• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDARHARJO SEMARANG TAHUN 2016 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDARHARJO SEMARANG TAHUN 2016 SKRIPSI"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS BANDARHARJO SEMARANG TAHUN 2016

SKRIPSI

Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat dengan Peminatan Manajemen Kesehatan

MARDIAH NURMEI NISTI

NIM.D11.2012.01568

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

SEMARANG

(2)

ii

© 2016

(3)
(4)
(5)

PERNYATAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya bertanda tangan dibawah ini :

Nama Pelaksana : Mardiah Nurmei Nisti

NIM : D11.2012.01568

Program Studi : S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas : Kesehatan

Judul Tugas Akhir : Faktor-Faktor yang Dengan Berhubungan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bandaharjo Semarang Tahun 2016

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan apabila dikemudian hari ditemukan adanya bukti plagiat, dan / atau pemalsuan data maupun bentuk kecurangan lain, saya bersedia untuk menerima sanksi dari Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang menurut aturan yang berlaku.

Semarang, 5 Agustus 2016

(6)

vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama

: Mardiah Nurmei Nisti

NIM

: D11.2012.01568

Fakultas

: Kesehatan

Program Studi

: Kesehatan Masyarakat

Demi mengembangkan Ilmu Pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Dian Nuswantoro Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-exlcusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bandarharjo Semarang Tahun 2016 Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini Uniersitas Dian Nuswantoro berhak untuk menyimpan, meng-copy ulang (memperbanyak). Menggunakan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya dan menampilkan/mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti/pencipta dan nama pembimbing saya.

Saya bersedia untuk menanggung segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Semarang, 5 Agustus2016

(7)

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

ほんとうにありがとうおかあさんとおにいちんとおねえちゃん

とこいちびです。とってもすごいねえ

みんなはさいこ。

(Ku ucapkan terimakasih teruntuk ibu, Kakak-kakakku, serta

Koichibi. Kalianlah yang terhebat)

Terimakasih untuk Nila, Nining, Dan AFA

(8)

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : MARDIAH NURMEI NISTI

Tempat, Tanggal Lahir : Padang, 10 Mei 1992

Agama : Islam

Alamat :Jl.Abdul Majid Gg. Langgar 05/05 Cipete Selatan Cilandank Jaksel

Riwayat Pendidikan :

1. SD SWASTA YAPI 1999 - 2005

2. MTS SWASTA PAINGAN 2005 - 2007

3. SMA NEGERI 5 KARAWANG 2007- 2010

4. Diterima di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro Semarang tahun 2012.

(9)

ix

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Faktor-Faktor yang Berhubungan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bandarharjo Semarang Tahun 2016.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

Dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Edi Noersasongko. M.kom selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro.

2. Dr. dr. Sri Andarini Indraswari , M.kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

3. Kepala Puskesmas Bandarharjo dan beserta stafnya yang telah membantu memberikan data dan izin penelitian.

4. Dr. MGC Yuantari, M.kes selaku Ketua Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat.

5. Ibu Vilda Ana Veria S. M.gizi selaku pembimbing skripsi atas segala bimbingan, masukan, motivasi, dan bantuannya demi terselesaikannya skripsi ini.

6. Semua dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman yang berharga.

7. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah mendukung dan membantu dalam menyusun skripsi ini.

(10)

x

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada peneliti.

Dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, hal itu disebabkan keterbatasan peneliti. Sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk kesempurnaannya. Akhir kata peneliti berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Semarang, 5 Agustus 2016

(11)

xi

Program Studi S1 kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 2016

ABSTRAK

Mardiah Nurmei Nisti

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDARHARJO SEMARANG TAHUN 2016

Xix + 75 hal + 32 tabel + 2 gambar + 4 lampiran

ASI merupakan gizi yang paling sempurna dan penting untuk bayi. Di kota Semarang Puskesmas Bandarharjo merupakan salah satu Puskesmas dengan cakupan pemberian ASI Eksklusif rendah tiap tahunnya, pada tahun 2015 sebesar 33% saja. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif bayi usia 6-12 bulan pada ibu di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo Semarang.

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dan pendekatan propotional sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bandarharjo Semarang sebanyak 75 ibu.

Hasil penelitian penunjukan bahwa 30,7% ibu memberikan ASI Eksklusif. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu (p=0,83), sikap (p=0,38), sedangkan ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan (p=0,00), psikologi (p=0,01), tenaga kesehatan (p=0,00), dukungan keluarga (p=0,00), promosi susu formula (p=0,00), dengan faktor inisiasi menyusui dini (p=0,00) dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo Semarang.

Disarankan bagi bagi petugas untuk lebih persuasif dalam mengajak ibu untuk mengikuti pelayanan konseling laktasi untuk meningkatkan kesadaran ibu untuk memberikan ASI secara Eksklusif.

Kata kunci : ASI Eksklusif, Puskesmas, bayi Kepustakaan : 32 pustaka, 2003-201

(12)

xii

UNDERGRADUATE PROGRAM OF PUBLIC HEALTH FACULTY OF HEALTH SCIENS DIAN NUSWANTORO UNIVERSITY SEMARANG 2016

ABSTRACT

Mardiah Nurmei Nisti

FACTORS ASSOCIATED TO EXCLUSIVE BREASTFEEDING IN WORK AREA OF BANDARHARJO PRIMARY HEALTH CARE SEMARANG YEAR 2016

Xix + 75 Pages + 32 Tables + 2 Figures + 4 Appendices

Breastfeeding is the most perfect nutrition and important to babies. Bandarharjo primary health care is one of the health centers with low exclusive breastfeeding coverage each year, in 2015 that was only 33%. The purpose of this study was to analyze factors associated to exclusive breastfeeding in the working area Bandarharjo Semarang Primary health care semarang.

The study was the study was quantitative research methods and approaches of the proportional sampling. The population in this study was all mothers with babies aged 6-12 months of Bandarharjo primary health care Semarang by 75 mothers.

The results of the study showed that 30.7% of mothers breastfeed exclusively. There was no significant relationship between mother knowledge (p = 0.83), attitude (p = 0.38), whereas no significant relationship between work (p = 0.00), psychology (p = 0.01), energy health (p = 0.00), family support (p = 0.00), promotion of infant formula (p = 0.00), by a factor of early initiation of breastfeeding (p = 0.00) with exclusive breastfeeding in PHC Bandarharjo Semarang.

It is advisable for the officers to be more persuasive in urging mothers to follow lactation counseling services to raise awareness of mothers to breastfeed exclusively.

Keywords : Exclusive breastfeeding, Primary Health Care, baby Bibliography : 32 libraries, 2003-20

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

i

HALAMAN HAK CIPTA ...

ii

HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN AKHIR ...

iii

HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ...

iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ...

v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ...

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...

viii

PRAKATA ...

xi

ABSTRAK ...

xii

DAFTAR ISI ...

xiii

DAFTAR TABEL ...

xvi

DAFTAR GAMBAR ...

xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...

xviii

BAB I. PENDAHULUAN

...

1

A. Latar Belakang ... 1 B. Perumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 4

D.

Manfaat Penelitian

...

6

E. Keaslian Penelitian ... 6

F.

Lingkup Penelitian ...

8

(14)

xiv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

...

9

A. Air Susu Ibu ... 9

B. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif ... 14

C. Kebijakan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif ... 20

D. Peran Pemerintah Dalam Meningkatkan Pemberian ASI ... 22

E. Strategi Peningkatan Cakupan ASI Ekslusif ... 24

F. Puskesmas ... 25

G. Faktor – Faktor Perilaku Kesehatan Menurut Lawrence Green .... 27

H.

Kerangka Teori

...

27

BAB III METODE PENELITIAN

...

