• Tidak ada hasil yang ditemukan

„‟Analisis Kuat Tekan Beton Dengan Subtitusi Serbuk Bata Merah Sebagai Agregat Halus Dengan Bahan Tambah Glenium

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "„‟Analisis Kuat Tekan Beton Dengan Subtitusi Serbuk Bata Merah Sebagai Agregat Halus Dengan Bahan Tambah Glenium"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

„‟Analisis Kuat Tekan Beton Dengan Subtitusi Serbuk Bata Merah Sebagai Agregat Halus Dengan Bahan Tambah Glenium‟‟

Disusun oleh:

La Ode Muh. Faisal Arsyad 45 13 041 094

JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2021

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v PRAKATA

Syukur Alhamdulillah, Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan begitu banyak nikmat, sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “ANALISIS KUAT TEKAN BETON DENGAN SUBTITUSI SERBUK BATA MERAH DENGAN BAHAN TAMBAH GLENIUM”,guna untuk mengikuti ujian seminar sebagai salah satu prasyarat dalam penyelesaian pendidikan pada program Studi Strata-1 Fakultas Teknik Jurusan Sipil universitas Bosowa Makassar.

Penulis dengan segala keterbatasannya mencoba menghimpun, mengolah data, serta penguasaan beberapa literatur, yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini, namun berkat masukan dan bantuan berbagai pihak, akhirnya tujuan penulis menyelesaikan tugas akhir ini dapat terwujud.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, yaitu Ayahanda Alm.Drs.Arsyad Hariki dan ibunda Tity Hasma atas segala kasih sayang, cinta, pengajaran tentang kehidupan dan segala dukungan sekeluarga yang selama ini diberikan, baik spiritual maupun materil.

(6)

v

2. Bapak Rektor Universitas Bosowa Prof.Dr.Ir. Saleh Pallu , M.Eng.beserta para dosen dan seluruh karyawan / staf pegawai atas bantuan yang diberikan selama penulis mengikuti studi

3. Bapak Dr. Ridwan, ST, M,Si selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Bosowa

4. Ibu Ir.Nur hadijah Yunianti, ST, MT selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil Jurusan Sipil, Fakultas Teknik Universitas Bosowa

5. Bapak Arman Setiawan,ST.MT selaku dosen pembimbing I atas segala kesabaran dan waktu yang telah diluangkannya senantia saselalu memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

6. Ibu Dr.Ir.Hj.Hijriah,ST.MT. selaku dosen pembimbing II, atas segala keikhlasannya untuk selalu memberi motivasi dan pengarahan mulai dari awal penelitian hingga selesainya penulisan tugas akhir ini.

7. Bapak Ir.Eka Yuniarto,ST.MT. selaku penasehat akademik, yang senantiasa menerima dan memberi solusi kepada penulis dalam berbagai kendala selama ini.

8. Seluruh dosen, asisten lab dan asisten tugas besar serta staf Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Bosowa atas segala arahan dan bantuannya.

9. Jumardi, Adrianose Lewa Koten, Moh. Sadik Wajo, Husain Haruna, Rusdi, Jumardi Agus Merdeka Putra, Panji Kamajaya Asrul, ,Mardiana, Syahrul Ramadoan, Ani, Rikardus Laki P.Rae, Ahmat Tahir Letsoin, Meldick, eche, serta seluruh saudara-saudari ku

(7)

v

angkatan 2013 yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa setiap karya buatan manusia tidak pernah luput dari kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kepada pembaca kiranya dapatmemberi sumbangan pemikirandemi kesempurnaan dan pembaharuan tugas akhir ini.

Akhir nya semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia- Nya kepada kita dan semoga tugasakhirinidapat memberikan manfaat, khususnya dalam bidang keteknik sipilan.

Makassar, 2021

La Ode Muhammad Faisal Arsyad

(8)

1) Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar

2) Dosen Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar. 3) Dosen Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar

vi

ANALISIS KUAT TEKAN BETON DENGAN BAHAN TAMBAH SERBUK BATA MERAH DENGAN BAHAN TAMBAH GLENIUM”

Faisal Arsyad1),Arman Setiawan2),Hijriah3)

ABSTRAK

Akhir-akhir ini penggunaan limbah dan benda padat buangan sering dimanfaatkan sebagai bahan tambah pada campuran beton.

Berbagai jenis limbah padat yang sering digunakan sebagai bahan tambah campuran beton misalnya serbuk bata merah, gelas, serat, dan lain-lain. Penelitian ini dilakukan untuk pemanfaatan limbah serbuk bata merah dengan menggunakan bahan tambah glenium yang merupakan hasil buangan sisa sisa pekerjaan bangunan yang tidak dipakai lagi, dilakukan guna untuk membantu agar limbah tidak terbuang secara percuma yang diharapkan bisa menambah dan memeperbaiki mutu dan kualitas beton yang di uji. Adapun variasi penambahan serbuk bata merah sebesar 10%, 20%, 30%, 40%,50% dari berat pasir. Sedangkan Glenium diambil 2 liter dari 100 kilogram berat semen. Metode pencampuran yang digunakan adalah metode Departemen Of Environment (DOE). Hasil penelitian menunjukkan kadar optimum penambahan serbuk bata merah sebagai subtitusi pasir sebesar 10% menghasilkan nilai kuat tekan rata- rata tertinggi sebesar 22,18 MPa.

Kata kunci: serbuk bata merah, genium, kuat tekan beton.

(9)

vii DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Lembar Pengajuan ... iii

Prakata ... iv

Pernyataan Keaslian Tugas Akhir ... v

Abstrak ... vi

Daftar Isi ... vii

Daftar Notasi ... viii

Daftar Grafik ... ix

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xi BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Rumusan Masalah ... I-3 1.3. Tujuan Dan Manfaat Peneltian ... I-4 1.3.1. Tujuan Penelitian ... I-4 1.3.2. Manfaat Penelitian ... I-4 1.4. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah ... I-4 1.4.1. Ruang Lingkup ... I-4 1.4.2. Batasan Masalah ... I-5 1.5. Sistematika Penulisan ... I-5

(10)

vii BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Beton ... II-1 2.1.1. Sifat – Sifat Beton ... II-2 2.1.2. Keunggulan Beton... II-6 2.2. Bahan-Bahan Penyusun Beton ... II-8 2.2.1. Semen ... II-8 2.2.2. Agregat Halus (Pasir) ... II-9 2.2.3. Agregat Kasar (Batu Pecah) ... II-10 2.2.4. Air ... II-11 2.3. Bahan Tambah Penyusun Beton ... II-12 2.3.1. Bata Merah ... II-12 2.3.2. Glenium ... II-14 2.4. Perencanaan Campuran (Mix Design)... II-14 2.5. Nilai Slump ... II-27 2.6. Kuat Tekan... II-28 2.6.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kuat Tekan Beton ... II-29 2.7. Penelitian Terdahulu ... II-30 BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Bagan Alir Penelitian ... III-1 3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian ... III-2 3.3. Tahapan Penelitian ... III-2 3.3.1. Pengujian Karakteristik Agregat ... III-2 3.3.2. Penentuan Mix Design Beton Kontrol fc’ 20 Mpa ... III-3

(11)

vii

3.3.3. Pengujian Slump ... III-3 3.3.4. Pengujian Kuat Tekan ... III-3 3.4. Referensi Pengujian ... III-4 3.5. Variabel Penelitian ... III-4 3.5.1. Variabel Terikat ... III-4 3.5.2. Variabel Bebas ... III-4 3.6. Notasi dan Jumlah Benda Uji ... III-5 3.7. Metode Analisis ... III-5 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Material ... IV-1 4.2. Komposisi Mix Design Beton Normal ... IV-3 4.2.1. Pengujian Slump Test Beton Normal ... IV-5 4.2.2. Pengujian Kuat Tekan Beton Normal ... IV-5 4.3. Komposisi Beton Variasi ... IV-8 4.3.1. Pengujian Slump Test Beton Variasi ... IV-9 4.3.2. Pengujian Kuat Tekan Beton Variasi ... IV-10 4.4. Pembahasan ... IV-11 4.4.1. Pengaruh Limbah Bata Merah Terhadap Kuat Tekan Beton ... IV-11 4.4.2. Pengaruh Glenium Dalam Meningkatkan Kuat Tekan Beton ... IV-13 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... V-1 5.2. Saran ... V-2 Daftar Pustaka ... xii Lampiran ... xiii

