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara masing-masing variabel bebas (Independent) yaitu pengetahuan, dukungan suami, dukungan tenaga kesehatan, motivasi ibu dengan variabel terikat (Dependent) yaitu pemberian ASI eksklusif yang menggunakan uji statistik Chi-Square. Analisis multivariat bertujuan untuk mengetahui faktor yang paling dominan diantara semua variabel bebas dengan variabel terikat.

3. HASIL dan PEMBAHASAN 3.1Karakteristik Responden

Gambaran karakteristik responden meliputi umur responden, pendidikan terakhir, pekerjaan responden dan paritas ditampilkan pada tabel berikut:

(8)

4

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Karakteristik

Pemberian ASI eksklusif Total Tidak ASI eksklusif ASI eksklusif n % n % N % Umur Ibu <20 2 66,7 1 33,3 3 100 20-30 23 59 16 41 39 100 30-40 14 58,3 10 41,7 24 100 Total 39 59,1 27 40,9 66 100 Pendidikan Terakhir SD 0 0 0 0 0 100 SMP 6 85,7 1 14,3 7 100 SMA 27 58,7 19 41,3 46 100 Diploma 5 55,6 4 44,4 9 100 Sarjana 1 25 3 75 4 100 Total 39 59,1 27 40,9 66 100 Pekerjaan

Ibu rumah tangga 12 37,5 20 62,5 32 100

PNS 1 100 0 0 1 100 Swasta 17 85 3 15 20 100 Wiraswasta 9 69,2 4 30,8 13 100 Total 39 59,1 27 40,9 66 100 Paritas Primipara 11 64,7 6 35,3 17 100 Multipara 28 57,1 21 42,9 49 100 Total 39 59,1 27 40,9 66 100

Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan umur responden sebagian besar responden termasuk dalam kategori umur 20-30 tahun sebanyak 39 ibu (59,1%). Pemberian ASI eksklusif pada variabel pendidikan sebagian besar pada umur 30-40 tahun sebanyak 10 ibu (41,7%). Sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir yaitu setingkat SMA sebanyak 46 ibu (69,7%). Pemberian ASI eksklusif pada variabel pendidikan sebagian besar yaitu sarjana sebanyak 27 ibu (40,9%). Sebagian besar pekerjaan responden yaitu sebagai ibu rumah tangga sebanyak 32 ibu (48.5%) dan sebagian besar memberian ASI eksklusif sebanyak 20 ibu (62,5%). Dalam penelitian ini, sebagian besar ibu multipara yaitu ibu yang telah melahirkan lebih dari satu anak (74,2%) dan sebagian besar memberian ASI eksklusif sebanyak 21 ibu (42,9%).

(9)

5 3.2Analisis Univariat

3.2.1 Pemberian ASI eksklusif

Tabel 2. Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta Variabel Frekuensi (n) Persentase (%) ASI Eksklusif 27 40,9

Tidak ASI Eksklusif 39 59,1

Total 66 100

Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu yang memiliki bayi umur 6-12 bulan di wilayah kerja puskesmas gilingan Surakarta tidak memberikan ASI secara eksklusif. Hal ini terlihat dari 66 ibu yang menjadi responden dalam penelitian ini, sekitar 39 ibu (59,1%) tidak memberikan ASI secara eksklusif sedangkan 27 ibu (40,9%) memberikan ASI eksklusif.

3.2.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif Tabel 3. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di

Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta

Variabel Frekuensi (n) Persentase (%) Pengetahuan Baik 35 53 Kurang 31 47 Total 66 100 Dukungan Suami Baik 28 42,4 Kurang 38 57,6 Total 66 100

Dukungan Tenaga Kesehatan

Mendukung 40 60,6 Kurang Mendukung 26 39,4 Total 66 100 Motivasi Tinggi 29 43,9 Rendah 37 56,1 Total 66 100

(10)

6

Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 35 ibu (53%) dan responden memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 31 ibu (47%). Sebagian besar responden mendapat dukungan suami kurang yaitu sebanyak 38 ibu (57,6%) dan sebagian kecil mendapat dukungan suami baik yaitu 28 ibu (42,4%).

Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mendapat dukungan tenaga kesehatan yaitu sebanyak 40 ibu (60,6%) dan sebagian kecil tenaga kesehatan kurang mendukung yaitu sebanyak 26 ibu (39,4%). Motivasi sebagian besar responden rendah sebanyak 37 (56,1%) dan sebagian kecil responden memiliki motivasi tinggi yaitu sebanyak 29 ibu (43,9%).

3.3Analisis Bivariat

3.3.1 Hubungan antara Pengetahuan dengan Pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta

Tabel 4. Hubungan antara Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta

Pengetahuan

Pemberian ASI eksklusif Total P Value r Tidak ASI eksklusif ASI eksklusif n % n % n % Kurang 24 77,4 7 22,6 31 100 0,009 0,331 Baik 15 45,7 20 57,1 35 100 Total 39 59,1 27 40,9 66 100

Berdasarkan tabel 4 bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemberian ASI ekslusif di wilayah kerja puskesmas Gilingan Surakarta (p-value=0,009). Nilai keeratan hubungan adalah lemah (0,331).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa dari 35 responden yang memiliki pengetahuan baik sebagian besar memberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 20 ibu (57,1%). Dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin baik pengetahuan yang dimiliki oleh ibu akan semakin meningkatkan ibu dalam pelaksanaan pemberian ASI eksklusif. Sesuai dengan teori Notoadmojo (2007), pengetahuan merupakan faktor dominan yang sangat penting dalam membentuk suatu tindakan terhadap perilaku positif yang langgeng yaitu

(11)

7

pemberian ASI eksklusif dari lahir sampai 6 bulan. Penelitian ini sejalan dengan Lestari, dkk (2013) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian ASI eksklusif, nilai (p=0,001). Penelitian ini juga menunjukkan bahwa dari 35 ibu yang memiliki pengetahuan baik ternyata 15 ibu (45,7%) tidak memberikan ASI eksklusif. Hal ini berarti menunjukkan pengetahuan baik yang dimiliki ibu tentang ASI eksklusif belum tentu pula diikuti oleh tindakan/ perilaku pemberian ASI secara eksklusif. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Helmi (2010) bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Keadaan ini bisa dikarenakan pengetahuan yang didapatkan ibu tentang ASI eksklusif tidak dipratekkan dalam kehidupan sehari-hari, hanya sebatas pengetahuan saja.

3.3.2 Hubungan Antara Dukungan Suami dengan Pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta

Tabel 5. Hubungan antara Dukungan Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta

Dukungan Suami

Pemberian ASI eksklusif Total P Value r Tidak ASI eksklusif ASI eksklusif n % n % n % Kurang 29 76,3 9 23,7 38 100 0,002 0,378 Baik 10 35,7 18 64,3 28 100 Total 39 59,1 27 40,9 66 100

Berdasarkan tabel 5 bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta (p-value=0,002). Nilai keeratan hubungan yaitu lemah (0,378). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abidjulu, dkk (2015) bahwa terdapat hubungan dukungan suami dengan kemauan ibu memberikan ASI eksklusif di puskesmas Tuminting Kecamatan Tuminting (p=0,001).

Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang mendapat dukungan suami kurang yaitu sebanyak 38 ibu, sebagian besar 29 ibu (76,3%) tidak memberikan ASI eksklusif dan hanya 9 ibu (23,7%) yang memberikan ASI eksklusif. Sesuai hasil penelitian Sari (2011) didapatkan adanya hubungan yang

(12)

8

bermakna dimana ibu yang kurang mendapat dukungan suami memiliki peluang 2,8 kali lebih tinggi untuk tidak memberikan ASI eksklusif dibanding ayah yang memberikan dukungan dengan baik.