29

A. Kerangka Konsep ... 29

B. Hipotesis ... 30

C. Jenis Penelitian ... 31

D. Variabel Penelitian ... 32

E. Populasi dan Sampel ... 34

F. Pengumpulan Data ... 35

G. Pengolahan Data ... 41

H. Analisis Dsta ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN

...

43

A. Gambaran Umum Puskesmas Bandarharjo ... 43

B. Karakteristik Responden ... 44

C. Analisis Univariat ... 47

D. Analisis Bivariat ... 57

(15)

xv

BAB V PEMBAHASAN ...

64

A. Keterbatasan Penelitian ... 64

B.

Pembahasan ...

65

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

...

74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tabel Keaslian Penelitian ... 6

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 32

Tabel 3.2 Validitas Kuesioner Pengetahuan ... 37

Tabel 3.3. Validitas Kuesioner Sikap... 38

Tabel 3.4 Validitas Kuesioner Psikologis Ibu ... 39

Tabel 3.5 Validitas Kuesioner Tenaga Kesehatan... 39

Tabel 3.6 Validitas Kuesioner Dukungan Keluarga ... 39

Tabel 3.7 Validitas Kuesioner Promosi Susu Formula ... 39

Tabel 3.8 Validitas Kuesioner Inisiasi Menyusui Dini ... 40

Tabel 3.9 Reliabilitas Kuesioner Variabel Bebas ... 40

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Menurut Umur Ibu ... 44

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Menurut Pendidikan Ibu ... 45

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Menurut Pekerjaan ... 45

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Menurut Bayi Dalam Bulan ... 46

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kelamin Bayi ... 46

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Menurut Psikologis Responden ... 46

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Menurut Pengetahuan ... 47

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Pengetahuan ... 48

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Menurut Sikap ... 51

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Sikap ... ... 50

(17)

xvii

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Menurut Dukungan Keluarga... 55

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Menurut Iklan Susus Formula ... 55

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Inisiasi Menyusui Dini (IMD) ... 56

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif ... 57

Tabel 4.16 Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 57

Tabel 4.17 Hubungan Antara Sikap Dengan Pemberian ASI Eksklusif .... 58

Tabel 4.18 Hubungan Antara Pekerjaan Dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 58

Tabel 4.19 Hubungan Antara Psikologis Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 59

Tabel 4.20 Hubungan Antara Tenaga Kesehatan Dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 60

Tabel 4.21 Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 60

Tabel 4.22 Hubungan Antara Promosi Susu Formula Dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 61

Tabel 4.23 Hubungan Antara Antara IMD Dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 62

Tabel 4.24 Ringkasan Hasil Uji Chi-Square Antara Variabel Bebas Dan Variabel Terikat ... 63

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori Lawrence Health Promotion Planning and Educational and Environment Approach dan modifikasinya ... 27 Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 29

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

Lampiran 3 Data Lengkap Hasil Penelitian Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ASI merupakan satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik maupun psikologi sosial. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan.(1)

Di Negara-negara berkembang malnutrisi merupakan masalah kesehatan. Hampir 800 juta orang dengan sebagian besar dari negara-negara berkembang. Proporsinya 70% di Asia, 26% di Afrika dan 4% di Amerika Latin dan Caribbean. Diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan mampu untuk menghasilkan air susu ibu dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya secara penuh tanpa makanan tambahan bahkan ibu yang gizinya kurang baikpun dapat menghasilkan ASI cukup tanpa makanan tambahan. Kementerian Kesehatan RI menargetkan cakupan ASI eksklusif 6 bulan sebesar 80%. Demikian sangat sulit untuk dicapai bahkan tren prevalensi ASI eksklusif masih jauh dari target(1)(2).

Kebijakan pemerintah menurunkan angka kematian bayi di Indonesia adalah meningkatkan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, yang diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Menyusui eksklusif selama enam bulan serta tetap memberikan ASI sampai 6 bulan, dapat menurunkan kematian balita sekitar 13%. Sekitar 16% kematian neonatal dapat dicegah apabila bayi disusui sejak hari pertama kelahiran dan bayi yang menyusu dalam satu

(21)

jam pertama dapat menurunkan risiko kematian sekitar 22%. Namun angka cakupan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia berfluktuasi cenderung menurun(2).

Cakupan keberhasilan pemberian ASI secara ekskusif di Jawa tengah tahun 2014 masih rendah. Kendala informasi menjadi faktor pertama penyebabnya. Informasi pentingnya ASI ekslusif belum tersampaikan pada masyarakat utamanya di wilayah pedesaan. Informasi rata-rata bisa diterima melalui komunitas dan media sosial. Capaian pemberian ASI ekslusif di Jateng dari 57,6 persen dari jumlah ibu menyusui(3).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang tahun 2011 cakupan ASI Eksklusif di Kota Semarang tahun 2011 yaitu 14,09% terjadi peningkatan sebesar 7,83% dibandingkan pada tahun 2010 yaitu 7,26%, tetapi pada kenyataannya masih banyak bayi usia 0-6 bulan yang tidak diberi ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan(26). Karena ketersediaan data ini dan sebelumnya telah melakukan program magang serta sosialisasi tentang pentingnya pemberian ASI di Puskesmas Bandarharjo akhirnya peneliti melakukan penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Bandarharjo.

Dilihat dari cakupan pemberian ASI Eksklusif tahun 2015 pada bayi usia 0-6 hannya 5 bayi perempuan dan 3 bayi laki-laki dengan total 8 bayi dari 24 bayi yang ada di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo. Dari ke 4 (empat) kelurahan yang ada. Masih banyak ibu tidak memberikan ASI Eksklusif ditambah dengan permasalahan kesehatan yang kompleks dan letak geografis lingkungan tempat tinggal. Target Puskesmas untuk program ASI Eksklusif adalah 80% dengan realisasi hanya 33% saja.(4)

(22)

Ada banyak kendala dalam pencapaian target untuk cakupan ASI Eksklusif tidak hannya kendala dari Puskesmas saja juga dari masyarakat khususnya pengetahuan ibu menyusui dan juga ditambah faktor-faktor lingkungan tempat tinggal. Dilihat dari banyaknya fakto-faktor yang ada maka dilakukanlah uji hubungan pada setiap faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif. Di harapkan dapat diketahui hubungan yang memberi dampak besar untuk peningkatan pemberian ASI Eksklusif oleh ibu dan juga bagi pencapaian target untuk wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo.(4)

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif. Banyaknya faktor yang menjadi pengaruh gagalnya pemberian ASI Eksklusif pada penelitian yang dijadikan referensi membuat peneliti hanya mengambil hal – hal yang dianggap penting. Diantaranya adalah, pengetahuan, sikap, pekerjaan, dukungan keluarga, promosi susu formula, inisiasi menyusui dini dan tenaga kesehatan. Pengambilan variabel tersebut untuk dilakukan pengujian hubungan dengan pemberian ASI Eksklusif. Sebagaimana dieperkuat oleh penalitian sebelumnya menyatakan bahwa Lebih dari separuh responden (66,0%) memiliki pengetahuan yang cukup tentang ASI Eksklusif. Separuh dari responden (50,9%) merupakan ibu pekerja. Lebih dari separuh responden (52,8%) memiliki sikap yang positif tentang ASI Eksklusif. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan sikap ibu menyusukan tentang ASI Eksklusif (p= 0,000). Terdapat

(23)

hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan sikap ibu menyusui tentang ASI Eksklusif (p= 0,013).(5)

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Bandarharjo kota Semarang tahun 2016?

C.

Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo kota Semarang tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan karakteristik responden meliputi umur, pendidikan dan pekerjaan.

b. Mendeskripsikan hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif.

c. Mendeskripsikan hubungan sikap ibu dengan pemberian ASI Eksklusif.

d. Mendeskripsikan hubungan psikologis ibu dengan pemberian ASI Eksklusif.

e. Mendeskripsikan hubungan tenaga kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif.

f. Mendeskripsikan hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif.

(24)

g. Mendeskripsikan hubungan promosi susu formula dengan pemberian ASI Eksklusif

h. Mendeskripsikan hubungan inisiasi menyusui dini dengan pemberian ASI Eksklusif.

i. Menganalisis karakteristik responden yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif

j. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif.

k. Menganalisis hubungan sikap ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. l. Menganalisis hubungan psikologis ibu dengan pemberian ASI

Eksklusif.

m. Menganalisis hubungan tenaga kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif

n. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif.

o. Menganalisis hubungan promosi susu formula dengan pemberian ASI Eksklusif

p. Menganalisis hubungan inisiasi menyusui dini dengan pemberian ASI Eksklusif.

D.

Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk memperluas dan memperdalam wawasan, serta mendapatkan pengalaman.

(25)

Sebagai masukan dalam perkembangan keilmuan kesehatan masyarakat khususnya peminatan manajemen kesehatan.

3. Bagi Masyarakat

Sebagai informasi tambahan kepada ibu hamil dan menyusui tentang pentingnya pemeberian ASI Eksklusif pada bayi.

E.

Keaslian Penelitian

Tabel 1. 1

Tabel Keaslian Penelitian

Nama Judul Jenis Penelitian Hasil

Ratna Novita sari, 2011 Hubungan Pengetahuan dan Motivasi Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Kendal Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian Studi Deskriptif korelasi melalui metode pendekatan cross sectional study. Hasil penelitian diperoleh ada hubungan pengetahuan dengan praktik pemberian ASI di Puskesmas Kendal Kab.Kendal. Kristin Setyawati, 2012 Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang ASI Eksklusif Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Penelitian korelasi dengan pendekatan cross sectional study metode pengambilan sampel dengan purposive sampling. Hasil penelitian terdapat hubungan antara pengetahuan tentang ASI Eksklusif dengan pemberian ASI Eksklusif. Khrist Gafriel Josefa, 2011 Faktor-Faktor ang yang Mempengaruhi Perilaku Pemberian ASI pada Ibu di Wilayah kerja Puskesmas Manyaran Kecamatan Semarang Barat Desain penelitian ini adalah studi cross sectional yang dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. purposive sampling. Hasil penelitian yang diperoleh Tempat persalinan, status pekerjaan dan pengetahuan ibu tidak memiliki hubungan

bermakna dengan perilaku pemberian ASI eksklusif.

(26)

Tabel 1. 1

Tabel Keaslian Penelitian (lanjutan)

Nama Judul Jenis Penelitian Hasil

Yarani Kriselly, 2012 Studi kualitatif terhadap cakupan ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kereng Pangi Kecamatan Katingan Hilir Kabupaten Katingan Propinsi Kalimantan Tengah Metode kualitatif dengan wawancara mendalam dan FGD (Focus Group Discussion) Pengetahuan tentang ASI Eksklusif masih kurang, budaya memberikan makanan dan minuman selain ASI kepada bayi yang baru lahir masih sangat tinggi, penyuluhan tentang ASI Eksklusif belum dilakukan oleh petugas kesehatan, dukungan keluarga terutama suami masih belum ada kepada ibu yang menyusui

Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian pertama, kedua dan keempat adalah terletak pada variabel bebas, perbedaan lingkup lokasi, lingkup judul dan tahun dilakukannya penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif saja. Sedangkan perbedaan terhadap penelitian ketiga adalah pada variabel tempat persalinan dan perilaku.

F.

Lingkup Penelitian

1. Lingkup Keilmuan

Untuk memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu kesehatan masyarakat, khususnya Manajemen Kesehatan tentang pengetahuan ibu menyusui.

(27)

2. Lingkup Materi

Materi dibatasi pada pengetahuan, sikap ibu menyusui, motiasi lingkungan sekitar dan peran kader dalam promosi pemberian ASI Eksklusif.

3. Lingkup Lokasi

Lokasi penelitian ini adalah Wilayah Kerja Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.

4. Lingkup Metode

Metode yang digunakan yaitu survei dengan menggunakan kuesioner dan wawancara.

5. Lingkup Sasaran

Sasaran penelitian adalah ibu menyusui yang memiliki bayi usia 6-12 bulan karena ibu telah melewati masa pemberian ASI Eksklusif sehingga dapat diteliti.

6. Lingkup Waktu

(28)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Air Susu Ibu

1. Definisi Air Susu Ibu

Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan air susu hasil sekresi dari payudara setelah ibu melahirkan. ASI merupakan makanan yang fleksibel dan mudah didapat, siap diminum tanpa persiapan khusus dengan temperatur yang sesuai dengan bayi, susunya segar dan bebas dari kontaminasi bakteri sehingga mengurangi resiko gangguan gastrointestinal. Selain itu, ASI memiliki kandungan zat gizi yang lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi. Hal-hal tersebut menjadikan ASI sebagai satu-satunya makanan terbaik dan paling cocok untuk bayi(6).(7)

.

2. Komposisi Gizi dalam Air Susu Ibu

Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam menurut waktunya(7). a. Kolostrum

Kolostrum adalah cairan yang dikeluarkan oleh payudara di hari hari pertama kelahiran bayi, kolostrum lebih kental bewarna kekuning-kuningan, karena banyak mengandung komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum juga mengandung mengandung zat-zat gizi yang pas untuk bayi antara lain protein 8,5%, lemak 2,5%, sedikit karbohidrat 3,5%, garam dan mineral 0,4%, air 85,1 %, antibodi serta kandungan imunoglobulin lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASI matur yang mengakibatkan bayi tidak

(29)

mudah terserang diare. Sekresi kolostrum hanya berlangsung sekitar 5 hari, diakibatkan oleh hilangnya estrogen dan progesteron oleh plasenta yang tiba-tiba menyebabkan laktogenik prolaktin memegang peranan tiba tiba dalam memproduksi air susu. Kemudian, kelenjar payudara mulai progresif menyekresikan air susu dalam jumlah yang besar. Manfaat besar dari kolostrum masih banyak tidak diketahui oleh ibu-ibu setelah melahirkan, sehingga mereka masih ragu untuk melakukan inisiasi dini. Kebanyakan mereka takut memberikan kolostrum karena kepercayaan yang menganggap kolostrum sebagai ASI basi atau ASI kotor sehingga harus dibuang. Padahal manfaat kolostrum tersebut sudah seringkali diberitakan melalui media, ataupun melalui penyuluhan. b. ASI Masa Transisi

ASI masa transisi terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-10, dimana pengeluaran ASI oleh payudara sudah mulai stabil. Pada masa ini, terjadi peningkatan hidrat arang dan volume ASI, serta adanya penurunan komposisi protein. Akibat adanya penurunan komposisi protein ini diharapkan ibu menambahkan protein dalam asupan makanannnya.

c. ASI Matur

ASI matur disekresi dari hari ke-10 sampai seterusnya. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi,tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi. Setelah melewatri masa transisi kemudian menjadi ASI matur maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil.Komponen laktosa (karbohidrat) adalah kandungan

(30)

utama dalam ASI sebagai sumber energi untuk otak. Konsentrasi laktosa pada air susu manusia kira-kira 50% lebih banyak jika dibandingkan dengan kadar aktosa dalam susu sapi . Walaupun demikian, angka kejadian diare karena intoleransi laktosa jarang ditemukan pada bayi yang mendapatkan ASI. Hal ini disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik jika dibandingkan dengan laktosa yang terdapat pada susu sapi. Namun sebaliknya, kandungan protein yang terdapat pada susu sapi biasanya dua kali lebih besar jika dibandingkan dengan protein pada ASI. Protein dalam susu terbagi menjadi protein wheydan casein . Protein whey banyak terdapat pada ASI, sifatnya lebih mudah diserap oleh usus bayi. Sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein casein dengan presentase kira-kira 80% yang sulit dicerna olehh usus bayi. Kadar lemak omega 3 dan omega 6 berperan dalam perkembangan otak bayi. Disamping itu terdapat asam lemak rantai panjang diantaranya asam Dokosaheksonik (DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang penting bagi perkembangan jaringan syaraf serta retina mata. Jika kekurangan asam lemak omega-3 berpotensi menimbulkan gangguan syaraf dan penglihatan. Kadar lemak baik tersebut lebih banyak ditemukan pada ASI dibanding susu sapi. Bayi yang mendapatkan ASI tidak akan kekurangan asam linolenat karena 6-9% kandungan energi total ASI adalah asam linolenat.

