NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUKU “TUHAN TIDAK PERLU DI BELA” KARYA K.H ADURRAHMAN WAHID
SKRIPSI
OLEH:
AS’AT NURSALIM MA’AS HAMZAH NPM. 21601011044
UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2020
Abstrak
Hamzah, As’at Nursalim Ma’as. 2020. Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tuhan Tidak Perlu Dibela. Skripsi, program Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Islam Malang. Pembimbing 1: Drs. H. Ahmad Subekti, M.ag. Pembimbing 2: Indhra Musthofa, M. PdI
Kata Kunci: Nilai-nilai, Pendidikan Islam, Buku Tuhan Tidak Perlu Dibela.
Nilai-nilai pendidikan agama Islam terhadap seseorang akan membentuk karakter, tingkah laku dan pola pikir yang sesuai dengan ajaran agama, seiring perkembangan zaman seseorang akan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang bermacam-macam, salah satu fungsi pendidikan adalah pendidikan dapat menjawab persoalan atau permasalahan yang dihadapi seseorang, maka diperlukan solusi terhadap pendidikan yang sesuai dengan perkembangan zaman. Maka dari itu peneliti mengambil nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam buku Tuhan Tidak Perlu Dibela sebagai fokus penelitian.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan jenis kajian pustaka (library research), Sumber Data primer diambil dari buku Tuhan Tidak Perlu Dibela karya Abdurrahman Wahid, Sumber Data sekunder diperoleh dari Al-Qur’an, jurnal di internet, koran dan buku yang berkaitan. Teknik pengumpulan data, pertama pengambilan data primer dari sumber rujukan utama melalui analisis, kedua mencari data sekunder dari ayat Al-qur‟an, jurnal di internet dan buku. Teknik Analisis Data menggunakan metode analisis konten, metode reduksi data, metode interpretasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan Islam dalam buku Tuhan Tidak Perlu Dibela yang berupa makna yang terdapat didalam gagasan dan pemikiran Abdurrahman wahid.
Berdasarkan penelitian dalam buku Tuhan Tidak Perlu Dibela, dalam buku ini terdapat nilai-nilai pendidikan agama Islam, pertama, nilai pendidikan aqidah yang menjelaskan makna tauhid kepada Allah dengan mengenali sifat-sifat keagungan-Nya, kedua, nilai pendidikan ibadah meliputi pendidikan ibadah dengan menegakkan ajaran agama sesuai kapasitasnya, ketiga, nilai pendidikan akhlak dengan mengutamakan keadilan, saling menghargai, menghormati, sabar dan tetap berpedoman pada ajaran agama Islam. Isi dari gagasan-gagasan beliau adalah mengaitkan ajaran agama dengan segala hal yang terdapat dalam kehidupan, namun tetap sesuai dengan tujuan pendidikan agama Islam yaitu untuk mendidik pribadi yang rahmatan lil’alamin, seperti menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai pluralitas sosial dan budaya, termasuk menanggapi persoalan-persoalan kontemporer.
Abstrak
Hamzah, As’at Nursalim Ma’as. 2020. Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tuhan Tidak Perlu Dibela. Skripsi, program Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Islam Malang. Pembimbing 1: Drs. H. Ahmad Subekti, M.ag. Pembimbing 2: Indhra Musthofa, M. PdI
Keywords: Values, Islamic Education, God's Book Does Not Need To Be Defended.
The values of Islamic religious education towards a person will form character, behavior and mindset in accordance with religious teachings, along with the times a person will be faced with various kinds of problems, one of the functions of education is that education can answer the problems or problems faced someone, it is necessary to provide solutions to education in accordance with the times.
Therefore, the researcher took the values of Islamic education contained in the book God Doesn't Need to be Defended as the focus of research.
This study used a descriptive qualitative approach with the type of library research. Primary data sources were taken from Abdurrahman Wahid's book God Doesn't Need to Be Defended, secondary data sources were obtained from the Al-Quran, journals on the internet, newspapers and related books. Data collection techniques, first collecting primary data from primary reference sources through analysis, second looking for secondary data from verses of the Al-qur 'an, journals on the internet and books. Data analysis techniques using content analysis methods, data reduction methods, and interpretation methods.
The purpose of this study is to describe the values of Islamic education in the book God Doesn't Need to be Defended, which are the meanings contained in Abdurrahman Wahid's ideas and thoughts.
