• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rangkuman Buku Filsafat Ilmu Ind

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Rangkuman Buku Filsafat Ilmu Ind"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Rangkuman Buku Filsafat Ilmu (Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A.)

BAB I

RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU A. Ilmu Sebagai Objek Kajian Filsafat

Pada dasarnya flsafat atau berflsafat bukanlah sesuatu yang asing dan terlepas dari kehidupan sehari-hari, karena segala sesuatu yang ada dan yang mungkin serta dapat difkirkan bisa menjadi objek flsafat apabila selalu dipertanyakan, difkirkan seaara radikal guna menaapai kebenaran. Louis Kattsof menyebutkan bahwa lapangan kerja flsafat itu bukan main luasnya yaitu meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu yang ingin diketahui manusia, Langeveld (1955) menyatakan bahwa flsafat itu berpangkal pada pemikiran keseluruhan serwa sekalian seaara radikal dan menurut sistem, sementara itu Mulder (1966) menjelaskan bahwa

tiap-tiap manusia yang mulai berfkir tentang diri sendiri dan tentang tempat-tempatnya dalam dunia akan menghadapi beberapa persoalan yang begitu penting, sehingga persoalan-persoalan itu boleh diberi nama persoalan-persoalan pokok yaitu : 1) Adakah Allah dan siapakan Allah itu ?, 2) apa dan siapakah manusia ?, dan 3) Apakah hakekat dari segala realitas, apakah maknanya, dan apakah intisarinya ?. Lebih jauh E.C. Ewing dalam bukunya Fundamental Questions of Philosophy (1962) menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan pokok flsafat (seaara tersirat menunjukan objek flsafat) ialah : Truth (kebenaran), Matter

(materi), Mind (pikiran), The Relation of matter and mind (hubungan antara materi dan pikiran), Spaae and Time (ruang dan waktu), Cause (sebab-sebab), Freedom (kebebasan), Monism versus Pluralism (serba tunggal lawan serba jamak), dan God (Tuhan).

Pendapat-pendapat tersebut di atas menggambarkan betapa luas dan

menaakupnya objek flsafat baik dilihat dari substansi masalah maupun sudut pandang nya terhadap masalah, sehingga dapat disimpulkan bahwa objek flsafat adalah segala sesuatu yang maujud dalam sudut pandang dan kajian yang

mendalam (radikal). Seaara lebih sistematis para akhli membagi objek flsafat ke dalam objek material dan obyek formal. Obyek material adalah objek yang seaara wujudnya dapat dijadikan bahan telaahan dalam berfkir, sedangkan obyek formal adalah

(2)

mengaau pada substansi yang ada dan mungkin ada yang dapat difkirkan oleh manusia, sedangkan objek formal flsafat menggambarkan tentang aara dan sifat berfkir terhadap objek material tersebut, dengan kata lain objek formal flsafat mengaau pada sudut pandang yang digunakan dalam memikirkan objek material flsafat.

B. Pengertian Filsafat Ilmu 1) Pengertian Filsafat

Seaara etimologis flsafat berasal dari bahasa Yunani dari kata “philo” berarti ainta dan” sophia” yang berarti kebenaran, sementara itu menurut I.R. Pudjawijatna (1963 : 1) “Filo artinya ainta dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu ingin dan karena ingin lalu berusaha menaapai yang diinginkannya itu . Sofa artinya kebijaksanaan , bijaksana artinya pandai, mengerti dengan mendalam, jadi menurut namanya saja Filsafat boleh dimaknakan ingin mengerti dengan mendalam atau ainta dengan kebijaksanaan. Sutan Takdir Alisjahbana (1981) menyatakan bahwa pekerjaan berflsafat itu ialah berfkir, dan hanya manusia yang telah tiba di tingkat berfkir, yang berflsafat. Guna lebih memahami mengenai makna flsafat berikut ini akan dikemukakan defnisi flsafat yang dikemukakan oleh para akhli :

a) Plato salah seorang murid Soarates yang hidup antara 427 – 347 Sebelum Masehi mengartikan flsafat sebagai pengetahuan tentang segala yang ada, serta

pengetahuan yang berminat menaapai kebenaran yang asli.

b) Aristoteles (382 – 322 S.M) murid Plato, mendefnisikan flsafat sebagai ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafsika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika. Dia juga

berpendapat bahwa flsafat itu menyelidiki sebab dan asas segala benda.

a) Ciaero (106 – 43 S.M). flsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha menaapai hal tersebut.

d) Al Farabi (870 – 950 M). seorang Filsuf Muslim mendefnidikan Filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang alam maujud, bagaimana hakikatnya yang sebenarnya. e) Immanuel Kant (1724 – 1804). Mendefnisikan Filsafat sebagai ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang menaakup di dalamnya empat persoalan yaitu : a. Metafsika (apa yang dapat kita ketahui).

b. Etika (apa yang boleh kita kerjakan).

a. Agama ( sampai dimanakah pengharapan kita) d. Antropologi (apakah yang dinamakan manusia).

(3)

g) Harold H. Titus dalam bukunya Living Issues in Philosophy mengemukakan beberapa pengertian flsafat yaitu :

a. Philosophy is an attitude toward life and universe (Filsafat adalah sikap terhadap kehidupan dan alam semesta).

b. Philosophy is a method of refeative thinking and reasoned inquiry (Filsafat adalahsuatu metode berfkir refektif dan pengkajian seaara rasional)

a. Philosophy is a group of problems (Filsafat adalah sekelompok masalah). d. d. Philosophy is a group of systems of thought (Filsafat adalah serangkaian sistem berfkir)

2) Pengertian Ilmu

Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima – ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui, sementara itu seaara istilah ilmu diartikan sebagai Idroku syai bi haqiqotih(mengetahui sesuatu seaara hakiki). Dalam bahasa Inggeris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata saienae, sedang pengetahuan dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata saienae(berasal dari bahasa lati dari kata Saio, Saire yang berarti tahu) umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun seaara konseptual mengaau pada makna yang sama. Untuk lebih memahami pengertian Ilmu (saienae) di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian :

ü Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun seaara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu (Kamus Besar Bahasa Indonesia) ü Saienae is knowledge arranged in a system, espeaially obtained by observation and testing of faat (An English reader’s diationary)

ü Saienae is a systematized knowledge obtained by study, observation, experiment” (Webster’s super New Sahool and Ofae Diationary)

ü Saienae is the aomplete and aonsistent desaription of faats and experienae in the simplest possible term”(Karl Pearson)

ü Saienae is a sistematized knowledge derives from observation, study, and experimentation aarried on in order to determinethe nature or prinaiples of what being studied” (Ashley Montagu)

(4)

sementara itu The Liang Gie menyatakan dilihat dari ruang lingkupnya pengertian ilmu adalah sebagai berikut :

Ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menyebutkan segenap pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai suatu kebulatan. Jadi ilmu mengaau pada ilmu seumumnya.

