• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Latihan Imagery dan Konsentrasi Terhadap Hasil Shooting Atlet Polo Air DIY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh Latihan Imagery dan Konsentrasi Terhadap Hasil Shooting Atlet Polo Air DIY"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH LATIHAN IMAGERY DAN KONSENTRASI TERHADAP HASIL SHOOTING ATLET POLO AIR DIY

Thesis

Oleh:

Nama: Meiliana Dwi Puspita NIM: 19711251040

ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2022

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv ABSTRAK

Meiliana Dwi Puspita: Pengaruh Latihan Imagery dan Konsentrasi Terhadap Hasil Shooting Atlet Polo Air DIY. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta, 2022.

Masih banyak atlet polo air DIY yang mengalami masalah saat melakukan tembakan atau shooting, terutama permasalahan terletak pada mental pemain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Untuk mengetahui bagaimana pengaruh antara metode latihan internal imagery dan external imagery terhadap shooting polo air pada atlet polo air DIY, 2) Untuk mengetahui bagaimana pengaruh konsentrasi tinggi dan konsentrasi rendah terhadap hasil shooting pada atlet polo air DIY, 3) Untuk mengetahui bagaimana interaksi antara metode latihan dan konsentrasi yang dapat meningkatkan hasil shooting pada atlet polo air DIY.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan factorial 2x2 dengan menggunakan teknik pengumpulan data pre-test dan post-test latihan imagery (internal dan eksternal) dan tingkat konsentrasi (tinggi dan rendah). Populasi penelitian adalah pemain tim polo air DIY. Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling yang bejumlah 30 atlet. Untuk mengetahui tingkat konsentrasi dilakukan tes pengukuran dengan menggunakan test grid concentrasion. Latihan imagery internal dan eksternal imagery dilakukan selama 6 kali latihan yang masing-masing dilakukan selama 30 menit. Kemampuan ketepatan shooting atlet dilakukan dengan menggunakan tes shooting penalty 5 meter. Teknik analisis data menggunakan two way Analysis of Varian (Anova) pada taraf signifikansi (α) 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) terdapat perbedaan antara latihan internal imagery dan external imagery (p = 0,010 < 0,05) maka metode latihan internal imagery lebih baik daripada external imagery. 2) terdapat perbedaan pemain yang mempunyai konsentrasi tinggi dan konsentrasi rendah (p = 0,007 < 0,05) maka pemain yang mempunyai konsentrasi tinggi lebih baik daripada pemain yang mempunyai konsentrasi rendah. 3) Adanya interaksi antara internal imagery dan external imagery serta konsentrasi tinggi dan konsentrasi rendah (p = 0,009 < 0,05). Kelompok pemain yang mempunyai konsentrasi tinggi lebih tepat jika dilatih dengan internal imagery, sedangkan kelompok pemain yang memiliki konsentrasi rendah lebih baik jika dilatih dengan external imagery.

Kata kunci: Mental Imgaery, Konsentrasi, Shooting Polo Air

(5)

v ABSTRACT

Meiliana Dwi Puspita: The effects of Imagery and Concentration Exercise toward the Shooting Results of DIY Water Polo Athletes. Thesis. Yogyakarta: Postgraduate Program, Faculty of Sport Science, Yogyakarta State University, 2022.

There were still a number of water polo athletes who encountered problems in performing a shoot, particularly in terms of dealing with their mental state. This study was aimed at figuring out: 1) the effects of exercise method, internal and external imagery, toward water polo shooting of DIY water polo athletes, 2) the effects of high concentration and low concentration in the shooting results of DIY water polo athletes, 3) how the interaction between exercise methods and concentration were able to elevate the shooting results of DIY water polo athletes.

The study employed experimental method with 2x2 factorial plan by using pre- test and post-test of imagery exercises (both internal and external) and the level of concentration (high and low) in collecting the data. The participants of this study were DIY water polo athletes. The samples were determined by using purposive sampling technique with 30 athletes. In finding out the level of concentration, the researcher undertook a measurement test utilizing test grid concentration. Internal and external imagery exercise were carried out 6 times with 30 minutes for each time. The ability of athletes shooting accuracy was conducted by implementing 5 meter the shooting penalty test. The data analysis technique employed were two ways Analysis of Varian (Anova) with the significant level (α) 0,05.

The result of the study showed that: 1) there were a difference between internal imagery dan external imagery exercise (p = 0,010 < 0,05) therefore the internal imagery exercise method was better than external imagery exercise method. 2) high and low concentration contributed a significance difference among the athletes (p = 0,007 < 0,05) consequently, the athletes with high concentration mode performed better than those with low concentration. 3) The interaction between internal imagery dan external imagery with high and low concentration was shown (p = 0,009 < 0,05). The group of athletes with high concentration is better be trained with internal imagery, while the athletes with low concentration is with external imagery.

Keywords: Mental Imagery, Concentration, Water Polo Shooting

(6)

vi

PERYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Meiliana Dwi Puspita

NIM : 19711251040

Program Studi : Ilmu Keolahragaan

Dengan ini menyatakan bahwa tesis ini merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar magister di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dalam tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau di terbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustakan.

Yogyakarta, 13 November 2022 Yang membuat pernyataan

Meiliana Dwi Puspita, S.Pd

(7)

vii

KATA PENGHANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia, rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan tugas akhir tesis dengan judul Pengaruh Latihan Imagery Dan Konsentrasi Terhadap Hasil Shooting Atlet Polo Air DIY dapat diselesaikan dengan baik, lancar tanpa ada hambatan suatu apapun. Tesis ini dapat terselesaikan dengan lancar karena banyak pihak yang ikut terlibat dalam proses pembuatannya.

Terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Suharjana, M.Kes., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak arahan, kritik dan saran serta motivasi yang luar biasa sehingga Tugas Akhir Tesis ini dapat terselesaikan.

2. Bapak Prof. Dr. Sumaryanto, M.Kes., Rektor Universitas Negeri Yogyakarta beserta staf yang telah banyak membantu penulis sehingga tesis ini terwujud.

3. Bapak Prof. Dr. Wawan Sundawa Suherman, M.Ed., Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan yang memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Tesis.

4. Bapak Dr. Ahmad Nasrulloh, S.Or., M.Or Koorprodi Program Magister Ilmu Keolahragaan yang telah membantu penulis sehingga tesis ini terwujud.

5. Bapak Dr. Komarudin, S.Pd, M.A., Validator Program Latihan yang telah memberikan penilaian, saran dan masukan demi perbaikan terhadap program latihan penulis.

6. Prof. Dr. Djoko Pekik Irianto, M.Kes., Validator Program Latihan yang telah memberikan penilaian, saran dan masukan demi perbaikan terhadap program latihan penulis.

(8)

viii

7. Tim Polo Air DIY dan Pelatih-pelatih yang telah memberikan izin, kesempatan bantuan, serta kerja sama sehingga penelitian ini dapat berjalan lancer.

8. Sahabat dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas doa dan dukungannya serta arahan dan masukannya selama ini.

Semoga semua pihak yang telah membantu dalam penulisan tugas akhir ini mendapat pahala dari Allah SWT. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini, bahkan masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga tesis ini dapat menjadi manfaat bagi pembaca. Aamiin.

Yogyakarta, 13 November 2022

Meiliana Dwi Puspita

(9)

ix

DAFTAR ISI

BAB I ...1

PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Identifikasi Masalah ...8

C. Pembatasan Masalah ...9

D. Rumusan Masalah ...9

E. Tujuan Penelitian ...9

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II ... 11

KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Deskripsi Teori ... 11

B. Penelitian Yang Relavan ... 50

C. Kerangka berpikir ... 53

BAB III ... 57

METODE PENELITIAN ... 57

A. Jenis Penelitian ... 57

B. Desain Penelitian ... 57

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 58

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 58

E. Variabel Penelitian ... 59

F. Definisi Operasional Variabel ... 60

G. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data... 61

H. Validitas dan Reliabilitas Data ... 64

I. Teknik Analisis Data ... 65

BAB IV ... 67

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 67

B. Hasil Uji Hipotesis ... 69

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 73

D. Keterbatasan Peneltian... 78

BAB V ... 79

(10)

x

SIMPULAN DAN SARAN ... 79

A. Simpulan ... 79

B. Implikasi ... 80

C. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN ... 85

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rancangan penelitian ... 58

Tabel 2. Nilai Standar Tes Shooting ... 64

Tabel 3. Hasil Analisis Deskriptif Data Pretest dan Posttest Shooting Polo Air ... 67

