BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Potensi Kekayaan Alam Indonesia
Letak geografis yang strategis menunjukkan betapa kaya Indonesia akan sumber
daya alam dengan segala flora, fauna, potensi hidrografis dan deposit sumber
alamnya yang melimpah. Sumber daya alam Indonesia berasal dari pertanian,
kehutanan, kelautan dan perikanan, peternakan, perkebunan serta pertambangan
dan energi. Sebagai Negara agraris, pertanian menjadi mata pencaharian
terpenting bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Luas lahan pertanian lebih
kurang 82, 71 % dari seluruh luas lahan. Lahan tersebut sebagian besar digunakan
untuk areal persawahan. Penyebaran produksi padi masih terkonsentrasi di Pulau
Jawa sehubungan dengan tingginya produktivitas dan luas panen dibandingkan
dengan pulau-pulau lainnya. (Yance arizon,2013)
Fakta fisik bahwa dua per tiga wilayah Indonesia berupa laut, maka sumber daya
alam di laut memiliki potensi yang sangat besar. Selain mengandung minyak, gas,
mineral dan energi laut non-konvensional, serta sumber daya lainnya yang sudah
mulai digali meskipun masih terbatas, laut juga menghasilkan ikan yang potensi
lestarinya diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun. Saat ini yang baru
dimanfaatkan sekitar 70 %. Pengembangan sumber daya kelautan dan perikanan
dikelompokkan dalam lima industri kelautan, yaitu industri perikanan, industri
industri pelayaran (transportasi laut) dan industri pariwisata (wisata bahari dan
kawasan konservasi).(Kompas 28/5/2012)
Pertambangan dan energi diharapkan menjadi primadona sumber penerimaan
devisa, khususnya dari pendapatan ekspor minyak dan gas. Dua komoditi tambang
tersebut kuantitasnya sangat mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia,
sehingga sering digunakan sebagai asumsi dasar dalam perencanaan APBN.
Energi listrik sebagian besar masih diproduksi PT. Perusahaan Listrik Negara
(PLN), sedangkan sisanya oleh perusahaan-perusahaan yang dikelola Pemerintah
Daerah, koperasi, atau perusahaan swasta lainnya. Pemerintah juga menggali
sumber-sumber energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan kepada BBM.
Sumber energi aternatif yang dimiliki dalam jumlah besar adalah gas, batubara,
tenaga hidro, panas bumi, dan tenaga surya. Energi alternatif yang saat ini tengah
digarap pemerintah adalah energi berbasis nabati atau biofuel dengan bahan dasar
tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, tebu, singkong, dan jarak.
2.2. Pengertian Geowisata
Disiplin Ilmu geologi merupakan ilmu yang sudah ada dan dipelajari sejak milyar
tahun yang lalu, dengan menjabarkan tentang seluk-beluk pembentukan dan
proses-proses bumi. Dalam perkembangannya tidak hanya mempelajari bumi,
tetapi termasuk fenomena alam itu sendiri. Oleh karenanya tidaklah berlebihan
jika keadaan geologi (batuan, bentang alam, stratigrafi, tektonik) di suatu daerah
dapat menjadi aset sumberdaya penting, yang manfaat keberadaannya dapat
digunakan untuk kepentingan masyarakat setempat dan negara.
Unsur-unsur geologi yang terbentuk selama ruang dan waktu yang tersedia antara
lain mencakup batuan, susunan batuan (stratigrafi), fosil, bentang alam
(morfologi), dan struktur (kekar, sesar atau patahan). Mengingat keragaman unsur
geologi dapat dijumpai di setiap pulau dan kepulauan di Indonesia, keunikan dan
kelangkaan unsur akan mengarah pada sifat khas yang menjadi cikal-bakal
perlunya dilakukan usaha perlindungan dan pelestarian terhadap unsur-unsur
geologi tersebut.
Kegiatan konservasi sumberdaya alam geologi sangat diperlukan dalam rangka
pencegahan terhadap kerusakan yang menurunkan arti dan fungsi keberadaannya
(pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, pariwisata dan sebagainya).
Karena tatanan geologi yang berbeda setiap tempatnya, sehingga dimungkinkan
suatu daerah menjadi kawasan yang berpotensi sumberdaya alam maupun rawan
bencana (gerakan tanah, peletusan gunungapi dan gas beracun, gempabumi,
tsunami). Di dalam konteks pengelolaan sumberdaya alam geologi, daerah rawan
Untuk itu di perlukan suatu kajian analisa bencana geologi dan perencanaan
memaksimalkan manfaat geologi, terutama untuk kegiatan geowisata.
