• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO

Linda Yunus Usman*, Jootje M.L Umboh**, Hesty Lestari* *Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK

Tingkat pemberian ASI Eksklusif di Indonesia masih sangat rendah dan jauh dari target yang telah di tetapkan oleh pemerintah. Adapun permasalahan yang utama yaitu kurangnya pengetahuan tentang manfaat ASI. Faktor pendidikan dan pekerjaan, serta kurangnya dukungan tenaga kesehatan dan keluarga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki bayi 7-12 bulan sebanyak 105. Analisis data menggunakan komputer dan di kelola dengan menggunakan SPSS 23 untuk analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji Chi-Squere. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemberian ASI ekslusif p=0.300>0.05, tidak terdapat hubungan bermakna antara pemberian ASI Eksklusif dengan pendidikan p=0.067>0.05, tidak terdapat hubungan bermakna antara pemberian ASI Eksklusif dengan pekerjaan p=0.290>0.05, tidak terdapat hubungan bermakna antara pemberian ASI Eksklusif dengan dukungan tenaga kesehatan p=0.057>0.05, dan terdapat hubungan bermakna antara pemberian ASI Ekslusif dengan dukungan keluarga p=0.023 < 0.05d. Berdasarkan hasil penelitian tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, dukungan tenaga kesehatan, dengan pemberian ASI Eksklusif, dan terdapat hubungan yang bermakana antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif.

Kata Kunci: ASI Eksklusif ABSTRACT

The rate of exclusive breastfeeding in Indonesia is still very low and far from the targets set by the government. The main problems are the lack of knowledge about the benefits of breastfeeding. Factors of education and employment, and lack of health personnel and family support. The purpose of this study was to determine the factors associated with exclusive breastfeeding in Puskesmas Shoulder Malalayang District of Manado City. This type of research is descriptive analytic, with cross sectional approach. The sample in this study were mothers with babies 7-12 months as many as 105. The data analysis using a computer and is managed by using SPSS 23 for analysis of univariate and bivariate analysis using Chi-Squere. The results showed that there was no significant relationship between knowledge with exclusive breastfeeding p = 0.300> 0.05, there is no significant relationship between exclusive breastfeeding with education p = 0.067> 0.05, there is no significant relationship between exclusive breastfeeding with work p = 0.290 > 0.05, there is no significant relationship between exclusive breastfeeding with the support of health professionals p = 0057> 0.05, and there is a significant relationship between exclusive breastfeeding for family support p = 0.023> 0.05 and Based on the results of the study there was no significant relationship between knowledge, education, employment, support for health personnel, with exclusive breastfeeding, and bermakana relationship exists between family support exclusive breastfeeding.

(2)

2 PENDAHULUAN

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan unsur penting dalam keberhasilan Pembangunan Nasional, anak sebagai SDM penerus bangsa dan harapan masa depan keluarga, masyarakat, dan negara perlu diberikan pembinaan dan terarah sedini mungkin, bahkan sejak dalam kandungan. Setelah bayi lahir perlu diberikan pemberian makanan yang dapat menjamin pertumbuhan jasmani dan rohaninya secara optimal. Mencapai tumbuh kembang anak yang optimal antara lain dengan memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi, sejak lahir, pada menit-menit awal kehidupan, sampai usia 6 bulan ASI diberikan eksklusif tanpa makanan lainnya, kemudian setelah 6 bulan ASI tetap diberikan dengan di damping makanan tambahan (MP-ASI) yang bergizi dan disesuaikan dengan usianya (Setiawati, 2008). World Health Organization (WHO) merekomendasikan bahwa langkah terbaik menjaga kesehatan bayi dan ibunya adalah pemberian ASI eksklusif setidakmya sampai 6 bulan. ASI eksklusif bukan hanya semata didasarkan pada pertimbangan bahwa ASI eksklusif adalah makanan terbaik bagi bayi, akan tetapi juga menjadi bagian integral dari proses reproduksi yang memiliki implikasi penting bagi kesehatan ibu yang menyusui.

