• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Karya Ilmiah Pendidikan Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Contoh Karya Ilmiah Pendidikan Indonesia"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

Contoh Karya Ilmiah Pendidikan Berjudul "Menumbuhkan Minat dan semangat Siswa Dalam Belajar"

A. Pendahuluan

Suatu kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan minat akan menghasilkan prestasi yang kurang

menyenangkan. Dapat dikatakan bahwa dengan terpenuhinya minat seseorang akan mendapatkan kesenangan

dan kepuasan batin yang dapat menimbulkan motivasi. S.C. Utami Munandar (1985:11) menyatakan bahwa

minat dapat juga menjadi kekuatan motivasi. Prestasi seseorang selalu dipengaruhi macam dan intensitas

minatnya. Minat menimbulkan kepuasan. Seorang anak cenderung untuk mengulang-ulang tindakan-tindakan

yang didasari oleh minat dan minat ini dapat bertahan selama hidupnya.

Dengan demikian, minat belajar merupakan faktor yang sangat penting dalam keberhasilan belajar siswa.

Disamping itu minat belajar juga dapat mendukung dan mempengaruhi proses belajar mengajar di sekolah.

Namun dalam prakteknya tidak sedikit guru Seni Budaya (Kesenian) menemukan kendala di dalam kelas,

karena kurangnya minat siswa dalam pembelajaran Seni Budaya khususnya seni rupa. Jika hal ini terjadi, maka

proses belajar mengajar pun akan mengalami hambatan dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pengalaman penulis, pada saat pembelajaran berlangsung siswa kurang bergairah dalam mengikuti

pelajaran. Hanya sebagian kecil saja siswa yang bisa memahami dan mengerjakan tugas dengan semangat.

Sebagian besar siswa mengerjakan tugas yang diberikan dengan perasaan terpaksa atau takut. Hal ini

menyebabkan tugas yang diberikan hasilnya kurang memuaskan sehingga terkesan asal jadi. Jika mereka

ditanya, alasannya mereka tidak mempunyai bakat di bidang seni atau tidak punya bakat menggambar. Dengan

kondisi seperti ini, guru perlu mencari upaya bagaimana menumbuhkan minat belajar siswa terutama dalam

pembelajaran Seni Rupa.

B. Konsep Minat Belajar

Pengertian minat

Minat sering dihubungkan dengan keinginan atau ketertarikan terhadap sesuatu yang datang dari dalam diri

seseorang tanpa ada paksaan dari luar. The Liang Gie (1994:28) mengungkapkan bahwa minat berarti sibuk,

tertarik, atau terlibat sepenuhnya dengan suatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu. Menurut

Slameto (dalam Djaali 2006:121) minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau

aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Sedangkan menurut Crow and Crow (dalam Djaali 2006:121) mengatakan

bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan

dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

Pengertian Belajar

(2)

respon yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan. Crow and Crow

(dalam Sukmadinata 2007:155) mengemukakan bahwa belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan,

pengetahuan dan sikap baru. Sedangkan menurut Hilgar (1962:252) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu

proses di mana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap sesuatu situasi.

Berdasarkan penekanan unsur pengalaman tentang definisi belajar dikemukakan para ahli, antara lain menurut

Di Vesta and Thompson (1970:112) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif

menetap sebagai hasil dari pengalaman. Gage and Berliner (1970:256) mengemukakan bahwa belajar adalah

suatu proses perubahan tingkah laku yang muncul karena pengalaman. Sedangkan menurut Hilgard (1983:630),

mengemukakan bahwa belajar dapat dirumuskan sebagai perubahan perilaku yang brelatif permanen yang

terjadi karena pengalaman.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar

Minat belajar peserta didik sangat menentukan keberhasilannya dalam proses belajar. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut bersumber pada dirinya dan luar dirinya atau lingkungannya antara

lain sebagai berikut :

Faktor dalam diri siswa, yang terdiri dari :

Aspek jasmaniah, mencakup kondisi fisik atau kesehatan jasmani dari individu siswa. Kondisi fisik yang prima

sangat mendukung keberhasilan belajar dan dapat mempengaruhi minat belajar. Namun jika terjadi gangguan

kesehatan pada fisik terutama indera penglihatan dan pendengaran, otomatis dapat menyebabkan berkurangnya

minat belajar pada dirinya. (Kumpulan Tugas Sekolahku)

Aspek Psikologis (kejiwaan), menurut Sardiman (1994:44) faktor psikologis meliputi perhatian, pengamatan,

tanggapan, fantasi, ingatan, berfikir, bakat,dan motif. Pada pembahasan berikut tidak semua faktor psikologis

yang dibahas, tetapi hanya sebagian saja yang sangat berhubungan dengan minat belajar.

Faktor dari luar siswa, meliputi:

Keluarga, meliputi hubungan antar keluarga, suasana lingkungan rumah, dan keadaan ekonomi keluarga.

Sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, sarana dan prasarana belajar, sumber-sumber belajar, media

pembelajaran, hubungan siswa dengan temannya, guru-gurunya dan staf sekolahserta berbagai kegiatan

kokurikuler.

Lingkungan masyarakat, meliputi hubungan dengan teman bergaul, kegiatan dalam masyarakat, dan lingkungan

tempat tinggal.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa faktor-faktor dari diri siswa dan dar luar siswa saling berkaitan dalam

menumbuhkan minat belajar. Jika faktor-faktor tersebut tidak mendukung mengakibatkan kurang atau

hilangnya minat belajar siswa. Kurang atau hilangnya minat belajar siswa disebabkan oleh banyak hal yang

secara tidak langsung dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Menurut JT. Loekmono (1985:97),

faktor-faktor yang menyebabkan kurang atau hilangnya minat belajar sisbwa adalah sebagai berikut :

D. Faktor-faktor yang dapat menumbuhkan minat belajar

Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu

subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Menurut Tanner and Tanner

(1975) menyarankan agar para pengajar berusaha membentuk minat-minat baru pada siswa. Hal ini bisa dicapai

melalui jalan memberi informasi pada siswa tentang bahan yang akan dismpaikan dengan menghubungkan

bahan pelajaran yang lalu, kemudian diuraikan kegunaannya di masa yang akan datang. Roijakters (1980)

berpendapat bahwa hal ini biasa dicapai dengan cara menghubungkan bahan pelajaran dengan berita-berita

yang sensasional, yang sudah diketahui siswa.

Harry Kitson (dalam The Liang gie 1995:130) mengemukakan bahwa ada dua kaidah tentang minat (the laws of

interest), yang berbunyi :

(3)

berminat pada mata pelajaran itu. Disamping itu perlu dilakukan kegiatan yang berhubungan dengan mata

pelajaran itu, misalanya pada mata pelajaran seni rupa usahakan mengikuti apa yang harus dilakukan apakah

dengan menggambar atau melukis. Dengan langkah-langkah itu minat siswa terhadap mata pelajaran itu akan

tumbuh.

JT. Loekmono (1985:98), mengemukakan bahwa cara-cara untuk menumbuhkan minat belajar pada diri siswa

adalah sebagai berikut :

Periksalah kondisi jasmani anak, untuk mengetahui apakah segi ini yang menjadi sebab.

Gunakan metode yang bervariasi dan media pembelajaran yang menarik sehingga dapat merangsang anak

untuk belajar

Menolong anak memperoleh kondisi kesehatan mental yang lebih baik.

Cek pada orang atau guru-guru lain , apakah sikap dan tingkah laku tersebut hanya terdapat pada pelajaran

saudara atau juga ditunjukkan di kelas lain ketika diajar oleh guru-guru lain.

Mungkin lingkungan rumah anak kurang mementingkan sekolah dan belajar. Dalam hal ini orang-orang di

rumah perlu diyakinkan akan pentingnya belajar bagi anak. (Kumpulan Tugas Sekolahku)

Cobalah menemukan sesuatu hal yang dapat menarik perhatian anak, atau tergerak minatnya. Apabila minatnya

tergerak, maka minat tersebut dapat dialihkan kepada kegiatan-kegiatan lain di sekolah.

