• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN PT COCA COLA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PERILAKU KONSUMEN PT COCA COLA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

PENGERTIAN PERILAKU KONSUMEN

Pengertian Perilaku konsumen dari beberapa ahli:

a. Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah

“Consumer behavior can be defined as the behavior that customer display in

searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products, services, and

ideas they expect will satisfy they needs”.

Pengertian tersebut berarti perilaku yang

diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan

mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen

untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang

ditawarkan.

b. Perilku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah:

“Consumer

behavior may be defined as the decision process and physical activity individuals

engage in when evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and services”.

Dapat dijelaskan perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan

kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam

menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.

c. Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai

: “the

various facets of the decision of the decision process by which customers come to

purchase and consume a product”

. Dapat dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk

membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.

(2)

Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat

keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses

pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga

jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan

dengan pertimbangan yang matang.

1.2

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Menurut Kotler dan Armstrong (1996) terdapat dua faktor dasar yang mempengaruhi perilaku

konsumen yaitu faktor eksternal dan faktor internal

•Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga, kelas sosial,

kebudayaan, marketing strategy, dan kelompok referensi. Kelompok referensi merupakan

kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung pada sikap dan prilaku

konsumen. Kelompok referensi mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dan

sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku.

• Faktor Internal

Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor internal adalah motivasi, persepsi, sikap, gaya

hidup, kepribadian dan belajar. Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang

individu yang bersumber dari pengalaman. Seringkali perilaku manusia diperoleh dari

mempelajari sesuatu.

1.3

Aplikasi Perilaku Konsumen dalam Bisnis

Terdapat dua elemen penting dari arti perilaku konsumen, yaitu:

(1) proses pengambilan keputusan,

(2) kegiatan fisik yang melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan dan menggunakan

barang dan jasa ekonomis (Swastha, 1990).

(3)

kapan saat yang tepat perusahaan memberikan diskon untuk menarik pembeli. Ke dua,

perilaku konsumen dapat membantu pembuat keputusan membuat kebijakan publik.

Misalnya dengan mengetahui bahwa konsumen akan banyak menggunakan transportasi saat

lebaran, pembuat keputusan dapat merencanakan harga tiket transportasi di hari raya tersebut.

Aplikasi ke tiga adalah dalam hal pemasaran sosial (

social marketing

), yaitu penyebaran ide

di antara konsumen. Dengan memahami sikap konsumen dalam menghadapi sesuatu,

seseorang dapat menyebarkan ide dengan lebih cepat dan efektif.Dan juga dapat memberikan

gambaran kepada para pemasar dalam pembuatan produk,pnyesuaian harga produk,mutu

produk,kemasan dan sebagainya agar dalam penjualan produknya tidak menimbulkan

kekecewaan pada pemasar tersebut.

1.4

Pendekatan dalam meneliti perilaku konsumen

Terdapat tiga pendekatan utama dalam meneliti perilaku konsumen.

Pendekatan pertama adalah pendekatan interpretif.

Pendekatan ini menggali secara mendalam perilaku konsumsi dan hal yang mendasarinya.

Studi dilakukan dengan melalui wawancara panjang dan

focus group discussion

untuk

memahami apa makna sebuah

produk

dan

jasa

bagi konsumen dan apa yang dirasakan dan

dialami konsumen ketika membeli dan menggunakannya.

Pendekatan ke dua adalah pendekatan tradisional yang didasari pada teori dan metode dari

ilmu psikologi

kognitif, sosial, dan behaviorial serta dari

ilmu sosiologi

.

[5]

Pendekatan ini

bertujuan mengembangkan teori dan metode untuk menjelaskan perilaku dan pembuatan

keputusan konsumen. Studi dilakukan melalui eksperimen dan survei untuk menguji coba

teori dan mencari pemahaman tentang bagaimana seorang konsumen memproses informasi,

membuat keputusan, serta pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku konsumen.