Tabel 4. Hasil Uji Normalitas ... 68

Tabel 5. Uji Homogenitas ... 69

Tabel 6. Hasil Uji Hipotesis Pertama ... 70

Tabel 7. Perbedaan Rata-Rata Peningkatan Metode Latihan ... 70

Tabel 8. Hasil Uji Hipotesis Kedua ... 71

Tabel 9. Perbedaan Rata-Rata Peningkatan Kelompok Konsentrasi... 71

Tabel 10. Hasil Uji Hipotesis Ketiga ... 72

Tabel 11. Hasil Analisis Intertaksi Metode Latihan Dan Konsentrasi ... 72

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Permainan Polo Air ... 12

Gambar 2. Susunan Pemain Polo Air ... 13

Gambar 3. Lapangan Polo Air ... 14

Gambar 4. Gawanag Polo Air ... 15

Gambar 5. Bola Polo Air ... 15

Gambar 6. Topi Polo Air ... 16

Gambar 7. Renang Polo Air ... 23

Gambar 8. Shooting Polo Air ... 24

Gambar 9. Macam-macam dan Ilustrasi Menembak ... 26

Gambar 10. Kerangka Berpikir ... 55

Gambar 11. Ordinal pairing ... 59

Gambar 12. Gambar Interaksi latihan imagery dan konsentrasi ... 73

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Ijin Validasi Instrumen Shooting Polo Air ...85

Lampiran 2. Surat izin Validasi Instrumen Shooting Polo Air ...85

Lampiran 3. Surat Keterangan Validasi Instrumen Shooting Polo Air ...86

Lampiran 4. Surat Keterangan Validasi Metode Latihan Dan Instrumen Polo Air ...88

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian Tim Polo Air DIY...89

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian Manajemen Kolam DSC ...90

Lampiran 7. Surat Tembusan dari Tim Polo Air DIY ...91

Lampiran 8. Program Latihan Internal Imagery Terhadap Hasil Shooting ...92

Lampiran 9. Program Latihan Eksternal Imagery ...98

Lampiran 10. Pembagian Kelompok Konsentrasi ... 103

Lampiran 11. Pembagian Kelompok Treatmen ... 104

Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian ... 105

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Olahraga merupakan aktivitas jasmani yang dilakukan oleh seorang maupun sekelompok orang dengan tujuan untuk mendapatkan kebugaran jasmani. Olahraga tidak jauh dari kata hidup sehat, dari berbagai macam olahraga tentu bisa memilih olahraga yang sesuai dengan keinginan. Ada jenis olahraga yang dilakukan individu maupun secara kelompok. Maksum (2011:2) mengatakan bahwa “Olahraga merupakan kegiatan fisik yang dilakukan secara bekelanjutan yang beguna untuk mendorong, membina, dan mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial”. Polo air adalah olahraga air yang keras, diangggap kombinasi renang, rugby, sepakbola, dan bola basket. Polo air menjadi olahraga keras karena full body contact, yang berarti para pemain yang bertahan maupun menyerang hamper selalu berhubungan dengan lawan bisa dibilang seperti bergulat (grappling) untuk mendapatkan peluang dalam mencetak goal ke gawang maupun merebut bola dari lawan.

Olahraga Polo air merupakan cabang olahraga yang sudah cukup lama dipertandingkan di Indonesia, bahkan cabang olahraga ini sudah dipertandingkan sejak Pekan Olahraga Nasional Pertama (PON-I) 1948 di kota Solo diselenggarakan, hingga pertandingan multi-event regional, nasional maupun internasional (SEA Games, Asian Games, World Championships & Olympic Games) sampai saat ini. Setiap regu polo air terdiri dari 13 atlet yang terdiri dari 2 penjaga gawang dan 11 pemain. Setiap regu polo air menurunkan 6 pemain dengan 1 penjaga gawang, total 7 orang pemain di setiap pertandingan dan 6 orang cadangan yang harus duduk di bangku cadangan di dalam

(15)

2

lapangan pertandingan, dengan 1 orang manager, 1 orang kepala pelatih dan 1 orang asisten pelatih.

Terciptanya sebuah pertandingan yang menarik, tidak terlepas dari kemampuan atlet dapat menampilkan kemampuan teknik dalam permainan olahraga Polo Air.

Kemampuan teknik, taktik bahkan pemahaman bermain atlet berbeda-beda. Apalagi pada olahraga polo air yang merupakan olahraga yang kompleks. Pemain polo air jelas harus bisa berenang, kemampuan berenang pada setiap atlet pun pasti berbeda-beda. Berenang merupakan basic pada olahraga polo air. Berkaitan dengan beberapa teknik dalam olahraga Polo Air terdapat beberapa macam teknik yaitu teknik renang (swim), teknik mengambang di air (eggbeater), teknik melempar (throwing), teknik mengoper (passing), teknik membawa bola (dribbling) dan teknik menembak (shooting). Teknik tersebut harus dikuasai oleh atlet polo Air supaya dapat menampilkan suatu pertandingan yang menarik serta berkualitas.

Pada polo air sendiri menembak atau shooting adalah hal yang sangat penting, karena menembak adalah memasukan bola sebanyak-banyaknya kedalam gawang dan dalam waktu yang ditentukan (4x8menit), maka tanpa adanya menembak tidak akan terjadi gol atau pun pertambahan point dari setiap regunya. Pada saat pertandingan semua atlet dalam 1 tim diharapkan dapat menembak atau shooting dengan baik sesuai dengan yang disarankan. Jika di suatu tim terdapat atlet yang skill menembak atau teknik menembak atau shooting yang dimiliki sangat minim itu dapat merugikan timnya, sebab jika suatu pemain tidak dapat memiliki teknik menembak atau shooting yang baik maka saat pemain itu berada berhadapan dengan penjaga gawang dan tidak dalam penjagaan musuh maka yang harus dilakukan pemain atau atlet adalah menembak dengan benar

(16)

3

sesuai yang sudah diarahkan sebelumnya oleh pelatih. Berbagai macam teknik dari menembak atau shooting, antara lain; tembakan langsung atau direct shoot, tembakan kearah gawang setelah diberikan umpan atau passed ball shoot, tembakan kearah belakang atau backhand shoot, tembakan menyamping atau swing shoot, tembakan melambung atau loop shoot, dan tembakan memantul atau bounce shoot.

Teknik Shooting pada permainan polo air merupakan teknik dasar yang terpenting selain renang dan passing. Teknik shooting pada permainan polo air mutlak harus dikuasai oleh setiap pemain. Kemenangan dititik beratkan pada teknik shoot agar memperoleh kesempatan yang lebih besar untuk mencetak gol. Menambahkan hal tersebut, menggunakan teknik yang benar juga dapat membantu untuk mengurangi cidera. Teknik shooting yang rendah serta otot kaki, otot perut dan otot punggung yang lemah juga dapat mempengaruhi kecepatan dan akurasi tembakan. Jim Solum (2009) berpendapat bahwa,

kesalahan-kesalahan umum yang sering terjadi pada pelaksanaan shooting yaitu:

1) Posisi tubuh atlet seringkali condong ke belakang atau ke depan saat akan melakukan shooting (tidak vertikal),

2) kaki yang lemah sehingga tidak mampu menopang tubuh tetap tinggi di atas air dalam waktu setidaknya 3 detik dan ketinggian bola dari permukaan air 30 inci (76cm)

3) gerakan kaki kanan dan kiri yang tidak bergantian sehingga membuat tubuh tidak stabil sehingga mengurangi fokus pada sasaran tembakan

4) Shooting hanya menggunakan otot lengan tanpa menggunakan bantuan putaran pinggang.

Ada beberapa faktor yang menentukan terjadinya peningkatan prestasi didalam olahraga, di antaranya: 1) faktor biologis (kemampuan dasar tubuh dan fungsi organ tubuh), 2) psikologi (mental, karakter, motivasi, dan intelektual), 3) lingkungan (sarana dan prasarana, keluarga), 4) penunjang (pelatih, program latihan, penghargaan). Faktor

(17)

4

tersebut dikembangkan dan saling melengkapi, dilakukan secara sistematis agar menghasilkan prestasi yang maksimal.

Keberhasilan seorang atlet polo air dalam mencapai prestasinya tidak terlepas dari kondisi mental atlet, karena mental merupakan bagian yang terpenting dalam olahraga ini. Sesuai dengan diungkapkan (Komarudin, 2015:3) bahwa ”selain melatih teknik, fisik, dan taktik yang sangat diperhatikan dalam olahraga adalah Latihan mental”. Atlet perlu memiliki mental yang tangguh, sehinga dapat berlatih dan bertanding dengan semangat tinggi, dedikasi total, pantang menyerah, tidak mudah terganggu oleh masalah-masalah non-teknik atau pribadi. Pelatih memiliki peranan penting dalam memperhatikan Latihan seorang atlet, khususnya Latihan mental, karena masalah mental atlet sesungguhnya bukan murni masalah psikologis, namun faktor teknis atau fisiologis dapat menjadi penyebab terganggunya faktor mental. Oleh karena itu sebelum menerapkan Latihan mental pada faktor mental psikologis, pelatih mengetahui terlebih dahulu penyebab dar i masalah mental yang menjadi permasalahan atlet bersangkutan.

