1
1
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGARANG NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING PADA SISWA KELAS III SD NEGERI LIMBUNG PUTERI
KABUPATEN GOWA
CAPABILITY IMPROVEMENT IN WRITING NARRATIVES TROUGH THE MIND MAP DESCRIPTION METHOD OF GRADE III STUDENTS OF BAJENG PUBLIC ELEMENTARY
SCHOOL IN BAJENG-GOWA DISCRIT TESIS
FADJRIYATY GASBA 04.05.491.2010
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2012
2
2
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Dengan penuh kesadaran, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : FADJRIYATY GASBA
NIM : 04.05.491.2010
Prog.Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Tesis : Peningkatan Kemampuan Mengarang Narasi Melalui Metode Mind Mapping Pada Siswa kelas III SD Negeri Limbung Puteri Kec. Bajeng Kabupaten Gowa
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang penulis buat adalah benar karYa sendiri.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa tesis ini merupakan duplikat, atau plagiat, maka saya bersedia dituntut secara hukum.
Demikian Surat Pernyataan ini saya nuat dengan sebenarnya
Makassar, ….Januari 2013 Yang Berjanji
FADJRIYATY GASBA
3
3
ABSTRAK
FADJRIYATY GASBA 2012 Peningkatan Kemampuan Mengarang Narasi melalui Metode Mind Mapping pada Siswa Kelas III SD Negeri Limbung Puteri Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa Tesis. Dibimbing oleh.H.M.Ide Said DM, dan Andi Sukri Syamsuri
Tujuan Penelitian, yaitu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi penerapan metode Deskripsi MIND MAPPINGdalam meningkatkan kemampuan mengarang narasi pada siswa kelas III SD Negeri Limbung Puteri Kecamatan Bajeng kabupaten Gowa. Penelitian berupaya memperbaiki kinerja guru dan aktivitas siswa meningkatkan keberhasilan belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Mix-method yang menggabungkan antara pendekatan kualitatif guna mendapatkan informasi yang mendalam karakter responden dan perubahan model yang dikembangkan dengan pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian ini dilaksanakan di kelas 111 Tahun Pelajaran 2012/2013. Instrumen yang digunakan adalah observasi, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Hasil observasi Penulis pada salah satu sekolah di Kabupaten Gowa yaitu pada SD Limbung Puteri selama Tahun Pelajaran 2011/2012 ditemukan bahwa pendekatan dengan pembelajaran keterampilan proses oleh para guru, terutama dalam penggunaan gambar sebagai salah satu media bagi siswa dalam mengenal sebuah objek belum optimal, walaupun di kelas telah tersedia buku-buku tentang mengarang dan beberapa media lain yang berhubungan dengan pemahaman tentang kegiatan mengarang.
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus yaitu dengan 3 kali pertemuan, pertemuan pertama dijadikan tahap pembanding pengambilan nilai, dilanjutkan dengan siklus I dan siklus 11, hasil analisis tindakan kelas ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode deskripsi MIND MAPPING dapat meningkatkan kemampuan siswa narasi dengan cepat. Berdasarkan data yang telah diambil melalui beberapa siklus penelitian menunjukkan ini adanya peningkatan kemampuan siswa dalam merangkai kalimat.
4
4
ABSTRAK
FADJRIYATY GASBA 2012 Improving Narrative Writing Ability through Mind Mapping Method for Third Grade Students of SD Negeri Limbung Puteri, Bajeng District, Gowa Thesis. Supervised by H.M.Ide Said DM, and Andi Sukri Syamsuri
The objectives of the study were to plan, implement and evaluate the application of the MIND MAPPING description method in improving the ability to compose narratives in third grade students of SD Negeri Limbung Puteri, Bajeng District, Gowa Regency. Research seeks to improve teacher performance and student activities to improve student learning success in accordance with learning objectives
The approach used in this study is a Mix-method approach that combines a qualitative approach to obtain in-depth information on the character of the respondents and changes in the model developed with a quantitative approach. This type of research is classroom action research.
This research was conducted in class 111 of the 2012/2013 academic year.
The instruments used are observation, tests, and documentation. The data analysis technique of this research is descriptive qualitative.
The results of the author's observations at one of the schools in Gowa Regency, namely Limbung Puteri Elementary School during the 2011/2012 Academic Year, it was found that the approach to learning process skills by teachers, especially in the use of images as a medium for students to recognize an object was not optimal, although In the classroom, there are books about writing and several other media related to understanding writing activities. This research was carried out in 2 cycles, namely with 3 meetings, the first meeting was used as a comparison stage for taking grades, followed by cycle I and cycle 11, the results of this class
5
5
action analysis showed that learning using the MIND MAPPING description method could improve students' narrative abilities quickly.
Based on the data that has been taken through several research cycles, it shows that there is an increase in students' ability to compose sentences
6
6
KATA PENGANTAR
Segala pujian dan rasa syukur yang tak terhingga penulis ucapkan kepada Yang Maha Pencipta karena dengan rahmat dan hidayah-Nya jualah segala urusan penulis termasuk dalam penyelesaian tesis ini dapat terwujud.
Penyelesaian tesis ini bukanlah tanpa hambatan, rintangan dan tantangan bahkan kadang-kadang mengundang derai air mata penulis, perjuangan antara kuliah, tugas pokok dan kewajiban sebagai ibu rumah tangga. akhirnya dengan segala kemampuan yang ada penulis akhirnya satu demi satu rintangan, tantangan, dan hambatan dapat dilalui setahap demi setahap. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kekuasaan Ilahi Robbi dan kehadiran mereka yang arif bijaksana diluar penulis adalah faktor-faktor yang menentukan kesuksesan ini, oleh karena sudah sepantasnyalah untuk diabadikan namanya dalam karya ini. sebagai tanda ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas segala jasa kebaikan beliau utamanya kepada Prof. Dr. H. M. Ide Said DM, M.Pd pembimbing I dan Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum pembimbing 11. Beliau telah berperan aktif meletakkan kerangka dasar bagi penulisan tesis ini. Beliau telah banyak memberikan wawasan keilmuan yang sangat mencerahkan„semoga Allah Swt senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada beliau dan keluarganya.Ucapan terima kasih kepada Ibu Dr.Aida Asis,M.Pd
7
7
Penguji I dan Ibu Dra.Munirah,M.Pd yang telah banyak memberikan masukan sejak Ujian poposal hingga ujian tutup dilaksanakan. Semoga Allah swt membalas segala kebaikan ibu
Ucapan terima kasih secara tulus, penulis sampaikan kepada Dr.
lrwan Akib, M.Pd Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar dan para dosen pengasuh mata kuliah dan staf Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Program pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar,..
Semoga kebaikan dan keikhlasan beliau mendapat balasan dari Yang Maha Kuasa.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang ikhlas kepada Dra.
Munirah, M.Pd Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.
Beliau telah banyak memberikan motivasi dan kemudahan dalam penyelesaian tesis,. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada beliau dan keluarganya.
Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada adikku tercinta Dr. Yasmain Gasba, M.Pd yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan dalam penyelesaian tesis ini. Beliau dengan setia dan sabar membantu penulis mengumpulkan data dan merumuskan simpulan dari hasil penelitian ini. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada beliau dan keluarga.
8
8
Kepada teman-teman program Pascasarjana yang seangkatan dengan penulis, yang banyak memberikan motivasi pada penulis di saat penulis sudah akan mundur dan tak bersemangat, Penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan dukungan dan semangat yang diberikan dalam penyelesaian tesis ini. Ucapan terima kasih pula buat teman-teman di SD Negeri Limbung Puteri yang telah banyak membantu dan memberi dukungan dalam penelitian ini, rekan-rekan di SD Inpres Barasa yang telah banyak memberi pengertian atas segala tugas pokok yang harus penulis tinggalkan selama menempuh perkuliahan. Dan rekan-rekan di SD Inpres Palompong.