Pendekatan ke tiga disebut sebagai sains pemasaran yang didasari pada teori dan metode dari

ilmu ekonomi

dan

statistika

. Pendekatan ini dilakukan dengan mengembangkan dan menguji

coba model

matematika

berdasarkan hierarki kebutuhan manusia menurut

Abraham Maslow

(4)

Ketiga pendekatan sama-sama memiliki nilai dan tinggi dan memberikan pemahaman atas

perilaku konsumen dan strategi marketing dari sudut pandang dan tingkatan analisis yang

berbeda. Sebuah perusahaan dapat saja menggunakan salah satu atau seluruh pendekatan,

tergantung permasalahan yang dihadapi perusahaan tersebut.

1.5 Proses pengambilan keputusan pembelian

Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah

proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni:

1.

Pengenalan masalah (

problem recognition

). Konsumen akan membeli suatu produk

sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan

masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli.

[1]

2.

Pencarian informasi (

information source

). Setelah memahami masalah yang ada,

konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan

permasalahan yang ada melalui pencarian informasi. Proses pencarian informasi dapat

berasal dari dalam memori (

internal

) dan berdasarkan pengalaman orang lain

(

eksternal

).

3.

Mengevaluasi alternatif (

alternative evaluation

). Setelah konsumen mendapat

berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk

mengatasi permasalahan yang dihadapinya.

4.

Keputusan pembelian (

purchase decision

). Setelah konsumen mengevaluasi beberapa

alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian.

[1]

Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan

menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang

perlu dipertimbangkan.

(5)

produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan

permintaan konsumen pada masa depan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1Latarbelakang

Di Indonesia, minuman ringan mudah sekali diperoleh di berbagai tempat, mulai dari

warung sampai toko-toko kecil. Minuman ringan dikonsumsi oleh semua lapisan

masyarakat dari berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan. Survei yang

dilakukan oleh sebuah lembaga independen (LPEM Universitas Indonesia) dan

sebuah perusahaan riset pemasaran DEKA menunjukkan bahwa

• Pada tahun 1999, 85% dari konsumen bulanan minuman ringan mempunyai

pendapatan rumah tangga rata-rata di bawah Rp 1 juta (US$ 100) per bulan. 46%

diantara mereka berpenghasilan kurang dari Rp 500.000 (US$50).

• 72% konsumen mingguan mempunyai penghasilan rata-rata kurang dari Rp 1 juta

perbulan lebih dari 40 % diantara mereka adalah pelajar karyawan paruh waktu dan

para pensiunan.

• Diantara konsumen mingguan, minuman ringan dikonsumsi sama seringnya dengan

minuman sirup dan makanan ringan, dan jauh lebih sering dikonsumsi dibandingkan

dengan es krim.

(6)

lebih tinggi (Indonesia:13; Malaysia:33; Filipina:122). Untuk ilustrasi, pada tahun

1977, konsumen bisa membeli 11 botol kecil minuman ringan mengandung soda atau

teh siap minum dengan upah minimum harian di Jakarta dan 13 botol pada tahun

2001. Namun, sebagai perbandingan terhadap produk permen yang menaikkan harga,

konsumen bisa membeli 205 permen dengan upah yang sama pada tahun 1997 dan

hanya 136 pada tahun 2001.

Elastisitas harga minuman ringan terhadap permintaan adalah -1.19 yang berarti

bahwa saat terjadi kenaikan harga, volume penjualan akan berkurang dengan

prosentase yang lebih besar daripada prosentase kenaikan harga tersebut.Ditinjau dari

segi penciptaan kesempatan kerja, industri minuman ringan memiliki efek multiplier

yang besar pada tenaga kerja. Dengan rasio sebesar 4,025, industri minuman ringan

menduduki pringkat ke - 14 dari 66 sektor industri lainya di seluruh Indonesia. Ini

berarti bahwa untuk setiap peluang pekerjaan yang tercipta, atau hilang, di industri

minuman ringan, empat kesempatan kerja akan tercipta, atau hilang, di tingkat

nasional.Delapan puluh persen penjualan minuman ringan dilakukan oleh pengecer

dan pedagang grosir dimana 90% diantaranya termasuk dalam kategori pengusaha

kecil. Bagi para pengusaha kecil tersebut, produk minuman ringan merupakan barang

dagangan terpenting mereka dengan kontribusi sebesar 35% dari total penjualan dan

nilai keuntungan sebesar 34%. Industri-industri penunjang lainnya yang terkena

dampak kegiatan industri minuman ringan meliputi gelas, tutup botol, transportasi dan

media.