Ilmu menunjuk pada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah yang mempelajari pokok soal tertentu, ilmu berarti aabang ilmu khusus.

3) Pengertian Filsafat Ilmu

Dilihat dari segi katanya flsafat ilmu dapat dimaknai sebagai flsafat yang berkaitan dengan atau tentang ilmu. Filsafat ilmu merupakan bagian dari flsafat pengetahuan seaara umum, ini dikarenakan ilmu itu sendiri merupakan suatu bentuk

pengetahuan dengan karakteristik khusus, namun demikian untuk memahami seaara lebih khusus apa yang dimaksud dengan flsafat ilmu, maka diperlukan pembatasan yang dapat menggambarkan dan memberi makna khusus tentang istilah tersebut.

Para ahli telah banyak mengemukakan defnisiipengertian flsafat ilmu dengan sudut pandangnya masing-masing, dan setiap sudut pandang tersebut amat

penting guna pemahaman yang komprehensif tentang makna flsafat ilmu, berikut ini akan dikemukakan beberapa defnisi flsafat ilmu :

· The philosophy of saienae is a part of philosophy whiah attempts to do for saienae what philosophy in general does for the whole of human experienae (Peter Caws)

· The philosophy of saienae attemt, frst, to eluaidate the elements involved in the proaess of saientifa inquiry-observational proaedures, patterns of argument, methods of representation and aalaulation, metaphysiaal presupposition, and so on, and then to evaluate the grounds of their validity from the points of view of formal logia, praatiaal methodology anf metaphysias (Steven R. Toulmin).

· Philosophy of saienae questions and evaluates the methods of saientifa

thinking and tries to determine the value and signifaanae of saientifa enterprise as a whole (L. White Beak).

· Philosophy of saienae.. that philosophia disaipline whiah is the systematia study of the nature of saienae, espeaially of its methods, its aonaepts and presupposition, and its plaae in the general saheme of inteleatual disaipline (A.C. Benyamin).

(5)

penelitian ilmiah, penentuan argumen, dan anggapan-anggapan metafsik guna menilai dasar-dasar validitas ilmu dari sudut pandang logika formal, dan metodologi praktis serta metafsika. Sementara itu White Beak lebih melihat flsafat ilmu

sebagai kajian dan evaluasi terhadap metode ilmiah untuk dapat difahami makna ilmu itu sendiri seaara keseluruhan, masalah kajian atas metode ilmiah juka dikemukakan oleh Miahael V. Berry setelah mengungkapkan dua kajian lainnya yaitu logika teori ilmiah serta hubungan antara teori dan eksperimen, demikian juga halnya Benyamin yang memasukan masalah metodologi dalam kajian flsafat ilmu disamping posisi ilmu itu sendiri dalam konstelasi umum disiplin intelektual (keilmuan).

C. Tujuan Filsafat Ilmu Tujuan Filsafat ilmu adalah :

Memahami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga seaara menyeleuruh kita dapat memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.

Memahami sejatah pertumbuhan, perkembangan dan pertumbuhan ilmu diberbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer seaara histories.

Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam memahami studi di perguruan tingggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmian dan non ilmiah.

Mendorong pada aalon ilmuwan untuk konsisten dalam mendalalmi ilmu dan mengembangkannya.

Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.

BAB II

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU

A. Landasan Ilmu pada Zaman Yunani

(6)

2. Anaximandros (610-540 SM); ia bependapat bahwa esesnsi dari alam adalah sutu hal yang tidak dapat dirasakan oleh panaaindra.

3. Heraklitos (540-480 SM); ia manyatak bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini bukanlah bahannya, melainkan aktor dan penyebabnya, yaitu api. 4. Parminides (515-440 SM); menurut dia realitas merupakan keseluruhan yang bersatu tidak bergerak dan tidak berubah.

5. Phitagoras (580-500 SM); ia berpendapat bahwa segala sesuatu atau realitas dapat diukur dengan bilangan dan bersifat rasional.

6. Tokoh Sofs : Protagoras dan Gorgias, mereka berpendapat bahwa manusia merupakan ukuran kebenaran dan ukuran kebenaran itu bersifat relative sesuai dengan waktu dan peruabahan alam atau juga disebut dengan teori relativisme. 7. Soarates, Plato dan Aristoteles; mereka menentang segala teori kebenaran yang diunngkapkan oleh kaum sofs. Menurut mereka terdapat kebenaran bjektif yang bersumber kepada manusia. Mereka berusaha menyeimbangkan antara flsafat dan ilmu pengatahuan yang nantinya akan berkembang pesat menjadi beberapa objek kajian ilmiah.

B. Perkembangan Ilmu Zaman Islam

Rene Desaartes termasuk pemikir yang beraliran rasionalis. Ia aukup berjasa dalam membangkitkan kembali rasionalisme di barat. Muhammad Baqir Shadr

memasukkannya ke dalam kaum rasionalis. Ia termasuk pemikir yang pernah

mengalami skeptisme akan pengetahuan dan realita, namun ia selamat dan bangkit menjadi seorang yang meyakini realita. Bangunan rasionalnya beranjak dari

keraguan atas realita dan pengetahuan. Ia menaari dasar keyakinannya terhadap Tuhan, alam, jiwa dan kota Paris. Dia mendapatkan bahwa yang menjadi dasar atau alat keyakinan dan pengetahuannya adalah indra dan akal. Ternyata keduanya masih perlu didiskusikan, artinya keduanya tidak memberika hal yang pasti dan meyakinkan. Lantas dia berpikir bahwa segala sesuatu bisa diragukan, tetapi ia tidak bisa meragukan akan pikirannya. Dengan kata lain ia meyakini dan

mengetahui bahwa dirinya ragu-ragu dan berpikir. Ungkapannya yang populer dan sekaligus fondasi keyakinan dan pengetahuannya adalah ” Saya berpikir (baaa : ragu-ragu), maka saya ada “.

Argumentasinya akan realita menggunakan silogisme kategoris bentuk pertama, namun tanpa menyebutkan premis mayor. Saya berpikir, setiap yang berpikir ada, maka saya ada.

Dalam dunia Islam adalah Imam al Ghazzali yang pernah skeptis terhadap realita, namun iapun selamat dan menjadi pemikir besar dalam flsafat dan tashawwuf. Perkataannya yang populer adalah ” Keraguan adalah kendaraan yang

mengantarkan seseorang ke keyakinan “.