(12)

viii

DAFTAR NOTASI A Luas Permukaan Benda Uji Tertekan ASTM American Society for Testing and Material

a% Persentase Penggabungan Agregat Halus Terbaik BBM Beton Bata Merah

BK Berat Kering Mutlak Oven

BL Berat Lapangan

BN Beton Normal

Bj Berat Jenis

Bjs Berat Jenis Gabungan

Bp Batu Pecah

B% Persentase Penggabungan Agregat Kasar Terbaik

Cl klorida

C4AF Tetrakalsium Aluminoferrit C3S Trikalsium Silikat

C2S Dikalsium Silikat C3A Trikalsium Aluminat

D Berat Volume Beton Basah

d Diameter

(13)

viii DOE Department of Environment f’c Kuat Tekan Beton

Fas Faktor Air Semen

Fcr Kuat Tekan Rata-Rata Beton

G Glenium

M Margin (Nilai tambah) MPa Mega Pascal

Pmaks Beban Tekan Maksimum

R% Resapan Agregat

SNI Acuan Peraturan Standar Nasional Indonesia S Deviasi Standar

s Slump

SBM Serbuk Bata Merah

SO2 Sulfat

SSD Saturated Surface Dry

t Tinggi

Ta Tinggi Awal

Tr Tinggi Runtuh

(14)

viii Wa Kadar Air

Ws Kadar Semen

W% Kadar Air Agregat

V Volume

Π Konstanta pi

(15)

ix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 2.1. Hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen

(benda uji selinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm). ... II-19 Grafik 2.2. Grafik hubungan kadar air, berat jenis gabungan

dan berat beton . ... II-23 Grafik 4.1. Analisa saringan agregat halus (Pasir). ... IV-2 Grafik 4.2. Analisa saringan agregat kasar (batu pecah 1-2). ... IV-3 Grafik 4.3. Kuat tekan beton normal. ... IV-8 Grafik 4.4. Pengaruh Limbah Bata Merah Sebagai Subtitusi

Agregat Halus Terhadap Kuat Tekan Beton. ... IV-12 Grafik 4.5. Pengaruh Glenium Dalam Meningkatkan

Kuat Tekan Beton. ... IV-14

(16)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Faktor perkalian deviasi standar ... II-15 Tabel 2.2. Nilai margin jika data tidak tersedia untuk menetapkan

nilai deviasi standar ... II-16 Tabel 2.3. kekuatan rata-rata perlu jika data tidak tersedia untuk

menetapkan nilai deviasi standar ... II-16 Tabel 2.4. Perkiraan Kuat Tekan Beton Pada FAS 0.50 ... II-17 Tabel 2 .5. Type Agregat Dan Perkiraan Kadar Air Bebas ... II-18 Tabel 2.6. Persyaratan nilai FAS maksimum untuk berbagai

pembetonan dilingkungan khusus ... II-20 Tabel 2.7. Ketentuan minimum untuk beton bertulang dalam air ... II-20 Tabel 2.8. Ketentuan untuk beton yang berhubungan dengan

air tanah yang mengandung sulfat ... II-21 Tabel 2.9. Penetapan nilai slump adukan beton ... II-27 Tabel 2.10. Kuat Tekan Berdasarkan Jenis Beton ... II-28 Tabel 3.1. Metode Pengujian ... III-4 Tabel 3.2. Notasi dan Jumlah Sampel ... III-5 Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Karakteristik Agregat Halus (Pasir) ... IV-1

(17)

x

Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Karakteristik Agregat Kasar (Bp 1-2) ... IV-2 Tabel 4.3. Data hasil perhitungan mix design beton normal 20 Mpa ... IV-4 Tabel 4.4. Komposisi campuran beton normal 1 sampel

dan 3 sampel ... IV-5 Tabel 4.5. Kuat tekan beton normal ... IV-6 Tabel 4.6. Komposisi campuran beton variasi 1 silinder ... IV-9 Tabel 4.7. Komposisi campuran beton variasi 3 silinder ... IV-9 Tabel 4.8. Notasi sampel dan nilai Slump ... IV-10 Tabel 4.9. Hasil kuat Tekan Beton variasi ... IV-11 Tabel 4.10. Persentase Kuat Tekan Beton Limbah Bata

Merah dan Glenium 8108 Sebagai Subtitusi Semen ... IV-13

(18)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Semen Portland Composite ... II-9 Gambar 2.2 Agregat Halus (Pasir) ... II-10 Gambar 2.3 Agregat Kasar ... II-11 Gambar 2.4 Bata Merah ... II-13 Gambar 2.5 Glenium ... II-14 Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian ... III-2

(19)

I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara berkembang yang sedang meningkatkan pembangunan infrastruktur umum, yang berfungsi untuk menunjang kelangsungan pelayanan kepada masyarakat.Kebutuhan fasilitas tersebut, secara langsung berimbas terhadap perkembangan dunia konstruksi.Akhir- akhir ini, konsep green building atau bangunan hijau yang ramah lingkungan sedang marak diterapkan pada dunia konstruksi.

Pada saat ini, pemerintah telah membuat pedoman dan aturan perencanaan, pelaksanaan dan operasional bangunan yang memperhatikan kondisi dan dampak lingkungan yang ditimbulkan.

Berbagai usaha terhadap upaya perkembangan teknologi konstruksi perlu didukung oleh penelitian.Penelitian yang sudah sering dilakukan secara garis besar padaumumnya menggunakan suatu teknologi sederhana dengan memanfaatkan sumber daya lokal termasuk pemanfaatan limbah sebagai bahan bangunan.

Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat (SNI 03-2847- 2002).Dalam pembuatan beton, pemilihan agregat yang baik menjadi faktor penting untuk mencapai beton berkualitas tinggi.

(20)

I-2

Agregat merupakan material granular, misalnya pasir, krikil, batu pecah dan kerak tungku pijar yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton atau adukan semen hidrolik (SNI 03 – 2847 – 2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung).Agregat halus adalah agregat dengan besar butir maksimum 4,75 mm (SNI 02-6820-2002). Agregat halus yang sering digunakan dalam pembuatan beton adalah pasir.

Pasir merupakan salah satu material pembentuk beton. Dengan meningkatnya pembangunan infastruktur di Indonesia ,kebutuhan akan pasir untuk pembuatan beton juga terus meningkat. Besarnya permintaan kebutuhan akan pasir menyebabkan terjadi penambangan secara besar- besaran, yang mengakibatkan cadangan agregat alam akan berkurang dengan cepat dan terjadi kerusakan lingkungan. Salah satu cara untuk mengurangi penggunaan pasir alam adalah dengan menggunakan pasir buatan yang didapat dengan cara daur ulang. Mendaur ulang agregat adalah merupakan proses penghancuran partikel an organik dari bahan yang sudah pernah digunakan dan puing hasil pembongkaran bangunan menjadi agregat baru. Bata merah merupakan salah satu alternatif yang akan digunakan sebagai pengganti agregat halus dalam pembuatan beton ini.

Batu bata merah adalah salah satu unsur bangunan dalam pembuatan konstruksi bangunan yang terbuat dari tanah liat ditambah air dengan atau tanpa bahan campuran lain melalui beberapa tahap

(21)

I-3

pengerjaan, seperti menggali, mengolah, mencetak, mengeringkan, membakar pada temperatur tinggi hingga matang dan berubah warna, serta akan mengeras seperti batu setelah didinginkan hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air.

Peneliti pada penilitian ini mencoba membuat beton dengan menggunakan serbuk bata merah sebagai pengganti agregat halus dan bahan tambah (additive) glenium sebagai campuran adukan beton agar lebih plastis serta memudahkan pengecoran dan mempercepat pengerasan beton. Dengan alasan tersebut di atas maka pada penelitian ini akan di kaji pengaruh serbuk bata merah dan glenium 8108 sebagai bahan tambah pada campuran beton. Oleh karena itu penelitian ini berjudul :ANALISIS KUAT TEKAN BETON DENGAN SUBTITUSI SERBUK BATA MERAH SEBAGAI AGREGAT HALUS DENGAN BAHAN TAMBAH GLENIUM

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti yaitu :

1. Bagaimana pengaruh variasi serbuk bata merah sebagai subtitusi agregat halus pada campuran beton yang menggunakan zat tambah glenium terhadap kuat tekan beton ?