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan dapat dipahami bahwa banyak sekali faktor yang dapat

menumbuhkan atau membangkitkan minat belajar bagi siswa. Tinggal bagaimana upaya yang harus kita

lakukan sebagai seorang guru dalam memecahkan masalah ini, sehingga siswa terbantu untuk menemukan

minatnya dalam mengikuti pembelajaran. Siswa yang memiliki karakter yang berbeda-beda memerlukan

penanganan yang berbeda pula, termasuk dalam hal menumbuhkan minat belajarnya. Dengan adanya upaya

dari guru dan pihak lain dalam menumbuhkan minat belajar bagi siswa, diharapkan dapat mencapai tujuan

pembelajaran yang akhirnya tertuju pada keberhasilan belajar siswa.

Penutup

Minat belajar merupakan salah satu komponen yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. Untuk

menumbuhkan minat belajar pada diri siswa, terlebih dahulu kita harus memperhatikan apa yang menjadi latar

belakang yang menyebabkan berkurang atau bahkan hilangnya minat belajar. Setelah itu baru kita mengambil

langkah-langkah apa yang harus kita lakukan untuk menumbuhkan minat belajar pada diri siswa. Dengan

demikian upaya untuk menumbuhkan minat belajar sesuai dengan sasarannya.

Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat kita tarik beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan

upaya menumbuhkan minat belajar pada peserta didik. Pertama, pahami dan kenali terlebih dahulu kondisi fisik

dan psikologis siswa. Kedua, gunakan teknik dan metode yang bervariasi dalam penyajian materi pembelajaran.

Ketiga, penggunaan media pembelajaran hendaknya dapat merangsang siswa untuk tertarik ikuti serta dalam

pembelajaran. Keempat, pahami kondisi lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah sehingga kita dapat

mencari jalan keluar dalam menumbuhkan minat belajar siswa.

Rujukan

[1] Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

[2] Munandar, S.C. Utami. 1985. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah: Petunjuk bagi Para

Guru dan Orang Tua. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

[3] Sardiman, AM.1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar: Pedoman bagi Guru dan Calon Guru.

Jakarta: Rajawali Pers.

[3] Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

[4] Djaali, H. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

[5] Gie, The Liang. 1995. Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta: Liberty.

[6] Loekmono,JT. 1985. Bimbingan bagi Anak Remaja yang bermasalah. Jakarta: CV. Rajawali.

Dampak Globalisasi Terhadap Pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

(4)

1.1 Latar Belakang

Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah.

Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk

diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman

bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia (Edison A. Jamli, 2005). Proses globalisasi berlangsung melalui

dua dimensi, yaitu dimensi ruang dan waktu. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti

bidang ideologi, politik, ekonomi, dan terutama pada bidang pendidikan. Teknologi informasi dan komunikasi

adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, teknologi informasi dan komunikasi

berkembang pesat dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena

itu globalisasi tidak dapat dihindari kehadirannya, terutama dalam bidang pendidikan.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin kencangnya arus globalisasi dunia

membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Banyak sekolah di indonesia dalam beberapa tahun

belakangan ini mulai melakukan globalisasi dalam sistem pendidikan internal sekolah. Hal ini terlihat pada

sekolah – sekolah yang dikenal dengan billingual school, dengan diterapkannya bahasa asing seperti bahasa

Inggris dan bahasa Mandarin sebagai mata ajar wajib sekolah. Selain itu berbagai jenjang pendidikan mulai dari

sekolah menengah hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang membuka program kelas

internasional. Globalisasi pendidikan dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja berkualitas

yang semakin ketat. Dengan globalisasi pendidikan diharapkan tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di pasar

dunia. Apalagi dengan akan diterapkannya perdagangan bebas, misalnya dalam lingkup negara-negara ASEAN,

mau tidak mau dunia pendidikan di Indonesia harus menghasilkan lulusan yang siap kerja agar tidak menjadi

“budak” di negeri sendiri.

Persaingan untuk menciptakan negara yang kuat terutama di bidang ekonomi, sehingga dapat masuk dalam

jajaran raksasa ekonomi dunia tentu saja sangat membutuhkan kombinasi antara kemampuan otak yang

mumpuni disertai dengan keterampilan daya cipta yang tinggi. Salah satu kuncinya adalah globalisasi

pendidikan yang dipadukan dengan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Selain itu hendaknya peningkatan

kualitas pendidikan hendaknya selaras dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini. Tidak dapat kita pungkiri

bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan. Dalam hal ini, untuk dapat

menikmati pendidikan dengan kualitas yang baik tadi tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar. Tentu

saja hal ini menjadi salah satu penyebab globalisasi pendidikan belum dirasakan oleh semua kalangan

masyarakat. Sebagai contoh untuk dapat menikmati program kelas Internasional di perguruan tinggi terkemuka

di tanah air diperlukan dana lebih dari 50 juta. Alhasil hal tersebut hanya dapat dinikmati golongan kelas atas

yang mapan. Dengan kata lain yang maju semakin maju, dan golongan yang terpinggirkan akan semakin

terpinggirkan dan tenggelam dalam arus globalisasi yang semakin kencang yang dapat menyeret mereka dalam

jurang kemiskinan. Masyarakat kelas atas menyekolahkan anaknya di sekolah – sekolah mewah di saat

masyarakat golongan ekonomi lemah harus bersusah payah bahkan untuk sekedar menyekolahkan anak mereka

di sekolah biasa. Ketimpangan ini dapat memicu kecemburuan yang berpotensi menjadi konflik sosial.

Peningkatan kualitas pendidikan yang sudah tercapai akan sia-sia jika gejolak sosial dalam masyarakat akibat

ketimpangan karena kemiskinan dan ketidakadilan tidak diredam dari sekarang.

1.2 Rumusan Masalah

Secara umum, rumusan masalah pada makalah “Dampak Globalisasi Terhadap Pendidikan” ini dapat

dirumuskan seperti pada pertanyaan berikut.

a. Apa dampak dari globalisasi untuk dunia pendidikan?

b. Penyebab buruknya pendidikan di era globalisasi?

c. Cara penyesuan pendidikan di Indonesia pada era globalisasi?

1.3 Tujuan

1. Bagi Penulis

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen dalam mata kuliah pengantar pendidikan.

Selain itu, bagi diri kami pribadi makalah ini juga diharapkan bisa digunakan untuk menambah pengetahuan

yang lebih bagi mahasiswa, baik dalam lingkup universitas negeri malang maupun di civitas akademika yang

lain.

(5)

3. Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat bisa lebih memahami tentang arti penting globalisasi sehingga dampak negatif yang

berimbas bisa leih diperkecil. Dan juga diharapkan agar realisasi kegiatan positif terhadap adanya pendidikan

semakin lebih baik.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengaruh Globalisasi terhadap dunia Pendidikan

Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh perkembangan

globalisasi, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Era pasar bebas juga merupakan

tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, karena terbuka peluang lembaga pendidikan dan tenaga pendidik

dari mancanegara masuk ke Indonesia. Untuk menghadapi pasar global maka kebijakan pendidikan nasional

harus dapat meningkatkan mutu pendidikan, baik akademik maupun non-akademik, dan memperbaiki

manajemen pendidikan agar lebih produktif dan efisien serta memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat

untuk mendapatkan pendidikan.

Ketidaksiapan bangsa kita dalam mencetak SDM yang berkualitas dan bermoral yang dipersiapkan untuk

terlibat dan berkiprah dalam kancah globalisasi, menimbulkan dampak positif dan negatif dari dari pengaruh

globalisasi dalam pendidikan dijelaskan dalam poin-poin berikut:

1. Dampak Positif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia

Pengajaran Interaktif Multimedia

Kemajuan teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola pengajaran pada dunia

pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang berbasis teknologi baru seperti

internet dan computer. Apabila dulu, guru menulis dengan sebatang kapur, sesekali membuat gambar sederhana

atau menggunakan suara-suara dan sarana sederhana lainnya untuk mengkomunikasikan pengetahuan dan

informasi. Sekarang sudah ada computer. Sehingga tulisan, film, suara, music, gambar hidup, dapat

digabungkan menjadi suatu proses komunikasi.

Dalam fenomena balon atau pegas, dapat terlihat bahwa daya itu dapat mengubah bentuk sebuah

objek. Dulu, ketika seorang guru berbicara tentang bagaimana daya dapat mengubah bentuk sebuah objek tanpa

bantuan multimedia, para siswa mungkin tidak langsung menangkapnya. Sang guru tentu akan menjelaskan

dengan contoh-contoh, tetapi mendengar tak seefektif melihat. Levie dan Levie (1975) dalam Arsyad (2005)

yang membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus kata, visual dan verbal

menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti

mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dengan konsep.