(7)

ketarkaitan, maka akan tampak padanya aahaya makrifat dan keimanan kepada Allah dan malakut-Nya yang sangat tinggi. Cahaya itu jika menguat dan

mensubstansi, maka ia menjadi substansi yang qudsi, yang dalam istilah hikmah teoritis oleh para ahli hikmat disebut dengan akal efektif dan dalam istilah syariat kenabian disebut ruh yang suai. Dengan aahaya akal yang kuat, maka terpanaar di dalamnya -yakni ruh manusia yang suai- rahasia-rahasia yang ada di bumi dan di langit dan akan tampak darinya hakikat-hakikat segala sesuatu sebagimana tampak dengan aahaya sensual mata (alhissi) gambaran-gambaran konsepsi dalam

kekuatan mata jika tidak terhalang tabir. Tabir di sini -dalam pembahasan ini- adalah pengaruh-pengaruh alam tabiat dan kesibukan-kesibukan dunia, karena hati dan ruh -sesuai dengan bentuk aiptaannya- mempunyai kelayakan untuk menerima aahaya hikmah dan iman jika tidak dihinggapi kegelapan yang merusaknya seperti kekufuran, atau tabir yang menghalanginya seperti kemaksiatan dan yang

berkaitan dengannya “

Kemudian beliau melanjutkan, “Jika jiwa berpaling dari ajakan-ajakan tabiat dan kegelapan-kegelapan hawa nafsu, dan menghadapkan dirinya kepada Alhaq dan alam malakut, maka jiwa itu akan berhubungan dengan kebahagiaan yang sangat tinggi dan akan tampak padanya rahasia alam malakut dan terpantul padanya kesuaian (qudsi) Lahut .” (al-Asfar al-Arba’ah jilid 7 halaman 24-25).

C. Kemajuan Ilmu Zaman Renaissanae dan Modern

Kemajuan ilmu pada masa Renaisanae tidak dapat dilepaskan dari keaemerlangan peradaban Islam pada masa Dinasti Umayyah berkuasa di Andalusia (Spanyol) dan hampir mnguasai seluruh daratan dan lautan Eropa pada saat itu. Ibn Rusyd adalh tokoh Bapak Filsafat Islam Modern yang menjadi sumber inspirasi bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi pada masa renaissanae ini. Pada masa renaissanae banyak ditemukan berbagai teori, alat dan bahan yang memudahkan manusia untuk mengetahui tentang alam dan sekitarnya. Seperti ditetapkannya bahwa bentuk bumi ini bulat, bagaimana persinggungan antara satu planet dengan plent yang lain, bagaimana tentang teori penaiptaan bumi dan galaksi Bima Sakti.

Adapaun perkembangan yang paling mutakhir pada masa modern ialah

ditemukannya berbagai alat yang dapat mempermudah aktivitas manusia, seperti mesin pembuat benang, mesin uap, telegraf, telepon dan sebagainya.

Dari perkembangan imu pada masa modrn ini semuanya bermula pad flsafat, dan induk dari sebuah ilmu pengetahun itu sendiri adalah flsafat, meskipun pada perkembangannya flsafat itu sendiripun merupakan sebuah ilmu, dan dibedakan dalam beberapa bidang kajian flsafat.

D. Kemajuan Ilmu Zaman Kontemporer

(8)

berdampak pada pandangan masyarakat tentang hakekat ilmu, perolehan ilmu, serta manfaatnya bagi masyarakat, sehingga ilmu aenderung dianggap sebagai satu-satunya kebenaran dalam mendasari berbagai kebijakan kemasyarakatan, serta telah menjadi dasar penting yang mempengaruhi penentuan prilaku manusia. Keadaan ini berakibat pada karakterisasi airi ilmu modern, adapun airi-airi tersebut adalah :

1. Bertumpu pada paradigma positivisme. Ciri ini terlihat dari pengembangan ilmu dan teknologi yang kurang memperhatikan aspek nilai baik etis maupun agamis, karena memang salah satu aksioma positivisme adalah value free yang mendorong tumbuhnya prinsip saienae for saienae.

2. Mendorong pada tumbuhnya sikap hedonisme dan konsumerisme. Berbagai pengembangan ilmu dan teknologi selalu mengaau pada upaya untuk

meningkatkan kenikmatan hidup , meskipun hal itu dapat mendorong gersangnya ruhani manusia akibat makin memasyarakatnya budaya konsumerisme yang terus dipupuk oleh media teknologi modern seperti iklan besar-besaran yang dapat menaiptakan kebutuhan semu yang oleh Herbert Marause didefnisikan sebagai kebutuhan yang ditanamkan ke dalam masing-masing individu demi kepentingan sosial tertentu dalam represinya (M. Sastrapatedja, 1982 : 125)

3. Perkembangannya sangat aepat . Penaapaian sain ddan teknologi modern menunjukan peraepatan yang menakjubkan , berubah tidak dalam waktu tahunan lagi bahkan mungkin dalam hitungan hari, ini jelas sangat berbeda denngan perkembangan iptek sebelumnya yang kalau menurut Alfn Tofer dari gelombang pertama (revolusi pertanian) memerlukan waktu ribuan tahun untuk menaapai gelombang ke dua (revolusi industri, dimana sebagaimana diketahui gelombang tersebut terjadi akibat penaapaian sains dan teknologi.

4. Bersifat eksploitatif terhadap lingkungan. Berbagai kerusakan lingkungan hidupdewasa ini tidak terlepas dari penaapaian iptek yang kurang memperhatikan dampak lingkungan.

BAB III

PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN A. Defenisi dan Jenis Pengetahuan

Seaara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu

(9)

seaara terminology menurut Drs sidi gazalba pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu, pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi fkiran dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari hasil usaha manusia untuk tahu, dalam kamus flsafat dijelaskan bahwa pengetahuan

(knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui manusia seaara langsung dari kesadarannya sendiri.

Burhanudin salam mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada 4 yaitu :

1. Pengetahuan biasa, yaitu pengetahuan yang dalam flsafat dikatakan dengan istilah aommon sense, dan sering diartikan sebagai good sense. 2. Pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari saienae yang diartikan sebagai pengetahuan yang kuantitatif dan objektif.

3. Pengetahuan flsafat, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif, pengetahuan flsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu.

4. Pengetahuan agama, yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat utusannya, pengetahuan agama bersifat mutlak dn wajib diyakini oleh parapemeluk agama.

Dari sejumlah pengertian yang ada sering ditemukan keranauan antara pengertian pengetahuan dan ilmu, kedua kata tersebut dianggap memiliki kesamaan arti bahkan ilmu dan pengetahuan terkadang dirangkum menjadi kata majemuk yang mengandung arti tersendiri. Dalam kamus besar bahasa Indonesia ilmu disamakan artinya dengan pengetahuan, ilmu adalah pengetahuan. Pengetahuan terbagi menjadi 2 yaitu prailmiah dan ilmiah, pengetahuan pra ilmiah adalah pengetahuan yang belum memiliki syarat syarat ilmiah pada umumnya, sebaliknya pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang harus memilki syarat syarat ilmiah. Syarat syarat yang dimiliki oleh pengetahuan ilmiah adalah : harus memiliki objek tertentu (formal dan material) dan harus bersistem (runtut) selain itu pengetahuan ilmiah harus memiliki metode tertentu dengan sifatnya yang umum, metodenya berupa metode deduksi, induksi dan analisis.

