SKRIPSI
Oleh
FRANSISKA TUMANGGER NIM. 151000254
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SERING KECAMATAN MEDAN TEMBUNG TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
FRANSISKA TUMANGGER NIM. 151000254
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
ii Telah diuji dan dipertahankan
Pada tanggal: 23 Januari 2020
TIM PENGUJI SKRIPSI
Ketua : dr. Fazidah A. Siregar, M.Kes., Ph.D.
Anggota : 1. drh. Rasmaliah, M.Kes.
2. drh. Hiswani, M.Kes.
iii
Pernyataan Keaslian Skripsi
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2019” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, 23 Januari 2020
Fransiska Tumangger
iv Abstrak
UNICEF Indonesia menyebutkan bahwa dari 5 juta anak yang lahir setiap tahun di Indonesia, lebih dari 50 persen tidak mendapatkan ASI secara optimal pada tahun- tahun pertama kehidupannya (UNICEF, 2016). Jumlah anak yang diberi ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sering tahun 2018 sebanyak 51 bayi (12,75%). Pemberian ASI eksklusif di puskesmas ini masih di bawah standar Nasional yaitu 80%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif yaitu faktor internal ibu (pendidikan ibu, usia ibu, pekerjaan ibu dan paritas/jumlah anak) dan faktor eksternal ibu (pengetahuan ibu, peran penolong persalinan dan tradisi/kebiasaan) dengan pemberian ASI eksklusif. Penelitian merupakan survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi umur 7-12 bulan berjumlah 500 ibu yang tercatat di wilayah kerja Puskesmas Sering tahun 2019. Sampel sebanyak 127 responden menggunakan purposive sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner dan di analisa secara univariat dan bivariat menggunakan uji statistik Chi-Square dengan nilai kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, tradisi/kebiasaan dengan pemberian ASI eksklusif dengan masing-masing p value 0,001. Perlu adanya peningkatan pengetahuan berupa penyuluhan dan konseling kepada ibu-ibu terutama kepada ibu hamil dan menyusui melalui petugas kesehatan mengenai ASI eksklusif, dan dampak pemberian makanan/minuman tambahan pada bayi.
Kata kunci : ASI eksklusif, bayi, ibu
v Abstract
UNICEF Indonesia noted that of the 5 million children born every year in Indonesia, more than 50 percent do not get breastfeeding optimally in the first years of life (UNICEF, 2016). The number of children who are exclusively breastfed in the working area of the Puskesmas is often in 2018 as many as 51 babies (12.75%). Exclusive breastfeeding at this puskesmas is still below the National standard of 80%. This study aims to determine factors related to exclusive breastfeeding, namely internal factors of mother (mother's education, mother's age, mother's occupation and parity / number of children) and external factors of mother (mother's knowledge, role of childbirth and tradition / habits) with exclusive breastfeeding. The research is an analytic survey with cross sectional approach. The population in this study were all mothers who had babies aged 7-12 months totaling 500 mothers registered in the work area of the Public Health Center. Often in 2019. A sample of 127 respondents used purposive sampling. Data was collected through interviews using a questionnaire and analyzed univariately and bivariately using the Chi-Square statistical test with a significance value of 0.05. The results showed that there was a relationship of knowledge, education, work, tradition / habits with exclusive breastfeeding with each p value of 0.001. There is a need to increase knowledge in the form of counseling and counseling to mothers, especially to pregnant and lactating mothers through health workers regarding exclusive breastfeeding, and the impact of providing additional food / drinks to infants.
Keywords: Exclusive breastfeeding, baby, mothers
vi
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan Rahmat-Nya yang senantiasa berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2019” yang merupakan salah satu prasyarat unuk meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. dr. Rahayu Lubis, M.Kes., Ph.D. selaku Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. dr. Fazidah A. Siregar, M.Kes., Ph.D. selaku dosen Pembimbing dalam penulisan skripsi yang telah banyak membimbing, memberikan masukan maupun memberikan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. drh. Rasmaliah, M.Kes. selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.
vii
6. drh. Hiswani, M.Kes. selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.
7. Seluruh dosen pengajar dan pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang membantu saya dalam urusan administrasi.
8. dr. Efrina selaku Kepala Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung yang telah memberikan izin untuk penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Sering.
9. Ratna Elisabet, A.M.G. selaku pemegang program ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Sering yang telah membantu saya di waktu penelitian.
10. Orang tua penulis yang tercinta dan tersayang (Tiurlan Tumangger dan Ledi Uli Berutu, S.Pd.) yang senantiasa memberikan doa dan dukungan baik moril maupun materil bagi penulis untuk senantiasa berjuang dan berusaha menyelesaikan perkulihan ini.
11. Saudara-saudara penulis Alm. Yuniar Tumangger, Hartarto Tumangger, S.E., Swandi Lumban Gaol, Susi Susanti Tumangger, Am.Keb., Haposan Tumangger, Nova Hilerry Tumangger dan Erik Tumangger yang juga selalu mendoakan dan memberikan dukungan baik dalam moril maupun materil dalam pengerjaan skripsi ini.
12. Teman satu KTB Army Of God (kakak Devy Sitepu, Rotua Pakpahan, Icha Jane Ria, Peroima Sipayung) yang mendukung saya dalam doa serta menguatkan sepanjang pengerjaan skripsi ini.
13. Teman penulis (Binur Fretty, Erika Nakhe) yang telah mendukung, membantu, dan menguatkan saya sepanjang pengerjaan skripsi ini.
viii
14. Teman penulis (Binur Fretty, Erika Nakhe, Ria Agnes, Yunita, Nur Fadila) yang telah membantu saya sepanjang saya penelitian.
15. Sepupu Penulis (Katrin Siregar dan David Berutu) teman penulis Saorlina, Ade, dan Rosdiana yang telah mendukung dan membantu saya dalam pengerjaan skripsi ini.
16. Teman-teman seperjuangan stambuk 2015 serta teman-teman epidemiologi 2015. Terima kasih atas bantuan, masukan, semangat dan dorongan serta kebersamaanya selama ini.