Teristimewa penulis haturkan sembah sujud dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibunda tercinta Hj. Ummi Salmah Dg Bau dan Ayahanda Tercinta H. Kulle Dg Gassing yang telah mengasuh, membesarkan penulis secara Islami dan mendidik serta memberi perhatian, kasih sayang dan pengorbanan yang senantiasa tercurahkan kepada penulis..
Alunan doa-doa yang terucap adalah kekuatan bagi penulis. Ucapan terima kasih pula buat saudara-saudaraku yang tercinta, Dra. Rahmawati Gasba, Drs. Muhktadir Gasba, M.Pd, Muknaidar Gasba, S.Sos, M.Si, Drs. Nasthain Gasba, dan adikku Dr. Yasmain Gasba, M.Pd yang telah banyak memberikan motivasi akan penyelesaian studi ini. Juga kepada Bapak dan ibu mertua Hj. Dunni dan Abd Aziz yang telah setia membantu merawat ketiga anak-anak dengan penuh kasih sayang jika penulis sedang menimba
9
9
ilmu. Semoga Allah Swt membalas segala kebaikan beliau orang-orang yang tercinta ini.
Ucapan teristimewa pula buat suamiku Amrullah Azis tercinta yang telah begitu setia mendampingi hari-hariku dalam menyelesaikan studi, dengan setia mendengarkan segala keluhan-keluhanku, mengantarku mencari buku dan kuliah, untuk anak-anakku yang tercinta dan terkasih, mutiara hatiku. Nur Fadilah Amirahyanti A.Gasba, Muhammad Fikri Amriansyah A. Gasba dan Dian Nur Syifa A. Gasba .yang dengan sabar menanti kedatanganku setiap hari dengan penuh pengertian. Dengan segala kerendahan hati penulis mempersembahkan karya akhir studi ini kepada orang-orang yang tercinta sebagai bukti ketulusan dan rasa kasihku serta ucapan terima kasihku atas segala pengertiannya.
Ucapan terima kasih pula penulis sampaikan kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu, namun telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian tesis ini semoga bantuannya mendapat pahala dari Allah SWT.
Penulis sudah berusaha melaksanakan penelitian dan menyusun tesis ini sebaik-baiknya. Namun demikian, bila ternyata masih juga terdapat kekurangan. Maka kekurangan tersebut sepenuhnya merupakan kekurangan penulis. Semoga semua bentuk bantuan, motivasi, simpati, dan kerja sama yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang setimpal dari Allah Subhana Wata’ala. Aamiin
10
10
Makassar, Desember 2012
Wassalam
Penulis
11
11
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alur Kerangka Pikir 43
Gambar 2. Alur Pikir Penelitian 61
Gambar 3 Prosentase Hasil Kerja Kelompok Siklus 1 58 Gambar 4 Prosentase Hasil Kerja Individu Siklus I 60
Gambar 5 Presentase Hasil Kerja Kelompok 68
Gambar 6 Prosentase hasil Kerja Individu 69
12
12
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Aspek Penilaian Mengarang 26
Tabel 2. Rekap Nilai Hasil Kerja Kelompok 57
Tabel 3. Rekap Nilai Hasil Kerja Individu 59
Tabel 4. Perolehan Nilai Setiap Aspek siklus I 60
Tabel 5. Rekap Nilai Hasil Kerja Individu 68
Tabel 6. Perolehan Nilai Setiap Aspek Siklus II 70
Tabel 7. Rekap Nilai siklus I dan Siklus II 73
13
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Standar Aspek Penilaian Siswa 86
Lampiran 2. Kuesioner Faktor Metode MIND MAPPINGyang
Mempengaruhi Proses Belajar Anak 89 Lampiran 3. Kuesioner Faktor Lingkungan Kelas yang
Mempengaruhi Proses Belajar Siswa 90
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 91
Lampiran 5. Penilaian Hasil Kerja Kelompok Siklus I 98 Lampiran 6 Rekap Nilai Hasil Kerja Kelompok Siklus I 99 Lampiran 7. Rekap Nilai Hasil Kerja Individu Siklus I 100
Lampiran 8. Hasil Nilai Individu Siklus I 101
Lampiran 9. Rekap Perolehan Nilai Siswa setiap Aspek 102 Lampiran 10. Penilaian Hasil Kerja Kelompok Siklus II 103
Lampiran 11. Rekap Nilai Kelompok Siklus II 104
Lampiran 12. Rekap Nilai Hasil Kerja Individu 105
Lampiran 13. Daftar Nilai Siswa Siklus II 106
Lampiran 14. Perolehan Nilai Setiap Aspek Siklus 11 107 Lampiran 15. Tabel 1. Rekap Nilai Hasil Kerja Individu Siklus I dan II 108
Lampiran 16. Dokumentasi Hasil Pembelajaran 109
Lampiran 17. Hasil Kerja Kelompok Siklus I 114
Lampiran 18. Hasil Kerja Kelompok Siklus II 117
Lampiran 19. Hasil kerja Individu 120
14
14
15
15
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
DAFTAR ISI xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 8
C. Tujuan Penelitian 8
D. Manfaat Penelitian 8
BAB II KAJIAN TEORI 10
A. Penelitian Yang Relevan 10
B. Keterampilan Mengarang Narasi 12
C. Mind Mapping 29
D. Kerangka Konseptual 38
E. Defenisi Operasional 40
F. Hipotesis Tindakan 45
16
16
BAB III METODE PENELITIAN 42
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 42
B. Pengelolaan Peran Sebagai Peneliti 45
C. Lokasi Penelitian 45
D. Subjek Penelitian 45
E. instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 46
F. Tahapan Penelitian 49
G. Teknik Analisis Data 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 53
A. Hasil Penelitian 53
B. Pembahasan 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 79
A. Kesimpulan 79
B. Saran 80
DAFTAR PUSTAKA 82
Lampiran 1 86
17
17 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengkajian tentang persoalan pembelajaran bahasa di Indonesia, untuk menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, yang berfungsi sebagai alat komunikasi penyampai informasi karena infiltrasi model komunikasi yang berubah cepat, ditunjang pula bahwa negara Indonesia terdiri dari berbagai suku yang memiliki bahasa ibu masing-masing menyebabkan dasar berbahasa menjadi sangat beragam, karenanya menuntut guru untuk berkewajiban mengantar pengajaran Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan menjadi sangat penting kedudukannya dalam kehidupan masyarakat, sejak dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi (Republika, 2004).
Sementara Pelaksanaan kurikulum KTSP sudah berjalan lebih dari 5 tahun. Namun hasill yang kita harapkan belum begitu memenuhi harapan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya masyarakat belajar yang gemar akan inovasi dalam pembelajaran. Salah satu hal yang patut dicontohkan adalah belum optimalnya pendekatan dengan pembelajaran keterampilan proses oleh para guru. Dalam hal ini guru SD utamanya dalam hal kemampuan mendeskripsi sebuah objek
Sebuah kondisi yang mengkhawatirkan dengan kurangnya minat dalam belajar di kalangan siswa Sekolah Dasar (SD) hal ini terlihat dari kemampuan siswa dalam ujian semester yang dilaksanakan di SD Limbung Puteri tahun
18
18
pelajaran 2012, ditemukan bahwa siswa kurang dapat menjawab soal-soal yang berhubungan dengan merangkai kalimat, kemampuan memahami mendeskripsi tidaklah menonjol.
Sementara itu gambar sebagai salah satu sarana bagi siswa dalam mengenal sebuah objek belumlah begitu maksimal, walaupun di kelas telah disediakan buku-buku tentang mengarang dan beberapa media lain yang berhubungan dengan pemahaman tentang cara-cara mengarang dengan cepat belum mendapat perhatian. Menurut hasil pengamatan tahun 2012 bahwa pemahaman siswa tentang pembelajaran merangkai kalimat di SD Negeri Limbung Puteri dalam ulangan blok maupun ulangan semester menunjukkan bahwa pemahaman mereka masih sangat kurang.