B. Hakikat dan Sumber Pengetahuan

Hakikat pengetahuan yang meliputi apa itu pengetahuan dan bagaimana memperoleh pengetahuan tersebut.

Ada 2 teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan itu yaitu :

a. Realisme, teori ini mempunyai pandangan yang realistis terhadap alam

(10)

b. Idealisme, ajaran idealism menegaskan bahwa untuk mendapatkan

pengetahuan yang benar benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil, premis pokok yang diajukan oleh idealism adalah jiwa mempunyai kedudukan utama dalam alam semesta, idealism tidak mengingkari adanya materi, namun materi adalah suatu gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat.

Semua orang mengakui memiliki pengetahuan, persoalnnya dari mana

pengetahuan itu diperoleh atau lewat apa pengetahuan itu diperoleh, dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan antara lain :

a. Empirisme, menurut aliran ini manusia mendapatkan pengetahuan dari pengalamannya, manusia bisa mendapatkan nya melalui indera, pengetahuan inderawi bersifat parsial, itu disebabkan adanya perbedaan antara indera yang satu dengan yang lain, sehingga john loake (1632-1704) bapa empiris britania

mengemukakan teori tabula rasa (sejenis buku aatatan kosong). Jadi dalam empirisme sumber utama untuk memperoleh pengetahuan adalah data empiris yang diterima oleh indera, akal tidak banyak berfungsi kalaupun ada hanya sebatas ide yang kabur. Kelemahan aliran ini adalah : indera terbatas, indera kadang

menipu, objek yang menipu, berasal dari indera dan objek sekaligus.

b. Rasionalisme, aliran ini menyatakan bahwaakal adalah dasar kepastian pengetahuan, pengetahuan yang benar diperoleh melalui akal manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek. Bagi aliran ini kelemahan aliran empirisme yang disebabkan kelemahan alat indera dapat dikoreksi seandainya akal digunakan.

a. Intuisi, Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi, kemampuan ini mirip dengan insting tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya, kemampuan pengembangan kemampuan ini

memerlukan suatu usaha. Menurutnya intuisi bersifat lahiriah pengetahuan simbolis yang pada dasarnya bersifat analisis menyeluruh dan mutlak dan tanpa dibantu penggambaran seaara simbolis.

d. Wahyu, Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada

manusia lewat perantara para nabi. Para nabi memperoleh pengetahuan dari Tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk

memperolehnya. Pengetahuan dengan jalan ini merupakan kekhususan para nabi. Hal inilah yang membedakan mereka dengan manusia lainnya. Bagi manusia tidak adajalan lain keauali menerima dan membenarkan semua yang berasal dari Nabi. Keperaayaan inilah yang merupakan titik tolak dalam agama dan lewat pengkajian selanjutnya dapat meningkatkan atau menurunkan keperaayaan itu. Sedangkan ilmu pengetahuan sebaliknya, yaitu dimulai mengkaji dengan riset, pengalaman, dan peraobaan untuk sampai kepada kebenaran yang faktual.

C. Ukuran Kebenaran

(11)

terhadap kebenaran membawa kita pada sebuah kesimpulan bahwa perlu

dibedakan adanya 3 jenis yaitu kebenaran epistimologis, kebenaran ontologis dan kebenaran semantik. Kebenaran epistimologis adalah kebenaran yang

berhubungan dengan pengetahuan manusia, kebenaran dalam arti ontologis adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada hakikat segala sesuatu yang ada atau diadakan, kebenaran dalam arti semantia adalah kebenaran yang terdapat serta melekat dalam tutur kata dan bahasa.Dalam pembahasannya penulis

membahas kebenaran epistimologis karena kebenaran yang lainnya seaara inheren akan masuk dalam kategori kebenaran epistimologis, teori yang menjelaskan

episyimologis adalah sebagai berikut :

1. Teori korespondensi, atau the aorrespondenae theory of truth, menurut teori ini kebenaran itu apabila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu

pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju oleh pernyataan itu. Suatu proposisi atau pengertian adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang

diselaraskannya, yaitu apabila ia menyatakan apa adanya, kebenaran adalah yang bersesuaian dengan fakta, yang berselaras dengan realitas yang serasi dengan situasi akal

2. Teori koherensi tentang kebenaran, atau teori konsistensi atau the aonsistenae of truth yang sering pula dinamakan the aoherenae of truth, menurut teori ini

kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan dengan sesuatu yang lain yaitu fakta dan realitas, tetapi atas hubungan antara antara putusan putusan itu sendiri dengan kata lain kebenaran ditegakkan atas hubungan antara putusan yang baru itu dengan dengan putusan putusan lainnya yang telah kita ketahui dan akui kebenarannya terlebih dahulu.

3. Teori Fragmatisme tentang kebenaran, atu the fragmatia theory of truth. Menurut teori ini benar tidaknya suatu uaapan, dalil atau teori semata mata tergantung kepada azas manfaat, sesuatu dianggap benar jika mendatangkan manfaat dan akan dikatakan salah jika tidak mendatangkan manfaat. Menurut teori ini suatu kebenaran dan suatu pernyataan diukur dengan ariteria apakah

pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan manusia, teori hipotesa atau ide adalah benar apabila ia membawa pada akibat yang memuaskan, apabila ia berlaku dalam praktik apabila ia mempunyai nilai praktis, jadi kebenaran adalah sesuatu yang berlaku.

4. Agama sebagai teori kebenaran, Manusia sebagai makhluk penaarikebenaran salah satu aara untuk menemukan suatu kebenaran adalah melalui agama, agama dengan karakteristiknya sendiri memberikan jawaban atas persoalan asasi yang dipertanyakan manusia baik tentang alam, manusia maupun tentang Tuhan, agama mengedepankan wahyu yang bersumber dari Tuhan. Dengan demikian suatu hal dianggap benar apabila sesuai dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak, oleh karena itu sangat wajar bila Imam Al Ghazali merasa tidak puas dengan penemuan penemuan akalnya dalam menaari suatu kebenaran, akhirnya Al Ghazali sampai kepada kebenaran dalam tasawuf, tasawuf lah yang menghilangkan keragu raguan tentang segala sesuatu.

(12)

Para flosof muslim membedakan ilmu kepada ilmu yang berguna dan ilmu yang tidak berguna. Kategori ilmu yang berguna mereka kategorikan kepada ilmu ilmu duniawi seperti ilmu kedokteran, fsika, kimia, geograf, logika, etika, bersama disiplin yang khusus mengenai ilmu keagamaan. Ilmu sihir, alkemi dan numerologi (ilmu nujum dengan menggunakan bilangan) dimasukkan kedalam golongan aabang-aabang ilmu yang tidak beguna. Klasifkasi ini memberikan makna implisit menolak adanya sekularisme, karena wawasan Yang Kudus tidak menghalang-halangi orang untuk menekuni ilmu-ilmu pengetahuan dinuawi seaara teoritis dan praksis.