Demikianlah kata pengantar yang telah penulis ucapkan, semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan berkat dan Rahmat-Nya kepada kita semua dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, 23 Januari 2020
Fransiska Tumangger
ix Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstrak v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii Daftar Istilah xiv Riwayat Hidup xv Pendahuluan 1 Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 5
Tujuan umum 5
Tujuan khusus 5
Manfaat Penelitian 6 Tinjauan Pustaka 7
Definisi ASI Eksklusif 7
Komposisi ASI 7 Stadium Laktasi 10
Manfaat ASI 11 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI 13 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI 14 Landasan Teori 20 Kerangka Teori 22
Kerangka Konsep 22 Hipotesis Penelitian 23 Metode Penelitian 24 Jenis Penelitian 24
Lokasi dan Waktu Penelitian 24 Populasi dan Sampel 24 Variabel dan Definisi Operasional 27 Metode Pengumpulan Data 30 Metode Pengukuran 30 Metode Analisis Data 31
x
Hasil Penelitian 33 32
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 33
Letak dan geografis 33
Demografi 33
Visi, misi, motto, dan tata nilai puskesmas 33 Analisis Univariat 35
Faktor internal ibu 35
Faktor eksternal ibu 36
Pemberian ASI eksklusif 38
Analisis bivariat 38
Faktor internal ibu 38
Faktor eksternal ibu 41
Pembahasan 43
Faktor Internal Ibu 43
Faktor Eksternal Ibu 51
Keterbatasan Penelitian 58
Kesimpulan dan Saran 59
Kesimpulan 59
Saran 60
Daftar Pustaka 61
Lampiran 66
xi Daftar Tabel
No Judul Halaman
1 Pembagian Wilayah Sampel 26
2 Skala Pengukuran Variabel Dependen 31 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Intenal
Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan
Tembung Tahun 2019 35
4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Eksternal Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan
Tembung Tahun 2019 36
5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Tradisi/
Kebiasaan Ibu memberikan Makanan Tambahan pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung
Tahun 2019 37
6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan
Medan Tembung Tahun 2019 38
7 Tabulasi Silang antara Faktor Internal Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan
Medan Tembung Tahun 2019 39
8 Tabulasi Silang antara Faktor Eksternal Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan
Medan Tembung Tahun 2019 41
xii
Daftar Gambar
No Judul Halaman
1 Kerangka teori Lawrence Green 1980 22
2 Kerangka konsep 22
3 Diagram bar prevalensi pemberian ASI eksklusif berdasarkan
pendidikan ibu di wilayah kerja Puskesmas Sering Tahun 2019 45 4 Diagram bar prevalensi pemberian ASI eksklusif berdasarkan
usia ibu di wilayah kerja Puskesmas Sering Tahun 2019 47 5 Diagram bar prevalensi pemberian ASI eksklusif berdasarkan
pekerjaan ibu di wilayah kerja Puskesmas Sering Tahun 2019 49 6 Diagram bar prevalensi pemberian ASI eksklusif paritas/
jumlah anak di wilayah kerja Puskesmas Sering Tahun 2019 51 7 Diagram bar prevalensi pemberian ASI eksklusif berdasarkan
pengetahuan ibu di wilayah kerja Puskesmas Sering Tahun 2019 54 8 Diagram bar prevalensi pemberian ASI eksklusif berdasarkan
peran penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Sering
Tahun 2019 55
9 Diagram bar prevalensi pemberian ASI eksklusif tradisi/
kebiasaan di wilayah kerja Puskesmas Sering Tahun 2019 57
xiii
Daftar Lampiran
Lampiran Judul Halaman
1 Kuesioner Penelitian 66
2 Master Data 72
3 Output Hasil Analisis Data 81
4 Surat Survei Pendahuluan 95
5 Surat Izin Penelitian 96
6 Surat Selesai Penelitian 97
xiv Daftar Istilah
AHA Arachidonic Acid
ASI Air Susu Ibu
BKKBN Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
DHA Docosehaxaenoic Acid
IMR Infant Mortality Rate
INFODATIN Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia
KEMENKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia SDKI Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia UFMR Under Five Mortality Rate
UNICEF United Nations Emergency Children’s Fund WHO World Health Organization
xv Riwayat Hidup
Penulis bernama Fransiska Tumangger berumur 23 tahun, dilahirkan di Nagatimbul pada tanggal 11 September 1996. Penulis beragama Kristen Protestan, anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan Tiurlan Tumangger dan Ledi Uli Berutu.
Pendidikan formal dimulai di sekolah dasar di SDN 035943 Nagatimbul Tahun 2003-2009, sekolah menegah pertama di SMPN 1 Kerajaan Tahun 2009- 2012, sekolah menegah atas di SMAN 1 Kerajaan Tahun 2012-2015, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Medan, 23 Januari 2020
Fransiska Tumangger
1
Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat dalam mencapai derajat kesehatan masyarakat sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produkif secara sosial dan ekonomis. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dimulai sejak masa kehamilan, bayi, anak sekolah, remaja, dewasa, sampai usia lanjut. Setiap tahap dari siklus tersebut, manusia mengalami masalah gizi yang berbeda-beda. Salah satu upaya untuk memperoleh tumbuh kembang yang baik adalah dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, kemudian pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berumur 24 bulan (Kementerian Kesehatan, 2015).
Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi yang baik melindungi bayi terhadap infeksi dan mencegah malnutrisi kerena mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh bayi. Penelitian yang dilakukan Lancet (2008) bayi yang diberi ASI secara eksklusif empat belas kali lebih sulit terkena penyakit diare dibandingkan yang tidak memberikan ASI eksklusif. ASI secara drastis mengurangi kematian akibat infeksi saluran pernapasan akut dan diare, yang merupakan masalah utama penyebab kematian bayi (UNICEF, 2011).
ASI eksklusif dianjurkan pada beberapa bulan pertama kehidupan karena ASI tidak terkontaminasi dan mengandung banyak gizi yang diperlukan anak pada umur tersebut. ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan membunuh kuman dalam jumlah
tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi (Kementerian Kesehatan, 2014).
Menurut Wulandari dan Handayani (2011) ASI merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Produksi ASI yang tidak lancar merupakan salah satu kendala utama yang sering dialami seorang ibu dalam pemberian ASI ekslusif. Hal ini akan menjadi faktor penyebab rendahnya cakupan pemberian ASI ekslusif kepada bayi baru lahir.
Berdasarkan laporan United Nation Children Funds (UNICEF) tahun 2011 dalam World Breastfeeding Week sebanyak 136.700.000 bayi dilahirkan diseluruh dunia dan hanya 30,6% dari mereka yang mendapat ASI ekslusif pada usia 0 sampai 6 bulan pertama. ASI sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi, namun belum terlaksana sepenuhnya, di dunia diperkirakan 85% ibu-ibu tidak memberikan ASI Ekslusif secara optimal. Pada tahun 2013 cakupan ASI Eksklusif di negara India sudah mencapai 46%, diikuti negara Filipina 34%, di negara Vietnam 27% dan di negara Myanmar 24% (UNICEF, 2013).
Berdasarkan laporan (UNICEF, 2018) Infant Mortality Rate (IMR) di Indonesia yaitu 18 per 1000 kelahiran hidup dan angka Under Five Mortality Rate (UFMR) yaitu 39 per 1000 kelahiran hidup. Sustainable Development Goals dalam The 2030 Agenda For Sustainable Development menargetkan pada tahun 2030 dapat mengurangi angka Infant Mortality Rate (IFR) 12 per 1.000 kelahiran hidup dan angka Under Five Mortality Rate (UFMR) 25 per 1.000 kelahiran hidup. Hal tersebut dapat dicapai salah satunya dengan pemberian ASI eksklusif dilaksanakan dengan baik (Kementerian Kesehatan, 2015).
Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi, (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan sebaiknya anak hanya diberikan ASI selama paling sedikit 6 bulan. UNICEF Indonesia menyebutkan bahwa dari 5 juta anak yang lahir setiap tahun di Indonesia, lebih dari 50% tidak mendapatkan ASI secara optimal pada tahun-tahun pertama kehidupannya (UNICEF, 2016). Hal ini menunjukkan bahwa ibu di Indonesia masih jarang yang melaksanakan ASI eksklusif.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS, 2013) presentase cakupan ASI eksklusif di Indonesia sebesar 54,3%, dimana persentase tertinggi di Provinsi NTB 79,7% dan terendah di provinsi Maluku 25,2%. Sementara target cakupan ASI secara Nasional di tahun 2013 sebesar 75%.
Persentase anak berumur dibawah 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif meningkat dalam lima tahun terakhir, dari 42% pada Survei Demografi dan Kesehatan 2012 (SDKI) menjadi 52% pada SDKI 2017. Namun presentase anak yang tidak mendapat ASI naik dari 8 persen SDKI 2012 menjadi 12% SDKI 2017.
Hampir 60% anak berumur dibawah 6 bulan mendapatkan ASI predominan (menerima ASI, air atau cairan selain ASI) dan 37 persen anak dibawah 2 tahun menggunakan botol dot (SDKI 2017).