2. Bagaimana persentase optimum penggunaan serbuk bata merah pada campuran beton yang menggunakan zat tambah glenium terhadap kuat tekan beton ?

(22)

I-4 1.3. Tujuan dan Manfaat penelitian 1.3.1. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain :

1. Untuk mengetahui pengaruh variasi serbuk bata merah sebagai subtitusi agregat halus pada campuran beton yang menggunakan zat tambah glenium terhadap kuat tekan beton.

2. Untuk mengetahuipersentase optimum penggunaan serbuk bata merah pada campuran beton yang menggunakan zat tambah glenium terhadap kuat tekan beton.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah :

1. Memberikan informasi mengenai pengaruh variasi serbuk bata merah sebagai subtitusi agregat halus pada campuran beton yang menggunakan zat tambah glenium terhadap kuat tekan beton.

2. Megurangi penggunaan pasir dengan memanfaatkan limbah bata merah.

1.4. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah 1.4.1. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalampenelitianinimeliputi :

1. Membuat pengujian karakteristik material pembentukan beton 2. Membuat mix design beton normal fc1 20 Mpa

3. membentuk benda uji dengan menambahkan serbuk bata merah dan glenium

(23)

I-5 4. Membuat pengujian beton variasi

5. Pembuatan benda uji silinder pada setiap komposisi sebanyak 38 buah dan pengujian kuat tekan sample pada umur 28 hari

1.4.2. Batasan Masalah

Dalam pembahasan ini penulis memberikan batasan masalah dengan maksud agar tujuan dari pada penulisan dapat tercapai dan dipahami, adapun batasan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Mutu beton kontrol (beton normal) 20 Mpa.

2. Variasi bahan pengembang serbuk bata merah adalah 0%, 10%,20%, 30%, 40%,50%; dari berat Agregat Halus.

3. Tidak meneliti karakteristik bata merah, semen, dan glenium.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan adalah dengan membagi kerangka masalah dalam beberapa Bab agar penulisan menjadi lebih jelas. Secara garis besar penulisan ini terdiri dari 5 (lima) Bab dimulai dengan pendahuluan, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan teori-teori dasar atau tinjauan pustaka serta mengadakan penelitian di laboratorium dan selanjutnya mengolah data-data hasil pemeriksaan yang diakhiri dengan kesimpulan dan saran-saran.

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan Bab pengantar sebelum memasuki pembahasan yang sebenarnya dan memberikan suatu gambaran umum secara singkat mengenai penelitian ini. Meliputi latar belakang masalah,tujuan penelitian,pokok bahasan dan batasan masalah serta metode penelitian.

(24)

I-6 BAB II KAJIAN PUSTAKA

Merupakan bagian yang membahas teori-teori dari beton sebagai objek penelitian, tinjauan umum dan spesifikasi material beton, syarat dasar agregat terhadap mutu beton, slump test serta kuat tekan beton.

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

Merupakan Bab yang membahas tentang bagan alir penelitian, persiapan sampel material baku, pemeriksaan agregat pembuatan mix design, pengujian slump test, pembuatan benda uji serta pengujian kuat tekan.

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

Merupakan analisa hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi penyajian hasil penelitian kuat tekan dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V PENUTUP

Merupakan Bab yang terdiri dari kesimpulan akhir dari seluruh rangkaian penelitian dan pembahasan serta saran-saran bagi perbaikan, penggunaan dan pengembangan hasil penelitian

(25)

II-1 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Beton

Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dari beberapa material, yang bahan utamanya terdiri dari campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, air dan atau tanpa bahan tambah lain dengan perbandingan tertentu. Karena beton merupakan komposit, maka kualitas beton sangat tergantung dari kualitas masing-masing material pembentuk. (Kardiyono Tjokrodimulyo,2007).

Beton merupakan bahan yang mempunyai kuat tekan yang cukup besar, kekuatan beton dipengaruhi oleh faktor air semen, tingkat pemadatan, jenis semen, jenis agregat dan perawatan.Namun beton memiliki kuat tarik yang rendah, pada elemen struktur yang betonnya mengalami tegangan tarik diperkuat dengan batang baja tulangan sehingga terbentuk suatu struktur komposit, yang kemudian dikenal dengan sebutan beton bertulang.

Agar dihasilkan kuat desak beton yang sesuai dengan rencana diperlukan mix design untuk menentukan jumlah masing-masing bahan susun yang dibutuhkan. Disamping itu, adukan beton harus diusahakan dalam kondisi yang benar-benar homogen dengan kelecakan tertentu agar tidak terjadi segregasi.Selain perbandingan bahan susunnya, kekuatan beton ditentukan oleh padat tidaknya campuran bahan

(26)

II-2

penyusun beton tersebut.Semakin kecil rongga yang dihasilkan dalam campuran beton, maka semakin tinggi kuat desak beton yang dihasilkan.

2.1.1. Sifat –Sifat Beton

Beberapa sifat umum yang penting diketahui pada beton adalah sebagai berikut :

a. Kemampuan Dikerjakan (workability)

Sifat workability merupakan ukuran dari tingkat kemudahan mengaduk bahan-bahan beton secara bersama, sampai menghasilkan adukan yang bersifat sedemikian rupa sehingga adukan mudah untuk diangkut, dituang, dicetak, dan dipadatkan menurut tujuan pekerjaan tanpa terjadi perubahan yang menimbulkan kesukaran dan menurunkan mutu beton.Kemampuan dikerjakan dapat diukur dari kekental dengan menggunakan alat slump (slump test) yang berbentuk kerucut terpancung.Pengambilan nilai slump tergantung dari jenis pengerjaan beton.

b. Sifat Ketahanan Beton (Durability)

Untuk mendapatkan sifat ketahanan dari beton maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

1. Pengaruh cuaca dan pemekuan pada musim dingin, serta pengembangan dan penyusutan yang diakibatkan oleh basah dan kering atau panas dan dingin yang silih berganti.

2. Ketahanan terhadap zat kimia, pengaruh ini bersifat kimiawi yang diakibatkan oleh bahan-bahan seperti air laut, rawa-rawa

(27)

II-3

dan air limbah, zat-zat kimia limbah industri, buangan air kotor kota dan sebagainya yang dapat merusak keawetan beton.Ketahanan terhadap erosi, pengaruh erosi yang dapat mengakibatkan terjadinya lubang-lubang, gugus karena adanya gesekan benda yang terbawa air.

c. Sifat Kedap Air

Beton mempunyai kecenderungan mengandung rongga-rongga yang diakibatkan oleh adanya gelembung udara pada saat pengecoran.

Rongga udara ini akan membentuk saluran-saluran kapiler mengakibatkan air dapat merusak dari luar kedalam atau tembus kebeton. Jika saluran- saluran kapiler itu tidak tertutup kembali, sifat beton tersebut tidak kedap air.Jadi untuk membuat beton yang kedap air, beton harus dibuat sepadat mungkin dan perbandingan air semen harus direduksi seminimal mungkin untuk keperluan hidrasi semen.

Hal-hal yang mempengaruhi sifat kedap airnya beton adalah sebagai berikut :

1. Perbandingan air dan semen dalam campuran beton (mutu dan porositas).

2. Kepadatan (hasil pemadatan/penggetaran dengan vibrator).

3. Selalu cukup air pada saat curing (4 minggu), umur beton bertambah, kedap air turun.

4. Gradasi agregat (memenuhi spesifikasi).

(28)

II-4 d. Kuat Tekan Beton

Kuat tekan beton adalah kemampuan beton untuk menerima atau menahan beban sampai pada batas kehancurannya. Pengujian kuat tekan beton dapat dilakukan dengan cara pembuatan benda uji kubus maupun silinder yang kemudian ditekan dengan menggunakan mesin Press Srenght.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton, yaitu:

1. Jenis semen dan kualitasnya.

2. Jenis dan kondisi agregat.

3. Tingkat perawatan.

4. Pengaruh suhu.

5. Umur beton itu sendiri.

e. Kekenyalan

Beton sebenarnya bukan merupakan benda kenyal, dimana grafik deformasi (Sterss Strenght) beton yang telah mengeras dengan sempurna akan menunjukan garis miring agak tegak lurus sampai mencapai tegangan kerja maksimum. Penentuan modulus kekenyalan beton biasanya dilakukan pada pembebanan maksimum 50%.Biasanya beton yang memiliki kuat tekan tinggi, memiliki angka modulus kenyal yang tinggi.

f. Rangkak

Merupakan perubahan bentuk akibat pembebanan yang terus bertambah atau kalau beban ditiadakan akan berubah sebagian.

