• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN A."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

31 BAB III

METODE DAN DESAIN PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen.

Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran flipped classroom tipe peer instruction flipped. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah matematis.

Desain merupakan sebuah rancangan pola atau kerangka untuk membuat dan menciptakan obyek baru. Desain penelitian merupakan rancangan pola yang menggambarkan suatu penelitian. Adapun desain penelitiannya adalah desain kelompok pretes–postes menurut Sugiyono (2015) sebagai berikut :

E : O1 X O2

---

K : O3 O4

Keterangan :

O1 : Pretes untuk kelompok eksperimen.

O3 : Pretes untuk kelompok kontrol.

X : Perlakuan terhadap kelompok eksperimen.

O2 : Postes untuk kelompok eksperimen.

O4 : Postes untuk kelompok kontrol.

Pada desain ini terdapat dua kelompok, kelompok pertama diberi perlakuan dan kelompok yang lain tidak diberi perlakuan. Kelompok pertama adalah kelas

(2)

eksperimen yang dalam proses pembelajarannya diberi perlakuan dengan model pembelajaran flipped classroom tipe peer instruction flipped sedangkan kelompok kedua adalah kelas kontrol yang dalam proses pembelajaran diberi perlakuan dengan model pembelajaran ekspositori.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik suatu kesimpulan (Sugiyono, 2017). Populasi penelitian ini adalah siswa SMP karena pada era 4.0 ini siswa SMP memiliki kecenderungan gaya belajar visual mandiri dengan penggunaan video pembelajaran sebagai penunjang pembelajaran daripada dengan metode konvensional atau ceramah (Krisna & Marga, 2018). Populasi yang diambil adalah siswa kelas VII SMP NU Ghofarona Pusakajaya.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik dari populasi (Sugiyono, 2017).Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh atau total sampling. Menurut Sugiyono (2017) total sampling adalah teknik penentuan sampel, jika semua popolasi digunakan sebagai sampel. Sampel ini sulit diacak karena pengelompokkan sudah terbentuk sebelumnya tanpa melihat kemampuan anak (tidak ada kelas unggulan) serta semua kelas memiliki kemampuan sama. Selain itu, jumlah sampel yang terbatas karena banyak sampel yang diteliti yaitu 60 0rang siswa dan sampel dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VII SMP NU Ghofarona kelas A menjadi kelas eksperimen dan kelas B menjadi kelas kontrol.

(3)

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan non tes. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen yang mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Sedangkan instrumen non tes digunakan untuk mengukur aspek afektif siswa. Instrumen tes dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk uraian (essay). Instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa diujikan pada tes akhir (postes) terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Angket digunakan untuk memperoleh data tentang sikap siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model flipped classroom tipe peer instruction flipped. Angket yang digunakan yaitu angket sikap terhadap model pembelajaran flipped classroom tipe peer instruction flipped. Agar instrumen tes kemampuan pemecahan masalah

matematis pada tes akhir (postes) dapat digunakan, maka perlu dilakukan proses uji coba instrumen. Instrumen tes diujicobakan pada satu kelas siswa kelas VIII SMP NU Ghofarona yang berjumlah 28 siswa. Kisi-kisi instrumen yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3. 1 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Kompetensi Dasar

Indikator Pemecahan

Masalah

Deskripsi Indikator Nomor Soal - Menyelesaikan

masalah yang berkaitan dengan rasio dua besaran (satuannya sama dan berbeda)

Memahami masalah

Menuliskan kembali masalah dengan kata-kata sendiri

1a, 2a Membuat

rencana penyelesaian

Membuat rencana atau cara untuk memecahkan dengan rumus/konsep/aturan

1b, 2b

(4)

Kompetensi Dasar

Indikator Pemecahan

Masalah

Deskripsi Indikator Nomor Soal yang sesuai dengan

permasalahan - Menyelesaikan

masalah yang berkaitan dengan perbandingan senilai atau berbalik nilai

Melaksanakan rencana/melaku kan perhitungan

Mampu

menyelesaikan rencana atau strategi model pemecahan masalah

1c, 2c Memeriksa

kembali hasil yang diperoleh

Memeriksa benar atau tidaknya pemecahan masalah yang telah dilakukan

1d, 2d

Untuk pemberian skor pada soal-soal kemampuan pemecahan masalah matematis menurut Noviyanti (2020) mengikuti modifikasi dari rubrik penskoran kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 3. 2 Kriteria Pemberian Skor untuk Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Aspek yang

dinilai Keterangan Skor

(1) (2) (3)