Berdasarkan Profil Anak Indonesia (2018) provinsi dengan persentase tertinggi bayi yang diberi ASI eksklusif adalah Jawa Tengah sebesar 68,18%
sedangkan provinsi dengan persentase terendah bayi yang diberi ASI eksklusif adalah Gorontalo sebesar 24,96%.
Berdasarkan Profil Kesehatan Sumatera Utara (2017) cakupan presentase bayi yang diberi ASI eksklusif tahun 2016 terjadi penurunan yang tajam dibanding
tahun 2015 dan tidak mencapai target nasional yaitu ≤ 40% sebesar 28,5%.
Kabupaten/kota dengan pencapaian ≥40% untuk Kabupaten yaitu Labuhan Batu Utara 4.069 bayi (97,90%), Samosir 659 bayi (94,8%), Humbang Hasundutan 1.796 bayi (84,0%), Simalungun 5.411 bayi (60,6%), Dairi 1.576 bayi (55,7%), PakPak Bharat 261 bayi (50,5%), Deli Serdang 10.355 bayi (47,1%), Asahan 3.317 bayi (43,6%), Labuhan Batu 2.256 bayi (40,9%) dan untuk Kota yaitu Gunung Sitoli 1.159 bayi (84,5%), Sibolga 360 bayi (46,7%). Sedangkan daerah dengan pencapaian <10 persen yaitu Kota Medan 1. 589 bayi (6,7%), Tebing Tinggi 119 bayi (7,4%).
Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Medan tahun (2016) cakupan pemberian ASI eksklusif tertinggi di Kecamatan Medan Perjuangan (Puskesmas Sentosa Baru) 20 bayi dengan persentase (76,9%) sedangkan yang terendah di Kecamatan Medan Tembung (Puskesmas Sering) sebesar 58 bayi (5,7%).
Dari hasil survei pendahuluan yang dilakukan, diperoleh data dari Puskesmas Sering tahun 2018 hanya 51 bayi (12,75%) yang diberi ASI eksklusif dari 400 jumlah bayi. Sementara target Nasional cakupan ASI eksklusif di tahun 2018 sebesar 80%.
Adapun informasi yang diperoleh dari 5 orang ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif mengatakan alasan tidak diberi ASI eksklusif karena ASI kurang (anak pertama ada yang ASI eksklusif namun ASI setelah anak kedua ibu merasa ASI kurang sehingga memberi makanan tambahan), Ibu yang bekerja mengatakan tidak sempat memberi ASI pada bayi. Kurangnya mengetahui tentang ASI eksklusif, mengikuti kebiasaan yang memberikan madu, air putih, bubur dan
pisang. ASI tidak keluar setelah 30 menit bayi lahir sehingga penolong persalinan menyarankan memberikan susu formula pada bayi.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitan dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2019”. Cakupan ASI eksklusif memengaruhi angka kematian bayi sehingga perlu diketahui faktor penyebab rendahnya cakupan ASI dengan tujuan menurunkan angka kasakitan dan kematian bayi.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian belum diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sering Kecamatan Tembung Tahun 2019.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum. Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2019.
Tujuan khusus. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui distribusi responden ibu berdasarkan faktor internal ibu (umur,
pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, dan paritas/jumlah anak).
2. Mengetahui distribusi reponden ibu berdasarkan faktor eksternal ibu (tradisi/kebiasaan dan penolong persalinan).
3. Mengetahui hubungan internal ibu dengan pemberian ASI eksklusif 4. Mengetahui hubungan eksternal ibu dengan pemberian ASI eksklusif.
Manfaat Penelitian
1. Sebagai informasi kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan cakupan pemberian ASI eklsusif.
2. Sebagai masukan dan sumber informasi bagi pihak Puskesmas Sering mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya pemberian ASI eksklusif sehingga dapat meningkatkan pelayanan.
3. Sebagai masukan bagi peneliti lain dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian lain khususnya yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif.
4. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang ASI eksklusif dan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
7
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim selama 6 bulan (Maryunani, 2018).
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 pada ayat 2 diterangkan “Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambah dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain”.
Komposisi ASI
ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan dalam 6 bulan pertama kehidupan. Karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan air merupakan kandungan ASI. Selain itu, ASI juga mengandung bioaktif faktor yang dapat mencegah infeksi dan membantu pencernaan dan penyerapan zat gizi (WHO, 2010).
Karbohidrat. Laktosa merupakan jenis karbohidrat utama dalam ASI. 100 ml ASI mengandung 7 gr laktosa yang kadarnya paling tinggi dibandingkan susu mamalia lainnya. Karbohidrat dalam ASI selain berperan penting sebagai sumber energi juga dapat mencegah infeksi lewat peningkatan pertumbuhan bakteri baik usus, laktobasilus bifidus dan menghambat bakteri berbahaya dengan cara fermentasi laktosa menjadi asam laktat sehingga menyebabkan suasana lambung menjadi asam dan menghambat pertumbuhan bakteri berbahaya (Maryunani, 2018).
Lemak. Lemak ASI merupakan lemak yang tepat untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi karena mengandung jumlah lemak yang sehat dan tepat secara proposional. Enzim lipase menyebabkan lemak pada ASI mudah dicerna dan diserap oleh bayi. Lemak utama ASI merupakan lemak ikatan panjang yang mengandung omega-3, omega-6, DHA, dan AHA penting untuk pertumbuhan syaraf dan perkembangan otak. Lemak pada ASI juga mengandung kolesterol yang berguna untuk pertumbuhan otak bayi. Pada saat pertumbuhan otak yang cepat diperlukan kadar kolestrol yang tinggi. Kolesterol pada ASI berfungsi dalam pembentukan enzim untuk metabolisme kolesterol yang berfungsi untuk membentuk enzim sehingga dapat mencegah risiko penyakit jantung di usia muda (Maryunani, 2018).
Protein. ASI memiliki kandungan protein yang berbeda dari susu mamalia lainnya, baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Asam amino merupakan kandungan ASI yang cocok untuk bayi. Dalam 100 ml ASI terdapat 0,9 gr protein, jumlah ini lebih sedikit dibandingkan protein pada mamalia lainnya. Kelebihan protein dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal bayi ( WHO, 2009).
ASI mengandung protein Whey dan Casein. Whey adalah protein yang halus, lembut dan mudah dicerna sedangkan casein adalah protein yang bentuknya kasar, mengumpal dan susah dicerna. Perbandingan antara whey dan casein dalam ASI adalah 65:35 sedangkan pada susu sapi 20:80. Protein yang dimiliki ASI yang tidak terdapat dalam susu sapi adalah lysosom, lactoferin, dan taurin. lysosom merupakan antibiotik alami dalam ASI yang dapat menghancurkan bakteri berbahaya. Lactoferin berfungsi menghambat perkembangan jamur kandida dan
bakteri stafilokokus yang merugikan kesehatan bayi. Taurin diperlukan untuk perkembangan otak dan susunan saraf (Maryunani, 2018).
Vitamin. ASI mengandung berbagai vitamin yang diperlukan bayi.
Diantaranya vitamin D, E, dan K. Vitamin E terdapat pada kolostrum untuk ketahanan sel darah merah, vitamin K diperlukan sebagai katalisator dalam proses pembekuan darah dan terdapat dalam ASI dalam jumlah yang cukup serta mudah diserap (Astutik, 2017).
