• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pemberian konsentrasi giberelin sebagai zp (zat peng atur tumbuh) alami terhadap pertumbuhan dan hasil produksi bawang merah (Allium Ascalonicum L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh pemberian konsentrasi giberelin sebagai zp (zat peng atur tumbuh) alami terhadap pertumbuhan dan hasil produksi bawang merah (Allium Ascalonicum L.)"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRASI GIBERELIN SEBAGAI ZPT (ZAT PENGATUR TUMBUH) ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

HASIL PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L) DI DESA BOAK KECAMATAN UNTER IWES KABUPATEN SUMBAWA

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

MALLIKA FEBRYOLLAH 04.01.18.023

(2)

TUGAS AKHIR

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRASI GIBERELIN SEBAGAI ZPT (ZAT PENGATUR TUMBUH) ALAMI TERHADAP PERTUMUBHAN DAN

HASIL PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L) DI DESA BOAK KECAMATAN UNTER IWES KABUPATEN SUMBAWA

Diajukan sebagai syarat

Untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Pertanian (S.Tr.P)

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

MALLIKA FEBRYOLLAH 04.01.18.023

(3)

HALAMAN PERUNTUKAN

Karya ini saya persembahkan untuk orang-orang

yang sayacintai:

1. Terimakasih untuk Bapak dan Ibu saya atas

segala Doa, dukungan, arahan dan nasehat

nasehatnya.

2. terimakasih untuk diri sendiri sudah mampu

bertahan sampai titik ini.

3. Terimakasih untuk sahabat saya nabila dan itut,

yang selalu membantu dan siap untuk saya

repotkan, you are the best partner.

4. Anggota BCT Team, keluarga besar saya,

terimakasih sudah menjadi Support System.

(4)

PERNYATAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam naska Tugas Akhir ini tidak terdapat karya ilmia yang pernah di ajukan oleh orang lain sebagai Tugas Akhir atau untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah tertulis atau di terbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis di kutip dalam naska ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabilah di dalam naska tugas akhir ini dapat dibuktikan terdapat unsur- unsur PLAGIASI, saya bersedia tugas akhir ini digugurkan dan gelar vokasi yang telah saya peroleh (S.Tr) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undang yang berlaku.

Malang, Juli 2022 Mahasiswa

Mallika Febryollah 04.01.18.023

(5)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

NIP. 19690511 199602 1 001 TUGAS AKHIR

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRASI GIBERELIN SEBAGAI

ZPT (ZAT PENGATUR TUMBUH) ALAMI TERHADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L)

DI DESA BOAK KECAMATAN UNTER IWES KABUPATEN SUMBAWA

MALLIKA FEBRYOLLAH 04.01.18.023

Malang, Agustus 2021

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. IGN. Muditha, M.Sos Drs. Tri Wahyudie, M.Si NIP. 19570722 197902 1 001 NIP. 196312231999031001

Menyetujui, Direktur

Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

Dr. Setya Budhi Udrayana, S.Pt, M.Si

(6)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

NIP. 19631228 198803 1 001 TUGAS AKHIR

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRASI GIBERELIN SEBAGAI

ZPT (ZAT PENGATUR TUMBUH) ALAMI TERHADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L)

DI DESA BOAK KECAMATAN UNTER IWES KABUPATEN SUMBAWA

MALLIKA FEBRYOLLAH 04.01.18.023

Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 29 Juli 2022 Dinyatakan

telah memenuhi syarat.

Mengetahui,

Penguji I Penguji II

Drs. IGN. Muditha, M.Sos NIP. 19570722 197902 1 001

Drs. Tri Wahyudie, M.Si NIP. 196312231999031001

Penguji III,

Achmad Nizar, SST, M.Sc

(7)

RINGKASAN

MALLIKA FEBRYOLLAH, NIRM 04.01.18.023. PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRASI GIBERELIN SEBAGAI ZPT (ZAT PENGATUR TUMBUH) ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L) DI DESA BOAK KECAMATAN UNTER IWES KABUPATEN SUMBAWA. Komisi Pembimbing:

Drs. IGN. Muditha, M.Sos dan Drs. Tri Wahyudie, M.Si

Tujuan dari Tugas Akhir ini yaitu: (1) Mengetahui pengaruh pemberian konsentrasi ZPT alami yang giberelin terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah. (2) Meyusun rancangan penyuluhan tentang pemberian konsentrasi ZPT alami yang giberelin terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah. (3) Mengetahui tingkat pengetahuan petani tentang pemberian konsentrasi ZPT alami yang giberelin terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah.

Pelaksanaan penelitian Tugas Akhir dilaksanakan pada bulan Maret-Jmei 2022. Tahapan kegiatan yan dilaksanakan yaitu: (1) Pembuatan ZPT Alami giberelin dari rebung bambu dengan metode kajian Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dan menggunakan 2 faktor, dimana Faktor 1 : Konsentrasi Pemberian ZPT (P) dengan 1 perlakuan kontrol dan 3 perlakuan pemberian ZPT. Perlakuan yang digunakan yaitu P0 = Kontrol, P1 = 20 ml Mol/liter air, P2 = 40 ml Mol/liter air dan P3 = 60 ml Mol/liter air. kemudian Faktor 2 : Waktu Pemberian Mol (W) dengan 3 perlakuan perbedaan waktu pemberian mol, yaitu W1 = 1 mst, W2 = 3 mst dan W3= 5 mst. Masing-masing kombinasi perlakuan diulang 3 kali dan banyaknya satuan percobaan adalah 36 satuan percobaan. (2) Budidaya bawang merah (umbi bibit, penyiapan lahan, pemupukan dasar, penanaman dan pemeliharaan tanaman). (3) Rancangan penyuluhan terdiri dari:

Pemilihan dan penetapan lokasi penyuluhan di Desa Boak Kecamatan Uter Iwes Kabupaten Sumbawa, sasaran berjumlah 20 orang, materi penyuluhan yaitu Pembuatan zpt alami giberelin dari rebung bambu terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah. Metode penyuluhan yang digunakan yaitu ceramah, diskusi dan demonstrasi hasil. Media penyuluhan yang digunakan yaitu leaflet, video dan benda sesungguhnya.

Kesimpulan pelaksanaan Tugas Akhir yaitu: (1) terdapat interaksi antara konsentrasi pemberian zpt rebung bambu dan waktu pemberian zpt rebung bambu terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah. Perlakuan zpt rebung bambu berpengaruh nyata pada parameter tinggi, jumlah dau, berat basa,berat kering, dan jumlah umbih, sehingga di hasilkan hasil kajian terbaik terdapat pada konsentrasi 40 ml/L dengan waktu pemberian 3 mst ( W2). (2) Tingkat pengetahuan petani tentang pembuatan ZPT alami rebung bambu terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah menunjukkan bahwa rata-rata sasaran yang mengetahui ZPT rebung bamboo dengan rata-rata sebanyak 16 sasaran atau 79,75% dan sasaran yang tidak mengetahui dengan rata-rata sebanyak 4 sasaran atau 20,24% sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan sasaran termasuk dalam kategori tinggi.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul Pengaruh Pemberian Konsentrasi Giberelin Sebagai ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) Alami terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L) Di Desa Boak Kecamatan Unter Iwes Kabupaten Sumbawa. Laporan di susun sebagai syarat menyelesaikan studi sebagai mahasiswa di Politkneik Pembangunan Pertanian Malang dan untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Pertanian (S.Tr.P).

