! "
" " # " $
" % & ' " ( # # " % (
' " ( # " " ) ( &
* ) &+ ! "
" # # " " #
, ! )! - *,)-+ . ! ' $
" . " " * /.+ " 0 * " #+
1 " 00 * " #+ " 000 02 2
" 3 4 ( 3 5 " 000 02
2 ( # " % 3 6 !
"
7 " " $ # " % 3
6 $ # "
# * 8 .+ " ( # " $ # " % 6
$ # " #
* 8 .+ 3 $ #
" # * 9 .+ " " #
$ # * . +
" # " %
' " ( " # " " ) ( & * ) &+
! "
!
&
! " # ! $ %
& " ## ! ### #' '
$ % (%)
" ### #' '
% ( *
( *
+% % ! *
+% % ! , (
% % !
D D D
3
3 3 - C " 3
3 & '
3 6 0 # " ( 6
3 > & ' 6
3 > 3 # ) 6
3 > # 6
3 . 7 6
3 . 3 6
3 . 7 >
3 " >
3 5 - E .
3 # " "
7 3
3 ? 3
7 3
6 7 36
> 7 " 36
6 " # " 3.
6 3 " # " 3.
6 " # " 3
> " ( # $ " 35
> 3 " 35
> 3F
. )" . 3 )"
. 3 3 )" $
. 3 )" ' "
. B " 3
. 3 ) ( 3
. 3 3) ( ( 73*)73+ 3
. 3 ) ( ( 7 *)7 +
. ) #"
D
3 & " % 6
& " % " .
6 $ %
F
6 3 , ! " F
6 C " G
6 6 2 " " G
6 > C ( )" G
6 . ' 6
6 ) " 63
6
> 3 7 " " ( 6
> 7 " " ( ( " # " 6>
> 6 ' 7 " 6
> 6 3 7 0 6
> 6 7 00 65
6F
. 3 " 6F
. 6F
D
! "#$%& '" () 5
)$" #"&#)*)+)* # )$" G
, -*% ./ -*% 0 &( " $"&( 12) $"&("&3 ') & #)-'1#
&1-'"%*)3 $"'"$ # & "3) *% 3
4 "( &1' #) #*%#)* 3.
5 " *)*)# *%$)- 3G
6 &*" -#) "' )#*" 1& 3 " *)*)#
7 ) $ &( " 1' 8 - 6
9 1&( " 1' 8 - .
: )&*"#)# " # $
D
4 ! #)' $"&(1-1 & 3) "*" $" 3 &( & &* -"'% $%- $" ' -1 & 6 4 #)' <) &<1* $" "3 & 3) "*" $" 3 &( & $ 3 " ( )
-"'% $%- 1<) 3"&( & "*%3" *13"&* "8 & "1'# 66 4 , " #"&* #" #"' "%#)&%/)' $ 3 "3) & $1# 2 "$) $ 3 #"'1 12
-"'% $%- $" ' -1 & 6>
D
" 2)*1&( & %#)# %&+" #) >3
"' %#)&%/)' "&;)* >
#)' * *)#*)- % $ $"& " " 2 " 3 &( & 3 "&;)* "&( & " *)*)# '" ()- >6
45
/ * =
Nama : Yessie Erika Santosa
NRP : 0210013
Tempat/Tanggal Lahir: Bandung, 29 Juli 1983
Alamat : Jl. Ayudia 5, Bandung
Nama Orang Tua :
Ayah : Ir. Bambang Santosa
Ibu : Ir. Trisnawati Dewi
Riwayat Pendidikan :
SD Santo Yusuf 1, Bandung, tahun lulus 1996
SMP Santo Aloysius 1, Bandung, tahun lulus 1999
SMU Santo Aloysius 1, Bandung, tahun lulus 2002
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum Universitas Kristen Maranatha
41
/
' "' 0
Infus Temulawak 10%
10 gr Temulawak dalam 100 cc dibuat menggunakan panci infus
Konversi dosis III
12 gr Temulawak untuk manusia dikonversikan ke mencit 25 gr menjadi =2025 12gr 0,0026 0,039gr(dalam 0,5 ml air)
Selanjutnya infus Temulawak 10 % ditambahkan air sampai 128,2 ml
Konversi dosis II
6 gr Temulawak untuk manusia dikonvesikan ke mencit 25 gr menjadi =2025 6gr 0,0026 0,0195gr(dalam 0,5 ml air)
Dosis II = 20 cc dosis III + 20 cc air
Konversi dosis I
3 gr Temulawak untuk manusia dikonversikan ke mencit 25 gr menjadi =2025 3gr 0,0026 0,00975gr(dalam 0,5 ml air)
42
/
43
/
, . 9
$
One Way Analysis of Variance Data source : Data 1 in Notebook Normality Test: Failed (F=<0.001)
Test executior: ended by user request, ANOVA on Ranks begun Kruskal Walls One Way Analysis of Variance on Ranks
Data source: Data 1 in Notebook
Group N Missing Col 1 5 0 Col 2 5 0 Col 3 5 0 Col 4 5 0 Col 5 5 0
Group Median 25% 75% Col 1 0.000 0.000 0.000 Col 2 9.100 8.450 10.388 Col 3 0.000 0.000 0.410 Col 4 0.000 0.000 0.130 Col 5 0.000 0.000 0.000
H=18.199 with 4 degrees of freedom (P= 0.001)
The differences in the median values among the treatment groups are greather than would be expected by chance; there is a statistically significant difference (P= 0.001)
To isolate the group or groups that differ from the others use a multiple comparison procedure.