Berdasarkan hasil pengamatan di kelas, menurunnya gairah siswa untuk mengarang atau merangkai kalimat disebabkan oleh ketidaktahuan siswa dalam membuat sebuah deskripsi awal dari sebuah objek. Kepandaian dalam mengarang hanya dimiliki oleh beberapa siswa, tentunya hanya yang pandai dalam mengenal objek dan lebih utama yang sudah dapat membaca dengan lancar.
Pada kelas tiga pembelajaran mengarang sudah menjadi sebuah persyaratan mutlak dan kurikulum juga menuntut adanya peningkatan kemampuan siswa dalam mengapresiasikan kemampuan siswa, keinginan siswa dan mengkatualisasikannya dalam sebuah tulisan sederhana.
Kemampuan siswa mengenal objek dengan baik akan memudahkan siswa membuat sebuah rangkaian kalimat/karangan sederhana, hal ini dapat dilakukan dengan sebuah deskripsis sederhana pula. Namun jika siswa tidak
19
19
ditunjang dengan sebuah deskripsi yang baik maka tidak akan tercipta sebuah karangan yang paling sederhana sekalipun.
Dalam upaya mencapai standar kompetensi tersebut, maka berbagai upaya telah dilakukan oleh guru untuk menerjemahkan fungsi pengajaran bahasa Indonesia tersebut melalui implementasi dalam pembelajaran di kelas berupa penggunaan sejumlah metode pengajaran bahasa Indonesia yang bervariasi, meski ditemui bahwa belum banyak ditemukan hasil-hasil penelitian metode terbaik pengajaran bahasa Indonesia yang dapat mengakomodasi sumber informasi yang berkembang pesat di luar sekolah dengan cara yang begitu menarik melalui pesan media yang dikemas dalam bentuk hiburan, iklan, atau berita dan terkadang bertolak belakang dengan pesan-pesan yang dikemas para guru dalam pembelajaran di kelas (Republika, 2004).
Kondisi di atas bisa jadi diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu; (1) cara guru menyajikan materi kurang menarik; (2) media yang digunakan sebagai pengantar dalam pembelajaran terlalu monoton; (3) lingkungan yang mendukung pembelajaran tidak memadai; (4) sementara hasil pelajaran mengarang dari 45 persen siswa hanya mendapat nilai 65 sedangkan ketuntasan nilai mengarang yang diharapkan di kelas adalah 75 persen
Olehnya itu disadari bahwa perlu ada upaya untuk membuat sebuah kondisi belajar yang menyenangkan yang memungkinkan siswa dapat dengan mudah memahami konsep pembelajaran yang diberikan oleh guru dalam kegiatan pemelajaran mengarang.
20
20
Menyadari tantangan tersebut maka pemerintah selanjutnya menyusun Standar Kompetensi Pengajaran Bahasa Indonesia dengan mempertimbangkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara serta sastra Indonesia sebagai hasil cipta intelektual produk budaya yang berkonsekuensi pada fungsi mata pelajaran Bahasa lndonesia sebagai; (l) sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa, (2) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya, (3) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) sarana penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah, (5) sarana pengembangan penalaran, dan (6) sarana pemahaman beragam budaya Indonesia melalui khazanah kesusasteraan Indonesia (Depdiknas, 2003).
Hasil dari upaya yang telah dilaksanakan pada saat ini masih menunjukkan perkembangan yang belum optimal, ditandai dengan masih rendahnya evaluasi hasil Ujian Akhir Nasional, khususnya dari distribusi nilai akhir tiap mata pelajaran diketahui bahwa nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia paling rendah apabila dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya (Anonim, 2011a).
Di samping itu ditemukan pula bahwa 57 persen guru Bahasa Indonesia belum menempuh jenjang pendidikan Sl/D4 serta terdapat ketidaksesuaian antara mata pelajaran dengan latar belakang pendidikan guru, serta kreativitas yang rendah dalam mengaplikasikan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan)
21
21
yang mengakibatkan Bahasa Indonesia dianggap sebagai analisis bahasa yang bersifat subjektif belaka dan terkesan membosankan (Roesdiono. 2011).
Menurut Bambang Kaswanti Purwo (Roesdiono, 2011) bahwa analisis permasalahan dasar kompentensi berbahasa Indonesia dari sudut pandang peta kebahasaan di Indonesia, ditemukan bahwa terdapat hampir 73 persen anak Indonesia berumur 9 tahun tidak menggunakan bahasa lndonesia di rumah, hal ini menyebabkan keberadaan bahasa ibu yang lebih akrab pada siswa mempengaruhi kemampuan berbahasa Indonesia mereka karenanya sebaiknya para guru bahasa menjadi teladan dalam membaca dan menulis yang memberdayakan dalam upaya membangkitkan minat siswa pada Bahasa Indonesia.
Realitas tersebut nampak pada gejala penggunaan bahasa dan pembelajaran bahasa yang terdapat di Sekolah Dasar Kabupaten Gowa - Sulawesi Selatan, berdasarkan pengamatan ditemukan bahwa kondisi yang mengkhawatirkan dalam pengajaran Bahasa Indonesia di kalangan siswa Sekolah Dasar terlihat dari rendahnya kemampuan siswa dalam ujian semester yang dilaksanakan di sekolah dasar dan ditemukan pula bahwa siswa sulit menjawab soal yang berhubungan dengan deskripsi dalam aktivitas siswa saat mengarang (Anonim, 2011a).
Demikian pula dalam pengamatan penulis, bahwa kemampuan berbahasa siswa SD di kabupaten Gowa, terkhusus pada SD Limbung Puteri, sangat dipengaruhi oleh keberadaan bahasa ibu dalam hal ini bahasa Makassar, yang cenderung lebih akrab dan kerap digunakan oleh siswa dalam percakapan sehari-hari dan terkadang berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam
22
22
menuangkan ide dan pikirannya baik secara lisan maupun secara tertulis, dan pada akhirnya mempengaruhi kemampuan siswa dalam berbahasa Indonesia
Hasil observasi Penulis pada salah satu sekolah di Kabupaten Gowa yaitu pada SD Limbung Puteri selama Tahun Pelajaran 2011/2012 ditemukan bahwa pendekatan dengan pembelajaran keterampilan proses oleh para guru, terutama dalam penggunaan gambar sebagai salah satu media bagi siswa dalam mengenal sebuah objek belum optimal, walaupun di kelas telah tersedia buku-buku tentang mengarang dan beberapa media lain yang berhubungan dengan pemahaman tentang kegiatan mengarang (Anonim. 2011b).
Berdasarkan data Laporan Bulanan SD Negeri Limbung Puteri (Anonim.
2011b) ditemukan bahwa selama Tahun Pelajaran 2011/2012, pemahaman siswa mengenai kegiatan mengarang narasi di dalam ulangan blok maupun ulangan semester menunjukkan kategori yang masih sangat kurang. Ditunjang dengan pengamatan bahwa rendahnya kemampuan siswa untuk mengarang disebabkan oleh ketidaktahuan siswa dalam membuat sebuah deskripsi awal dari sebuah objek.
Dari observasi yang dilakukan, dapat ditunjukkan perolehan nilai yang belum mencapai Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) yang diharapkan.
Berdasarkan dokumen kemampuan mengarang yang diperoleh dari guru kelas, ditemukan bahwa dan 32 siswa kelas III yang diobservasi, di antaranya terdapat 5 siswa yang dapat mengarang narasi dengan baik atau mendapat nilai di atas KKM, dan 27 siswa mendapat nilai di bawah KKM. Data tersebut diperkuat dengan tes awal kemampuan mengarang narasi yang dilakukan sebelum tindakan, dari tes
23
23
awal tersebut diperoleh fakta sebagai berikut sebanyak 18,75 persen atau 6 siswa mendapat nilai di atas KKM dan 8l,25 persen atau 26 siswa mendapat nilai di bawah KKM.