Dari penelitian ini diperoleh responden yang mendapat dukungan suami baik yaitu sebanyak 28 ibu, dimana 18 ibu (64,5%) memberikan ASI eksklusif dan 10 ibu (35,7%) tidak memberikan ASI eksklusif. ). Kakteristik paritas menunjukkan persentase ibu yang memberikan ASI eksklusif dengan ibu multipara lebih besar yaitu 21 ibu (42,9%) dibandingkan pada ibu primipara yaitu 6 ibu (35,3%). Sesuai teori Maritalia (2012), ibu yang baru melahirkan pertama kali (primipara) tentu berbeda persiapan dan mekanisme kopingnya saat menghadapi persalinan dan masa nifas dibandingkan dengan ibu yang sudah pernah melahirkan (multipara). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Destriana, dkk (2013) bahwa kecenderungan praktik ASI eksklusif sekitar 0,54 kali pada ayah yang mempunyai satu anak dibandingkan dengan ibu yang mempunyai lebih dari satu anak. Namun, praktik pemberian ASI eksklusif cenderung 1,62 kali lebih tinggi pada ibu yang mendapat dukungan ayah dibandingkan yang tidak mendapat dukungan ayah. 3.3.3 Hubungan Antara Dukungan Tenaga Kesehatan dengan Pemberian

ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta Tabel 6. Hubungan antara Dukungan Tenaga Kesehatan dengan Pemberian

ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta

Dukungan Tenaga Kesehatan

Pemberian ASI eksklusif Total P Value r Tidak ASI eksklusif ASI eksklusif n % n % n % Kurang mendukung 21 80,8 5 19,2 26 100 0,008 0,335 Mendukung 18 45 22 55 40 100 Total 39 59,1 27 40,9 66 100

Berdasarkan tabel 6 terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan tenaga kesehatan dengan pemberian ASI ekslusif di wilayah kerja puskesmas Gilingan Surakarta (p-value=0,008). Nilai keeratan hubungan yaitu lemah (0,335). Penelitian ini menggambarkan bahwa dari 40 responden yang mendapat dukungan tenaga kesehatan sebagian besar memberikan ASI esksklusif yaitu

(13)

9

sebanyak 22 ibu (55%) dan sebagian kecil yaitu 18 ibu (45%) tidak memberikan ASI eksklusif. Responden yang kurang mendapat dukungan tenaga kesehatan sebagian besar tidak memberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 21 ibu (80,8%) sedangkan yang memberikan ASI eksklusif yaitu 5 ibu (19,2%). Berdasarkan hal tersebut, responden memerlukan dukungan tenaga kesehatan selama menyusui guna untuk keberhasilan ASI eksklusif, sesuai dengan teori Lawrence Green (1980) dalam Notoadmojo (2007) bahwa perilaku terbentuk faktor pendorong (renforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku dukungan petugas kesehatan. Sesuai dengan Peraturan pemerintah RI nomor 33 tahun 2012 yang menyatakan ASI merupakan hak asasi bayi dan harus dipenuhi. Keberhasilan menyusui eksklusif memerlukan minimal 7 kontak dengan tenaga kesehatan atau konselor ASI. Bentuk dukungan tenaga kesehatan yang digulirkan UNICEF yaitu penerapan 10 langkah RS Sayang Bayi (IDAI, 2010).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ariwati, dkk (2014) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dengan pemberian ASI esksklusif (p-value=0,0001) dengan PR 2,48 artinya ibu yang mendapat dukungan dari bidan mempunyai peluang 2,48 kali lebih besar untuk menyusui secara eksklusif dibandingkan ibu yang kurang mendapat dukungan dari bidan. Hasil yang sama juga didapatkan dari penelitian Windari, dkk (2017) bahwa ibu yang mendapat dukungan tenaga kesehatan kurang mempunyai kemungkinan untuk tidak memberikan ASI eksklusif 10,5 kali lebih besar daripada ibu yang mendapat dukungan tenaga kesehatan baik.

3.3.4 Hubungan Antara Motivasi Ibu dengan Pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta

Tabel 8. Hubungan antara Motivasi Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta

Motivasi Ibu

Pemberian ASI eksklusif Total P Value r Tidak ASI eksklusif ASI eksklusif n % n % n % Rendah 29 78,4 8 21,6 37 100 0,001 0,405 Tinggi 10 34,5 19 65,5 29 100 Total 39 59,1 27 40,9 66 100

(14)