All Pairwise Multiple Comparison Procedures (Student Newman Keuls Method):
44
/ ;
, + $ ' ' , % 9
$
One Way Analysis of Variance Data source: Data 1 in Notebook Normality Test: Passed (P= 0.092) Equal Variance Test: Passed (P= 0.117)
Group N Missing
Col 1 5 0
Col 2 5 0
Col 3 5 0
Col 4 5 0
Col 5 5 0
Group Mean Std Dev SEM
Col 1 3.266 0.865 0.387
Col 2 24.000 3.222 1.441
Col 3 11.002 4.441 1.986
Col 4 6.066 3.302 1.477
Col 5 5.972 1.185 0.530
Power of performed test with alpha= 0.050; 1.000
Source of Variation DF SS MS F P Between Treatments 4 1370.166 342.541 39.684 <0.001
Residual 20 172.634 8.632
Total 24 1542.800
The differences in the mean values among the treatment groups are greather than would be expected by chance; there is a statiscally significant difference
(P=<0.001).
All Pairwise Multiple Comparison Procedures (Student Newman Keuls Method): Comparisons for factor:
Comparison Diff of Means p q P<0.05
Col 2 vs Col 1 20.734 5 5.780 Yes
Col 2 vs Col 5 18.028 4 13.721 Yes
Col 2 vs col 4 17.934 3 13.649 Yes
Col 2 vs Col 3 12.998 2 9.893 Yes
Col 3 vs Col 1 7.736 4 5.888 Yes
Col 3 vs Col 5 5.030 3 3.828 Yes
Col 3 vs Col 4 4.936 2 3.757 Yes
Col 4 vs Col 1 2.800 3 2.131 No
Col 4 vs Col 5 0.0940 2 0.0715 No
1
Alergi berarti reaksi individu tertentu yang menyimpang terhadap kontak atau
pajanan zat asing (alergen), dengan akibat timbulnya gejala gejala klinis, yang
mana untuk kebanyakan orang dengan kontak atau terpajan dengan zat /agen yang
sama tidak menimbulkan reaksi dan tidak menimbulkan penyakit. Alergen dapat
berupa gangguan hipersensitivitas lokal atau sistemik. Penyakit alergi merupakan
kumpulan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat. Penduduk yang pernah
atau sedang menderita penyakit alergi diperkirakan berkisar 10 20% dari jumlah
penduduk dunia. (Azhar Tanjung, 2003) Penyakit alergi dapat berupa asma
bronkiale, pilek alergi atau dermatitis alergika. Pada umumnya, penderita penyakit
alergi mempunyai riwayat atopi pada diri sendiri atau keluarganya, sehingga
dermatitis alergika yang dideritanya sering dikenal juga dengan sebutan dermatitis
atopik.
Pengobatan dermatitis saat ini belum terlalu memuaskan, karena sering
kambuh serta efek samping yang banyak terjadi setelah penggunaan obat obat
kimiawi. Pengobatan alternatif dari tumbuhan obat asli Indonesia sekarang mulai
sering digunakan, yang diharapkan memiliki efek samping yang lebih sedikit dan
diperoleh hasil yang lebih baik. Tumbuhan ini pun mudah diperoleh dan relatif
lebih ekonomis dibandingkan obat obatan kimiawi. (Rassner, 1992)
Dermatitis adalah suatu bentuk reaksi peradangan yang terjadi pada kulit.
