• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Temulawak (Curcumae Rhizoma) Terhadap Reaksi Peradangan dan Jumlah Eosinofil Pada Dermatitis Alergika Dengan Hewan Coba Mencit.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian Temulawak (Curcumae Rhizoma) Terhadap Reaksi Peradangan dan Jumlah Eosinofil Pada Dermatitis Alergika Dengan Hewan Coba Mencit."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

! "

" " # " $

" % & ' " ( # # " % (

' " ( # " " ) ( &

* ) &+ ! "

" # # " " #

, ! )! - *,)-+ . ! ' $

" . " " * /.+ " 0 * " #+

1 " 00 * " #+ " 000 02 2

" 3 4 ( 3 5 " 000 02

2 ( # " % 3 6 !

"

7 " " $ # " % 3

6 $ # "

# * 8 .+ " ( # " $ # " % 6

$ # " #

* 8 .+ 3 $ #

" # * 9 .+ " " #

$ # * . +

" # " %

' " ( " # " " ) ( & * ) &+

! "

(2)

!

&

! " # ! $ %

& " ## ! ### #' '

$ % (%)

" ### #' '

% ( *

( *

+% % ! *

+% % ! , (

% % !

(3)

D D D

3

3 3 - C " 3

3 & '

3 6 0 # " ( 6

3 > & ' 6

3 > 3 # ) 6

3 > # 6

3 . 7 6

3 . 3 6

3 . 7 >

3 " >

3 5 - E .

3 # " "

7 3

3 ? 3

7 3

6 7 36

> 7 " 36

6 " # " 3.

6 3 " # " 3.

6 " # " 3

> " ( # $ " 35

> 3 " 35

> 3F

. )" . 3 )"

. 3 3 )" $

. 3 )" ' "

. B " 3

. 3 ) ( 3

. 3 3) ( ( 73*)73+ 3

. 3 ) ( ( 7 *)7 +

. ) #"

(4)

D

3 & " % 6

& " % " .

6 $ %

F

6 3 , ! " F

6 C " G

6 6 2 " " G

6 > C ( )" G

6 . ' 6

6 ) " 63

6

> 3 7 " " ( 6

> 7 " " ( ( " # " 6>

> 6 ' 7 " 6

> 6 3 7 0 6

> 6 7 00 65

6F

. 3 " 6F

. 6F

(5)

D

! "#$%& '" () 5

)$" #"&#)*)+)* # )$" G

, -*% ./ -*% 0 &( " $"&( 12) $"&("&3 ') & #)-'1#

&1-'"%*)3 $"'"$ # & "3) *% 3

4 "( &1' #) #*%#)* 3.

5 " *)*)# *%$)- 3G

6 &*" -#) "' )#*" 1& 3 " *)*)#

7 ) $ &( " 1' 8 - 6

9 1&( " 1' 8 - .

: )&*"#)# " # $

(6)

D

4 ! #)' $"&(1-1 & 3) "*" $" 3 &( & &* -"'% $%- $" ' -1 & 6 4 #)' <) &<1* $" "3 & 3) "*" $" 3 &( & $ 3 " ( )

-"'% $%- 1<) 3"&( & "*%3" *13"&* "8 & "1'# 66 4 , " #"&* #" #"' "%#)&%/)' $ 3 "3) & $1# 2 "$) $ 3 #"'1 12

-"'% $%- $" ' -1 & 6>

(7)

D

" 2)*1&( & %#)# %&+" #) >3

"' %#)&%/)' "&;)* >

#)' * *)#*)- % $ $"& " " 2 " 3 &( & 3 "&;)* "&( & " *)*)# '" ()- >6

(8)

45

/ * =

Nama : Yessie Erika Santosa

NRP : 0210013

Tempat/Tanggal Lahir: Bandung, 29 Juli 1983

Alamat : Jl. Ayudia 5, Bandung

Nama Orang Tua :