10

Berdasarkan tabel 8 bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi ibu dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta (p-value=0,001). Nilai keeratan hubungan adalah cukup kuat (0,405). Penelitian ini sejalan dengan Sringati, dkk (2016) bahwa terdapat hubungan pengetahuan dan motivasi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif di Desa Jono’oge (p-value motivasi=0,017). Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 29 responden sebagian besar memiliki motivasi tinggi sebagian besar memberikan ASI eksklusif 19 (65,5%). Hal ini menunjukkan ibu yang memiliki motivasi kuat cenderung memberikan ASI eksklusif. Menurut teori Hasibuan (1995) dalam buku Notoatmodjo (2007) bahwa setiap motif memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tujuan dalam penelitian ini adalah pemberian ASI secara eksklusif. Menurut IDAI (2010) pemahaman dan motivasi kuat adalah kunci utama keberhasilan ASI eksklusif. Hal ini sesuai hasil penelitian Sringati, dkk (2016) yang menyatakan semakin tinggi motivasi ibu, semakin tinggi pemberian ASI secara eksklusif. Hasil penelitian menunjukkan dari 37 ibu yang memiliki motivasi rendah sebagian besar tidak memberikan ASI eksklusif 29 (78,4%) dan 8 (21,5) memberikan ASI eksklusif. Menurut penelitian Listyaningrum dan Vidayanti (2016) bahwa responden yang memiliki motivasi rendah sehingga tidak memberikan ASI eksklusif dikarenakan belum adanya motivasi intrinsik yang kuat pada responden dimana motivasi intrinsik datang dari hati sanubari umumnya karena kesadaran.

3.3.5 Faktor Dominan

Tabel 8. Pemodelan Analisis Multivariat Hubungan Pengetahuan, Dukungan Suami, Dukungan Tenaga Kesehatan dan Motivasi Ibu dengan Pemberian ASI

Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta

Variabel Bebas B Sig. OR 95% CI Keterangan

Pengetahuan 2.403 .004 11.052 2,146-56,919 Signifikan Dukungan Suami 2.235 .005 9.345 1,976-44,186 Signifikan Dukungan Tenaga Kesehatan 1.790 .023 5.988 1,28-27,982 Signifikan Motivasi 2.596 .001 13.405 2,728-65,864 Signifikan

Constant -5.151

(15)

11

Hasil analisis multivariat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi merupakan faktor dominan yang berhubungan bermakna dengan perilaku ibu memberikan ASI eksklusif dengan nilai p sebesar 0,00 dan nilai OR 13,405 yang menunjukkan bahwa ibu yang memiliki motivasi tinggi mempunyai peluang 13,405 kali lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan pada ibu yang memiliki motivasi rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian Hidayanti & Lina (2014) berdasarkan hasil uji statistik regresi logistik diperoleh nilai R2 sebesar 0,031 sehingga dapat diartikan bahwa persepsi dan motivasi ibu dalam menyusui bayi memberikan kontribusi sebesar 31% terhadap pemberian ASI secara eksklusif pada masyarakat di pedesaan.

Penyebab timbulnya motivasi terbagi menjadi dua yaitu motif instrinsik dan motif ekstrinsik. Motif instrinsik yaitu motif yang berfungsi tanpa rangsangan dari luar tetapi sudah dengan sendirinya terdorong untuk berbuat sesuatu sedangkan motif ekstrinsik yaitu motif yang berfungsi karena adanya rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2007). Hasil penelitian Armini, dkk (2015) bahwa responden menyusui secara eksklusif dengan menyusui tidak ASI eksklusif memiliki motivasi intrinsik sebesar 76,77% vs 68,77% (p=0,001) dan motivasi ekstrinsik sebesar 75,25% vs 67,13% (p=0,001). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa responden yang menyusui ASI secara eksklusif memiliki motivasi intrinsik dan ekstrinsik lebih tinggi daripada responden menyusui secara tidak eksklusif. Hasil analisis regresi logistik pada penelitian tersebut menunjukkan antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik saling mempengaruhi satu sama lain, dan motivasi intrinsik sebagai level motivasi yang dominan dalam mempengaruhi ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Namun, hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian Lestari, dkk (2012) bahwa level motivasi yang paling dominan mendorong ibu memberikan ASI eksklusif adalah motivasi ekstrinsik dengan integrated regulation. Integrated regulation merupakan motivasi memberikan ASI eksklusif karena nilai, kepercayaan dan keyakinan. Seseorang bisa memberikan ASI eksklusif bila seorang ibu tersebut meyakini bahwa memberikan ASI eksklusif merupakan nilai-nilai yang ada pada diri mereka

(16)

12 4. PENUTUP

4.1 Simpulan

Umur responden sebagian besar antara umur 20-30 tahun yaitu sebanyak 39 ibu (59,1%). Pendidikan terakhir yang telah ditempuh oleh responden mayoritas SMA yaitu sebanyak 46 ibu (94%). Pekerjaan responden sebagian besar sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 32 ibu (48,5%) dan mayoritas ibu sudah multipara yaitu sebanyak 49 (74,2%).