Berdasarkan kedua data tersebut dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM pada siswa kelas III SD Negeri Limbung Puteri Kabupaten Gowa dan ini menunjukkan bahwa kemampuan mengarang narasi pada siswa masih tergolong rendah, siswa kurang aktif dalam mengeksplorasi proses pembelajaran dan mengalami kesulitan mengembangkan gagasannya untuk mengarang narasi sehingga guru perlu melakukan pengembangan dalam pembelajaran yang bertujuan agar proses pembelajaran dapat tercapai secara optimal, khususnya kemampuan siswa dalam mengarang narasi.
Salah satu metode pembelajaran yang telah terbukti mampu mengoptimalkan hasil belajar adalah metode peta konsep atau disebut Peta Pikiran (Mind Mapping), yang merupakan cara paling efektif dan efesien untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan data dari atau ke otak. Peta pikiran (Mind Mapping) merupakan salah satu cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa untuk belajar (Edward, 2012: 11).
Olehnya itu dipandang penting untuk melakukan pengkajian guna melakukan pendalaman mengenai peningkatan kemampuan siswa dalam mengarang narasi dengan mengujicobakan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) guna mempermudah siswa untuk dapat mengarang dengan cepat dan salah satu subjek yang sesuai untuk mengoptimalkan penguasaan kemampuan mengarang
24
24
adalah siswa kelas III. Adapun pengkajian tersebut dirumuskan dalam upaya;
peningkatan kemampuan mengarang narasi melalui metode peta pikiran pada siswa kelas III SD Negeri Limbung Puteri Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah ada, selanjutnya dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu: bagaimanakah meningkatkan kemampuan mengarang melalui metode peta pikiran pada siswa kelas III SD Negeri Limbung Puteri Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, selanjutnya dapat dirumuskan tujuan penelitian yaitu: untuk meningkatan kemampuan mengarang melalui metode peta pikiran pada siswa kelas III SD Negeri Limbung Puteri Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap upaya peningkatan kemampuan mengarang pada anak di jenjang Sekolah Dasar, serta diharapkan dapat menjadi sumber rujukan bagi penelitian lain yang berkaitan dengan kegiatan mengarang ataupun
25
25
merangkai kalimat pada siswa kelas III dan kelas lanjutan lainnya pada jenjang sekolah dasar.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan praktis kepada tenaga pendidik, mengenai cara menggunakan metode peta pikiran terkhusus pada teknik merangkai kalimat atau mengarang, sehingga dapat digunakan secara optimal dalam mengapresiasikan kemampuan anak dalam menceritakan apa yang menjadi ide ataupun pengalamannya ke dalam sebuah karangan.penelitian ini juga akan bermanfaat dalam memberikan pemahaman kepada guru dalam mengembangkan dan mengkonstruksikan sebuah metode pembelajaran secara ilmiah serta mengikuti langkah Penelitian Tindakan Kelas sehingga tercapai kompetensi siswa dalam hal mengarang secara optimal.
26
26 BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori
1. Penelitian yang Relevan
Peneliti yang pernah menggunakan metode ini antara lain, (Sulistiyaningsih, 2010) Peningkatan Kemampuan Mengarang Narasi Dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta Tahun Pelajaran 2010, diketahui bahwa terdapat peningkatan kualitas proses pembelajaran mengarang narasi setelah diadakan tindakan kelas dengan metode peta pikiran (Mind Mapping). Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kegiatan guru pada siklus I dengan kriteria baik dan meningkat pada siklus II dengan kriteria sangat baik, demikian pula dengan nilai rata-rata kegiatan siswa pada siklus I dengan kriteria baik dan meningkat pada siklus II dengan kriteria sangat baik.
Hasil penelitian Rofi'uddin (1998) Pengembangan Model Pendidikan Berpikir Kritis Kreatif Untuk Siswa Pendidikan Dasar Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia, yang melibatkan 964 siswa kelas 5 SDN di pulau Jawa menunjukkan bahwa pengajaran bahasa Indonesia di SDN se Jawa didominasi oleh kegiatan yang bersifat verbalistik dan mekanis. Pemilihan materi dan strategi pembelajaran belum diarahkan pada upaya peningkatan kemampuan intelektual siswa (khususnya berpikir kritis-kreatif), sehingga
27
27
kemampuan siswa dalam berpikir kritis-kreatif juga masih rendah. Skor rerata kemampuan berpikir kreativitas 48,162, skor rerata kemampuan membaca siswa adalah = 33,039, dan skor rerata kemampuan menulis adalah 32,064. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat penguasaan berpikir, kemampuan membaca, dan kemampuan siswa kelas 5 SDN di pulau Jawa masih jauh dari yang diharapkan.
Penelitian Rachmawati (2008) dengan judul Peningkatan Kualitas Pembelajaran Menulis Cerpen dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada Sisrva Kelas IX di SMP Al Muayad Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008 menyimpulkan bahwa metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis cerpen. Hal ini ditandai dengan presentase yang selalu meningkat dalam setiap siklus.
Demikian pula hasil penelitian dari Haryani (2012) juga merupakan penelitian yang relevan dengan judul Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara dengan Peta Pikiran (mind mapping) pada Siswa Keias V SD N Karanganyar 03 Tahun Ajaran 2008/2012. Hal ini dapat dilihat dari nilai kemampuan berbicara yang meningkat pada setiap siklus. Pada siklus I prosentase ketuntasan kemampuan berbicara sebesar 5l,8 persen sedangkan pada siklus II prosentase meningkat menjadi 66,6 persen, dan pada siklus III prosentase kemampuan berbicara meningkat menjadi 77,7 persen. Dengan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kemampuan berbicara. Perbedaan dari penelitian Haryani dengan penelitian ini adalah salah satu variabel yang diteliti yaitu kemampuan berbicara, tempat penelitian di SD N Karanganyar 03 Tahun Ajaran 2008/2012.
28
28
Berdasarkan hasil penelitian Sulistiyaningsih (2010), Haryani (2012) dan Rachmawati (2008) maka dapat diambil kesimpulan bahwa dengan metode peta pikiran (mind mapping) berpengaruh terhadap siswa dalam pembelajaran. Ada keterkaitan dalam penelitian tersebut sehingga dapat dijadikan acuan oleh peneliti dalam penelitian kemampuan menulis narasi. Sehubungan dengan hasil penelitian tersebut maka peneliti mengembangkan penelitian dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan metode peta pikiran (mind mapping) agar dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi.
Dari penelitian di atas menunjukkan metode peta pikiran (mind mapping) sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa baik dalam menulis cerpen maupun kemampuan berbicara. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dikembangkan penelitian-penelitian yang dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa. Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk mengadakan penelitian dengan judul peningkatan kemampuan menulis narasi dengan metode peta pikiran (mind mapping) pada siswa kelas III SD Negeri Limbung Puteri Kabupaten Gowa.
Pada bab ini akan dibahas kajian mengenai mengarang narasi, di samping itu akan dikaji pula aspek bagaimana konsep mind mapping dalam pembelajaran di Sekolah Dasar.
2. Keterampilan Mengarang Narasi
Pembelajaran Bahasa Indonesia pada anak Sekolah Dasar haruslah berisi aktivitas yang dapat menghasilkan aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan, aspek tersebut erat hubungannya dengan keseluruhan proses yang mendasari
29
29
pikiran anak. Sekaitan dengan hal tersebut maka dalam Kurikulum 2004 dengan tegas dinyatakan bahwa standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia bersumber pada hakikat pemelajaran bahasa, yaitu belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai- nilai kemanusiaannya. Oleh karena itu, pemelajaran bahasa Indonesia mengupayakan peningkatan kemampuan siswa untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis serta menghargai karya cipta bangsa Indonesia (Anonim, 2003).