Ayah : Ir. Bambang Santosa

Ibu : Ir. Trisnawati Dewi

Riwayat Pendidikan :

SD Santo Yusuf 1, Bandung, tahun lulus 1996

SMP Santo Aloysius 1, Bandung, tahun lulus 1999

SMU Santo Aloysius 1, Bandung, tahun lulus 2002

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum Universitas Kristen Maranatha

(9)

41

/

' "' 0

Infus Temulawak 10%

10 gr Temulawak dalam 100 cc dibuat menggunakan panci infus

Konversi dosis III

12 gr Temulawak untuk manusia dikonversikan ke mencit 25 gr menjadi =2025 12gr 0,0026 0,039gr(dalam 0,5 ml air)

Selanjutnya infus Temulawak 10 % ditambahkan air sampai 128,2 ml

Konversi dosis II

6 gr Temulawak untuk manusia dikonvesikan ke mencit 25 gr menjadi =2025 6gr 0,0026 0,0195gr(dalam 0,5 ml air)

Dosis II = 20 cc dosis III + 20 cc air

Konversi dosis I

3 gr Temulawak untuk manusia dikonversikan ke mencit 25 gr menjadi =2025 3gr 0,0026 0,00975gr(dalam 0,5 ml air)

(10)

42

/

(11)

43

/

, . 9

$

One Way Analysis of Variance Data source : Data 1 in Notebook Normality Test: Failed (F=<0.001)

Test executior: ended by user request, ANOVA on Ranks begun Kruskal Walls One Way Analysis of Variance on Ranks

Data source: Data 1 in Notebook

Group N Missing Col 1 5 0 Col 2 5 0 Col 3 5 0 Col 4 5 0 Col 5 5 0

Group Median 25% 75% Col 1 0.000 0.000 0.000 Col 2 9.100 8.450 10.388 Col 3 0.000 0.000 0.410 Col 4 0.000 0.000 0.130 Col 5 0.000 0.000 0.000

H=18.199 with 4 degrees of freedom (P= 0.001)

The differences in the median values among the treatment groups are greather than would be expected by chance; there is a statistically significant difference (P= 0.001)

To isolate the group or groups that differ from the others use a multiple comparison procedure.

All Pairwise Multiple Comparison Procedures (Student Newman Keuls Method):

(12)

44

/ ;

, + $ ' ' , % 9

$

One Way Analysis of Variance Data source: Data 1 in Notebook Normality Test: Passed (P= 0.092) Equal Variance Test: Passed (P= 0.117)

Group N Missing

Col 1 5 0

Col 2 5 0

Col 3 5 0

Col 4 5 0

Col 5 5 0

Group Mean Std Dev SEM

Col 1 3.266 0.865 0.387

Col 2 24.000 3.222 1.441

Col 3 11.002 4.441 1.986

Col 4 6.066 3.302 1.477

Col 5 5.972 1.185 0.530

Power of performed test with alpha= 0.050; 1.000

Source of Variation DF SS MS F P Between Treatments 4 1370.166 342.541 39.684 <0.001

Residual 20 172.634 8.632

Total 24 1542.800

The differences in the mean values among the treatment groups are greather than would be expected by chance; there is a statiscally significant difference

(P=<0.001).

All Pairwise Multiple Comparison Procedures (Student Newman Keuls Method): Comparisons for factor:

Comparison Diff of Means p q P<0.05

Col 2 vs Col 1 20.734 5 5.780 Yes

Col 2 vs Col 5 18.028 4 13.721 Yes

Col 2 vs col 4 17.934 3 13.649 Yes

Col 2 vs Col 3 12.998 2 9.893 Yes

Col 3 vs Col 1 7.736 4 5.888 Yes

Col 3 vs Col 5 5.030 3 3.828 Yes

Col 3 vs Col 4 4.936 2 3.757 Yes

Col 4 vs Col 1 2.800 3 2.131 No

Col 4 vs Col 5 0.0940 2 0.0715 No

(13)