Pengetahuan yang dimiliki oleh responden adalah sebagian besar memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 35 ibu (53%). Responden sebagian besar kurang mendapat dukungan suami yaitu sebanyak 40 ibu (60,6%). Dukungan tenaga kesehatan sebagian besar mendukung yaitu sebanyak 40 ibu (60,6%). Motivasi responden sebagian besar memiliki motivasi rendah yaitu sebanyak 37 ibu (56,1%). Pemberian ASI eksklusif sebagian besar responden tidak memberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 39 bidan (59,1%).

Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Gilingan Surakarta (p-value=0,019) dan tingkat keeratan hubungannya adalah lemah (r=0,331). Ada hubungan antara dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Gilingan Surakarta (p-value=0,001), tingkat keeratan hubungannya adalah lemah (r=0,378). Ada hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Gilingan Surakarta (p-value=0,004) dan tingkat keeratan hubungannya adalah lemah (r=0,335). Ada hubungan antara motivasi ibu dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Gilingan Surakarta (p-value=0,000) dan tingkat keeratan hubungannya adalah cukup kuat (r= 0,405).

4.2 Saran

1. Bagi Puskesmas

Petugas kesehatan dapat meningkatkan dan menciptakan kondisi yang mendukung ibu-ibu untuk menyusui secara eksklusif dengan melakukan komunikasi persuasif, seperti meningkatkan frekuensi dari yang sudah ada dalam kegiatan penyuluhan ASI eksklusif melalui posyandu atau Kelompok Pendukung

(17)

13

Ibu (KP-ibu). Petugas kesehatan perlu meningkatkan pengetahuan suami dengan melibatkan suami dalam sasaran promosi kesehatan ASI eksklusif. Keterlibatan suami pada pertemuan kelas hamil diharapkan nantinya suami dapat berperan serta dalam keberhasilan ASI eksklusif. Petugas kesehatan dapat memberikan informasi kepada keluarga, seperti orang tua/ mertua sehingga keluarga memahami dan mendukung pentingnya pemberian ASI secara eksklusif.

2. Bagi masyarakat

Masyarakat dapatberperan dalam kegiatan UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat), seperti keikutsertaan dalam Kelompok Pendukung (KP) ibu sehingga masyarakat dapat sebagai penggerak suami untuk mendukung pemberian ASI eksklusif. Diharapkan bagi ibu yang menyusui dapat meningkatkan pengetahuan tentang ASI eksklusif sehingga termotivasi untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi. Masyarakat dapat meningkatkan dukungan terutama kepada ibu bekerja untuk memantapkan pelaksanaan ASI eksklusif dengan berperan serta dalam manajemen laktasi ibu bekerja, seperti menyediakan pojok laktasi.

3. Bagi peneliti lain

Diharapkan bagi peneliti lain selanjutnya agar dapat mengembangkan kerangka konsep dengan faktor-faktor lain berbeda yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif, misalnya pengaruh dukungan keluarga dan riwayat kesehatan ibu atau bayi.

DAFTAR PUSTAKA

Abidjulu, F.R., Hutagaol E., & Kundre R.,. (2015). Hubungan Dukungan Suami dengan Kemauan Ibu Memberikan ASI Eksklusif di Puskesmas Tuminting Kecamatan Tuminting. Ejournal Keperawatn (e-Kp), Volume 3, Nomor 1, Februari 2015.

Ariwati, V.D., Rosyidi, M.I & Pranowowati, P. (2004). Hubungan Dukungan Bidan Tentang Pemberian ASI Eksklusif dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang. STIKES Ngudi Waluyo Ungaran: Semarang.