Perubahan Corak Pendidikan

Mulai longgarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh negara. Tuntutan untuk berkompetisi dan tekanan

institusi global, seperti IMF dan World Bank, mau atau tidak, membuat dunia politik dan pembuat kebijakan

harus berkompromi untuk melakukan perubahan. Lahirnya UUD 1945 yang telah diamandemen, UU Sisdiknas,

dan PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) setidaknya telah membawa perubahan

paradigma pendidikan dari corak sentralistis menjadi desentralistis. Sekolah-sekolah atau satuan pendidikan

berhak mengatur kurikulumnya sendiri yang dianggap sesuai dengan karakteristik sekolahnya. Kemudahan

Dalam Mengakses Informasi Dalam dunia pendidikan, teknologi hasil dari melambungnya globalisasi seperti

internet dapat membantu siswa untuk mengakses berbagai informasi dan ilmu pengetahuan serta sharing riset

antarsiswa terutama dengan mereka yang berjuauhan tempat tinggalnya.

Pembelajaran Berorientasikan Kepada Siswa Dulu, kurikulum terutama didasarkan pada tingkat

kemajuan sang guru. Tetapi sekarang, kurikulum didasarkan pada tingkat kemajuan siswa. KBK yang

(6)

2. Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia

Komersialisasi Pendidikan

Era globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak didirikan sekolah-sekolah dengan

tujuan utama sebagai media bisnis. John Micklethwait menggambarkan sebuah kisah tentang pesaingan bisnis

yang mulai merambah dunia pendidikan dalam bukunya “Masa Depan Sempurna” bahwa tibanya perusahaan

pendidikan menandai pendekatan kembali ke masa depan. Salah satu ciri utamanya ialah semangat menguji

murid ala Victoria yang bisa menyenangkan Mr. Gradgrind dalam karya Dickens. Perusahaan-perusahaan ini

harus membuktikan bahwa mereka memberikan hasil, bukan hanya bagi murid, tapi juga pemegang saham.

(John Micklethwait, 2007:166). .

Bahaya Dunia Maya

Dunia maya selain sebagai sarana untuk mengakses informasi dengan mudah juga dapat memberikan

dampak negative bagi siswa. Terdapat pula, Aneka macam materi yang berpengaruh negative bertebaran di

internet. Misalnya: pornografi, kebencian, rasisme, kejahatan, kekerasan, dan sejenisnya. Berita yang bersifat

pelecehan seperti pedafolia, dan pelecehan seksual pun mudah diakses oleh siapa pun, termasuk siswa.

Barang-barang seperti viagra, alkhol, narkoba banyak ditawarkan melalui internet. Contohnya, 6 Oktober 2009 lalu

diberitakan salah seorang siswi SMA di Jawa Timur pergi meninggalkan sekolah demi menemui seorang lelaki

yang dia kenal melalui situs pertemanan “facebook”. Hal ini sangat berbahaya pada proses belajar mengajar.

Ketergantungan

Mesin-mesin penggerak globalisasi seperti computer dan internet dapat menyebabkan kecanduan

pada diri siswa ataupun guru. Sehingga guru ataupun siswa terkesan tak bersemangat dalam proses belajar

mengajar tanpa bantuan alat-alat tersebut.

2.2 Keadaan Buruk Pendidikan di Indonesia

2.2.1 Paradigma Pendidikan Nasional yang Sekular-Materialistik

Diakui atau tidak, sistem pendidikan yang berjalan di Indonesia saat ini adalah sistem pendidikan

yang sekular-materialstik. Hal ini dapat terlihat antara lain pada UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab VI

tentang jalur, jenjang, dan jenis pendidikan bagian kesatu (umum) pasal 15 yang berbunyi : Jenis pendidikan

mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, advokasi, kagamaan, dan khusus dari pasal ini

tampak jelas adanya dikotomi pendidikan, yaitu pendidikan agama dan pendidikan umum. Sistem pendidikan

dikotomis semacam ini terbukti telah gagal melahirkan manusia yang sholeh yang berkepribadian sekaligus

mampu menjawab tantangan perkembangan melalui penguasaan sains dan teknologi. Secara kelembagaan,

sekularisasi pendidikan tampak pada pendidikan agama melalui madrasah, institusi agama, dan pesantren yang

dikelola oleh Departemen Agama; sementara pendidikan umum melalui sekolah dasar, sekolah menengah,

kejurusan serta perguruan tinggi umum dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional. Terdapat kesan yang

sangat kuat bahwa pengembangan ilmu-ilmu kehidupan (iptek) dilakukan oleh Depdiknas dan dipandang

sebagai tidak berhubungan dengan agama. Pembentukan karakter siswa yang merupakan bagian terpenting dari

proses pendidikan justru kurang tergarap secara serius. Agama ditempatkan sekadar salah satu aspek yang

perannya sangat minimal, bukan menjadi landasan seluruh aspek.

Pendidikan yang sekular-materialistik ini memang bisa melahirkan orang yang menguasai

sains-teknologi melalui pendidikan umum yang diikutinya. Akan tetapi, pendidikan semacam itu terbukti gagal

membentuk kepribadian peserta didik dan penguasaan ilmu agama. Banyak lulusan pendidikan umum yang

‘buta agama’ dan rapuh kepribadiannya. Sebaliknya, mereka yang belajar di lingkungan pendidikan agama

memang menguasai ilmu agama dan kepribadiannya pun bagus, tetapi buta dari segi sains dan teknologi.

Sehingga, sektor-sektor modern diisi orang-orang awam. Sedang yang mengerti agama membuat dunianya

sendiri, karena tidak mampu terjun ke sektor modern.

2.2.2 Mahalnya Biaya Pendidikan

(7)

melakukan mobilisasi dana. Karena itu, komite sekolah yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya

unsur pengusaha. Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah komite

sekolah terbentuk, segala pungutan disodorkan kepada wali murid sesuai keputusan komite sekolah. Namun

dalam penggunaan dana, tidak transparan. Karena komite sekolah adalah orang-orang dekat kepada sekolah.

Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP).

Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum jelas memiliki konsekuensi ekonomis

dan politis amat besar. Dengan perubahan status itu pemerintah secara mudah dapat melempar tanggung

jawabnya atas pendidikan warganya kepada pemilik badan hukum yang sosoknya tidak jelas.

Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan publik tak lepas dari tekanan

utang dan kebijakan untuk memastikan pembayaran utang. Utang luar negeri Indonesia sebesar 35-40 persen

dari APBN setiap tahunnya merupakan faktor pendorong privatisasi pendidikan. Akibatnya, sector yang

menyerap pendanaan besar seperti pendidikan menjadi korban. Dana pendidikan terpotong hingga tinggal 8

persen (Kompas, 10/5/2005).

Koordinator LSM Education network foa Justice (ENJ), Yanti Mukhtar (Republika, 10/5/2005) menilai

bahwa dengan privatisasi pendidikan berarti Pemerintah telah melegitimasi komersalialisasi pendidikan dengan

menyerahkan tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan ke pasar. Dengan begitu, nantinya sekolah memiliki

otonomi untuk menentukan sendiri biaya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah tentu saja akan mematok biaya

setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu. Akibatnya, akses rakyat yang kurang

mampu untuk menikmati pendidikan berkualitas akan terbatasi dan masyarakat semakin terkotak-kotak

berdasarkan status sosial, antara kaya dan miskin.

Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, tetapi persoalannya siapa yang seharusnya

membayarnya?. Kewajiban Pemerintahlah untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan dan

menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataan

Pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan

bagi Pemerintah untuk ‘cuci tangan’.

Fandi achmad (Jawa Pos, 2/6/2007) menjelaskan sebagai berikut.

Mencermati konteks pendidikan dalam praktik seperti itu, tujuan pendidikan menjadi bergeser. Awalnya,

pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan tidak membeda-bedakan kelas sosial. Pendidikan

adalah untuk semua. Namun, pendidikan kemudian menjadi perdagangan bebas (free trade).

Tesis akhirnya, bila sekolah selalu mengadakan drama tahun ajaran masuk sekolah dengan bentuk pendidikan

diskriminatif sedemikian itu, pendidikan justru tidak bisa mencerdaskan bangsa. Ia diperalat untuk mengeruk

habis uang rakyat demi kepentingan pribadi maupun golongan.