Pemberian ASI selama 6 bulan justru mendorong pertumbuhan bayi yang optimal (Khairiyah,2013).

Sustainable Development Goals (SDG's) 2016-2030 Gizi merupakan salah satu fokus pembangunan kesehatan. Ia menjadi faktor kunci dalam keberhasilan perbaikan status kesehatan masyarakat Indonesia dan dunia. Gizi yang baik meningkatkan standar kesehatan masyarakat. Indikator keberhasilan SDG's diterjemahkan dalam enam poin, yakni peningkatan ASI eksklusif, makanan pada ibu hamil serta anak, menekan jumlah balita pendek, ibu hamil penderita anemia, kurang energi, dan balita kurus. "Tujuan dalam SDG's sudah ada dalam RPJMN 2015-2019 bidang kesehatan, Direktur Bina Gizi (Anonim, 2013)

Berdasarkan buku statistik ASEAN (Associastion of South East Asian Nastionn ), Brunai Darusalam, Malaysia, Singapura, Vietnam dan Thailand tergolong AKB yang rendah, yaitu di bawah 20 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan Indonesia, AKB-nya yaitu 32 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini masi di bawah Negara Filipina, yang AKB-nya adalah 26 per 1000 kelahiran hidup. Terkait program Millenium Development Goals (MDGs) 2015, Indonesia

(3)

3 menargaetkan mampu menurunkan angka kematian bayi menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (Prasetyawaty, 2012)

ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan mengganti dengan makanan atau minuman lain. Setiap ibu yang melahirkan bayi harus memberikan ASI Eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya. Menurut Green (1990), factor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif adalah factor predisposisi (predisposing factor) yang mencakup pengetahuan individu, sikap kepercayaan, tradisi norma social dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat; factor pendukung (enabling factors) yaitu tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya; dan factor pendorong (reinforcing factor) yaitu sikap dan perilaku petugas kesehatan.

Mamonto (2015) yang meneliti factor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi di wilayah kerja puskesmas Kotabangon Kecamatan Kotamobagu Timur Kota Kotamobagu, menemukan bahwa ibu-ibu yang mempunyai bayi di wilayah kerja Puskesmas Kotabangon Kotamobagu mayoritas tidak memberikan ASI Eksklusif (73%)

dibandingkan dengan ibu yang memberikan ASI Eksklusif (27%). Analisis bivariat di peroleh data terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu, pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. Hasil Uji regresi logistic menunjukan variabel sikap merupakan yang paling erat berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya Rahayu dan Apriningrum (2014) yang meneliti factor-faktor yang berhubungan pemberian ASI Eksklusif pada karyawati UNSIKA tahun 2013 menemukan bahwa ASI secara Eksklusif lebih dominan yaitu sebesar 52,2% responden. Pada analisis bivariat usia ibu, pendidikan ibu, pengetahuan ibu, dukungan tempat kerja, dukungan keluarga, jumlah paritas ternyata tidak berhubungan secara bermakna dengan pemberian ASI Eksklusif

Penelitian Aisyaroh (2012) di Kabupaten Kandal menyatakan bahwa sebesar 52,8% Bidan atau petugas kesehatan memberikan dukungan dalam pemberian ASI Eksklusif. Penelitian Fikawati (2010) tentang implementasi dan kebijakan ASI Eksklusif di Indonesia bahwa saat ini penerapan ASI Eksklusif dan fasilitas IMD belum optimal. Penelitian yang di lakukan oleh Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) pada 13 Juni 2013 di 5 kota

(4)

4 besar Indonesia (Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Tangerang) bahwa sebanyak 50% atau setara 125 orang tenaga layanan kesehatan dari 5 kota besar tersebut ternyata belum mengetahui adanya kebijakan ASI Eksklusif. Penelitian melibatkan 250 responden tenaga kesehatan meliputi Bidan, Suster dan Dokter yang terlibat dalam kelahiran bayi. Tenaga kesehatan tidak mengetahui Peraturan Pemerintah no 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif, responden juga tidak mengetahui hak bayi atas ASI di UU Kesehatan nomor 36 tahun 2009. Para tenaga layanan kesehatan juga terbukti tidak tahu bagaimana mendukung ibu menyusui bayinya (Widiyani 2013).

Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia berlandaskan keputusan Menteri Kesehatan RI No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004. Ini juga mengacu pada resolusi World Health Assembly (WHA. 2001). Disitu dikatakan, untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. ASI merupakan santapan pertama dan utama bagi bayi baru lahir serta terbaik dan alamiah, mengandung semua zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. Permasalahan dalam pemberian ASI eksklusif adalah masih rendahnya

pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat tentang ASI. Kebiasaan memberi makanan atau minumal secara dini pada sebagian masyarakat juga memberi pemicu dari kurang berhasilnya pemberian ASI eksklusif.

Direktur Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu Anak Kementrian Kesehatan Slamet Riyadi Yuwono menyebutkan, berdasarkan data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2010, baru ada 33,6 % bayi umur 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif. Bahkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menyebutkan, hanya 15,3% bayi umur kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif (Anonim, 2011).

Data di Indonesia, sekitar setengah dari anak yang berumur di bawah 2 bulan menerima ASI eksklusif. Persentase ASI eksklusif menurun terus setelah dua bulan pertama. Lebih dari 7 diantara 10 anak umur 4-5 bulan sudah menerima makanan tambahan (44%), air putih (8%) susu atau cairan tambahan lainnya (8%) sebagai tambahan dari ASI atau sepenuhnya sudah diberikan susu formula (13%) (Anonim, 2012). Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0 - 6 bulan sebesar 32% dan naik secara bermakna menjadi 42% pada tahun 2012, namun hasil Riset

(5)

5 Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif sampai usia bayi 6 bulan di Indonesia masih rendah, yaitu hanya sebesar 30,2%. Cakupan pemberian ASI eksklusif di propinsi Sulawesi Utara masih jauh dari target nasional yaitu sebesar 70%. Capaian ASI eksklusif pada tahun 2011 hanya mencapai 26,3%, pada tahun 2012 meningkat mencapai 42,56%.

Data yang diperoleh di Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Utara, tahun 2013 didapatkan jumlah bayi 33.889 hanya 10.320 yang memberikan ASI Eksklusif (30,5%) sementara data yang diperoleh di Dinas Kesehatan Kota Manado, tahun 2014 didapatkan jumlah bayi 8.049 yang memberikan ASI Eksklusif berjumlah 1.464 (18,2%) (Anonim, 2014). Studi awal yang dilakukan di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado tahun 2015, di dapatkan jumlah bayi 307 yang mendapat ASI Ekslusif 127 (25,2 %) (Profil Puskesmas bahu 2015). Wawancara yang di lakukan pada beberapa ibu yang memiliki bayi bahwa ada yang tidak memberikan ASI Eksklusif dengan alasan kerja, diluar rumah baik sebagai PNS, pembantu rumah tangga, karyawan swasta dan lain-lain. Juga bayi cepat menangis karena merasa ASI tidak cukup.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado”

Metodologi Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan di 5 Kelurahan wilayah kerja Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado Bulan September - November 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu yang memiliki bayi usia 7-12 bulan. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini terbagi menjadi 3 jenis yaitu analisis univariat, bivariat dan multivariat.