(29)

II-5

Apabilabeton dibebani tekanan secara tetap akan mengalami pependekan, yaitu :

1. Perpendekan yang dapat kembali semula. Perpendekan ini erat hubungannya dengan kekenyalan.

2. Perpendekan yang terus bertambah atau kalau beban dibebaskan, akan berubah sebagian, perpendekan ini disebabkan oleh penurunan pori-pori dalam. Aliran dari pasta semen, pergerakan Kristal dalam agregat dan terjadinya tekanan air dari gelombang semen karenaadanya tekanan.

Sifat rangkak ini perlu dipertimbangkan bagi konstruksi yang terus menerus mendapat beban.

g. Penyusutan

Penyusutan yang terjadi pada beton jika mengalami kekeringan pada waktu proses pengerasan. Penyusutan pada beton terjadi :

1. Penyusutan awal beton ketika masih dalam keadaan cair / plastis akibat reduksi dari volume air dengan semen mencapai 1 % dari volume absolute semen kering.

2. Penyusutan kering berlanjut dari beton ketika mengeras dan menjadi kering.

h. Sifat Panas Beton

Sifat panas beton diakibatkan karena hydrasi semen oleh air, terutama pada beton yang tebal, panas terkonsentrasi dalam beton. Untuk menghindari panas yang berlebihan, maka diusahakan :

(30)

II-6

1. Penggunaan semen minimum dengan memenuhi persyaratan (kekuatan tetap terpenuhi).

2. Penggunaan semen type V akan mengurangi panas hydrasi.

i. Berat Beton

Berat beton terutama dipengaruhi oleh jenis agregat yang digunakan.Untuk beton bendungan yang memakai manfaat berat maka berat beton ini sangat penting.Untuk itu dipakai agregat yang menghasilkan isi beton yang besar.

2.1.2. Keunggulan Beton

Dari pemakaiannya yang begitu luas maka dapat diduga sejak dini bahwa struktur beton mempunyai banyak keunggulan dibanding material yang lain :

a. Ketersediaan (availability) materi dasar.

1. Agregat dan air pada umumnya bisa didapat dari lokasi setempat. Semen pada umumnya juga dapat dibuat di daerah setempat, bila tersedia. Dengan demikian, biaya pembuatan relatif lebih murah karena semua bahan bisa didapat di dalam negeri, bahkan bisa setempat. Bahan termahal adalah semen, yang bisa diproduksi di dalam negeri.

2. Tidak demikian halnya dengan struktur baja, karena harus dibuat di pabrik, apalagi kalau masih harus impor.

Pengangkutan menjadi masalah tersendiri bila proyek berada di tempat yang sulit untuk dijangkau, sementara beton akan

(31)

II-7

lebih mudah karena masing-masing material bisa diangkut sendiri.

3. Ada masalah lain dengan struktur kayu. Meskipun problemnya tidak seberat struktur baja, namun penggunaannya secara massal akan menyebabkan masalah lingkungan, sebagai salah satu penyebab utama kerusakan hutan.

b. Kemudahan untuk digunakan (versatility).

1. Pengangkutan bahan mudah, karena masing-masing bisa diangkut secara terpisah.

2. Beton bisa dipakai untuk berbagai struktur, seperti bendungan, pondasi, jalan, landasan bandar udara, pipa, perlindungan radiasi, insulator panas. Beton ringan bisa dipakai untuk blok panel. Beton arsitektural bisa untuk keperluan dekoratif.

3. Beton bertulang bisa dipakai untuk berbagai struktur yang lebih berat, sepertijembatan, gedung, tandon air, bangunan maritim, landasan pacu pesawat terbang, kapal dan sebagainya.

c. Kemampuan beradaptasi (adaptability)

1. Beton bersifat monolit sehingga tidak memerlukan sambungan seperti baja.

2. Beton dapat dicetak dengan bentuk dan ukuran berapapun, misalnya pada struktur cangkang (shell) maupun bentuk- bentuk khusus 3 dimensi.

(32)

II-8

3. Beton dapat diproduksi dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan situasisekitar. Dari cara sederhana yang tidak memerlukan ahli khusus (kecuali beberapa pengawas yang sudah mempelajari teknologi beton), sampai alat modern di pabrik yang serba otomatis dan terkomputerisasi. Metode produksi modern memungkinkan industri beton yang profesional.

4. Konsumen energi minimal per kapasitas jauh lebih rendah dari baja, bahkan lebih rendah dari proses pembuatan batu bata.

d. Kebutuhan pemeliharaan yang minimal.

Secara umum ketahanan (durability) beton cukup tinggi, lebih tahan karat, sehingga tidak perlu dicat seperti struktur baja, dan lebih tahan terhadap bahaya kebakaran.

2.2. Bahan-Bahan Penyusunan Beton 2.2.1. Semen

Semen yang paling banyak digunakan dalam pekerjaan beton ialah semen Portland. Menurut ASTM C-150,1985. Semen Portland didefiniskan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan cara menggiling terak besi (klinker) yang mengandung kalsium silikat yang bersifat hidrolis, digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih Kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan lain. Semen digunakan dalam pembuatan beton sebagai bahan pengikat antara satu komponen penyusun beton dengan komponen

(33)

II-9

lainnya dan banyak dipakai dalam pembangunan fisik. Penambahan air pada semen akan menghasilkan suatu pasta semen yang jika mengering akan mempunyai kekuatan seperti batu, sedangkan jika ditambah air dan pasir akan menjadi mortar semen, dan jika ditambah lagi dengan kerikil atau batu pecah disebut beton.

Senyawa kimia utama yang menyusun semen Portland yaitu:

1. Trikalsium Silikat (3CaO.SiO22) yang disingkat menjadi C3S.

2. Dikalsium Silikat (2CaO.SiO2) yang disingkat menjadi C2S.

3. Trikalsium Aluminat (3CaO. Al2O3) yang disingkat menjadi C3A.

4. Tetrakalsium Aluminoferrit (4CaO.Al2O3.Fe2O3) yang disingkat menjadi C4AF.

Gambar 2.1. Semen Portland Composite 2.2.2. Agregat Halus (Pasir)

Agregat Halus (pasir) adalah hasil disintegrasi alami batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu. Syarat agregat halus adalah :

(34)

II-10

1. Berupa pasir yang berfungsi sebagai bahan pengisi, harus bebas dari bahan organik dan lempung.

2. Tersaring dalam ukuran 4-100, gradasi berukuran n<100 dapat merusak campuran beton.

3. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% terhadap berat kering

Gambar 2.2. Agregat Halus (Pasir) 2.2.3. Agregat Kasar (Batu Pecah)

Agregat Kasar adalah hasil disintegrasi alami batuan pecah atau bahan yang diperoleh dari industri pemecah batu. Syarat agregat kasar adalah :

1. Agregat kasar memiliki partikel lebih besar daripada 4,75 mm.

2. Harus berbutir keras dan tidak berpori.

3. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering.

4. Tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton seperti alkali.

5. Butirannya harus bervariasi, tajam, kuat dan bersudut.

(35)

II-11

Gambar 2.3. Agregat Kasar 2.2.4. Air

Air merupakan komponen penting dari campuran beton yang memegang peranan penting dalam bereaksi dengan semen dan mendukung terbentuknya kekuatan pasta semen. Kualitas air mempengaruhi kekuatan beton, maka kemurnian dan kualitas air untuk campuran beton perlu mendapat perhatian. Secara umum, untuk campuran beton diperlukan air yang memenuhi standar air minum.Tujuan utama dari penggunaan air adalah agar terjadi hidrasi, yaitu reaksi kimia yang terjadi antara semen dan air yang menyebabkan campuran tersebut menjadi keras setelah lewat beberapa waktu tersebut. Air untuk perawatan dan pembuatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam, bahan-bahan organik, atau bahan lain yang dapat merusak beton atau tulangannya. Sebaiknya digunakan air bersih, tidak berasa, tidak berbau, dan dapat diminum. Air yang dipergunakan harus memenuhi syarat sebagai berikut :

(36)

II-12

1. Tidak mengandung lumpur dan benda melayang lainnya yang lebih dari 2 gram/liter.

2. Tidak mengandung garam atau asam yang dapat merusak beton, zat organik dan sebaginya lebih dari 15 gram per liter.

3. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 1 gram per liter.