Selama penyusunan Laporan ini penulis tidak lepas dari bantuan, saran dan kritik banyak pihak. Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada yang terhormat :

1. Drs. IGN Muditha, M.Sos, selaku Pembimbing I 2. Drs.Tri Wahyudie, M.Si selaku Pembimbing II

3. Dr. Eny Wahyuning P, SP, MP, selaku Ketua Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan

4. Dr. Setya Budhi Udrayana, S.Pt, M.Si, selaku Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir

Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, isi maupun tata penulisan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat diharapkan, sehingga penulisan Laporan Tugas Akhir ini dapat tersusun dengan baik, dan dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Malang, Juli 2022

Penulis

i

(9)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan ... 4

1.4 Manfaat ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Penelitian Terdahulu ... 6

2.2 Landasan Teori ... 10

2.2.1 Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) ... 10

2.2.2 Giberelin (Gibberelic Acid) ... 11

2.2.3 Rebung Bambu ... 14

2.2.4 Tinjauan Umum Tanaman Bawang Merah ... 17

2.3 Penyuluhan Pertanian ... 24

2.3.1 Pengertian Penyuluhan Pertanian ... 24

2.3.2 Tujuan Penyuluhan Pertanian... 25

2.3.3 Sasaran Penyuluhan Pertanian ... 26

2.3.4 Materi Penyuluhan Pertanian... 26

2.3.5 Metode Penyuluhan Pertanian ... 27

2.3.6 Media Penyuluhan Pertanian ... 28

2.3.7 Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 29

2.4 Kerangka Pikir ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Lokasi dan Waktu ... 33

3.2 Metode Kajian ... 33

3.2.1 Alat dan Bahan ... 33

3.2.2 Rancangan Kajian ... 33

3.2.3 Metode Pengacakan ... 35

3.2.4 Pelaksanaan Kajian ... 36

(10)

iii

3.2.5 Parameter Pengamatan ... 39

3.2.6 Analisis Data ... 40

3.2.7 Definisi Operasional ... 40

3.3 Metode Perancangan Penyuluhan ... 41

3.3.1 Penentuan Tujuan Penyuluhan pertanian ... 41

3.3.2 Penentuan Sasaran Penyuluhan ... 41

3.3.3 Penentuan Materi Penyuluhan ... 41

3.3.4 Penentuan Metode Penyuluhan ... 41

3.3.5 Penentuan Media Penyuluhan ... 41

3.3.6 Penentuan Evaluasi Penyuluhan ... 42

3.3.7. Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.3.8. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen Evaluasi... 42

3.4 Impementasi/Uji Coba Rancangan... 43

3.4.1 Lokasi dan Waktu ... 43

3.4.2 Persiapan Penyuluhan ... 43

3.4.3 Pelaksanaan Penyuluhan ... 43

3.4.4 Evaluasi Penyuluhan ... 44

BAB IV HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Pengaruh Konsentrasi Giberelin sebagai ZPT terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L) ... 45

4.1.1 Tinggi Tanaman ... 45

4.1.2 Jumlah Daun ... 46

4.2 Pengaruh Konsentrasi Giberelin sebagai ZPT terhadap Produksi Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L) ... 47

4.2.1 Berat Basah dan Berat Kering ... 47

4.2.2 Jumlah Umbi ... 48

BAB V PERANCANGAN DAN UJI COBA RANCANGAN PENYULUHAN .. 50

5.1 Perancangan Penyuluhan ... 50

5.1.1 Keadaan Wilayah ... 50

5.1.2 Perancangan Penyuluhan Pertanian ... 55

5.2 Implementasi/ Uji Coba Rancangan Penyuluhan ... 56

5.2.1 Lokasi dan Waktu ... 56

5.2.2 Persiapan Penyuluhan ... 57

5.3 Evaluasi Penyuluhan ... 58

BAB VI PEMBAHASAN / DISKUSI ... 61

6.1 Pembahasan... 61

(11)

iv

6.1.1 Tinggi Tanaman Bawang Merah (cm) ... 61

6.1.2.Jumlah Daun ... 61

6.1.3 Berat Basah dan Berat Kering ... 63

6.1.4 Jumlah Umbi ... 64

6.2 Pembahasan Hasil Implementasi Penyuluhan ... 64

6.3 Hasil Evaluasi Penyuluhan ... 65

6.4 Rencana Tindak Lanjut ... 66

BAB VII PENUTUP ... 67

7.1 Kesimpulan ... 67

7.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(12)

v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Deskripsi Bawang Merah Varietas Super Philip ... 21

3.1 Kombinasi Perlakuan ... 36

3.2 Parameter Pengamatan ... 42

4.1 Menjaring Data ... 47

4.2 Kisi-kisi instrument ... 49

5.2 Penggunaan Lahan Desa Boak ... 53

5.3 Data Jumlah Penduduk ... 54

5.4 Data Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 55

5.5 Data Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 56

5.6 Data Potensi Komoditi Tanaman Holtikultura ... 57

(13)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pikir ... 33 3.1 Denah Rancangan Percobaan ... 36 5.1 Peta Wilayah ... 52

(14)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kuesioner ... 75

2. Penetapan Media Penyuluhan Pertanian ... 77

3. Penetapan Metode Penyuluhan ... 78

4. Peneliti Terdahulu ... 79

5. Data Diri Sasaran Penyuluhan ... 81

6. Tabulasi Data Kuesioner ... 82

7. Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman ... 83

8. Uji Normalitas Tinggi Tanaman ... 85

9. Hasil Analisis Anova pada Tinggi Tanaman ... 88

10. Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun ... 90

11. Uji Normalitas Jumlah Daun ... 92

12. Hasil Analisis Anova pada Jumlah Daun ... 95

13. Hasil Pengamatan Tanaman Bawang Merah ... 97

14. Uji Normalitas Hasil Tanaman Bawang Merah... 99

15. Hasil Analisis Anova pada Tanaman Bawang Merah ... 101

16. Rekapitulasi Hasil Kuesioner ... 107

17. Uji Validitas Kuesioner ... 108

18. Hasil Uji Reabilitas ... 109

19. Media Penyuluhan ... 110

20. Sinopsis ... 111

21. Daftar Hadir Penyuluhan ... 113

22. Berita Acara Penyuluhan ... 114

23. LPM (Lembar Persiapan Menyuluh) ... 115

24. Dokumentasi Kegiatan... 116

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bawang merah merupakan komoditas utama sayuran di Indonesia yang memiliki banyak manfaat, baik digunakan sebagai sayuran rampah, juga dimanfaatkan sebagai obat tradisional karena mengandung asam amino allin yang berfungsi sebagai antibiotik. Selain itu bawang merah juga dapat digunakan sebagai bumbu masakan dan penyedap masakan. Bawang merah bukan kebutuhan pokok, namun fungsinya sebagai bumbu penyedap makanan tidak dapat digantikan. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) memiliki prospek pasar yang bagus dan termasuk dalam komoditas unggulan nasional. Bawang merah merupakan salah satu komoditas strategis, karena sebagian besar masyarakat Indonesia membutuhkan terutama untuk bumbu masak sehari-hari sehingga mempengaruhi makro ekonomi dan tingkat inflasi (Handayani, 2014). Untuk memenuhi kebutuhan bawang merah dalam negri, pemerinta menempu berbagai cara dalam teknik budidaya bawang merah (Kementrian Pertanian,2020)

Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan daerah penghasil bawang merah yang cukup tinggi. Sumbawa merupakan salah satu wilayah pengembangan bawang merah yang memiliki potensial di Provinsi NTB. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi bawang merah di Indonesia mencapai 1,82 juta ton pada 2020. Jumlah itu meningkat 14,88% dari tahun sebelumnya.

yang sebesar 1,58 juta ton Produksi bawang merah menunjukkan tren yang fluktuatif sepanjang tahun lalu. Pada Januari 2020, produksi bawang merah tercatat sebesar 152,93 ribu ton. Tercatat produksi bawang merah mencapai 203,02 ribu ton pada akhir tahun lalu. Berdasarkan provinsinya, Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan produksi bawang merah sebesar 188,74 ribu ton atau 10,4%.

(16)

2

Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi bawang merah dengan merangsang perkembangan umbi agar dapat memper banyak umbi dan memperbesar ukuran umbi. Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan melakukan pengaplikasian zat pengatur tumbuh. Selanjutnya Hakiki (2015), menyatakan metode penambahan zat pengatur tumbuh (ZPT) saat budidaya bawang merah juga dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas tanaman bawang merah.

Percepatan dan peningkatan produksi bawang merah dapat dilakukan dengan memperbaiki teknik budidaya. Salah satu faktor utama yang dapat dilakukan untuk mencukupi kebutuhan bawang merah adalah dengan perluasan areal tanam bawang merah dan perbaikan teknik budidaya melalui pemupukan dan penggunaan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) untuk meningkatkan produksi dan memperbaiki struktur tanah sehingga penyerapan unsur hara oleh akar tanaman menjadi lebih baik. Pemberian pupuk dapat menggunakan pupuk kalium sedangkan pemberian ZPT dapat menggunakan giberelin.Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi yang rendah dapat mendorong, menghambat atau secara kuantitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Tanaman yang merupakan sumber ZPT alami, seperti rebung bambu sebagai sumber giberelin. Rebung bambu mempunyai kandungan hormon pertumbuhan yang cukup tinggi (Kencana dkk, 2012). Hinayah N (2015) menerangkan proses pembuatan zat pengatur tumbuh dari bahan rebung bambu cukup sederhana yaitu dengan cara menambahkan Effective Microorganisme (EM4). Pemberian ZPT dari rebung bambu ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah anakan dan ukuran umbi tanaman bawang merah. Peningkatan jumlah anakan dan ukuran umbi diharapkan dapat memenuhi target kebutuhan bawang merah di Indonesia.Penelitian Kurniati et al (2017), menyatakan bahwa aplikasi

(17)

3

ekstrak rebung bambu dan ekstrak bawang merah mempunyai potensi untuk diaplikasikan pada benih, untuk mendapatkan bibit kemiri sunan yang baik, Ilmu Pertanian Tropika dan Subtropika (2021). mengandung unsur kalium, fosfor, kalsium serta fitohormon giberelin (Nugroho, 2014).