2.2.3 Kualitas SDM yang Rendah

Akibat paradigma pendidikan nasional yang sekular-materialistik, kualitas kepribadian anak didik di

Indonesia semakin memprihatinkan. Dari sisi keahlian pun sangat jauh jika dibandingkan dengan Negara lain.

Jika dibandingkan dengan India, sebuah Negara dengan segudang masalah (kemiskinan, kurang gizi,

pendidikan yang rendah), ternyata kualitas SDM Indonesia sangat jauh tertinggal. India dapat menghasilkan

kualitas SDM yang mencengangkan. Jika Indonesia masih dibayang-bayangi pengusiran dan pemerkosaan

tenaga kerja tak terdidik yang dikirim ke luar negeri, banyak orang India mendapat posisi bergengsi di pasar

Internasional.

Di samping kualitas SDM yang rendah juga disebabkan di beberapa daerah di Indonesia masih kekurangan

guru, dan ini perlu segera diantisipasi. Tabel 1. berikut menjelaskan tentang kekurangan guru, untuk tingkat

TK, SD, SMP dan SMU maupun SMK untuk tahun 2004 dan 2005. Total kita masih membutuhkan sekitar

218.000 guru tambahan, dan ini menjadi tugas utama dari lembaga pendidikan keguruan.

Dalam menghadapi era globalisasi, kita tidak hanya membutuhkan sumber daya manusia dengan latar belakang

pendidikan formal yang baik, tetapi juga diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai latar belakang

pendidikan non formal.

2.3 Penyesuaian Pendidikan Indonesia di Era Globalisasi

(8)

yang kompetitif dan tangguh. Kedua, dunia pendidikan kita menghadapi banyak kendala dan tantangan. Namun

dari uraian di atas, kita optimis bahwa masih ada peluang.

Ketiga, alternatif yang ditawarkan di sini adalah penguatan fungsi keluarga dalam pendidikan anak dengan

penekanan pada pendidikan informal sebagai bagian dari pendidikan formal anak di sekolah. Kesadaran yang

tumbuh bahwa keluarga memainkan peranan yang sangat penting dalam pendidikan anak akan membuat kita

lebih hati-hati untuk tidak mudah melemparkan kesalahan dunia pendidikan nasional kepada otoritas dan

sektor-sektor lain dalam masyarakat, karena mendidik itu ternyata tidak mudah dan harus lintas sektoral.

Semakin besar kuantitas individu dan keluarga yang menyadari urgensi peranan keluarga ini, kemudian mereka

membentuk jaringan yang lebih luas untuk membangun sinergi, maka semakin cepat tumbuhnya kesadaran

kompetitif di tengah-tengah bangsa kita sehingga mampu bersaing di atas gelombang globalisasi ini.

Yang dibutuhkan Indonesia sekarang ini adalah visioning (pandangan), repositioning strategy (strategi) , dan

leadership (kepemimpinan). Tanpa itu semua, kita tidak akan pernah beranjak dari transformasi yang terus

berputar-putar. Dengan visi jelas, tahapan-tahapan yang juga jelas, dan komitmen semua pihak serta

kepemimpinan yang kuat untuk mencapai itu, tahun 2020 bukan tidak mungkin Indonesia juga bisa bangkit

kembali menjadi bangsa yang lebih bermartabat dan jaya sebagai pemenang dalam globalisasi.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas

wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian

ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan

menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia

Dampak Positif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia

Pengajaran Interaktif Multimedia

Kemajuan teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola pengajaran pada dunia pendidikan.

Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang berbasis teknologi baru seperti internet dan

computer.

Perubahan Corak Pendidikan, mulai longgarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh negara. Tuntutan untuk

berkompetisi dan tekanan institusi global, seperti IMF dan World Bank, mau atau tidak, membuat dunia politik

dan pembuat kebijakan harus berkompromi untuk melakukan perubahan.

Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia

Komersialisasi Pendidikan

Era globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak didirikan sekolah-sekolah dengan

tujuan utama sebagai media bisnis. John Micklethwait menggambarkan sebuah kisah tentang pesaingan bisnis

yang mulai merambah dunia pendidikan dalam bukunya “Masa Depan Sempurna” bahwa tibanya perusahaan

pendidikan menandai pendekatan kembali ke masa depan.

Bahaya Dunia Maya

Dunia maya selain sebagai sarana untuk mengakses informasi dengan mudah juga dapat memberikan

dampak negative bagi siswa. Terdapat pula, Aneka macam materi yang berpengaruh negative bertebaran di

internet. Misalnya: pornografi, kebencian, rasisme, kejahatan, kekerasan, dan sejenisnya. Berita yang bersifat

pelecehan seperti pedafolia, dan pelecehan seksual pun mudah diakses oleh siapa pun, termasuk siswa.

Barang-barang seperti viagra, alkhol, narkoba banyak ditawarkan melalui internet.

(9)

kepemimpinan yang kuat untuk mencapai itu

3.2 Saran

Penulis memberikan saran yang ditujukan untuk

a. Masyarakat

agar para orang tua memperhatikan kepentingan anaknya dalam hal pendidikan sehingga pendidikan berjalan

dengan lancar

b. Pemerintah

Pemerintah harus menggarkan danan yang cukup untuk keperluan pendidikan dan menambah beasiswa bagi

guru untuk training

DAFTAR PUSTAKA

[1] Asri B. 2008. Pembelajaran Moral. Jakarta: PT Rineka Cipta.

[2] Faizah, F. 2009. Dampak Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan,

(Online)(http://www.blogger.com/profile/14458280955885383127), diakses 18 Oktober 2011.

[3] Munir. 2010. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Maqdani, Anggota IKPI.

[4] Surya, M. 2002. Dasar-dasar Kependidikan di SD. Pusat penerbitan Universitas Terbuka. Suryabrata, [5]

S. 2010. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Pers.

[6] Januar, I. 2006. Globalisasi pendidikan dI indonesia, (Online),

(www.friendster.com/group/tabmain.php?statpos=mygroup&gid=340151), diakses 18 Oktober 2011.

[7] Wardoyo, C. 2007. Urgensi Pendidikan Moral (Online), (http://www.nu.or.i) diakses 18 oktober

2011.

Dengan adanya Contoh Karya Ilmiah diatas Evi berharap semoga bisa membantu dan bermanfaat bagi yang

membutuhkan dan sedang mencari refrensi untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.

" Penggalan Karya Ilmiah Pendidikan: Menumbukan

Minat Belajar Siswa Dalam Pembelajaran "

A. Pendahuluan

Suatu kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan minat akan menghasilkan prestasi yang kurang menyenangkan. Dapat dikatakan bahwa dengan terpenuhinya minat seseorang akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan batin yang dapat menimbulkan motivasi. S.C. Utami Munandar (1985:11) menyatakan bahwa minat dapat juga menjadi kekuatan motivasi. Prestasi seseorang selalu dipengaruhi macam dan intensitas minatnya. Minat menimbulkan kepuasan. Seorang anak cenderung untuk mengulang-ulang tindakan-tindakan yang didasari oleh minat dan minat ini dapat bertahan selama hidupnya.

(10)

menemukan kendala di dalam kelas, karena kurangnya minat siswa dalam pembelajaran Seni Budaya khususnya seni rupa. Jika hal ini terjadi, maka proses belajar mengajar pun akan mengalami hambatan dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pengalaman penulis, pada saat pembelajaran berlangsung siswa kurang bergairah dalam mengikuti pelajaran. Hanya sebagian kecil saja siswa yang bisa memahami dan

mengerjakan tugas dengan semangat. Sebagian besar siswa mengerjakan tugas yang diberikan dengan perasaan terpaksa atau takut. Hal ini menyebabkan tugas yang diberikan hasilnya kurang memuaskan sehingga terkesan asal jadi. Jika mereka ditanya, alasannya mereka tidak mempunyai bakat di bidang seni atau tidak punya bakat menggambar. Dengan kondisi seperti ini, guru perlu mencari upaya bagaimana menumbuhkan minat belajar siswa terutama dalam pembelajaran Seni Rupa.