4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram per liter.

Faktor air semen (water cement ratio) adalah perbandingan berat air bebas dengan berat semen.Faktor air semen merupakan faktor pengaruh dalam pasta semen. Air yang berlebihan dapat menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai sedangkan air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya sehingga akan mempengaruhi kekuatan beton.

2.3. Bahan Tambah Penyusun Beton 2.3.1. Bata Merah

Batu Bata adalah bahan bangunan yang telah lama dikenal dan dipakai oleh masyarakat baik di pedesaan atau perkotaan yang berfungsi untuk bahan konstruksi.Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pabrik batu bata yang dibangun masyarakat untuk memproduksi batu bata.

Penggunaan batu bata banyak digunakan untuk aplikasi teknik sipil seperti dinding pada bangunan gedung,bendungan,saluran dan pondasi.

Batu bata merah adalah salah satu unsur bangunan dalam pembuatan konstruksi bangunan yang terbuat dari tanah liat ditambah air dengan atau tanpa bahan campuran lain melalui beberapa tahap

(37)

II-13

pengerjaan, seperti menggali, mengolah, mencetak, mengeringkan, membakar pada temperatur tinggi hingga matang dan berubah warna, serta akan mengeras seperti batu setelah didinginkan hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air. Definisi batu bata menurut SNI 15- 2094-2000 dan SII-0021-78 merupakan suatu unsur bangunan yang diperuntukkan pembuatan konstruksi bangunan dan yang dibuat dari tanah dengan atau tanpa campuran bahan-bahan lain, dibakar cukup tinggi, hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air.

Gambar 2.4. Bata Merah

2.3.2. Glenium

Glenium adalah jenis bahan tambah kimia untuk pengurang kadar air (waterreducer) dan mempercepat waktu ikat (accelerator). Sesuai dengan namanya (water reducer), admixture jenis ini berguna untuk mengurangi air campuran tanpa mengurangi workability. Admixture ini juga dapat mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton yang memerlukan waktu penyelesaian segera atau sebagai accelerator.

(38)

II-14

Glenium dapat digunakan pada batas pemakaian dosis 0,5 liter– 2 liter dari 100 kg semen.

Gambar 2.5. Glenium 2.4. Perencanaan Campuran (Mix Design)

Perencanaan campuran beton (mix design) menggunakan metode DOE (Department of Environment) berasal dari inggris (The British Mix Design Method), tercantum dalam Design of Normal Concrete Mixes telah menggantikan Road Note No.4 sejak tahun 1975. Di Indonesia DOE digunakan sebagai standar perencanaan Dinas Pekerjaan Umum dan dimuat dalam buku standar SNI 2847 - 2013.Metode ini digunakan karena merupakan metode yang paling sederhana dengan menghasilkan hasil yang akurat. Langkah metode ini secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Penentuan kuat tekan beton yang disyaratkan (fc’).

Penentuan kuat tekan ini disyaratkan dengan perencanaan struktural dan kondisi setempat.

(39)

II-15 b. Penetapan nilai deviasi standar (s)

Deviasi standar ditetapkan berdasarkan tingkat mutu pengendalian pelaksanaan pencampuran betonnya.semakin baik mutu pelaksanaannya maka semakin kecil nilai deviasi standarnya.Jika jumlah data hasil pengujian kurang dari 30 benda uji sehingga dilakukan koreksi terhadap nilai standar deviasi dengan suatu faktor perkalian pada tabel 2.1. berikut ini.

Tabel 2.1. Faktor perkalian deviasi standar

Jumlah Pengujian

Faktor modifikasi untuk nilai deviasi standar benda uji

Kurang dari 15 Tabel 2.5

15 1,16

20 1,08

25 1,03

30 atau lebih 1,00

(Sumber : SNI – 2847 – 2013) c. Perhitungan nilai tambah (margin)

m = 1,34 . s MPa atau m = 2,33 s – 3,5 Mpa (diambil nilai yang terbesar dari kedua persamaan tersebut).

Apabila tidak tersedia catatan hasil uji terdahulu untuk perhitungan deviasi standar yang memenuhi ketentuan, maka nilai margin harus didasarkan pada tabel 2.2. berikut ini.

(40)

II-16

Tabel 2.2. Nilai margin jika data tidak tersedia untuk menetapkan nilai deviasi standar.

Persyaratan kuat tekan f’c, Mpa Margin (m), Mpa

Kurang dari 21 Mpa 7,0

21 s/d 35 8,3

Lebih dari 35 10,0

(Sumber : SNI – 2847 – 2013)

d. Menetapkan kuat tekan rata-rata rencana.

Jika pelaksanaan tidak mempunyai catatan atau pengalaman hasil pengujian beton pada sebelumnya yang memenuhi persyaratan tersebut maka kekuatan rata-rata perlu f’cr harus ditetapkan dari tabel 2.3. berikut ini.

Tabel 2.3. kekuatan rata-rata perlu jika data tidak tersedia untuk menetapkan nilai deviasi standar.

Kekuatan tekan disyaratkan,(Mpa) Kekuatan tekan rata-rata perlu, (Mpa)

f’c < 21 f’cr = f’c + 7,0

21 ≤ f’c ≤ 35 f’cr = f’c + 8,3

f’c < 35 f’cr = 1,10 f’c + 5,0

(Sumber : SNI – 2847 – 2013)

(41)

II-17

Kuat tekan beton rata-rata yang direncanakan dapat digunakan rumus :f' cr = f' c + M, dengan : f' cr= kuat tekan rata-rata, dan M = Nilai tambah, f' c =kuat tekan yang disyaratkan.

e. Menetapkan jenis semen yang digunakan dalam campuran.

Jenis atau type semen yang dipakai harus dinyatakan dalam design campuran beton. Umumnya semen type I dan III yang banyak dipakai yaitu semen cepat mengeras (pengikatan awal rendah). Type semen ada lima yaitu : semen type I, II, III, IV, dan V.

Hubungan type semen, kuat tekan, umur beton dan jenis agregat dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.4. Perkiraan Kuat Tekan Beton Pada FAS 0.50

Type semen Jenis agregat kasar

Kuat tekan pada umur (hari) kg/cm2

3 7 28 91

Semen Portland type I

Alami Batu pecah

200 300

280 320

400 450

480 540 Semen Portland

type III

Alami Batu pecah

250 300

340 400

460 530

530 600 (Sumber : Buku Panduan Laboratorium Struktur Dan Bahan Universitas

Bosowa Makassar)

f. Menetapkan jenis agregat halus dan agregat kasar.

Penetapan jenis agregat yang akan digunakan apakah menggunakan pasir alam dan kerikil alam, atau pasir alam dan batu

(42)

II-18

pecah, karena hal ini mempengaruhi kekuatan dan kadar air bebas sebagaiman diperlihatkan pada tabel 2.5. berikut ini.

Tabel 2.5. Type Agregat Dan Perkiraan Kadar Air Bebas

Slump (mm) 0 - 10 10 – 30 30 – 60 60 – 180

Ukuran maks.

Agregat (mm)

Jenis agregat

Kadar air bebas dalam (kg / m3)

10

Alami Batu pecah

150 100

180 205

205 230

225 250

20

Alami Batu pecah

135 170

160 190

180 210

190 225

40

Alami Batu pecah

115 155

140 175

160 190

175 205

(Sumber : Buku Panduan Laboratorium Struktur Dan Bahan Universitas 45 Makassar)

g. Menetapkan faktor air semen.

1. Menetapkan FAS berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat tekan rata-rata selinder/kubus dengan umur rencana.

2. Menetapkan berdasarkan jenis semen dan agregat yang digunakan dan kuat tekan rata-rata pada umur yang direncanakan.

(43)

II-19

Grafik 2.1. Hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen (benda uji selinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm).

(Sumber :Rancang Campuran Beton SNI 03 – 2834 – 2000)

h. Menetapkan faktor air semen maksimum.