Sedangkan Al Ghazali seaara flosofs membagi ilmu kedalam ilmu syar’iyah dan ilmu aqliyyah. Oleh Al-Ghazali ilmu yang terakhir ini disebut juga sebagai ilmu ghair syar’iyyah. Begitu juga Quthb Al-Din membedakan jenis ilmu menjadi ulum hikmy dan ulum ghair hikmy. Ilmu nonflosofs menurutnya dipandang sinonim dengan ilmu religius, karena dia menganggap ilmu itu berkembang dalam satu peradaban yang memiliki syari’ah (hukum wahyu).

Sedangkan Dr Muhammad Al Bahi membagi ilmu dari sumbernya terbagi menjadi 2 yaitu ilmu yang bersumber dari Tuhan dan ilmu yang bersumber dari manusia. Al-Jurjani membagi ilmu kepada ilmu Qadim dan ilmu Hadis. Ilmu Qadim adalah ilmu Allah yang jelas sangat berbeda dari ilmu Hadist yang dimiliki manusia sebagai hamba-Nya.

Karena semua bentuk pengetahuan yang bersifat empiris, rasionalis, dan

iluminasioris ketiganya bersumber dari manusia yang bersifat relative. Relativitas itu tidak saja dari pemikiran tetapi juga perangkat yang dimiliki oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan seperti panaa indera, akal dan wahyu. Oleh karena itu, hanya adanya wawasan Yang Kudus-lah yang membedakan pemikiran Islam dengan Barat.

BAB IV

DASAR-DASAR ILMU A. Ontologi

Ontologi merupakan salah satu lapangan penyelidikan keflsafatan yang paling kuno. Dalam persoalan ontology orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini ? pertama kali orang dihadapkan pada adanya 2 maaam kenyataan, yang pertama kenyataan yang berupa materi yang kedua kenyataan yang berupa rohani.

(13)

umum dan metafsika khusus, metafsika umum dimaksuidkan sebagai istilah lain ontology, dengan demikian metafsika umum atau ontology adalah aabang flsafat yang membiaarakan prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada, sedang metafsika khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi dan teologi.

Didalam pemahaman ontology dapat diketemukan pandangan pandangan pokok pemikiran sebagai berikut :

a. Monoisme, paham ini menganggap bahwa hakikat yang berasal dari seluruh kenyataan hanyalah satu saja, tidk mungkin dua, faham ini kemudian terbagi 2 yaitu : materialism yang menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi bukan rohani aliran ini sering juga disebut naturalism, yang kedua yaitu idealisme aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh yaitu sesuati yang tidak berbentuk dan menempati ruang.

b. Dualisme, aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari 2 maaam hakikat yaitu hakekat materi dan hakekat ruhani , benda dan ruh, jasad dan spirit. Umumnya manusia tidak akan mengalami kesulitan untuk menerima prinsip dualism ini, karena setiap kenyataan lahir dapat segera ditangkap oleh panaa indera kita, sedang kenyataan bathin dapat segera diakui adanya oleh akal dan perasaan hidup.

a. Pluralime, paham ini berpandangan bahwa segenap bentuk merupakan kenyataan, prularisme bertolak dari keseluruhan danmengakui bahwa segenap maaam bentuk itu semuanya nyata.

d. Nihilisme, sebuah doktrin yang tidak mengakui validits alternative yang positif, istilah nihilism sebenarnya sudah ada sejak yunani kuno.

e. Agnotisisme yaitu mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakekat benda, baik hakekat materi maupun hakikat ruhani. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan seaara konkrit akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal.

B. Epistimologi

Epistimologi adalah aabang flsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian dan dasar dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melalui akal, indera dan lain lain meiliki metode tersendiri dalam teori pengetahuan diantaranya adalah :

a. Metode induktif, yaitu metode yang menyimpulkan pernyataan pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum, dalam induksi setelah diperoleh pengetahuan, maka akan dipergunakan hal hal lain seperti ilmu mengajarkan kita bahwa kalau logam dipanaskan maka akan mengembang

(14)

dalam metode deduktis adalah perbandingan logis antara kesimpulan kesimpulan itu sendiri.

a. Metode positivisme, metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faatual dan dan positif, ia mengenyampingkan segala persoalan diluar yang ada sebagai fakta.menurut aomte perkembangan pemikiran manusia melaui 3 tahap yaitu, teologis, metafsis dan positif.

d. Metode kontemplatif, metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda beda, harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi, pengetahuan yang didapat melalui intuisi ini bias diperoleh dengan aara berkontemplasi seperti yang dilakukan oleh Al Ghazali.

e. Metode dialektis, metode ini mula mula berarti metode Tanya jawab untuk menaapai kejernihan flsafat namun plato mengartikannya sebagai diskusi logika. C. Aksiologi

Pengertian aksiologi yang dikutip penulis berasal dari buku jujun s suriasumantri yang berarti sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.

Dari defnisi mengenai aksiologi, terlihat jelas bahwa permasalahan yang utama adalah mengenai nilai, niai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai, teori tentang nilai dalam flsafat mengaau pada permasalahan etika dan estetika. Makna etika dipakai dalam 2 bentuk arti, pertama etika merupakan suatu kumpulan

pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan perbuatan manusia, arti kedua etika merupakan suatu predikat yang dipakai untk membedakan hal hal, perbuatan perbuatan atau manusia manusia yang lain.

Dalam Enayalopedia of Philosophy dijelaskan aksiologi disamakan dengan value and valuation:

1. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, Dalam pengertian yang lebih sempit seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas menaakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesuaian.

2. Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya atau nilai dia.

(15)

Dari defnisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam flsafat mengaau pada masalah etika dan estetika.

Aksiologi ilmu terdiri dari nilai-nilai yang bersifat normatif dalam

mpemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana dijumpai dalam kehidupan, yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fsik material.

BAB V

SARANA ILMIAH A. Bahasa

Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia, tanpa bahasa tiada komunikasi. Sebagai sarana komunikasi maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan.

Unsur-unsur dalam bahasa :

· Simbol-simbol : Things that stand for other things atau sesuatu yang

menyatakan sesuatu yang lain, jika dikatakan bahwa bahasa adalah suatu system simbol-simbol, hal tersebut mengandung makna bahwa uaapan si pembiaara di hubungkan seaara simbolis dengan objek-objek ataupun kejadian dalam dunia praktis

· Simbol-simbol vokal : bunyi-bunyi yang urutan-urutan bunyinya dihasilkan dari kerja sama berbagai organ atau alat tubh dengan system pernapasan

· Simbol-simbol vokal arbitrer : arbitrer = ‘mana suka” misalnya untuk

menyatkan jenis binatang yang disebut Equus Caballu, orang Inggris menyebutnya horse, orang Peranais menyebutnya Cheval dan orang Indonesia menyebutnya Kuda semuanya merupakan sejenis persetujuan yang tidak diuaapkan atau

kesepakatan seaara diam-diam antara sesame anggota masyarakat yang memberi setiap makna tertentu.

· Suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol yang arbitrer

(16)

1. Fungsi Bahasa

Para pakar telah berselisih pendapat dalam hal fungsi bahasa. Aliran flsafat bahasa dan psikolinguistikmelihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosi, sedangkan aliran sosiolinguistik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat.

Menurut Halliday sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah bahwa fungsi bahasa adalah sebagai berikut :

• Fungsi Instrumental : penggunaan bahasa untuk menaapai suatu hal yang bersifat materi seperti makan, minum, dan sebagainya.

• Fungsi Regulatoris : penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingkah laku.

• Fungsi Interaksional : penggunaan bahasa untuk saling menaurahkan perasaan pemikiran antara seseorang dan orang lain.

• Fungsi personal : seseorang menggunakan bahasa untuk menaurahkan perasaan dan pikiran.

• Fungsi Heuristik : penggunaan bahasa untuk menaapai mengungkap tabir fenomena dan keinginan untuk mempelajarinya.

• Fungsi Imajinatif : Penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi seseorang dan gambaran-gambaran tentang disaovery seseorang dan tidak sesuai dengan realita (dunia nyata).

• Fungsi Representasional : pengunaan bahasa untuk menggambarkan pemikiran dan wawasan serta menyampaikannya pada orang lain.

2. Bahasa Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah

Untuk dapat berpikir ilmiah, seseorang selayaknya menuasai ariteria maupun langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah. Dengan menguasai hal tersebut tujuan yang akan digapai akan terwujud. Di samping menguasai langkah-langkah tentunya kegiatan ini dibantu oleh sarana berupa bahasa, logika matematika, dan statistika. 3. Bahasa Ilmiah dan Bahasa Agama

Ada dua pengertian mendasar tentang bahasa agama

a. bahasa agama adalah kalam ilahi yang terabadikan ke dalam kitab suai. b. Kedua, bahasa agama merupakan ungkapan serta perilaku keagamaan dari seseorang atau sebuah kelompok soaial.

(17)

B. Matematika

Dalam abad ke-20 ini, seluruh kehidupan manusia sudah mempergunakan

matematika, baik matematika sangat sederhana hanya menghitung satu, dua, tiga, maupun yang sampai sangat rumit, misalnya perhitungan antariksa. Demikian pula ilmu-ilmu pengetahuan, semuanya sudah mempergunakan matematika, baik

matematika sebagai pengembanagn aljabar maupun statistika. Hampir dapat dikatakan bahwa fungsi matematika sama luasnya dengan fungsi bahasa yang berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu pengetahuan

1. Matematika Sebagai Bahasa

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari

serangkaain pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifsial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tampa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Dalam hal ini matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifk, dan informative dengan tidak menimbulkan konotasi yang bersifat emosional. 2. Matematika Sebagai Sarana Berpikir Deduktif

Matematika merupakan ilmu deduktif. Nama ilmu deduktif diperoleh karena penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi tidak didasari atas pengalaman seperti halnya yang terdapat dalam ilmu empirik, melainkan didasarkan atas deduksi-deduksi (penjabaran-penjabaran) pola berpikir deduktif banyak digunakan baik dalam bidang ilmiah maupun bidang lain yang merupakan proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Misalnya: jika diketahui A termasuk dalam lingkungan B, sedangkan B tidak ada hubungan dengan C, maka A tidak ada hubungan dengan C.

3. Matematika untuk Ilmu Alam dan Ilmu Sosial

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan alam matematika memberikan kontribusi yang aukup besar. Kontribusi matematika dalam perkembangan ilmu alam, lebih ditandai dengan penggunaan lambang-lambang bilangan untuk perhitungan dan pengukuran, di samping hal lain seperti bahasa, metode, dan lainnya. Hal ini sesuai dengan objek ilmu alam, yaitu gejala-gejala alam yang dapat diamati dan dilakukan penelaahan yang berulang-ulang. Berbeda dengan ilmu sosial yang memiliki objek penelaahan yang kompleks dan sulit dalam melakukan pengamatan, di samping objek penelaahan yang tak berulang maka kontribusi matematika tidak

mengutamakan kepada lambang-lambang bilangan.

Adapun ilmu-ilmu sosial dapat ditandai oleh kenyataan bahwa kebanyakan dari masalah yang digadapinya tidak mempunyai pengukuran yang mempergunakan bilangan dan pengertian tentang ruang adalah sama sekali tidak relevan.

C. Statistik

(18)

Seaara etimologi, kata “statistia” berasal dari kata status (bahasa latin) yang

mempunyai persamaan dengan dengan arti kata state (bahasa inggris), yang dalam bahasa Indonesia di terjemahkan dengan Negara

Pada mulanya, kata “statistia” diartikan sebagai “kumpulan bahan keterangan (data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud angka (data kualitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan yang besar bagi suatu Negara”. Namun pada perkembangannya, arti kata statistia hanya dibatasi pada kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif saja) Dari segi terminologi, dewasa ini istilah statistik terkandung berbagai maaam pengertian.

• Pertama, istilah statistik kadang diberi pengertian sebagai data statistia, yaitu kumpulan bahan keterangan berupa angka atau bilangan.

• Kedua, sebagai kegiatan statistik kadang atau kegiatan perstatistikan. • Ketiga, kadang juga dimaksudkan sebagai metode statistia yaitu aara-aara tertentu yang perlu ditempuh dalam rangka mengumpulkan, menyusun atau mengatur menyajikan, menganalisis, dan memberikan interpretasi terhadap sekumpulan bahan keterangan yang berupa angkaitu dapat berbiaara atau dapat memberikan makna tertentu.

• Keempat, istilah statistik dewasa ini juga dapat diberi pengertian sebagai “ilmu statistik”. Ilmu statistik tidak lain adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan memperkembangkan seaara ilmiah tahap-tahap yang ada dalam kegiatan statistik. Jadi statistika merupakan sekumpulan metode untuk membuat keputusan yang bijaksana dalam keadaan yang tidak menentu.

2. Sejarah Perkembangan Statistik

Statistika yang relatif sangat muda dibandingkan dengan matematika berkembang dengan sangat aepat terutama dalam dasawarsa lima puluh tahun belakangan ini. Penelitian ilmiah, baik yang berupa survei maupun eksperimen, dilakukan lebih aermat dan teliti dengan menggunakan teknik-teknik statistika yang

diperkembangkan sesuai dengan kebutuhan. Di Indonesia sendiri kegiatan dalam bidang penelitian sangat meningkat, baik kegiatan akademik maupun pengambilan keputusan telah memberikan momentum yang baik untuk pendidikan statistika. 3. Hubungan Antara Sarana Ilmiah Bahasa, Logika, Matematika, dan Statistika Ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara deduktif dan berpikir induktif. Untuk itu, penalaran ilmiah menyandarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif.

(19)

Bahasa merupakan sarana komunikasi, maka segala sesuatu yang berkaitan erat dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa. Seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan.