B. Konsep Minat Belajar

Pengertian minat

Minat sering dihubungkan dengan keinginan atau ketertarikan terhadap sesuatu yang datang dari dalam diri seseorang tanpa ada paksaan dari luar. The Liang Gie (1994:28) mengungkapkan bahwa minat berarti sibuk, tertarik, atau terlibat sepenuhnya dengan suatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu. Menurut Slameto (dalam Djaali 2006:121) minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

Sedangkan menurut Crow and Crow (dalam Djaali 2006:121) mengatakan bahwa minat

berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

Pengertian Belajar

Ada beberapa defnisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang belajar, pada umumnya mereka memberikan penekanan pada unsur perubahan dan pengalaman. Menurut Witherington (dalam Sukmadinata 2007:155) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola respon yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan. Crow and Crow (dalam Sukmadinata 2007:155) mengemukakan bahwa belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru. Sedangkan menurut Hilgar (1962:252) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap sesuatu situasi.

Berdasarkan penekanan unsur pengalaman tentang defnisi belajar dikemukakan para ahli, antara lain menurut Di Vesta and Thompson (1970:112) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman. Gage and Berliner (1970:256) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang muncul karena pengalaman. Sedangkan menurut Hilgard (1983:630), mengemukakan bahwa belajar dapat dirumuskan sebagai perubahan perilaku yang brelatif permanen yang terjadi karena pengalaman.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar

Minat belajar peserta didik sangat menentukan keberhasilannya dalam proses belajar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut bersumber pada dirinya dan luar dirinya atau lingkungannya antara lain sebagai berikut :

Faktor dalam diri siswa, yang terdiri dari :

(11)

indera penglihatan dan pendengaran, otomatis dapat menyebabkan berkurangnya minat belajar pada dirinya. (Kumpulan Tugas Sekolahku)

2. Aspek Psikologis (kejiwaan), menurut Sardiman (1994:44) faktor psikologis meliputi perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berfkir, bakat,dan motif. Pada pembahasan berikut tidak semua faktor psikologis yang dibahas, tetapi hanya sebagian saja yang sangat berhubungan dengan minat belajar.

Faktor dari luar siswa, meliputi:

1. Keluarga, meliputi hubungan antar keluarga, suasana lingkungan rumah, dan keadaan ekonomi keluarga.

2. Sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, sarana dan prasarana belajar, sumber-sumber belajar, media pembelajaran, hubungan siswa dengan temannya, guru-gurunya dan staf sekolahserta berbagai kegiatan kokurikuler.

3. Lingkungan masyarakat, meliputi hubungan dengan teman bergaul, kegiatan dalam masyarakat, dan lingkungan tempat tinggal.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa faktor-faktor dari diri siswa dan dar luar siswa saling berkaitan dalam menumbuhkan minat belajar. Jika faktor-faktor tersebut tidak mendukung mengakibatkan kurang atau hilangnya minat belajar siswa. Kurang atau hilangnya minat belajar siswa disebabkan oleh banyak hal yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Menurut JT. Loekmono (1985:97), faktor-faktor yang menyebabkan kurang atau hilangnya minat belajar sisbwa adalah sebagai berikut :

D. Faktor-faktor yang dapat menumbuhkan minat belajar

Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Menurut Tanner and Tanner (1975) menyarankan agar para pengajar berusaha membentuk minat-minat baru pada siswa. Hal ini bisa dicapai melalui jalan memberi informasi pada siswa tentang bahan yang akan dismpaikan dengan menghubungkan bahan pelajaran yang lalu, kemudian diuraikan kegunaannya di masa yang akan datang. Roijakters (1980) berpendapat bahwa hal ini biasa dicapai dengan cara menghubungkan bahan pelajaran dengan berita-berita yang sensasional, yang sudah diketahui siswa.

Harry Kitson (dalam The Liang gie 1995:130) mengemukakan bahwa ada dua kaidah tentang minat (the laws of interest), yang berbunyi :

Untuk menumbuhkan minat terhadap suatu mata pelajaran, usahakan memperoleh keterangan tentang hal itu

Untuk menumbuhkan minat terhadap suatu mata pelajaran, lakukan kegiatan yang menyangkut hal itu.

Minat belajar akan tumbuh apabila kita berusaha mencari berbagai keterangan selengkap mungkin mengenai mata pelajaran itu, umpamanya arti penting atau pesonanya dan segi-segi lainnya yang mungkin menarik. Keterangan itu dapat diperoleh dari buku pegangan. ensiklopedi, guru dan siswa senior yang tertarik atau berminat pada mata pelajaran itu. Disamping itu perlu dilakukan kegiatan yang berhubungan dengan mata pelajaran itu, misalanya pada mata

pelajaran seni rupa usahakan mengikuti apa yang harus dilakukan apakah dengan menggambar atau melukis. Dengan langkah-langkah itu minat siswa terhadap mata pelajaran itu akan

tumbuh.

JT. Loekmono (1985:98), mengemukakan bahwa cara-cara untuk menumbuhkan minat belajar pada diri siswa adalah sebagai berikut :

 Periksalah kondisi jasmani anak, untuk mengetahui apakah segi ini yang menjadi sebab.  Gunakan metode yang bervariasi dan media pembelajaran yang menarik sehingga dapat

merangsang anak untuk belajar

(12)

 Cek pada orang atau guru-guru lain , apakah sikap dan tingkah laku tersebut hanya terdapat pada pelajaran saudara atau juga ditunjukkan di kelas lain ketika diajar oleh guru-guru lain.

 Mungkin lingkungan rumah anak kurang mementingkan sekolah dan belajar. Dalam hal ini orang-orang di rumah perlu diyakinkan akan pentingnya belajar bagi anak. (Kumpulan Tugas Sekolahku)

 Cobalah menemukan sesuatu hal yang dapat menarik perhatian anak, atau tergerak minatnya. Apabila minatnya tergerak, maka minat tersebut dapat dialihkan kepada kegiatan-kegiatan lain di sekolah.

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan dapat dipahami bahwa banyak sekali faktor yang dapat menumbuhkan atau membangkitkan minat belajar bagi siswa. Tinggal bagaimana upaya yang harus kita lakukan sebagai seorang guru dalam memecahkan masalah ini, sehingga siswa terbantu untuk menemukan minatnya dalam mengikuti pembelajaran. Siswa yang

memiliki karakter yang berbeda-beda memerlukan penanganan yang berbeda pula, termasuk dalam hal menumbuhkan minat belajarnya. Dengan adanya upaya dari guru dan pihak lain dalam menumbuhkan minat belajar bagi siswa, diharapkan dapat mencapai tujuan

pembelajaran yang akhirnya tertuju pada keberhasilan belajar siswa.

Penutup

Minat belajar merupakan salah satu komponen yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. Untuk menumbuhkan minat belajar pada diri siswa, terlebih dahulu kita harus memperhatikan apa yang menjadi latar belakang yang menyebabkan berkurang atau bahkan hilangnya minat belajar. Setelah itu baru kita mengambil langkah-langkah apa yang harus kita lakukan untuk menumbuhkan minat belajar pada diri siswa. Dengan demikian upaya untuk menumbuhkan minat belajar sesuai dengan sasarannya.

Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat kita tarik beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan upaya menumbuhkan minat belajar pada peserta didik. Pertama, pahami dan kenali terlebih dahulu kondisi fsik dan psikologis siswa. Kedua, gunakan teknik dan metode yang bervariasi dalam penyajian materi pembelajaran. Ketiga, penggunaan media pembelajaran hendaknya dapat merangsang siswa untuk tertarik ikuti serta dalam pembelajaran. Keempat, pahami kondisi lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah sehingga kita dapat mencari jalan keluar dalam menumbuhkan minat belajar siswa.

Rujukan

Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafndo Persada.

Munandar, S.C. Utami. 1985. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah: Petunjuk bagi Para Guru dan Orang Tua. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sardiman, AM.1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar: Pedoman bagi Guru dan Calon Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Djaali, H. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Gie, The Liang. 1995. Cara Belajar yang Efsien. ogyakarta: Liberty.

(13)

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah yang berjudul DAMPAK NEGATIF NARKOBA BAGI

KEHIDUPAN REMAJA

telah

diselesaikan oleh :

1.

Faras Zahra Mubarok VII Excellent

2.

M. Syafi’I Ma’arif VII Excellent

3.

M. Slamet Sutrimo VII Excellent

4.

M. Abiyoga Ramadhan VII Excellent

5.