Pada cabang olahraga polo air, mental sangat menentukan hasil pertandingan.

Suatu kemenangan tidak hanya ditentukan oleh kemampuan fisik, teknik, dan taktik saja, tetapi juga di pengaruhi oleh mental atlet itu sendiri. Terdapat lima aspek yang mempengaruhi pencapaian prestasi atlet yaitu aspek fisik, aspek teknik, taktik, aspek psikologis dan peralatan. Aspek psikologis yang mempengaruhi performa atler antara lain mental imagery, konsentrasi, goal setting, relaksasi, dan rekreasi.

Komarudin (2015:6) mengatakan bahwa banyak yang merasakan bahwa proses penampilan yang baik itu 70-90% dipengaruhi oleh faktor mental. Pemain dilatih mentalnya dengan baik tentu akan semakin terampil dalam mengatasi masalah mental

(18)

5

emosional yang datang kepadanya. Teknik yang diajarkan kepada atlet adalah teknik yang dulunya pernah diajarkan oleh pelatih sebelumnya. Shooting seharusnya menjadi senjata bagi setiap pemain untuk mendapatkan poin atau mematikan lawan. Teknik latihan shooting juga kurang begitu diperhatikan, latihan lebih diperbanyak pada latihan fisik dan game. Pada saat bermain, sebagian besar hasil shooting yang dilakukan oleh atlet tidak tepat sasaran dan terlalu terburu-buru pada saat melakukannya sehingga tidak melihat arah gawangnya lawan.

Menurut evaluasi yang dilakukan oleh pelatih setelah pertandingan, maupun pada saat latihan penurunan prestasi tersebut disebabkan dari dalam diri atlet, yaitu faktor psikologis. Salah satu faktor psikologis adalah konsentrasi. Menurut pelatih, atlet sering kehilangan konsentrasi ketika hendak melakukan tembakan karena sebelum melakukan tembakan, atlet terburu-buru tidak melihat kearah gawang dan teknik gerakan tembakan yang tidak stabil. Latihan mental memegang peranan penting untuk menghasilkan prestasi yang optimal dikarenakan keadaan mental yang di tangguh ketika menghadapi berbagai gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam atlet agar dapat tetap menampilkan performa terbaiknya.

Dalam melakukan shooting kondisi mental pemain bisa mempengaruhi keberhasilannya. Salah satunya adalah konsentrasi pemain. Tingkat konsentrasi pemain juga sangat mempengaruhi dengan keberhasilan melakukan shooting. Seorang pemain yang memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi biasanya berbeda dengan pemain yang susah berkonsentrasi dalam melakukan shooting. Seseorang bisa dikatakan konsentrasi apabila dirinya mampu fokus pada apa yang dihadapi di tempat itu, bukan di tempat lain.

(19)

6

Ketepatan hasil shooting dapat dikuasai dengan baik jika mempunyai tingkat konsentrasi yang tinggi. Ketepatan shooting adalah cara untuk mencetak gol ke gawang lawan, dengan tepatnya arah pada sasaran tembakan itu sangat berarti bagi sebuah kemenangan tim. Weinberg & Gould (2007:367) mengatakan bahwa “konsentrasi termasuk aspek mental dalam olahraga dan memegang peranan penting, dengan berkurangnya atau terganggunya konsentrasi atlet pada saat latihan, apalagi saat pertandingan, maka akan timbul berbagai masalah serta hasil yang tidak optimal”.

Apalagi dalam suatu pertandingan seringkali teknik shooting menjadi sangat tidak efektif akibat kondisi mental yang menurun, sebab dengan menurunya kondisi mental akan dapat mempengaruhi atlet dalam berkonsentrasi untuk melakukan shooting.

Maksum (2011:153) mengatakan bahwa konsentrasi bisa bersifat menyempit ataupun bersifat meluas. Konsentrasi dapat bersifat menyempit, seperti seorang pemanah yang sedang mengincar dan melepaskan anak panahnya menuju sasaran. Seseorang bisa dikatakan konsentrasi apabila dirinya mampu fokus pada apa yang dihadapi di tempat itu, bukan di tempat lain. Faktor yang mempengaruhi konsetrasi antara lain usia, fisik, jenis kelamin, serta pengetahuan dan pengalaman. Ketika atlet tengah berkonsentrasi, dia akan menyortir informasi-informasi atau stimulus-stimulus yang tidak memfasilitasi performanya dan fokus hanya pada informasi yang relevan bagi kemenangannya.

Aspek yang dikaji dalam psikologi juga terdapat beberapa bagian yaitu dari dalam diri sendiri ataupun dari luar, seperti imagery dan konsentrasi. Pada penelitian ini penulis memilih latihan imagery dan konsentrasi karena dalam melakukan shooting konsentrasi merupakan sesuatu hal yang penting untuk membuat pemain lebih fokus terhadap tujuan sasaran dan imagery bertujuan untuk membantu pemain dalam melatih teknik shooting

(20)

7

dengan lebih baik dan lebih membantu pemain dalam mengingat teknik tersebut lebih detail, sehingga penulis memilih latihan imagery dan latihan konsentrasi. Komarudin (2016:83) bahwa latihan imagery mengacu pada upaya untuk menciptakan atau mengulangi kembali pengalaman dalam pikiran, yaitu menciptakan atau menciptakan kembali sebuah pengalaman dalam otak.

Weinberg dan Danield (2007:284) menyatakan imagery adalah sebuah bentuk stimulasi, hal ini mirip dengan pengalaman sensorik yang nyata (misalnya melihat, meraskan, atau mendengar), tetapi seluruh pengalaman tersebut terjadi dalam pikiran.

Model latihan mental imagery yang digunakan berdasarkan kemampuan pemain tersebut mampu membayangkan dirinya sendiri dan orang lain pada saat melakukan sebuah teknik. Terdapat dua jenis metode latihan imagery yang digunakan pada penelitian ini yaitu imagery internal dan imagery external. Pada pelaksanaannya kedua jenis latihan tersebut memerlukan sebuah pendampingan, terkait model ekternal imagery membutuhkan stimulus dari luar berupa video atau gambar yang bertujuan untuk membantu pemain berkonsentrasi pada sebuah teknik shooting. Harapannya dengan adanya latihan mental imagery akan dapat membantu pemain dalam meningkatkan konsentrasi dalam melakukan teknik shooting yang baik dan benar.

Sebagai olahraga tim, selain kemampuan masing-masing individu, kemampuan bekerja sama dengan anggota tim pun perlu dilatih. Antitila (2016) mengatakan

“individual skills are best acquired through constant repetition and fundamental tactics are best learned by practice of isolated patterns”. Kemampuan teknik, taktik bahkan pemahaman bermain atlet berbeda-beda. Apalagi pada olahraga polo air yang berupakan olahraga yang sangat komplek. Kemampuan teknik dasar seperti passing, dribbling,

(21)

8

shooting juga penting dalam menguasai suatu permainan polo air. Teknik shooting yang masih salah, dan kesulitan mengingat posisi tembakan, sehingga mengakibatkan kurangnya tenaga yang dikeluarkan dalam melakukan shooting. Masih banyak pemain yang saat pertandingan ataupun pada saat latihan tidak fokus pada saat melakukan shooting. Contohnya, ketika seorang atlet saat melakukan latihan shooting, atlet tersebut dapat melakukan tembakan yang baik ke gawang. Namun, ketika pertandingan berlagsung atlet tersebut kehilangan konsentrasi dan selalu gagal dalam mencetak gol.

Pada teori yang telah disebutkan di atas, maka diperlukan latihan yang sesuai dengan situasi pertandingan. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan kajian terhadap kemampuan teknik shooting atlet polo air DIY dengan memberikan bentuk latihan Imagery. Diharapkan dengan adanya bentuk latihan tersebut akan memperbaiki konsentrasi atlet pada saat melakukan shooting dan menghasilkan akurasi yang tinggi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan-permasalahan yang mungkin bisa di angkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Masih kurangnya latihan dari segi psikologi atlet terutama dengan metode imagery.