Armini, N.W., Somoyani, N.K.,& Budiani, N.N. (2015). Perbedaan Motivasi Intrinsik dan Motivasi Eksktrinsik dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI) Oleh

(18)

14

Ibu Menyusui Eksklusif dengan Ibu Menyusui Tidak Eksklusif. Jurnal Skala Husada, Volume 12, Nomor 1 April 2015: 8-14.

Destriana, S., Februhartanty, J., & Fatmah. (2013). Sikap Ayah dan Jumlah Anak serta Praktik Air Susu Ibu Eksklusif. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol. 8, No.5, Desember 2013.

Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVIN SI_2015/13_Jateng_2015.pdf.

Dinas Kesehatan Kota Surakarta. (2014). Profil Kesehatan Kota Surakarta. http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA20 14/3372_Jateng_Kota_Surakarta_2014.pdf.

Helmi, M. (2010). Analisis Hubungan Pengetahuan, Sikap Ibu dan Faktor Lainnya Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas IV Koto Kinali Pasaman Barat Tahun 2010 (Skripsi). Jakarta: Universitas Indonesia.

Hidayanti, L.,& Lina, N. (2014). Kontribusi Persepsi dan Motivasi Ibu dalam Meningkatkan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Pedesaan. Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, Vol. 10, No.1, Maret 2014.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. www.depkes.go.id-profil-kesehatan-indonesia-profil-kesehatan-indonesia-2015.pdf.

Lestari D., Zuraida R., & Larasati TA., (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Air Susu Ibu dan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Fajar Bulan. Medical Journal of Lampung University Volume 2 No.4 Februari 2013.

Maritalia D. (2012). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Pelajar..

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rneka Cipta.

IDAI. (2010). Indonesia Menyusui. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

Sari, RR. (2011). Hubungan Karakteristik, Pengetahuan, Sikap, Dukungan Ayah Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Talang Kabupaten Solok Tahun 2011 (Skripsi). Jakarta: Universitas Indonesia.

(19)

15

Sringati., Walean, J., Ahmil., Fitrianur W.L., Upa V.,& Pangli. (2016) Hubungan Pengetahuan dan Motivasi Ibu Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Desa Jono’oge. Jurnal Kesehatan Tadulako, Vol.2, No.1, Januari 2016: 1-75. Republik Indonesia. (2012). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33

Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Lembaran Negara RI Tahun 2012, No.58. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Jakarta.

Windari, E.N., Dewi, A.K., & Siswanto, S. (2017). Pengaruh Dukungan Tenaga Kesehatan Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sisir Keluarahann Sisir Kota Batu. Journal of Issues in Midwifery, Vol.1, No.2 (2017).

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Tabel 2. Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan  Surakarta  Variabel  Frekuensi   (n)  Persentase  (%)  ASI Eksklusif  27  40,9
Tabel 4. Hubungan antara Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif di  Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta
Tabel 8. Pemodelan Analisis Multivariat Hubungan Pengetahuan, Dukungan  Suami, Dukungan Tenaga Kesehatan dan Motivasi Ibu dengan Pemberian ASI

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan ini membahas tentang perancangan UML dan pembuatan sebuah website dengan mengunakan bahasa pemrograman PHP dengan tujuan dapat dijadikan sebagai media informasi,

Adapun studi penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan Gross Domestic Product (GDP), Foreign Direct

Berdasarkan tanggapan responden atas staff kerjasama Udinus merespon pada kebutuhan mitra dengan tepat dan profesional yang diukur dengan skala 4 menunjukkan bahwa

pengaruh yang signifikan variabel produk, persepsi, dan pembelajaran terhadap keputusan pembelian hijab shampo di Kecamatan Seberang Ulu II Palembang.

Supervisi bidan koordinator mempunyai pengaruh lebih besar dibandingkan dengan motivasi da- lam meningkatkan kepatuhan bidan pelaksana dalam melaksanakan MTBM

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberi berkat-Nya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul

Hasil penelitian menunjukkan Nilai-nilai humanistis yang ada dalam proses pembelajaran PAI di SMA Insan Cendekia Mandiri Boarding School (ICMBS) Sidoarjo

Sumber: Data sekunder yang diolah... Aneka