Menurut Tarigan (dalam Sulistiyaningsih, 2010:1) bahwa terdapat empat aspek keterampilan berbahasa yang mencakup dalam pengajaran bahasa yaitu; (1) keterampilan menyimak (listening skills); (2) keterampilan berbicara (speaking skills); (3) keterampilan membaca (reading skills). dan (4) keterampilan menulis
atau mengarang (writing skills), dan seluruh keterampilan tersebut saling berhubungan satu sama lain.
Ruang lingkup standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia pada jenjang SD dan MI terdiri atas aspek menyimak, berbicara, membaca dan menulis (Anonim, 2003), dan dalam aspek menulis atau yang sering disebut dengan mengarang, siswa diharapkan mampu menggunakan huruf, suku kata, kata, kalimat, paragraf dengan tulisan yang rapi dan jelas, mengarang karangan sederhana, memberikan uraian berbentuk petunjuk, teks percakapan, surat pribadi, dan surat resmi dengan memperhatikan tujuan dan ragam pembaca dan menggunakan ejaan dan tanda baca serta kosa kata yang tepat dengan menggunakan kalimat tunggal dan kalimat majemuk, mengarang berbagai formulir, pengumuman, tata tertib, berbagai laporan, buku harian, poster, iklan,
30
30
teks pidato dan sambutan, ringkasan dan rangkuman, serta prosa dan puisi sederhana, dan secara khusus maka kompetensi menulis diarahkan guna menumbuhkan kebiasaan mengarang (Anonim, 2003).
Salah satu bidang aktivitas dan materi pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar yang memegang peranan penting ialah pengajaran mengarang, sehingga menjadi salah satu kompetensi bahasa yang ada dalam setiap jenjang pendidikan, mulai tingkat pra sekolah hingga perguruan tinggi. Mengarang adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik oleh siswa karena mengarang haruslah melalui suatu proses berfikir yang kompleks sehingga pemikiran didalamnya selanjutnya dapat dituangkan dalam bentuk wacana (Mulyati, dkk., 2008:28 ).
Menyadari pentingnya mengarang maka standar kompetensi untuk kecakapan mengarang yang dituangkan dalam kegiatan mengarang pada jenjang Kelas III adalah siswa mampu; (1) mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan melalui mengarang karangan dari pikiran sendiri, (2) menyusun ringkasan bacaan, (3) mengarang karangan berdasarkan rangkaian gambar seri, dan (4) mengarang petunjuk (Anonim, 2003).
Menurut (Gie, 1992:32) bahwa mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami secara tepat seperti yang dimaksudkan oleh penulis atau pengarang. Karangan memiliki klasifikasi dan jenis yang beragam, demikian pula menurut (Slamet, 2007: 33) bahwa mengarang
31
31
dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya.
Mengarang dapat pula dianggap sebagai proses ataupun suatu hasil melalui aktivitas menemukan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Santosa. dkk 2008: 8).
Salah satu di antaranya adalah wacana narasi, yang merupakan salah satu jenis wacana yang berisi cerita. Hal ini berarti bahwa mengarang narasi adalah salah satu jenis karangan yang sifatnya bercerita, baik berdasarkan pengalaman, pengamatan, maupun berdasarkan rekaan pengarang. Mengarang narasi melalui kegiatan mengarang merupakan kompetensi mengarang yang sudah ada dan dimulai pada jenjang Sekolah Dasar. Siswa dapat mengungkapkan perasaan, ide, dan gagasannya kepada orang lain melalui kegiatan mengarang narasi.
Kemampuan mengarang narasi tidak secara otomatis dapat dikuasai oleh siswa, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur sehingga siswa akan lebih mudah berekspresi dalam kegiatan mengarang.
Sehubungan dengan itu kemampuan mengarang harus ditingkatkan sejak kecil atau mulai dari pendidikan Sekolah Dasar. Apabila kemampuan mengarang tidak ditingkatkan, maka kemampuan siswa untuk mengungkapkan pikiran atau gagasan melalui bentuk tulisan akan semakin berkurang atau tidak berkembang.
Kajian Byme (dalam Slamet, 2008: 64) mengungkapkan bahwa keterampilan mengarang pada hakikatnya bukan sekedar kemampuan mengarang
32
32
simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata dapat disusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, melainkan keterampilan mengarang adalah kemampuan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil.
(1) Pengertian mengarang
Berbagai pengertian mengenai mengarang yang diungkapkan oleh ahli bahasa, salah satu diantaranya dikemukakan oleh David (2012) melalui penelitian mendalam dan diungkapkan dalam sebuah Jurnal Internasional (Journal of Writing Activities) yang membicarakan tentang pengertian mengarang mengemukakan beberapa hal yang terkait dengan mengarang sebagai berikut .
a. Bahwa mengarang adalah aktivitas yang dapat memberikan kontribusi unik untuk belajar. Melalui mengarang kita dapat membuat kemungkinan-kemungkinan baru yang tidak melekat pada berbicara dan observasi semata (Emig dalam David, 2012).
b. Mengarang adalah proses pembelajaran aktif yang dijadikan kunci untuk meningkatkan komunikasi (baik tertulis maupun lisan) dan berpikir, mengarang adalah proses sosial dalam bentuk formal maupun informal, dan mengarang adalah kegiatan utama walaupun bukan kegiatan eksklusif dalam kegiatan sosial (Russell dan Young dalam David, 2012).
33
33
c. Menurut Robert Lado (dalam Agus. dkk., 1997) mengatakan bahwa mengarang adalah kegiatan mengungkapkan pikiran ke dalam bentuk simbol-simbol grafik untuk menjadi kesatuan bahasa yang dimengerti, sehingga orang lain dapat membaca simbol-simbol bahasa tersebut.
d. Mengarang menurut Mc. Crimmon (dalam Slamet, 2007: 71) adalah kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara mengarang sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas. Mengarang dapat pula merupakan upaya melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Dengan demikian, mengarang merupakan serangkaian kegiatan untuk mengemukakan suatu ide atau gagasan dalam bentuk lambang bahasa tulis agar dapat dibaca oleh orang lain (Hernowo, 2002: 86).
e. Dapat juga diartikan bahwa mengarang adalah berkomunikasi dengan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak orang lain secara tertulis. Selanjutnya juga dapat diartikan bahwa mengarang adalah mengubah bahasa lisan, mungkin menyalin atau melahirkan pikiran atau perasaaan seperti mengarang, membuat surat, membuat laporan, dan sebagainya (Agus. dkk., 1997).
34
34
f. Pengertian lain mengenai mengarang sebagai suatu proses pertumbuhan melalui banyak latihan (Sujanto, 1988). Sebagai suatu proses, mengarang merupakan serangkaian aktivitas (kegiatan) yang terjadi dan melibatkan beberapa fase (tahap) yaitu fase pra-mengarang (persiapan), penulisan (pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan) yang memerlukan banyak latihan (Slamet, 2007: 72).
g. Sejalan dengan hal tersebut, Sri Hastuti (dalam Slamet, 2007:
74) mengungkapkan bahwa mengarang, di samping sebagai proses, mengarang juga merupakan suatu kegiatan yang kompleks karena melibatkan cara berpikir yang teratur dan berbagai persyaratan yang berkaitan dengan teknik penuulisan, antara lain: (1) adanya kesatuan gagasan; (2) penggunaan kalimat yang jelas: (3) paragraf disusun dengan baik; (4) penerapan kaidah ejaan yang benar; dan (5) penguasaan kosa kata yang memadai.
h. Dalam kegiatan mengarang menurut Heaton (dalam Slamet, 2007: 82) bahwa diperlukan adanya kompleksitas kegiatan untuk menyusun karangan secara baik yang meliputi. (1) keterampilan gramatikal, (2) penuangan isi, (3) keterampilan estetika, (4) keterampilan mekanis, dan (5) keterampilan memutuskan.