Geowisata adalah kegiatan wisata yang memanfaatkan fenomena kebumian dan
lingkungannya sebagai daya-tarik utamanya. Mengingat bumi mempunyai sifat
yang selalu bergerak, yaitu dalam usahanya menuju ke bentuk keseimbangan
dinamis baru, maka tentunya fenomena yang terjadi di permukaan dan di bawah
permukaan akan terekspresikan dalam berbagai bentuk proses geologi. Keadaan
tatanan geologi di Indonesia yang khas, berupa busur kepulauan yang diapit oleh
samudera luas, sudah tentu akan menciptakan aneka bentang alam dan sumber
daya yang menjadi cikal bakal objek dan daya-tarik geowisata. (Kusumabrata, 1998)
Penganekaragaman dan pengkayaan jenis objek wisata alam yang berbasis pada
kebumian merupakan salah satu wujud nyata pembangunan industri pariwisata
yang mendasarkan pada azas kembali ke alam (back to nature). Pembangunan
pariwisata berkelanjutan yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat setempat menjadikan usaha pengembangan geowisata dikemas dalam
kerangka program pembangunan nasional yang berwawasan lingkungan. Sebagai
jenis wisata baru, geowisata diciptakan dalam rangka memanfaatkan nilai estetika
bentang alam di permukaan dan di bawah permukaan bumi secara arif dan
bijaksana. Wisata yang berbasis pada alam ini memanfaatkan aspek nirhayati nilai
keanekaragaman bumi (geodiversity). Penggalian dan pengembangan daya-tarik
fenomena kebumian yang menyusun geowisata sepenuhnya mendasarkan pada
program kepariwisataan yang berorientasi pada percepatan peningkatan
Dari aspek kebumian, Indonesia memiliki tatanan geologi yang menarik. Ribuan
pulau dengan pantai yang mengelilinginya, deretan gunungapi aktif, bentangan
kawasan kars yang luas, dan mineral yang melimpah merupakan untaian
sumberdaya alam yang terbentuk sejak jutaan tahun lalu hingga sekarang. Secara
geologi pun, terdapat perbedaan yang mendasar antara Indonesia bagian Barat
dengan Indonesia bagian Timur yaitu tatanan geologi maupun sumberdaya yang
dimiliki.
Sebagai suatu bentuk kegiatan, di dalam geowisata sendiri dikenal pula beberapa
peristilahan khusus seperti volkanowisata (wisata gunungapi), speleowisata
(wisata penelusuran gua), wisata arung sungai ataujeram (white-water rafting),
dan lain sebagainya. Peristilahan tersebut sesungguhnya memiliki persamaan
dalam penggunaan daya tarik keindahan, kelangkaan dan keunikan fenomena
alam sebagai muatan utama berwisata. Perbedaannya adalah dalam penonjolan
ciri khas dalam karakter alami masing-masing kegiatan wisata. Oleh karena
pengembangan geowisata di Indonesia masih berada pada tahapan awal pencarian
bentuk, maka sampai saat ini belum ada referensi yang menstandarisasi
bagaimana kegiatan geowisata harus dilakukan. Informasi geologi sebagai
muatan utama geowisata belum muncul ataupun belum dimanfaatkan secara
optimal untuk menambah bobot penyelenggaraannya.
Agar tersosialisasinya pengetahuan geologi berbasis wisata dan kesampaian
informasi kepada masyarakat, maka perlunya adanya kesamaan persepsi beberapa
a. Geosite adalah situs geologi yang terbentuk secara alami dan mengandung komponen keragaman geologi tertentu yang unik, langka dan benilai
keilmuan tinggi (Komoo, 2003).
b. Geotope adalah objek atau bagian tertentu yang terbentuk secara alami di permukaan bumi yang memiliki ciri geologi dan geomorfologi bersifat luar
biasa (outstanding) sehingga perlu dilindungi dari pengaruh-pengaruh
kegiatan manusia (anthropogenic) yang dapat merusak keberadaannya
(Komoo, 2003).
c. Geoheritage adalah warisan geologi yang terbentuk secara alami dan memiliki nilai tinggi karena merepresentasikan rekaman proses geologi
yang saling berhubungan sehingga secara keilmuan merupakan bagian
penting dari sejarah dinamika bumi (Komoo, 2003).
d. Geopark merupakan konsep pengembangan kawasan yang dipromosikan UNESCO dimana beberapa sumber daya geoheritage yang terletak
berdekatan di wilayah terbangun dikelola dengan cara mengintegrasikan
prinsip-prinsip konservasi dan rencana tata ruang eksisting dari pemerintah
(Komoo, 1993).
e. Konservasi Geologi adalah suatu upaya untuk mengelola, menjaga, melindungi, dan melestarikan keberadaan beberapa kawasan di wilayah
Indonesia yang mempunyai keunikan, kelangkaan dan keajaiban fenomena
alam yang bernilai tinggi ditinjau dari aspek geologi.
f. Kawasan Lindung Geologi atau Cagar Alam Geologi adalah suatu kawasan yang memiliki karakteristik geologi yang khas, unik dan langka sehingga
fenomena alam geologi tersebut dapat dilestarikan serta dimanfaatkan secara
berkesinambungan dan berwawasan lingkungan.
g. Geowisata adalah suatu kegiatan wisata alam yang diselenggarakan secara bertanggung jawab di suatu kawasan yang dilindungi dengan memanfaatkan
informasi geologi beraspek geodiversity untuk menjelaskan proses
pembentukan suatu keindahan, keunikan dan kelangkaan objek wisata alam.
Agar dapat dipahami oleh masyarakat umum, maka informasi geologi
tersebut hendaknya dapat dikemas secara sederhana dalam bahasa populer.
h. Ekowisata adalah suatu kegiatan wisata alam dan budaya berbasis komunitas lokal (community based tourism) yang diselenggarakan secara
bertanggungjawab di suatu kawasan yang dilindungi dengan memanfaatkan
aspek biodiversity, geodiversity dan cultural diversity. Ekowisata
memperlihatkan suatu interaksi harmonis dalam pemanfaatan potensi alam
dan lingkungan secara terbatas dan berkesinambungan sehingga
memberikan kesejahteraan bagi masyarakat disekitar kawasan.