2. Lemahnya fokus dan konsentrasi pemain ketika melakukan shooting pada permainan polo air.

3. Masih banyak kesalahan-kesalahan teknik shooting yang sering dilakukan oleh pemain.

4. Masih kurangnya ketenangan pemain dalam melakukan shooting permainan polo air.

(22)

9 C. Pembatasan Masalah

Penafsiran seseorang terhadap kegiatan tentula berbeda-beda, oleh karena itu untuk menghindari kesalah pahaman dalam penulisan ini, maka penelitian ini dibatasi pada metode imagery (internal imagery dan external imagery) dan konsentrasi (tinggi dan rendah) yang di kaitkan dengan kemampuan shooting pada pemain tim polo air DIY.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, masalah dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh antara metode internal imagery dan eksternal imagery terhadap kemampuan hasil shooting atlet polo air DIY?

2. Bagaimana pengaruh antara konsentrasi tinggi dan konsentrasi rendah terhadap hasil kemampuan shooting atlet polo air DIY?

3. Bagaimana interaksi antara pengaruh metode latihan dan konsentrasi terhadap kemampuan hasil shooting atlet polo air DIY?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode latihan internal imagery dan eksternal imagery terhadap kemampuan hasil shooting atlet polo air DIY.

2. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara konsentrasi tinggi dan konsentrasi rendah terhadap kemapuan hasil shooting atlet polo air DIY.

(23)

10

3. Untuk mengetahui interaksi antara pengaruh metode latihan imagery dan konsentrasi terhadap kemampuan hasil shooting atlet polo air DIY.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan metode dalam mengembangkan latihan teknik shooting permainan polo air. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan teknik dasar shooting.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi atlet, hasil penelitian ini sangat berguna untuk memberikan metode latihan yang baru dalam permainan polo air.

b. Bagi pelatih, hasil penelitian ini berguna untuk menambah bahan masukan agar dapat lebih memberikan variasi metode latihan dalam melatih.

(24)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Polo Air

Polo air adalah olahraga air tim yang dapat dilihat sebagai kombinasi dari renang, gulat, sepak bola, dan bola basket. Sebuah tim yang bertanding terdiri dari enam pemain dan seorang penjaga gawang. Peraturan permainan mirip dengan sepak bola, yaitu mencetak gol sebanyak mungkin, dan satu gol dihitung sebagai satu poin.

Polo air merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah lama di ikuti di Indonesia.

Bahkan olahraga ini pernah diadakan di Solo pada tahun 1948 pada Pekan Olahraga Nasional (PON-I) pertama, tingkat regional, nasional dan internasional (Olahraga laut, sejauh ini).

Ferragut, dkk., (2011) menyatakan polo air merupakan olahraga tim yang kompleks, yang menggabungkan performa fisik intensitas tinggi dan intensitas rendah. Selain itu, polo air juga merupakan olahraga body contact yang dilengkapi dengan renang, melompat vertikal di air saat melempar, menerima, mengoper dan menembak bola. Pemain polo air harus menghadapi lawannya dengan menghadang, kontak fisik bahkan mendorong. Bee (2013) menambahkan polo air adalah merupakan olahraga beregu yang membutuhkan kerjasama tim dibandingkan kemampuan individu.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa polo air merupakan olahraga yang terdiri dari dua tim yang masing-masing beranggotakan 13 orang pemain. Pemain polo air harus memiliki keterampilan renang dasar dan

(25)

12

ketahanan kecepatan yang baik. Kerjasama antar individu sangat dibutuhkan untuk posisi bertahan saat menghadang dan mendorong lawan sedangkan posisi menyerang saat melempar, menerima, mengoper dan menembak bola. Oleh karena itu, pemain polo air harus memiliki kemampuan teknis dasar yang baik untuk membuat permainan polo air yang sangat baik.

Gambar 1. Permainan Polo Air

Setiap regu polo air terdiri dari 13 atlet yang terdiri dari 2 penjaga gawang dan 11 pemain. Setiap regu yang akan bertanding diwajibkan memakai uniform (training/kaos), celana renang seragam, topi polo air yang bernomor (1 s/d 13) yang dibedakan berwarna putih atau biru dan penjaga gawang nomor 1 dan 13 dibedakan dengan topi warna merah. (Jika regu yang bertanding memiliki topi dengan warna tersendiri harus membawa 2 set (1 set diberikan kepada sekretariat pertandingan, diperlukan jika salah satu pemain dari regu tersebut kehilangan topinya pada saat bertanding). Setiap regu polo air menurunkan 6 pemain dengan 1 penjaga gawang, total 7 orang pemain di setiap pertandingan dan 6 orang cadangan yang harus duduk dibangku cadangan di dalam lapangan pertandingan, dengan 1 orang manager, 1 orang kepala pelatih dan 1 orang asisten pelatih. Hanya kepala pelatih yang dapat berdiri dan berjalan sampai batas 5meter dari bangku cadangan untuk memberikan instruksi kepada regunya pada saat posisi regu tesebut melakukan penyerangan. Jika

(26)

13

regu tersebut dalam posisi bertahan kepala pelatih hanya boleh memberikan instruksi dalam posisi duduk.

Pertandingan polo air resmi memakai standar peraturan internasional yang ditetapkan FINA. Pertandingan dipimpin oleh 2 orang wasit dan dibantu 2 orang hakim garis (goal judge). Durasi pertandingan adalah 8 menit (net) kali empat babak.

Waktu istirahat setiap babak 1 dan 2 serta 3 dan 4 adalah 2 menit, sedangkan waktu istirahat untuk babak 2 ke babak 3 adalah 5 menit. Jika skor akhir pada babak 4 seri, akan dilanjutkan dengan 2 babak tambahan (2 kali 8 menit) untuk menentukan pemenang. Jika masih seri lagi, pertandingan akan dilanjutkan dengan tembakan 5 bola untuk masing-masing regu yang diwakili 5 pemain, dari titik pinalti (5 meter).

Gambar 2. Susunan Pemain Polo Air Sumber: FINA Water Polo Rules 2019-2021

a. Fasilitas dan perlengkapan kolam.

1) Kolam

Salah satu peraturan pertandingan yang perlu diperhatikan ialah mengenai ukuran kolam pertandingan yang akan digunakan untuk bertanding. Panjang kolam pertandingan yang digunakan oleh pria tidak kurang dari 20 meter dan tidak lebih dari

(27)

14

30 meter. Panjang kolam yang digunakan oleh wanita tidak kurang dari 20 meter dan tidak lebih dari 25 meter. Lebar kolam tidak kurang dari 10 meter dan tidak lebih dari 20 meter. Kedalaman kolam tidak kurang dari 2.50 meter tetapi lebih baik 3 meter.

Suhu tidak kurang dari 26oC.

Gambar 3. Lapangan Polo Air

Sumber: FINA Water Polo Rules 2019-2021

2) Gawang

Dua tiang gawang dan mistar gawang dibuat dari bahan kayu, metal, atau plastic sinteris. Berbentuk persegi panjang dengan lebar gawang 3 meter dan tinggi gawang 0.90 meter.

(28)

15

Gambar 4. Gawanag Polo Air

Sumber: http://www.google.co.id/ gawang+polo+air

3) Bola

Bola yang digunakan dalam pertandingan harus di pompa keras dengan mempunyai udara dengan pentil yang tertutup terbuat dari kulit serta dalamnya terbuat dari bahan dan tahan air. Berat bola tidak kurang dari 400 gram atau tidak lebih dari 450 gram. Besar lingkaran bola untuk pria tidak kurang dari 0.68 meter atau lebih dari 0.71 meter dengan tekanan udara antara 55-62 kPa. Besar lingkaran bola untuk wanita tidak kurang dari 0.65 meter atau lebih dari 0.67 meter dengan tekanan udara antara 48-55 kPa.

Gambar 5. Bola Polo Air Sumber: FINA Water Polo

(29)

16 4) Topi

Kedua topi memiliki warna yang berbeda dan harus berwarna yang mencolok atau cerah, termasuk juga dengan warna bola. Sebuah tim menggunakan topi berwarna putih dan biru sedangkan untuk penjaga gawang menggunakan topi warna merah.

Topi tersebut dilengkapi dengan pelindung telinga yang berwarna sama, kecuali penjaga gawang. Topi harus digunakan selama permainan berlangsung. Apabila salah satu pemain kehilangan topi saat permainan maka pemain tersebut dapat menggunakan topi kembali saat permainan dihentikan.

Topi dilengkapi dengan nomor pada kedua sisinya dengan ukuran tulisan setinggi 10cm. Nomor topi harus berurutan dari nomor 1 sampai dengan nomor 13.

Seorang penjaga gawang harus menggunakan topi nomor 1. Apabila terjadi pergantian penjaga gawang maka topi yang digunakan adalah nomor 13 dengan warna merah. Para pemain tidak diperbolehkan untuk mengganti nomor topi kecuali mendapatkan izin dari wasit dan dengan pemberitahuan melalui sekretariat.