Bambu merupakan tanaman berumpun, termasuk dalam suku Graminaeae. Rebung, tunas bambu atau disebut juga trubus bambu merupakan

kuncup bambu muda yang muncul dari dalam tanah yang berasal dari akar rhizome maupun buku-bukunya.rebung bambu merupakan anakan dari bambu, rebung yang masih bisa kita konsumsi sebagai sayur berumur berkisar 1-5 bulan.

Rebung dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang tergolong kedalam jenis sayur-sayuran. Tidak semua jenis bambu dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, karena rasanya yang pahit.

Di Desa Boak Kecamatan Unter Iwes, petani sudah terampil cara budidaya tanaman bawang merah, tetapi petani belum banyak mengetahui bahwa penggunaan dosis ZPT Alami yang mengandung giberelin dari rebung bambu yang mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman dan produksi hasil tanaman dan petani belum manfatkan rebung bambu sebagai bahan bahan zpt giberelin alami yang tumbuh di sekitaran lahan tanaman bawang merah.

Permasalahan yang dihadapi petani yaitu kurangnya pengetahuan petani tentang penggunaan bahan organik atau alami, karena petani masih menggunakan pupuk anorganik untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman sehingga menurunkan produksi dan kualitas bawang merah. Penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan pada tanah dan penurunan produksi hasil bawang merah. Dengan menggunakan bahan organik seperti penggunaan dosis zpt alami yang mengandung giberelin dapat mengatasi masalah lingkungan dan membantu menjawab kelangkaan dan mahalnya harga bahan anorganik saat ini.

(18)

4

Berdasarkan hasil identifikasi masalah tersebut maka perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pemberian dosis zpt alami yang mengandung giberelin, sehingga mendorong penulis untuk melaksanakan kajian tentang

„‟Pengaruh Pemberian konsentrasi Giberelin sebagai ZPT Alami (Zat Pengatur Tumbuh) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicium L.)”

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh pemberian konsentrasi ZPT alami yang giberelin terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah Di Desa Boak Kecamatan Uter Iwis Kabupaten Sumbawa ?

2. Bagaimana menyusun rancangan penyuluhan pemberian konsentrasi ZPT alami yang giberelin terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah Di Desa Boak Kecamatan Uter Iwis Kabupaten Sumbawa?

3. Bagaimana mengetahui tingkat pengetahuan petani tentang pemberian konsentrasi ZPT alami yang giberelin terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah Di Desa Boak Kecamatan Uter Iwis Kabupaten Sumbawa?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengaruh pemberian konsentrasi ZPT alami yang giberelin terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah Di Desa Boak Kecamatan Uter Iwis Kabupaten Sumbawa.

2. Meyusun rancangan penyuluhan tentang pemberian konsentrasi ZPT alami yang giberelin terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah Di Desa Boak Kecamatan Uter Iwis Kabupaten Sumbawa.

(19)

5

3. Mengetahui tingkat pengetahuan petani tentang pemberian konsentrasi ZPT alami yang giberelin terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah Di Desa Boak Kecamatan Uter Iwis Kabupaten Sumbawa.

1.4 Manfaat

A. Manfaat Bagi Akademik

1. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran atau referensi bagi peneliti lainnya yang akan mengakaji pada bidang yang sama.

2. Menjadi referensi bagi mahasiswa lain yang ingin mengetahui pemanfaatan Giberelin sebagai ZPT alami dari rebung bambu untuk budidaya tanaman bawang merah.

3. Bentuk implementasi studi vokasi selama mengikuti proses pembelajaran di Polbangtan Malang.

(20)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan sebagai dasar teori dalam melaksanakan penelitian ini, ditinjau dari penelitian terdahulu tidak terdapat kesamaan judul dengan judul-judul yang ditulis oleh peneliti tetapi ada beberapa metode yang dapat dijadikan referensi bagi penulis. Hasil dari penelitian yang dijadikan sebagai referensi tidak terlepas dari topik penelitian yang akan diteliti. Berikut adalah penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi :

Penelitian yang dilakukan oleh Eric Pandingan, Mariati dan Jonis Ginting (2015) dengan judul “Respons Pembungaan dan Hasil Biji Bawang Merah Terhadap Aplikasi Giberelin (GA3) dan Fosfor”. Penelitian dilaksanakan di lahan pertanian masyarakat Desa Hatoguan, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ZPT Giberelin dan pemberian pupuk fosfor terhadap pembangaan dan hasil biji bawang merah dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan, yaitu konsentrasi giberelin (0,25 ppm, 50 ppm, 75 ppm dan 100pp) dan dosis pupuk SP 36 (10 g/plot, 20 g/plot dan 30 g/plot ). Hasil analisis sidik ragam menujukan bahwa terdapat interaksi antara perlakuan ZPT Giberelin dan pupuk SP 36 terhadap parameter persentase tanaman berbunga per plot. Aplikasi ZPT Giberelin berperan dalam terjadinya inisiasi pembungaan sehingga tanaman bawang merah dapat dirangsang untuk membentuk organ umbel sebagai tempat melekatnya bunga-bunga untuk selanjutnya berkembang pada proses pembuahan dan memproduksi biji serta dengan adanya pupuk SP 36 yang berfungsi dalam membantu dalam proses generatif pada tanaman serta meningkatkan kualitas produksi biji tanaman sehingga menghasilkan interaksi

(21)

7

pada pembentukkan umbel tanaman bawang merah. Kombinasi perlakuan terbaik pada G3P2 (75 ppm giberelin dan 280 kg/ha SP 36) yang menghasilkan persentase tanaman berbunga per plot tertinggi (24%) dan jumlah umbel per sampel terbanyak (1,27 umbel). Sedangkan perlakuan giberelin dan pupuk SP 36 tid;ak berpengaruh nyata terhadap parameter lainnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Achmad Nizar (2018) dengan judul

“Pengaruh Penggunaan Rebung Bambu Sebagai Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L) Varietas Lokal Bauji”. Penelitian bertujuan untuk mengetahui konsentrasi zat pengatur tumbuh organik yang terbuat dari rebung bambu pada pertumbuhan dan produksi bawang merah varietas local bauji. Penelitian dilaksanakan di lahan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Malang pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2018. Metode penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK). Perlakuan yang digunakan terdiri dari P0 = tanpa perlakuan, P1 = 10 ml/Lt, P2 = 40 ml/Lt, P3 = 70 ml/Lt air. Sebelum ditanam, benih direndam selama 15 menit. Setiap perlakuan diulang 6 kali. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi 40 ml/liter air mempengaruhi secara nyata jumlah daun, jumlah umbi, diameter umbi, berat umbi basah, dan berat umbi kering.

Penelitian yang dilakukan oleh Enny Mutryarny dan Trisia Wulantika (2020) dengan judul “Pengruh Zpt Alami Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonium)”. Penelitian dilkukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Univeritas Lancang Kuning tentang pengaruh pemberian ZPT Alami terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah serta untuk mengetahui ZPT Alami terbaik dari 5 perlakuan yang diuji A1:

Kontrol, A2 : ZPT air kelapa 100%, A3 : ZPT Rebung Bambu 15 ml/l, A4 : ZPT Bonggol Pisang 15ml/l, A5 : ZPT bawang merah 15 ml/l. dengan 4 kelompok, 5 perlakuan sehingga diperoleh 20 plot percobaan. Data dianalisa dengan

(22)

8

menggunakan sidik ragam, bila F hitung perlakuan ≥ dengan F tabel 5%

dilakukan uji lanjut Duncants Multiple Range Test (DMRT). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa pemberian ZPT berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah umbi, berat segar umbi dan berat kering umbi. Namun tidak berpengaruh nyata terhadap parameter pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun. Perlakuan ZPT alami bawang merah memberikan hasil yang terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah.