2.3. Prinsip- Prinsip Geowisata
Pengembangan geowisata di Indonesia harus segera dilakukan untuk
meningkatkan daya tarik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
Wisata kebumian (geowisata) dapat dijadikan jembatan dalam rangka sosialisasi
ilmu pengetahuan alam, pendidikan lingkungan dan pelestarian alam dan pada
akhirnya diharapkan akan terwujud pembangunan pariwisata yang berkelanjutan
berbasis kearifan lokal. Prinsip yang harus diperhatikan dalam mengembangkan
1.Geologically based (Berbasis Geologi) Artinya objek/tempat/lokasi yang
dijadikan sebagai area geowisata merupakan bentukkan hasil proses geologi.
Aspek fisik yang dijadikan daya tarik wisata tersebut dapat berupa kondisi tanah,
kandungan mineral, jenis batuan dan lainnya yang masih berhubungan dengan
geologi.
2.Suistanable (Berkelanjutan) Artinya pengembangan dan pengelolaan lokasi
geowisata haruslah berkelanjutan agar kelestariannya dapat terjaga. Beragamnya
kondisi geologi Indonesia menyebabkan banyak ditemukannya mineral-mineral
berharga yang dapat memancing oknum tidak bertanggung jawab untuk
mengambil dan merusak lingkungan disekitarnya.
3.Geologically informative (Bersifat Informasi Geologi) Artinya di lokasi
geowisata dilengkapi dengan informasi tentang sejarah terbentuknya bentukkan
geologi tersebut, jadi wisatawan paham akan proses proses alam yang terjadi.
Dengan adanya informasi tersebut diharapkan masyarakat akan sadar dan tidak
berupaya merusak keindahan lingkungan di sekitar objek geowisata.
4.Locally beneficial (Bermanfaat Secara Lokal) Artinya keberadaan geowisata
dapat memberikan manfaat bagi masyarakat/komunitas yang berada di sekitarnya.
Manfaat tersebut dapat berupa segi ekonomi, sosial atau lainnya. Dengan
dibukanya suatu kawasan geowisata diharapkan proses pembangunan di daerah
tersebut semakin meningkat.
5.Tourist satisfaction (Kepuasan Pengunjung) Artinya objek geowisata dapat
memberikan kepuasan lahir dan batin bagi wisatawan yang mengunjunginya.
(a) (b)
geowisata yang rapi, bersih dan akses yang memudahkan masyarakat untuk
mengunjunginya.
2.4. Jenis – jenis Geowisata
Mendasarkan pada unsur-unsur alam yang membentuk tatanan geologi setempat,
jenis-jenis geowisata yang berpotensi untuk dikembangkan adalah:
2.4.1.Geowisata gunungapi
Bentangalam ini didefinisikan sebagai gunung berbentuk kerucut, dengan lubang
kepundan sebagai tempat ke luarnya magma ke permukaan bumi, yang berasal
dari hasil peleburan batuan di bagian selubung atau kulitbumi. Daya-tarik
gunungapi terletak pada aspek keindahan panorama, kesejukan, keaktifan-normal,
dan fungsinya sebagai “jendela laboratorium alam” tempat melihat proses alam
yang sedang berlangsung di kedalaman kulitbumi.
(a) (b)
2.4.2. Geowisata kars dan gua
Bentukan bentangalam khas hasil pelarutan air pada batugamping ini hampir
dijumpai di setiap pulau di Indonesia. Gejala major exokarst features yang
memiliki nilai estetika diwujudkan dalam bentuk bukit, lembah kering yang buntu
(blind valley), dolina, uvala, polje, telaga kars, dan mata air (sendang).
Keberadaannya membentuk berbagai tipe. Tipe-tipe kars di Indonesia mewakili
sebagian besar bentangalam kars di dunia. Nilai strategis kawasan kars dan gua
berkaitan dengan kandungan unsur-unsur dasar yang dimilikinya, yang mencakup
nilai ilmiah, nilai ekonomi, nilai kemanusiaan (sosio-budaya), dan nilai
konservasi. Keragaman unsur hayati (biotik) dan nirhayatinya (abiotik)
merupakan bagian penting dari keanekaragaman-bumi, sehingga di dalam konteks
pengelolaan secara berkelanjutan kegiatan pemanfaatan perlu diseimbangkan
dengan usaha perlindungannya.
(a) (b)
2.4.3.Geowisata pantai
Bentangalam alam pantai dibedakan menjadi pantai landai, pantai terjal, pantai
berpasir, dan pantai berbatu. Aspek ketangguhan batuan terhadap proses
pengikisan dan pengaruh struktur geologi akan mempengaruhi jenis pantai. Pantai
landai umumnya berkembang pada batuan lunak, sedang pantai terjal mulajadinya
berkaitan dengan pensesaran (patahan) yang arahnya sejajar pantai. Pantai landai
berpasir menunjukkan aktifnya proses erosi di bagian hulu sungai dan sedimentasi
pasir yang dihempaskan oleh gelombang. Pada pantai berbatu sering dijumpai
bentukan-bentukan abrasi yang unik dan ganjil. Daya-tarik geowisata pantai
terletak pada keragaman jenis pantai yang pembentukannya dipengaruhi oleh
proses geologi. Dibedakan dengan daya-tarik wisata alam pantai pada umumnya,
geowisata pantai selain menyuguhkan nilai estetika juga memberikan informasi
dan pengetahuan kepada wisatawan mengenai mula jadi pantai dan sejarah
perkembangannya selama ruang dan waktu geologi.
(a) (b)
2.4.4. Geowisata danau
Bentukan danau atau telaga dapat terjadi di daerah tinggian dan rendahan, di
daerah gunungapi, di kawasan batugamping kars, dan di daerah berbatuan lainnya.