1

Alergi berarti reaksi individu tertentu yang menyimpang terhadap kontak atau

pajanan zat asing (alergen), dengan akibat timbulnya gejala gejala klinis, yang

mana untuk kebanyakan orang dengan kontak atau terpajan dengan zat /agen yang

sama tidak menimbulkan reaksi dan tidak menimbulkan penyakit. Alergen dapat

berupa gangguan hipersensitivitas lokal atau sistemik. Penyakit alergi merupakan

kumpulan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat. Penduduk yang pernah

atau sedang menderita penyakit alergi diperkirakan berkisar 10 20% dari jumlah

penduduk dunia. (Azhar Tanjung, 2003) Penyakit alergi dapat berupa asma

bronkiale, pilek alergi atau dermatitis alergika. Pada umumnya, penderita penyakit

alergi mempunyai riwayat atopi pada diri sendiri atau keluarganya, sehingga

dermatitis alergika yang dideritanya sering dikenal juga dengan sebutan dermatitis

atopik.

Pengobatan dermatitis saat ini belum terlalu memuaskan, karena sering

kambuh serta efek samping yang banyak terjadi setelah penggunaan obat obat

kimiawi. Pengobatan alternatif dari tumbuhan obat asli Indonesia sekarang mulai

sering digunakan, yang diharapkan memiliki efek samping yang lebih sedikit dan

diperoleh hasil yang lebih baik. Tumbuhan ini pun mudah diperoleh dan relatif

lebih ekonomis dibandingkan obat obatan kimiawi. (Rassner, 1992)

Dermatitis adalah suatu bentuk reaksi peradangan yang terjadi pada kulit.

Reaksi peradangan penyakit alergi ini timbul akibat reaksi imunologis terhadap

alergen lingkungan dan juga dipengaruhi oleh faktor genetik. Manifestasi klinik

penyakit alergi terhadap suatu alergen tertentu, menunjukkan bahwa seseorang

pernah terpajan dengan alergen bersangkutan sebelumnya. Gejala dermatitis

alergika dapat berupa gatal, kemerahan, bengkak dan ruam sesudah kontak

(14)

2

Eosinofil berperan penting dalam imunopatogenesis terjadinya inflamasi, yang

dijumpai pada dermatitis atopik dan diaktifkan oleh antigen /alergen.

Antigen /alergen yang terikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan

mastosit dan basofil, akan mengalami proses degranulasi dan mengeluarkan

granula protein. Granula ini bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti

histamin, serotonin, leukotrien, ECF A

, SRS A . ECF A inilah

yang berperan pada perekrutan eosinofil ke daerah lesi. Gejala akut pada penyakit

alergi sebagian disebabkan oleh histamin, yang disimpan dalam mastosit yang

tersebar luas dalam tubuh. (Anderson, 1985)

Alergi dapat menyerang setiap organ tubuh, tetapi organ yang sering terkena

adalah saluran nafas, kulit dan saluran pencernaan. Antihistamin dapat

menghambat histamin secara efektif karena menghambat reseptor H1, sehingga

dapat digunakan pada terapi alergi yang diperantai IgE.

Masyarakat secara empiris sering menggunakan temulawak untuk mengatasi

dermatitis alergika. Dalam penelitian ini, peneliti menilai pengaruh temulawak

terhadap reaksi peradangan dan jumlah eosinofil dalam darah tepi pada hewan

coba mencit dengan dermatitis alergika.

Apakah temulawak mengurangi diameter peradangan secara makroskopis pada

mencit dengan dermatitis alergika.

Apakah temulawak menurunkan jumlah eosinofil dalam Sediaan Apus Darah

(15)

3

Maksud penelitian adalah agar diperoleh terapi penyakit alergi seperti dermatitis alergika yang lebih baik dengan obat tradisional khususnya temulawak.

Tujuan penelitian

1.Untuk mengetahui efek temulawak terhadap reaksi peradangan secara makroskopis pada mencit dengan dermatitis alergika.