Mineral. Mineral dalam ASI memliki kualitas yang lebih baik dan lebih mudah diserap dibandingkan mineral yang terdapat dalam susu sapi. Selenium merupakan mineral yang cukup tinggi terdapat dalam ASI dibandingkan di susu formula dan susu sapi berfungsi untuk pertumbuhan bayi. Bayi yang mendapat ASI eksklusif berisko sangat kecil untuk kekuragan zat besi, walaupun kadar zat besi dalam ASI rendah. Hal ini dikarenkan zat besi yang terdapat dalam ASI lebih mudah diserap dibandingkan yang terdapat dalam susu sapi (Hendarto dan Pringgadini, 2008).
Faktor pelindung dalam ASI. Sel darah putih dan immunoglobulin merupakan faktor pelindung dalam ASI. Sel darah putih berguna untuk membentuk antibodi dan kekebalan tubuh bayi yang protektif dalam jumlah cukup banyak. Sel ini secara berangsur-angsur berkurang setelah bayi memiliki sistem kekebalan bayi yang cukup. Selain itu, sel-sel ini juga mampu menyalurkan dan menyimpan zat-zat yang penting seperti enzim, faktor pertumbuhan, dan immunoglobulin. Protein yang beredar dan bertugas memerangi infeksi yang masuk dalam tubuh bayi merupakan fungsi dari immunogloblin. Saat antibodi dari
ibu turun, antibodi dari ASI akan meneruskan tugas melindungi bayi sampai sistem antibodi bayi matang. (WHO, 2010).
Stadium Laktasi
Stadium laktasi menurut Maryunani (2018) adalah sebagai berikut :
Kolostrum. Kolostrum merupakan cairan khusus yang disekresikan pada hari pertama sampai hari ketiga kelahiran bayi. Cairan encer dan berwarna kekuning-kuningan banyak mengandung protein dan antibodi (kekebalan tubuh).
Kolostrum mengandung sel hidup yang menyerupai “sel darah putih” yang dapat membunuh kuman penyakit. Kolostrum merupakan pencahar ideal yang berguna untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi. Kandungan gizi antara lain protein 8,5%, lemak 2,5%, karbohidrat 3,5%, garam dan mineral 0,4% serta air 85,1%. Kolostrum lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI yang matang. Kolostrum mengandung 10-17 kali lebih banyak dibandingkan ASI yang matang. Kolostrum memiliki energi yang lebih rendah dibandingkan ASI biasa dengan volume 150-300 ml/24 jam.
ASI transisi. ASI peralihan merupakan ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI matang. Pada tahap ini, kadar protein semakin rendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak semakin tinggi. Pada masa ini, volume ASI semakin meningkat.
ASI matang (mature). ASI mature disekresikan pada hari kesepuluh dan seterusnya. Pada tahapan ini, volume ASI mulai normal yaitu 300-800 ml/ 24 jam.
ASI merupakan makanan terbaik bayi sampai bayi berumur 6 bulan.
Manfaat ASI
Manfaat ASI bagi bayi. Menurut Roesli (2012) manfaat ASI bagi bayi sebagai berikut:
ASI sebagai nutrisi. Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI
sebagai makanan tunggal yang cukup memenuhi kebutuhan bayi normal sampai usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan, bayi mulai diberi makanan padat tambahan, tetapi ASI masih dapat diteruskan sampai dua tahun.
ASI meningkatkan daya tahan tubuh. Bagi yang mendapatkan ASI
esklusif akan lebih sehat dan lebih jarang sakit karena ASI mengandung berbagai zat kekebalan.
ASI meningkatkan kecerdasan. ASI dilengkapi dengan zat-zat gizi yang
berguna untuk pertumbuhan otak dan tidak didapatkan pada susu formula, yaitu taurin, laktosa dan asam lemak ikatan panjang. Selain itu, ASI juga mengandung 400 zat gizi yang tidak ada dalam susu formula. ASI merupakan susu terbaik untuk pertumbuhan otak anak. Sebuah studi pada bayi prematur di Inggris menunjukkan bahwa bayi premature yang diberikan ASI memiliki Intelectual Quetion (IQ) lebih tinggi 8,3 poin dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI (Sears, Wiliam & Martha, 2007).
Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang (bonding). Perasaan
telindungi dan disayangi pada saat bayi disusui menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spritual yang baik.
Manfaat kesehatan lainnya. Menurut (Sears dkk, 2007) pemberian ASI memberikan manfaat untuk stimulasi penglihatan yang baik, pencegahan infeksi
telinga, memiliki barisan gigi yang kuat, jantung menjadi sehat, meningkatkan kekebalan tubuh dan memiliki pertumbuhan yang lebih sehat.
Manfaat bagi ibu. Menurut Maryunani (2018) manfaat bagi ibu sebagai berikut :
Mengurangi pendarahan saat melahirkan. Pada ibu menyusui, terjadi
peningkatan hormon oksitosin yang berguna untuk menutup pembuluh darah, sehingga pendarahan akan cepat berhenti. Sebagaian besar kematian post natal pada ibu terjadi karena pendarahan. Oleh karena itu, menyusui dapat menurunkan angka kematian ibu yag melahirkan.
ASI eksklusif adalah diet alami bagi ibu. Tubuh mengubah lemak yang
tertimbun selama hamil menjadi energi. Saat menyusui dibutuhkan energi yang cukup. Dengan demikian berat badan ibu menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan sebelum hamil.
Mengurangi risiko terjadinya anemia. Aktivitas menyusui menyebabkan
kontraksi pada otot polos yang menyebabkan uterus mengecil dan kembali ke bentuk normal. Gerakan mengecilnya uterus akan mengurangi risiko pendarahan.
Pendarahan yang berlangsung dalam tenggang waktu lama merupakan salah satu penyebab anemia.
Mengurangi risiko kanker. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
menyusui akan mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara. Pada saat menyusui, hormon estrogen mengalami penurunan. Sementara tanpa aktivitas menyusui, kadar hormon estrogen tetap tinggi sehingga memicu kanker payudara karena tidak adanya keseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron.
Menurut Roesli (2000) angka kejadian kanker akan berkurang 25 persen jika
memberikan ASI eksklusif dan memberikan sampai umur 2 tahun. Menyusui juga dapat melindungi ibu dari risiko kanker indung telur sebesar 20-25 persen.
Lebih ekonomis. Memberikan ASI berarti menghemat pengeluaran untuk
susu formula, perlengkapan menyusui dan persiapan pembuatan susu formula yang membutuhkan dana.
Manfaat bagi negara. Menurut Wiji (2018) pemberian ASI eksklusif akan menghemat pengeluaran Negara karena hal-hal berikut ini :
1. Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui, serta biaya menyiapkan susu.
2. Penghematan biaya rumah sakit terutama sakit diare dan penyakit saluran pernapasan.
3. Penghematan obat-obatan, tenaga dan sarana kesehatan.
4. Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk membangun negara.
5. Langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari kemungkinan terjadinya generasi yang hilang khususnya bagi Indonesia.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI
Makanan. Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar Wiji (2018). Ibu yang menyusui dianjurkan makan dalam porsi yang lebih banyak dari biasanya karena ibu membutuhkan kalori tambahan sekitar 300-500 kalori per hari untuk memproduksi ASI. Ibu juga dianjurkan untuk tidak mengkonsumsimakanan yang berlemak dan mengandung gula serta minuman bersoda (Sears dkk, 2007).
Kondisi psikologis ibu. Menurut Roesli (2008) Faktor kejiwaan sangat berpengaruh terhadap produksi ASI. Perasaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai macam emosional dapat menyebabkan kegagalan dalam menyusui bayinya. Keadaan ini memengaruhi pengeluaran hormon prolaktin dan oksitosin.