(31)

3. Manfaat Air Susu Ibu

Manfaat ASI sangat banyak sekali diantaranya yaitu: (7),(8),(9) a. Membantu mencegah konstipasi/sembelit

ASI sangat mudah dicerna oleh tubuh bayi dan membantu mencegah pup yang keras akibat kekurangan cairan pada tubuh bayi. b. Mengurangi resiko kegemukan dan diabetes

ASI dapat mengurangi resiko anak mengalami kegemukan atau obesitas serta diabetes tipe 2 di kemudian hari.

c. Mengurangi resiko berbagai infeksi

Manfaat menyusui lainnya adalah mengurangi resiko bayi terkena berbagai infeksi, misalnya infeksi pada kuping, pernafasan, dan pencernaan.

d. Membantu mencegah alergi dan asma

Daya tahan tubuh bayi yang diciptakan oleh ASI membantu mencegah alergi dan asma.

e. Membantu mencegah SIDS (Sudden Infant Death Syndrome)

Kematian mendadak pada bayi atau Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) kadang terjadi pada bayi berusia di bawah 1 tahun. Penyebab kematiannya tidak jelas, cacat biologis membuat bayi rentan selama periode kritis. Dalam pengembangannya terhadap beberapa pengalaman yang memicu SIDS, seperti terkena asap rokok, terkena kafein saat prenatal atau tidur dengan posisi tengkurap. Pemberian ASI secara eksklusif dapat membantu mencegah terjadinya SIDS.

(32)

f. Membantu mencegah kerusakan gigi

ASI lebih baik dari susu formula yang pada umumnya mengandung gula, sehingga membantu mencegah kerusakan gigi. g. Bayi lebih cerdas

Menurut penelitian, bayi yang meminum ASI secara rutin selama minimal 6 bulan pada umumnya lebih cerdas karena memiliki perkembangan otak yang baik.

h. Menciptakan kedekatan dan ikatan antara ibu dan bayi

Menyusui bayi akan meningkatkan kedekatan ibu dan bayi, terutama bila dilakukan dengan skin to skin contact. Metode ini umumnya diterapkan pada bayi yang baru lahir, di mana kulit bayi dan ibu disengaja bersentuhan secara langsung supaya ikatan emosional tersebut tercipta.

i. Membantu rahim kembali ke ukuran normal

Secara alami pemberian ASI membantu mengembalikan kondisi hormon ibu ke kondisi awal, sehingga mempercepat rahim kembali ke ukuran normal setelah melahirkan.

j. Membantu tubuh mengontrol pendarahan

Berkaitan dengan hormon, manfaat menyusui lainnya adalah membantu tubuh ibu dalam mengontrol pendarahan setelah melahirkan.

k. Mengurangi resiko kanker payudara dan rahim

Pemberian ASI dapat mencegah resiko ibu terkena kanker payudara dan kanker rahim di kemudian hari.

(33)

l. Membantu diet setelah melahirkan

Selain mengembalikan kondisi hormon ibu, menyusui akan menghabiskan kalori yang cukup banyak, sehingga membantu diet ibu setelah melahirkan.

m. Mengurangi biaya pembelian susu formula

Dari sisi ekonomis, ASI tidak membutuhkan biaya dan dapat membantu penghematan keuangan keluarga dengan manfaat yang besar.

n. Hemat waktu

Menyusui dengan ASI tidak membutuhkan persiapan dan selalu tersedia dalam kondisi segar serta terbaik untuk bayi.

B.

Faktor-faktor yang mempengaruhui keberhasilan pemberian ASI

Eksklusif

Pemberian ASI esklusif selama enam bulan pada kenyataannya tidak sesederhana yang dibayangkan. Berbagai kendala dapat timbul dalam upaya memberikan ASI esklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kegagalan pemberian ASI eksklusif, bisa dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.(10),(11) 1. Faktor Internal, yaitu faktor-faktor yang terdapat di dalam diri individu

itu sendiri meliputi : a. Faktor Pendidikan

Makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah untuk menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan

(34)

menghambat sikap terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan, termasuk mengenai ASI Ekslusif.

b. Faktor Pengetahuan

Pengetahuan yang rendah tentang manfaat dan tujuan pemberian ASI Eksklusif bisa menjadi penyebab gagalnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Kemungkinan pada saat pemeriksaan kehamilan (Ante Natal Care), mereka tidak memperoleh penyuluhan intensif tentang ASI Eksklusif, kandungan dan manfaat ASI, teknik menyusui, dan kerugian jika tidak memberikan ASI Eksklusif.

c. Faktor Sikap/Perilaku

Sikap yang positif mengenai ASI dan menyusui dapat meningkatkan keberhasilan pemberian ASI secara esklusif.(1)

d. Faktor Psikologis

1). Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita (estetika). Adanya anggapan para ibu bahwa menyusui akan merusak penampilan, dan khawatir dengan menyusui akan tampak menjadi tua.

2). Tekanan batin.

Ada sebagian kecil ibu mengalami tekanan batin di saat menyusui bayi sehingga dapat mendesak si ibu untuk mengurangi frekuensi dan lama menyusui bayinya, bahkan mengurangi menyusui.

(35)

Faktor emosi mampu mempengaruhi produksi air susu ibu. Aktifitas sekresi kelenjar-kelenjar susu itu senantiasa berubah-ubah oleh pengaruh psikis/kejiwaan yang dialami oleh ibu. Perasaan ibu dapat menghambat /meningkatkan pengeluaran oksitosin. Perasaan takut, gelisah, marah, sedih, cemas, kesal, malu atau nyeri hebat akan mempengaruhi refleks oksitosin, yang akhirnya menekan pengeluaran ASI. Sebaliknya, perasaan ibu yang berbahagia, senang, perasaan menyayangi bayi; memeluk, mencium, dan mendengar bayinya yang menangis, perasaan bangga menyusui bayinya akan meningkatkan pengeluaran ASI.

2. Faktor Ekternal, yaitu faktor-faktor yang dipengaruhi oleh lingkungan, maupun dari luar individu itu sendiri, meliputi: (11),(12),(13)

a. Faktor Peranan Keluarga

Dari semua dukungan bagi ibu menyusui dukungan sang ayah adalah dukungan yang paling berati bagi ibu. Ayah dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI khususnya ASI eksklusif dengan cara memberikan dukungan secara emosional dan bantuan-bantuan yang praktis. Untuk membesarkan seorang bayi, masih banyak yang dibutuhkan selain menyusui seperti menyendawakan bayi, menggendong dan menenangkan bayi yang gelisah, mengganti popok, memandikan bayi, membawa bayi jalan-jalan di taman, memberikan ASI perah, dan memijat bayi. Kecuali menyusui semua tugas tadi dapat dikerjakan oleh ayah.