Gambar 6. Topi Polo Air

(30)

17 b. Peraturan Permainan Polo Air

FINA water polo guides (2019: 85-102) menjelaskan beberapa aturan-aturan pertandingan polo air adalah sebagai berikut:

1. Memulai Suatu Perlombaan

a) Permulaan setiap babak, para pemain mengambil posisi pada garis gawangnya masing-masing dengan jarak kira-kira 1meter antara pemain satu dengan lainnya dan minimal 1 m dari tiang gawang. Lebih dari dua pemain di antara tiang gawang tidak diperkenankan. Jika kedua regu siap, wasit membunyikan peluit sebagai tanda dimulainya pertandingan, selanjutnya dilakukan pelemparan bola ke tengah-tengah lapangan permainan.

b) Setelah terjadi gol, para pemain harus mengambil posisi dimana saja dalam daerahnya masing-masing di belakang garis tengah. Pemain dari regu yang bukan pencetak gol terakhir harus memulai kembali permainan dari tengah lapangan permainan. Ketika wasit meniup peluit satu kali, maka bola segera dimainkan dengan melemparkan bola kepada pemain dari regunya yang harus berada di belakang garis tengah ketika ia menerima bola tersebut.

c) Permainan dimulai setelah bola meninggalkan tangan pemain yang memulai kembali permainan tersebut.

d) Suatu permulaan yang salah harus diulang kembali.

2. Metode dalam Menentukan Skor

a) Gol dinyatakan sah jika seluruh bagian bola melewati garis gawang di antara kedua tiang atau mistar gawang.

(31)

18

b) Gol dapat diciptakan dengan menggunakan semua anggota tubuh, kecuali dengan tangan yang terkepal, asal ketika permulaan bola tersebut telah dimainkan oleh dua orang pemain atau lebih. Gol dapat diciptakan oleh setiap anggota regu dan dari posisi mana pun di area lapangan permainan.

3. Lemparan gawang

a) Wasit harus membunyikan peluit segera setelah bola melewati garis gawang.

b) Jika seluruh bagian bola melewati garis gawang tetapi tidak masuk di antara mistar gawang, dan bola terakhir disentuh oleh regu penyerang, maka lemparan gawang diberikan kepada penjaga gawang yang mempertahankan gawangnya.

c) Lemparan gawang yang salah harus diulang kembali.

4. Lemparan sudut

a) Wasit harus membunyikan peluit segera setelah bola melewati garis gawang.

b) Jika seluruh bagian bola melewati garis gawang tetapi tidak masuk di antara kedua mistar gawang, dan bola terakhir disentuh oleh penajaga gawang dari regu bertahan, maka lemparan sudut diberikan kepada regu penyerang.

c) Lemparan dilakukan dari tanda 2 meter.

d) Jika penjaga gawang melakukan lemparan bebas atau lemparan gawang, melepaskan bola, dan sebelum pemain lain menyentuhnya telah berhasil menguasai bola kembali kemudian membiarkan bola tersebut memasuki gawangnya, maka lemparan sudut diberikan.

e) Lemparan sudut yang salah harus diulangi.

(32)

19

f) Jika seorang pemain melakukan lemparan bebas kepada penjaga gawang regunya dan sebelum pemain lain menyentuhnya, kemudian bola melewati garis gawangnya maka lemparan sudut diberikan.

5. Lemparan Netral

Lemparan netral diberikan wasit jika pemain-pemain dari tiap regu melakukan kesalahan secara bersamaan sehingga wasit tidak bisa menentukan pemain mana yang melakukan kesalahan lebih dahulu.

6. Lemparan Bebas

Lemparan bebas diberikan sebagai akibat dari suatu pelanggaran biasa yang dilakukan di dalam daerah 2meter oleh pemain bertahan. Lemparan bebas dilakukan sedemikian rupa sehingga memungkinkan pemain lawan melihat bola lepas dari tangan pelempar. Diperbolehkan pula menggiring bola kemudian melemparkannya pada pemain lain.

7. Pelanggaran Biasa

Berikut ini beberapa contoh kejadian-kejadian yang menunjukkan pelanggaran biasa, yaitu:

a) Ikut serta dengan aktif dalam pertandingan ketika berdiri pada dasar kolam, berjalan pada dasar kolam pada waktu pertandingan berlangsung.

b) Memasukkan atau menahan bola ke bawah permukaan air ketika diserang.

c) Memegang bola dengan kedua tangan pada waktu bersamaan.

d) Mendorong atau bertolak dari seorang lawan.

e) Membuang waktu.

f) Melakukan lemparan pinalti lain dari cara yang ditetapkan.

(33)

20

Menunda-nunda ketika melakukan suatu lemparan bebas, lemparan gawang, atau lemparan sudut.

8. Pelanggaran Berat

Seorang pemain telah melakukan pelanggaran berat jika melakukan hal-hal berikut ini.

a) Memegang, menenggelamkan, atau menarik ke belakang seorang pemain lawan yang tidak memegang bola.

b) Menyepak/menendang atau memukul lawan untuk membuat gerakan-gerakan yang mengarah ke perbuatan demikian.

c) Membuat suatu kesalahan di daerah 5meter yang kalau terjadi mungkin gol akan tercipta.

d) Menunjukkan sikap menentang pada petugas.

e) Melakukan tindakan yang kasar/brutal terhadap pemain lawan atau petugas.

Lemparan bebas harus diberikan pada regu lawan, sedangkan pemain yang bersalah harus dikeluarkan untuk sisa waktu pertandingan dan tidak boleh diganti.

f) Mengganggu dalam pengambilan suatu lemparan bebas, lemparan sudut, lemparan gawang, atau lemparan pinalti

9. Lemparan Pinalti

Lemparan pinalti harus diberikan pada regu yang melakukan pelanggaran.

Berikut ini hal-hal penting dalam melakukan lemparan pinalti, yaitu.

a) Ketika lemparan pinalti diberikan, pemain yang melakukan pelanggaran hendaknya dikeluarkan dari air hanya jika pelanggaran tersebut sedemikian

(34)

21

beratnya sehingga mempunyai alasan untuk mengeluarkannya dari air untuk sisa waktu pertandingan.

b) Lemparan pinalti dapat dilakukan oleh siapa saja dari suatu regu, kecuali penjaga gawang. Pemain yang melakukan lemparan boleh melakukannya dari posisi mana saja pada garis 5meter lapangan permainan lawan (pada umumnya dilakukan di tengah garis 5 meter).

c) Segera melakukan lemparan setelah ada isyarat dari wasit dengan gerakan yang tidak terputus-putus sebelum bola meninggalkan tangan pelempar.

d) Lemparan pinalti dimulai dengan mengangkat bola dari permukaan air atau mengacungkan/mengangkat bola dengan tangan, atau membawa bola ke belakang dari arah lawan untuk persiapan melempar ke depan.

e) Untuk penjaga gawang, bagian tubuhnya yang berada di atas permukaan air tidak diperbolehkan melampaui garis gawang.

10. Pelanggaran Perorangan

a) Seorang pemain yang melakukan pelanggaran berat di mana saja di lapangan permainan akan diberikan suatu pelanggaran perorangan. Jika pemain itu diberikan tiga kali pelanggaran perorangan, maka ia harus dikeluarkan dari sisa waktu pertandingan. Pemain penggantinya dapat masuk dari garis gawangnya dari tempat yang terdekat dengan pengawas gawang setelah waktu pengeluaran berakhir.

b) Jika pelanggaran perorangan untuk yang ketiga kali tersebut diberikan karena pelanggaran yang menyebabkan suatu lemparan pinalti diberikan, maka pemain

(35)

22

penggantinya harus segera masuk sebelum lemparan pinalti tersebut dilaksanakan.

2. Teknik Dasar Permainan Polo Air

Pemain polo air harus memiliki sikap mental seorang atlet, seperti kerja keras, kejujuran, sportivitas, disiplin diri, toleransi terhadap teman, dan memiliki keberanian tinggi. Selain mental yang baik, pemain polo air juga harus memiliki daya tahan yang kuat dan lam untuk berada di dalam air dalam waktu yang lama. Modal dasar untuk memainkan permainan ini adalah menguasai keterampilan renang dasar dan gaya renang yang umum digunakan, seperti gaya dada, gaya punggung, gaya bebas, gaya miring, injak-injak air, dan loncat-loncat di air, sehingga pemain dapat melakukan berbagai variasi gaya saat bermain. Setelah mahir berenang, latihan selanjutnya adalah dengan menggunakan bola, berikut beberapa teknik dalam bermain polo air:

1. Renang

Dalam bermain polo air renang adalah gerak dasar yang paling utama dan yang paling sering digunakan, dalam polo air renang yang paling sering digunakan adalah renang gaya bebas, tetapi renang gaya kupu-kupu, gaya bebas, gaya dada juga perlu dikuasai karena untuk membantu dalam gerakan-gerakan lainnya, renang gaya bebas dalam polo air dimodifikasi dengan kepala di atas yang sebelumnya kepala di dalam air agar nantinya dapat melihat teman dribbling bola atau pun berenang, gaya bebas juga sering dimodisikasi dengan renang gaya punggung, yang tentunya semua gerakan sudah dimodifikasi dalam membantu pergerakan dalam permainan polo air.