Based on research in the book God Does Not Need to Be Defended, in this book there are values of Islamic religious education, first, the value of aqidah education which explains the meaning of tawheed to Allah by recognizing His great qualities, second, the value of worship education includes worship education by upholding religious teachings according to their capacity, third, the value of moral education by prioritizing justice, mutual respect, respect, patience and still guided by the teachings of Islam. The content of his ideas is to link religious teachings with everything in life, but still in accordance with the objectives of Islamic religious education, namely to educate a person who is rahmatan lil'alamin, such as upholding human values, values of social and cultural plurality. , including responding to contemporary problems.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian
Seiring perkembangan zaman permasalahan yang beragam sering bermunculan mengikuti arah perkembangan zaman tersebut, dari permasalahan individual, permasalahan sosial, permasalahan organisasi, politik, ekonomi, permasalahan adat, suku, budaya, bangsa, lingkup negara bahkan lingkup internasional. Hal tersebut dikarenakan laju perkembangan teknologi dan laju perubahan sosial tidak sesuai dengan laju berjalanya pendidikan dalam mengahadapi tantangan zaman yang sudah sangat modern ini, ditambah dengan munculnya ideologi-ideologi modern hasil pemikiran ilmuwan barat dari kalangan non-muslim. Bermacam-macam respon dari umat muslim mengahadapi kenyataan di atas, beberapa respon berupa penolakan bahwa segala hal yang dari barat adalah merusak tatanan Islam, dan sebagian lagi berupa dukungan terhadap perkembangan dan kemajuan teknologi barat dengan mengambil hal-hal baru yang bisa dikaitkan dengan kemajuan pendidikan Islam (Riyadi, 2018: 149).
Yang menarik dari buku ini adalah pemikiran Abdurrahman Wahid dalam menanggapi persoalan-persoalan modern yang berkaitan dengan pendidikan, sosial, budaya, politik, ekonomi dan permasalahan kebangsaan.
Gagasan beliau sangat selektif menanggapi persoalan sesuai
dengan porsinya, tidak menyalahkan sesuatu sebelum mengetahui segala hal tentangnya dan tidak membenarkan sesuatu tanpa mempertimbangkan ajaran agama dan aturan-aturan yang berlaku sehingga gagasan beliau seakan memberikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi di era modern ini. Isi dari buku Tuhan Tidak Perlu Dibela juga mengajak pembaca untuk berpikir secara cerdas dan modern, memperjuangkan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat, menjalankan ajaran Islam, mempertimbangkan penyelasaian masalah dari berbagai sudut pandang dengan tujuan menciptakan kemajuan Islam yang moderat (Keisuke, 2020: 1).
Gagasan Abdurrahman Wahid dalam buku Tuhan Tidak Perlu Dibela mengedepankan ilmu pengetahuan dengan menggali dan menganalisa aspek kehidupan yang didasarkan dengan ajaran-ajaran Islam di Al-Qur’an tanpa merasa terhalang dengan perkembangan zaman karena Al-Qur’an selalu sesuai dengan zaman. Abdurrahman Wahid memberikan contoh sikap dalam menghadapi permasalahan perlu modal ilmu pengetahuan yang baik dengan pendirian yang teguh sehingga tetap menjaga hubungan dengan sesama tanpa terkesan sebagai sikap pasrah dengan keadaan yang terjadi, menurut Abdurrahaman Wahid hal ini bisa tercapai apabila terdapat keinginan menuju adanya perubahan (Wahid, 2017: 106).
Ajakan Abdurrahaman Wahid agar tidak perlu membela Tuhan pada pertengahan tahun 1982 bukanlah asal-asalan sebagaimana yang dituduhkan oleh kebanyakan orang, Bisri Effendi dalam mukadimahnya pada buku “Tuhan Tidak Perlu Dibela” menanggapi ajakan Abdurrahaman Wahid dengan membandingkan pandangan maupun manuver politiknya yang lain. “Menurut Bisri justru ajakan tersebut adalah ekspresi “paling nyata”
pandangan mengenai Islam dan realita kehidupan di masa itu” (Wahid, 2017: 37).
Mukadimah Bisri Effendi dalam buku ini adalah acuan peneliti menggambarkan latar belakang penelitian kajian pustaka yang berjudul Nilai-nilai Pendidikan Islam Pada Buku Tuhan Tidak Perlu Dibela karya Adurrahman Wahid. Sebuah masalah yang timbul karena pengakuan dan keyakinan beberapa orang mukmin bahwa agama adalah ukuran terpenting bagi segala hal. Selain itu karena keyakinan itu kemudian menjadikan agama sebagai nash yang tidak menyediakan ruang berfikir kreatif komprehensif; penafsiran dimungkinkan sejauh tetap dalam kerangka membela Tuhan (Wahid, 2017: 20).