Jika nilai FAS maksimum lebih rendah dari nilai FAS sebelumnya (langkah G) maka nilai yang diambil adalah FAS maksimum.Penetapan nilai FAS maksimum dapat dilihat pada tabel 2.6. berikut ini :

(44)

II-20

Tabel 2.6. Persyaratan nilai FAS maksimum untuk berbagai pembetonan dilingkungan khusus.

Jenis Pembetonan Fas Maksimum

Semen Minimum (kg/m3) Beton didalam ruang bangunan :

a. Keadaan sekeliling non-korosif.

b. Keadaan sekeliling korosif akibat kondensasi atau uap

korosi.

0,60 0,52

275 325 Beton diluar ruang bangunan

a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung.

b. Terlindung dari hujan dan terik matahari langsung.

0,55 0,60

325 275 Beton diluar ruang bangunan

a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti b. Mendapat pengaruh sulfat dan

alkali dari tanah.

0,55 325

Lihat tabel 2.8 Beton yang selalu berhubungan

dengan air tawar/payau/laut. Lihat tabel 2.7 (Sumber :Rancang Campuran Beton SNI 03 – 2834 – 2000)

Tabel 2.7. Ketentuan minimum untuk beton bertulang dalam air

Jenis beton

Kondisi lingkungan berhubungan

dengan

Faktor air semen maksimum

Type semen

Kandungan semen minimum (kg/m3)

Agregat max

40mm 20mm

Bertulang atau prategang

Air tawar 0,50 Type I-V 280 300

Air payau 0,45 Type I+pozzolan

(15-40%) atau PPC 340 380

Air laut 0,50 Type II atau V 290 330

0,45 Type II atau V 330 370

(Sumber :Rancang Campuran Beton SNI 03 – 2834 – 2000 dan SNI – 2847 – 2013)

(45)

II-21

Tabel 2.8. Ketentuan untuk beton yang berhubungan dengan air tanah yang mengandung sulfat.

Kadar gamgguan

sulfat

Konsentrasi sulfat sebagai SO2

Type semen

Kandungan semen minimum berdasarkan

ukuran agregat maksimum (kg/m3)

Nilai fas maks.

Dalam tanah Sulfat (SO2) dalam air tanah

(g/l) Total SO2

(%)

SO2 dalam campuran air:tanah=

2:1 g/l

40 mm

20 mm

10 mm

1. Kurang dari

0,2

Kurang dari 1,0

Kurang dari 0,3

Type I dengan atau tanpa pozzolan (15-

40)%

80 300 350 0,50

2. 0,2 – 0,5 1,0 – 1,9 0,3 – 1,2 Type I 290 330 350 0,50

Type I pozzolan (15-

40%) atau PPC

270 310 360 0,55

Type II atau type IV

250 290 340 0,55

3. 0,5 - 1,0 1,9 – 3,1 1,2 – 2,5 Type I pozzolan (15-

40%) / PPC

240 380 430 0,45

Type II atau type V

290 330 380 0,50

4. 1,0 – 2,0 3,1 – 5,6 2,5 – 5,0 Type II atau type V

330 370 420 0,45

5. Lebih dari

2,0

Lebih dari 5,6

Lebih dari 5,0

Type II atau type V dengan

lapisan pelindung

330 370 420 0,45

(Sumber :Rancang Campuran Beton SNI 03 – 2834 – 2000)

Dari nilai faktor air semen berdasarkan kuat tekan rata-rata dan faktor air semen lingkungan diatas, lalu diambil faktor air semen yang terkecil untuk dipakai pada perhitungan selanjutnya (fas kecil > aman dari fas besar).

(46)

II-22 i. Penetapan kadar air bebas

Penetapan besar kadar air bebas (air yang diluar air jenuh) ditetapkan berdasarkan nilai slump yang dipilih, ukuran maksimum agregat, dan type agregat. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.5.

j. Penetapan nilai slump

Untuk menetapkan nilai slump memerlukan pengalaman pelaksanaan beton, tetapi untuk ancang-ancang slump dapat dijadikan patokan seperti pada tabel penetapan nilai slump tergantung dari :

1. Cara pengangkutan (belt conveyer, pompa, manual, gerobak, dan lain-lain.

2. Cara pengecoran atau penuangan pada acuan.

3. Cara pemadatan atau penggetaran (alat getar / triller, hand vibrator).

4. Jenis atau tujuan struktur.

k. Penetapan kadar semen (kg / m3) beton.

Penetapan kadar semen perlu per m3 beton (kg / m3) digunakan rumus sebagai berikut :

Kadar Semen = Kadar air bebas Faktor air semen

l. Penetapan perkiraan berat jenis spesifik gabungan.

Perkiraan berat jenis gabungan agregat kasar dan agregat halus dapat dihitung berdasarkan rumus berikut :

Bjs gabungan = a% x Bj Spesifik pasir + b% x Bj Spesifik kerikil

(47)

II-23

Dimana : a% = persentase penggabungan agregat halus terbaik

b% = persentase penggabungan agregat halus terbaik

m. Penentuan berat volume beton segar (basah).

Untuk memperkirakan berat volume basah beton digunakan gambar 2.2 yaitu grafik hubungan antara berat volume basah beton, kadar air bebas, dan berat jenis gabungan SSD yang dinyatakan dalam bentuk grafik berikut:

Grafik 2.2. Grafik hubungan kadar air, berat jenis gabungan dan berat beton.

(Sumber :Rancang Campuran Beton SNI 03 – 2834 – 2000)

(48)

II-24 n. Penetapan proporsi agregat.

Berat agregat halus A = a% x (D – Ws – Wa) Berat agregat kasar B = b% x ( D – Ws – Wa)

Dimana : a% = Persentase penggabungan agregat halus B% = Persentase penggabungan agregat kasar D = Berat volume beton basah (kg/m3)

Ws = Kadar semen (kg/m3) beton Wa = Kadar air bebas (kg/m3) beton

o. Hasil rancangan campuran beton teoritis (bahan kondisi SSD).

Campuran beton teoritis adalah porsi campuran dimana agregat masih dalam kondisi SSD (masih sulit untuk pelaksanaan dilapangan) yaitu :

Air = Wa (kg/m3) beton Semen = Ws (kg/m3) beton Pasir = A (kg/m3) beton Kerikil = B (kg/m3) beton

Berat komponen beton teoritis adalah berat kondisi SSD (agregat kondisi jenuh air / kering permukaan), jadi masih perlu diperbaiki (dikoreksi) terhadap kondisi agregat lapangan saat mau dilaksanakan pengecoran.

p. Koreksi campuran beton.

Untuk penyesuaian takaran berat agregat sesuai kondisinya pada saat akan dicampur, maka perlu dikoreksi agar pengambilan agregat

(49)

II-25

untuk dicampur dapat langsung diambil. Dimaksudkan koreksi tersebut adalah koreksi terhadap kadar air sesaat agregat (kondisi agregat tidak selamanya SSD seperti pada hasil campuran teoritis.

Koreksi campuran beton ada dua macam sebagai berikut : 1. Koreksi secara eksak (rasionil)

Uraian rumus :

BK = berat kering mutlak (oven)

BL = berat lapangan (sesuai kondisi agregat) W% = kadar air agregat (sesuai kondisi agregat) R% = resapan agregat (terhadap berat kering)

Uraian rumus koreksi cara eksak (berdasarkan definisi persen resapan air dan persen kadar air) :

BL = BK + W% x BL → BL – (W% x BL) = BK (1 – W%) x BL = BK

→ BL = BK

1−W%

...

a) BK = SSD - R% x BK → BK + R% x BK = BSSD

(1 + R%) x BK = BSSD

→ BK = BSSD

(1+R%)

...

b) Dengan menggunakan persamaan (a) dan (b) diperoleh :

→ BL = BSSD

1+R% x (1−W%)

(50)

II-26

Dengan memakai index p untuk pasir dan index k untuk kerikil maka diperoleh rumusan koreksi secara eksak sebagai berikut :

Berat koreksi pasir (p)

BLp = 1+Rp % x (1−Wp %)BSSDp (kg/m3) beton

Berat koreksi kerikil (k)

BLk= 1+Rk % x (1−Wk %)BSSDk (kg/m3) beton

Sehingga berat komponen beton setelah dikoreksi (kg/m3) beton:

Semen= Ws Pasir= BLp

Kerikil = BLk Air= Kadar air bebas + (A –BLp) + (B – BLk) Berat komponen diatas merupakan takaran berat, untuk pelaksanaan dilapangan dan dengan masing-masing berat volumenya akan diperoleh takaran volume :

1. Koreksi cara pendekatan (estimate)

Koreksi ini berdasarkan nilai pendekatan (estimate), karena pengertian definisi resapan dan kadar air berorientasi berat lapangan. Koreksi tersebut adalah :

Semen = Ws (kg/m3) beton

Pasir = BLp = A – (Rp% - Wp%) x A/100 (kg/m3) beton Kerikil = BLk = B – (Rk% - Wk%) x B/100 (kg/m3) beton Air = kadar air bebas + (A – BLp) + (BLk)(kg/m3) beton Dalam hal ini A dan B merupakan berat SSD dari pasir dan kerikil.