Penelitian yang dilakukan oleh Nora Katrin, Nurbaiti dan Murniati (2021) dengan judul “Pengaruh Pemberian Giberelin dan Pupuk Kalium Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum)”.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui interaksi pemberian giberelin dan dosis kalium, pengruh dosis kalium pada berbagai konsentrasi giberelin, konsentrasi giberelin pada berbagai dosis kalium, pengaruh utama pupuk kalium dan giberelin yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan, Fakultas Pertanian Universitas Riau, Pekanbaru. Eksperimen disusun dalam rancang petak terbagi dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Dengan perlakukan petak utama yakni giberelin konsentrasi (0,100,200 dan 300)ppm. Anak petak pupuk kalium dosis (100 dan 200) kg KCl ha-1. Data yang dieroleh dianalisis secara statistik menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun, jumlah umbi per rumpun, diameter umbi, berat segar umbi per rumpun, berat segar umbi per plot, dan berat umbi layak simpan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat interaksi pemberian giberelin dengan pupuk KCl pada parameter berat segar umbi. Pemberian pupuk KCl 100 kg/ha-1 dan giberellin 200 ppm menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik pada parameter

(23)

9

jumlah umbi, berat segar umbi dan berat umbi layak simpan. Pemberian pupuk KCl 2 kg/ha-1 dan giberelin 100 ppm menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik pada parameter jumlah daun dan diameter umbi. Pemberian giberelin 200 ppm lebih baik dalam meningkatkan berat segar umbi dan berat umbi layak simpan.

Pemberian kalium pada 200 kg KCl ha-1 lebih baik meningkatkan tinggi dan jumlah daun tanaman bawang merah.

Penelitian yang dilakukan Farah Zairin, Marai Rahmawati, Mardhiah Hayati (2021) dengan judul “Pengaruh Kosentrasi Gibereln Terhadap Pertumbuhan Dan Hasl Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium ascalonicum)”.

Penelitian ini dilaksanakan Penggunaan giberelin pada beberapa varietas bawang merah merupakan faktor pendukung dalam berhasilnya budidaya bawang merah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari kedua faktor yang diteliti yaitu konsentrasi giberalin dan varietas, serta interaksi antara kedua faktor tersebut. Pelaksanaan penelitian dilakukan di Kebun Percobaan dua dan Laboratorium Hortikultura, Fakultas Pertanian. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial 3 x 3 dengan tiga ulangan. Faktor yang diteliti yaitu konsentrasi giberelin (0 ppm, 125 ppm, dan 250 ppm) dan tiga varietas (Bima Brebes, Tajuk, dan Vietnam). Hasil penelitian memperlihatkan, konsentrasi giberelin berpengaruh nyata pada tinggi tanaman umur 40 HST. Tanaman tertinggi dijumpai pada perlakuan kontrol. Tinggi tanaman umur 70 HST tertinggi pada varietas Tajuk. Jumlah anakan per rumpun umur 30, 40, 50, 60 dan 70 HST, dan jumlah umbi per rumpun tertinggi pada varietas Bima Brebes. Tidak terdapat interaksi yang nyata antara kedua faktor yang diteliti.

(24)

10

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)

Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik alami atau sintetis yang mempromosikan, menghambat atau memodifikasi pertumbuhan secara kuantitatif dan perkembangan tanaman (Varalakshmi dan Malliga, 2012). Zat Pengatur Tumbuh merupakan senyawa sintesis yang mempunyai aktivitas kerja yang sama seperti hormon tanaman (Seswita, 2020). Perannya antara lain mengatur kecepatan pertumbuhan dari masing-masing jaringan dan mengintegrasikan bagian-bagian tersebut untuk menghasilkan bentuk yang kita kenal sebagai tanaman (Lestari, 2011). Pemanfaatan zat pengatur tumbuh untuk meningkatkan produksi tanaman merupakan salah satu teknologi yang dapat diaplikasikan. Zat pengatur tumbuh alami umumnya langsung tersedia di alam dan berasal dari bahan organik, contohnya air kelapa, urin sapi, dan ekstraksi dari bagian tanaman maupun mikroorganisme. Zat pengatur tumbuh sintetis didapat melalui proses produksi oleh manusia dan sudah dapat dipastikan rumus kimianya (Mayrowani, 2012).

Pertanian modern saat ini sangat bergantung pada penggunaan bahan- bahan kimia diantaranya zat pengatur tumbuh sintetis, fungisida dan pestisida yang justru dapat mengakibatkan tekanan pada lingkungan. Apabila ternyata produk hasil pertanian yang kita konsumsi mengandung residu dari zat pengatur tumbuh sintetis,1 maka secara tidak langsung senyawa kimia yang bersifat racun akan terakumulasi dalam tubuh dan berpotensi menimbulkan suatu penyakit yang merugikan bagi kesehatan. Berkaitan dengan masalah tersebut, perlu adanya solusi langsung dengan mencari sumber zat pengatur tumbuh alami yang dapat diperoleh dengan mudah, murah dan dapat diaplikasikan dalam memacu pertumbuhan tanaman.

(25)

11

Ada tiga hormon yang mutlak dibutuhkankan oleh tanaman dalam proses pertumbuhannya, yaitu Auksin, Giberelin dan Sitokinin. Apabila tanaman kekurangan salah satu hormon tersebut maka pertumbuhannya akan terganggu, yaitu tanaman menjadi kerdil (pertumbuhan lambat) dan pertumbuhan akar kurang sempurna. Hormon yang banyak beredaran di pasaran umumnya bersifat anorganik/kimia. Walau dirasakan manfaatnya tapi karena sifatnya yang sintetik/kimia tentu cenderung sukar terurai oleh alam, sehingga di dalam pemakaian jangka panjang akan menimbulkan dampak negatif bagi tanaman maupun lingkungan. Salah satu hormon organik adalah Hormonik yang terdiri dari senyawa alami yang mengatur pertumbuhan tanaman yang terdiri dari Auxin, Giberelin dan Sitokinin.

2.2.2 Giberelin (Gibberelic Acid)

Giberelin adalah suatu senyawa yang memiliki kerangka gibbane dan yang merangsang pembelahan sel atau pemanjangan sel atau keduanya, meningkatkan tinggi tanaman, mendorong pertumbuhan tanaman dan produksi metabolit sekunder, meningkatkan berat kering (Devi, et al., 2018). Giberelin adalah jenis hormon tumbuh yang mula-mula diketemukan di Jepang oleh Kurosawa pada tahun 1926. Sebelumnya, pada 1920-an para peneliti Jepang menyelidiki suatu penyakit cendawan pada padi yang disebabkan oleh Giberelin fujikuroi. Bila cendawan ini dikulturkan ternyata mengeluarkan suatu zat ke medium yang disebut giberelin A, yang dapat mendorong timbulnya gejala penyakit bila disemprotkan pada tanaman sehat, dan dapat mendorong pemanjangan batang pada sejumlah jenis tanaman lain. Pada tahun 1936 kristal giberelin A dapat diisolasi dari filtrate kultur cendawan ini. Baru setelah Perang Dunia II, para ahli dari Inggris dan Amerika Serikat menyadari pentingnya zat tumbuhan ini. Penelitin yang intensif yang dilakukan di ketiga negara tersebut memungkinkan, bahwa giberelin A sebenarnya adalah campuran dari

(26)

12

sekurangkurangnya 6 jenis giberelin yang disebut GA1, GA2, GA3, GA4, GA7 dan GA9. Giberelin A3 (asam giberelin) yang paling mudah didapat dan paling banyak digunakan dalam penelitian.

Efek giberelin tidak hanya mendorong perpanjangan batang, tetapi juga terlibat dalam proses regulasi perkembangan tumbuhan seperti halnya auxin.

Pada beberapa tanaman pemberian GA bisa memacu pembungaan dan mematahkan dormansi tunas-tunas serta biji. Disintesis pada ujung batang dan akar, giberelin menghasilkan pengaruh yang cukup luas. Salah satu efek utamanya adalah mendorong pemanjangan batang dan daun. Pengaruh GA umumnya meningkatkan kerja auxin, walaupun mekanisme interaksi kedua ZPT tersebut belum diketahui secara pasti. Demikian juga jika dikombinasikan dengan auxin, giberelin akan mempengaruhi perkembangan buah misalnya menyebabkan tanaman apel, anggur, dan terong menghasilkan buah walaupun tanpa fertilisasi. Giberelin sebagai hormon tumbuh pada tanaman sangat berpengaruh pada sifat genetik (genetic dwarfism), pembuangan, penyinaran, partohenocarpy, mobilisasi karbohidrat selama perkecambahan (germination) dan aspek fisiologi lainnya. Giberelin mempunyai peranan dalam mendukung perpanjangan sel (cell elongation), aktivitas kambium dan mendukung pembentukan RNA baru serta sintesa protein.

a. Genetic Dwarfism

Giberelin dapat mengatasi gejala genetic dwarfism karena fungsi giberelin dalam pemanjangan sel, sehingga tanaman yang kerdil bisa menjadi lebih tinggi.