2.Untuk mengetahui efek temulawak terhadap jumlah eosinofil dalam Sediaan Apus Darah Tepi (SADT) pada mencit dengan dermatitis alergika.

! " # $

! $

Dapat memberikan informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang farmakologi tumbuhan obat asli Indonesia khususnya temulawak untuk pengobatan dermatitis alergika.

! %

Sebagai dasar pengembangan kemajuan pengobatan khususnya dematitis alergika. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar penggunaan temulawak untuk mengatasi dermatitis alergika oleh masyarakat banyak.

& " $ %'

& " $

(16)

4

histamin yang menimbulkan gejala pada reaksi hipersensitivitas tipe I. (Karnen

Garna Baratawidjaja, 1994). Pada reaksi ini terjadi pula perekrutan eosinofil yang

dapat menimbulkan kerusakan jaringan.

Kurkumin merupakan zat aktif dalam temulawak, berguna untuk

menghambat pembentukan leukotrien, diharapkan dapat menurunkan migrasi

eosinofil, sehingga menurunkan kerusakan jaringan dan diameter peradangan pada

dermatitis alergika.

& %'

Temulawak dapat mengurangi diameter peradangan pada mencit dengan

dermatitis alergika.

Temulawak dapat menurunkan jumlah eosinofil dalam Sediaan Apus Darah Tepi

(SADT)_pada mencit dengan dermatitis alergika.

( ' ' '

Penelitian ini merupakan penelitian prospektif eksperimental laboratoris,

bersifat komparatif dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).

Hewan coba yang digunakan mencit jantan dewasa galur umur 8

minggu dengan berat badan 25 gram.

Penelitian ini menilai efek pemberian infusa rimpang temulawak terhadap model

dermatitis alergika pada hewan coba mencit.

Data yang diamati adalah diameter peradangan dan jumlah eosinofil pada

Sediaan Apus Darah Tepi (SADT) sebagai respon terhadap efek anti alergi

rimpang temulawak.

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analisis Varian !

dilanjutkan uji lanjut dengan metode " # dengan α = 0,05.

(17)

5

) ' *

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Maranatha.

(18)

38

;

" , , /

& " $%

1.Infusa temulawak dapat mengurangi diameter peradangan pada mencit dengan

dermatitis alergika.

2.Infusa temulawak dapat menurunkan jumlah eosinofil dalam Sediaan Apus

Darah Tepi (SADT) pada mencit dengan dermatitis alergika.

& ,

Penelitian mengenai efek temulawak pada mencit dengan dermatitis alergika

ini dapat terus dikembangkan dan menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya.

Penelititan selanjutnya dapat berupa uji klinik yang pada gilirannya dapat

(19)

39

1 / , "

Abdul Ghaffar. 2005. Hypersensitivity Reaction. pathmicro.med.sc.edu/ ghaffar/hyper00.htm. June 3rd, 2005.

Anderson. 1985. " / & . 8th edition. United States of America: The C. V. Mosby Company. p. 459 479.

Anderson P. 1995. & # # & $ & , . Edisi 4.

Jakarta: EGC. hal. 69 75, 133 144.

Andhi Djuanda. 2001. Dermatitis. Dalam: Suria Djuanda, Sri Adi Sularsito,

editor: ' & , # " # . Edisi 3. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. hal. 126 138.

Azhar Tanjung. 2003. Prosedur Diagnostik Penyakit Alergi. Dalam: Slamet

Suyono, editor: 0 , - ' & , 1 . Edisi 3. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. hal. 16 20.

Cotran, Kumar, Collins. 1999. & 0 1 . 6th edition. United

States of America: W.B Saunders Company. p. 196 199.

Departemen Kesehatan RI. 1995. " 2 Dalam , ' " .

Edisi IV. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. hal. 9.

Efi Afifah. 2003. # " % 3 ,. Edisi 2. Jakarta: Agro Media

Pustaka. hal.1 12.