Menuliskan kembali masalah

Tidak menulis diketahui dan ditanya 0 Menuliskan unsur-unsur diketahui

dan ditanya dengan benar kurang dari 25%

1 Menuliskan unsur-unsur yang

diketahui dan ditanya dengan benar antara 25%-49%

2 Menuliskan unsur-unsur diketahui

dan ditanya dengan benar antara 50%- 74%

3 Menuliskan unsur-unsur yang

diketahui yang ditanya dan semuanya benar antara 75%-100%

4 Membuat rencana

atau cara untuk

Tidak ada jawaban, kalaupun ada

hanya memperlihatkan 0

(5)

Aspek yang

dinilai Keterangan Skor

(1) (2) (3)

memecahkan masalah

ketidakpahaman tentang konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa.

Menuliskan seluruh model matematika

tetapi salah 1

Menuliskan seluruh model matematika, namun lebih dari 50%

salah

2 Menuliskan seluruh model

matematika, namun kurang dari 50%

salah

3 Menuliskan seluruh model

matematika dan seluruhnya benar 4 Mampu

menyelesaikan rencana atau strategi pemecahan masalah

Tidak ada prosedur perhitungan 0 Prosedur perhitungan yang benar

kurang dari 25% 1

Prosedur perhitungan yang benar

antara 25%-50% 2

Prosedur perhitungan yang benar

antara 50%-75% 3

Prosedur perhitungan yang benar lebih

dari 75% 4

Memeriksa benar atau tidaknya pemecahan

masalah yang telah dilakukan

Tidak melakukan pemeriksaan

terhadap kebenaran jawaban 0

Ada menuliskan pemeriksaan

jawaban namun semua salah 1

Menuliskan kesimpulan namun

kurang dari 50% salah 2

Melakukan pemeriksaan secara rinci

dan terbukti penyelesaian benar 3 Melakukan pemeriksaan secara rinci

dan terbukti penyelesaian benar serta menyimpulkan penyelesaiannya

4 Sumber: Modifikasi dari Safitri (dalam Noviyanti, 2020)

(6)

Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui kualitas dari instrumen tes yang akan digunakan, maka instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu sehingga diperoleh validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran butir soal. Untuk melihat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran butir tes, dan daya pembeda maka akan dilakukan analisis sebagai berikut.

Validitas butir soal

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2019). Suatu alat evalusi disebut valid (absah atau sahih) apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Oleh karena itu, keabsahan tergantung sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu dalam melaksanakan fungsinya.

Menurut Arikunto (2019) rumus yang digunakan untuk menentukan validitas tiap butir soal dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment memakai angka kasar (raw score) yaitu sebagai berikut :

𝑟𝑥𝑦 = 𝑁 ∑ 𝑥𝑦 − (∑ 𝑥)(∑ 𝑦)

√(𝑁 ∑ 𝑥2− (∑ 𝑥)2)(𝑁 ∑ 𝑦2− (∑ 𝑦)2) Keterangan :

𝑟𝑥𝑦 : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y.

𝑁 : Banyaknya subjek.

𝑋 : Skor item.

𝑌 : Skor total.

Setelah didapat harga koefisien validitas maka harga tersebut diinterpretasikan terhadap kriteria tertentu dengan menggunakan tolak ukur yang dibuat Guilford (dalam Lestari dan Yudhanegara, 2015) sebagai berikut.

(7)

Tabel 3. 3 Kriteria Koefisien Korelasi Validitas Instrumen

Guilford (Lestari & Yudhanegara, 2015)

Pengujian validitas instrumen pada penelitian ini menggunakan batuan Software SPSS, dari hasil uji coba instrumen yang diujikan kepada 28 siswa kelas

VIII SMP diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 3. 4 Hasil Perhitungan Nilai Validitas Instrumen Tiap Butir Soal

Berdasarkan koefisien korelasi validitas pada Tabel 3.4 di atas dapat disimpulkan bahwa No. 1a tinggi, No. 1b sedang, No. 1c tinggi, No. 1d sangat tinggi, No. 2a tinggi, No. 2b tinggi, No. 2c tinggi dan No. 2d adalah sangat tinggi.

Jadi, kedelapan butir soal tersebut dapat digunakan untuk instrumen penelitian.