35
35
Sejalan dengan hal tersebut kemampuan mengarang merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan kererampilan. Sehubungan dengan kompleksnya kegiatan yang diperlukan untuk kegiatan mengarang maka mengarang harus dipelalari atau diperoleh melalui proses belajar dan berlatrh dengan sungguh-sungguh (Akhadiah. dkk, 1994: 12).
i. De Porter dan Hemacki (2006) menjelaskan bahwa mengarang adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika). Dalam hal ini yang merupakan bagian logika adalah perencanaan, outline, tata bahasa, penyuntingan, penulisan kembali, penelitian, dan tanda baca. Sementara itu yang termasuk bagian emosional ialah semangat, spontanitas, emosi, warna, imajinasi, gairah, adanya unsur baru, dan kegembiraan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat didefinisikan bahwa mengarang adalah serangkaian proses kegiatan yang kompleks yang memerlukan tahapan-tahapan, dan menuangkannya ke dalam bentuk tulisan sehingga pembaca dapat memahami isi dari gagasan yang disampaikan. Dengan kata lain bahwa mengarang merupakan serangkaian kegiatan yang akan melahirkan pikiran dan perasaan melalui tulisan untuk disampaikan kepada pembaca.
36
36 (2) Unsur-unsur Mengarang
Dalam membuat sebuah tulisan, diperlukan beberapa unsur yang harus diperhatikan. Menurut Gie (1992: 34), unsur mengarang terdiri atas gagasan, tuturan (narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi), tatanan, dan wahana.
a. Gagasan adalah topik yang berupa pendapat, pengalaman atau pengetahuan seseorang. Gagasan seseorang tergantung pada pengalaman masa lalu atau pengetahuan yang dimilikinya.
b. Tuturan, merupakan pengungkapan gagasan yang dapat dipahami pembaca. Terdapat bermacam-macam tuturan. antara lain; narasi, deskripsi dan eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
c. Tatanan, merupakan aturan yang harus diindahkan ketika akan menuangkan gagasan. Berarti ketika mengarang tidak sekedar mengarang namun harus dapat mengindahkan aturan-aturan dalam mengarang.
d. Wahana, sering juga disebut dengan alat. Wahana berupa kosakata, gramatika, retorika (seni memakai bahasa). Bagi penulis pemula, wahana sering menjadi masalah. Mereka menggunakan kosakata, gramatika, dan retorika yang masih sederhana dan terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut, seorang penulis harus memperkaya kosakata yang belum diketahui artinya. Seorang penulis harus rajin mengarang dan membaca.
37
37
Menurut David F. Haris (dalam Slamet, 2007) proses mengarang sekurang-kurangnya mencakup lima unsur, yaitu; (1) isi karangan atau adalah gagasan dari penulis yang akan dikemukakan, (2) bentuk karangan merupakan susunan atau penyajian isi karangan, (3) tata bahasa adalah kaidah-kaidah bahasa termasuk di dalamnya pola-pola kalimat, (4) gaya merupakan pilihan struktur dan kosakata untuk memberikan nada tertentu terhadap karangan tersebut, (5) ejaan dan tanda baca adalah penggunaan tata cara penulisan lambang-lambang bahasa tertulis.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa unsur-unsur mengarang terdiri atas pengungkapkan gagasan, fikiran yang digunakan penulis dalam menyampaikan tulisannya, tatanan dalam penulisan, dan wahana yang berupa kosakata, serta ejaan dan tanda baca.
(3) Manfaat Mengarang
Mengarang merupakan suatu kegiatan yang mempunyai banyak manfaat yang secara jelas diterangkan oleh para ahli perkembangan dan ahli bahasa (Akhadiah. dkk, 1994: 14-18) diantaranya sebagai berikut.
Dengan mengarang dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi pribadi yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang ditulis.
Melalui kegiatan mengarang dapat mengembangkan berbagai gagasan atau pemikiran yang akan dikemukakan.
38
38
a. Dari kegiatan mengarang dapat memperluas wawasan kemampuan berpikir, baik dalam bentuk teoritis maupun dalam bentuk berpikir terapan.
b. Permasalahan yang kabur dapat dijelaskan dan dipertegas melalui kegiatan mengarang.
c. Melalui tulisan dapat menilai gagasan sendiri secara objektif.
d. Dalam konteks yang lebih konkret masalah dapat dipecahkan dengan lebih melalui tulisan.
e. Dengan mengarang dapat memotivasi diri untuk belajar dan membaca lebih giat. Penulis menjadi penemu atau pemecah masalah bukan sekedar menjadi penyadap informasi dari orang lain.
f. Melalui kegiatan mengarang dapat membiasakan diri berbahasa secara tertib.
Dari pendapat di atas, jelas bahwa melalui mengarang seseorang akan mampu mengenali potensi yang dimilikinya. Penulis akan mengetahui sampai dimana pengetahuannya tentang suatu topik atau bahan yang akan dibuat tulisan karena untuk mengembangkan topik tersebut, penulis harus berpikir, menggali pengetahuan dan pengalamannya.
Mengarang sebuah karangan sederhana secara teknis dituntut memenuhi persyaratan dasar seperti kalau akan mengarang karangan yang rumit. Dalam mengarang karangan sederhana diperlukan adanya
39
39
pemilihan topik, membatasinya, mengembangkan gagasan, menyajikannya dalam kalimat dan paragraf yang tersusun secara logis, dan sebagainya. Walaupun demikian, kemampuan mengarang bukanlah milik orang yang mempunyai bakat dalam mengarang saja. Dengan latihan yang sungguh-sungguh kemampuan tersebut dapat dimiliki oleh siapa saja yang beminat dalam mengungkapkan gagasannya dalam bentuk tulisan
(4) Pembelajaran Mengarang Narasi di SD
Keterampilan mengarang merupakan salah bentuk keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi siswa, di samping keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca, baik selama mereka masih sekolah maupun dalam kehidupannya nanti dalam masyarakat.
Kemampuan mengarang siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Oleh sebab itu, pembelajaran menulis mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam pendidikan dan pengajaran di sekolah. Menurut Syafi'e (dalam Slamet, 2008: 72) bahwa keterampilan mengarang harus dikuasai oleh anak sedini mungkin dalam kehidupannya di sekolah.
Mengarang narasi merupakan bagian dari keterampilan mengarang. Pada jenjang SD, keterampilan mengarang narasi mulai di ajarkan pada siswa kelas tiga pada semester kedua. Pembelajaran ini juga diajarkan pada kelas berikutnya. Adapun salah satunya yaitu di kelas lima pada semester I, mengarang narasi berlanjut yaitu pada kompetensi
40
40
dasar mengarang karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan (Anonim, 2002).
Merujuk pada kurikulum tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran mengarang narasi selalu dikembangkan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan siswa. Oleh karena itu maka pendekatan, metode atau media yang digunakan dalam pembelajaran ini berbeda-beda tergantung dari kemampuan guru, sekolah, siswa, sarana, dan tujuan yang diharapkan. Hai ini tergantung dari pelaksanaan pembelajaran di sekolah masing-masing. terutama di sekolah unggulan dengan sumber daya manusia dan sarana yang memadai pembelajaran mengarang sangat diperhatikan.
Dari uraian tersebut, dapat diketahui bahwa pembelajaran mengarang narasi merupakan proses berkesinambungan mulai dari kelas tiga SD semester dua dan berlantut pada kelas-kelas berikutnya (di kelas lima) yang diperkenalkan dengan mengarang karangan berdasarkan pengalaman.
(5) Penilaian Mengarang Narasi
Tes kebahasaan merupakan hal yang wajib dilakukan oleh guru dalam pembelajaran bahasa. Melalui penilaian tersebut akan dapat diketahui hasil belajar siswa secara objektif. Penilaian akan mendapatkan hasil yang baik jika aspek-aspek yang dinilai dalam tulisan disajikan secara lebih rinci.
41
41
Kegiatan mengarang melibatkan aspek penggunaan tanda baca danejaan, penggunaan diksi dan kosakata, penataan kalimat, pengembangan paragraf, pengolahan gagasan dan paragraf, pengelolaan gagasan dan pengembangan model karangan (Slamet, 2007: 167).