Kehadiran permasalahan kontemporer yang hadir dengan menawarkan gerakan materialistik, dan kebebasan mutlak yang menyerang umat Islam melalui proses pendidikan, sosial, politik, budaya, dengan adanya berita hoax atau dengan cara-cara yang lain, merupakan suatu usaha menggeser keberadaan nilai-nilai Islam, tradisi-tradisi dan hukum-hukum Islam. Gerakan materialistik telah menyerang konsep budaya kita melalui pendidikan era modern yang mengikuti arah kemodernan budaya barat, konsep budaya barat yang materialistik dan menganut paham filsafat positivisme membentuk kemahiran- kemahiran dalam bercakap dan berketerampilan yang diukur secara materialistik dengan tujuan memperoleh gelar dan pengakuan namun tanpa memiliki etika dan moral yang baik, seperti peminggiran pendidikan non-formal dan informal yang memusatkan pendidikan formal dengan alasan sebuah pengakuan atas gelar yang diperoleh sehingga melupakan nilai-nilai moral dalam pendidikan non-formal dan informal. Oleh karena itu para konseptor pendidikan harus pandai-pandai dalam mengimbangi kemodernan pendidikan dengan konsep budaya dan pendidikan yang ada sehingga fungsi kemodernan tidak merusak budaya yang ada namun menambal kekurangan-kekurangan yang terdapat pada budaya dan pendidikan yang telah ada. (Wahid, 2010: 50-51)
Kesalahan terbesar yang menimbulkan semakin pudarnya hakikat kemurnian ajaran Islam adalah kekeliruan dan kurangnya kemampuan memahami ajaran agama yang sebenar-sebenarnya sehingga terjadi kejumudan dan mencemari keindahan peradaban Islam (Mas’udi, 2016: 3). Beragam bentuk formalitas keislaman di negara ini juga merupakan upaya peminggiran adat yang sebenarnya tidak mengganggu ajaran agama sendiri, seperti penggantian udeng dengan sorban dengan gaya masyarakat Arab, peminggiran tembang jawa, perayaan lokal seperti tabut pariaman, seudati aceh, diganti dengan qasidah yang nampak sebagai formalitas pengakuan ciri khas suatu agama.
“Abdurrhaman wahid juga menanyakan mengenai agenda penayangan qasidahan dengan iringan tarian Arab vulgar dengan aransemen musik rendah yang kala itu rutin ditayangkan di salah satu tv nasional dapat menggetarkan hati seseorang akan memahami kebesaran Tuhan? Mengapa bukan lagu Fairuz misal yang berjudul A’thini al-Naya, lagu kalsik Bethofen, Mozart, dan Bach terdapat aransemen musik yang indah dengan berisikan makna yang menggambarkan tentang kebesaran Tuhan dalam syair-syairnya” (Wahid, 2017: 37).
Kenyataan yang bersifat formalisme tersebut pada akhirnya bukan hanya sulit diterima sebagai citra Islam melainkan belum mampu mengena pada perasaan sadar akan keagungan tuhan, melainkan hanya sebuah upaya yang berusaha menunjukan keislaman dengan cara-cara berpikir yang “saklek” kata yang sering disebut oleh orang jawa yang artinya pemikiran yang keras tidak ada toleransi tehadap pemikiran yang lain. Perhatian Abdurrahaman Wahid mengenai agama dalam kehidupan modern adalah agama diturunkan kepada manusia dengan segala hal kandungan aspek kemanusiaan termasuk keberagaman cara dalam kehidupan bersosial dan budaya, perbedaan suku, agama, keyakinan, suku bangsa, ras, ideologi politik dan ekonomi.
Menurut Abdurrahaman Wahid agama disandingkan dengan realita kehidupan yang diperuntukkan oleh manusia di dalam kehidupan, seharusnya perlu diterjemahkan sesuai problematika yang ada pada kehidupan manusia, sesuai dengan asas kemanusian tidak selalu harus mengatasnamakan Tuhan sebagaimana pembelaan terhadap Tuhan.
Pembelaan terhadap Tuhan menunjukan bahwa manusia sepertinya belum menyadari hakikat arah penciptaan agama yang sebenarnya. Ada 4 pemikiran Abdurrahaman Wahid mengenai agama, yang mengarah kepada tujuan pendidikan agama Islam: Pertama agama sebagai arah menuju kehidupan yang lebih baik. Kedua agama sebagai pedoman manusia dalam menjalani kehidupan. Ketiga agama memuliakan manusia dengan memberikan solusi terhadap problem dalam kehidupan, melindungi manusia dan tidak merugikan manusia. Keempat kebenaran agama diarahkan pada tatanan sosial dan tatanan kehidupan lainya (Wahid, 2017: 30).
Abdurrahaman Wahid mengutarakan gagasanya tentang pribumisasi Islam bahwa penerapan ajaran-ajaran Islam sangat perlu mempertimbangkan situasi sosial dengan berharap tidak tercabutnya konteks kelokalanya, yakni kondisi budaya, tradisi, dan yang lainya (Soim, 2018: 69). Umat muslim tidak memandang manusia dari tanah air, ras, suku, budaya, warna kulit, strata sosial. Melainkan memandang sesama umat muslim dengan kacamata akidah, dan memandang masyarakat non-muslim dengan rasa humanisme. Selalu berbuat kebajikan dan berlaku adil terhadap umat manusia tanpa adanya saling mengganggu satu sama lain (Mas’udi, 2016: 76).