Reaksi peradangan penyakit alergi ini timbul akibat reaksi imunologis terhadap
alergen lingkungan dan juga dipengaruhi oleh faktor genetik. Manifestasi klinik
penyakit alergi terhadap suatu alergen tertentu, menunjukkan bahwa seseorang
pernah terpajan dengan alergen bersangkutan sebelumnya. Gejala dermatitis
alergika dapat berupa gatal, kemerahan, bengkak dan ruam sesudah kontak
2
Eosinofil berperan penting dalam imunopatogenesis terjadinya inflamasi, yang
dijumpai pada dermatitis atopik dan diaktifkan oleh antigen /alergen.
Antigen /alergen yang terikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan
mastosit dan basofil, akan mengalami proses degranulasi dan mengeluarkan
granula protein. Granula ini bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti
histamin, serotonin, leukotrien, ECF A
, SRS A . ECF A inilah
yang berperan pada perekrutan eosinofil ke daerah lesi. Gejala akut pada penyakit
alergi sebagian disebabkan oleh histamin, yang disimpan dalam mastosit yang
tersebar luas dalam tubuh. (Anderson, 1985)
Alergi dapat menyerang setiap organ tubuh, tetapi organ yang sering terkena
adalah saluran nafas, kulit dan saluran pencernaan. Antihistamin dapat
menghambat histamin secara efektif karena menghambat reseptor H1, sehingga
dapat digunakan pada terapi alergi yang diperantai IgE.
Masyarakat secara empiris sering menggunakan temulawak untuk mengatasi
dermatitis alergika. Dalam penelitian ini, peneliti menilai pengaruh temulawak
terhadap reaksi peradangan dan jumlah eosinofil dalam darah tepi pada hewan
coba mencit dengan dermatitis alergika.
Apakah temulawak mengurangi diameter peradangan secara makroskopis pada
mencit dengan dermatitis alergika.
Apakah temulawak menurunkan jumlah eosinofil dalam Sediaan Apus Darah
3
Maksud penelitian adalah agar diperoleh terapi penyakit alergi seperti dermatitis alergika yang lebih baik dengan obat tradisional khususnya temulawak.
Tujuan penelitian
1.Untuk mengetahui efek temulawak terhadap reaksi peradangan secara makroskopis pada mencit dengan dermatitis alergika.
2.Untuk mengetahui efek temulawak terhadap jumlah eosinofil dalam Sediaan Apus Darah Tepi (SADT) pada mencit dengan dermatitis alergika.
! " # $
! $
Dapat memberikan informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang farmakologi tumbuhan obat asli Indonesia khususnya temulawak untuk pengobatan dermatitis alergika.
! %
Sebagai dasar pengembangan kemajuan pengobatan khususnya dematitis alergika. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar penggunaan temulawak untuk mengatasi dermatitis alergika oleh masyarakat banyak.
& " $ %'
& " $
4
histamin yang menimbulkan gejala pada reaksi hipersensitivitas tipe I. (Karnen
Garna Baratawidjaja, 1994). Pada reaksi ini terjadi pula perekrutan eosinofil yang
dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
Kurkumin merupakan zat aktif dalam temulawak, berguna untuk
menghambat pembentukan leukotrien, diharapkan dapat menurunkan migrasi
eosinofil, sehingga menurunkan kerusakan jaringan dan diameter peradangan pada
dermatitis alergika.
& %'
Temulawak dapat mengurangi diameter peradangan pada mencit dengan
dermatitis alergika.
Temulawak dapat menurunkan jumlah eosinofil dalam Sediaan Apus Darah Tepi
(SADT)_pada mencit dengan dermatitis alergika.
( ' ' '
Penelitian ini merupakan penelitian prospektif eksperimental laboratoris,
bersifat komparatif dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Hewan coba yang digunakan mencit jantan dewasa galur umur 8
minggu dengan berat badan 25 gram.
Penelitian ini menilai efek pemberian infusa rimpang temulawak terhadap model
dermatitis alergika pada hewan coba mencit.
Data yang diamati adalah diameter peradangan dan jumlah eosinofil pada
Sediaan Apus Darah Tepi (SADT) sebagai respon terhadap efek anti alergi
rimpang temulawak.
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analisis Varian !
dilanjutkan uji lanjut dengan metode " # dengan α = 0,05.