Swega Nahal Mahendra VII Excellent

Dan disahkan serta disetujui oleh Kepala MTs N Model Brebes dan guru pembimbing

Pada hari :

(14)

Mengetahui :

Kepala MTs N Model Brebes Pembimbing

Drs. H. Muh. Muntoyo, M.Pd Dra. Sururoh

(15)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

1.

Buku adalah jembatan ilmu (pepatah)

2.

Rajin pangkal pandai (pepatah)

3.

Belajarlah kamu selagi muda (pepatah)

4.

Penglaman adalah guru yang paling baik (pepatah)

5.

Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin (pepatah)

6.

Gapailah cita-citamu setinggi langit (pepatah)

7.

Kegagalan adalah awal kesuksesan (pepatah)

8.

Tak ada kata menyerah dalam belajar (pepatah)

9.

Carilah ilmu sampai ke negeri China (Al-Hadits)

10.

Sholatlah kamu sebelum di Sholati (Al-Hadits)

PERSEMBAHAN

Karya Ilmiah ini kami persembahkan untuk:

1.

Drs. H. Muh. Muntoyo,M.Pd selaku Kepala MTs N Model Brebes

2.

Dra.Sururoh selaku guru pembimbing Karya Ilmiah Remaja

3.

Moh. Firdaus,M.Si selaku wali kelas VII Excellent

4.

Kedua orang tua yang telah membiayai Karya Ilmiah

(16)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrihim

Dengan mengucapkan Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melipahkan rahmat hidayah-Nya

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyusun Karya Ilmiah yang berjudul DAMPAK NEGATIF

NARKOBA BAGI KEHIDUPAN REMAJA.

Setelah mencari dengan susah payah, akhirnya penulis mendapatkan data-data tersebut melalui media

internet. Adapun penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata pelajaran Karya Ilmiah

Remaja kelas VII Excellent tahun pelajaran 2010/2011.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan membimbing

penyusunan karya ilmiah ini diantaranya :

1.

Drs. H. Muh. Muntoyo. M. Pd. Selaku Kepala MTs N Model Brebes

2.

Dra. Sururoh selaku guru pembimbing Karya Ilmiah Remaja

3.

Moh. Firdaus. M.Si selaku wali kelas VII Excellent

4.

Kedua orang tua yang telah membiayai penyusunan Karya Ilmiah

5.

Teman-teman yang telah mendukung penyusunan Karya Ilmiah

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih benyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.

Harapan penulis semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi

pembaca.

Brebes, Mei 2011

(17)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….i

HALAMAN PENGESAHAN………..ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………...…iii

KATA PENGANTAR………...iv

DAFTAR ISI……….v

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah………...1

I.2 Tujuan Penulisan………..2

I.3 Metode Penulisan………...2

I.4 Manfaat Penulisan………....3

I.5 Sistematika Penulisan………...3

BAB II PEMBAHASAN

II.1 Sejarah Narkoba………4

II.2 Definisi Narkoba………...……5

II.3 Sebab-Sebab Narkoba Beredar di Kalangan Remaja………...……….5

II.4 Upaya Pencegahan Narkoba……….6

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan………...8

III.2 Saran……….9

DAFTAR PUSTAKA……….10

LAMPIRAN – LAMPIRAN………...11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

(18)

sedemikian singkat ini bisa membantu dan menambah wawasan anda tentang pengertian dan bahaya narkoba

itu sendiri.

Pada awalnya Narkotika dan zat adiktif lainnya dipakai di bidang kedokteran sebagai obat penghilang

rasa sakit, cemas dan sebagainya. Namun karena sifat adiktifnya (candu) yang ditimbulkannya, pemakaiannya

dihentikan dan dialihkan pada obat-obatan lainnya. Seharusnya Narkoba digunakan dalam ilmu kedokteran

sebagai bahan pengobatan dan bahan penelitian. Zat yang terkandung di dalamnya juga dapat digunakan untuk

bumbu masak, tetapi narkoba tidak boleh disalahgunakan. Konsumsi narkoba yang salah, berakibat fatal bagi

diri mereka, dan dampaknya dapat mengganggu ketenangan, ketertiban, dan keamanan masyarakat. Hingga kini

penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah. Mengingat hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan

mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Misalnya saja dari bandar narkoba

yang senang mencari mangsa di lokasi – lokasi seperti sekolah, diskotik, tempat pelacuran, dan tempat-tempat

perkumpulan gank. Tentu saja hal ini bisa membuat para orang tua, organisasi masyarakat, pemerintah khawatir

akan penyebaran narkoba yang begitu meraja rela. Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan

namun masih sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa,

bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang

terjerumus narkoba. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba pada

anak-anak yaitu dari pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan dapat mengawasi dan mendidik anaknya untuk

selalu menjauhi Narkoba. Tetapi kenyataannya narkoba sering disalahgunakan terutama dikalangan remaja.

Jumlah pengguna narkoba pada saat ini semakin meningkat. Narkoba telah merusak masa depan remaja yang

menyalah gunakannya.

Ironisnya kebanyakan dari mereka tidak mengetahui bahaya dari narkoba tersebut, sehingga kebanyakan

dari mereka terus menggunakan narkoba sampai sekian lama. Untuk kasus narkotika (ganja, heroin, kokain, dan

sebagainya) tercatat berjumlah 45.451 kasus, psikotropika (ecstasy, sabu, daftar G) berjumlah 38.125 kasus,

dan jenis baya (minuman keras, kosmetik, obat palsu, dan sejenisnya) berjumlah 17.440 kasus

(Wakil

Direktur

IV Mabes Polri Ajun Komisaris Besar Arnowo, 2009).

Sehingga pemuda tersebut tidak dapat berpikir jernih.

Akibatnya, generasi harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan. Sasaran dari

penyebaran narkoba ini adalah kaum muda atau remaja. Kalau dirata-ratakan, usia sasaran narkoba ini adalah

usia pelajar, yaitu berkisar umur 11 - 24 tahun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa bahaya narkoba sewaktu –

waktu dapat mengincar anak didik kita kapan saja.

1.2 Tujuan Penulisan

(19)

1.3 Metode Penulisan

Ada beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah yaitu:

a.

Investasi ide atau gagasan

b.

Memilih ide tau gagasan

c.

Mengubah ide menjadi topik dan judul tulisan

d.

Membuat rancangan tulisan

e.

Berdasarkan kerangka tulisan, menghimpunan sumber bacaan yang sesuai

f.

Membuat intisari-intisari kedalam sub judul yang sesuai pada kerangka tulisan

g.

Menyusunan intisari-intisari kedalam sub judul yang sesuai pada kerangka tulisan

I.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini adalah memahami penyebab penggunaan narkoba bagi remaja dan agar

remaja yang berada dalam masa transisi tersebut tidak terpengaruh dalam penyalahgunaan narkoba yang dapat

memengaruhi masa depan mereka, dan juga sebagai referensi dan pertimbangan bagi pembaca yang ingin

membuat suatu karya tulis yang berhubungan dengan masalah ini.

I.5 Sistematika Penulisan

Sistematika karya ilmiah ini disusun bab demi bab. Bab pertama pendahuluan. Dalam bab ini berisi latar

belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab kedua tentang pembahasan. Bab ini berisi sejarah narkoba, definisi narkoba, sebab – sebab narkoba

beredar di kalangan remaja, dan upaya pencegahan

Bab ketiga yaitu penutup. Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Narkoba

(20)

di abad XIX terjadi perang candu dimana akhirnya cina ditaklukan Inggris dengan harus merelakan Hong

Kong.

Tahun 1806 seorang dokter dari Westphalia bernama Friedrich Wilhelim sertuner menemukan

modifikasi candu yang dicampur amoniak yang kemudian dikenal sebagai Morphin (diambil dari nama dewa

mimpi Yunani yang bernama Morphius). Tahun 1856 waktu pecah perang saudara di A.S. Morphin ini sangat

populer dipergunakan untuk penghilang rasa sakit luka-luka perang sebahagian tahanan-tahanan tersebut

"ketagihan" disebut sebagai "penyakit tentara".