Reliabilitas butir soal

Reliabilitas adalah keajegan atau kekonsistenan instrumen. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu, reliabel

Nilai 𝒓𝒙𝒚 Interpretasi

0.90 ≤ 𝑟𝑥𝑦≤ 1,00 Validitas Sangat Tinggi 0.70 ≤ 𝑟𝑥𝑦< 0,90 Validitas Tinggi 0,40 ≤ 𝑟𝑥𝑦< 0,70 Validitas Sedang 0,20 ≤ 𝑟𝑥𝑦< 0,40 Validitas Rendah 0,00 ≤ 𝑟𝑥𝑦< 0,20 Validitas Sangat Rendah

𝑟𝑥𝑦< 0,00 Tidak valid

No Soal 𝒓𝒙𝒚 Interpretasi

1a. 0,75 Validitas Tinggi

1b. 0,67 Validitas Sedang

1c. 0,90 Validitas Sangat Tinggi

1d. 0,92 Validitas Sangat Tinggi

2a. 0,87 Validitas Tinggi

2b. 0,82 Validitas Tinggi

2c. 0,89 Validitas Tinggi

2d. 0,92 Validitas Sangat Tinggi

(8)

artinya dapat dipercaya jadi dapat diandalkan (Arikunto, 2019). Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas bentuk uraian dikenal dengan rumus Alpha seperti di bawah ini :

𝑟11= ( 𝑛

𝑛 − 1) (1 −∑ 𝑆𝑖2 𝑆𝑡2 ) Keterangan :

𝑟11 = Koefisien reliabilitas.

𝑛 = Banyak butir soal.

𝑆𝑖2 = Varians skor tiap butir soal.

𝑆𝑡2 = Varians skor total.

Tabel 3. 5 Interpretasi Reliabilitas

Sumber Guilford (Lestari & Yudhanegara, 2015)

Perhitungan uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan program Software SPSS disajikan pada Tabel 3.6 berikut :

Tabel 3. 6 Hasil Perhitungan Nilai Reliabilitas

Berdasarkan kriteria koefisien reliabilitas, nilai koefisien korelasi yang diperoleh berada diantara kisaran 0,90 ≤ 𝑟11< 1,00, maka dari 8 soal instrumen

Koefisien Reliabilitas Kriteria Reliabilitas 𝑟11< 0,20 Reliabilitas Sangat Rendah 0,20 ≤ 𝑟11 < 0,40 Reliabilitas Rendah 0,40 ≤ 𝑟11 < 0,70 Reliabilitas Sedang (cukup) 0,70 ≤ 𝑟11 < 0,90 Reliabilitas Tinggi 0,90 ≤ 𝑟11 < 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

Variabel Hasil Uji Interpretasi

Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematis 0,90 Derajat Reliabilitas Sangat Tinggi

(9)

yang valid memiliki derajat reliabilitas yang sangat tinggi sehingga instrumen tes tersebut dapat digunakan sebagai instrumen dalam penelitian.

Indeks Kesukaran

Analisis indeks kesukaran tiap butir soal dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaran dari masing–masing soal tersebut, apakah termasuk kategori mudah, sedang, atau sukar. Menurut Lestari dan Yudhanegara (2015) untuk mengetahui indeks kesukaran tiap butir soal berbentuk uraian digunakan rumus :

IK

=

X

𝑆𝑀𝐼

Keterangan :

IK = indeks kesukaran.

X = rata-rata skor.

𝑆𝑀𝐼 = skor Maksimum ideal tiap butir soal.

Untuk menentukan kriteria dari indeks kesukaran soal maka dilihat dari nilai klasifikasi dari soal tersebut. Klasifikasi indeks kesukaran butir soal berdasarkan Suherman (2003) yaitu :

Tabel 3. 7 Kriteria Indeks Kesukaran

Perhitungan data hasil uji coba diperoleh Indeks Kesukaran butir soal disajikan pada Tabel 3.8 berikut :

IK (Indeks Kesukaran) Interpretasi

𝐼𝐾 = 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 < 𝐼𝐾 ≤ 0,30 Soal sukar

0,30 < 𝐼𝐾 ≤ 0,70 Soal sedang

0,70 < 𝐼𝐾 < 1,00 Soal mudah

𝐼𝐾 = 1,00 Soal terlalu mudah

(10)

Tabel 3. 8 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Instrumen Tiap Butir Soal