5
) ' *
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha.
38
;
" , , /
& " $%
1.Infusa temulawak dapat mengurangi diameter peradangan pada mencit dengan
dermatitis alergika.
2.Infusa temulawak dapat menurunkan jumlah eosinofil dalam Sediaan Apus
Darah Tepi (SADT) pada mencit dengan dermatitis alergika.
& ,
Penelitian mengenai efek temulawak pada mencit dengan dermatitis alergika
ini dapat terus dikembangkan dan menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya.
Penelititan selanjutnya dapat berupa uji klinik yang pada gilirannya dapat
39
1 / , "
Abdul Ghaffar. 2005. Hypersensitivity Reaction. pathmicro.med.sc.edu/ ghaffar/hyper00.htm. June 3rd, 2005.
Anderson. 1985. " / & . 8th edition. United States of America: The C. V. Mosby Company. p. 459 479.
Anderson P. 1995. & # # & $ & , . Edisi 4.
Jakarta: EGC. hal. 69 75, 133 144.
Andhi Djuanda. 2001. Dermatitis. Dalam: Suria Djuanda, Sri Adi Sularsito,
editor: ' & , # " # . Edisi 3. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. hal. 126 138.
Azhar Tanjung. 2003. Prosedur Diagnostik Penyakit Alergi. Dalam: Slamet
Suyono, editor: 0 , - ' & , 1 . Edisi 3. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. hal. 16 20.
Cotran, Kumar, Collins. 1999. & 0 1 . 6th edition. United
States of America: W.B Saunders Company. p. 196 199.
Departemen Kesehatan RI. 1995. " 2 Dalam , ' " .
Edisi IV. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. hal. 9.
Efi Afifah. 2003. # " % 3 ,. Edisi 2. Jakarta: Agro Media
Pustaka. hal.1 12.
Fajar Arifin Gunawijaya. 2001. Manfaat Penggunaan Antihistamin Generasi
Ketiga. 4 # " , 3 , , 3 (20): 124 129.
Harijono Kariosentono. 2001. Peran dan Fungsi Eosinofil pada Dermatitis Atopik.
' & , # " # , 1 (13): 17 21.
Ivan M. Roitt. 1985. & , ,$ , , ' # " , . Edisi 1. Jakarta: PT. Gramedia. hal 170 181.
Jawetz, Melnick, Adelberg’s, 2001. % , # " , . Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika. hal. 198 199.
40
. 2002. ' 1 . Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hal. 166 167.
Katzung, B. G. 2001. , 1 " # ,. Edisi 1. Jakarta: Salemba
Medika. hal. 467 487.
Kukko, Stein. 1997. ' % " . 1st edition. United States of America: Science Thru Media. p. 111 114.
Leonard, A. 1984. 5 ' . 1st edition. Boston: G. K Hall Medical
Publishers. p. 287 288.
Mader S.S, 1998. 6 0 . 1st edition. United Sates of America: Wm. C.
Brown Publishers. p. 141.
Martini F.H. 2004. " " & . 6th ed. United
States of America: Benjamin Cummings. p. 817.
Rassner. 1992. Dermatitis Kontak Alergika. Dalam: Melfiawati S., editor: 0 ,
- " 1 . Edisi 4. Jakarta: EGC. hal. 94 102.
Raymond Agius. 2001. Mast Cell Degranulation. www.agius.com/
hew/resource/sens.htm. July 2nd, 2005
Richard E. Behrman, M.D.,Victor C. Vaughan III, M.D. 1994. Penyakit Alergi.
Dalam: Nelson , editor: ' # ,. Edisi 12. Jakarta: EGC. hal.
839 845.
Robbins, Kumar 1994. 1 & , & , . Edisi 1. Jakarta: Binarupa Aksara. hal. 60 67.
Udin Sjamsudin, Hedi R. Dewoto. 2002. Histamin dan Antialergi. Dalam: Sulistia
G. Ganiswara , editor: , " 3 . Edisi 4. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. hal. 248 261.
Underwood. 1999. Imunologi dan Imunopatologi. Dalam: Sarjadi, editor: &
2 " ,. Edisi 2. Jakarta: EGC. hal. 200 203.
www.yahoo.com/ 2001. Atopic Dermatitis. 2nd Aug, 2005.
www.earthcare.com.au/ slides/temulawak.htm. 2005. Temulawak. 30rd May, 2005.