Hasil dan Pembahasan

1. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Manado

(6)

6

Tabel 1. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Manado

Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif Nilai P

Memberikan Tidak Memberikan Total n % n % n % Baik 49 46.7% 6 5.7% 55 52.4% 0.300 Kurang Baik 41 39.0% 9 8.6% 50 47.6% Total 90 85.7% 15 14.3% 105 100,0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif, diperoleh data bahwa jumlah responden yang yang berpengetahuan baik sebanyak 55 responden (52.4%) yang memberikan ASI Eksklusif 49 responden (46.7%) dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif 6 responden (5.7%), sedangkan jumlah responden yang yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 50 orang (47.6%) yang memberikan ASI Eksklusif 41 responden (39.0%) dan yang tidak memberikan 9 responden (8.6%). Berdasarkan hasil analisis uji Chi-Square didapatkan hasil dengan nilai P=0.300 > 0.05 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Manado.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Kemalasari (2008), Mamahit (2011) di mana tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang di lakukan oleh

Sriningsih (2012), di mana ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI (p=0,015) dengan pemberian ASI Eksklusif, dan penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian Sillagan,dkk (2013) di mana tingkat pengetahuan merupakan faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Banten Kecamatan Medan Tembung Tahun 2013.

2. Hubungan Antara Pendidikan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Bahu Kecamatan

(7)

7

Tabel 2. Hubungan Antara Pendidikan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Manado

Pendidikan Pemberian ASI Eksklusif Nilai P

Memberikan Tidak Memberikan Total n % n % n % Tinggi 73 69.5 9 8.6 82 78.1 0.067 Rendah 17 16.2 6 5.7 23 21.9 Total 90 85,7 15 14,3 105 100,0

Hasil penelitian menunjukkan antara pendidikan dan pemberian ASI Eksklusif, diperoleh data bahwa jumlah responden yang berpendidikan tinggi yaitu 82 responden (78.1%), yang memberikan ASI Eksklusif 73 responden (69.5%) dan yang tidak memberikan 9 responden (8.6%), sedangkan jumlah responden yang berpendidikan rendah sebanyak 23 responden (21.9%), yang memberikan ASI Eksklusif 17 responden (16.2%), \

yang tidak memberikan ASI Eksklusif 6 responden (5.7%). Berdasarkan hasil analisis uji Chi-Square didapatkan hasil dengahn nilai P=0.067 > 0.05 yang menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Manado.

3. Hubungan Antara Pekerjaan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Manado

Tabel 3. Hubungan Antara Pekerjaan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Manado

Pekerjaan Pemberian ASI Eksklusif Nilai P

Memberikan Tidak Memberikan Total n % n % n % Bekerja 66 62.9 9 8.6 75 71.4 0.067 Tidak Bekerja 24 22.9 6 5.7 30 28.6 Total 90 85.7 15 14,3 105 100,0

Hasil penelitian menunjukkan antara pekerjaan dan pemberian ASI Eksklusif, diperoleh data bahwa jumlah responden yang bekerja yaitu 75 responden (71.4%), yang memberikan ASI

Eksklusif 66 responden (62.9%) dan yang tidak bekerja 9 responden (8.6%), sedangkan jumlah responden yang tidak bekerja sebanyak 30 responden (28.6%), yang memberikan ASI Eksklusif 24

(8)

8 responden (22.9%), yang tidak memberikan ASI Eksklusif 6 responden (5.7%). Berdasarkan hasil analisis uji Chi-Square didapatkan hasil dengahn nilai P=0.290 > 0.05 yang menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Manado. Hasil penelitian sesuai dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh Mamahit (2011) di Kota Bitung Sulawesi Utara, penelitian Rahmawati,dkk (2013) di kelurahan Banten kecamatan Medan Tembung dimana di dapatkan bahwa pekerjaan merupakan faktor yang tidak berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Banten Kecamatan Medan Tembung Tahun 2013.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang di lakukan oleh Pawenrusi (2011) di Kelurahan Tamamwung Kota Makassar yang mana pekerjaan ibu berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif. Hasil penelitian ini berbeda juga dengan

penelitian yang di lakukan oleh Juliastuti (2011) menemukan terdapat hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif, terutama ibu yang tidak bekerja akan semakin tinggi memberikan ASI Eksklusif di banding dengan ibu yang bekerja. Dahlan dkk (2013) juga menyimpulkan ada hubungan antra pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif. Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian yang di lakukan oleh Juliastusi dan Dahlan dkk, karena di sebabkan ibu yang bekerja kemungkinan besar tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya karena sibuk dan ibu yang tidak bekerja kemungkinan besar memberikan ASI Eksklusif karena banyak waktu luang yang di miliki sehingga lebih banyak waktu dan perhatian yang di curahkan kepada bayinya.