(36)

Dukungan ayah sangat penting dalam suksesnya menyusui, terutama untuk ASI eksklusif. Dukungan emosional suami sangat berarti dalam menghadapi tekanan luar yang meragukan perlunya ASI. Ayahlah yang menjadi benteng pertama saat ibu mendapat godaan yang datang dari keluarga terdekat, orangtua atau mertua. Ayah yang berperan mendukung ibu agar menyusui sering disebut breastfeeding father. Pada dasarnya seribu ibu menyusui mungkin tidak lebih dari sepuluh orang diantaranya tidak dapat menyusui bayinya karena alasan fisiologis. Jadi, sebagian besar ibu dapat menyusui dengan baik. Hanya saja ketaatan mereka untuk menyusui ekslusif 4-6 bulan dan dilanjutkan hingga dua tahun yang mungkin tidak dapat dipenuhi secara menyeluruh. Itulah sebabnya dorongan ayah dan kerabat lain diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan diri ibu akan kemampuan menyusui secara sempurna.

b. Perubahan sosial budaya

1). Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya.

Khusus pada ibu-ibu yang bekerja, dengan singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan bahkan sebelum pemberian ASI Eksklusif berakhir, ibu sudah harus kembali bekerja meninggalkan bayinya. Keadaan ini juga mengganggu pemberian ASI Eksklusif.

Pekerjaan terkadang mempengaruhi keterlambatan ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif. Secara teknis hal itu dikarenakan kesibukan ibu sehingga tidak cukup untuk memperhatikan kebutuhan ASI. Pada hakekatnya pekerjaan tidak

(37)

boleh menjadi alasan ibu untuk berhenti memberikan ASI secara eksklusif. Untuk menyiasati pekerjaan maka selama ibu tidak dirumah, bayi mendapatkan ASI perah yang telah diperoleh satu hari sebelumnya.

2). Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol.

Persepsi masyarakat akan gaya hidup mewah, membawa dampak terhadap kesediaan ibu untuk menyusui. Bahkan adanya pandangan bagi kalangan tertentu, bahwa susu botol sangat cocok buat bayi dan merupakan makanan yang terbaik. Hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang selalu berkeinginan untuk meniru orang lain, atau prestise.

3). Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya.

Budaya modern dan perilaku masyarakat yang meniru negara barat, mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya dan memilih air susu buatan sebagai jalan keluarnya.

c. Faktor kurangnya petugas kesehatan

Kurangnya petugas kesehatan didalam memberikan informasi kesehatan, menyebabkan masyarakat kurang mendapatkan informasi atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI. Penyuluhan kepada masyarakat mengenai manfaat dan cara pemanfaatannya.

d. Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI. Peningkatan sarana komunikasi dan transportasi yang memudahkan periklanan distribusi susu buatan menimbulkan

(38)

pergeseran perilaku dari pemberian ASI ke pemberian Susu formula baik di desa maupun perkotaan. Distibusi, iklan dan promosi susu buatan berlangsung terus, dan bahkan meningkat tidak hanya di televisi, radio dan surat kabar melainkan juga ditempat-tempat praktek swasta dan klinik-klinik kesehatan masyarakat di Indonesia. Iklan menyesatkan yang mempromosikan bahwa susu suatu pabrik sama baiknya dengan ASI, sering dapat menggoyahkan keyakinan ibu, sehingga tertarik untuk coba menggunakan susu instan itu sebagai makanan bayi. Semakin cepat memberi tambahan susu pada bayi, menyebabkan daya hisap berkurang, karena bayi mudah merasa kenyang, maka bayi akan malas menghisap putting susu, dan akibatnya produksi prolactin dan oksitosin akan berkurang.

e. Pemberian informasi yang salah

Pemberian informasi yang salah, justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan penggantian ASI dengan susu kaleng. Penyediaan susu bubuk di Puskesmas disertai pandangan untuk meningkatkan gizi bayi, seringkali menyebabkan salah arah dan meningkatkan pemberian susu botol. Promosi ASI yang efektif haruslah dimulai pada profesi kedokteran, meliputi pendidikan di sekolah-sekolah kedokteran yang menekankan pentingnya ASI dan nilai ASI pada umur 2 tahun atau lebih.

(39)

f. Pengelolaan laktasi di ruang bersalin

Untuk menunjang keberhasilan laktasi, bayi hendaknya disusui segera atau sedini mungkin setelah lahir. Namun tidak semua persalinan berjalan normal dan tidak semua dapat dilaksanakan menyusui dini. IMD disebut early initation atau permulaan menyusu dini, yaitu bayi mulai menyusui sendiri segera setelah lahir. Keberhasilan praktik IMD, dapat membantu agar proses pemberian ASI eksklusif berhasil, sebaliknya jika IMD gagal dilakukan, akan menjadi penyebab pula terhadap gagalnya pemberian ASI Eksklusif.

g. Faktor-faktor lain

Ada keadaan yang tidak memungkinkan ibu untuk menyusui bayinya walaupun produksinya cukup, seperti(12) :

1). Berhubungan dengan kesehatan seperti adanya penyakit yang diderita sehingga dilarang oleh dokter untuk menyusui, yang dianggap baik untuk kepentingan ibu (seperti: gagal jantung, Hb rendah).

2). Masih seringnya dijumpai di rumah sakit (rumah sakit bersalin) pada hari pertama kelahiran oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya, walaupun sebagian besar daripada ibu-ibu yang melahirkan di kamar mereka sendiri, hampir setengah dari bayi mereka diberi susu buatan atau larutan glukosa.

C.

Kebijakan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif

Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015, menurunkan angka

(40)

kematian anak balita dua per-tiga dari 68 menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup. Namun, sampai tahun 2007, angka kematian bayi di Indonesia adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup. angka pemberian ASI eksklusif di Indonesia berfluktuasi dan cenderung menurun. Salah satu penyebab pemberian ASI eksklusif di Indonesia yang rendah adalah fasilitasi Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang kurang optimal. Kebijakan ASI ek-sklusif belum lengkap dan komprehensif dan IMD belum secara eksplisit masuk dalam kebijakan. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai enam bulan pada tahun 2010 adalah 15,3%. Padahal, sasaran Pembinaan Gizi Masyarakat berdasarkan Rencana Strategis Kemen-terian Kesehatan, tahun 2010-2014, adalah 80% bayi usia 0-6 bulan mendapatkan ASI eksklusif. Dalam Kepmenkes RI nomor 369/Menkes/SK/III/2007, konselor ASI adalah orang yang telah mengikuti pelatihan konseling menyusui dengan modul pelatihan standar WHO/UNICEF 40 jam. Sejak tahun 2007 sampai awal tahun 2013(13),(14).

Peraturan Pemerintah Indonesia nomor 33 Tahun 2012 menyatakan pemberian ASI eksklusif adalah wajib, kecuali dalam 3 kondisi, yaitu Ibu tidak ada, indikasi medis tidak mungkin dilaksanakan karena terdapat kelainan atau penyakit, baik pada ibu maupun dari bayinya, karena ibu dan bayi terpisah. Keberhasilan implementasi kebijakan ditentukan oleh banyak faktor yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Berbagai faktor yang diduga memengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan adalah komunikasi, ketersediaan sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi(15),(16).

(41)

D.

Peran Pemerintah dalam Meningkatkan Pemberian ASI

Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya peningkatan pemberian ASI eksklusif dengan berbagai cara. Menerbitkan peraturan dan perundang-undangan mengenai pemberian ASI eksklusif pun sudah dilakukan. Kepmenkes RI No.450/MENKES/IV/2004, merupakan salah satu upaya kementrian kesehatan dalam rangka meningkatkan pemberian ASI eksklusif, dalam undang-undang ini diatur agar semua tenaga kesehatan yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan agar menginformasikan kepada semua Ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI Eksklusif. Dalam Keputusan Mentri Kesehatan ini diputuskan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM). Strategi untuk pemberian ASI pada pekerja wanita. Isi strategi tersebut adalah: (16),(17),(18)

1. Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas.

2. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan untuk menerapkan kebijakan.

3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui. 4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah

melahirkan, yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat operasi Caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar.

(42)

5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis.

6. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pihak manajemen untuk meningkatkan status kesehatan ibu pekerja dan bayinya.

7. Memantapkan tanggung jawab dan kerjasama dengan berbagai instansi pemerintah yang terkait , asosiasi pengusaha, serikat pekerja, LSM dalam program pemberian ASI di tempat kerja dan meningkatkan produktivitas kerja

8. Mengupayakan agar setiap petugas dan sarana pelayanan kesehatan di tempat kerja mendukung perilaku menyusui yang optimal melalui penerapan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui yang merupakan standar internasional.

9. Mengupayakan fasilitas yang mendukung PP-ASI bagi ibu yang menyusui di tempat kerja dengan :

a. Menyediakan sarana ruang memerah ASI

b. Menyediakan perlengkapan untuk memerah dan menyimpan ASI. c. Menyediakan materi penyuluhan ASI

d. Memberikan penyuluhan

10. Mengembangkan dan memantapkan pelaksanaan ASI eksklusif bagi pekerja wanita melalui pembinaan dan dukungan penuh dari pihak pengusaha.

(43)

E.

Strategi Peningkatan Cakupan ASI Eksklusif

a. Konselor ASI

Konselor ASI di fasilitas pelayanan kesehatan dapat meningkatkan keberhasilan pemberian ASI. Konselor ASI adalah tenaga terlatih yang memiliki sertifikat pelatihan konseling menyusui. Kementerian kesehatan mengupayakan agar setiap pelayanan kesehatan terutama di Puskesmas dan RS tersedia konselor ASI sehingga dapatmembantu para ibu yang memiliki kendala memberikan ASI.(19),(20),(21)

b. Fasilitas Laktasi

Penyediaan fasilitas khusus laktasi di tempat kerja dan tempat sarana umum diatur dalam UU No.36/2009 tentang kesehatan Pasal 128 ayat 2. Didukung oleh Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 83 menyebutkan bahwa pekerja perempuan yang anaknya masih menyusui harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilaksanakan selama waktu kerja. atau menyediakan ruang dan sarana prasarana untuk memerah ASI dan menyimpan ASI ditempat kerja, agar ibu selama bekerja tetap dapat memerah ASI ntuk selanjutnya dibawa pulang setelah selesai bekerja.(19),(20),(21)

c. Penegakan Peraturan Pemasaran Susu Formula Bayi

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 39 Th 2013 tentang susu formula bayi. Dalam Permenkes tersebut susu formula bayi hanya dapat diiklankan produsen melalui media cetak khusus kesehatan. Materi iklan harus terdapat keterangan bahwa susu formula bayi hanya

(44)

diberikan atas keadaan tertentu sesuai pasal 6 serta keterangan bahwa ASI adalah makanan terbaik untuk bayi.(19),(20),(21)

d. Peran dari Tenaga Kesehatan

Tujuan nasional adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas agar dapat melanjutkan perjuangan pembangunan nasional untuk menuju keluarga yang sejahtera, adil, dan makmur. Dalam rangka sumber daya manusia yang handal pemerintah indonesia melaksanakan berbagai program diantaranya adalah pemenuhan gizi bagi bayi yang baru lahir dengan program pemberian ASI Eksklusif.(18),(27)

Petugas kesehatan termasuk bidan memegang peran penting dalam berjalannya program ASI Eksklusif. Kurangnya tenaga kesehatan dalam mendukung ASI Eksklusif merupakan penyebab utama penurunan pemberian ASI Eksklusif. Pemberian ASI setelah bayi lahir merupakan titik awal yang penting apakah bayi nanti akan cukup mendapatkan ASI atau tidak. Bayi yang disusui selama 30 menit pertama setelah lahir akan memungkinkan untuk tidak memberikan makanan prelaktal pada bayi sebaiknya 30 menit pertama tenaga kesehatan harus berada disamping ibu bayi karena hal ini sangat menentukan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif.(16),(27)

F.

Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana dinas kesehatan kabupaten / kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja(16).

(45)

1. Tugas Puskesmas

Melaksanakan pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

2. Fungsi Puskesmas

Puskesmas harus berperan sebagai motor penggerak serta motivator bagi terselenggaranya pembangunan yang mengacu dan berorientasi serta dilandasi oleh kesehatan sebagai faktor pertimbangan utama, sehingga pembangunan yang dilaksanakan di wilayah kecamatan akan berdampak positif bagi lingkungan sehat dan perilaku sehat, yang akan bermuara pada peningkatan kesehatan masyarakat. Upaya fasilitasi non instruktif guna peningkatan pengetahuan keluarga dan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah dan mrlakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas sektoral maupun LSM, swasta serta tokoh masyarakat. pelayanan kesehatan yang mutlak perlu yang sangat dibutuhkan sebagian besar masyarakat, serta mempunyai nilai strategis untuk meningkat derajat kesehatan masyarakat, dilaksanakan secara holistik, terpadu dan berkesinambungan. Kegiatan ini terdiri dari program kesehatan dasar, yang harus dilaksanakan oleh seluruh Puskesmas, dan program kesehatan pengembangan.

3. Tujuan Puskesmas

Tujuan pelayanan kesehatan diantaranya meliputi : a. Promotif (memlihara dan meningkatkan kesehatan)

(46)

b. Preventif (pencegahan terhadaporang yang beresiko terhadap penyakit)

c. Kuratif (penyembuhan penyakit) d. Rehabilitatif (pemulihan)

G.

Faktor-Faktor Perilaku Kesehatan Menurut Lawrence Green

Faktor ini merupakan cakupan dari pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya(22).

Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dimulai sejak janin dalam kandungan, masa bayi, balita, anak-anak sampai dewasa. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan kualitas SDM sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa dan tidak hannya SDM petugas kesehatan semata(20),(27).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Keberhasilan implementasi kebijakan ditentukan oleh banyak faktor yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Berbagai faktor yang diduga memengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan adalah komunikasi, ketersediaan sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi. Tidak hannya peran pemerintah semata dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia namun akan lebih baik diawali dari dalam masyarakat kecil yaitu keluarga.

H.

Kerangka Teori

Dari banyaknya teori perubahan perilaku, dalam penelitian ini menggunakan kerangka teori Lawrence Green menjelaskan bahwa

(47)

perilaku dipengaruhi oleh faktor pemungkin, pemudah, dan penguat. Dari penjelasan dapat digambarkan sebagai berikut.

Variabel Independent

Variabel Dependent

Gambar 2. 1 kerangka teori Lawrence Green(22) Faktor Pemudah/predisposisi 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Kepercayaan 4. Nilai : Psikologis

5. Variabel demografik : jenis kelamin, umur, pekerjaan, dll

Faktor Pemungkin/enabling 1. Kesedian sumber daya

kesehatan

2. Aksesbilitas sumber daya kesehatan

3. Prioritas

masyarakat/pemerintah dan komitmen terhadap kesehatan

4. Keterampilan yang terkait dengan Kesehatan Faktor penguat/reinforcing 1. Keluarga 2. Teman 3. Guru 4. Pimpinan 5. Penyedia layanan Perilaku Spesifik Lingkungan

(48)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3. 1

Kerangka konsep Faktor Pemudah/predisposisi

1. Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif

2. Sikap Ibu terhadap pembrian ASI Eksklusif

3. Pekerjaan Ibu 4. Psikologis

Faktor Pemungkin/enabling 1. Tenaga Kesehatan

2. Promosi susu formula 3. Inisiasi Menyusui Dini

Faktor penguat/reinforcing 1. Dukungan keluarga

Pemberian ASI

Eksklusif

(49)

B.