Pemikiran-pemikiran Abdurrahaman Wahid dalam berbagai permasalahan pendidikan Islam, permasalahan sosial, politik, budaya, kebangsaan dan demokrasi memang sangat kritis, dengan gemar memberikan lontaran aspirasi terhadap masalah-
masalah yang terjadi. Karena bisa dikatakan beliau adalah seorang intelektual yang mendalami dan berkecimpung dengan berbagai aspek, diantaranya beliau adalah seorang budayawan, pemimpin partai politik dan juga sebagai tokoh agama yang memiliki kapasitas intelektual yang tinggi. Tak jarang gagasan beliau mengenai hal-hal baru sering menjadi kontroversial hal tersebut adalah suatu kemampuan beliau dalam memadukan beberapa peran yang didalami secara bersamaan (Setiawan, 2017).
Persepsi masyarakat muslim yang memperjuangkan agama untuk membela tuhan, mereka mengukur penafsiran agama dengan parameter yang sempit bagi segala sesuatu, keyakinan tersebut menimbulkan aggapan bahwa agama tidak menyediakan ruang yang luas terhadap penafsiran ajaran agama. Anggapan tersebut justru bertentangan dengan statement Abdurrahman Wahid bahwa Tuhan tidak perlu dibela, dengan mengutip
perkataan dari tokoh muslim yaitu Al-Hujwiri bahwa “bila engkau menganggap Allah itu ada karena engkau yang merumuskanya, hakikatnya engkau sudah menjadi kafir”.
Beberapa ahli pendidikan merujuk pada ayat Al-Qur’an yang pertama diturunkan oleh Allah yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5 dari ayat tersebut mereka berpendapat bahwa pendidikan Islam menuntut mempelajari semua ilmu pengetahuan, sebagai sarana untuk memahami parameter-parameter ajaran agama yang kaitanya dengan hubungan manusia dengan sesama makhluk hidup, dan hubungan manusia dengan Allah. (Hasan, 2006: 27)
Dari paparan diatas peneliti tertarik untuk meneliti nilai-nilai pendidikan Islam dalam buku Tuhan Tidak Perlu Dibela ini, dalam buku ini terdapat gagasan Abdurrahman Wahid yang berisi pesan-pesan kaitanya dengan nilai-nilai pendidikan Islam dan poin-poin yang berkaitan dengan masalah pendidikan Islam, antara lain penanaman nilai aqidah, nilai syari’at, dan nilai akhlak bagi seorang muslim, sebagai bekal dalam menghadapi
permasalahan kehidupan yang terjadi seiring perkembangan zaman, tanpa meninggalkan ajaran-ajaran agama, melainkan mendidik seorang muslim yang memahami agama dengan baik namun tetap mampu merengkuh modernitas zaman dalam arti penuh.
Berdasarkan konteks penelitian, skripsi ini akan membahas tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam buku Tuhan Tidak Perlu Dibela, dengan judul “Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Buku Tuhan Tidak Perlu Dibela” karya Abdurrahaman Wahid B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian konteks penelitian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana nilai pendidikan Aqidah dalam buku Tuhan Tidak Perlu Dibela?
2. Bagaimana nilai pendidikan Syari’at dalam buku Tuhan Tidak Perlu Dibela?
3. Bagaimana nilai pendidikan Akhlak dalam buu Tuhan Tidak Perlu Dibela?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui nilai pendidikan Aqidah dalam buku Tuhan Tidak Perlu Dibela karya Abdurrahaman Wahid
2. Mengetahui nilai pendidikan Ibadah dalam buku Tuhan Tidak Perlu Dibela karya Abdurrahaman Wahid
3. Mengetahui nilai pendidikan Ibadah dalam buku Tuhan Tidak Perlu Dibela karya Abdurrahaman Wahid
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Memberikan gambaran terhadap nilai-nilai pendidikan Islam dalam buku Tuhan Tidak Perlu Dibela, sekaligus terdapat kajian yang sedikit menjelaskan nilai-nilai pendidikan Islam dalam buku ini sehingga dapat bermanfaat khususnya bagi sesama pelajar dan umumnya bagi pembaca penelitian ini.
2. Penelitian ini kiranya dapat memberikan sumbangsih kepada Universitas Islam Malang dalam upaya mengembangkan ilmu pengetahuan sehingga membuka pandangan yang lebih luas terhadap pemahaman Islam.
D. Metode kajian 1. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif sebagai langkah-langkah penelitian yang berupa data tertulis. Maka dari itu, laporan penelitian yang disajikan akan berbentuk kutipan-kutipan data sebagai gambaran penyajian laporan tersebut.
Library Research adalah kajian pustaka yang menggabungkan dan menghimpun
data-data dari berbagai sumber yang berkesinambungan dengan judul kajian Penulis mengumpulkan sumber-sumber informasi dan data yang diperoleh dari surat kabar, majalah, jurnal terdahulu, dan berita online yang berkaitan dengan judul nilai-nilai pendidikan Islam dalam buku Tuhan Tidak Perlu Dibela. Sumber informasi tersebut dipergunakan untuk memperjelas isi dari kajian yang dirasa kurang jelas menurut peneliti (Holil, 2017: 29).