4. Hubungan Antara Dukungan Tenaga Kesehatan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Manado

Tabel 4 Hubungan Antara Dukungan Tenaga Kesehatan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Manado

Dukungan Tenaga Kesehatan

Pemberian ASI Eksklusif Nilai P

Memberikan Tidak Memberikan Total n % n % n % Baik 18 17.1 0 0 18 17.1 0.057 Kurang Baik 72 68.6 15 14.3 87 82.9 Total 90 85.7 15 14,3 105 100,0

(9)

9 Hasil penelitian menunjukkan antara dukungan tenaga kesehatan dan pemberian ASI Eksklusif, diperoleh data bahwa jumlah responden yang menyatakan dukungan tenaga kesehatan baik yaitu 18 responden (17.1%), yang memberikan ASI Eksklusif 18 responden (17.1%) dan yang tidak memberikan 0 responden (0%), sedangkan jumlah responden yang menyatakan dukungan tenaga kesehatan kurang baik sebanyak 87 responden (82.9%), yang memberikan ASI Eksklusif 72 responden (68.6%), yang tidak memberikan ASI Eksklusif 15 responden (14.3%). Berdasarkan hasil analisis uji Chi-Square didapatkan hasil dengan nilai P=0.057 > 0.05 yang menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Manado.

Hasil penelitian ini di dukung oleh temuan Abdillah dan Ayubi (2013) yang mengemukakan bahwa dukungan tenaga kesehatan tidak mempunyai hubungan dengan pemberian ASI Eksklusif.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang di lakukan oleh Mamonto (2015) Berdasarkan hasil analisis uji chi-square di dapatkan hasil dengan nilai p=0,014 < 0,05 yang menunjukan terdapat hubungan yang bermakana antara peran tenaga kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif. Hasil penelitian Ramadani dan Hadi (2010), Ginting dkk (2010) yang mengemukakan bahwa dukungan petugas kesehatan terdapat hubungan yang bermakana dengan pemberian ASI Eksklusif.

5. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Manado

Tabel 5. Hubungan Antara Dukungan Keluaraga Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Manado

Dukungan Keluarga Pemberian ASI Eksklusif Nilai P

Memberikan Tidak Memberikan Total n % n % n % Baik 63 60.0 6 5.7 69 65.7 0.023 Kurang Baik 27 25.7 9 8.6 36 34.3 Total 90 85.7 15 14,3 105 100,0

(10)

10 Hasil penelitian menunjukkan antara dukungan tenaga kesehatan dan pemberian ASI Eksklusif, diperoleh data bahwa jumlah responden yang menyatakan dukungan keluarga baik yaitu 69 responden (65.7%), yang memberikan ASI Eksklusif 63 responden (60.0%) dan yang tidak memberikan 6 responden (5.7%), sedangkan jumlah responden yang menyatakan dukungan keluarga kurang baik sebanyak 36 responden (34.3%), yang memberikan ASI Eksklusif 27 responden (25.7%), yang tidak memberikan ASI Eksklusif 9 responden (8.6%). Berdasarkan hasil analisis uji Chi-Square didapatkan hasil dengahn nilai P=0.023 < 0.05 yang menunjukkan terdapat hubungan antara pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Manado.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya Rahayu dan Apriningrum (2014) yang meneliti faktor-faktor yang berhubungan pemberian ASI Eksklusif pada karyawati UNSIKA tahun 2013 menemukan bahwa ASI secara Eksklusif lebih dominan yaitu sebesar 52,2% responden. Pada analisis bivariat usia ibu, pendidikan ibu, pengetahuan ibu, dukungan tempat kerja, dukungan keluarga, jumlah paritas ternyata tidak berhubungan secara bermakna dengan pemberian ASI Eksklusif