Genetic dwarfism adalah suatu gejala kerdil yang disebabkan oleh adanya mutasi. Gejala ini terlihat dari memendeknya internodus (ruas batang). Terhadap Genetic dwarfism ini, Giberelin mampu merubah tanaman yang kerdil menjadi tinggi. Dalam eksperimennya dilakukan penyemprotan gibberellic acid pada berbagai varietas kacang. Hasil dari eksperimen ini menunjukan bahwa

(27)

13

gibberellic acid berpengaruh terhadap tanaman kacang yang kerdil menjadi tinggi. Mengenai hubungannya dengan cell elengation, dikemukakan bahwa giberelin mendukung pengembangan dinding sel. Penggunaan giberelin akan mendukung pembentukan enzym protolictic yang akan membebaskan tryptophan sebagai asal bentuk dari auxin. Hal ini berarti bahwa kehadiran giberelin tersebut akan meningkatkan kandungan auxin. Mekanisme lain menerangkan bahwa giberelin akan menstimulasi cell elengation, karena adanya hidrolisa pati yang dihasilkan dari giberelin, akan mendukung terbentuknya aamilase. Sebagai akibat dari proses tersebut, maka konsentrasi gula meningkat yang mengakibatkan tekanan osmotik di dalam sel menjadi naik, sehingga ada kecenderungan sel tersebut berkembang.

b. Pembungaan (flowering)

Gibberelin sebagai salah satu hormon tumbuh pada tanaman, mempunyai peranan dalam pembungaan. Umumnya giberelin tinggi menyebabkan tanaman terhambat berbunga, sebaliknya tenaman terinduksi berbunga apabila kandungan giberelinnya menurun. Namun demikian, hal tersebut tidak berlaku umum untuk semua tanaman karena pada berbagai tanaman pembungaanya justru memerlukan kandungan giberelin tinggi.

c. Parthenocarpy dan fruit-set

Giberelin dapat Merangsang terbentuknya buah partenokarpi seperti anggur dan tomat, sebab GA dapat merangsang pembuahan tanpa melelui penyerbukan. Seperti auxin, giberelinpun berpengaruh terhadap parthenocarpy.

Hasil penelitian menunjukan bahwa gibberellic acid (GA3) lebih efektif dalam terjadinya parthenocarpy dibanding dengan auxin yang dilakukan pada blueberry. Hasil eksperimen lain menunjukan pula bahwa GA3 dapat meningkatkan tandan buah (fruit set) dan hasil.

(28)

14

d. Peranan Giberelin dalam pematangan buah (fruit ripening)

Pematangan (ripening) adalah suatu proses fisiologis, yaitu terjadinya perubahan dari kondisi yang tidak menguntungkan ke suatu kondisi yang menguntungkan, ditandai dengan perubahan tekstur, warna, rasa dan aroma.

Dalam proses pematangan ini, giberelin mempunyai peran penting yaitu mampu mengundurkan pematangan (repening) dan pemasakan (maturing) suatu jenis buah. Dari hasil penelitian menunjukan aplikasi giberelin pada buah tomat dapat memperlambat pematangan buah, sedangkan gibberellic acid yang diterapkan pada buah pisang mata77ng, pemasakannya dapat ditunda

2.2.3 Rebung Bambu

Rebung adalah nama umum untuk terubus bambu. Rebung juga dapat disebut tunas muda dari bambu. Rebung merupakan tunas bambu yang masih muda yang muncul dipermukaan dasar rumpun yang dipenuhi oleh gugut atau rambut bambu (Silaban, dkk, 2017). Rebung pada pemanfaatannya biasa digunakan dalam kuliner atau makanan tradisional masyarakat Indonesia.

Rebung disajikan dengan diiris dan kuah sayur. Jenis-jenis rebung yang biasa dikonsumsi di Indonesia antara lain jenis bambu betung (Dendrocalamus asper),bambu legi (Gigantochloa atter) yang tumbuh di daerah jawa dan bambu

tabah (Giganthochloa nigrociliata) yang banyak ditemui di daerah Tabanan Bali dan Sukabumi, Jawa Barat (Kencana et al., 2012).

a. Klasifikasi Bambu

Bambu termasuk ke dalam famili Gramineae, sub famili Bambusoidae dansuku Bambuseae. Bambu biasanya mempunyai batang yang berongga, akar yang kompleks, serta daun berbentuk pedang dan pelepah yang menonjol.

Bambu adalah tumbuhan yang batangnya berbentuk bulat, beruas, berbuku- buku, berongga, mempunyai cabang, berimpang, dan mempunyai ar batang yang menonjol. Indonesia diperkirakan memiliki 157 jenis bambu yang

(29)

15

merupakan lebih dari10% jenis bambu di dunia. Jenis bambu di dunia diperkirakan terdiri atas 1.250-1.350 jenis Rebung dapat dipakai untuk membedakan jenis dari bambu karena menunjukkan ciri khas warna pada ujungnya dan bulu-bulu yang terdapat pada pelepahnya (Muryani, 2017).

Rebung berebntuk kerucut, setiap ujung glugut memiliki bagian seperti ujung daun bambu,tetapi warnanya coklat seperti ujung bambu, kelopaknya berwarna unggu. Setiap jenis rebunf dilindungin kelopa-kelopak yang berbulu halus (Yulianti,2018)

Klasifikasi Bambu dalam Widjaja (2001b) adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Graminales

Famili : Gramineae Subfamili : Bambusoideae

Genus : Schizostachyum, Dendrocalamus, Bambusa

Spesies : Schizostachyum brachycladum, Dendrocalamus asper b. Morfologi Rebung Bambu

Rebung bambu merupakan bagian tunas berasal dari rhizome ataupun bukubuku yang akan muncul dalam tanah. Rebung tumbuh dari kuncup akar rimpang di dalam tanah atau pangkal buluh yang tua. Rebung dapat dibedakan, untuk membedakan jenis dari bambu karena menunjukkan ciri khas warna pada ujungnya dan bulu-bulu yang tedapat pada pelepahnya. Bulu pelepah rebung, pada umumnya hitam, namun terdapat pula, yang berwarna coklat atau pun putih tergantung jenis bambunya. Beberapa jenis bulu rebung, dapat menyebabkan kulit sangat gatal. Rebung bambu biasanya tumbuh saat musim penghujan dan bagi sebagian orang dimanfaatkan sebagai bahan sayur.

(30)

16

c. Kandungan Rebung Bambu dan Potensi sebagai Alternatif Giberelin Alami.

Rebung bambu memiliki kandungan berbagai macam vitamin seperti vitamin A, vitamin E, thiamin, riboflavin, niasin, asam folat dan asam pantotenat. Rebung juga merupakan salah satu sumber protein, yakni dalam 100 gram rebung terdapat 2-2,5 gram protein. Selain berbagai kandungan vitamin diatas, terdapat pula kandungan kalsium (Ca), magnesium (Mg), fosfor (P), kalium (K), natrium (Na) dan mineral lain. Kandungan fosfor pada rebung bambu berperan dalam sitensis ATP pada proses metabolisme tanaman. ATP dalam sel tumbuhan berperan dalam proses reaksi biokimia yang berhubungan dengan transfer energi serta mempercepat pertumbuhan akar dan tunas (Supriono, 2000).

Fitohormon giberelin yang terdapat dalam rebung bambu, berperan dalam memacu pertumbuhan yang berpengaruh cukup besar dari mulai proses perkecambahan hingga proses penuaan pada tanaman. Adanya kandungan giberelin yang terdapat dalam rebung bambu, ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan tunas yang cepat. Giberelin dari tunas bambu termasuk dalam tetracarbocyclic. Menurut Carr (1972) dalam Gardner et al., (1991) semua organ mengandung berbagai macam GA pada tingkat yang berbeda-beda, tetapi sumber terkaya dan tempat sintesisnya ditemukan pada buah, biji, tunas, daun muda dan ujung akar.

Pemanfaatan rebung bambu sebagai sumber giberelin alami dilakukan dengan pembuatan ekstraksi tanaman tersebut. Sampel berupa rebung bambu dihancurkan dan dicampur dengan air, dengan perbandingan 1:2 (rebung bambu 500 gram + air 1 L), kemudian diblender dan disaring. Sari rebung bambu tersebut, kemudian digunakan untuk menyiram benih setiap seminggu sekali.

Cara lain, yakni melakukan perendaman benih dorman ke dalam sari rebung tersebut, dengan lama waktu perendaman 1 jam dan 2 jam. Pemberian sari rebung bambu pada benih dorman, mengaktifkan senyawa dalam benih. Peran

(31)

17

giberelin dalam hal ini memacu pertumbuhan sel, meningkatkan hidrolisis pati atau cadangan makanan lainnya menjadi molekul glukosa dan fruktosa.