Danau di bagian puncak atau lereng gunungapi merupakan kawah aktif atau
kawah mati yang terisi air hujan. Danau Toba (Sumatera Utara) genesanya
berkaitan dengan proses volcano-tectonic collapse yang terjadi belasan ribuan
tahun lalu. Danau tiga warna di G. Kelimutu (Flores Barat) dan danau-danau es
pada endapan gletser di Pegunungan Jayawijaya (Irian Jaya) merupakan fenomena
alam yang unik dan langka.
Gambar 2.5. (a) Geowisata Danau Rinjani (b) Geowisata Danau Vulkanik Toba (Sumber : hhtp://danaugunung.com Google 2016)
2.4.5. Geowisata sumber panasbumi
Objek geowisata ini lebih banyak berkaitan dengan kegunungapian. Beberapa
gunungapi tipe C di Indonesia memiliki jenjang solfatara dan fumarola, yang
merupakan manifestasi dari gejala panasbumi di permukaan. Fenomena itu
terwujud dalam bentuk lapangan solfatara, hembusan fumarola, mata air panas,
(a) (b)
air dan gas yang ke luar dari celah-celah batu, genangan air panas, pancaran air
bercampur gas secara periodik, atau endapan belereng berwarna kuning
merupakan suasana dan pemandangan khas di lapangan panasbumi. Tenaga uap
air bercampur gas yang dihembuskan dari dalam bumi dapat dimanfaatkan untuk
menggerakkan turbin, sehingga dihasilkan listrik tenaga panasbumi. Dari aspek
pendidikan, teknologi tinggi ini akan memperkaya pengetahuan dan wawasan
wisatawan mengenai arti dan fungsi bumi.
Gambar 2.6. (a) Geowisata G.Ungaran Jawa tengah (b) Geowisata G.Kamojang (Sumber : www.airpanaskamojang.com Google 2016)
2.4.6. Geowisata air terjun
Air terjun merupakan fenomena bentangalam yang menarik, karena biasanya
berkaitan dengan struktur geologi (patahan). Tebing terjal setinggi belasan hingga
puluhan meter yang memotong aliran sungai merupakan gawir patahan yang
disebabkan oleh gerakan bumi yang dinamis. Air terjun yang bertingkat-tingkat
dapat disebabkan oleh gawir patahan menangga (step faults), atau perbedaan
ketahanan batuan terhadap proses pengikisan. Sungai yang mengalir melalui
sekitar dasar air terjun. Batuan yang dilapisi oleh tembaga memberikan warna
hijau kebiruan yang sangat indah.
Gambar 2.7. Geowisata air terjun, Jawa Timur (Sumber : hhtp://wisataairterjun.com Google 2016)
2.4.7. Geowisata situs geologi
Batuan, atau kelompok batuan yang tersingkap di suatu tempat, bentukan
bentangalam yang dihasilkan oleh kegiatan tektonik, dan sekumpulan fosil atau
jejak kehidupan masa lalu, dapat dianggap sebagai situs geologi jika
keberadaannya :
1. Menunjukkan sejarah pembentukan dan perkembangan geologi selama
kurun ruang dan waktu yang panjang
2. Menunjukkan dan memecahkan masalah kedinamikaan bumi
3. Mempunyai kelimpahan spesies flora dan fauna yang lebih dibanding
daerah lainnya
4. Menunjukkan dan mencirikan keunikan suatu perioda waktu geologi
5. Mampu memberi sumbangan terhadap pemahaman perkembangan bumi
dan kehidupan di dalamnya
Secara umum, objek dan daya-tarik geowisata situs geologi terletak pada keunikan
dan kelangkaan unsur-unsur geologi yang merekam sejarah pembentukan dan
evolusi bumi, termasuk kehidupan, selama kurun waktu tertentu. Pengembangan
geowisata ini diproyeksikan untuk wisatawan umum dan wisatawan minat-khusus
yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai sejarah perkembangan bumi dan
kehidupan yang pernah ada di dalamnya.
Gambar 2.8. Geowisata Aspek Geologi, Karang sambung. (Sumber : www.karangsambung.com Google 2016)
2.4.8. Geowisata bekas hasil tambang
Sisa-sisa keberadaan sumberdaya mineral dan energi yang pernah diusahakan oleh
manusia memiliki potensi untuk dikemas dan dikembangkan menjadi objek yang
mempunyai daya-tarik tersendiri. Mineral yang masih tersisa dapat dijadikan
sebagai cinderamata yang dikumpulkan oleh wisatawan sendiri.
Tambang-tambang minyak, batubara, dan mineral penting seperti emas, perak, tembaga dan
sebagainya yang sudah tidak aktif, yang sebelumnya tidak dapat dimasuki, pada
dasarnya berpotensi untuk dimanfaatkan lagi menjadi objek dan daya-tarik
geowisata yang mempunyai nilai jual. Sebelum bekas tambang dikembangkan
tambang-tambang tua bawah tanah yang sudah ditinggalkan biasanya sudah rusak
karena tidak dirawat lagi. Keamanan dan keselamatan wisatawan menjadi
prioritas utama.
Gambar 2.9. Geowisata Bekas Tambang BatuBara, Palembang (Sumber : www. pemandiantambang.com Google 2016)
2.5. Sejarah Geowisata
Geotourism atau geowisata adalah kosakata yang relatif baru dalam
kepariwisataan nasional. Istilah itu kurang populer dibanding ekowisata
(ecotourism), atau agrowisata misalnya. Namun demikian, di dalam UU No.
9/1990 tentang Kepariwisataan, selain wisata agro, baik ekowisata maupun
geowisata memang disebut-sebut.