KESIMPULAN

1. Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado

2. Tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado

3. Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado

4. Tidak terdapat hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado

5. Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado

SARAN

1. Tempat Penelitian

Meningkatkan kerja sama antara dinas kesehatan dengan lintas sektoral di bidang kesehatan untuk eningkatkan kesadaran ibu untuk

(11)

11 memberikan ASI Eksklusif kepada anak.

2. Responden

Diharapkan melalui penelitian ini dapat meningkatkan kesadaran responden dalam pemberian ASI Eksklusif.

3. Institusi

Diharapkan dapat melanjutkan penelitian yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif dengan menggunakan faktor-faktor yang lain yang sekiranya berhubungan dengan pemberian ASI ekskusif.

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, A, F. Mubin dan D. N. Mustika. 2013. Hubungan Status Pekerjaan Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di Kelurahan Palebon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Jurnal Kebidanan Vol.2 No.2.

(http://jurnal.unimus.ac.id/index.ph p/jur_bid/article/view/1021), di akses 16 September 2016

Ginting, D., N. Sekarwarna, dan H. Sukandar. 2012. Pengaruh Karakteristik Faktor Internal Dan Eksternal Ibu Terhadap Pemberian Mp-Asi Dini Pada Usia. Jurnal FK Unpad. (http://pustaka.unpad.ac.id), di akses 16 Agustus 2016

Mamahit , 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian

Asi Eksklusif Di Kecamatan Girian Kota Bitung. Tesis Unsrat 2011 Mamonto, T. 2015. Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas

Kotabangon Kecamatan

Kotamobagu Kota Kotamobagu. Tesis Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi.

Pawenrusi, E. 2011. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di Kelurahan Tamamwung Kota Makassar. Jurnal Media Gizi Pangan Vol. XI, edisi 1, Januari-Juni 2011.

Prasetyawati. A. 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam Millenium Development Goals (MDGs). Nuha Medika. Yogyakarta

Purwanti, H. S. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta. EGC Rahayu, S. dan N. Apiningrum. 2014.

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Pemberian ASI Eksklusif Pada Karyawati Unsika Tahun 2013. Jurnal Ilmiah Solusi Vol. 1 No. 1 Agustus-Oktober 2015: 55-63 Rahmawati, A. B,Bahar dan A. Salma.

2013. Hubungan Antara Karakteristik Ibu

Peran Petugas Kesehatan Dan Dukungan Keluarga Dengan

(12)

12 Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone.

Sillagan, Y. E, Mutiara dan Y. Yusad. 2013. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi (0-6 Bulan)Di Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembang Tahun 2013

Referensi

Dokumen terkait

Mengetahui riwayat pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan. Menganalisis hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dan

Diketahuinya hubungan antara faktor penguat (dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan) yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan

Pengamatan penulis di wilayah Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang, menunjukkan bahwa peran dalam membawa bayi yang akan diimunisasi banyak dilakukan oleh ibu kandung

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh promosi susu formula (p = 0,001) dan dukungan keluarga (p = 0,002) terhadap pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas

Penelitian ini akan membahas mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian asi eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja puskesmas Lubuk

mendapatkan dukungan lebih memilih untuk memberikan ASI Eksklusif dibandingkan dengan tidak memberikan ASI Eksklusif (Ferawati, 2010). Ibu yang memberikan ASI Eksklusif

1. Tidak ada hubungan yang signifikan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah kerja Puskesmas Benu – benua Kota Kendari. Tidak ada hubungan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas 23 Ilir Kecamatan