(51)

II-27 2.5. Nilai Slump

Nilai slump digunakan untuk mengukur tingkat kelecekan suatu adukan beton, yang berpengaruh pada tingkat pengerjaan beton (workability). Semakin besar nilai slump, maka beton semakin encer dan semakin mudah untuk dikerjakan, sebaliknya semakin kecil nilai slump, maka beton akan semakin kental dan semakin sulit untuk dikerjakan.

Tabel 2.9. Penetapan nilai slump adukan beton

(Sumber :Rancang Campuran Beton SNI 03 – 2834 – 2000) Pemakaian beton

(berdasarkan jenis struktur yang dibuat)

Nilai Slump (cm)

Maksimum Minimum

Dinding, pelat fondasi, pondasi telapak bertulang 12.5 5

Fondasi telapak tidak bertulang, kaison dan

struktur bawah tanah 9 2.5

Pelat, balok, kolom, dinding 15 7.5

Perkerasan jalan 7.5 5

Pembetonan masal (beton massa) 7.5 2.5

(52)

II-28 2.6. Kuat Tekan

Kuat tekan beton mengindentifikasikan mutu dari sebuah struktur.Semakin tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pada mutu beton yang dihasilkan.Kekuatan tekan beton adalah perbandingan beton terhadap luas penampang beton.Kuat tekan silinder beton dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut (Tjokrodimuljo, 2007).

𝑓

𝑐 =

PmaksA

Dimana :

f’c = Kuat tekan (MPa)

Pmaks = Beban tekan maksimum (N)

A = Luas permukaan benda uji tertekan (mm2)

Berdasarkan kuat tekannya, beton dapat dibagi menjadi beberapa jenis seperti terlihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel 2.10. Kuat Tekan Berdasarkan Jenis Beton

Jenis Beton Kuat Tekan (MPa)

Beton Sederhana (Plain Concrete) 10

Beton Normal 15-30

Beton Prategang 30-40

Beton Kuat Tekan Tinggi 40-80

Beton Kuat Tekan Sangat Tinggi >80 (Sumber: SNI 03-1968-1990)

(53)

II-29

2.6.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kuat Tekan Beton a. Faktor air semen (FAS) dan kepadatan

Berfungsi memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan terjadinya pengerasan, sebagai pelican campuran kerikil, pasir dan semen dalam mempermudah percetakan beton.

Kekuatan beton tergantung pada perbandingan faktor air semennya.Semakin tinggi nilai FAS, semakin rendah mutu kekuatan beton.Namun demikian nilai FAS yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi.

b. Umur beton

Kuat tekan beton akan bertambah sesuai dengan bertambahnya umur beton tersebut.

c. Jenis dan kualitas semen

Ada berbagai jenis semen yang dapat digunakan dalam pembuatan beton, misalnya semen dengan kadar alumina yang tinggi menghasilkan beton yang kuat hancurnya 24 jam sama dengan semen portland biasa pada umur 28 hari.

d. Jenis dan lekuk bidang permukaan agregat

Kenyataannya menunjukan bahwa penggunaan agregat batu pecah akan menghasilkan kekuatan tekan yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan batu koral dari sungai.

Tegangan dimana retak terbentuk sebagian besar tergantung pada sifat agregat kasar.Kerikil yang licin menimbulkan tegangan yang lebih

(54)

II-30

rendah dibandingkan dengan batu pecah yang kasar dan bersudut karena lekatan mekanis dipengaruhi oleh sifat-sifat permukaan dan bentuk agregat kasar.

e. Perawatan (curing)

Perawatan berfungsi untuk menghindari panas hidrasi yang tidak diinginkan, terutama yang disebabkan oleh suhu. Sifat beton yang akan dihasilkan, terutama dari segi kekuatannya ditentukan oleh alat dan bahan yang digunakan pada proses curing.

2.7. Penelitian Terdahulu

Penelitian terhadap kuat tekan beton telah banyak dilakukan oleh peneliti yang di lakukan sebelumnya, ada beberapa referensi yang penulis dapatkan untuk membantu dalam pengerjaan penelitian ini.

Pada tahun 2016 Ahmad Syarif telah meneliti penambahan bata merah pada uji kuat tekan beton bertujuan untuk memanfaatkan limbah bata merah dalam penelitian untuk menghasilkan beton bermutu tinggi . Dari hasil ketiga benda uji bahan tambahan limbah batu-bata merah (10%,25%,dan 50%) semuanya menunjukan hasil rata-rata relatif rendah pada minggu pertama ( 7 hari) akan tetapi pada minggu kedua (14 hari) dan ketiga (28 hari) mengalami peningkatan yang cukup signifikan dengan hasil diatas rata-rata 200 Kg/cm2. Dengan demikian limbah batu-bata merah layak sebagai pengganti bahan pasir tidak lebih dri 25% campuran pengganti pasirnya.

(55)

II-31

Pada tahun 2017 Hendramawat Aski Safarizki telah meneliti Pengaruh bahan tambah serbuk bata dan serat Fiber pada self compacting concrete (scc). Beton di uji pada umur 24 jam (1 hari) dan dari hasil uji tekan beton tersebut akan dikonversikan ke 28 hari . Dari hasil penelitian didapatkan nilai kuat tekan beton ,Beton normal dengan nilai kuat tekan 1 hari 5.43 Mpa, 28 hari 36.20 Mpa. SCC 2.78% bata dan 0,07% fiber dengan nilai kuat tekan 1 hari 6.17 Mpa, 28 hari 41.10 Mpa.

SCC 20.78% bata dan 0,55% fiber dengan nilai kuat tekan 1 hari 5.45, 28 hari 36.32 Mpa. Terlihat bahwa Penambahan serbuk bata dan limbah fiberpada pembuatan beton SCC dapat meningkatkanflowability dan workability beton SCC ditunjukkandengan peningkatan nilai slump flow.

Slump flowakan berkurang 50% pada penambahan limbah fiberdari 0,07%

menjadi 0,55%. Kuat tekan beton umur 1hari dengan penambahan serbuk bata dan limbahfiber juga akan meningkat. Kuat tekan akan berkurang11% pada penambahan limbah fiber dari 0,07% menjadi 0,55%.

Pada tahun 2019 Sylvina Permatasari telah meneliti Pengaruh bahan tambah batu bata merah terhadap kuat tekan beton fc’21 menggunakan agregat kasarpt. Amr dan agregat halus desa sunggup kota baru. Penelitian penambahan bata merah dari limbah sebagai substitusi agregat halus dengan komposisi 0%, 15%, 20%, 25% dari berat pasir dengan komposisi campuran beton mengacu pada Mix design berdasarkan SNI T15-1990-2003 + ACI & ASTM tahun 2016.Kuat tekan tanpa penambahan bata merah sebesar 21,40 MPa, kuat tekan beton

(56)

II-32

yang ditambahkan bata merah mengalami peningkatan pada campuran 15% sebesar 21,57 MPa,pada campuran 20% sebesar 21,02 MPa, dan pada campuran 25% sebesar 20,44 MPa.Kuat tekan beton yang direncanakan adalah 21,00 MPa. Artinya pada penambahan batamerah sebesar 15% beton mengalami peningkatan sedangkan pada penambahan batamerah 20% mengalami pengurangan tetapi tetap mencapai dari kuat tekan rencana, dan 25% bata merah terhadap campuran beton tidak dapat menambah kuat tekan beton melainkan menurunkan kuat tekan beton terhadap kuat tekan rencana.