Apa itu geowisata atau geotourism? Istilah geotourism muncul tak lebih tua dari
pertengahan 1990-an. Seorang ahli Geologi dari Buckinghamshire Chilterns
Society pada 1996 suatu makalah berjudul “Geotourism, or can tourists become
casual rock hounds: Geology on your doorstep”.
Wisata yang berkaitan dengan kebumian tidak dirintis sejak tahun 1990-an saja.
Sejak para ilmuwan menjelajah berbagai tempat di atas Bumi ini, terutama di
Abad ke-18, para ahli geologi sudah terbiasa menggabungkan bussiness and
leisure secara bersamaan. Dalam ekskursi geologi ke lapangan, rombongan
geologiawan telah terbiasa menikmati indahnya pemandangan, keunikan bentang
alam dan batuan, asyiknya menyusuri sungai dan pantai, atau mendaki perbukitan,
di samping pekerjaan utamanya mencatat proses-proses geologi.
Tetapi untuk konsumsi umum, mungkin dapat diperkirakan bahwa kegiatan
geowisata mulai berkembang sejak maraknya para turis beransel (back-pack
tourists) pada 1980-an. Satu makalah yang ditulis oleh Jane James 1993 di sebuah konferensi bertema “Memasyarakatkan Ilmu Kebumian” di Southampton, Inggris, misalnya, masih menggunakan istilah pariwisata geologis (geological tourism) alih-alih geotourism. Tom Hose yang diikuti kawan-kawan geologiawan lainnya di Eropa jelas-jelas mendasarkan geowisata berbasis kepada geologi.
Mulai dari Eropalah itulah kemudian muncul istilah “taman bumi” (geopark),
yaitu kawasan konservasi yang melindungi peninggalan alamiah objek geologis
yang unik, langka, berharga, menarik, dan penting.
2.6. Sejarah Perkembangan Geowisata Di Indonesia
Indonesia sebagai negara megageodiversity dan biodiversity nomor dua di dunia
setelah Brasil memiliki banyak kekayaan alam berupa flora, fauna maupun
ingin menikmati keindahan alam Indonesia dan ingin mengetahui lebih banyak
tentang keanekaragaman alam dan hayati Indonesia. Potensi ini harus dapat
direspon dengan strategi pengembangan kawasan potensial sebagai daerah tujuan
wisata yang dapat memberikan nilai ekonomi secara nasional maupun bagi
masyarakat local dengan tetap memperhatikan keberlanjutan ekosistem yang ada
(Fandeli, 2000).
Selain kaya akan keanekaragaman biologi dan budaya, Indonesia juga terkena
dengan keanekaragaman geologinya (geodiversity). Sebagaimana disebutkan oleh
(Arif ,2011) dalam situs National Geographic Indonesia, Nusantara diberkahi dengan bentang alam elok, tanah subur, hutan kaya satwa endemis dan berlimpah
mineral, meskipun Indonesia hanya meliputi 1,3% luas daratan di Bumi, tidak
satu negara pun yang mempunyai begitu banyak mamalia (500 jenis atau 1/8 dari
jumlah seluruh mamalia di dunia). Segenap kekayaan tersebut merupakan berkah
dari kondisi geologi pulau-pulau penyusun negeri yang hiperaktif ini
Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World
Tourism Organization (WTO), telah mengakui bahwa pariwisata merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut
kegiatan social dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula hanya dinikmati
oleh segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal abad ke-20, kini telah
menjadi bagian dari hak azazi manusia. Hal ini terjadi tidak hanya di negara maju
tetapi mulai dirasakan pula di negara berkembang termasuk pula Indonesia.
Dalam hubungan ini, berbagai negara termasuk Indonesia pun turut menikmati
Potensi geowisata di Indonesia sangatlah besar. Membentang dari Propinsi
Nangroe Aceh Darussalam sampai Propinsi Papua dengan segala keaneka
ragaman obyek wisata, berbagai kenekaragaman alam yang menawan dan
ketersediaan sarana dan prasara pendukung, yang kesemuanya itu diharapkan
mampu menarik lebih banyak lagi devisa negara, baik dari wisatawan manca
negara maupun domestik.
Badai krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak akhir tahun 1997, merupakan
pengalaman yang sangat berharga bagi masyarakat pariwisata Indonesia untuk
melakukan re-positioning sekaligus re-vitalization kegiatan pariwisata Indonesia.
Disamping itu berdasarkan Undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program
Perencanaan Nasional pariwisata mendapatkan penugasan baru untuk turut
mempercepat pemulihan ekonomi nasional dan memulihkan citra Indonesia di
dunia internasional.
Menghadapi tantangan dan peluang ini, telah dilakukan pula perubahan peran
Pemerintah dibidang kebudayaan dan pariwisata yang pada masa lalu berperan
sebagai pelaksana pembangunan, saat ini lebih difokuskan hanya kepada
tugas-tugas pemerintahan terutama sebagai fasilitator agar kegiatan geowisata yang
dilakukan oleh swasta dapat berkembang lebih pesat. Peran fasilitator disini dapat
diartikan sebagai menciptakan iklim yang nyaman agar para pelaku kegiatan
kebudayaan dan pariwisata dapat berkembang secara efisien dan efektif.
Selain itu sub sektor geowisata pun diharapkan dapat menggerakan ekonomi
dalam suatu strategi pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan pariwisata
yang berbasis kerakyatan dan lingkungan.