2. Sumber data
Sutopo (2002: 117), mengemukakan bahwa pemahaman tentang macam sumber data merupakan bagian yang sangat urgent bagi seorang peneliti, dimana ketepatan dalam
memilih dan memutuskan jenis sumber data dapat menentukan ketepatan serta kekayaan data yang diperoleh. Adanya data-data sebagai sumber penelitian sangat penting terhadap keberlangsungan kajian, fungsi sumber data adalah sebagai objek dimana data dapat diperoleh. Dalam penelitian kepustakaan peneliti akan menggunakan dua sumber data yaitu data pustaka sebagai data primer dan data pendukung sebagai data sekunder.
a. Sumber data primer
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung yang sifatnya sumber utama, pada penelitian ini data yang dimaksud adalah buku Tuhan Tidak Perlu Dibela karya K.H Abdurrahaman Wahid yang diterbitkan oleh LKiS Yogyakarta cetakan pertama pada tahun 2017 dengan jumlah halaman 44+316; 14,5x21 cm dan buku Islamku Islam Anda Islam Kita karya K.H Abdurrahaman Wahid yang diterbitkan oleh The Wahid Institute Jakarta cetakan pertama pada tahun 2006, dan buku Prisma Pemikiran Gus Dur yang diterbitkan oleh LKiS Yogyakarta cetakan kedua pada tahun 2010.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber pendukung yang dipergunakan oleh peneliti untuk menggali data secara tidak langsung misalkan lewat orang lain atau dokumen. Data tersebut berupa buku, jurnal, koran, skripsi, tesis yang searah dengan topik kajian yang dibahas.
3. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan peneliti dalam melakukan penelitian diantaranya: angket, observasi, tes, telaah dokumen wawancara, dalam kajian ini peneliti menggunakan telaah dokumen atau juga bisa disebut kajian kepustakaan, peneliti
mengumpulkan serta memeriksa dokumen yang ada kaitanya dengan topik kajian yang sedang dibahas.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pengamatan secara langsung dengan membaca dan memahami poin-poin penting dalam buku Tuhan Tidak Perlu Dibela.
b. Mencari data sumber online yang berupa jurnal ilmiah, atau artikel karya individual yang terdapat di internet maupun offline yang berupa buku.
c. Menyajikanya sesuai standart karya tulis kajian kepustakaan Universitas Islam Malang.
4. Teknik Analisis Data
Mukhtar (2013: 199), analisis data ialah suatu cara atau teknis yang dilakukan oleh seorang peneliti untuk mengembangkan dan menganalisis data-data yang telah diperoleh.
Analisis data merupakan kegiatan mengatur, mengurutkan, mengelompokkan memberikan tanda-tanda serta kode-kode dan mengkategorikan data yang diperoleh sehingga menghasilkan temuan-temuan dan rumusan hipotesis kerja berdasakan data tersebut (Moleong, 2009:104). Teknik analisis yang digunakan adalah metode analisis konten:
a. Metode analisis konten
Weber megartikan analisis konten merupakan sebuah metodologi penelitian yang memanfaaatkan seperangkat prosedur guna menarik sebuah kesimpulan yang benar dari pernyataan atau dokumen tertentu. Diperjelas oleh Holsi yang mengartikan analisis konten sebagai teknik apa saja yang digunakan sebagai penarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan serta dilakukan secara objektik dan sistematis (Moleong, 2009: 163).
Pada konten analisis peneliti menganalisa teks-teks yang disajikan dalam dokumen atau data dengan mengkaji secara mendalam suatu teks bacaan hingga ditemukan pesan- pesan yang memiliki karakteristiknya, kemudian membagi dalam beberapa karakteristik, hingga dapat ditarik sebuah kesimpulan yang baik.
b. Metode reduksi data
Metode reduksi data, dalam tahap ini proses yang ditempuh oleh peneliti meliputi:
proses identifikasi, klasifikasi dan kondisifikasi. Dalam tahap klasifikasi, peneliti menggunakan pendekatan obyektif untuk menemukan data nilai-nilai keislaman pada buku Tuhan Tidak Perlu Dibela karya Abdurrahaman Wahid. Selanjutnya tahap kalsifikasi dan kondifikasi, pada tahap ini peneliti mengelompokkan data hasil identifikasi ke dalam tiga pokok bahasan diantaranya pendidikan Islam dalam bersosial dan berbudaya, pendidikan Islam meghadapi perkembangan zaman.
c. Metode interpretasi
Metode interpretasi, yaitu memberikan kesan, pendapat, atau pandangan- pandangan teoritis terhadap suatu penafsiran tertentu (Suryabrata, 2006: 87). Berdasarkan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini maka kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah pemberian makna dan pemikiran yang bersifat kritis pada paparan bahasa yang berupa paragraf-paragraf yang didalamnya terdapat gagasan berupa nilai-nilai pendidikan Islam yang saling berkaitan dengan isi dari buku yang dikaji. Pemahaman dan analisis tersebut dilaksanakan melalui kegiatan membaca, mentelaah, menganalisis dan mengkritisinya.