Pada tahun 2015, F. Windy Yolanda, Chrisna Djaya Mungok, Eddy Samsurizal telah melakukan penelitian studi eksperimen kuat tekan beton menggunakan semen ppc dengan tambahan glenium. Penelitian ini menyajikan hasil kuat tekan beton normal terhadap penambahan glenium yang bervariasi menggunakan PPC semen. Penelitian ini menggunakan rumus ACI. Kuat tekan beton umur 28 hari menggunakan glenium 0,5 liter

= 42,92 Mpa,0,7 liter = 27 Mpa, dan 1 liter = 30,26 Mpa.

(57)

III-1 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Bagan Alir Penelitian

START

Studi Literatur

Persiapan Material Dan Bahan 1. Pasir 4. Air

2. BatuPecah 5. Serbuk Bata Merah 3. Semen 6. Glenium

4.

Pengujian Karakteristik Agregat - Analisa Saringan

- Berat Jenis dan Penyerapan - Berat Isi

- Kadar Air - Kadar Lumpur

Mix Design Beton Normal 20 MPa

Tidak

Pengujian Kuat Tekan Beton Normal

Umur 28 Hari

Pembuatan Benda Uji Normal

A

Perawatan Benda Uji Normal Selama 28 Hari

Ya

(58)

III-2

Gambar 3.1 Flow Chart (Baganalirpenelitian)

3.2. Waktu Dan Lokasi penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 3 Maret 2020. Metode yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah kajian eksperimental di Laboratorium Struktur dan Bahan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

3.3. Tahapan Penelitian

3.3.1. Pengujian Karakteristik Agregat

Sebelum pembuatan benda uji beton, dilakukan pengujian terhadap karakteristik agregat halus dan kasar. Pemeriksaan karakteristik agregat

Analisis Data

Kesimpulan dan Saran Pengujian Kuat tekan beton

variasi SBM & G umur 28 hari

Selesai A

Pembuatan Dan Perawatan Beton Variasi Serbuk Bata

Merah dan Glenium 8108

(59)

III-3

yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi : Analisa Saringan, Berat Jenis, Kadar Air, Kadar Lumpur dan Berat Isi atau Volume.

3.3.2. Penentuan Mix Design BetonKontrol fc‟ 20 Mpa

Mix design dilakukan untuk mengetahui proporsi kebutuhan material (kerikil, pasir, semen dan air) dalam campuran beton. Metode rancangan adukan beton yang dipakai adalah metode yang biasa dipakai oleh Departemen Pekerjaan Umum yaitu metode DOE (Departemen of Environment) yang merupakan pengembangan dari metode rancangan adukan beton cara Inggris (The British Mix Design Method) dan dimuat dalam SNI 03 – 2834 – 2000 berdasarkan ketentuan umum rancang campur menurut SNI – 2847 – 2013.

3.3.3. Pengujian Slump

Pengujian slump merupakan pengujian workability. Pengujian ini menentukan kemudahan pengerjaan dari beton tersebut.

Pengujian nilai slump dilakukan mengikuti standar SNI-1972-2008.

Nilai slump dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut : s = Ta – Tr

s = Slump, Ta = Tinggiawal, Tr = Tinggiruntuh 3.3.4. Pengujian Kuat Tekan

Sifat yang paling penting dari beton adalah kuat tekan beton. Kuat tekan biasanya berhubungan dengan sifat-sifat lain, maksudnya apabila kuat tekan beton tinggi, sifat-sifat lainnya juga baik (Tjokrodimulyo K,

(60)

III-4

1995). Pengujian kuat tekan beton dilakukan mengikuti standar SNI 2847 : 2013.

3.4. Referensi Pengujian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : Tabel 3.1. Metode Pengujian

NO JenisPengujian Metode

1 Pengujian Agregat a. Analisa Saringan b. Berat Jenis c. Kadar Air d. Kadar Lumpur e. Berat Isi

SNI 342 – 2008 SNI 1969 – 2008 SNI 1971 – 2011 SNI 03 4142 – 1996 SNI 1973 – 2008 2 Pembuatan Benda Uji / Mix Desain SNI 2847 – 2013

3 Pengujian Slump SNI 1972 – 2008

4 Perawatan (Perendaman) Beton 28 Hari SNI 2493 – 2011

5 KuatTekan SNI 2847 - 2013

3.5. VariabelPenelitian 3.5.1. VariabelTerikat

Variabel terikat merupakan variabel yang sifatnya mutlak atau tetap. Pada penelitian ini, variabel terikat meliputi :

1. Komposisi agregat kasar, semen, air, dan glenium 8108

(61)

III-5 3.5.2. Variabel Bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang sifatnya tidak terikat atau dapat diubah sesuai perencanaan. Variabel bebas pada penelitian ini meliputi :

1. Komposisi Agregat halus, serbuk bata merah 3.6. Notasi dan Jumlah Sampel

Notasi dan jumlah sampel yang direncanakan harus diketahui dan dipahami agar tidak terjadi kekeliruan dalam pengujian kuat tekan beton.

Tabel 3.2. Notasi dan Jumlah Sampel

Notasi Sampel

Semen (a)

Agregat Kasar

(b)

Agregat Halus

(c)

Air (d)

Serbuk Bata Merah

(BM)

Glenium 8108 (liter)

Jumlah sampel Umur 28

Hari Beton

Normal % % % % - - 20

BNG2 % % % % 0 % c 0,9ltr 3

BBM10G2 % % 90 % % 10 % c 0,9 ltr 3

BBM20G2 % % 80 % % 20 % c 0,9 ltr 3

BBM30G2 % % 70 % % 30 % c 0,9 ltr 3

BBM40G2 % % 60 % % 40 % c 0,9ltr 3

BBM50G2 % % 50 % % 50 % c 0,9ltr 3

Jumlah 38

3.7. Metode Analisis

a. Menganalisis Pengaruh bahan tambah serbuk bata dan serat Fiber pada self compacting concrete (scc). Dari penelitian terdahulu Hendramawat Aski Safarizki (2017) mempunyai nilai maksimal

(62)

III-6

dengan variasi 2.78% bata dan 0,07% fiber dengan nilai kuat tekan 1 hari 6.17 Mpa, 28 hari 41.10 Mpa.

b. Menganalisis Pengaruh bahan tambah batu bata merah terhadap kuat tekan beton fc’21 menggunakan agregat kasar pt. Amr dan agregat halus desa sunggup kota baru. Dari penelitian terdahulu Sylvina Permatasari (2019) telah meneliti Pengaruh bahan tambah batu bata merah terhadap kuat tekan beton fc’21. Kuat tekan beton yang ditambahkan bata merah mengalami peningkatan pada campuran 15% sebesar 21,57.

c. Menganalisis kuat tekan beton menggunakan semen ppc dengan tambahan glenium. Dari penelitian terdahulu F. Windy Yolanda, Chrisna Djaya Mungok, Eddy Samsurizal (2015) telah melakukan penelitian studi eksperimen kuat tekan beton menggunakan semen ppc dengan tambahan glenium. Kuat tekan beton umur 28 hari menggunakan glenium 0,5 liter = 42,92 Mpa, 0,7 liter = 27 Mpa, dan 1 liter = 30,26 Mpa.

Perhitungan campuran beton (Mix design) dengan metode PBI.

Referensi

Dokumen terkait

informasi dan data statistik perikanan serta menyelenggarakan pengumpulan, pengolahan, analisis, penyimpanan, penyajian, dan penyebaran data potensi, sarana dan

Mengenai kebenaran beliau, Hadrat Masih Mau'ud ‘alaihis salaam menulis: 'Aku melihat bahwa orang yang mau mengikuti alam dan hukum alam telah diberikan kesempatan bagus oleh

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Undang-Undang ini mengatur dengan tegas bahwa Pemerintahan Aceh merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tatanan otonomi seluas-luasnya

Tetapi dari ketiga perlakuan tersebut sudah memenuhi nilai standar kualitas kompos, maka dari itu ketiga perlakuan dapat digunakan ke tanaman.Unsur fosfor (P) sebagai bahan

Pada penelitian ini dilakukan dengan pemberian obat kombinasi Celecoxib dan 5-Fluorouracil terhadap sel heterofil dan limfosit dalam berbagai dosis pada endotel pembuluh

latihan asertif akan membantu peserta didik dalam meningkatkan hubungan interpersonal pesrta didik. Salah satu bentuk hubungan interpersonal dapat terjalin dengan

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan berbicara di depan umum adalah suatu keadaan aprehensi atau khwatir tentang sesuatu hal buruk yang