Geowisata di Indonesia pada dewasa ini mulai menunjukkan perkembangan dan
pertumbuhan menjadi sebuah industri yang berdiri sendiri. Namun yang masih
harus diperhatikan bersama bahwa sampai sejauh ini kesadaran dan pengertian
tentang geowisata belum sampai menyentuh masyarakat secara umum. Memasuki
abad 21 secara nasional dunia kepariwisataan alam memulai babak baru setelah
dihantam berbagai kendala sebagai imbas dari krisis ekonomi yang membawa
kondisi kepariwisataan alam pada titik pertumbuhan terendah. Memulai program
penyelamatan (rescue programe) yang dilaksanakan pemerintah di tengah-tengah
krisis (1997-1998), sektor pariwisata alam secara bertahap mulai pulih dengan
makin hidupnya berbagai aktivitas yang merupakan komponen dalam industri
pariwisata (Muhammad Tahwin, 2003).
Dengan diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004, UU No.33 Tahun 2004 yang
memberikan kewenangan lebih luas pada Pemerintah Daerah untuk mengelola
wilayahnya, membawa implikasi semakin besarnya tanggung jawab dan tuntutan
untuk menggali dan mengembangkan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki
daerah dalam rangka menopang perjalanan pembangunan di daerah.
Pemerintah dalam hal ini para penggiat kepariwisataan yang menyadari besarnya
potensi kepariwisataan di daerah berusaha menggali, mengembangkan serta
membangun aset obyek dan daya tarik wisata alam, yang merupakan modal awal
dengan memikirkan dan mengusahakan serta membenahi potensi obyek dan daya
tarik wisata (M. Yusuf, 2000 dalam Muhammad Tahwin, 2003).
Pengembangan sektor pariwisata alam hakekatnya merupakan interaksi antara
proses sosial, ekonomi, dan alam. Oleh karena itu unsur-unsur yang terlibat di
dalam proses tersebut mempunyai fungsi masing-masing. Peran serta masyarakat
diharapkan mempunyai andil yang sangat besar dalam proses ini. Untuk itu
masyarakat ditempatkan pada posis memiliki, mengelola, merencanakan dan
memutuskan tentang program yang melibatkan kesejahteraannya (Korten dalam
Kusmayadi dan Ervina, 1999).
Dari sudut sosial, kegiatan geowisata akan memperluas kesempatan tenaga kerja
baik dari kegiatan pembangunan sarana dan prasarana maupun dari berbagai
sektor usaha yang langsung maupun yang tidak langsung berkaitan dengan
kepariwisataan. Geowisata akan dapat menumbuhkan dan meningkatkan
pengenalan dan cinta terhadap tanah airnya, sehingga dapat memotifasi sikap
toleransi dalam pergaulan yang merupakan kekuatan dalam pembangunan bangsa,
selain itu juga geowisata mampu memperluas cakrawala pandangan pribadi
terhadap nilai-nilai kehidupan Dari sudut pengetahuan alam bahwa kegiatan
geowisata dapat memberikan sumbangan terhadap penerimaan daerah bersumber
dari pajak, retribusi parkir dan karcis atau dapat mendatangkan devisa dari para
wisatawan mancanegara yang berkunjung. Adanya geowisata juga akan
menumbuhkan usaha-usaha ekonomi yang saling merangkai dan menunjang
kegiatannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Geowisata
menghilangkan kejenuhan kerja, relaksasi, berbelanja, bisnis, mengetahui
peninggalan sejarah dan budaya suatu etnik tertentu, kesehatan dan pariwisata
spiritualisme.
2.7. Pengembangan Geowisata.
Pada dasarnya pengembangan geoiwisata adalah suatu proses yang
berkesinambungan untuk melakukan pengamatan dan pengembangan yang terus
menerus antara sisi pemasukan dan minat dari kepariwisataan yang tersedia untuk
mencapai misi yang telah ditentukan (Nuryanti, 1994). Sedangkan pengembangan potensi geowisata mengandung makna upaya untuk lebih
meningkatkan sumber daya yang dimiliki oleh suatu obyek wisata dengan cara
melakukan pembangunan unsur-unsur fisik maupun non fisik dari sistem
pariwisata sehingga meningkatkan produktivitas. Dalam hal ini yang dimaksud
produktivitas obyek wisata berupa meningkatnya pendapatan daerah yang
diperoleh dari kunjungan wisatawan yang masuk.
Disamping itu untuk dapat melakukan pengembangan perlu memperhatikan
berbagai aspek, suatu obyek wisata yang akan dikembangkan harus
memperhatikan syarat-syarat pengembangan daerah menjadi obyek wisata yang
dapat diandalkan, yaitu :
a. Seleksi terhadap potensi, hal ini dilakukan untuk memilih dan menentukan
potensi obyek wisata yang memungkinkan untuk dikembangkan sesuai dengan
b. Evaluasi letak potensi terhadap wilayah, pekerjaan ini mempunyai latar
belakang pemikiran tentang ada atau tidaknya pertentangan atau kesalahpahaman
antar wilayah administrasi yang terkait.
c. Pengukuran jarak antar potensi, pekerjaan ini untuk mendapatkan informasi
tentang jarak antar potensi, sehingga perlu adanya peta potensi obyek geowisata.
Dari peta potensi diperoleh informasi tentang lokasi dan jarak relatif antar obyek
wisata. Melalui informasi jarak antar potensi dapat digunakan untuk menentukan
potensi mana yang cukup sesuai untuk dikembangkan. Selain itu melalui peta juga
dapat di gunakan untuk alat pemandu pasif bagi wisatawan, terutama wisatawan
yang bersifat individu atau bahkan yang berbentuk rombongan, serta untuk
wisatawan yang berjiwa avontir (tidak mau terikat pada suatu paket wisata
misalnya lewat trevel biro yang akan mengggunakan ). (Sujali, 1989).