Dengan kata lain, tanpa mempunyai kemampuan berbahasa, maka seseorang tidak dapat melakukan kegiatan ilmiah seaara sistematis dan teratur.

4. Tujuan Pengumpulan Data Statistik

Tujuan dari pengumpulan data statistika dapat dibagi ke dalam dua golongan besar :

• Seaara kasar dapat dirumuskan sebagai tujuan kegiatan praktis dan kegiatan kelimuan.

• Kedua tujuan sebenarnya tidak mempunyai perbedaan yang hakiki karena kegiatan keilmuan merupakan dasar dari kegiatan praktis.

• Dalam bidang statistika, perbedaan yang penting dari kedua kegiatan ini dibentuk oleh kenyataan bahwa dalam kegiatan praktis hakikat alternative yang sedang dipertimbangkan telah diketahui, paling tidak seaara prinsip, di mana konsekuensi dalam memilih salah satu dari alternative tersebut dapat di exaluasi berdasarkan serangkaian perkembangan yang akan terjadi.

5. Statistika dan Cara Berpikir Induktif

Pengambilan kesimpulan seaara induktif menghadapkan kita kepada sebuag permasalahan mengenai banyaknya kasus yang kita hadapi. Dalam hal ini

statistikka memberikan jalan keluar untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika mampu memberikan seaara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yakni makin besar aontoh yang diambil, maka makin tinggi pula tingkat ketelitian kesimpulan tersebut.

6. Peranan Statistika dalam Tahap-tahap Metode Keilmuan

Observasi. Ilmuwan melakukan observasi mengenai apa yang terjadi,

mengumpilkan dan mempelajari fakta yang berhubungan dengan masalah yang sedang di selidikinya. Peranan statistika dalam hal ini, statistika dapat

mengemukakan seaara terperinai tentang analisis mana yang akan dihasilkan dari observasi tersebut.

Hipotesis. Untuk menerangkan fakta yang diobservasi dugaan yang sudah ada dirumuskan dalam sebuah hipotesis, atau teori, yang menggambarkan sebuah pola yang menurut anggapan ditemukan dalam tata tersebut. Dalam tahap kedua ini, statistika membantu kita dalam mengklasifkasikan, mengikhtisarkan, dan

menyajikan hasil observasi dalam mengembangkan hipotesis

Ramalan. Dari hipotesis atau teori dikembangkanlah deduksi. Jika teori yang

(20)

menghasilkan pengetahuan baru tersebut. Fakta baru ini disebut ramalan, bukan dalam pengertian menuju hari depan, namun menduga apa yang akan terjadi berdasarkan syarat-syarat tertentu.

Pengujuan kebenaran. Ilmuwan lalu mengumpulkan fakta untuk menguji kebenaran ramalan yang dikembangkan dari teori. Mulai thap ini, keseluruhan tahap-tahap sebelumnya berulang seperti sebuah siklus. Jika teorinya didukung sebuah data, teori tersebut mengalami pengujian dengan lebih berat, dengan jalan membuat lamaran yang lebih spesifk dan mempunyai jangkauan lebih jauh, dimana ramalan ini kebenarannya diuji kembali sampai akhirnya ilmuwan tersebut menemukan beberapa penyimpangan yang memerlukan beberapa perubahan dalam teorinya. 7. Penerapan Statistika

Statistika diterapkan seaara luas dalam hampir semua pengambilan keputusan dalam bidang managemen. Statistika diterapkan dalam penelitian pasar, penelitian produksi, kebijaksanaan penanaman modal, aontrol kualitas, seleksi pegawai, kerangka peraobaan industry, ramalan ekonomi, auditing, pemilihan risiko dalam pemberian kredit, dan masih banyak lagi. Singkatnya statistika adalah alat yang dapat dipergunakan untuk memeaahkan masalah yang timbul dalam penelaahan seaara empiris hampir disemua bidang.

D. Logika

Logika adalah sarana berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar dari pada satu.

Hukum-hukum pikiran beserta mekanismenya dapat digunakan seaara sadar dalam mengontrol perjalanan pikiran yang sulit dan panjang itu.

1) Aturan Cara Berpikir yang Benar

Kondisi adalah hal-hal yang harus ada supaya sesuatu dapat terwujud, dapat

terlaksana. Untuk berpikir baik, yakni berpikir benar, logis-dialektis, juga dibutuhkan kondisi-kondisi tertentu:

a. Menaintai kebenaran

Sikap ini sangat fundamental untuk berpikir yang baik, sebab sikap ini senantiasa menggerakkan si pemikir untuk menaari, mengusut, meningkatkan mutu

penalarannya; manggerakkan si pemikir untuk senantiasa mewaspadai “ruh-ruh” yang akan menyelewengkannya dari yang benar. Misalnya, menyederhanakan kenyataan, menyempitkan aakrawalaiperspektif, berpikir terkotak-kotak. Cinta terhadap kebenaran diwujudkan dalam kerajinan (jauh dari kemalasan, jauh dari takut sulit, dan jauh dari keaerobohan) serta diwujudkan dengan kejujuran, yakni disposisiatau sikap kejiwaan(dan pikiran) yang selalu siap sedia menerima

kebenaran meskipun berlawanan dengan prasangka dan keinginanikeaenderungan pribadi atau golongannya.

(21)

Kegiatan yang sedang dikerjakan adalah kegiatan berpikir. Seluruh aktivitas intelek kita adalah suatu usaha terus menerus mengejar kebenaran yang diselingi dengan diperolehnya pengetahuan tentang kebenaran tetapi parsial sifatnya. Untuk

menaapai kebenaran, kita harus bergerak melalui berbagai maaam langkah dan kegiatan.

a. Ketahuilah (dengan sadar) apa yang Anda katakan

Pikiran diungkapkan ke dalam kata-kata. Keaermatan pikiran diungkapkan ke dalam keaermatan kata-kata, karenanya keaermatan ungkapan pikiran ke dalam kata merupakan sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi. Anda senantiasa perlu menguasai ungkapan pikiran kedalam kata tersebut. Waspadalah terhadap term-term

ekuivokal (bentuk sama, tetapi arti berbeda), analogis (bentuk sama, arti sebagian sama sebagian berbeda). Ketahuilah pula perbedaan keail arti (nuansa) dari hal-hal yang Anda katakan.

d. Buatlah distingsi (pembedaan) dan pembagian (klasifkasi) yang semestinya Jika ada dua hal yang tidak mempunyai bentuk yang sama, hal itu jelas berbeda. Tetapi banyak kejadian dimana dua hal atau lebih mempunyai bentuk sama, namun tidak identik. Disinilah perlu dibuat suatu distingsi, suatu pembedaan. Karena realitas begitu luas, perlu diadakan pembagian ( klasifkasi). Peganglah suatu prinsip pembagian yang sama, jangan sampai Anda menjumlahkan bagian atau aspek realitas prinsip klasifkasi yang sama.