Hipotesis

1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo Semarang tahun 2016.

2. Ada hubungan antara sikap ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo Semarang tahun 2016.

3. Ada hubungan antara ibu bekerja dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo Semarang tahun 2016.

4. Ada hubungan antara psikologis ibu dengan dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo Semarang tahun 2016.

5. Ada hubungan antara tenaga kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo Semarang tahun 2016.

6. Ada hubungan antara peran suami atau nenek dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo Semarang tahun 2016.

7. Ada hubungan antara promosi susu formula dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo Semarang tahun 2016.

8. Ada hubungan antara Inisiasi Menyusui Dini dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo Semarang tahun 2016.

(50)
(51)

C.

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analisis observasional dengan metode kuantitatif dengan menggunakan proportional sampling dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu pengetahuan, sikap, pekerjaan, psikologis, tenaga kesehatan, dukungan keluarga, promosi susu formula,dan kebijakan yang berlaku melalui pengukuran sesaat.

(52)

Variabel Definisi Operasional Alat ukur Kategori

Skala

Variabel Independen

1. Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif

Segala sesuatu yang diketahui dengan ASI Eksklusif diantaranya :

- Manfaat ASI untuk ibu - Manfaat ASI untuk Bayi

Wawancara dengan panduan kuesioner 1=Pengetahuan Kurang ; median < 10 2=Pengetahuan baik ; median ≥ 10

Ordinal

2. Sikap Ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif

Segala sesuatu yang berhubungan dengan perilaku Ibu Memberikan ASI Eksklusif Wawancara dengan panduan kuesioner 1= Kurang ; median < 69 2= Baik ; median ≥ 69

Ordinal

3. Pekerjaan Ibu Kegiatan yang dilakukan didalam atau diluar rumah untuk membantu

penghasilan keluarga Wawancara dengan panduan kuesioner 0 = Tidak Bekerja 1 = Bekerja

Nominal

4. Psikologis Berapa kali ibu melahirkan, perasaan stress, dan perasaan takut untuk menyusui Wawancara dengan panduan kuesioner 0 = Kurang ; Median < 2 1= Baik ; median ≥ 2

Nominal

(53)

pemberian ASI Eksklusif kuesioner 1 = Memberikan

pengaruh ; Median ≥ 1 6. Dukungan

keluarga

Dukungan dari keluarga terdekat dengan ibu perihal pemberian ASI Eksklusif

Wawancara dengan panduan kuesioner

0 = Tidak ada dukungan ; median < 1 1 = Ada dukungan ; median ≥ 1

Nominal

7. Promosi Susu Formula

Peranan perkembangan iklan Sufor yang bekerja sama dengan tenaga persalinan / kesehatan Wawancara dengan panduan kuesioner 1= Tenaga Kesehatan 2= Media Massa

Nominal

8. Inisiasi menyusui dini

Peran pemerintah dalam pemeberian informasi Inisiasi Menyusui Dini pada ibu hamil Wawancara dengan panduan kuesioner 0 = Kurang ; median <1 1 = Baik ; median ≥ 1

Nominal

Variabel Dependen 1. Pemberian ASI Eksklusif

Kegiatan Ibu dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayinya mulai saat melahirkan sampai umur 6 bulan tanpa memeberikan makanan tambahan lain

Wawancara dengan panduan kuesioner 0 = Tidak memberikan ASI Eksklusif 1 = Memberikan Asi Eksklusif

Nominal

(54)

31

E.

Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh data dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya. Kalau setiap manusia memberikan suatu data maka, banyaknya atau ukuran populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan yang berjumlah 310 bayi dari data posyandu yang menerima pemberian vitamin A di Wilayah Kerja Puskesmas Bandarharjo pada bulan februari tahun 2016.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi atau sebagain dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi. Pada penelitian ini dalam menentukan jumlah sampel, peneliti menggunakan semua sampel yang ada atau jumlah populasi yang digunakan dalam penelitian dengan menggunakan rumus slovin :

= 75,40 Keterangan N = Besar populasi n = Besar sempel

(55)

Jadi jumlah sampel yang dibulatkan menjadi 75 orang responden. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan proportional sampling. Dengan kriteria inklusi dan eksklusi :

Inklusi

a. Ibu dengan bayi berusia ≥ 6 bulan

b. Ibu bayi berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo c. Ibu bersedia melakukan wawancara sebagai responden d. Bayi dalam keadaan sehat

eksklusi :

a. Bayi dalam kondisi sakit b. Ibu dengan bayi < 6 bulan c. Ibu tidak bersedia

F.

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.(23)

1. Jenis dan sumber data a. Data primer

Data primer adalah data yang diambil dengan wawancara dan observasi langsung dari responden melalui kuesioner yang diisi oleh responden. Data ini berupa pengetahuan, sikap, pekerjaan, psikologis, tenaga kesehatan, dukungan keluarga, promosi susu formula, IMD, dan pemberian ASI Eksklusif.

Data diperoleh melalui wawancara dengan petugas program gizi di peroleh data bahwa masih banyak ibu tidak memberikan ASI Eksklusif yaitu hannya 33% saja, dan observasi langsung di wilayah

(56)

tempat tinggal penduduk di Kelurahan Kuningan, Dadapsari, Tanjung Mas dan Bandarharjo. Dilihat dari kondisi lingkungan Kelurahan Bandarharjo dan Tanjung Mas masih banyak tempat tinggal kumuh dengan rumah yang jauh dari sehat karena masih banyak sampah yang dibuang sembarangan dan bau yang ditimbulkan dari sampah dan genangan air. Sedangan untuk kelurahan Dadapsari dan Kuningan tempat tinggal masyarakatnya cukup baik dengan adanya jarak di setiap rumah, hannya beberapa rumah saja yang sampahnya tidak dibuang pada tempatnya.

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapat dari pihak kedua yaitu dari Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang Tahun 2014-2015. 2. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu pengumpulan dan pengolahan data tentang variabel-variabel yang diteliti. Instrumen dalam pengumpulan data ini adalah kuesioner. Maka perlu dilakukan pengukuran agar instrument tersebut dikatakan valid dan reliabel.(18) a. Uji Validitas

Mengetahui sejauh mana kesamaan antara yang diukur peneliti dengan kondisi yang sebenarnya dilapangan. Agar data yang diperoleh bisa relevan dengan tujuan pengukuran tersebut. Jika nilai pengukuran setiap variabel menunjukan angka signifikan p ≤ 0,05 maka dinyatakan valid atau apabila hitung lebih besar dari pada r-tabel, maka butir pertanyaan itu dikatakan valid dan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. Hasil uji validitas setiap pertanyaan

(57)

pada kuesioner dinyatakan valid jika nilai p ≤ 0,05. Pada variabel bebas didapatkan item pertanyaan yang valid sebagai berikut :

Tabel 3.2 Validitas Kuesioner Pengetahuan

No. Pertanyaan Valid Tidak Valid

1. Apa pengertian ASI eksklusif menurut ibu ? 0,065 2. Menurut ibu kapankah seorang bayi harus

segera diberikan ASI pertamanya?

0,002 3. Menurut ibu, apakah pemberian ASI penting

bagi tumbuh kembang bayi ?

0,922 4. Manfaat apa saja yang didapat dari

pemberian ASI ?