Selain itu dalam pengembangan geowisata di perlukan strategi pengembangan
geowisata, adapun strategi pengembangan geowisata bertujuan untuk
mengembangkan produk dan pelayanan yang berkualitas, seimbang dan bertahap.
Beberapa kebijakan pengembangan pariwisata antara lain :
(a)Promosi
Pelaksanaan upaya pemasaran dan promosi pariwisata harus dilaksanakan secara
(b) Aksesibilitas
Merupakan salah satu aspek penting yang mendukung pengembangan geowisata,
karena menyangkut lintas sektoral, kemudahan dan keefektifan mencapai
kawasan.
(c) Kawasan geowisata
Pengembangan kawasan geowisata dimaksudkan untuk :
Meningkatkan peran daerah dan swasta dalam pengembangan geowisata.
Memperbesar dampak positif pembangunan.
Mempermudah pengendalian terhadap dampak lingkungan.
(d) Wisata Bahari
Merupakan salah satu jenis produk wisata yang sangat potensial untuk
dikembangkan. Jenis wisata ini memiliki keunggulan komperatif yang tinggi
terhadap produk wisata sejenis di luar negeri.
(e) Produk Wisata
Upaya untuk menampilkan produk wisata yang bervariasi dan mempunyai daya
saing yang tinggi.
(f) Sumber Daya Manusia
Merupakan salah satu modal dasar pengembangan pariwisata, sumber daya
manusia harus memiliki keahlian dan ketrampilan yang di perlukan untuk
(g) Kampanye Nasional Sadar Wisata
Upaya masyarakat untuk mempromosikan dan memperkenalkan jati diri dan
karakteristik daerah dengan beberapa kelebihannnya.
2.7.1. Faktor pokok Geologi dan pendukung lainya
Faktor pokok dalam mengindentifikasi keberadaan informasi situs-situs warisan
alam geologi, terdapat beberapa unsur-unsur pokok sebagai betikut :
1. Kondisi Geologi
Faktor kondisi geologi adalah prihal yang paling utama dalam menemukan dan
mengindentifikasi situs warisan geologi yang akan menjadi pembahasan utama
sehingga dapat mempublikasikan keberadaan situs tersebut, hal yang menjadi
suatu permasalahannya ialah kesulitan bagi masyarakat umum untuk menemukan
nya dan memahami proses sejarah situs tersebut, sehingga para geologist
membuat suatu publikasi yang tidak hanya dapat dinikmati oleh para geologist.
Unsur – unsur tersebut meliputi : Proses keterbentukanya, karakteristik situs,
umur situs, dan keberadaan situs (Batuan, Struktur Geologi, Fosil, Mineral,
Morfologi dan situs bersejarah lainya), yang kesemua ini di rangkum dan di
ceritakan proses dan keberadaan nya dangan bahasa yang sederhana sehingga
masyarakat umum mengerti dan memahami keberadaan situs geologi yang
bersejarah tersebut.
Proses keterbentukanya
Berdasarkan keilmuan geologi proses dan kejadian merupakan aset yang
pada situs atau pun aspek geologi yang akan dijelaskan, hal ini dikarenakan
dalam penyampainya seorang geologist menceritakan secara detail dan terinci
berdasarkan skala waktu geologi dan keilmuan geologi yang ia miliki.
Karakteristik situs
Berbica tentang karakteristik maka, didalam membahas suatu keterbentukan
suatu aspek geologi karakteristik harus dijelaskan secara detail, karena
padanya bisa terdapat perbedaan antara situs yang dianggap sama namun
pada kenyataan berdasarkan keilmuan geologi ini sangat berbeda.
Umur situs
Dalam menemukan dan mengindentifikasi suatu situs atau aspek geologi
umur merupakan tahapan yang harus dijelaskan, hal ini karena terdapat
beberapa situs geologi yang sama namun umur berbeda, ini dapat
meningkatkan nilai sejarahnya suatu situs, didalam ilmu geologi satuan umur
geologi tidak berdasarkan satu – sepuluh tahun tetapi Ribuan tahun bahkan
Jutaan Tahun dalam pengkajiannya, sehingga hal ini menjadi pendorong dan
nilai estetika situs bersejarah yang akan di publikasikan.
Keberadaan Situs
Minat suatu masyarakat untuk mengetahui dan menjaga situs bersejarah
geologi salah satu berdasarkan letak dan keberadaanya situs, karena letaknya
suatu situs tersebut mempengaruhi mudahnya informasi bagi masyarakat
untuk mengunjungi situs tersebut, hal ini harus memperhatikan bagaimana
2. Kondisi Geografis
Geografi merupakan ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena
geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks
keruangan.
Menurut Bintarto, ruang lingkup geografi dibagi menjadi:
1) Lingkup Fisikal, yang meliputi aspek topologi (letak, luas ,bentuk dan batas),
aspek fisik (tanah, iklim, air), aspek biotis (manusia, hewan, tumbuhan).
2) Lingkup non Fisikal yang meliputi aspek sosial (tradisi, adat, kelompok,
masyarakat), aspek ekonomi (perdagangan, industri, perkebunan, transportasi),
aspek budaya (pendidikan, agama, dan budaya).
Sehingga dalam mengindentifikasi suatu situs geologi peranan geografi juga
dibutuhkan, unsur-unsur geografi tersebut adalah :
Lokasi
Lokasi dalam penelitian ini menyangkut pada letak geografis baik jarak, maupun
luas. Lokasi ini juga dapat diartikan sebagai lokasi relatif artinya bagaimana
hubungan antara situs geologi dengan obyek situs lain yang ada di Kecamatan
Sianjur Mula-mula dan Pangururan.