2.2 Latar belakang perusahaan

(7)

Produksi pertama Coca-Cola di Indonesia dimulai pada tahun 1932 di satu pabrik yang berlokasi di Jakarta. Produksi tahunan pada saat tersebut hanya sekitar 10.000 krat. Saat itu perusahaan baru memperkerjakan 25 karyawan dan mengoperasikan tiga buah kendaraan truk distribusi. Sejak saat itu hingga tahun 1980-an, berdiri 11 perusahaan independen di seluruh Indonesia guna memproduksi dan mendistribusikan produk-produk The Coca-Cola Company. Pada awal tahun 1990-an, beberapa diantara

perusahaan-perusahaan tersebut mulai bergabung menjadi satu.

Tepat pada tanggal 1 Januari 2000, sepuluh dari perusahaan-perusahaan tersebut bergabung dalam perusahaan-perusahaan yang kini dikenal sebagai Coca-Cola Bottling Indonesia. Saat ini, dengan jumlah karyawan sekitar 10.000 orang, jutaan krat produk kami didistribusikan dan dijual melalui lebih dari 400.000 gerai eceran yang tersebar di seluruh Indonesia.

Rangkaian produk Coca-Cola Bottling meliputi empat dari lima merek terkenal di dunia saat ini, seperti Coca-Cola, diet Coke, Fanta, dan Sprite. Produk-produk ini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat konsumen Indonesia dari berbagai latar belakang sosial dan ekonomi. Juga memproduksi dan mendistribusikan teh siap minum bermerek Frestea, Sunfill dan minuman mengandung soda bermerek Schweppes. Semua fungsi dan jajaran organisasi, mulai dari produksi, pemasaran, distribusi, keuangan, layanan pelanggan dan konsumen, bekerja keras untuk mengembangkan praktek-praktek yang terbaik di industri minuman.

The Coca-Cola Quality System merupakan landasan kebijakan perusahaan terhadap pengawasan mutu - yang memotivasi kami untuk bertindak memenuhi dan bahkan melampaui berbagai standar kualitas, baik itu merupakan standar internasional maupun standar yang ditetapkan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku di Industri makanan dan minuman.

Perusahaan memiliki Consumer Response Teams dan program-program yang dilaksanakan di semua area operasi di seluruh Indonesia untuk menampung setiap masukan yang disampaikan oleh para konsumen dan pelanggan, yang kemudian meneruskan masukan tersebut kepada pihak-pihak yang tepat di dalam perusahaan untuk menjamin bahwa standar kualitas yang tinggi tetap terjaga.

2.3 Inovasi Bisnis

(8)

saham, membutuhkan tim yang berdedikasi tinggi dan profesional dalam bidang manajemen sistem informasi.

Tantangan akan muncul sesuai dengan kebutuhan. Setiap tantangan harus ditangani sesuai prioritas guna menjamin kepuasan terhadap jasa layanan pelanggan dalam skala bisnis yang luas. Perusahan ini menggunakan sistem terintegrasi yang menghubungkan seluruh aspek bisnis. Terlepas dari fokus dari aktifitas baik berupa supply chain, financial, atau yang berhubungan langsung dengan kegiatan penjualan, manfaat dari sistem informasi akan

dirasakan oleh seluruh komunitas bisnis Coca-Cola Bottling.

Salah satu manfaat terpenting dari investasi CCBI pada teknologi sistem informasi selama lima tahun terakhir adalah dengan meningkatnya kemampuan karyawan di seluruh level organisasi Coca-Cola Bottling.