E. Definisi Operasional 1. Definisi Nilai-nilai
Nilai-nilai merupakan suatu yang abstrak tidak bisa dilihat, diraba ataupun dirasakan namun memiliki keberadaan yang transparan dalam aktifitas kehidupan manusia yang sangat kompleks dan tak terbatas lingkupnya (Mursito, 2019: 45). Ada beberapa anggapan yang timbul mengenai pengertian nilai-nilai, diantaranya sebagai berikut:
a. Nilai-nilai merupakan suatu perangkat keyakinan yang mempengaruhi pola pemikiran, perasaan juga berkaitan dengan timbulnya perilaku manusia.
b. Nilai-nilai sebagai suatu pola normatif, yang dapat mempengaruhi tingkah laku suatu sistem masyarakat tanpa membedakan fungsi yang terdapat didalamnya. Nilai merupakan suatu yang bersifat empiris atau sesuatu yang dialami secara langsung.
c. Nilai-nilai bukanlah benda konkrit, bukan fakta, bukan hanya persoalan benar atau salah yang mengharuskan pembuktian empirik akan tetapi soal perasaan, tentang kehendak senang atau tidak senang.
Pengertian diatas menggambarkan bagaimana pemaknaan terhadap pola pikir, keyakinan, perasaan, tingkah laku dapat mengantarkan kepada pemahaman mengenai nilai- nilai.
2. Definisi Pendidikan Islam
Pendidikan Islam merupakan suatu usaha manusia untuk mewujudkan cara-cara patuh, tunduk, taat dan menghamba kepada Allah, melalui sumber pedoman pertama dalam al-qur’an yang telah dipraktikkan oleh nabi Muhammad saat semasa hidup beliau, dan turun-temurun diturunkan kepada generasi-generasi berikutnya yaitu para sahabat, tabi’in,
tabi’it tabi’in sampai kepada para pengarang kitab dan di sampaikan dan dicontohkan praktiknya oleh para ulama’, ustadz dan ustadzah.
Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang seluruh komponen dalam pendidikannya harus berlandaskan ajaran Islam, termasuk visi, misi, tujuan, proses belajar mengajar, kurikulum, bahan ajar, sarana prasarana, pengelolaan, lingkungan, pendidik, peserta didik, harus berdasarkan pada ajaran Islam.
80 BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan
Setelah peneliti merampungkan penelitian terhadap buku Tuhan Tidak Perlu Dibela karya K.H Abdurrahaman Wahid mengenai pokok pembahasan Nilai-nilai Pendidikan Islam, maka peneliti menyimpulkan:
1. Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung pada buku Tuhan Tidak Perlu Dibela karya K.H Abdurrahaman Wahid antara lain adalah nilai pendidikan aqidah, nilai pendidikan aqidah mencakup rukun iman, gagasan terhadap ideologi yang tidak benar, perbenturan budaya dengan konsep aqidah yang perlu di pahami lebih mendalam supaya masalah aqidah tidak menciptakan keretakan hubungan yang baik dalam masyarakat.
2. Nilai pendidikan syari’at mencakup teladan yang dicontohkan Abdurrahman Wahid terkait hubungan ibadah manusia kepada Allah dengan pembahasan ibadah mahdhah, ibadah ghairu mahdhah, serta beberapa permasalahan yang mengandung nilai ibadah, menyampaikan ajaran agama dengan sepenuhnya, menjadi seorang muslim yang mampu menegakkan ajaran agama, kreatif dalam menanggapi masalah- masalah yang dihadapi agama seiring dengan berkembangnya zaman 3. Sedangkan nilai-nilai pendidikan akhlak terdapat berberapa
pembahasan diantaranya pendidikan akhlak kepada Allah, akhlak
81
kepada sesama manusia dan persoalan akhlak yang lebih rinci seperti akhlak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan segala aspeknya, menghargai pluralitas, menjunjung sikap toleransi dalam perbedaan, memahami perbedaan dengan rasa saling memiliki.
4. Relevansi nilai-nilai pendidikan Islam pada buku Tuhan Tidak Perlu Dibela karya K.H Abdrrhaman Wahid menyimpan pesan bahwa langkah awal yang baik dalam merumuskan pendidikan adalah mengkaji permasalahan sehingga ditentukan sebuah gagasan baru dalam pola berpikir, hal ini akan menghadapkan pendidikan pada permasalahan modernitas yang akan dihadapi oleh peserta didik, relevansinya dengan aqidah ialah penanaman keyakinan yang kuat sebagai pegangan seorang peserta didik dalam menentukan segala hal yang akan dihadapinya, relevansinya dengan nilai ibadah ialah penanaman nilai pendidikan yang mendalam secara jelas dapat mendukung pengamalan amar ma’ruf dan nahi mungkar, relevansinya dengan nilai akhlak bahwa penanaman nilai moralitas sangat diperlukan sebagai bekal seorang muslim yang terbuka pemikiranya, menjunjung tinggi nilai sama rata dalam Islam.