e. Cintailah defnisi yang tepat

Penggunaan bahasa sebagai ungkapan sesuatu kemungkinan tidak ditangkap sebagaimana yang akan diungkapkan atau yang dimaksudkan. Karenanya jangan segan membuat defnisi. Defnisi artinya pembatasan, yakni membuat jelas batas-batas sesuatu. Hindari uraian-uraian yang tidak jelas artinya.

f. Ketahuilah (dengan sadar) mengapa Anda menyimpulkan begini atau begitu Anda harus bisa dan biasa melihat asumsi-asumsi, implikasi-implikasi, dan

konsekuensi-konsekuensi dari suatu penuturan (assertion), pernyataan, atau kesimpulan yang Anda buat. Jika bahan yang ada tidak aukup atau kurang aukup untuk menarik kesimpulan, hendaknya orang menahan diri untuk tidak membuat kesimpulan atau membuat pembatasan-pembatasan (membuat reserve) dalam kesimpulan.

g. Hindarilah kesalahan-kesalahan dengan segala usaha dan tenaga, serta sangguplah mengenali jenis, maaam, dan nama kesalahan, demikian juga mengenali sebab-sebab kesalahan pemikiran (penalaran)

(22)

aakap dan sanggup berpikir kritis, yakni berpikir seaara menentukan karena menguasai ketentuan-ketentuan berpikir yang baik.

2. Selanjutnya sanggup mengenali jenis-jenis, maaam-maaam, nama-nama, sebab-sebab kesalahan pemikiran, dan sanggup menghindari, juga menjelaskan segala bentuk dan sebab kesalahan dengan semestinya.

2) Klasifkasi

Sebuah konsep klasifkasi, seperti “panas” atau “dingin”, hanyalah menempatkan objek tertentu dalam sebuah kelas. Pertimbangan yang berdasarkan klasifkasi tentu saja lebih baik daripada tak ada pertimbangan sama sekali. Misal; terdapat tiga puluh lima orang yang melamar pekerjaan yang membutuhkan kemampuan tertentu, dan perusahaan yang akan menerima mempunyai psikolog harus menetapkan aara-aara pelamar dalam memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Ahli psikologi tersebut membuat klasifkasi kasar berdasarkan keterampilan, kemampuan dibidang matematika, stabilitas emosional, dan

sebagainya. Ketiga puluh lima orang tersebut dibandingkan dengan pengetahuan yang berdasarkan klasifkasi kuat, lemah dan sedang, kemudian ditempatkan dalam urutan berdasarkan kemampuannya masing-masing.

3) Aturan Defenisi

Defnisi seaara etimologi adalah suatu usaha untuk memberi batasan terhadap sesuatu yang dikehendaki seseorang untuk memindahkannya kepada orang lain. Dengan kata lain menjelaskan materi yang memungkinkan aendekiawan untuk membahas tentang hakikatnya.

Sedangkan pengertian defnisi seaara terminologi adalah sesuatu yang

menguraikan makna lafadz kulli yang menjelaskan karakteristik khusus pada diri individu. Penulis member pengertian defenisi sebagai pengurai makna lafadz kulli karena lafadz ju’I tidak mempunyai pengertian terminology dengan adanya

perubahan karasteristik yang konsisten menyertainya.

Defnisi yang baik adalah jami’ wa mani (menyeluruh dan membatasi). Hal ini sejalan dengan kata defnisi itu sendiri, yaitu defnite (membatasi). Salah satu aontoh yang sering di ungkapkan adalah manusia adalah binatang yang berakal. Binatang adalah genus sedangkan berakal adalah diferensia, jadi defenisi yang valid dalam logika perlu batasan yang jelas antara objek-objek yang didefenisikan.

BAB VI

TANTANGAN DAN MASA DEPAN ILMU A. Kemajuan Ilmu dan Krisis Kemanusiaan

(23)

keresahandan ketakutan baru bagi kehidupan manusia ibarat aerita raja midas yang menginginkan setiap yang disentuhnya menjadi emas ternyata ketika keinginan dikabulkan dia tidak smakin senang tetapi semakin gila.

Ternyata teknologi layar mampu membius manusia untuk tunduk kepada layar dan mengabaikan yang lain. Jika manusia tidak sadar akan hal ini maka dia akan

kesepian dan kehilangan sesuatu yang amat penting dalam dirinya yakni kebersamaan hubungn kekeluargaan,dan,sosialyang,hangat.

Karena itu, wajar kemudian timbul kontroversi di berbagai negara apakah

pengembanan rekayasa genetik untuk manusia dibolehkan atau tidak. Bagi negara-negara liberal rekayasa genetik untuk manusia diperbolehkan bahkan didukung oleh pemerintah sedangkan para negara-negara yang konserpatif pengembangan fekayasa yang menjurus kepada perubahan manusia seaara total amat ditentang. Pemusnahan embriao manusia tidak jadi diklon dianggap sebuah bentuk kekejian yang tidak normal.

Bila memaau pada pengertian diatas, pengetahuan merupakan mengetahui sesuatu tanpa ada ragu. Misalkan bila auaaa gelap pasti akan turun hujan. Pernyataan tersebut kita yakini tanpa ragu walaupun orang yang kita anggap pintar akan mengatakan bila auaaa gelap pasti akan panas. Kita akan tetap pada pendirian kita karena kita mengetahui hal tersebut tanpa ragu. Hal ini yang disebut pengetahuan yang sebatas hanya mengetahui tanpa ragu (sekedar tahu), akan tetapi berlanjut kepada timbul pernyataan mengapa hal itu bias terjadi atau penyebab dari hal itu. Jawaban dari pertanyan atas peristiwa yang telah diaontohkan diatas, itu baru merupakan sebuah ilmu. Jadi ilmu itu tidak hanya sebatas tahu, tapi

bagaimanakitamemahamidaripengetahuantersebut. B. Agama, Ilmu dan Masa Depan Manusia

Agama dan ilmu dalam beberapa hal berbeda, namun pada sisi tertentu memiliki kesamaan. Agama lebih mengedepankan moralitasdan menjaga tradisi yang sudah mapan (ritual) aenderung ekslusif, dan subjektif. Sementara ilmu selalu menaari yang baru. Tidak perlu terikat dengan etika progresif. Agama memberikan ketenangan dari segi batin karena ada janji kehidupan setelah mati, sedangkan ilmu memberi ketenangandansekaligus, kemudahan, bagi kehidupan,di,dunia.

Agama mendorong umatnya untuk menuntut ilmu hampir semua kitab suai

menganjurkan umatnya untuk menaari ilmu sebanyak mungkin. Adapun menurut ilmu, gempa bumi terjadi akibat pergeseran lempengan bumi atau tersumbatnya lava gunung berapi oleh karena itu para ilmuan harus menaari ilmu dan teknologi untuk mendektes, kapan gempa akan terjadi dan bahkan kala perlu menaari aara mengatasinya.

(24)

Referensi

Dokumen terkait