Masa depan akan menjelang. Teknologi akan terus berkembang dan menciptakan peluang baru untuk peningkatan produktifitas sumber daya manusia.

Kemampuan karyawan untuk menggunakan informasi akan terus meningkat, kualitas infrastruktur publik akan meningkat, dan pelanggan akan membangkitkan kebutuhan akan layanan baru seiring kemajuan teknologi. Seluruh hal tersebut membutuhkan dukungan dari tim yang profesional dalam organisasi kami.

Departmen IS akan melanjutkan kemitraannya dengan pimpinan dari setiap lini bisnis internal,

serta ikut membantu proses evolusi guna meningkatkan kualitas investasi sistem informasi di perusahaan, dan pada akhirnya untuk meningkatkan layanan terhadap pelanggan. Adalah filosofi dan komitmen perusahaan untuk menjadi bagian integral di setiap kelompok masyarakat di mana perusahaan melaksanakan kegiatan usaha. Perusahaan aktif memberikan kontribusi kepada masyarakat baik melalui aktifitas bisnis kami sehari-hari, maupun melalui berbagai kegiatan hubungan masyarakat yang bermanfaat dan memberikan dampak langsung

bagi kehidupan masyaraka

t.

2.4 Perumusan Sasaran

Setelah itu perusahaan melakukan Analisis SWOT, kelemahan, peluang dan ancaman yang dikenal juga dengan Analisis SWOT, lalu sasaran menjelaskan tujuan-tujuan yang spesifik dalam jumlah dan waktu. Dengan demikian sasaran memudahkan untuk perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Sasaran perusahaan dapat berupa profitabilitas, posisi pasar, produktivitas, kepemimpinan teknologi, pengembangan sumberdaya manusia, hubungan antar

karyawan dan tanggungjawab sosial.

(9)

melakukan pengelolaan usaha sesuai tujuan tersebut (Management By Objectives-MBO). Agar sistem MBO dapat bekerja dengan baik, tujuan-tujuan unit usaha harus memenuhi empat kriteria :

• Pertama tujuan harus diurutkan secara hirarkis, dari yang paling penting sampai yang kurang penting. Sebagai contoh tujuan utama unit usaha untuk suatu periode mungkin dapat berupa peningkatan tingkat pengembalian investasi. Ini dapat dicapai dengan meningkatkan laba dan atau mengurangi biaya. Pendapatan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan pangsa pasar dan/atau harga jual. Dengan terus melakukan ini, unit usaha dapat bergerak dari tujuan umum ke tujuan khusus untuk departemen dan individu tertentu. • Kedua, tujuan harus dapat dinyatakan secara kuantitatif apabila dimungkinkan. Tujuan ‘meningkatkan tingkat pengembangan investasi (return On Investment-ROI)” lebih baik dinyatakan sebagai sasaran “meningkatkan ROI menjadi 15 %, atau lebih baik lagi,

“meningkatkan ROI menjadi 15 % dalam dua tahun.

• Ketiga, sasaran – sasaran harus realitis. Sasaran-sasaran seharusnya dihasilkan dari analisa peluang dan kekuatan unit usaha yang bersangkutan, bukan berdasarkan angan-angan saja. • Yang terakhir, tujuan-tujuan perusahaan harus konsisten. Tidak mungkin memaksimalkan baik penjualan maupun laba secara serentak.

Dilema penting lainnya mencakup antara laba jangka pendek versus pertumbuhan jangka panjang, penetrasi pasar yang ada versus pengembangan pasar baru, sasaran laba versus sasaran nirlaba, pertumbuhan tinggi versus risiko rendah. Setiap pilihan dalam kelompok dilema sasaran ini memerlukan strategi pemasaran yang berbeda.