Pengaruh persalinan dan klinik persalinan. Menurut Siregar (2004) banyak rumah sakit atau klinik bersalin lebih menitikberatkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik dan menyampingkan masalah pemberian ASI. Susu formula merupakan makanan pertama yang seringkali diberikan, hal ini mempengaruhi presepsi ibu bahwa susu sapi lebik baik dari ASI.
Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan (Sumarah &
Wiyati, 2009).
Penggunaan alat kontrasepsi. Menurut Wiji (2018) Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui perlu diperhatikan agar tidak mengurangi produksi ASI. Menurut Siregar (2004) kontrasepsi pil mengandung hormon estrogen yang dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produk ASI secara keseluruhan sehingga kontrasepsi pil tidak dianjurkan untuk ibu yang melakukan program ASI eksklusif. Kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD dan Spiral merupakan kontrasepsi yang dianjurkan. AKDR merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu hormon yang dapat merangsang produk ASI (Sumarah & Wiyati, 2009).
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI
Faktor internal ibu. Beberapa faktor pemberian ASI dari internal ibu :
Pendidikan ibu. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan berdampak pada peningkatan wawasan atau pengetahuan seseorang, umumnya semakin tinggi pendidikan maka semakin mudah menerima informasi sehingga pengetahuan yang didapat semakin banyak. Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan alasan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut (Notoatmodjo, 2014). Bagi sebagian ibu, menyusi merupakan tindakan yang alamiah dan naluriah. Oleh karena itu, mereka beranggapan bahwa menyusui tidak perlu dipelajari. Namun, kebanyakan ibu kurang menyadari pentingnya ASI sebagai makanan utama bayi. Mereka hanya mengetahui ASI adalah makanan yang diperlukan bayi tanpa memperhatikan aspek lainnya (Prasetyono, 2012).
Hasil penelitian Zakiyah (2012) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara variabel pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif. Begitu juga dengan hasil penelitian Siallangan, Y., dkk (2013) ada hubungan tingkat pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif.
Pekerjaan ibu. Pekerjaan merupakan kegiatan yang harus dilakukan
terutama untuk menunjang kehidupan diri dan kehidupan keluarganya (Nursalam dan Pariani, 2010). Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila tidak menyusui adalah karena mereka harus bekerja. Wanita selalu bekerja, terutama pada saat usia subur, sehingga selalu menjadi masalah untuk mencari cara merawat
bayi. Bekerja bukan hanya berarti pekerjaan yang dibayar dan dilakukan di kantor, tapi bisa juga bekerja di ladang, bagi masyarakat pedesaan (King, 2005). Pada Pekan ASI Sedunia (PAS) 2015 diperingati dengan tema “Mari Dukung Menyusui di Tempat Kerja” (Breastfeeding and work, lets make it work), menunjukkan bahwa adanya perhatian Nasional terhadap peran ganda ibu menyusui dan bekerja.
Salah satu kebijakan dan Starategi Kementerian Kesehatan RI tentang peningkatan pemberian ASI (PP-ASI) pekerja wanita adalah memberikan kesempatan bagi ibu bekerja untuk menyusui anaknya selama waktu kerja dan atau menyediakan tempat untuk memerah ASI berupa ruangan ASI di tempat kerja. Dengan demikian, hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sampai 6 bulan dapat diwujudkan dan produktiftas pekerja perempuan dapat meningkat (Kementerian Kesehatan, 2015).
Hasil penelitian Lumbantoruan (2016) menyatakan bahwa ada hubungan antara variabel pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif. Begitu juga dengan hasil penelitian Okawary (2015) ada hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif.
Usia ibu. Berdasarkan Wawan dan dewi (2010) Usia yaitu umur individu
yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekutan seseorang akan lebih matang dalam berpikir.
Sebagian besar ibu yang memberikan ASI Eksklusif umur 20-30 tahun dimana pada umur tersebut merupakan masa reproduksi sehat sehingga ibu mampu memecahkan masalah secara emosional, terutama dalam menghadapi kehamilan, persalinan, nifas dan merawat bayinya sendiri. Perilaku seorang baik postif maupun negatif akan dipengaruhi oleh umur dan umur termasuk dalam faktor
prediposisi, dimana semakin matang umur seorang maka secara ideal semakin positif perilakunya dalam memberikan ASI eksklusif.
hasil penelitian Lubis (2017) terdapat hubungan usia dengan pemberian ASI eksklusif (p=0,002).
Paritas/jumlah anak. Paritas adalah kelahiran bayi yang mampu bertahan
hidup. Paritas dicapai pada usia kehamilan 20 minggu atau berat janin 500 gram (Varney, 2006).
Hasil penelitian (Afriyani, Santri & Sa’adah, 2016) tentang pengaruh pemberian ASI eksklusif di BPM Maimunah Palembang responden yang memiliki anak lebih dari satu cenderung lebih memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dikarenakan responden telah mempunyai pengalaman dalam pengasuhan anaknya.
Semakin banyak anak yang dilahirkan akan mempengaruhi produktivitas ASI, karena sangat berhubungan dengan status kesehatan ibu dan kelelehan serta asupan gizi. Paritas diperkirakan ada kaitannya dengan pencarian informasi dalam pemberian ASI eksklusif. Hal ini dihubungkan dengan pengaruh pengalaman sendiri maupun orang lain, bahwa pengalaman ibu berpengaruh dalam mengurus anak serta berpengaruh terhadap pengetahuan tentang ASI eksklusif (Roesli, 2002).
Faktor eksternal ibu. Beberapa faktor pemberian ASI dari eksternal ibu : Pengetahuan ibu. Pegetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan suatu domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang, pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek
positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang.
Suatu penelitian mengatakan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan mampu bertahan lama dari pada yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2014). Pengetahuan ibu tentang ASI akan menunjang keberhasilan ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Ibu yang memiliki pengetahuan yang tinggi tentang ASI akan menyusui anaknya secara eksklusif dibandingkan dengan ibu yang mempunyai pengetahuan yang rendah (Pagestika, 2016).
Tingkatan pengetahuan. Pengetahuan merupakan domain kognitif yang
dibagi menjadi enam tingkatan (Notoatmodjo, 2014) :
Tahu (know). Tahu merupakan tingkat yang paling rendah. Dalam tahap ini seseorang mengingat suatu materi yang telah dipelajari. Menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan merupakan tolak ukur bahwa seseorang tahu apa yang telah dipelajari.
Memahami (comprehension). Memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan secara benar. Seseorang yang telah memahami dapat menjelaskan, menyebutkan contoh menyimpulkan, dan meramalkan terhadap suatu objek yang dipelajari.
Aplikasi (aplication). Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari.
Analisis (analysis). Indikator dari analisis adalah seseorang dapat melakukan pembedaan atau pengelompokan dari suatu materi.
Sintesis (syntetis). Sintesis merupakan kemampuan formulasi baru dari formulasi yang ada.
Evaluasi (evaluation). Dalam tahap ini, seseorang mampu melakukan penilaian terhadap materi atau objek. Kriteria penilaian dapat diaambil dari yang sudah ada atau dbuat sendiri.
Tradisi/kebiasaan. Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh,
jus, dan air manis kepada bayi menyusui dalam bulan-bulan pertama merupakan nilai budaya di masyarakat dan umum dilakukan di banyak negara. Kebiasaan ini seringkali dimulai saat bayi berusia sebulan. Riset yang dilakukan di pinggiran kota Lima, Peru menunjukkan bahwa 83% bayi menerima air putih dan teh dalam bulan pertama. Penelitian di masyarakat Zambia, Filipina, Mesir, dan Guatemala melaporkan bahwa lebih dari 60% bayi baru lahir diberi air manis dan/atau teh.