Senyawa –senyawa gula dan asam amino, selanjutnya di transpor ke embrio dan zat-zat inilah yang mendukung perkembangan embri serta munculnya kecambah.

Penggunaan esktrak rebung bambu petung yang matang pada semai sengon, dengan penyiraman setiap minggu, efektif untuk memacu pertumbuhan bibit (Maretza, 2009). Perlakuan pemberian 40 ml sari rebung bambu, memberikan hasil nyata tehadap pertumbuhan dan produksi bawang merah varietas Bauji (Nizar, 2018).

2.2.4 Tinjauan Umum Tanaman Bawang Merah A. Tanaman Bawang Merah

Tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu jenis tanaman semusim (annual) yang termasuk dalam family Liliaceae. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang banyak dikonsumsi masyarakat sebagai campuran bumbu masak setelah cabe. Selain sebagai campuran bumbu masak, bawang merah juga dijual dalam bentuk olahan seperti ekstrak bawang merah, bubuk, minyak atsiri, bawang goreng bahkan sebagai bahan obat untuk menurunkan kadar kolesterol, gula darah, mencegah penggumpalan darah, menurunkan tekanan darah serta memperlancar aliran darah.

B. Morfologi Bawang Merah

Menurut (Suriani,2018) Tanaman bawang merah dapat di klasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae

(32)

18

Ordo : Liliales Family : Liliaceae

Genus : Allium

Spesies : Allium ascalonicum L.

Morfologi fisik tanaman bawang merah dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Bagian-bagian dari morfologi tanaman bawang merah sebagai berikut:

a. Akar

Akarnya adalah akar serabut, tidak panjang, dan tidak terlalu dalam tertanam di dalam tanah. Akar bawang merah dapat menembus tanah hingga kedalaman 15-30 cm. Umbi bawang merah memiliki banyak ukuran meliputi ukuran kecil, sedang dan besar. Menurut Hakiki (2015), menyatakan bahwa warna kulit umbi yaitu putih, kuning, merah mudah, merah tua sampai merah keugguan.

b. Batang

Memilki batang sejati atau disebut ―discus‖ yang berbentuk seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekatnya akar dan mata tunas (titik tumbuh), diatas discus erdapat batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun dan batang semua yang berbeda di dalam tanah berubah bentuk dan fungsi menjadi umbi lapis (sudirja, 2007).

c. Daun

Berbentuk silindris kecil memanjang antara 50-70 cm, berlubang dan bagian ujungnya runcing, berwarna hijau muda sampai tua dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek (Sudirja, 2007).

d. Bunga

Tangkai bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya antara 30-90 cm, dan diujungnya terdapat 50-200 kuntum bunga yang tersusun melingkar (bulat) seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri dari atas

(33)

19

5-6 helai daun yang berwarna putih, 6 benang dari berwarna hijau atau kekuning- kuningan, 1 putik dan pangkal buah berbentuk hamper segitiga (Sudirja, 2007).

e. Umbi

Pada bagian pangkal umbi bawang merah membentuk cakram adalah batang pokok yang kurang sempurna. Bagian bawah cakram di tumbuhi akar- akar serabut. Bagian atas cakram terdapat di mata tunas yang bias berubah menjadi tanaman baru. Menurut Estu dkk (2007), menyatakan bahwa tunas dinamakan tunas lateral, yang dapat membentuk cakram baru dan kemudian bias membentuk umbi lapis kembali.

C. Bawang Merah Varietas Super Philip

Bawang merah varietas Super Philip merupakan bawang merah introduksi dari Philipine yang memiliki umur panen 60 hari setelah tanam ditandai dengan batang melemas (60%) dengan susut bobot umbi (basah – kering) Deskripsi bawang merah varietas Super Philip pada tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Deskripsi bawang merah varietas Super Philip

Asal Introduksi dari Philipine

Umur Mulai berbunga 50 hari panen (60% batang

melemas) 60 hari

Tinggi tanaman 36 – 45 cm

Banyak anakan 9 – 18 umbi per rumpun

Bentuk daun Silindris, berlubang

Banyak daun 40 – 50 helai/rumpun

Warna daun Hijau

Bentuk umbi Bulat

Ukuran umbi Sedang (6 – 10 g)

Warna umbi Merah keunguan

Produksi umbi 17,60 ton perhektar umbi kering

Sumber: BALITSA

(34)

20

D. Petunjuk Teknis Budidaya Bawang Merah

Budidaya tanaman bawang merah untuk menghasilkan produksi yang optimal maka perlu memperhatikan iklim dan tanah serta standar operasional prosedur tanaman bawang merah yang baik. Berikut ini merapakan syarat dan petunjuk teknis budidaya tanaman bawang merah.

a. Syarat Tumbuh

Tanaman bawang merah lebih senang tumbuh di daerah beriklim kering.

Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi, serta cuaca berkabut. Bawang merah dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah dengan ketinggian tempat 10 – 250 mdpl. Pada ketinggian 800 – 900 mdpl bawang merah juga dapat tumbuh, namun pada ketinggian tersebut yang berarti suhunya rendah pertumbuhan tanaman terhambat dan umbinya kurang baik. Tanaman bawang merah dapat membentuk umbi di daerah yang suhu udaranya rata-rata 220C, tetapi hasil umbinya tidak sebaik di daerah yang suhu udaranya lebih panas. Bawang merah akan membentuk umbi lebih besar bila mana ditanam di daerah dengan penyinaran lebih dari 12 jam.

b. Tanah

Tanaman bawang merah memerlukan tanah berstruktur remah,t ekstur sedang sampai liat, drainase/aerasi baik, mengandung bahan organic yang cukup, dan reaksi tanah tidak masam (pH tanah 5,6 – 6,5). Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah tanah yang memiliki aerase dan drainase yang baik. Jenis tanah yang paling baik adalah tanah lempung yang berpasir atau berdebu karena sifat tanah yang demikian ini mempunyai aerase dan draenase yang baik. Tanah yang demikian ini mempunyai perbandingan yang seimbang antara fraksi liat, pasir dan debu. Tanah yang paling baik untuk lahan bawang merah adalah tanah yang mempunyai keasaman sedikit agak asam sampai normal, yaitu pH-nya antara 6,0 - 6,8. Keasaman

(35)

21

dengan pH antara 5,5 - 7,0 masih termasuk kisaran keasaman yang dapat digunakan untuk lahan bawang merah (Wibowo, 2012).

c. Umbi Bibit

Pada umumnya bawang merah diperbanyak dengan menggunakan umbi sebagai bibit. Kualitas umbi bibit merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya hasil produksi bawang merah. Penampilan umbi bibit harus segar dan sehat, bernas (padat, tidak keriput), dan warnanya cerah (tidak kusam).

d. Pemupukan Dasar

Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik yang sudah matang seperti pupuk kandang kotoran sapi dengan dosis 10 – 20 t/ha atau pupuk kandang kotoran ayam dengan dosis 5 – 6 t/ha. Pemberian pupuk organik tersebut untuk memelihara dan meningkatkan produksi lahan.

e. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah pada dasarnya dimaksudkan untuk menciptakan lapisan olah yang gembur dan cocok untuk budidaya bawang merah. Pengolahan tanah umumnya diperlukan untuk menggemburkan tanah, memperbaiki drainase dan aerasi tanah, meratakan permukaan tanah, dan mengendalikan gulma. Pada lahan kering, tanah dibajak atau dicangkul sedalam 20 cm, kemudian dibuat bedengan-bedengan dengan lebar 1,2 m, tinggi 20 cm, sedangkan panjangnya tergantung pada kondisi lahan. Kondisi bedengan mengikuti arah Timur Barat.

f. Penanaman

Penanaman bawang merah menggunkan umbi. Cara menanam umbi bawang merah dengan memotong 1/3 bagian ujung umbi bawang merah dengan memotong ujung umbi bisa mempercepat proses tumbuhnya tunas bawang merah permukaan atas di tutup dengan tanah yang tipis. Usahakan tidak menutup terlalu tebal karena dapat memperlambat dan menggagu pertumbuhan

(36)

22

umbi sehingga pertumbuhan umbinya menjadi lambat (Ifafah,2018) Jarak tanam dapat mempengaruhi tingkat kesuburan tanah. Tanah yang kurang subur banyak di temukan di bandingkan dengan tanah yang subur. Umbi bibit ditanam dengan jarak 20 cm (jarak antar barisan) x 20 cm (jarak dalam barisan). Umbi bibit ditanam dengan cara dibenamkan ke dalam permukaan tanah sampai permukaan irisan tertutup oleh lapisan tanah yang tipis.

g. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman dilakukan agar tanaman bawang merah dapat tumbuh dengan baik dan produksi optimal. Kegiatan pemeliharaan tanaman bawang merah adalah sebagai berikut:

a) Penyulaman

Penyulaman adalah pergantian tanaman yang rusak atau mati dengan tanaman baru bertujuan untuk penyeragaman pertumbuhan tanaman.