B. Saran
Berdasarkan uraian yang telah peneliti sampaikan pada bab-bab sebelumnya, maka beberapa saran yang akan peneliti sampaikan dengan harapan dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk perkembangan pemikiran yang kritis terhadap ajaran Islam:
1. Bagi pembaca, membaca dan memahami buku Tuhan Tidak Perlu Dibela memerlukan penghayatan dan ketelitian karena menurut peneliti isi dari buku ini berupa pemikiran dan gagasan Abdurrahaman Wahid yang sifatnya umum, pembaca harus memahami konteks bahasan dari permasalahan yang beliau angkat dan dari sudut pandang mana
82
beliau menjawab persoalan tersebut. Gagasan Abdurrahaman Wahid dalam artikel- artikel yang ditulisnya merupakan hasil pemikiran beliau dalam memadukan antara permasalahan yang beliau temui dengan ilmu pengetahuan yang beliau miliki sebagai seorang agamawan, budayawan, politikus, aktivis, jurnalis.
2. Bagi guru, pendidik, pendakwah diharapkan dapat menjadikan buku Tuhan Tidak perlu karya Abdurrahaman Wahid ini sebagai tambahan reverensi dalam mengkaji pemikiran Islam, sehingga dapat membuka jendela pengetahuan yang luas guna menghadapi permasalahan yang terjadi pada dunia pendidikan dan juga sebagai bekal dalam menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang sempurna.
3. Bagi masyarakat umum, buku ini sangat tepat sebagai kajian terhadap permaslahan yang terjadi dilingkungan masyarakat, didalamnya terdapat intensitas kebudayaan, demokrasi, ideology dan politik sebagai permasalahan yang sering dihadapi oleh masyarakat. Meskipun tidak sebanyak dan lengkap layaknya permasalahan yang terjadi dalam segala aspek kehidupan, namun peneliti rasa buku ini mengajarkan cara berfikir yang efektif dalam penyelasaian permasalahan.
4. Bagi penelitian berikutnya diharapkan dapat memberikan lebih banyak kontribusi dalam dunia pendidikan Islam dalam pengembanganya serta lebih rinci lagi pembahasany.
84
DAFTAR RUJUKAN
Abdurrahman. Duruusul Aqaa-Idid Diniyah. (Juz. 4), Surabaya: TB. Mahkota.
Al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia, Majmuk Malik, Munawwarah 1422 H.
Anas, D. (2014). Perjalanan Gusdur Sang Guru Bangsa, (Online), (https://diahanasblog.wordpress.com/2014/11/07/perjalanan-pendidikan-gus- dur-sang-guru-bangsa/amp), diakses pada 6 Juni 2020.
Andy. (2011). Biography of Gusdur, (Online), (https://andy- history.blogspot.com/2011/08/biography-of-gusdur.html?m=1), diakses pada 7 Juni 2020.
Aros. (2019). Masa Kecil Gusdur, Bandel Tapi Cerdas, (Online), (https://tebuireng.online/masa-kecil-gus-dur-bandel-tapi-cerdas/?amp),
diakses pada 6 Juni 2020.
Arviansyah, (2019). Islam dan Peradaban Modern Barat: Refleksi Perjuangan Nabi Muhammad SAW, (Online), (http://kuninganmass.com/anything/netizen- mass/islam-dan-peradaban-modern-barat-refleksi-perjuangan-nabi-
muhammad-saw/), diakses pada 22 Juni 2020.
Aziz. M. A. (2016). Sekadar Melanjutkan. Bunga Rampai Kumpulan Review
Buku Gus Dur, (Online),
(https://www.academia.edu/27200077/sekadar_melanjutkan)
Cahya, K. D. (2020). Review Buku Gus Dur Menjawab Perubahan Zaman, (Online), (https://santrigusdur.com/2015/03/review-buku-gus-dur-menjawab- perubahan-zaman/), diakses pada 9 Juni 2020
Dels, T., Ndawu, M., & Purbonuswanto, W. (2019). Implementasi Kepemimpinan Ki Hajar Dewantara Dalam Manajemen Pembelajaran Praktik. 2(1), 136–
146.
Erdianto, K. (7 September 2017). Kata Gus Dur, Tuhan Tidak Perlu Dibela.
Kompas, hal, 1-3.
Erlando, A. S. (2018). nilai-nilai pendidikan islam dalam buku la tahzan.
lampung: FTK UIN Raden Intan. Skripsi tidak diterbitkan
Ghofur, A. (2015). Nilai ‐ nilai pendidikan islam yang terkandung dalam novel.
Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah. Skripsi tidak diterbitkan
Huda, F. M. (2018). Gusdur dalam bingkai novel peci miring. Surabaya: FDK UIN Sunan Ampel. Skripsi tidak diterbitkan
85
Jempa, N. (2017). Nilai-nilai Agama Islam. 4(2), 101–112.