Fajar Arifin Gunawijaya. 2001. Manfaat Penggunaan Antihistamin Generasi

Ketiga. 4 # " , 3 , , 3 (20): 124 129.

Harijono Kariosentono. 2001. Peran dan Fungsi Eosinofil pada Dermatitis Atopik.

' & , # " # , 1 (13): 17 21.

Ivan M. Roitt. 1985. & , ,$ , , ' # " , . Edisi 1. Jakarta: PT. Gramedia. hal 170 181.

Jawetz, Melnick, Adelberg’s, 2001. % , # " , . Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika. hal. 198 199.

(20)

40

. 2002. ' 1 . Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hal. 166 167.

Katzung, B. G. 2001. , 1 " # ,. Edisi 1. Jakarta: Salemba

Medika. hal. 467 487.

Kukko, Stein. 1997. ' % " . 1st edition. United States of America: Science Thru Media. p. 111 114.

Leonard, A. 1984. 5 ' . 1st edition. Boston: G. K Hall Medical

Publishers. p. 287 288.

Mader S.S, 1998. 6 0 . 1st edition. United Sates of America: Wm. C.

Brown Publishers. p. 141.

Martini F.H. 2004. " " & . 6th ed. United

States of America: Benjamin Cummings. p. 817.

Rassner. 1992. Dermatitis Kontak Alergika. Dalam: Melfiawati S., editor: 0 ,

- " 1 . Edisi 4. Jakarta: EGC. hal. 94 102.

Raymond Agius. 2001. Mast Cell Degranulation. www.agius.com/

hew/resource/sens.htm. July 2nd, 2005

Richard E. Behrman, M.D.,Victor C. Vaughan III, M.D. 1994. Penyakit Alergi.

Dalam: Nelson , editor: ' # ,. Edisi 12. Jakarta: EGC. hal.

839 845.

Robbins, Kumar 1994. 1 & , & , . Edisi 1. Jakarta: Binarupa Aksara. hal. 60 67.

Udin Sjamsudin, Hedi R. Dewoto. 2002. Histamin dan Antialergi. Dalam: Sulistia

G. Ganiswara , editor: , " 3 . Edisi 4. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. hal. 248 261.

Underwood. 1999. Imunologi dan Imunopatologi. Dalam: Sarjadi, editor: &

2 " ,. Edisi 2. Jakarta: EGC. hal. 200 203.

www.yahoo.com/ 2001. Atopic Dermatitis. 2nd Aug, 2005.

www.earthcare.com.au/ slides/temulawak.htm. 2005. Temulawak. 30rd May, 2005.

Referensi

Dokumen terkait

RusliLutan(2001: 78)menyatakan bahwa kualitas bergantung pada perceptual motorik. Berkaitan dengan hal tersebut,dalam pemberian atau contoh pelaksanaan tugas gerak, kemampuan

Kebudayaan meliputi ilmu, kepercayaan, kesenian, tata sosial, hukum, adat istiadat yang diperoleh dari anggota-anggota masyarakat.Bagi komunitas Titawai adat – istiadat merupakan

Tabel 4.5.. Untuk mengetahui tebal taksiran pelat beton apakah aman atau tidak digunakan analisa fatik dan erosi yang dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.. Tebal pelat

HUBUNGAN KONDISI DAN BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP

pada sisi permukaan. Menitik permukaan yang akan dibor, 10 mm dari tepi. Memasang benda kerja pada ragum dengan kuat. Memasang bor diameter 8 mm. Memulai pengeboran dan

Dalam analisis korelasi yang dicari adalah koefesien korelasi yaitu angka yang menyatakan derajat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen atau

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda..Hasil penelitian menunjukkan bahwa disiplin dan imbalan secara

Taking the evidence as a whole—that Zheng He’s gunners would have used all the machines described in Fontana’s book and would have carried many of them aboard, that Fontana’s book