Tahun 1874 seorang ahli kimia bernama Alder Wright dari London, merebus cairan morphin dengan

asam anhidrat (cairan asam yang ada pada sejenis jamur) campuran ini membawa efek ketika diuji coba kepada

anjing yaitu: anjing tersebut tiarap, ketakutan, mengantuk dan muntah-muntah. Namun tahun 1898 pabrik obat

"Bayer" memproduksi obat tersebut dengannama Heroin, sebagai obat resmi penghilang sakit (pain killer).

Tahun 60-an - 70-an pusat penyebaran candu dunia berada pada daerah "Golden Triangle" yaitu Myanmar,

Thailand dan Laos, dengan produksi 700 ribu ton setiap tahun. Pada daerah "Golden Crescent" yaitu Pakistan,

Iran dan Afganistan dari Golden Crescent menuju Afrika danAmerika.

Selain morphin dan heroin adalagi jenis lain yaitu kokain (ery throxylor coca) berasal dari tumbuhan

coca yang tumbuh di Peru dan Bolavia. Biasanya digunakan untuk penyembuhan Asma dan TBC. Pada akhir

tahun 70-an ketika tingkat tekanan hidup manusia semakin meningkat serta tekhnologi mendukung maka

diberilah campuran-campuran khusus agar candu tersebut dapat juga dalam bentuk obat-obatan.

2.2 Definisi Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat /bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang

diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan

singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini, baik "narkoba" atau napza, mengacu

pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai resiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar

kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak

dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini presepsi itu disalah gunakan akibat pemakaian

yang telah diluar batas dosis. Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak bias dicegah. Mengingat

hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum yang tidak

bertanggung jawab. Misalnya saja dari bandar narkoba yang senang mencari mangsa didaerah. Sekolah,

diskotik, tempat pelacuran, dan tempat-tempat perkumpulan genk. Tentu saja hal ini bisa membuat para orang

tua, ormas,pemerintah khawatir akan penyebaran narkoba yang begitu meraja rela. Upaya pemberantas narkoba

pun sudah sering dilakukan namun masih sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan

remaja maupun dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang

(21)

2.3 Sebab – Sebab Narkoba Beredar di Kalangan Remaja

Adapun berbagai penyebab yang menjadikan berbagai kalangan remaja terjerumus dengan narkoba atau

obat terlarang ini yaitu :

1.

Kurangnya Perhatian dan Pendidikan Agama oleh Keluarga

Orang tua adalah tokoh percontohan oleh anak-anak termasuk didalam aspek kehidupan sehari-hari

tetapi didalam soal keagamaan hal itu seakan-akan terabaikan. Sehingga akan lahir generasi baru yang

bertindak tidak sesuai ajaran agama dan bersikap materialistik.

2.

Pengaruh Lingkungan yang tidak Baik

Kebanyakan remaja yang tinggal di kota besar menjalankan kehidupan yang individualistik dan

materialistik. Sehingga kadang kala didalam mengejar kemewahan tersebut mereka sanggup berbuat apa saja

tanpa menghiraukan hal itu bertentangan dengan agama atau tidak, baik atau buruk.

3.

Tekanan Psikologi yang dialami Remaja

Beberapa remaja mengalami tekanan psikologi ketika di rumah diakibarkan adanya perceraian atau

pertengkaran orang tua yang menyebabkan si anak tidak betah di rumah dan menyebabkan dia mencari

pelampiasan.

4.

Gagal dalam studi / pendidikan

Remaja yang gagal dalam pendidikan atau tidak mendapat pendidikan, mempunyai waktu senggang

yang banyak, jika waktu itu tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya, bisa menjadi hal yang buruk ketika dia

berkenalan dengan hal-hal yang tidak baik untuk mengisi kekosongan waktunya.

5.

Peranan Media Massa.

Remaja adalah kelompok atau golongan yang mudah dipengaruhi, karena remaja sedang mencari

identitas diri sehingga mereka dengan mudah untuk meniru atau mencontoh apa yang dia lihat, seperti pada

film atau berita yang sifatnya kekerasan, dan sebagainya.

6.

Perkembangan teknologi modern

Dengan perkembangan teknologi modern saat ini seperti mengakses informasi dengan cepat, mudah dan

tanpa batas juga memudahkan remaja untuk mendapatkan hiburan yang tidak sesuai dengan mereka.

2.4 Upaya Pencegahan

(22)

Adapun upaya-upaya yang lebih kongkret yang dapat kita lakukan adalah melakukan kerja sama dengan

pihak yang berwenang untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba, atau mungkin mengadakan razia

mendadak secara rutin.

Kemudian pendampingan dari orang tua siswa itu sendiri dengan memberikan perhatian dan kasih

sayang.

Pihak sekolah harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap gerak-gerik anak didiknya, karena

biasanya penyebaran (transaksi) narkoba sering terjadi di sekitar lingkungan sekolah.

Yang tak kalah penting adalah, pendidikan moral dan keagamaan harus lebih ditekankan kepada siswa.

Karena salah satu penyebab terjerumusnya anak-anak ke dalam lingkaran setan ini adalah kurangnya

pendidikan moral dan keagamaan yang mereka serap, sehingga perbuatan tercela seperti ini pun, akhirnya

mereka jalani.

Oleh sebab itu, mulai saat ini, kita selaku pendidik, pengajar, dan sebagai orang tua, harus sigap dan

waspada, akan bahaya narkoba yang sewaktu-waktu dapat menjerat anak-anak kita sendiri. Dengan berbagai

upaya tersebut di atas, mari kita jaga dan awasi anak didik kita, dari bahaya narkoba tersebut, sehingga harapan

kita untuk menelurkan generasi yang cerdas dan tangguh di masa yang akan datang dapat terealisasikan dengan

baik.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kurang lebih th. 2000 SM di Samaria dikenal sari bunga opion atau kemudian dikenal opium (candu =

papavor somniferitum). Bunga ini tumbuh subur di daerah dataran tinggi di atas ketinggian 500 meter di atas

permukaan laut. Penyebaran selanjutnya adalah ke arah India, Cina dan wilayah-wilayah Asia lainnya, cina

kemudian menjadi tempat yang sangat subur dalam penyebaran candu ini (dimungkinkan karena iklim dan

keadaan negeri). Memasuki abad ke XVII masalah candu ini bagi cina telah menjadi masalah nasional, bahkan

di abad XIX terjadi perang candu dimana akhirnya cina ditaklukan Inggris dengan harus merelakan Hong

Kong. Terjerumusnya para kalangan remaja dengan narkoba disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Kurangnya perhatian dan pendidikan Agama dalam keluarga

2. Pengaruh Lingkungan yang tidak baik

3. Tekanan Psikologi yang dialami remaja

4. Gagal dalam studi / pendidikan

(23)

Adapun upaya yang dapat kita lakukan untuk mencegah kalangan remaja terjerumus dalam kesesatan

narkoba yaitu dengan memperdalam keteguhan Iman dan dan Ilmu agama, untuk orang tua harus selalu

mengawas anaknya 24 jam. Dan selalu berpikir dua kali untuk melakukan sesuatu yang belum pernah

dilakukan.

Dari makalah di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa:

1.

Narkoba adalah barang yang sangat berbahaya dan bisa merusak susunan syaraf yang bisa merubah sebuah

kepribadian seseorang menjadi semakin buruk

2.

Narkoba adalah sumber dari tindakan kriminalitas yang bisa merusak norma dan ketentraman umu.

3.

Menimbulkan dampak negative yang mempengaruhi pada tubuh baik secara fisik maupun psikologis.

3.2 Saran

Orangtua hendaknya memberikan teladan dalam menekankan bimbingan serta pelaksanaan latihan

kemoralan. Dengan memiliki latihan kemoralan yang kuat, remaja akan lebih mudah menentukan sikap dalam

bergaul.

Mereka akan mempunyai pedoman yang jelas tentang perbuatan yang boleh dilakukan dan perbuatan

yang tidak boleh dikerjakan. Dengan demikian, mereka akan menghindari perbuatan yang tidak boleh

dilakukan dan melaksanakan perbuatan yang harus dilakukan

DAFTAR PUSTAKA

makalah-bahaya-narkoba-bagi-remaja.html

Karya Ilmiah ” Bahaya Narkoba “

November 3, 2013

KARYA ILMIAH

“BAHAYA NARKOBA”

PUTRI INDRIASARI

22209360

3EB23

KATA PENGANTAR

(24)

memberikan saya kesempatan untuk menyelesaikan tugas karya ilmiah ini, untuk memenuhi tugas Mata kuliah

Softskil Bahasa Indonesia.