Ada beberapa teknik renang dalam polo air, yaitu; a) Bebas lompat, untuk latihan lompat di dalam air dengan cara kaki gaya dada tetapi dengan satu kali gerakan

(36)

23

masing-masing kaki secara terus menerus. b) Bebas zig zag, renang gaya bebas secara zig zag c) Bebas punggung, renang gaya bebas dengan 3-5 kali stroke tangan gaya bebas kemudian dilanjutkan dengan gaya punggung dengan menggunakan kaki dada.

d) Bebas kepala di atas, renang gaya bebas dengan kepala di atas. 18 e) Kupu polo, berenang gaya kupu dengan tangan kupu tetapi kaki menggunakan kaki dada. f) Watertrap, berjalan di air dengan kaki dada yang digerakan satusatu secara terus menerus.

Gambar 7. Renang Polo Air Sumber: FINA Water Polo 2. Passing/operan

Teknik ini adalah bagian utama selanjutnya setelah renang, teknik ini membantu kita dalam menciptakan gol, dari sebuah passing yang bagus lah sebuah gol itu tercipta, passing di polo air sendiri adalah operan yang menggunakan satu tangan, dengan posisi lengan berada di atas air yang sedikit ditekuk ke arah belakang kemudian tangan diayunkan ke arah teman. Passing sendiri ada 2 macam, yaitu;

a) Passing dekat

(37)

24

Passing yang dilakukan dengan jarak yang tidak terlalu jauh, posisi kaki kiri di depan kanan di belakang apabila pemain tersebut kidal posisi kaki kanan yang di depan dan kaki kiri di belakang, posisi bada sedikit miring mengikuti posisi kaki, cara melakukan passing yaitu bola berada di tangan, kemudian ditarik ke belakang dengan posisi lengan berada di atas air, terus bola dilepas ketika bola melewati kepala untuk mendapatkan ketepatan dalam melakukan lemparan.

b) Passing jauh

Passing yang dilakukan dengan jarang yang jauh, posisi kaki kiri didepan kanan di belakang apabila pemain tersebut kidal posisi kaki kanan yang di depan dan kaki kiri di belakang, posisi bada sedikit miring mengikuti posisi kaki, cara melakukan passing jauh yaitu posisi badan berdiri dan harus benar naik agar bisa melihat teman yang diberikan, posisi tangan sama dengan passing dekat, tetapi ketika melepaskannya, bola dilepaskan ketika tangan berada di posisi tertinggi dan bola melambung ke atas agar mendapatkan power agar bola bisa terbang jauh ke arah teman yang diberikan.

3. Shooting /Menembak

Gambar 8. Shooting Polo Air Sumber: FINA Water Polo

(38)

25

Menembak adalah cara yang paling utama dalam mencetak gol, menembak sendiri membutuhkan power yang luar biasa dan akurasi yang bagus agar dapat melesatkan tembakan secara baik, menembak sendiri mempunyai beberapa teknik yang dimodifikasi, yaitu;

a) Shooting

Adalah teknik dasar melakukan tembakan, shoot sendiri adalah cara yang paling sering digunakan ketika bermain dan mencetak gol, cara melakukan shot yaitu bola dipegang dan ditarik jauh ke arah belakang untuk mendapatkan momentum ketika melepaskan bola dan mendapatkan power dsaat akan menembak.

b) Backhand

Backhand adalah teknik menembak dengan cara membelakangi gawang, bola dijepit antara tangan dan lengan kemudian dilepaskan ke arah belakang, bola ini sangat susah 20 ditebak oleh kiper karena bola-bola dilepaskan tidak secara fokus karena pemain tidak melihat langsung ke gawang yang mengakibatkan kiper tidak fokus melihat bola.

c) Swing/Tembakan Ke Samping

Swing adalah teknik menjepit bola antara tangan dan lengan, caranya hampir sama dengan backhand yang membedakan ketika melepaskan bola posisi bada melihat ke arah gawang atau depan.

d) Push

Teknik melemparkan dengan cara tolakan yang dilakukan di depan dada, kemudian posisi tang mengambil bola berada di depan dada, posisi badan tinggi,

(39)

26

kemudian bola ditarik ke arah dada dilepaskan dengan posisi tangan lurus ke depan.

Berikut gambar cara mengoper dan menembak.

3. Hakikat Shooting (Menembak)

Tembakan adalah dasar gerak melempar yang utama untuk penembak.

Menembak merupakan teknik yang paling penting dalam olahraga permainan untuk memperoleh poin. Smith (1998) mengatakan shooting sangat penting dalam olahraga polo air. Menembak digerakkan oleh beberapa bagian tubuh. Solum (2010) menambahkan bagian tubuh yang digerakan pada saat menembak adalah batang tubuh, lengan kiri, lengan kanan, pinggul, otot perut, punggung, kaki kanan, kaki kiri dan telapak kaki. Lebih daripada itu, pada saat menembak membutuhkan usaha yang keras jika menggunakan teknik yang sempurna dan mengikuti sepuluh teknik dasar dari melempar.

Gambar 9. Macam-macam dan Ilustrasi Menembak

Sumber: jurnal Electromyographic Analysis of the Upper Extremity in Water Polo Players during Water Polo Shots (2014)

1. Posisi awal menembak

(40)

27

Posisi awal menembak dimulai dengan posisi tubuh yang vertikal di air.

Penembak melakukan gerakan eggbeater dan sculling (menggunakan tangan yang tidak digunakan untuk menembak) untuk mencapai posisi tertinggi saat tubuh vertikal. Pada saat yang bersamaan, posisi tubuh tegak lurus mengarah ke gawang, bahu yang tidak digunakan untuk menembak mengarah ke gawang dan lengan yang memegang bola berada tinggi di atas kepala. Penembak harus menaikkan batang tubuhnya hingga pinggang sehingga bahu yang tidak digunakan untuk menembak lebih rendah daripada bahu yang digunakan untuk menembak.

a) Posisi batang tubuh yang condong

Posisi batang tubuh yang condong merupakan aspek yang penting dalam melakukan tembakan di dalam polo air. Saat penembak menggerakan lengan, posisi batang tubuh condong ke kiri, menjauhi tangan yang melakukan tembakan. Posisi ini akan meningkatkan lengan pengungkit untuk memutar lengan sepanjang axis melalui tulang belakang dan meningkatkan kecepatan batang tubuh sepanjang axis tersebut.

Sebagian besar penembak akan menyondongkan tubuhnya kurang lebih 300 menjauh dari lengan penembak saat melepar bola. Sebagian besar bahkan lebih dari 300.

Selaras dengan memaksimalkan lengan pengungkit untuk perputaran rotasi tubuh, menyondongkan tubuh juga membantu untuk menentukan tinggi sudut saat bola lepas. Semakin tinggi bola yang lepas maka akan menghasilkan sudut lepas yang semakin datar dan juga memperbesar kecepatan bola untuk menciptakan gol.

Penembak yang memiliki keterampilan yang baik mempunyai sudut condong batang tubuh yang besar dibandingkan penembak pemula. Lebih daripada itu, posisi batang

(41)

28

tubuh atlet wanita cenderung lebih vertikal dibandingkan laki-laki saat bola akan lepas.

b) Posisi batang tubuh yang condong

Posisi batang tubuh yang condong merupakan aspek yang penting dalam melakukan tembakan. Saat penembak menggerakan lengan, posisi batang tubuh condong ke kiri, menjauhi tangan yang melakukan tembakan. Posisi ini akan meningkatkan lengan pengungkit untuk memutar lengan sepanjang axis melalui tulang belakang dan meningkatkan kecepatan batang tubuh sepanjang axis tersebut.

Sebagian besar penembak akan menyondongkan tubuhnya kurang lebih 300 menjauh dari lengan penembak saat melepar bola. Sebagian besar bahkan lebih dari 300.

Selaras dengan memaksimalkan lengan pengungkit untuk perputaran rotasi tubuh, menyondongkan tubuh juga membantu untuk menentukan tinggi sudut saat bola lepas. Semakin tinggi bola yang lepas maka akan menghasilkan sudut lepas yang semakin datar dan juga memperbesar kecepatan bola untuk menciptakan gol.