2.5 Perumusan Strategi dan Program

Sasaran menunjukkan apa yang ingin dicapai suatu unit usaha, strategi adalah suatu rencana permainan untuk mencapainya. Setiap usaha harus merancang strategi untuk mencapai tujuannya. Walaupun banyak macam strategi yang tersedia. Michael Porter telah merangkumnya menjadi tiga jenis umum yang memberikan awal yang bagus untuk pemikiran strategis : keunggulan biaya secara keseluruhan, diferensiasi, dan fokus. Langkah-langkah dalam Strategi Pemasaran

Strategi Pemasaran merupakan proses lima tahap, yang terdiri dari Analisis Situasi Strategis, Perancangan Strategi Pemasaran, Pengembangan Program Pemasaran dan Implementasi dan Pengelolaan Strategi Pemasaran. Gambar di bawah memperlihat tahapan proses strategi pemasaran.

(10)

menganalisis pasar komunitas internet, menganalisis pasar bisnis dan perilaku pembelian bisnis, menghadapi pesaing dan mengidentifikasi segman pasar dan memilih pasar sasaran. Perancangan strategi pemasaran mencakup menentukan posisi dan mendeferensiasi pasar, strategi hubungan pemasaran dan perencanaan produk baru. Pengembangan program pemasaran mencakup menetapkan strategi produk, strategi harga, strategi distribusi dan strategi promosi. Implementasi dan Pengelolaan strategi mencakup merancang organisasi pemasaran yang efektif, implementasi dan pengendalian strategi.

2.6 Kekuatan dan Kompetensi

Kekuatan atau kompetensi PT. Coca-Cola Bottling Indonesia adalah Riset and Development yang intensif, Brand Image, loyalitas konsumen, keadaan distribusi dan pangsa pasar, dan SDM yang besar dan terlatih.

1. Brand image yang sudah dikenal luas Coca-cola memiliki brand image yang kuat di pasaran Indonesia. Status coca-cola sebagai produsen minuman bersoda besar di Indonesia menjadi jaminan mutu bagi kesetiaan dan loyalitas konsumen. 2.Riset and Development yang intensif Inovasi adalah salah satu kunci keberhasilan yang menjadikan Coca-Cola Indonesia semakin besar, dikenal luas, serta memberikan kontribusi bagi masyarakat dan bangsa Indonesia. Melalui riset dan pengembangan (Research & Development), Coca-Cola terus berinovasi untuk menciptakan produk, kemasan, strategi pemasaran, serta perlengkapan penjualan baru yang lebih berkualitas, kreatif, serta mempunyai ciri khas tersendiri.Dengan memahami kebutuhan dan perilaku konsumen, serta potensi kekayaan alam Indonesia, Coca-Cola berinovasi dengan menciptakan produk-produk baru yang menjadikan

2.

produk minuman cepat saji Coca-Cola mempunyai rasa dan pilihan yang beragam. Untuk

memenuhi kebutuhan konsumen secara lebih spesifik, pada tahun 2002 Coca-Cola meluncurkan AQUARIUS, minuman isotonik yang diperuntukkan bagi mereka yang aktif dan gemar berolahraga. Pada tahun yang sama, Coca-Cola Indonesia meluncurkan Frestea, teh dalam kemasan botol dengan aroma bunga melati yang khas. Pada tahun 2003, Fanta menghadirkan campuran dua rasa buah, orange dan mango, yang disebut “Fanta Oranggo”, setelah pada tahun sebelumnya sukses meluncurkan Fanta Nanas. Pada tahun ini pula, Coca-Cola Indonesia meluncurkan Sunfill – produk minuman Sirup dan Serbuk instan rasa buah. Dengan inovasi, Coca-Cola yakin bahwa produk-produk yang ditawarkan akan mampu memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia.