0,913 5. ASI yang pertama keluar disebut kolostrum? 0,000

6. Apa kandungan yang dapat menjaga bayi dari serangan bibit penyakit yang terdapat di dalam ASI?

0,604

7. Menurut ibu apa keunggulan bayi yang diberikan ASI ekslusif dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif?

0,879

8. Manfaat ASI Eksklusif bagi bayi dapat melindungi bayi dari diare?

0,750 9. ASI saja dapat memenuhi kebutuhan zat gizi

bayi umur 0-6 bulan.

0,000 10. Keuntungan pemberian ASI adalah bayi

sehat, lincah, cerdas, dan tidak cengeng?

0,631 11. Salah satu manfaat memberikan ASI bagi ibu

adalah mengurangi pendarahan setelah persalinan?

0,000

12. Menurut ibu berapa usia bayi yang tepat untuk diberikan makanan pengganti ASI ?

0,922 13. ASI dapat diberikan 30 menit hingga 1 jam

setelah bayi lahir.

0,000 14. Apakah memberikan pisang, air, dan madu

pada usia 0-6 bulan baik untuk bayi?

0,181 15. Susu Formula tidak mengganggu pada

sistem pencernaan Bayi.

0,054 16. Dibawah ini yang merupakan pernyataan

yang benar mengenai ASI Eksklusif adalah:

0,000 17. Apakah Ibu mempercayai pesan-pesan

mengenai susu formula yang ada di iklan?

0,382 18. Apa yang ibu fikirkan, setelah melihat atau

mendapatkan iklan susu formula untuk bayi?

0,000 19. Menurut ibu manakah pernyataan yang

benar.

0,000 20. Apakah ASI yang di perah akan basi setelah

1 jam di ruang terbuka?

0,017

(58)

Tabel 3.3 Validitas Kuesioner sikap

No. Pertanyaan Valid Tidak Valid

1. ASI merupakan makanan yang baik untuk anak

0,248 2. ASI dapat memenuhi kebutuhan zat gizi

anak, menjadikan anak pintar, dan menjadikan ibu semakin sayang kepada anaknya

0,007

3. Dengan memberikan ASI, ibu dapat menghemat biaya pengeluaran keluarga

0,282 4. Nitrisi dalam ASI sudah dapat mencukupi

kebutuhan asuapan makanan pada Bayi

0,000 5. Kandungan zat gizi susu formula lebih baik

daripada ASI

0,000 6. Dengan memberikan ASI dapat mempererat

hubungan batin antara ibu dengan anak

0,193 7. Pada usia 0-6 bulan, ketika anak merasa

lapar, ibu langsung memberikan ASI

0,000 8. Kegiatan sehari-hari ibu tidak menjadi

penghambat ibu dalam memberikan ASI

0,000 9. Ibu merasa sangat penting petugas

kesehatan memberikan informasi tentang ASI Eksklusif

0,010

10. Ibu medapat dukungan dari suami dan keluarga untuk memberikan ASI Eksklusif

0,000 11. Ibu merasa lebih mudah memberikan susu

formula dibandingkan memberikan ASI

0,000 12. Susu formula adalah makanan yang baik

untuk anak berusia 0-6 bulan

0,000 13. Kandungan nutrisi dalam susu formula sudah

cukup untuk Bayi

0,000 14. Jika ibu sedang bekerja, ASI dapat diganti

dengan susu formula

0,670 15. Ibu merasa tidak membutuhkan peran kader

dalam penyuluhan ASI Eksklusif

0,241 16. Air Susu Ibu sering membuat bayi mencret 0,000

17. Bila dalam perjalanan sebaiknya ibu tidak menyusui bayinya karena malu

0,000 18. Jika ibu bekerja maka ASI yang tidak

diberikan pada bayi harus dibuang

0,004 19. Air Susu Ibu hanya diberikan sampai 2 bulan 0,000 20. Ibu ingin sekali memberikan susu formula

yang mahal seperti di iklan

0,010

(59)

Tabel 3.4 Validitas Kuesioner Psikologis Ibu

No. Pertanyaan Valid Tidak Valid

1. Berapa kali ibu melahirkan? 0,079

2 Apakah ibu merasa perasaan stress saat menyusui?

0,000 3 Pada saat hamil Apakah ibu merasa takut

untuk memberikan ASI?

0,346

Sumber : hasil uji validitas

Tabel 3.5 Validitas Kuesioner Tenaga Kesehatan

No. Pertanyaan Valid Tidak Valid

1. Apakah petugas kesehatan memberikan pengaruh besar bagi ibu dalam pemberian ASI Eksklusif?

0,000

2. Apakah terdapat dukungan dari petugas kesehatan untuk mengajak ibu memberikan ASI Eksklusif?

0,000

Sumber : hasil uji validitas

Tabel 3.6 Validitas Kuesioner Dukungan Keluarga

No. Pertanyaan Valid Tidak Valid

1. Apakah dukungan dari keluarga terdekat memotivasi ibu memberikan ASI Eksklusif?

- -

2. Siapakah yang memberi dukungan dukung? 0,000

Sumber : hasil uji validitas

Tabel 3.7 Validitas Kuesioner Promosi Susu Formula

No. Pertanyaan Valid Tidak Valid

1. Apakah iklan Susu formula memberi pengaruh untuk ibu?

0,000 2. Dari manakah ibu mendapatkan informasi

tentang susu formula?

0,002

Sumber : hasil uji validitas

Tabel 3.8 Validitas Kuesioner Inisiasi Menyusui Dini

No. Pertanyaan Valid Tidak Valid

1. Apakah sudah Pernah mendapatkan Inisiasi Menyusui Dini ?

0,000 2. Apakah ibu mengikuti penyuluhan tentang

Manfaat ASI Eksklusif dari kader / petugas kesehatan?

0,000

(60)

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang. Instrument dikatakan reliabel jika hasil pengukuran dengan alat tersebut konsisten stabil secara terus menerus. Tiap butir pertanyaan dinyatakan reliabel jika mempunyai alpha (α) sebesar 0,5 atau lebih.(23)

Hasil uji reliabilitas pada setiap variabel bebas pada kuesioner dinyatakan reliabel jika nilai α ≥ 0,7. Hasil penelitian dari seluruh variabel bebas pada kuesioner penelitian sebagai berikut :

. Tabel 3.9 Reliabilitas Kuesioner Variabel Bebas

No. Variabel Bebas Cronbach’s Alpha

1. Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif 0,641 2. Sikap Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif 0,235

3. Pekerjaan Ibu 1,000

4. Psikologis Ibu 0,700

5. Tenaga Kesehatan 0,860

Tabel 3.9 Reliabilitas Kuesioner Variabel Bebas

No. Variabel Bebas Cronbach’s Alpha

6. Dukungan Keluarga -1,183

7. Promosi Susu Formula 0,464

8. Inisiasi Menyusui Dini 0,891

Sumber : hasil uji reliabilitas

G.

Pengolahan Data

1. Editing

Langkah ini dilakukan untuk memeriksa data hasil dari observasi langsung, wawacara dan jawaban dari kuesioner yang diberikan. serta meneliti kelengkapan, kejelasan, konsistensi dan kesinambungan data.

Gambar

Gambar 2. 1 kerangka teori Lawrence Green (22)
Tabel 3.2 Validitas Kuesioner Pengetahuan
Tabel 3.3 Validitas Kuesioner sikap

Referensi

Dokumen terkait

[r]

mutans dan konsentrasi terendah dari ekstrak kulit apel manalagi dalam penelitian ini yang masih mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan S.mutans

[r]

[r]

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis ( Garcinia mangostana L.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus viridans ; Idayu Windriyana, 101610101012; 2014; 92

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

[r]

Panitia Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Kegiatan Dilingkungan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Kuantan Singingi Bidang Tata Bangunan dan Perumahan Tahun Anggaran 2013,