Penyulaman dilaksanakan pada tanaman berumur 7 – 14 hari setelah tanam.

b) Pemupukan Susulan

Pemupukan susulan pada tanaman bawang merah dapat diberikan pada tanaman berumur 2 minggu setelah tanam. Pupuk susulan dapat diberikan pupuk cair (pupuk daun) yang dapat berupa pupuk organik (alam). Pupuk susulan diberikan dalam bentuk larutan yaitu dengan cara disemprotkan melalui daun.

c) Pengairan

Bawang merah membutukan air yang cukup saat tumbuh. Penyiraman ini dilakuakn tiap sampai daun pertama mulai tumbuh atau kira-kira umur 1-2 minggu. Apabila cuaca kering, penyiraman dilakukan 2 kali seharipada pagi dan sore hari. Penyiraman yang dilakukan pada musim hujan hanya untuk membilas daun tanaman, yaitu untuk menurunkan percikan tanah yang menempel pada daun bawang merah.

(37)

23

d) Penyiangan

Kegiatan penyiangan merupakan pembersihan tanaman liar (gulma) seperti rumput teki di sekitar tanaman pokok. Gulma adalah tanaman liar yang tumbuh tanpa diinginkan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan menjadi saingan dalam penyerapan unsur hara. Penyiangan dapat dilakukan setiap 1 minggu sekali atau tergantung keadaan tanaman (Sudarminto, 2015).

e) Hama dan Penyakit

Hama yang menyerang tanaman bawang merah yaitu ulat grayak, ulat daun, kutu daun, trips dan nematode akar. Sedangkan penyakit tanaman bawang merah yaitu bercak ungu, busuk umbi, busuk leher batang, embun tepung, antraknose, layu fusarium dan busuk basah.

h. Pemanenan

Bawang merah dapat dipanen setelah umurnya cukup tua, biasanya pada umur 60 – 70 hari. Tanaman bawang merah dipanen setelah terlihat tanda-tanda 60% leher batang lunak, tanaman rebah dan daun menguning. Bawang merah yang telah dipanen kemudian diikat pada batangnya untuk mempermudah penanganan.

i. Pasca Panen

Penanganan pasca panen berpengaruh terhadap kualitas produksi. Bawang merah dijemur hingga cukup kering selama 1- 2 minggu dibawah sinar matahari langsung, kemudian diikuti dengan pengelompokkan kualitas umbi. Apabila tidak dijual, umbi bawang merah disimpan dengan cara menggantungkan ikatan ikatan bawang merah di gudang penyimpanan, pada suhu 25 – 300C dan kelembaban yang cukup rendah ± 60 – 80% (Sutarya dan Grubben, 1995).

(38)

24

2.3 Penyuluhan Pertanian

2.3.1 Pengertian Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan dalam arti umum merupakan ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan sosial maupun karakter ataupun tingkah laku pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan (Setiana, 2005). Berdasarkan Undang-undang No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K), Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produksi, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Penyuluhan berasal dari kata “suluh” yang artinya “obor” atau “pelita” atau yang berarti “memberi terang”. Dengan adanya penyuluhan diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pengetahuan dikatakan meningkat apabila terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan yang sudah tahu menjadi lebih tahu. Keterampilan dikatakan meningkat apabila terjadi perubahan dari yang tidak mampu melakukan dan tidak terampil menjadi mampu dan terampil melakukan suatu pekerjaan yang bermanfaat.

Menurut Mardikanto (2009) penyuluhan pertanian adalah suatu proses perubahan sosial, ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan perilaku pada diri semua stakeholders (individu, kelompok, kelembagaan) yang terlibat dalam proses pembangunan, demi terwujudnya kehidupan yang berdaya, mandiri dan partisipatip yang semakin sejahtera.

(39)

25

2.3.2 Tujuan Penyuluhan Pertanian

Tujuan utama penyuluhan pertanian adalah perubahan perilaku petani dan keluarganya sehingga diharapkan dapat mengelola usaha taninya dengan produktif, efektif dan efisien. Padmanagara (2012) menyatakan bahwa tujuan penyuluhan adalah membantu dan memfasilitasi para petani beserta keluarganya untuk mencapai tingkat usaha tani yang lebih efisien atau produktif, taraf kehidupan keluarga dan masyarakat yang lebih memuaskan melalui kegiatan-kegiatan yang terencana untuk mengembangkan pengertian, kemampuan, kecakapan mereka sendiri sehingga mengalami kemajuan ekonomi.

Mardikanto (2009) menyatakan bahwa tujuan penyuluhan pertanian mengarah pada terwujudnya perbaikan teknis (better farming), perbaikan usahatani (better business), dan perbaikan kehidupan petani dan masyarakat (better living). Menurut Undang-Undang No 16 Tahun 2006 (SP3K) menyatakan bahwa tujuan penyuluhan dapat memperkuat pembangunan pertanian, perikanan, serta kehutanan yang maju dan modern dalam sistem pembangunan yang berkelanjutan.

Tujuan Penyuluhan Pertanian mencakup tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan penyuluhan jangka pendek yaitu menumbuhkan perubahan-perubahan dalam diri petani yang mencakup tingkat pengetahuan, kecakapan, kemampuan, sikap, dan motivasi petani terhadap kegiatan usaha tani yang dilakukan. Tujuan penyuluhan jangka panjang yaitu peningkatan taraf hidup masyarakat tani sehingga kesejahteraan hidup petani terjamin. Tujuan pemerintah terhadap penyuluhan pertanian adalah meningkatkan produksi pangan, merangsang pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan keluarga petani dan rakyat desa, mengusahakan pertanian yang berkelanjutan (Wikipedia).

(40)

26

2.3.3 Sasaran Penyuluhan Pertanian

Menurut Undang-Undang No 16 Tahun 2006 (SP3K), sasaran penyuluhan adalah pihak yang paling berhak memperoleh manfaat penyuluhan meliputi sasaran utama dan sasaran antara. Sasaran utama adalah pelaku utama dan pelaku usaha. Sasaran antara adalah pemangku kepentingan lainnya yang meliputi kelompok atau lembaga pemerhati pertanian, perikanan, dan kehutanan serta generasi muda dan tokoh masyarakat.

Menurut UU No 16 Tahun (2006), sasaran penyuluhan di bagi menjadi dua bagian yaitu sasaran utama dan sasaran antara:

a) Sasaran utama adalah pelaku utama dan pelaku usaha.

b) Sasaran antara penyuluh adalah pemangku kepentingan lain yang meliputi kelompok atau lembaga pemerhati pertanian, perikanan, perhutanan serta generasi dalam tokoh masyarakat.

Penentuan sasaran penyuluhan dapat menggunakan sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel apabila seluruh anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal tersebut dilakukan apabila jumlah populasi relatif kecil yaitu kurang dari 30 orang (Sugiyono, 2016).

2.3.4 Materi Penyuluhan Pertanian

Mardikanto (2009) menyatakan, bahwa materi penyuluhan pada dasarnya adalah segala bentuk pesan yang ingin disampaikan oleh seorang penyuluh kepada masyarakat atau petani. sasarannya dalam upaya mewujudkan proses komunikasi pembangunan. Materi atau bahan penyuluhan adalah segala bentuk pesan, informasi, inovasi teknologi baru yang diajarkan atau disampaikan kepada sasaran meliputi berbagai ilmu, teknik, dan berbagai metode pengajaran yang diharapkan akan dapat mengubah perilaku, meningkatkan produksi, efektifitas usaha dan meningkatkan pendapatan sasaran (Adi, 2004).

(41)

27

Menurut Setiana (2005) materi penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan, baik yang menyangkut ilmu atau teknologi baru, yang sesuai dengan kebutuhan sasaran, dapat meningkatkan pendapatan, memperbaiki produksi dan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh sasaran penyuluhan.

Terdapat 3 (tiga) macam materi penyuluhan, yaitu: a) terkait pemecahan masalah yang sedang dan akan dihadapi, b) petunjuk teknis dan rekomendasi nyang harus dilaksanakan, dan c) bersifat instrumental atau mempunyai manfaat dalam jangka panjang, contohnya dinamika kelompok (Mardikanto, 2009).