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh indeks kesukaran untuk butir soal nomor 1a sebesar 0,34 dikategorikan sedang, nomor 1c sebesar 0,31 dikategorikan sedang, nomor 2a sebesar 0,50 dikategorikan sedang, nomor 2b sebesar 0,34 dikategorikan sedang dan nomor 2c sebesar 0,36 dikategorikan sedang sebagian siswa menjawab soal tersebut dengan kurang tepat. Sedangkan pada butir soal nomor 1b sebesar 0,30 dikategorikan sukar, nomor 1d sebesar 0,28 dikategorikan sukar dan nomor 2d sebesar 0,28 dikategorikan sukar sebagian besar siswa tidak dapat menjawab soal tersebut dengan tepat.

Daya Pembeda Soal

Suherman (2003) mengatakan bahwa daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk dapat membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menentukan daya pembeda soal untuk soal uraian digunakan rumus yang dikemukakan oleh (Arifin, 2011) yaitu sebagai berikut.

X KA X KB M

No Soal Indeks Kesukaran Interpretasi

1a. 0,34 Sedang

1b. 0,30 Sukar

1c. 0,31 Sedang

1d. 0,28 Sukar

2a. 0,50 Sedang

2b. 0,34 Sedang

2c. 0,36 Sedang

2d. 0,28 Sukar

(11)

Keterangan :

DP = daya pembeda soal.

X KA = rata–rata dari kelompok atas.

X KB = rata-rata dari kelompok bawah.

M = skor maksimum tiap soal.

Kriteria daya pembeda seperti yang diungkapkan Suherman & Kusuma (1990) yang disajikan pada Tabel 3.9 di bawah ini.

Tabel 3. 9 Daya Pembeda

Daya Pembeda Interpretasi

𝐷𝑃 ≤ 0,00 Sangat jelek

0,00 < 𝐷𝑃 ≤ 0,20 Jelek

0,20 < 𝐷𝑃 ≤ 0,40 Cukup

0,40 < 𝐷𝑃 ≤ 0,70 Baik

0,70 < 𝐷𝑃 ≤ 1,00 Sangat baik

Hasil perhitungan daya pembeda tiap butir soal setelah dilakukan uji coba instrumen dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 3. 10 Interpretasi Uji Daya Pembeda

Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat kesimpulannya pada Tabel 3.11 di bawah ini :

No Soal Daya Pembeda Interpretasi

1a. 0,25 Cukup

1b. 0,22 Cukup

1c. 0,38 Cukup

1d. 0,44 Baik

2a. 0,56 Baik

2b. 0,31 Cukup

2c. 0,47 Baik

2d. 0,44 Baik

(12)

Tabel 3. 11 Rekapitulasi Hasil Analisis Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Berdasarkan hasil rekapitulasi Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP dalam penelitian ini menggunakan 8 butir soal uraian diperoleh nilai derajat reliabilitas sebesar 0,90 yang artinya tingkat keajegan atau kekonsistenan instrumen tersebut yaitu sangat tinggi.

D. Pengembangan Bahan Ajar

Bahan ajar yang digunakan selama penelitian berlangsung terdiri dari dua macam, yaitu bahan ajar dengan menggunakan model pembelajaran flipped classroom tipe peer instruction flipped untuk kelas eksperimen dan bahan ajar

dengan ekspositori untuk kelas kontrol. Bahan ajar yang dibuat mengacu pada kurikulum Nasional yang berlaku, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP. Bahan ajar ini berupa concept test dan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan materi ajar perbandingan. LKS

ini berisikan jumlah soal yang dapat mengarahkan siswa menguasai materi tersebut.

Silabus yang digunakan adalah silabus untuk pokok bahasan perbandingan.

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) memuat langkah–langkah pembelajaran No

Soal

Validitas Indeks Kesukaran

Daya Pembeda

Keterangan

1a. Valid Sedang Cukup Digunakan

1b. Valid Sukar Cukup Digunakan

1c. Valid Sedang Cukup Digunakan

1d. Valid Sukar Baik Digunakan

2a. Valid Sedang Baik Digunakan

2b. Valid Sedang Cukup Digunakan

2c. Valid Sedang Baik Digunakan

2d. Valid Sukar Baik Digunakan

Derajat Reliabilitas 0,90

(13)

di dalam kelas sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan, yaitu model pembelajaran flipped classroom tipe peer instruction flipped untuk kelas eksperimen, serta pembelajaran ekspositori untuk kelas kontrol.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

a. Mengidentifikasi masalah yang akan diteliti.