Kahar, A. (2019). Pendidikan Ibadah Muhammad Hasbi Ash-Shiiddieqy. 12(1), 20–35.
https://doi.org/10.32832/tawazun.v12i1.1902
Keisuke, A. (2020). Resensi buku Tuhan Tidak Perlu Dibela Karya Gus Dur, (Online), (https://arifkeisuke.com/2020/05/04/resensi-buku-tuhan-tidak-perlu-dibela/), diakses 9 Juli 2020.
Khaerudin. (2010). Penanaman pendidikan aqidah pada anak usia dini.
Khoirun, R. (2019). Gusdur, (Online),
(http://www.darunnun.com/2019/11/gusdur.html?m=1), diakses 6 Juni 2020.
Ma’ruf, A. (2019). konsep pemikiran humanisme k.h abdurrahman wahid dan relevansinya dengan pendidikan Islam.
Mas’udi. (2016). Islam dalam Pertumbuhan Masyarakat Kontemporer ( Analisis Pengembangan Masyarakat Islam dalam Lintasan Globalisasi ). 1, 1–14.
Moleong, L. J. (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mukhtar. (2013). Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: GP Press Group
Mursito, M. B. (2019). Nilai-nilai pendidikan islam dalam buku saleh ritual saleh sosial karya k.h. a. mustofa bisri. Salatiga: FTIK IAIN. Skripsi tidak diterbitkan
Musthofa, I. (2015). Pendidikan Multikultural Dalam Prespektif Gus Dur. Malang: PAI UIN Malang. Tesis tidak diterbitkan
Mutawali, M. (2010). Murtad: Antara Hukuman Mati Dan Kebebasan Beragama. Alqalam, 27(2), 311. https://doi.org/10.32678/alqalam.v27i2.599
Muzadi, A. M. (2006). Mengenal Nahdlatul Ulama. Cet, V. Jember: Masjid Sunan Kalijga Netraliz, (2017). Ayat-ayat Al Quran Tentang Tugas Manusia Sebagai Khalifah di Bumi,
(Online), (http://netraliz.blogspot.com/2017/02/ayat-ayat-al-quran-tentang-manusia-dan- tugasnya-sebagai-khalifah-di-bumi-.html?m=1), diakses pada 19 Juni 2020.
Nurcholis, A. (2015). Pendidikan Perdamaian Gusdur. Jakarta: PT Gramedia
Ridwan, N. K. (2018). Menuelusuri Jejak Gusdur di Tegalrejo (1957-1959), (Online), (https://alif.id/read/nur-khalik-ridwan/menelusuri-jejak-gus-dur-di-tegalrejo-1957-1959- b213923p/), diakses pada 13 Juni 2020.
Riyadi, M. (2018). Eksistensi pendidikan agama islam di tengah kemajuan ilmu pengetahuan. 4(2), 149–167. https://doi.org/10.5281/zenodo.1312284
Ruslan, H. (2012). Berdialog Dengan Allah SWT, (Online), (https://republika.co.id/amp/m46xg7), diakses pada 25 Juni 2020.
86
Setiawan, E. (2017). Konsep teologi pluralisme gus dur dalam meretas keberagaman di indonesia. 1, 57–68.
Soim, M. (2018). analisis pemikiran abdurrahman wahid tentang parpol islam di indonesia.
(132211050).
Suryabrata, S. (2006) Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Sutopo, H. B. (2002) Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret Universiti Press Tohir. Jawahirul Kalamiyah. Cet. I. Surabaya: Al-Miftah Surabaya
Wahid, A. (2006). Islamku Islam Anda Islam Kita. Cet. I. Jakarta: The Wahid Institute
Wahid, A. (2010). Kiai Nyentrik Membela Pemerintah. Cet. IV. Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang
Wahid, A. (2010). Membaca Sejarah Nusantara. Cet. I. Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang
Wahid, A. (2010). Prisma Pemikiran Gus Dur. Cet. I. Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang Wahid, A. (2017). studi analisis terhadap pemikiran abdurrahman wahid tentang agama.
2(1), 113–129.
Wahid, A. (2017). Tuhan Tidak Perlu Dibela. Cet. I. Yogyakarta: Noktah (bekerjasama dengan LKiS)
Worker, H. (2015). Tuhan Tidak Perlu Dibela, (Online), (http://artofheartworker.blogspot.com/2015/01/tuhan-tidak-perlu-dibela.html?m=1),
diakses pada 24 Juni 2020.
Yakin, A. U. (2014). Agama Kemanusiaan Ala Gus Dur. Resensi buku Islamku, Islam Anda, Islam Kita, 1-3.
Zailia, S. (2016). Murtad Dalam Prespektif Syafiâi Dan Hanafi. Istinbath, 15(1), 67–88.
Zakky. (2020). Pengertian Nilai Menurut Para Ahli dan Secara Umum (terlengkap), (Online), (https://www.zonareferensi.com/pengertian-nilai/), daikases pada 17 Juni 2020.