2.3.5 Metode Penyuluhan Pertanian

Menurut Faqih dan Susanti (2015), metode penyuluhan adalah serangkaian cara atau strategi yang di gunakan oleh penyuluh dalam menyampaikan pesan dan informasi kepada sasaran sehingga terjadi perubahan sikap dan prilaku sesuai dengan tujuan yang ingin di capai. Dalam memberikan penyampaian pesan dan informasi banyak jenis metode yang dilakuakan penyuluh baik sacara langsung maupun dengan melakukan komunikasi tatap muka dengan media lainya yang memungkinkan penyuluh bisa berkomunikasi secara langsung baik lewat orang lain atau media lainya yang memungkinkan penyuluh tidak langsung baik lewat orang lain atau media lainya yang memungkinkan penyuluh tidak dapat menerimah respon dengan cepat (Siswanto,2012)

Menurut Permentan Nomor 52 Tahun 2009 tentang metode penyuluhan pertanian, tujuan dari metode penyuluhan yaitu:

1. Mempercepat dan mempermuda penyampaian materi dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian.

2. Meningkatkan efektivitas dan efesiensi penyelenggaran dan pelaksanaan penyuluhan pertanian.

(42)

28

3. Mempercepat proses adopsi inovasi teknologi pertanian.

Sedangkan metode penyuluhan pertanian berdasarkan teknik komunikasi, jumlah sasaran dan indra penerima digolongkan menjadi:

1. Berdasarkan teknik komunikasih, metode penyuluhan pertanian di golongkan menjadi : Kunjungan rumah, kunjungan usaha tani, surat menyurat.

2. Di golongkan menjadi :

a. Indra penglihatan, contoh : poster pemutaran side, film b. Indra pendengaran, contoh : siaran TV atau

radio,pidato,ceramah,hubungan telepon.

c. Beberapa indra, contoh : siatan TV, demonstrasi (cara atau hasl), pameran.

Metode merupakan cara dan prosedur yang harus ditempuh oleh para penyuluh dalam mencapai tujuan pembelajaran (Wahjuti, 2007). Metode penyuluhan dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) sesuai dengan pendekatan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

a) Pendekatan individu, dalam hal ini penyuluh berhadapan secara langsung maupun tidak langsung dengan petani dan keluarga petani (misalnya anjangsana).

b) Pendekatan kelompok, penyuluh berhubungan dengan kelompok tani maupun sekelompok sasaran (diskusi, temu karya, temu seni dan demonstrasi).

c) Pendeketan masal, penyuluh menyampaikan pesan atau informasi kepada sasaran dalam jumlah banyak (pertemuan umum).

2.3.6 Media Penyuluhan Pertanian

Menurut Siswanto (2012) menyatakn bahwa media penyuluhan merupakan segala sesuatu yang dapat menyampaikan pesan, yang dapat

(43)

29

merangsang pikiran, prasaan dan kehendak para pelaku utama dan pelaku usaha sehingga dapat mendorong terciptanya proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha pertanian. Media dibedakan menjadi 3 bagian yaitu:

1. Media lisan merupakan media yang di sampaikan secara langsungmelalui tatap muka atau lewat telepon, maupun tidak langsung memalui radio,kaset dan lain-lain.

2. Media cetak biasanya berupa gambar atau tulisan yang dibagikan, disebarkan atau di pasang di tempat staregis yang mudah di jangkau oleh sasaran. Contoh media cetak yang dapat digunakan selembaran, poster, koran, leaflet, brosur dan lain-lain.

3. Media terproyeksi biasanya berupa gambar atau tulisan lewat video dan sebagainya.

2.3.7 Evaluasi Penyuluhan Pertanian

Evaluasi Menurut Farid (2016) evaluasi penyuluhan pertanian merupakan kegiatan guna melakukan penilaian kepada sesuatu program penyuluhan pertanian. Evaluasi penyuluhan pertanian dilakukan dengan proses mengumpulkan informasi, Memastikan dimensi atau ukuran, penilaian serta merumuskan keputusan yang hendak digunakan untuk memperbaiki ataupun menyempurnakan perencanaan yang selanjutnya lebih efektif supaya tercapai tujuan dari program penyuluhan pertanian.

Azwar (2011), mengemukakan beberapa jenis evaluasi yang dapat dilakukan, antara lain:

a. Evaluasi Formatif (Formative Evaluation) merupakan suatu bentuk kegiatan evaluasi yang dilakukan pada tahap pengembangan pada suatu program serta sebelum program tersebut dilakukan. Evaluasi formatif ini menghasilkan informasi yang akan dipergunakan untuk mengembangkan program, sehingga program bisa lebih sesuai dengan kondisi sasaran.

(44)

30

b. Evaluasi Proses (Process Evaluation) merupakan suatu proses kegiatan evaluasi yang memberikan gambaran tentang apa yang sedang terjadi pada suatu program serta memastikan ada dan terjangkaunya elemen- elemen fisik serta struktur program.

c. Evaluasi Sumatif (Summative Evaluation) yaitu suatu evaluasi yang memberikan pernyataan efektif tidaknya terhadap suatu program atau kegiatan selama jangka waktu tertentu dan evaluasi ini untuk menilai sesudah program tersebut dilaksanakan.

d. Evaluasi dampak program merupakan suatu evaluasi yang menilai seluruh kefektifan program didalam menghasilkan target sasaran.

e. Evaluasi hasil adalah suatu evaluasi yang menilai terhadap perubahan ataupun perbaikan dalam hal morbiditas, mortalitas atau indikator status lainnya pada sekelompok penduduk tertentu.

a) Metode Evaluasi

Data kuantitatif dapat menggunakan kuisioner terbuka. Kuisioner (diisi oleh petani sendiri), observasi (pengamatan langsung) untuk mengukur pembentukan kebiasaan atau keterampilan. Data kuantitatif digunakan untuk mengukur perubahan – perubahan yang terjadi karena program penyuluhan, sedangkan data kuantitatif dapat memberikan informasi mengenai alasan mengapa penyuluhan dan petani mengambil tindakan tertentu (Thamrin dkk, 2011).

b) Pengetahuan

Sumantri (2011) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan semua yang diketahui mengenai objek tertentu di dalamnya terdapat ilmu, sehingga ilmu merupakan bagian dari pengetahuan seperti seni dan agama. Pengetahuan adalah kekayaan mental baik secara langsung maupun tidak langsung yang dapat memperkaya kehidupan. Pengetahuan seseorang terhadap objek memiliki dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Dua aspek tersebut dapat

(45)

31

menentukan sikap seseorang, misal semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui maka menimbulkan sikap positif terhadap objek tersebut (Dewi dan Wawan, 2010).

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan diartikan sebagai hasil indra manumur seperti melihat, mendengar, merasakan, meraba dan indra penciuman.

Hasil indra tersebut akan menghasilkan pengetahuan yang dipengaruhi intensitas dan persepsi terhadap objek tertentu. Pengetahuan memiliki 6 tingkatan yaitu : a) tahu (know), b) memahami (comprehention), c) aplikasi (aplication), d) analisis (analysis), e) sintesis (synthesis), f) evaluasi (evaluation).

Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut:

3 Tingkat pendidikan yaitu semakin tinggi pendidikan yang ditempuh oleh seseorang, maka akan lebih mudah dalam menerima inovasi maupun informasi baru yang akan disampaikan oleh komunikator.

4 Akses informasi, dalam hal ini semakin banyak informasi yang dimiliki oleh seseorang dari berbagai sumber maka akan berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki.

5 Budaya memiliki pengaruh terhadap pengetahuan seseorang. Informasi yang akan disampaikan harus menyesuaikan dengan budaya lokal yang dianut oleh masyarakat tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah ( Allium ascalonicum L.) terhadap waktu aplikasi dan konsentrasi pupuk

Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Konsentrasi dan Interval Pemberian PGPR Ekstrak Akar Bambu terhadap Rerata Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah Umur 4 MST (Helai) .. Pengaruh

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dosis biochar bambu dan pupuk kandang kambing terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah (A. ascalonicum

Pemberian berbagai konsentrasi ZPT alami yang berasal dari bawang merah memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat basah dan berat kering bibit gaharu tetapi

Serangga hama yang sering menyerang tanaman bawang merah antara lain..

Pertumbuhan bibit tebu pada ZPT ekstrak rebung bambu perbandingan 6:1 dan 8:1 menghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang yang lebih rendah

Dimana pada pertumbuhan vegetatif tanaman bawang merah membutuhkan unsur hara untuk melangsungkan proses pertumbuhan, sumbangan unsur hara atau peran dari pupuk kandang sapi diperlukan

Pengaruh mandiri varietas bawang merah dan konsentrasi BAP terhadap rata-rata bobot basah umbi per rumpun tanaman bawang merah Kode Perlakuan Rata-rata Bobot Basah Umbi Per Rumpun g