b. Mengajukan judul yang akan diteliti.

c. Menyusun proposal penelitian.

d. Merevisi proposal penelitian.

e. Seminar uji proposal.

f. Membuat instrumen penelitian.

g. Mengajukan permohonan izin penelitian kepada pihak terkait.

h. Melaksanakan uji coba lapangan.

i. Menganalisis data hasil uji coba instrumen.

j. Membuat rencana pembelajaran RPP dan bahan ajar untuk penelitian.

k. Konsultasi kepada pembimbing tentang RPP, Instrumen, dan LKS.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan soal pretes kemampuan pemecahan masalah matematis pada kelas eksperimen dan kontrol.

b. Melaksanakan pembelajaran dengan membuat kelompok sesuai kegiatan belajar siswa pada kelas eksperimen dengan model pembelajaran flipped

(14)

classroom tipe peer instruction flipped dan kelas kontrol dengan model

pembelajaran ekspositori, dan LKS diberikan pada dua kelas.

c. Memberikan postes untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberikan perlakuan.

d. Memberikan angket skala sikap kepada kelas eksperimen.

3. Tahap Analisis Data

a. Mengumpulkan hasil data kuantitatif dan kualitatif.

b. Mengolah data dan menganalisis data kuantitatif hasil dari pretes dan postes dari kelas eksperimen dan kontrol.

c. Mengolah dan menganalisis data kuantitatif yang berupa lembar angket.

4. Tahap Pembuatan Kesimpulan

a. Peneliti membuat kesimpulan hasil dari penelitian, seperti data kuantitatif yang mengenai peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis, dan membuat kesimpulan dari data kualitatif yang mengenai model pembelajaran flipped classroom tipe peer instruction flipped.

b. Menyusun laporan.

F. Teknik Analisis Data 1) Analisis Data Kuantitatif

Pengolahan data analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap hasil data pretes, postes dan peningkatan kemampuan siswa (N- Gain) dari kelas eksperimen dan kontrol dengan dihitung menggunakan bantuan IBM SPSS Statistics 24. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

(15)

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk menentukan data hasil pretes dan postes terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak normal. Uji normalitas ini menggunakan uji statistika Shapiro-Wilk karena menurut Lestari & Yudhanegara (2015) uji ini memiliki tingkat keakuratan yang lebih kuat dari Kolmogorof -Smirnov Z jika banyaknya data sampel kurang dari 50. Pengujian ini menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistics 24.

Pada uji normalitas ini hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut : 𝐻0 : Data berdistribusi normal.

𝐻1 : Data tidak berdistribusi normal.

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :

Jika Signifikansi ≥ 0,05 maka 𝐻0 diterima dan 𝐻1 ditolak.

Jika Signifikansi < 0,05 maka 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan jika kedua kelompok berdistribusi normal yaitu dengan menguji varian kedua kelompok menggunakan uji F. Pengujian tersebut untuk mengetahui apakah varians kedua kelompok sama atau berbeda. Uji homogenitas dapat dihitung dengan menggunakan bantuan IBM SPSS Statistics 24.

Pada uji homogenitas, hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut : 𝐻0 : sampel kedua varians sama (homogen).

𝐻1 : sampel kedua varians tidak sama (tidak homogen).

Kriteria pengujiannya sebagai berikut :

(16)

Jika Signifikansi ≥ 0,05 maka 𝐻0 diterima dan 𝐻1 ditolak.

Jika Signifikansi < 0,05 maka 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima.

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk menentukan apakah data hasil pretes dan postes terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat perbedaan atau tidak.

Uji hipotesis dapat dihitung dengan bantuan program IBM SPSS Statistics 24 dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Jika dua data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, maka uji hipotesis menggunakan uji-t.

b) Jika kedua data berasal dari populasi yang berdistribusi normal tetapi memiliki varians yang tidak homogen, maka uji hipotesis menggunakan uji-𝑡.

c) Jika salah satu kedua data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka uji hipotesis menggunakan dengan uji mann-whitney.

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :

Jika Signifikansi ≥ 0,05 maka 𝐻0 diterima dan 𝐻1 ditolak.

Jika Signifikansi < 0,05 maka 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima.