Dari generasi ke generasi diturunkan keyakinan bahwa bayi sebaiknya diberi cairan. Air dipandang sebagai sumber kehidupan, suatu kebutuhan batin maupun fisik sekaligus (LINKAGES, 2002).
Persentase bayi menurut jenis makanan/minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam terakhir, bahwa ibu di Indonesia cenderung memberikan air putih kepada bayinya selain ASI yaitu 29,18% dan bayi yang diberi air lainnya seperti air tajin, madu, teh, dan air gula yaitu 8.30% dan data Susenas menunjukkan bahwa satu diantara dua bayi diberi ASI eksklusif. Persentase bayi yang diberi ASI eksklusif relatif lebih tinggi di perdesaan dibandingkan dengan di perkotaan, yaitu 57,22%
berbanding 54,77% (Profil Anak Indonesia, 2018).
Peran penolong persalinan. Peran penolong persalinan adalah
memberikan pengetahuan dan informasi bahwa pentingnya pemberian ASI eksklusif dimana dapat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan pada masyarakat.
Penolong persalinan di Indonesia terdiri dari dokter, bidan, dan dukun bayi. Dokter
umumnya menolong persalinan di rumah sakit maupun Rumah Sakit bersalin, bidan dapat menolong persalinan di rumah maupun di rumah bersalin, sedangkan dukun bayi umumnya menolong persalinan di rumah. Di saat teknologi tengah berkembang pesat masyarakat di desa maupun pinggiran kota masih mempercayakan proses kelahiran dengan bantuan dukun bayi. Dukun bayi tahu bahwa menyusui segera setelah melahirkan akan membantu menolong mengeluarkan urin dan menghentikan pendarahan (King, 2005).
Disebagian masyarakat dan rumah sakit saran dari petugas kesehatan juga mempengaruhi pemberian cairan selain ASI. Sebagai contoh, penelitian di sebuah kota di Ghana menunjukkan 93% bidan berpendapat cairan harus diberikan kepada semua bayi sejak hari pertama kelahirannya. Di mesir banyak menyarankan para ibu untuk memberikan air manis kepada bayinya segera setelah melahirkan (LINKAGES, 2002). Dokter, perawat, dan petugas kesehatan wanita lainnya bisa juga menjadi seorang ibu. Bila mereka harus menganjurkan dan menolong wanita lain menyusui, mereka sendiri harus bisa melakukan untuk diri mereka sendiri dan memberikan contoh. Di banyak tempat petugas kesehatan yang pertama menggunakan susu botol. Hal ini disebabkan karena persoalan yang dihadapi mereka saat kembali bekerja setelah melahirkan (King, 2005).
Landasan Teori
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010) bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku dipengaruhi atas 3 faktor yaitu :
1. Predisposisi (predisposisi factors)
Faktor yang memberikan motivasi terhadap perilaku. Faktor predisposisi diantaranya pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, niai-nilai dan sebagainya. Faktor ini termasuk pengetahuan, pendidikan, usia, pekerjaan, paritas/
jumlah anak dan tradisi/kebiasaan.
2. Pendukung ( enabling factors)
Faktor yang memungkinkan motivasi atau aspirasi untu direalisasikan.
Faktor ini termaasuk di dalamnya skil personal dan sumber-sumber seperti halnya sumber dari komunitas. Misalnya puskesmas, obat-obatan, sekolah, dan sebagainya.
3. Pendorong ( renforcing factors)
Faktor yang memberikan dukungan untuk perilaku yang dilakukan.
Dukungan yang diberikan dapat berupa dukungan positif maupun negatif tergantung perilaku setiap orang. Misalnya peran tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), dan peran petugas kesehatan. Faktor ini termasuk peran penolong persalinan.
Berdasarkan teori Lawrence Green (1980) faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif adalah pengetahuan ibu, pendidikan, usia, pekerjaan, paritas/jumlah anak, peran penolong perasalinan dan tradisi/kebiasaan.
Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka teori Lawrence Green 1980
Kerangka Konsep
Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dibentuk kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
Variabel bebas (Independen) Variabel terikat (Dependen)
Gambar 2. Kerangka konsep Faktor
Predisposisi : 1. Pengetahuan 2. Sikap
3. Kepercayaan 3. Keyakinan 4. Nilai-nilai Faktor Pemungkin :
1. Puskesmas 2. Obat-obatan 3. Sekolah Faktor Penguat : 1. Tokoh Masyarakat 2. Tokoh Agama 3. Petugas kesehatan
Pemberian ASI Eksklusif
Faktor internal 1. Usia 2. Pekerjaan 3. Pendidikan
4. Paritas/jumlah anak Faktor eksternal
1. Pengetahun 2. Tradisi/kebiasaan
3. Peran penolong persalinan
Pemberian ASI eksklusif
Hipotesis Penelitian
Ada hubungan faktor internal ibu (usia, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, dan paritas/ jumlah anak) dengan pemberian ASI Eksklusif. Ada hubungan faktor eksternal ibu (peran penolong persalinan, dan tradisi/kebiasaan) dengan pemberian ASI eksklusif.
24
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan desain cross sectional dimana pengukuran atau pengamatan terhadap subjek penelitian dilakukan dengan sekali pengamatan (Ghazali, M. V., dkk 1995).
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di Puskemas Sering Kecamatan Medan Tembung Kota Medan dengan pertimbangan bahwa data yang dibutuhkan dalam penelitian ini tersedia dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya pemberian ASI eksklusif tahun 2019.
Waktu penelitian. Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2019 sampai Januari 2020.
Populasi dan Sampel
Populasi. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi usia 7-12 bulan berjumlah 500 ibu yang tercatat di wilayah kerja Puskesmas Sering tahun 2019.
Sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang mempunyai bayi usia 7- 12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sering tahun 2019.
Besar sampel. Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus dalam buku Lemeshow (Lemeshow et al, 1990).
n = α/2 p (1-P) N (N-1) + 1˗α/2 p (1-p) Keterangan :
n = Besar sampel minimal
= Nilai pada derajat kemaknaan (1,96 dengan cl 95%) p = Proporsi pemberian ASI eksklusif (0,1275) berdasarkan Puskesmas Sering (2018)
N = Besar populasi
d = Limit error (5% = 0,05) n
× (500-1) + 0,1275 × 0,8725 n 213,70
1,68 n = 127,2 ≈ 127
Hasil yang dibutuhkan 127 orang sampel
Hasil perhitungan di atas diperoleh sampel sebanyak 127 orang, kemudian di distribusikan menurut populasi bayi dengan menggunkan rumus sebagai berikut :
Sampel = jumlah bayi setiap kelurahan X Total Sampel Total Populasi bayi
Tabel 1
Pembagian Wilayah Sampel
Desa/Kelurahan Jumlah Bayi Proporsi Sampel
Siderejo 172
44
Siderejo Hilir 150
38
Indra Kasih 178
45
Total 500 127
Teknik pengambilan sampel. Teknik pengambilan sampel pada penelitian
ini menggunakan purposive sampling, didasarkan pada beberapa pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti (Notoatmodjo, 2010) adapun pertimbangan peneliti adalah sebagai berikut:
a. Terdapat 31 posyandu di wilayah kerja puskesmas ini sehingga ingin memproporsikan besar sampel sesuai dengan jumlah posyandu, tetapi sampel yang datang ke posyandu tidak memenuhi pengambilan responden sehingga dilakukan wawancara rumah ke rumah.
b. Pemilihan sampel harus memerhatikan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan peneliti.