Karya ilmiah ini dibuat untuk memberikan informasi mendasar bagi masyarakat Indonesia mengenai

bahaya narkoba, khususnya kaum pemuda yaitu para remaja yang mudah sekali terkena narkoba. Tak ada

gading yang tak retak, saya menyadari kekurangan dalam tulisan ini, untuk itu saya mengharapkan kritik dan

saran yan bersifat membangun dari pembaca, dosen, dan teman – teman.

Terima Kasih

02 November 2013

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Narkoba atau sering disebut dengan narkotika adalah psikotropika dan zat adiktif yang sangat berbahaya bagi

tubuh manusia, apabila zat ini dikonsumsi oleh tubuh maka akan menyebabkan seseorang mengalami

kecanduan atau ketagihan, yang berujung kematian.

Awalnya narkoba adalah obat bius yang dipakai oleh paramedis untuk membius orang yang ingin dioprasi dan

untuk penyakit tertentu yang pemakainannya diresepkan oleh dokter dengan dosis yang wajar. Namun kini

persepsi kebanyakan orang telah salah, sehingga menggunakan narkoba untuk kesenangan bukan untuk medis.

Dewasa ini penyalahgunaan narkoba telah menyerang banyak orang diseluruh dunia, dan berbagai kalangan

baik anak-anak remaja, orang dewasa, sampai orang tua. Hal ini sudah tidak dapat dibiarkan lagi, begitu banyak

korban karena pemakain narkoba, bahaya narkoba mulai dari terjangkit penyakit menular karena

berganti-gantian jarum suntik seperti HIV, hingga kematian karena overdosis.

Begitu mudahnya mendapatkan narkoba adalah hal utama yang patut disalahkan, penjualan narkoba bisa

dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja, baik dilingkungan sekolahan, perkantoran, sampai lingkungan

pemerintah, bahkan petugas hukum ada yang sampai menjual maupun menggunakan barang haram ini. Ini

merupakan permasalahan utama bagi pemerintah dan penegak hukum, yang patut diselesaikan.

Penanganan narkoba hingga saat ini belum lah begitu maksimal, karena terbukti bahwa pemakai , pengedar,

serta bandar semakin lama semakin banyak dan merajalela, hal ini tidak dapat dibiarkan. Untuk itu pengertian

maupun pendidikan mengenai apa itu narkoba harus sudah ditanam atau diajarkan kepada putra-putri sejak dini,

baik melalui progam disekolahan, orang tua, mau pun organisasi.

B. Batasan Masalah

Untuk memudahkan pembaca makan penulis akan membatasi permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan

karya ilmiah ini :

1. Pengertian tentang narkoba 2. Pengenalan jenis – jenis narkoba

(25)

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat luas khususnya para

kaum remaja Putra – Putri mengenai apakah itu narkoba, apakah bahaya pengkonsumsian narkoba, agar

masyarakat Indonesia khususnya remaja dapat memahami bahaya-bahaya narkoba dan tidak terjebak dalam

kehidupan narkoba.

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode secara tidak langsung, dengan mencari informasi melalui buku-buku,

maupun internet.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Narkoba

Narkoba ( Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif ) adalah sebuah obat-obatan terlarang berbahaya yang

dikonsumsi oleh manusia melalui jarum suntik, diminum, dihirup, dan dihisap yang pengkonsumsiannya

menyerang sistem kerja otak manusia yangt menimbulkan rasa senang, stamina, dan mengubah perilaku

seseorang, dimana penggunaanya dapat menyebabkan seseorang ketergantungan dan berujung pada kematian.

B. Pengenalan jenis-jenis Narkoba

Pengenalan mengenai jenis-jenis narkoba sangat perlu, agar para pembaca mengetahui ragam narkoba apa saja

yang ada. Brikut ini Jenis-jenis narkoba:

1. Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman yang dapat menyebabkan penurunan/perubahan kesadaran.

 Narkotika golongan 1: berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Contohnya : Heroin, Kokain, Ganja.

 Narkotika golongan 2: berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan dan di gunakan pada terap. Contoh : Morfn Petidin, metadon.

 Narkotika golongan 3:berpotensi ringan menyebabkan ketergantungan dan banyal digunakan untuk terapi, salah satunya juga untuk penyembuhan orang yang

ketergantungan obat dengan peresepan dokter. Contoh : Kodein

2. Psikotropika

Yaitu zat/obat baik alamiah/sintetis yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Jenis- jenisnya :

 Psikotropika golongan 1: ketergantungan yang sangat kuat. Contohnya : Ekstasi dan LSD.  Psikotropika golongan 2 : Ketergantungannya kuat. Contohnya : Amfetamin dan Sabu.  Psikotropika golongan 3 : Ketergantungannya sedang. Contohnya : pentobarbital.  Psikotropika golongan 4 : Ketergantungannya ringan. Contohnya : diazepam.

3. Zat psiko lainnya yang juga mengganggu daya kerja otak.

 Alcohol : terdapat pada minuman keras.  Nikotin : terdapat pada tembakau.  Kafein : terdapat pada kopi.

Penggolongan narkoba menurut WHO berdasarkan pengaruhnya terhadap tubuh :

(26)

 Ganja,menyebabkan perasaan riang dan meningkatkan daya khayal.  Kokain,meningkatkan aktivitas otak/fungsi organ tubuh lainnya.  Solven dan inhalasi,gasuap yg dihirup. Contohnya : tiner dan lem.

C. Faktor utama para remaja mengkonsumsi narkoba

BegItu banyak faktor yang menyebabkan para remaja terjerumus dalam bahaya narkoba, berikut ini adalah

berbagai macam faktor yang menyebabkan para remaja mudah terjerumus dalam narkoba :

1. Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga dapat menjadi faktor utama penyebab remaja terjerumus narkoba, Misalnya seorang anak

yang tinggal dilingkuan keluarga Broken Home, keluarga yang broken home adalah masalah terbesar bagi

seorang anak, perpisahan, pertengkaran dalam keluarga adalah penyebab utama seorang anak menjadi depresi,

dimana anak tidak dapat menceritakan permasalahannya pada siapa pun hingga akhirnya ia terjerumus kedalam

narkoba sebagai jalan keluar.

2. Ekonomi

Orang tua yang mapan biasa memberikan uang berlebihan kepada seorang anak sebagai bentuk kasih sayang,

tapi itu adalah hal yang salah karena memberikan uang berlebihan kepada anak tanpa maksud, tujuan, serta

pengawasan yang jelas dapat membuat seorang anak membeli Narkoba dengan mudah.

3. Pergaulan

Pergaulan seorang anak harus diawasi, karena pergaulan termasuk faktor utama seorang anak memakai

narkoba, semua itu berawal dari ajakan seorang teman, gaya-gayaan antar teman agar dibilang keren, kalau

tidak memakai narkoba belum bisa dibilang keren oleh teman-temannya, hal ini kembali lagi kepada

pengawasan orang tua.

D. Akibat bahaya yang ditimbulkan pemakaian narkoba

Penggunaan narkoba jelas akan menimbulkan dampak negatif kepada diri seseorang, bahkan dampak ini tidak

hanya bagi diri sendiri, tapi juga bagi keluarga teman serta kerabat, karena narkoba sangat merugikan.Berikut

ini bahaya yang ditimbulkan narkoba :

Bagi diri sendiri :

1. Terganggunya fungsi otak 2. Overdosis

3. Menurunya nilai nilai agama budaya dan sosial 4. Timbulnya masalah ekonomi yang mucul 5. Keracunan

Bagi Keluarga :

Hilangnya suasana harmonis didalam keluarga, timbulnya ketidakpedulian seorang anak kepada orang tua, anak

menjadi jarang pulang kerumah, anak menjadi sering meminta uang berlebih, menjual barang-barang yang ada

dirumah.

Bagi sekolah :

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang diaplikasikan kedalam dunia perpustakaan yaitu dalam pengadaan sumber

a) Untuk mengenyam pendidikan, terutama jenjang pendidikan tinggi keperawatan ataupun non keperawatan tidak selalu harus pergi kampus, yang berdaya tampung sangat

Dalam hidup di dunia, manusia tidak terlepas dari berbagai problematika sosial, karena ia akan selalu terikat dengan berbagai kebutuhan, baik secara biologis