Iklim
kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang untuk suatu lokasi di
bumi. Iklim di suatu tempat di bumi dipengaruhi oleh letak geografis dan
iklim sangat berpengaruh, dalam hal ini faktor iklim yang berkaitan di penelitian
ini adalah Suhu dan Curah hujan.
Suhu
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda, dalam
hal ini untuk mengindentifikasi suhu daerah situs geologi menggunakan
persamaan Braak yang mengacupada ketinggian tempat, yaitu semakin tinggi tempat maka suhu udara semakin rendah (Ance Gunarsih 1986). Dengan Rumus persamaan Braak adalah :
Keterangan :
T : Rata- rata temperature
26.3 : Rata-rata suhu daerah tropis
0.61 : Konstant temperature (penurunan suhu setiap naik 100
meter)
H : Ketinggian tempat dalam meter (m)
C : Satuan temperature (celcius)
Curah Hujan
adalah banyaknya curah hujan persatuan jangka waktu tertentu. Apabila dikatakan
intensitasnya besar berarti hujan lebat dan kondisi ini sangat berbahaya karena
berdampak dapat menimbulkan banjir, longsor dan efek negatif terhadap kawasan
konservasi geologi. Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud
cairan. Analisa curah hujan dalam indentifikasi situs geologi berfungsi sebagai
acuan iklim pada kawasan situs. Dalam penetuan tipe iklim ini memakai
persamaan rumus oleh (Schmidt dan Ferguson, 1951 dalam Tjasyono, 2006)
yang mendasarkan pada nisbah rata-rata jumlah bulan kering yaitu apabila curah
hujan kurang dari 60mm dan rata-rata jumlah bulan basah apabila curah hujan
lebih dari100mm, adalah :
a. Rata-rata bulan kering :
Md = Σ fdT
Dimana :
Md : Rata-rata bulan kering
Σ fd : Frekuensi bulan kering
T : Banyaknya tahun penelitian
b. Rata-rata bulan basah
Mw = Σ fwT
Dimana :
Mw : Rata-rata bulan basah
Σ fw : Frekuensi bulan basah
T : Banyaknya tahun penelitian
Sehingga berdasarkan data-data bulan kering dan basah, schmid dan ferguson
Keterangan :
Q : Tipe Iklim
Md : Rata-rata jumlah bulan kering
Mw : Rata-rata jumlah bulan basah
Tabel 2.1. Klasifikasi iklim menurut Schmidt dan Ferguson (1951)
2.7.2. Faktor pokok pengembangan
Faktor pokok yang dapat menunjang pengembangan geowisata di daerah tujuan
wisata yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan
pengembangannya meliputi:
Daya tarik merupakan pusat dari industri geowisata. Menurut pengertiannya
atraksi mampu menarik wisatawan yang ingin berkunjung (Spillane, 1994). Atraksi atau daya tarik dapat timbul dari keadaan alam (keindahan panorama,
flora fauna, sifat kekhasan perairan air laut/danau), obyek buatan manusia
(museum, katedral, masjid kuno, makam kuno dan sebagainya), ataupun
unsur-unsur dan peristiwa budaya (kesenian, adat istiadat dan makanan). Atraksi atau
daya tarik dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu daya tarik
utama dan daya tarik tambahan.
b) Fasilitas Pelayanan
Walaupun atraksi menarik wisatawan dari rumah atau tempat tinggalnya, namun
fasilitas dibutuhkan untuk melayani mereka dalam perjalanan. Fasilitas ini
maksudnya memberikan pelayanan dan menyediakan sarana yang dibutuhkan
para wisatawan, baik wisatawan asing maupun wisatawan domestik. Fasilitas dan
pelayanan yang harus disediakan meliputi fasilitas pelayanan jasa untuk
kebutuhan sehari-hari. untuk menginap, untuk tempat makan, untuk menjaga
keamanan dan lain sebagainya yang menyangkut kebutuhan wisatawan. Ada satu
hal yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan kenyamanan untuk
menginap, dalam hal ini sebaiknya isi dan susunan hotel/penginapan tersebut
disesuaikan dengan budaya setempat sehingga dengan demikian benar-benar para
wisatawan dapat menikmati kehidupan dan budaya setempat.
c) Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah kemudahan untuk mencapai atau bergerak dari satu tempat ke
transportasi dan juga komunikasi-informasi. Dalam kegiatan pariwisata hanya
mungkin berkembang dengan dukungan teknologi modern, khususnya di bidang
transportasi dan komunikasi. Transportasi ini sangat penting membantu para
wisatawan, mengantar dari tempat asal atau tempat penginapan ke obyek wisata.
Namun penggunaan transportasi ini tergantung pada jarak dan kebutuhan
komunikasi antara tempat di mulainya suatu kunjunngan ke obyek wisata yang
akan di kunjungi. (Nyoman S. Pendit, 1986).
d) Infrastruktur
Infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi fasilitas pelayanan, baik yang
berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik diatas permukaan tanah
maupun di bawah tanah. Penyediaan infrastruktur tersebut meliputi penyediaan
saluran air bersih, pembangunan sarana transportasi seperti jalan dan terminal,
penyediaan penerangan listrik, sistem komunikasi dan juga saluran pembuangan
limbah.
(e) Akomodasi
Penyediaan akomodasi atau tempat menginap merupakan salah satu sarana yang
penting bagi para wisatawan. Akomodasi merupakan rumah kedua bagi para
wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata dengan tujuan untuk menginap.
Fasilitas akomodasi menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi keberadaan