Kriteria inklusi:
a. Bersedia menjadi responden
b. Berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Sering Kriteria eksklusi :
a. Bayi yang dimiliki ibu saat lahir tidak dalam kondisi sehat, yang mengalami kesulitan menghisap kelainan pada rongga mulut, dan prematur.
b. Ibu yang mengalami penyakit parah yang menghalangi merawat bayi (memberikan ASI eksklsuif).
Variabel dan Definisi Operasional
Variabel bebas (variabel independen). Dalam penelitian ini meliputi pengetahuan ibu, umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, penolong persalinan dan tradisi/kebiasaan yang diuraikan sebagi berikut :
Pengetahuan ibu. Pemahaman atau segala sesuatu yang diketahui ibu
tentang ASI Eksklusif baik definisi, manfaat, komposisi, produksi ASI, cara pemberian ASI, dan cara penyimpanan ASI.
Usia ibu. Umur ibu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang
tahun (Wawan dan Dewi, 2010) pada saat penelitian yang dinyatakan dalam tahun menurut pengakuan ibu.
Dengan kategori usia:
1. < 20 tahun 2. 20-35 tahun 3. > 35 tahun
Pendidikan ibu. Tingkat pendidikan formal terakhir yang diikuti ibu
menurut pengakuan ibu, 1. SD
2. SMP/SLTP 3. SMA/SLTA/SMK
4. Akademi/Perguruan Tinggi
Dengan Kategori :
1. Tinggi : Jika pendidikan responden adalah SMA/SLTA/SMK dan Akademi/PT
2. Rendah : Jika pendidikan responden SD dan SMP/SLTP.
Pekerjaan ibu. Kegiatan utama dan rutin yang dilakukan sehari-hari
menurut pengakuan ibu, yaitu : 1. Ibu rumaah tangga 2. Wiraswasta/pedagang 3. Buruh
4. Pegawai swasta 5. PNS/TNI/POLRI Dengan Kategori :
1. Bekerja : Jika responden memiliki pekerjaan PNS/
TNI/POLRI, Pegawai Swasta, Wiraswasta/Pedagang
2. Tidak bekerja : Jika responden tidak memiliki pekerjaan Ibu Rumah Tangga
Paritas/jumlah anak. Banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh
seorang perempuan (BKKBN, 2006). Menurut Varney (2006) istilah paritas dibagi menjadi tiga macam, antara lain :
1. Primiparitas adalah kelahiran bayi hidup untuk pertama kali dari seorang wanita.
2. Multiparitas atau pleuriparitas adalah kelahiran bayi hidup dua kali atau lebih dari seorang wanita.
3. Grande-multiparitas adalah kelahiran 5 orang anak atau lebih dari seorang wanita.
Dengan kategori : 1. < 3 anak 2. ≥ 3 anak
Peran penolong persalinan. Penolong ibu pada saat melahirkan baik di
rumah maupun di Rumah Sakit Bersalin yang memberikan pengetahuan dan informasi bahwa pentingnya pemberian ASI eksklusif.
1. Dokter dan bidan Dengan kategori :
ya tidak
Tradisi/kebiasaan. Adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang)
yang masih dijalankan oleh masyarakat, penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan paling baik dan benar (KBBI, 2019).
Dengan kategori : 1. Ada 2. Tidak ada
Variabel terikat (dependen). Variabel terikatnya yaitu :
Pemberian ASI eksklusif. Memberikan ASI saja selama 6 bulan tanpa
memberikan makanan atau minuman lain kecuali vitamin, mineral, dan suplemen obat yang diizinkan (INFODATIN, 2014).
Tidak ASI eksklusif : Jika responden tidak memberikan ASI eksklusif.
Eksklusif : Jika responden memberikan ASI eksklusif.
Metode Pengumpulan Data
Data primer. Merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara yaitu ibu yang mempunyai bayi umur 7-12 bulan.
Data sekunder. Merupakan data yang diperoleh berdasarkan data atau laporan cakupan ASI eksklusif tahun 2019.
Metode Pengukuran
Metode pengukuran variabel bebas (independen). Penelitian ini meliputi pengetahuan ibu, penolong persalinan dan tradisi/kebiasaan.
Pengetahuan. Tingkat pengetahuan diajukan 15 pertanyaaan dengan
pilihan jawaban “Benar” dan “Salah“ apabila responden menjawab benar nilainya 1, jika salah nilainya 0 maka skor tertinggi 15 dan skor terendah 0 dengan skala ordinal (Arikunto, 2010).
Baik : Jika jawaban benar 76 % - 100% (11-15) Cukup : Jika jawaban benar 56-75% (8-10) Kurang : Jika jawaban benar <=55% (1-7)
Peran penolong persalinan. Untuk mengukur penolong persalinan pada
ibu dengan mengajukan 3 pertanyaan dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak”
apabila responden menjawab ya nilainya 1, jika tidak nilainya 0 maka nilai tertinggi 1 dan terendah 0 dengan skala ordinal.
Baik : jika penolong persalinan menganjurkan ≥75% (2-3) Kurang : jika penolong persalinan tidak menganjurkan <75% (0-1)
Tradisi/kebiasaan. Untuk mengukur tradisi/kebiasaan ibu memberikan ASI ekslusif pada bayi dengan mengajukan 4 pertanyaan dengan pilihan jawaban
“ada” dan “tidak ada” apabila responden menjawab ada diberi nilainya 0, jika
tidak ada diberi nilainya 1 maka nilai tertinggi 1 dan terendah 0 dengan skala ordinal.
Baik : Jika jumlah nilai ≥75% (2-3) Kurang : Jika jumah nilai <75% ( 0-1)
Metode pengukuran variabel terikat (dependen). Penelitian ini adalah pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan yang didasarkan pada skala nominal.
Dikategorikan menjadi :
0. ASI eksklusif : Jika responden memberikan ASI selama 6 bulan tanpa makanan/minuman lainnya.
1. Tidak ASI eksklusif : Jika responden memberikan ASI selama 6 bulan dengan tambahan makanan/minuman lainnya.
Tabel 2
Skala Pengukuran Variabel Dependen Variabel Jumlah Kategori
Jawaban
Kriteria Skala Ukur Pemberian
ASI Eksklusif
1
a. Ya b. Tidak
0. Eksklusif
1. Tidak eksklusif Nominal
Metode Analisis Data
Data dianalisis dengan menggunakan analisis Univariat dan Bivariat.
Analisis univariat. Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik distribusi dan frekuensi variabel yang diteliti meliputi : pengetahuan, umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, penolong persalinan dan tradisi/kebiasan.
Analisis bivariat. Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel yang meliputi hubungan antara variabel independen (pengetahuan,
umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, penolong persalinan, dan tradisi/kebiasaan) dengan variabel dependen (pemberian ASI eksklusif). Menggunakan uji chi- square pada tingkat kepercayaan 95% dan disajikan dalam bentuk diagram bar.
Pengukuran rasio prevalens dengan menggunakan rumus : RP= A/(A+B) : C/(C+D)
Keterangan :
A/(A+B) = Proporsi (prevalens) ibu yang memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa makanan/minuman
C/(C+D) = Proporsi (prevalens) ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan.
33
Hasil Penelitian
Deskripsi Lokasi Penelitian
Letak dan geografis. Puskesmas Sering merupakan salah satu puskesmas yang berada di Kota Medan, terletak di jalan Sering no.20 Kelurahan Siderejo Kecamatan Medan Tembung. Puskesmas Sering di pimpin oleh dr. Refriani.
Secara geografis Puskesmas Sering berbatasan dengan : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Cemara 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Perjuangan 3. Sebelah Timur berbatsan dengan Sei Kera
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Willem Iskandar.