Sehubungan dengan itu menurut Zaini Nlachmoed (dalam Nurgiyantoro, 2012: 299) menyatakan bahwa kategori-kategori pokok dalam mengarang meliputi. (1) kualitas dan ruang lingkup isi, (2) organisasi dan penyajian isi, (3) gaya dan bentuk bahasa, (4) mekanik:
tata bahasa, ejaan, tanda baca, kerapian tulisan, dan kebersihan, dan (5) respon efektif guru terhadap karya tulis.
Sejalan dengan hal tersebut Hanis dan Amran (dalam Nurgiyantoro, 2012: 231) mengemukakan bahwa unsur-unsur mengarang yang dinilai adalah sebagai berikut.
(1) Content yaitu; isi, gagasan yang dikemukakan.
(2) Form yaitu organisasi isi tulisan.
(3) Grammar yaitu tata bahasa dan pola kalimat yang digunakan dalam karangan.
(4) Style yaitu gaya, pilihan struktur dan kosa kata.
(5) Mechanics yaitu ejaan yang digunakan dalam tulisan.
Apabila dilihat dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur utama dalam mengarang yang diniiai adalah kualitas isi karangan yang selanjutnya diikuti dengan organisasi, gaya bahasa, ejaan, dan tanda baca. Oleh karena itu, pembobotan atau skor penilaian untuk
42
42
unsur utama dan terpenting ini memiliki porsi lebih besar bila dibandingkan dengan unsur yang lain. Seluruh aspek penilaian mengarang narasi (Nurgiyantoro, 2012:307-308) tersebut dapat disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel. Aspek Penilaian Mengarang Narasi Aspek yang
dinilai Skor Kriteria
Isi 27-30
22-26
17-21
13-16
Sangat baik- sempurna
Cukup-baik
Sedang- cukup
Sangat kurang- kurang
Padat informasi *Subtantif
pengembangan tesis tuntas relevan dengan permasalahan dan tuntas
Informasi cukup *subtansi cukup
*pengembangan tesis terbatas * relevan dengan masalah tetapi tak lengkap
Informasi terbatas *subtansi cukup
*pengembangan tesis tak cukup
*permasalahan tak cukup
Tak berisi *tak ada subtansi *tak ada pengembangan tesis * tak ada permasalahan
43
43 Kota kata 18-20
14-17
sangat baik- sempurna
cukup-baik
Ekspresi Lancar *gagasan
diungkapkan dengan jelas* padat
*tertata dengan baik * urutan logis*kohesif
Kurang lancar *kurang terorganisir tetapi ide utama terlihat *bahan pendukung terbatas *urutan logis tetapi tak lengkap
10-13
07-09
sedang- cukup
sangat kurang- kurang
Tak lancar *gagasan kacau, dan terpotong-potong * urutan dan pengembangan tak logis
Tak komunikatif * tak terorganisir
* tak layak nilai
Ketremapilam memilih kata
22-25
18-21
11-17
5-10
sangat baik- sempurna
cukup-baik
sedang- cukup
sangat- kurang
*pemanfaatan potensi kata canggih
*pilihan kata dan ungkapan tepat * menguasai pembentukan kata.
Pemanfaatan potensi kata agak canggih *pilihan kata dan
ungkapan kadang-kadang kurang tepat tetapi tak mengganggu
Pemanfaatan potensi kata terbatas
*sering teradi kesalahan
penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna.
Pemanfaatan potensi kata asal- asalan * pwngwtahuan tentang kosa kata rendah *tak layak nilai.
44
44 Aspek yang
dinilai Skor Kriteria
Penggunaan Ejaan
22-25
18-21
11-17
5-10
Sangat baik- sempurna
Cukup-baik
Sedang- cukup
Sangat- kurang
Konstruksi kompleks tetapi efektif
* hanya terjadi sedikit kesalahan pengunaan bentuk kebahasaan.
Konstruksi sederhana tetapi efektif
*kesalahan kecil pada konstruksi kompleks * terjadi sejumlah kesalahan tetapi makna tak kabur.
Terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat *makna membingungkan atau kabur
Tak menguasai aturan sintaksis
*terdapat banyak kesalahan *tak komunikatif *tak layak nilai
Keterampilan membuat deskripsi
5
22-26
17-21
13-16
Sangat baik- sempurna
Cukup-baik
Sedang- cukup
Sangat- kurang
Mengusai aturan penulisan *hanya terdapat beberapa kesalahan ejaan.
Kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan tetapi tak mengaburkan makna
Sering terjadi kesalahan ejaan
*makna membingungkan atau kabur
Tak menguasai aturan penulisan
*terdapat banyak kesalahan eajaan
*tulisan tak terbaca *tak layak nilai Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hakikat kemampuan mengarang narasi adalah suatu kekuatan atau kecakapan untuk mengungkapkan ide atau gagasan
45
45
dalam bentuk tulisan yang mengisahkan suatu peristiwa, sesuai dengan urutan waktu kejadian yang telah terjadi.
Hakikat kemampuan mengarang narasi dalam penelitian ini adalah kecakapan secara menyeluruh yang dimiliki oleh siswa, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan gagasannya ke dalam sebuah karangan yang menceritakan suatu peristiwa yang berdasarkan pada serangkaian waktu.
3. Mind Mapping
Agar lebih mudah dalam menyampaikan materi pelajaran diperlukan sebuah metode untuk menyampaikannya. Menurut Edward (2012: 14) bahwa metode yang dibutuhkan lebih spesifik merupakan sebuah cara. Dengan kata lain, metode pembelajaran adalah sebuah cara dalam pembelajaran yang tersusun secara sistematik dan terarah yang akan mempermudah dalam aktivitas pengajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dapat diartikan juga, bahwa metode pembelajaran adalah cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan (Edward, 2012: 14).
Menurut Slamet (2008: 65) bahwa metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran bahasa tertuang dalam rencana pembelajaran bahasa, yang mencakup pemilihan, penentuan dan penyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarkan.
46
46
Terkait dengan metode pembelajaran dalam aspek menulis atau mengarang yang merupakan salah satu keterampilan berbahasa, maka salah satu metode yang dapat dipakai adalah metode peta pikiran (mind mapping). Metode ini merupakan sistem terbaru yang di desain sesuai dengan kerja alami otak manusia (Edward, 2008: 21). Metode mind mapping menggunakan berbagai gambar dan warna yang akan menyeimbangkan cara kerja kedua otak. Sehingga dengan metode ini dapat menjadikan anak lebih senang untuk belajar.
Hasil belajar adalah metode peta pikiran atau disebut mind mapping.
Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Buzan pada awal 1970-an yaitu, seorang ahli dan penulis produktif di bidang psikologi, kreativiias dan pengembangan diri (Buzan, 2008: 28), diungkapkan bahwa mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara hafiah yang akan "memetakan"
pikiran.
Sejalan dengan hal tersebut DePorter, dkk. (2005: 67) mengatakan bahwa peta pikiran (mind mapping) adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan kita mengingat banyak informasi. Mind map atau peta pikiran adalah sebuah diagram yang digunakan untuk mempresentasikan kata-kata. Ide-ide (pikiran).
Tugas-tugas atau hal-hal lain yang digunakan untuk menggeneralisasikan, menvisualisasikan serta mengklasifikasikan ide-ide dan sebagai bantuan dalam belajar , berorganisasi, pemecahan masalah, pengambilan keputusan serta dalam menulis (http://en.wikipedia.org/wiki/Mind_map).
Sementara itu DePorter dan Hemacki (2006: 87) mengungkapkan bahwa peta pikiran menggunakan pengingat-ingat visual dan sensorik dalam suatu pola
47
47
dari ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta pikiran ini dapat membangkitkan ide orisinal dan memicu ingatan yang mudah.