Penembak yang memiliki keterampilan yang baik mempunyai sudut condong batang tubuh yang besar dibandingkan penembak pemula. Lebih daripada itu, posisi batang tubuh atlet wanita cenderung lebih vertikal dibandingkan laki-laki saat bola akan lepas. Gerakan batang tubuh dapat membantu menghasilkan kecepatan bola ketika melempar. Kekuatan batang tubuh merupakan aspek yang penting dalam tembakan polo air. Kontribusi batang tubuh dalam menghasilkan kecepatan tembakan berkisar 30-35%. Berikut merupakan beberapa faktor yang berkontribusi dalam mempercepat rotasi batang tubuh (mempercepat tembakan) antara lain adalah:

1) Ekstensi maksimal dari kaki depan

(42)

29

2) Meningkatkan axis vertikal melalui bahu depan yang ke bawah

3) Menarik ke bawah lengan yang tidak digunakan untuk menembak mendekati tubuh

4) Kontraksi otot perut bagian samping

c) Lengan penunjang (lengan yang tidak digunakan untuk menembak)

Gerakan lengan penunjang dapat membantu untuk menghasilkan gaya yang lebih besar terhadap rotasi batang tubuh dan membantu tubuh bergerak ke depan. Hal ini lebih mengarah pada kecepatan batang tubuh dan peningkatan resultan pada kecepatan lengan. Mula-mula bahu menembak berotasi ke belakang, posisi lengan bukan menembak berada di depan tubuh dengan bentuk lengan yang sedikit bengkok di atas permukaan air. Gerakan ini berfungsi untuk membantu menyeimbangkan tubuh saat batang tubuh atas berotasi ke belakang.

Jika penembak segera melakukan tembakan maka lengan depan akan masuk ke dalam air dan turun ke bawah secara paksa (menyelip di tubuh). Gerakan ini berfungsi untuk membantu bahu saat memulai rotasi ke depan, menambah kecepatan bahu dan lengan, dan memengaruhi kecepatan bola.

Teknik melempar yang benar terdiri dari sepuluh bagian, lima di antaranya berasal dari fundamental tubuh bagian bawah yaitu pinggul dan tungkai, dan lima lainnya dari fundamental tubuh bagian atas dengan menggunakan batang tubuh dan lengan. Setiap dasar melempar menggunakan bagian tubuh tertentu untuk membantu dalam melempar bola. Sepuluh bagian tersebut melakukan gerakan melempar bersama-sama, dan menciptakan gerakan melempar yang menggunakan seluruh tubuh

(43)

30

dengan mulai menembak dari ujung jari kaki hingga ujung jari. Solum J (2010) menjelaskan semua prinsip dasar berikut:

a. Fundamental tubuh bagian bawah

1) Telapak kaki kiri tetap, melakukan pivots, mengarahkan bola

a) Telapak kaki kiri tetap karena digunakan oleh tubuh sebagai poros dan menunjuk ke arah sasaran bola

b) Bagian dari tahapan yang membentuk sudut tubuh

c) Bagian dari tahapan yang membantu kaki kanan melakukan tolakan untuk power menaikkan tubuh

d) Telapak kaki kiri di depan untuk mencegah posisi tubuh menjadi persegi saat akan menembak

e) Posisi tubuh yang pesegi saat akan menembak dapat menciptakan tembakan yang lemah

2) Kaki kanan lurus ke belakang

a) Kaki dan telapak kaki kanan fleksibel, bergerak dan kemudian menembak bola

b) Kaki kanan melangkah keluar ke samping

c) Ayunan kaki kanan kebelakang ke arah titik bahu kiri

d) Tembakan dimulai dari ujung jari-jari kaki dan berakhir di ujung jari-jari tangan

3) Telapak kaki kanan mengarah ke dalam

a) Telapak kaki kanan miring ke samping untuk menaikan tubuh saat melakukan tembakan

b) Telapak kaki kanan mengarah ke dalam untuk memulai tembakan

c) Telapak kaki kanan berputar ke samping dan ke bawah sebagai power tolakan

(44)

31

d) Tolakan menggunting, di mana kedua kaki menolak bersama-sama tidak digunakan

e) Tolakan kaki menggunting kemudian menekuk lutut kiri ketika posisi di kanan

f) Kaki menyenggol kaki kiri

4) Rotasi pinggul: pinggul adalah penembaknya

a) Teknik melempar menggunakan rotasi sebagai penggerak yang utama b) Pinggul memutar tubuh

c) Tangan kiri membantu dalam memuputar tubuh

d) Rotasi pinggul yang kuat menciptakan tembakan yang kuat

e) rotasi pinggul yang lemah dan lambat menciptakan tembakan yang lemah.

5) Perpindahan berat badan

a) Perpindahan berat badan dari kaki kanan ke kiri untuk melempar bola b) Penembak menekuk lengan dengan berat tubuh pada kaki kanan

c) Penembak melempar bola dan memindahkan berat badan ke kaki kiri.

Perpindahan berat badan membuat posisi kembali vertikal.

d) Tubuh penembak pemula condong ke bagian belakang, berat badan tetap pada kaki kanan dan saat melempar menyebabkan bola melewati tiang gawang.

b. Fundamental tubuh bagian atas 1) Punggung yang vertikal

a) Punggung penembak harus vertikal untuk menangkap bola, menekuk tubuh dan melempar bola

(45)

32

b) Posisi tubuh penembak yang vertikal dan pengunaan power dapat membuat tembakan menjadi lebih akurat pada pojok gawang

c) Posisi tubuh yang vertikal diikuti dengan posisi siku dan tangan yang tinggi d) Posisi tubuh yang horizontal tidak dapat menghasilkan banyak power atau

tembakan yang akurat

e) Posisi tubuh yang Horizontal menghasilkan tembakan yang lemah dan ke arah bawah

2) Otot perut: Perut sebagai pelempar bola

a) Tiga bagian utama dari tubuh untuk melempar bola: kaki, tubuh dan lengan kanan

b) Kebanyakan penembak memiliki kaki dan lengan yang kuat tetapi lemah pada perut

c) Perut dan pinggang disebut inti. Sebuah inti lemah menciptakan akurasi tembakan yang lemah

d) Power dari kaki ditransfer ke batang tubuh dan ke lengan kanan

e) Otot perut mengunci batang tubuh ke depan untuk power dan posisi tubuh tetap vertikal

f) Perut adalah bagian penting dari 3 bagian teknik melempar: Tinggikan (kaki), memutar (pinggul) dan crunch (abs mengarahkan torso ke depan)

3) Kegunaan tangan kiri

a) Tangan kiri lebih penting daripada tangan kanan untuk melempar bola b) Apakah pinggul pemain dapat membantu dalam merotasi tubuh

(46)

33

c) Sculls menjaga posisi tubuh penembak tetap vertikal, naik dan berbalik baik ke kanan atau ke kiri

d) Menggeser ke kiri untuk mengubah tubuh pemain saat menangkap bola

e) Menggeser ke kanan dan kiri untuk memutar tubuh saat melakukan ayunan terhadap bola

f) Menggeser ke kiri untuk menekuk lengan kanan penembak dan tubuhnya g) Menarik ke bawah untuk memulai tembakan

4) Posisi lengan kanan

a) Lengan kanan untuk melepas bola, menciptakan bola berputar dan panjang lengan menekuk

b) Lengan kanan memutuskan apakah bola fiarahkan tinggi atau rendah tergantung ketinggian tangan/siku

c) Kontrol dari jumlah power yang dipindahkan ke tangan kanan untuk melakukan tembakan melambung atau keras

d) Tembakan keras = 100% power; tembakan melambung = 40% power 5) Tangan kanan merilis: Grip, Jari-jari saat melepas bola dan putaran bola

a) Grips:

1) Standard cradle grip: tangan horisontal, jari-jari dengan ringan menahan bola (backspin)

2) Pinch grip: tangan vertikal dengan lima jari tegas mencengkeram bola (backspin)

3) Football grip: tangan di atas bola (topspin) b) Jari-jari saat melepaskan bola:

(47)

34

1) Melepaskan menggunakan 3 jari untuk tembakan power backspin, lob, skip shot

2) Melepaskan menggunakan 2 jari untuk tembakan power backspin, lob, skip shot

3) Melepas dengan jari telunjuk untuk backspin skip shot

4) Melepas dengan ari tengah untuk no-spin lob dan off-speed shot

5) Melepaskan menggunakan 5 jari (seperti sepak bola) untuk top spin power shot, melambung, kurva dan skip shots

c) Perputaran bola:

1) Jari-jari yang melepas bola di tengah

2) Tiga jari yang berada di tengah melakukan kontak terakhir dengan bola 3) Mustahil untuk memposisikan tangan di atas bola (melepas standar) 4) Backspin adalah putaran standar dengan bola berputar mundur

5) Topspin memiliki putaran bola ke depan, digunakan untuk skip shot atau curve shot

6) Knuckle ball tidak memiliki putaran pada bola

7) Diagonal spin memiliki garis-garis bola yang berputar secara diagonal untuk curve shot.