Luas wilayah kerja Puskesmas Sering kurang lebih 384 Ha, terdiri dari 3 (tiga) Kelurahan yaitu :
1. Kelurahan Sidorejo : 153 Ha 2. Kelurahan Indra Kasih : 117 Ha 3. Kelurahan Sidorejo Hilir : 114 Ha
Demografi. Puskesmas Sering terdiri 3 kelurahan dengan jumlah lingkungan 47 lingkungan. Terdiri dari 13.019 KK dengan jumlah penduduk 67.623 jiwa dimana laki-laki 24.152 jiwa dan perempuan 43.471 jiwa.
Visi, misi, motto dan tata nilai puskesmas
Visi. “Menjadikan Pusat Pelayanan Kesehatan yang Profesional, Berkualitas Menuju Masyarakat Mandiri Tahun 2021”.
Misi. Misi Puskesmas Sering sebagai berikut :
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat
2. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional dan berkomitmen tinggi
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana puskesmas 4. Membangun sistem informasi dan manajemen puskesmas
5. Meningkatkan peran serta masyarakat.
Motto. Motto dari Puskesmas Sering adalah “Masyarakat Sehat,
Kebanggan Kami”.
Tata nilai puskesmas. Tata nilai dari Puskesmas Sering “MANTAP”
M Kerjasama A Ikhlas T Tanggab A Integritas P Profesional
Jumlah posyandu. Wilayah kerja Puskesmas Sering mempunyai 31 jumlah posyandu yang terdapat di 3 keluarahan. Posyandu yang di Kelurahan Siderejo ada 8 posyandu yaitu Flamboyan 1, Flamboyan 2, Flamboyan 3, Flamboyan 4, Flamboyan 5, Flamboyan 6, Flamboyan 7, Flamboyan 8 dan Flamboyan 9. Kelurahan Siderejo Hilir terdapat 13 posyandu yaitu Anggrek 1, Anggrek 2, Anggrek 3, Anggrek 4, Anggrek 5, Anggrek 6, Anggrek 7, Anggrek 8, Anggrek 9, Anggrek 10, Anggrek 11, Anggrek 12 dan Sweeping. Kelurahan Indra Kasih terdapat 9 posyandu yaitu Dahlia 1, Dahlia 2, Dahlia 3, Dahlia 4, Dahlia 5, Dahlia 6, dahlia 7, Dahlia 8, dan Dahlia 9.
Analisis Univariat
Analisis univariat dinalisis secara deskriptif dan dipakai untuk mengetahui distribusi proporsi dari masing-masing variabel independen faktor internal ibu (usia, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, dan paritas/jumlah anak), faktor eksternal ibu (Peran penolong persalinan dan tradisi/kebiasaan) dan variabel dependen (pemberian ASI eksklusif).
Faktor internal ibu. Data distribusi frekuensi responden berdasarkan faktor internal ibu dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Internal Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2019
Faktor Internal n %
Pendidikan
SD 12 9,4
SMP/SLTP 27 21,3
SMK/SLTA/SMK 50 39,4
Akademi/Perguruan Tinggi
38 29,9
Usia
<20 tahun 1 0,8
20-35 tahun 110 86,6
>35 tahun 16 12,6
Pekerjaan
Ibu rumah tangga 90 70,9
Wiraswasta 13 10,2
Pengawai swasta 19 15,0
PNS/TNI/POLRI 5 3,9
Paritas/ Jumlah Anak
1 33 26,0
2 54 42,5
3 29 22,8
4 6 4,7
5 2 1,6
6 2 1,6
7 1 0,8
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi pendidikan ibu terbanyak adalah ibu dengan pendidikan SMA/SLTA/SMK yaitu sebanyak 5 orang (39,4%) dan yang terendah adalah ibu dengan pendidikan SD yaitu 12 orang (9,4%). Proporsi usia ibu terbanyak adalah ibu dengan usia 20-35 tahun yaitu sebanyak 110 orang (86,6%) dan yang terendah kelompok umur <20 tahun sebanyak 1 orang (0,8%). Proporsi pekerjaan ibu terbanyak adalah ibu yang tidak bekerja (IRT) yaitu sebanyak 90 orang (70,9%) dan yang terendah PNS/TNI/POLRI yaitu 5 orang (3,9%). Sedangkan proporsi paritas/jumlah anak terbanyak yaitu ibu yang memiliki 2 orang anak sebanyak 54 orang (42,5%) dan yang terendah ibu yang memiliki 7 orang anak sebanyak 1 orang (0,8%).
Faktor eksternal ibu. Data distribusi frekuensi faktor eksternal ibu dapat dilihat pada tebel berikut.
Tabel 4
Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Eksternal Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2019
Faktor Internal n %
Pengetahuan Baik Cukup Kurang
27 52 48
21,3 40,9 37,8 Peran Penolong
Persalinan Baik Kurang
95 32
74,8 25,2 Tradisi/Kebiasaan
Baik Kurang
42 85
33,1 66,9
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi proporsi pengetahuan ibu terbanyak adalah ibu dengan pengetahuan cukup yaitu sebanyak 52 orang (40,9%) dan yang terendah adalah ibu dengan pengetahuan baik sebanyak 27 orang (21,3%). Proporsi peran penolong persalinan paling banyak menganjurkan memberikan dalam pemberian ASI ekslusif yaitu 95 orang (74,4%) sedangkan peran penolong persalinan kurang menganjurkan pemberian ASI eksklusif yaitu 32 orang (25,2%). Proporsi ibu berdasarkan tradisi/kebiasaan dalam pemberian ASI eksklusif terbanyak ibu yang memiliki tradisi/kebiasaan kurang dalam pemberian ASI eksklusif sebesar 85 orang (66,9%). Dan ibu dengan kategori tradisi/kebiasaan baik sebanyak 42 orang (33,1%).
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktror Tradisi/Kebiasaan Ibu Memberikan Makanan Tambahan pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2019
Tradisi/Kebiasaan n %
Tidak ada 69 54,3
Ada 58 45,7
Biskuit 1 0,8
Bubur nasi 31 24,4
Bubur roti 2 1,6
Pisang 8 6,3
Pisang, biskuit 4 3,1
Pisang, bubur nasi 10 7,9
Pisang, SUN 2 1,6
Total 127 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi ibu yang tidak ada (eksklusif dan tidak ada kebiasaan) adalah sebanyak 69 orang (54,3%). Sedangkan ibu yang memberi makanan tambahan selain ASI terbanyak yaitu kebiasaan memberi bubur nasi sebanyak 31 orang (24,4%).
Pemberian ASI eksklusif. Data distribusi ibu yang memberi dan tidak memberi ASI eksklusif pada bayi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6
Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Tahun 2019
Pemberian ASI Eksklusif n %
Ya 46 36,2
Tidak 81 63,8
Total 127 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi bayi yang diberi ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sering Tahun 2019 sebanyak 46 orang (36,2%). Sedangkan yang tidak memberikan sebanyak 81orang (63,8%).
Analisis Bivariat
Analisis bivariat dianalisis dengan menggunakan uji chi-square dan dengan cofididence interval 95% dipakai untuk mengetahui hubungan dari masing-masing variabel independen berdasarkan faktor internal ibu( pengetahuan, pendidikan, usia, pekerjaan dan paritas/jumlah anak) dan faktor eksternal ibu (pengetahuan, peran penolong persalinan dan tradisi/kebiasaan) dengan pemberian ASI eksklusif.
Faktor internal ibu. Berikut adalah hubungan antara faktor internal ibu (usia, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan dan paritas/jumlah anak) dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sering Tahun 2019.