Mind mapping atau peta pikiran adalah cara paling efektif dan efisien
untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan data dari ke otak (Edward, 2012: 63), serta.merupakan cara yang mudah untuk menggali informasi dari dalam dan dari luar otak. Dalam peta pikiran, sistem bekerja otak diatur secara alami (Buzan, 2007: 35.).
Otomatis kerjanya pun sesuai dengan kealamian cara berpikir manusia.
peta pikiran membuat otak manusiater-eksplor dengan baik, dan bekerja sesuai fungsinya. Seperti kita ketahui, otak manusia terdiri dari otak kanan dan oiak kiri.
Dalam peta pikiran, kedua sistem otak diaktifkan sesuai porsinya masing-masrng.
Kemampuan otak akan pengenalan visual untuk mendapatkan hasil yang sebesar- besamya (Buzan, 2008: 11). Dengan kombinasi warna, gambar, dan cabang- cabang melengkung, akan merangsang secara visual. Sehingga infomasi dari mind mapping mudah untuk diingat.
Dari berbagai pendapat para ahli tersebut dapat lebih ditegaskan lagi oleh John W. Budd (2004) yang mengungkapkan bahwa peta pikiran (mind mapping) merupakan garis besar dari kategori utama dan pikiran-pikiran kecil yang digambarkan sebagai cabang dari cabang pikiran yang lebih besar. Dengan peta pikiran daftar informasi yang panjang dapat dialihkan menjadi diagram warna- warni, sangat teratur, dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan berbagai hal (Budd.2004).
48
48
Dari uraian di atas, dapat diambil sebuah definisi bahwa peta pikiran (mind mapping) adalah suatu cara memetakan sebuah informasi yang digambarkan ke dalam bentuk cabang-cabang pikiran dengan berbagai imajinasi kreatif yang dapat digunakan untuk memberikan kemudahan dalam .kegiatan mengarang pada siswa, utamanya siswa kelas awal yang masih kurang dalam referensi kosa kata.
(1) Langkah-langkah Membuat Peta Pikiran (Mind Mapping)
Sebelum membuat sebuah peta pikiran diperlukan beberapa bahan, yaitu kertas kosong tak bergaris, pena dan pensil wama, otak, serta imajinasi. Buzan (2008: 15) mengemukakan ada tujuh langkah untuk untuk membuat mind mapping Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:
a. Dimulai dan bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya dilektakkan mendatar (landscape). Karena apabila dimulai dari tengah akan memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya secara lebih bebas dan alami.
b. Menggunakan gambar atau foto untuk sentral. Karena sebuah gambar atau foto akan mempunyai seribu kata yang membantu otak dalam menggunakan imajinasi yang akan diungkapkan.
Sebuah gambar sentral akan lebih menarrk, membuat otak tetap terfokus, membantu otak berkosentrasi, dan mengaktifkan otak.
49
49
c. Menggunakan warna yang menarik. Karena bagi otak, wama sama menariknya dengan gambar. Warna membuat peta pikiran (mind mapping) lebih hidup, menambah energi pada pemikiran yang kreatif dan menyenangkan.
d. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan
dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tingkat tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Karena otak bekeja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (atau tiga atau empat) hal sekaligus. Apabila cabang-cabang dihubungkan akan lebih mudah dimengerti dan diingat.
e. Membuat garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus.
Karena dengan garis lurus akan membosankan otak. Cabang- cabang yang melengkung dan organis seperti cabang-cabang pohon jauh lebih menarik bagi mata.
f. Menggunakan satu kata kunci untuk setrap garis. Karena dengan kata kunci tunggal dapat memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada peia pikiran (mind mapping).
g. Menggunakan gambar. Karena seperti gambar sentral. setiap gambar bermakna seribu kata.
50
50 ( 2 ) Kegunaan Peta Pikiran (Mind Mapping)
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, siswa dapat menggunakan metode peta pikiran (mind mapping) sebagai gagasan dalam kegiatan menulis. Di dalam kegiatan menulis, peta pikiran dapat membantu siswa dalam menyusun informasi dan melancarkan aliran pikiran. Peta pikiran dapat membantu siswa dalam mengatasi hambatan menulis.
Tugas menulis dapat menghasilkan beberapa peta pikiran, saat topik-topik utama yang mungkin berkembang menjadi subjek bani, dengan pcmikiian dan penjelajahan lebih lanjut. Di samping itu, menurut Maghfiroh (2012) menyatakan bahwa peta pikiran (mind mapping) mempunyai beberapa kelebihan yaitu:
a. Mudah melihat gambaran keseluruhan:
b. Membantu otak untuk: mengatur, mengingat, membandingkan, dan membuat hubungan;
c. Memudahkan penambahan informasi baru, d. Pengkajian ulang bisa lebih cepat;
e. Setiap peta bersifat unik.
Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan metode peta pikiran (mind mapping) akan memudahkan siswa dalam pembelajaran khususnya dalam menulis narasi bagi siswa SD dengan mengorganisasikan pikirannya untuk dituangkan dalam bentuk tulisan narasi.
51
51
( 3) Implementasi Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Menulis Narasi
Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mcmpengaruhi tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Dengan kata lain, bahwa proses pembelajaran adalah proses yang berkesinambungan antara pembelajar dengan segala sesuatu yang menunjang terjadinya perubahan tingkah laku.
Dalam mencapai proses yang berkesinambungan itulah diperlukan metode yang tepat untuk diterapkan, menurut Tarigan (1991) bahwa metode apapun yang digunakan dalam pengajaran bahasa, jelas bahwa tujuan utamanya ialah agar para siswa pembelajar dapat menjadi lebih terampil atau mampu berbahasa.
Metode peta pikiran (mind mapping) sangat tepat digunakan dalam pembelajaran menulis narasi. Metode mencatat ini, didasarkan pada penelitian tentang cara otak memproses informasi, bekerja sama dengan otak, dan bukan menentangnnya (Buzan dalam DePorter. dkk, 2005: 121) Saat otak mengingat informasi, biasanya dilakukan dalam bentuk gambar warna-warni, simbol, bunyi, dan perasaan (Damasio dalam DePorter, dkk., 2005: 123).
Diungkapkan pula bahwa peta pikiran adalah sebuah teknik atau metode yang sangat jelas yang memanfaatkan kata-kata, kesan-kesan,
52
52
angka-angka, logika, irama, warna dan keterampilan-ketterampilan ruang (Franz, 2012). Dengan metode peta pikiran (mind mapping) tentu akan sangat membantu siswa memanfaatkan potensi kedua belah otak. Karena interaksi yang luar biasa antara kedua belahan otak dapat memicu kreativitas yang memberikan kemudahan dalam proses mengingat dan berpikir. Dengan telah terbiasanya siswa menggunakan dan mengembangkan potensi dua otaknya, akan dicapai peningkatan beberapa aspek yaitu; konsentrasi, kreatifitas, daya ingat, dan pemahaman sehingga siswa dapat mengambil keputusan berkualitas yang tepat (Franz, 2012).
Terdapat bagian yang sulit dalam proses menulis, yaitu mengetahui hal apa yang akan ditulis, apa temanya, dan bagaimana memulainya. Dengan peta pikiran, sebuah tema dapat dijabarkan ke dalam ranting-ranting tema yang lain sehingga menjadi pengembang gagasan dalam menulis. Dalam menulis narasi, kreativitas dan imajinasi sangat diperlukan untuk mengembangkan idea atau gagasan menjadi sebuah karangan yang menarik sehingga imajinasi dan kreativitas merupakan ranah kerja otak kanan.
Berdasarkan paparan sebelumnya, bahwa peta pikiran (mind mapping) menggunakan gambar, warna, dan kata kuncinya dapat
membangkitkan fungsi otak kanan sehingga memunculkan ide-ide baru yang kreatif dan imajinatif. Lebih jauh lagi, apabila dibandingkan dengan metode konvensional yang selama ini diterapkan dalam pembelajaran