4. Hakikat Latihan a. Pengertian Latihan

Idealnya seorang pelatih dituntut memiliki pengalaman dan pengetahuan pada cabang olahraga yang digelutinya. Selain itu, juga dituntu memiliki latar belakang pendidikan yang menjadikannya sebagai seorang ilmuwan di bidang olahraga.

(48)

35

Latihan adalah proses yang sistematis dalam berlatih secara berulang-ulang dengan setiap harinya semakin bertambah jumlah beban latihannya untuk meningkatkan kemampuan atau meningkatkan kondisi fisik tubuh dan juga untuk menjaga stamina agar tidak menurun. Singh (2012: 26) menyatakan latihan merupakan proses dasar persiapan untuk kinerja yang lebih tinggi yang prosesnya dirancang untuk mengembangkan kemampuan motorik dan psikologis yang meningkatkan kemampuan seseorang.

Sukadiyanto, (2011:7) pengertian latihan yang berasal dari kata practice adalah aktivitas untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraga. latihan exercise merupakan perangkat utama dalam proses latihan harian untuk meningkatkan kualitas fungsi organ tubuh manusia, sehingga mempermudah olahragawan dalam penyempurnaan geraknya.

Proses dalam latihan merupakan hal terpenting dalam meningkatkan kemampuan seorang atlet. Latihan yang baik merupakan latihan yang dapat mempengaruhi keterampilan atau kondisi fisik meningkatkan dari sebelum sehingga sesudah latihan dengan memperhatikan tingkat kemampuan atlet. Harsono (2016:162) mengatakan Latihan adalah suatu proses berlatih yang dilakukan dengan sistematis dan berulang-ulang dengan pembebanan yang diberikan secara progresif.

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa latihan yang baik yaitu latihan yang setiap harinya makin bertambah bebannya.

(49)

36 b. Tujuan Latihan

Tujuan serta sasaran utama dari latihan adalah untuk membantu para atlet dalam meningkatkan keterampilan dan pencapaian prestasi semaksimal mungkin, di samping menjaga stabilitas derajat kesehatan dan kesegaran jasmani atlet. Setiap program latihan yang disusun oleh seorang pelatih bertujuan agar meningkatkan keterampilan pada prestasi atlet semaksimal mungkin. Harsono (2017:39) mengatakan bahwa “Terdapat aspek-aspek yang perlu dilatih untuk mencapai prestasi semaksimal mungkin yaitu: Latihan fisik, Latihan teknik, Latihan taktik, dan Latihan mental”. Keempat aspek ini merupakan satu kesatuan utuh sehingga harus ditingkatkan secara bersama-sama untuk menunjang prestasi atlet. Dalam setiap kali melakukan latihan, baik atlet ataupun pelatih harus memperhatikan prinsip-prinsip latihan. Dengan menimbangkan prinsip tersebut diharapkan latihan yang dilakukan dapat meningkat dengan cepat, dan tidak berakibat buruk baik pada fisik maupun teknik atlet.

c. Prinsip Latihan

Prinsip latihan merupakan hal-hal yang harus ditaati, dilakukan atau dihindari agar tujuan latihan dapat tercapai sesuai dengan diharapkan. Sukadiyanto (2011:18- 23) menambahkan prinsip latihan antara lain: prinsip kesiapan (readiness), prinsip individual, prinsip adaptasi, prinsip beban lebih (over load), prinsip progresif, prinsip spesifikasi, prinsip variasi, prinsip pemanasan dan pendinginan (warm up dan cool- down), prinsip latihan jangka panjang (long term training), prinsip berkebalikan (reversibility), dan prinsip sistematik.

(50)

37

Harsono (2015: 51) menyatakan dengan pengetahuan tentang prinsipprinsip training tersebut atlet akan lebih cepat meningkat prestasinya oleh karena akan lebih memperkuat keyakinannya akan tujuan-tujuan sebenarnya dari tugas-tugas serta latihan-latihannya. Prinsip dasar dari latihan adalah memberikan pengaruh maksimal terhadap sistem dalam tubuh. Stimulus latihan atau rangsang yang dilakukan lebih besar dari pada ketika individu beraktivitas normal seperti biasa.

5. Hakikat Latihan Mental a. Pengertian Latihan Mental

Dalam dunia olahraga prestasi terutama dalam pertandingan, atlet yang melakukan gerakan-gerakan fisik tidak mungkin akan mengindarkan diri dari pengaruh-pengaruh mental emosional yang timbul dalam olahraga. Keterampilan psikologis dalam olahraga sangat penting untuk dilakukan menunjang prestasi seorang atlet. Latihan keterampilan psikologi atau yang lebih dikenal dengan latihan mental merupakan salah satu program latihan wajib yang harus dijalanin seorang pemain berdampingan dengan sesi latihan fisik, teknik, dan taktik. Pelatihan keterampilan mental biasanya mencangkup penetapan tujuan, membangun kepercayaan diri, konsentrasi, imagery dan kegelisahaan.

Latihan mental dilakukan sepanjang atlet menjalai latihan olahraga karena latihan mental merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari program latihan tahunan atau periodesasi latihan. Latihan-latihan tersebut ada yang memerlukan waktu khusus (terutama saat-saat pertama mempelajari latihan relaksasi dan konsentrasi). Pada umumnya banyak pelatih yang mengabaikan dan kurang memperhatikan aspek mental yang amat penting, karena selalu menekankan pada Latihan penguasaan fisik,

(51)

38

teknik, dan taktik. Sesuai dengan yang diungkapkan Harsono (1988) “para pelatih sering kali mengabaikan Latihan mental atau kurang diperhatikan pada waktu melatih, oleh karena itu dalam mempersiapkan atletnya mereka selalu hanya menekankan pada penguasaan teknik, taktik serta pembentukan keterampilan (skills) yang sempurna”.

Banyak pelatih menajurkan atlet mereka bermain melalui rasa sakit. Mereka menekankan ketangguhan mental sebagi kemampuan untuk berpikir dan merasa kuat dan bahkan dalam menghadapi kemunduran, nyeri, kegagalan dan keraguan diri.

Mereka mempertahankan bahwa atlet yang berurusan dengan tantangan ini, nyeri terutama fisik, semakin mereka dapat menodorong diri mereka sendiri untuk melatih dan bersaing di tingkat tinggi. Komarudin (2017:3) menyatakan latihan keterampilan mental merupakan sebuah pendekatan edukatif di mana kemampuan mental dipandang sebagai suatu hal yang bisa dipelajari. Weinberg R. S & Gould,D, (2011:250) berpendapat bahwa: Psychological Skill Training (PST) refers to systematic and consistent practice of mental Psychological skill for the purpose of enchancing perfrmance, increasing enjoyment, or achieving greater sport and physical activity self-satisfaction.

Latihan keterampilan mental merupakan suatu teknik yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan mental yang nanti akan menghasilkan keterampilan yang lebik baik untuk pemain atau atlet. Hal itu ditegaskan oleh pendapat dari Dimyati (2018:54) menyatakan latihan mental adalah suatu program yang disusun dan dirancang secara sistematis agar olahragawan dapat menguasai dan mempraktikan

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan konsep komunikasi yang dipilih untuk memberikan informasi mengenai sampah elektronik dan konsep kreatif untuk menggunakan pendekatan menyenangkan, maka media

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan bauran pemasaran produk dana Bank Syariah Mandiri Kantor Kas FMIPA UI Metode yang digunakan adalah observasi

Keadaan ketenagakerjaan di Provinsi Jawa Barat pada bulan Februari 2015 ditandai dengan adanya peningkatan jumlah angkatan kerja, jumlah penduduk bekerja dan jumah

Berdasarkan hasil temuan penelitian dan analisis yang telah peneliti jelaskan pada bab sebelumnya, peneliti menemukan bahwa dalam pemberitaan mengenai

[r]

[r]

Alat evaluasi yang berupa soal penguasaan konsep pendidikan lingkungan mencakup aspek kognitif, psikomotor (keterampilan), dan afektif (sikap/perilaku). 7) Menyusun

Kemampuan Awal Matematis (KAM) ... Variabel Penelitian ... Perangkat Pembelajaran ... Instrumen Penelitian ... Teknik Pengumpulan Data ... Teknik Analisis data ...