(11)

dalam kemasan botol, pada akhir tahun 2002, Coca-Cola Indonesia meluncurkan Frestea dalam kemasan Tetra Wedge yang lebih mudah dan praktis untuk dibawa. Pada akhir 2003, Coca-Cola, Sprite, dan Fanta hadir dalam kemasan kaleng ramping baru yang unik. Pada tahun 2004 ini, Coca-Cola hadir dengan inovasi terbaru yaitu botol gelas berbobot lebih ringan 30 % dengan desain mungil, imut, tapi kuat. Inovasi kemasan produk akan terus dikembangkan sesuai dengan perkembangan teknologi terbaru. Strategi pemasaran Coca-Cola mempunyai ciri khas tersendiri, yang unik dan kreatif. Berbagai program promosi diadakan sesuai dengan event yang sedang berlangsung, baik melalui konser musik, pameran, promo penukaran tutup botol, hadiah kejutan, maupun iklan TV. Pada tahun 2004 ini, iklan Coca-Cola versi Kabayan dinobatkan sebagai iklan paling efektif dalam bulan Pebruari dan Maret versi survey TV Ad Monitor MRI. Promo Coca-Cola juga memanfaatkan momentum tertentu, misalnya: Demam Piala EURO 2004. Dengan memanfaatkan event berskala nasional maupun internasional, Coca-Cola mencoba tampil dengan strategi pemasaran baru yang menarik masyarakat. Selain berinovasi dalam produk, kemasan, dan strategi pemasaran; perlengkapan penjualan baru juga dikembangkan ke arah yang lebih baik. Berkaitan dengan inovasi ini, Coca-Cola Indonesia menciptakan jenis krat baru yang lebih ringan, dibuat dari bahan yang ramah lingkungan.

3.

Kunci sukses inovasi tersebut adalah kolaborasi yang baik antara Coca-Cola Bottling

Indonesia dan Coca-Cola Company, pengembangan varian minuman cepat saji 3. Ramuan rahasia yang tidak dimiliki produk lain Sari rasa untuk coca-cola dibuat di pabrik-pabrik the coca-cola company dan sampai sekarang tetap merupakan rahasia dagang terbesar didunia

4.

Sumberdaya manusia yang besar dan terlatih Pengembangan sumber daya manusia

merupakan salah satu focus utama manajemen dalam menyiapkan tenaga kerja yang handal, dinamis dan penuh dedikasi. Sasaran PT. Coca – cola tak lain ialah memberi layanan yang prima dan memuaskan kepada lebih dari 200 juta konsumen melalui sekitar 400,000 pelanggan yang tersebar di seluruh Indonesia. PT. Coca – cola menyadari bahwa untuk meraih semua peluang yang ada, memberikan layanan yang terbaik kepada para pelanggan, dan untuk dapat mengahadapi tantangan lingkungan bisnis yang kompetitif, tim-tim PT. Coca – cola perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai, serta sikap yang tepat.

(12)

untuk menduduki posisi-posisi penting di masa mendatang.

PT. Coca – cola memiliki satu tim khusus yang bertugas meningkatkan keterampilan-keterampilan fungsi teknis, bidang manajemen dan kepemimpinan karyawan. Tim tersebut didukung dan disertifikasi oleh sejumlah lembaga pelatihan dan pengembangan SDM internasional. Diantaranya terdapat The Coca-Cola Company, Coca-Cola Amatil dan beberapa lembaga internasional lainnya. PT. Coca – cola menghadirkan kelompok fasilitator baik dari dalam organisasi sendiri, maupun dari lingkungan luar yang memiliki kepiawaian bisnis yang tajam, pengalaman kerja langsung dalam bidang-bidang terkait, serta yang jauh lebih penting, “menjiwai pendidikan”.

5.Pelayanan terhadap pelanggan dan consumen Coca-cola bottling Indonesia menyediakan layanan National contact centre (NCC), yaitu pusat layanan bagi pelanggan dan konsumen diseluruh Indonesia. NCC berfungsi sebagai media bagi pelanggan atau konsumen untuk mendapatkan layanan dan informasi yang terkait denan perusahaan dan produk Coca-cola.

Layanan NCC meliputi

1. layanan pelanggan yang mencakup permohonan menjadi pelanggan, alat pendingin, pemesanan produk, serta hal lain yang terkait dengan distribusi dan penjualan 2. Layanan Konsumen yang meliputi informasi produk, kualitas produk dan kemasan, kegiatan promosi produk.