Menghitung Skor Gain Ternormalisasi

Skor gain ternormalisasi dihitung untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran flipped classroom tipe peer instruction flipped.

Data N-Gain atau gain ternormalisasi merupakan data yang diperoleh dengan

(17)

membandingkan selisih skor postes (tes akhir) dan pretes (tes awal) dengan diformulasikan dalam bentuk dibawah ini (Lestari & Yudhanegara, 2015).

𝐍 − 𝐆𝐚𝐢𝐧 = 𝐒𝐤𝐨𝐫 𝐏𝐨𝐬𝐭𝐞𝐬 − 𝐒𝐤𝐨𝐫 𝐏𝐫𝐞𝐭𝐞𝐬 𝐒𝐤𝐨𝐫 𝐌𝐚𝐤𝐬𝐢𝐦𝐚𝐥 𝐈𝐝𝐞𝐚𝐥 − 𝐒𝐤𝐨𝐫 𝐏𝐨𝐬𝐭𝐞𝐬 Keterangan :

Skor postes = skor tes akhir.

Skor pretes = skor tes awal.

N-Gain tersebut diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria dari Hake (1999) dalam Tabel berikut :

Tabel 3. 12 Kriteria N-Gain

Hasil yang diharapkan adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata N-Gain kelas kontrol dan kelas eksperimen.

2) Analisis Data Kualitatif Analisis Data Angket

Untuk menganalisis skala sikap siswa dalam penelitian ini menggunakan instrumen angket pada skala Likert. Instrumen angket ini bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dan kemampuan pemecahan masalah matematis serta terhadap pembelajaran flipped classroom tipe peer instructrion flipped. Secara umum, aspek yang termuat dalam angket ada dua,

yang pertama adalah aspek intrinsik dan yang kedua adalah aspek ekstrinsik. Kedua

Nilai N-Gain Kriteria

N - gain ≥ 0,07 Tinggi

0,3 ≤ N - gain < 0,7 Sedang

N - gain < 0,3 Rendah

(18)

aspek tersebut diukur dengan 18 butir pertanyaan yang dikelompokan ke dalam dua jenis pertanyaan yakni 11 pertanyaan positif dan 7 pertanyaan negatif.

Derajat penilaian siswa terhadap suatu pemyataan terbagi kedalam empat kategori, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun cara untuk mengolah data angket siswa menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑝 = f

𝑛𝑥 100%

Keterangan :

p : Persentase jawaban.

f : Frekuensi jawaban.

n : Banyak responden.

Selanjutnya dilakukan penafsiran dengan menggunakan kriteria persentase angket yang disajikan dalam Tabel berikut :

Tabel 3. 13 Persentase Hasil Angket (PHA)

Interval Kriteria

PHA = 0% Tak Seorangpun

0% < PHA < 25% Sebagian Kecil

25% ≤ PHA < 50% Hampir Sebagian

PHA = 50% Setengahnya

50% < PHA < 75% Sebagian Besar 75% ≤ PHA < 100% Hampir Seluruhnya

PHA = 100% Seluruhnya

Sumber : Broto (Lestari & Yudhanegara, 2015)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam tahap ini peneliti menyusun rencana penelitian yang berupa prosedur penelitian yang dilaksankan di dalam kelas. Pelaksanaan pada siklus satu sesuai dengan

Sebelum dilaksanakan tahap siklus ini, perlu dilakukan studi kelayakan sebagai penelitian pendahuluan yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah dan ide yang tepat dalam

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam memecahkan masalah pembelajaran dapat dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut. Berdasarkan pendapat di atas,

Berdasarkan identifikasi masalah, adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut.. Menyusun RPP dengan materi gaya gravitasi.

Sesuai dengan kerangka teori (paradigma penelitian) dan masalah yang diteliti, maka data yang akan dikumpulkan melalui observasi meliputi hal-hal sebagai berikut:

Observasi deskriptif dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi sosial tertentu sebagai obyek penelitian. Pada tahap ini peneliti belum membawa masalah yang akan diteliti,

6 Kegiatan yang harus dilakukan dalam penelitian kualitatif pada tahap pra-lapangan adalah menyusun rancangan penelitian yang memuat latar belakang masalah dan alasan

Pada tahap ini permasalahan akan dicobakan kepada siswa dengan tujuan untuk menjawab dua pertanyaan penelitian tersebut. Prosedur yang digunakan pada tahap ini adalah