3. Pertanyaan umum yang mencakup penelitian, praktek kerja dan lowongan.

5.

Sistem informasi yang memadai pengembangan pendekatan manajemen system informasi

yang terarah pada organisasi merupakan bentuk pengaruh evolusi tekhnologi terhadap dunia usaha dewasa ini.

6.

Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran Coca-cola memiliki cirri khas tersendiri yang unik dan kreatif. Berbagai program promosi diadakan sesuai even yang sedang berlangsung. Baik melalui konser musik, pameran, promo penukaran tutup botol. Hadiah kejutan maupun iklan

7.

Sistem informasi yang memadai pengembangan pendekatan manajemen system informasi

(13)

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

PT. Coca Cola Perusahaan Coca Cola Bottling Indonesia (CCBI) merupakan salah satu

produsen dan distributor minuman ringan terkemuka di dunia, yang memproduksi dan

mendistribusikan produk – produk berlisensi dari The Coca Cola Company di Amerika

Serikat. CCBI merupakan pemimpin pasar untuk kategori minuman ringan dengan menguasai

20% pasar yang ada di Indonesia dan 90% untuk minuman ringan berkarbonasi. Selain

memproduksi minuman ringan dengan merek Coca Cola, CCBI memproduksi minuman

ringan dengan merek lain yaitu Sprite, Fanta, dan varian yang terbaru adalah Frestea yang

digunakan untuk menyaingi Fruit Tea dari Group Sosro. (www.cocacolabottling.co.id).

Walaupun sebagai perusahaan multi nasional dan pemimpin pasar di kategori minuman

ringan, Coca Cola masih tetap melakukan kegiatan promosi baik secara above the line

maupun below the line, untuk tetap menjaga komunikasinya dengan konsumen mereka.

Strategi pemasaran Coca Cola mempunyai ciri khas tersendiri, yaitu unik dan kreatif.

Berbagai program promosi diadakan sesuai dengan event yang berlangsung, baik melalui

konser musik, pameran, promo penukaran tutup botol, hadiah kejutan maupun iklan di

televisi.

SARAN

(14)

Banyak yang harus dibenahi dalam strategi perencanaan dan pemasaran Coca Cola agar bisa

bersaing dengan perusahaan sejenis. Kekuatan merek sebaiknya ditunjang dengan promosi

yang kontinuitas, ekspansi pasar, dan inovasi produk yang terukur

Referensi

Dokumen terkait

Untuk Data Penjualan Produk Coca-Cola pada PT Coca-Cola Bottling Indonesia Medan Berdasarkan Krat Periode Januari 2002 sampai Desember 2006, nilai ini ditunjukkan pada tabel

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh iklan Coca-Cola versi “Buka Coca-Cola Buka Semangat Baru” pada konsumen mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Rahima Br.Purba: Analisis Pengendalian Intern atas Penjualan pada PT.. Coca Cola Bottling

Meskipun sejatinya The Coca-Cola Company telah melakukan beberapa kegiatan bertajuk CSR seperti kemasan yang dapat didaur-ulang, hal ini tetap perlu untuk

Hal ini dikarenakan peneliti berusaha menguraikan makna teks dan gambar dalam poster iklan Coca-Cola versi ”Yuk Makan Manta p Ala Dihidup Ala Coca Cola” yang tidak semata

Pada tanggal 1 Januari 2000, nama Coca Cola Bottling Indonesia mulai resmi digunakan dan nama tersebut menjadi suatu nama dagang pada sejumlah perusahaan patungan antara

Realisasi penjualan minuman Coca Cola pada PT Coca Cola Distribution Indonesia cabang Pekanbaru mengalami fluktuasi yang cukup tajam diduga dipengaruhi oleh

Metode yang digunakan dalam penelitian ini preparasi sampel dengan menggunakan dua sampel box in box coca cola dan coca cola kaleng dengan asam nitrat, blanko sampel untuk proses